PRODUKTIVITAS SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI : Studi Deskriptif Analitis tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala sekolah, Pembiayaan Sekolah, Fasilitas Belajar, Kinerja Mengajar Guru dan Mutu Pembelajaran terhadap Produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Bara

(1)

PRODUKTIVITAS

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI

(Studi Deskriptif Analitis tentang Pengaruh Kepemimpinan

Kepala sekolah, Pembiayaan Sekolah, Fasilitas Belajar,

Kinerja Mengajar Guru dan Mutu Pembelajaran terhadap

Produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat)

DISERTASI

Diajukan untuk Mememuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Doktor Ilmu Kependidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

Promovendus : Pendi Susanto NIM. 0800857

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2013


(2)

PRODUKTIVITAS

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI

(Studi Deskriptif Analitis tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala

sekolah, Pembiayaan Sekolah, Fasilitas Belajar, Kinerja Mengajar

Guru dan Mutu Pembelajaran terhadap Produktivitas

SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat)

Oleh Pendi Susanto S.Ag. IAIN Bandung, 1997 M.Pd. UHAMKA Jakarta, 2004

Sebuah Disertasi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Doktor Pendidikan (Dr.) pada Program Studi Administrasi Pendidikan

© Pendi Susanto 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

ABSTRAK

PRODUKTIVITAS SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI (Studi Deskriptif Analitis tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala sekolah, Pembiayaan Sekolah, Fasilitas Belajar, Kinerja Mengajar Guru dan Mutu Pembelajaran terhadap Produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat). Pendi Susanto. NIM. 0800857

Memperhatikan kebijakan peningkatan mutu pendidikan bahwa sumber daya pendidikan SMA di Provinsi Jawa Barat perlu dikelola dengan sebaik-baiknya agar berkembang menjadi sekolah yang produktif, yang tidak hanya diukur dari jumlah siswa yang lulus, tetapi juga kualitasnya. Konsekuensinya adalah perlunya kepala sekolah yang memiliki kapasitas kepemimpinan yang memadai, pembiayaan pendidikan yang mencukupi, ketersediaan fasilitas pembelajaran yang memenuhi standar, kinerja mengajar guru yang optimal, dan keterlaksanaan pembelajaran yang efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, pembiayaan sekolah, fasilitas belajar, kinerja mengajar guru dan mutu pembelajaran terhadap produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat. Metoda penelitian yang digunakan metoda survey dengan pendekatan kuantitatif melalui teknik pengumpulan data oleh angket terhadap SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat dari masing-masing Kabupaten/Kota di Jawa Barat. Teknik analisis data yang digunakan adalah WMS dan analisis jalur (path analysis). Berdasarkan hasil analisis data diperoleh temuan penelitian di SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat sebagai berikut:(1) kepemimpinan kepala sekolah berkontribusi rendah terhadap produktivitas sekolah, (2) pembiayaan sekolah berkontribusi rendah terhadap produktivitas sekolah, (3) fasilitas belajar berkontribusi rendah terhadap produktivitas sekolah, (4) kinerja mengajar guru berkontribusi sedang terhadap produktivitas sekolah, dan (5) mutu pembelajaran berkontribusi sedang terhadap produktivitas sekolah. Rekomendasi penelitian ini adalah : pertama, untuk meningkatkan kepemimpinan kepala sekolah, maka proses rekrutmen kepala sekolah tidak sekedar mengisi kekosongan tetapi bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Kedua, upaya meningkatkan pembiayaan pendidikan, khususnya pada aspek realisasi dan pemanfaatan dana pendidikan dapat dimulai dari perbaikan pada mekanismenya. Ketiga, Upaya meningkatkan fasilitas pembelajaran, keberadaan ruangan penunjang seharusnya menjadi bagian integral dari sistem pembelajaran dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Ruangan penunjang yang lengkap, nyaman, dan menarik siswa merupakan bagian usaha peningkatakn mutu pendidikan. Keempat, Dalam upaya meningkatkan kinerja mengajar guru, penelitian sederhana (PTK) harus dilakukan, dan Kelima, Dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran maka perlu dikembangkan upaya pembelajaran yang dipandang berhasil adalah belajar bagaimana untuk belajar (learn how to learn). dan pembelajaran bermakna dan menyenangkan (meaningfull learning and joyfull learning).


(5)

ABSTRACT

THE PRODUCTIVITY OF STATE SENIOR HIGH SCHOOL (An Analytical Description Study of The Influence of Principal Leadership, School Fund, Learning Facilities, Teachers’ Performance and Learning Quality toward for The Productivity of State Senior High School in West Java). Pendi Susanto. NIM. 0800857

Regarding the policy of education quality, senior high school educational recourses in West Java have to be managed properly in order to become productive school. In this case, it is not only measured through the amount of the output but also its quality. In consequence, it standardize learning facilities, the optimal teachers’ teaching performance and the implementation of effective learning. According to the issue above, the research is conducted to find out the influence of principal leadership, school fund, learning facilities, teachers’ teaching performance and learning quality toward the productivity of senior high school in West Java. The research methode is survey methode. To collect the data questinnaire is used as the research instrument. It is distributed to senior high school which representing each sub district in West Java. The technique data used in this research is WMS and path analysis. According to the data analysis result, the result shows that (1) principal leadership has low contribution toward school productivity, (2) school fund has low contribution toward school productivity, (3) learning facilities gives low contribution toward school productivity, (4) teachers’ teaching performance has fair contribution toward school productivity, and (5) learning quality has fair contribution toward school productivity. The first recommendation is increasing principal leadeship, therefore principal recruitment process is not only held to require the lack of principal position but also it is aimed to increase education quality. Second, an effort for increasing educational fund, especially in terms of the realization aspect and the utilazation educational fund, it can be started through its mechanism improvement. Third, an effort to improve learning facilities, the existence of supporting room is supposed to be an integrated part as an effort to increase education quality. Supporting room which is complete, comfortable and attractive is one of the efforts for improving

education quality. Fourth, for improving teachers’ teaching performance,

classroom research must be conducted. Fifth, for improving learning quality, it is really essential to develop learning strategy that is considered to be successful way to learn how to learn in which becoming a meaningful learning and joyful learning.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. ... Latar Belakang Penelitian ... 1

B. ... Identikasi dan Perumusan Masalah ... 9

C. ... Tujuan Penelitian ... 16

D. ... Metode Penelitian ... 19

E... Manfaat Penelitian ... 19

F. ... Struktur Organisasi Disertasi ... 20

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. ... Kajian Pustaka ... 22

1... Produktivitas Sekolah Dalam Konteks Administrasi Pendidikan 22 2.... Mutu Pembelajaran ... 38

3... Kepemimpina n Kepala Sekolah ... 68

4.... Pembiayaan Pendidikan ... 97

5.... Fasilitas Pembelajaran ... 142

6... Kinerja Mengajar Guru ... 156


(7)

B. ... Hasil Penelitian Terdahulu ... 175 C. ... Kerangka

Pemikiran ... 180 D. ... Asumsi dan

Hipotesis Penelitian ... 185 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. ... Lokasi dan Subjek Penelitian ... 193 B. ... Desain

Penelitian ... 198 C. ... Metode

Penelitian ... 200 D. ... Instrumen

Penelitian ... 202 E.... Teknik

Pengumpulan Data ... 229 F. ... Analisis Data

... 230 G. ...

Langkah-langkah Pengolahan Data ... 232 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. ... Hasil Penelitian ... 245 1.... Deskripsi

Variabel ... 245 2... Uji Hipotesis

... 255

B. ... Pembahasan Hasil Penelitian ... 271 C. ... Model

Pengembangan Produktivitas Sekolah ... ... 317 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. ... Kesimpulan ... 329

B. ... Implikasi ... 334


(8)

C. ... Rekomendasi

... 336

DAFTAR PUSTAKA ... 342

LAMPIRAN ... 352


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

1.1 Hasil Ujian Nasional Jenjang SMA Negeri ... 4

1.2 Perolehan Nilai Rata-rata Ujian Nasional Jenjang SMA Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 4

1.3 Rekapitulasi Perolehan Medali OSN Jenjang SMA Tahun 2012 ... 5

1.4 Angka Siswa Mengulang dan Putus Sekolah pada Jenjang SMA Negeri di Propinsi Jawa Barat ... 5

3.1 Daftar SMA Negeri di Propinsi Jawa Barat ... 193

3.2 Distribusi Populasi ... 194

3.3 Banyaknya Sampel SMA, Guru dan Peserta Didik ... 196

3.4 Distribusi Responden ... 197

3.5 Penilaian Kuiseoner ... 201

3.6 Kisi-Kisi Instrumen Produktivitas Sekolah ... 207

3.7 Kisi-Kisi Instrumen Mutu Pembelajaran ... 209

3.8 Kisi-Kisi Instrumen Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 210

3.9 Kisi-Kisi Instrumen Pembiayaan Pendidikan ... 211

3.10 Kisi-Kisi Instrumen Fasilitas Pembelajaran ... 212

3.11 Kisi-Kisi Instrumen Kinerja Mengajar Guru ... 212

3.12 Interpretasi Koifisien Korelasi Nilai r ... 215

3.13 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Produktivitas Sekolah ... 217

3.14 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Mutu Pembelajaran ... 220

3.15 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 222

3.16 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pembiayaan Pendidikan ... 224

3.17 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Fasilitas Pembelajaran ... 226

3.18 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kinerja Mengajar Guru ... 228

3.19 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Variabel ... 234


(10)

3.21 Persamaan Struktural Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Antar

Variabel ... 243

4.1 Koefisien Korelasi Antar Variabel ... 255

4.2 Regresi Antar Variabel ... 255

4.3 Proses Ketiga Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung ... 266


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

1.1. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Produktivitas Sekolah 11

2.1. Ruang Lingkup Bidang Garapan Administrasi Pendidikan ... 23

2.2. Sekolah Sebagai Satu Kesatuan Sistem Pendidikan ... 35

2.3. Peta Komponen Pengembangan Mutu Pendidikan ... 51

2.4. Manajemen Mutu Terpadudalam Perbaikan Kualitas PBM ... 64

2.5 Balance Scorecard ... 112

2.6. Perumusan Strategi ... 115

2.7. Proses Penterjemahan Visi dan Misi Menjadi Kegiatan Operasional ... 117

2.8. Gambaran Aplikasi Strategi Manajemen di dalam Pendidikan... 118

2.9. Kedudukan Sarana Pendidikan ... 145

2.10. Sarana Pendidikan ... 147

3.1. Desain Penelitian ... 199

3.2. Langkah-langkah Pengolahan Data ... 231

3.3. Diagram Jalur Analisis Antar Variabel ... 241

4.1. Produktivitas SMA Negeri di Jawa Barat ... 246

4.2. Mutu Pembelajaran SMA Negeri di Jawa Barat ... 248

4.3. Kepemimpinan Kepala SMA Negeri di Jawa Barat ... 249

4.4. Pembiayaan Pendidikan SMA Negeri di Jawa Barat ... 250

4.5. Fasilitas Pembelajaran SMA Negeri di Jawa Barat ... 252

4.6. Kinerja Mengajar Guru SMA Negeri di Jawa Barat ... 254

4.7. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Variabel X1, X2, X3, X4 X5 terhadap Y ... 270


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran halaman

1. Surat Keputusan Pembimbingan Penulisan Disertasi ... 351

2. Surat Permohonan Izin Melakukan Studi Lapangan ... 353

3. Surat Keterangan Telah Melakukan Studi Lapangan ... 354

4. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 363

5. Angket Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 364

6. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Pembiayaan Sekolah ... 367

7. Angket Pembiayaan Sekolah ... 368

8. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Fasilitas Pembelajaran... 371

9. Angket Fasilitas Pembelajaran ... 372

10. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Kinerja Mengajar Guru ... 374

11. Angket Kinerja Mengajar Guru ... 375

12. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Mutu Pembelajaran ... 378

13. Angket Mutu Pembelajaran ... 380

14. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Produktivitas Sekolah ... 383

15. Angket Produktivitas Sekolah ... 386

16. Skoring Data Uji Validitas Produktivitas Sekolah ... 391

17. Skoring Data Uji Validitas Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 394

18. Skoring Data Uji Validitas Pembiayaan Sekolah ... 396

19. Skoring Data Uji Validitas Fasilitas Pembelajaran ... 398

20. Skoring Data Uji Validitas Kinerja Mengajar Guru ... 400

21. Skoring Data Uji Validitas Mutu Pembelajaran ... 402

22. Uji Validitas dan Reliabilitas Produktivitas Sekolah ... 404

23. Uji Validitas dan Reliabilitas Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 407

24. Uji Validitas dan Reliabilitas Pembiayaan Sekolah ... 409

25. Uji Validitas dan Reliabilitas Fasilitas Pembelajaran ... 411

26. Uji Validitas dan Reliabilitas Kinerja Mengajar Guru... 413


(13)

28. Skoring Data Produktivitas Sekolah ... 417

29. Skoring Data Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 419

30. Skoring Data Pembiayaan Sekolah ... 421

31. Skoring Data Fasilitas Pembelajaran ... 423

32. Skoring Data Kinerja Mengajar Guru ... 425

33. Skoring Data Mutu Pembelajaran ... 427

35. Uji Normalitas Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 429

36. Uji Normalitas Variabel Pembiayaan Sekolah... 431

37. Uji Normalitas Variabel Fasilitas Pembelajaran ... 433

38. Uji Normalitas Variabel Kinerja Mengajar Guru ... 435

39. Uji Normalitas Variabel Mutu Pembelajaran... 437

40. Uji Normalitas Variabel Produktivitas Sekolah ... 439

41. Uji Linearitas Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 441

42. Uji Linearitas Variabel Pembiayaan Sekolah ... 444

43. Uji Linearitas Variabel Fasilitas Pembelajaran ... 447

44. Uji Linearitas Variabel Kinerja Mengajar Guru ... 451

45. Uji Linearitas Variabel Mutu Pembelajaran ... 454

46. Deskripsi Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 457

47. Deskripsi Pembiayaan Sekolah ... 458

48. Deskripsi Fasilitas Pembelajaran ... 459

49. Deskripsi Kinerja Mengajar Guru ... 460

50. Deskripsi Mutu Pembelajaran ... 461

51. Deskripsi Produktivitas Sekolah ... 462

52. Korelasi Antar Variabel ... 463

53. Uji Regresi Linear ... 467


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Tuntutan dan tantangan pendidikan pada saat ini makin gencar, karena harus berpacu dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat, dengan komunikasi yang canggih yang tidak mengenal batas negara dan diiringi dinamika kegiatan ekonomi yang kompetitif. Dengan demikian, tiada alternatif lain kecuali harus direspon dengan dinamika pendidikan nasional yang kondusif dan bertahan hidup layak secara berkelanjutan di tengah-tengah persaingan yang makin kompetetif.

Di era reformasi, tuntutan pada pendidikan berkisar pada terciptanya institusi ini agar lebih demokratis, akuntabel dan bermutu. Demokratisasi berarti bahwa proses pengambilan keputusan pendidikan pada semua tingkatan semaksimal mungkin melibatkan lebih banyak stakeholder pendidikan. Akuntabel berarti bahwa proses dan hasil pendidikan dapat dipertanggung jawabkan kepada semua stakeholder. Bermutu berarti bahwa dari proses pendidikan yang dijalaninya, peserta didik mendapatkan pengetahuan, sikap-sikap, nilai-nilai dan keterampilan yang memberikan landasan yang kuat bagi mereka untuk belajar lebih lanjut atau hidup di tengah masyarakat.

Sebagai suatu sistem, sekolah memiliki komponen inti berupa input, proses dan output, yang merupakan satu kesatuan utuh dan saling keterkait, terikat, mempengaruhi, membutuhkan dan menentukan. Di dalam konteks


(15)

keterkaitan input, proses dan output pendidikan itu, aspek produktivitas merupakan salah satu gugus kinerja sistem pendidikan yang harus mendapat arus pengutamaan (mainstream) di sekolah. Oleh karena itu, sekolah produktif dan pengembangan sekolah menjadi sekolah produktif merupakan prasayarat peningkatan mutu pendidikan.

Untuk merespon perkembangan dan tantangan tersebut, sekolah perlu mengembangkan dirinya sebagai sekolah yang produktif yang berfungsi sebagai pusat keunggulan dalam keseluruhan wacana pembangunan sumber daya manusia.

Namun pada kenyataan di beberapa sektor terdapat masalah yang dihadapi oleh sekolah saat ini, khususnya pendidikan menengah. Walaupun dalam bidang tertentu seperti fisika, peserta didik kita telah menunjukkan prestasinya di tingkat Internasional seperti meraih medali emas Olimpiade Internasional Fisika, namun secara rata-rata mutu pendidikan kita belum menggembirakan. Seperti pada tingkat internasional, hasil tes Third International Mathematics and Science Study

(TIMSS) 2007 yang dikoordinir oleh The International for Evaluation of Education Achievement (IEA) siswa Indonesia berada diperingkat 36 dari 48 negara peserta untuk penguasaan matematika. Skor rata-rata yang diperoleh siswa-siswa Indonesia adalah 397. Skor ini masih jauh di bawah skor rata-rata internasional yaitu 500. Selain itu, bila dibandingkan dengan dua negara tetangga, yaitu Singapura dan Malaysia, posisi peringkat siswa kita jauh tertinggal. Singapura berada pada peringkat kedua dan Malayasia berada pada peringkat ke dua puluh. http://nces.ed.gov/timss/results07.asp


(16)

Pada kesempatan lain, Kompas (3 Maret 2011) pada kolom “Pendidikan

& Kebudayaan” memberitakan :

Berdasarkan data dalam Education for All (EFA) Global Monitroring Report 2011 yang dikeluarkan UNESCO dan diluncurkan di New York pada Senin, 1 Maret 2011, indeks pembangunan pendidikan Indonesia berada pada urutan 69 dari 127 negara yang disurvei. Tahun lalu dengan ukuran yang sama, peringkat Indonesia berada pada urutan 65 dan banyak yang menyambut gembira karena media menulis „Peringkat Pendidikan Indonesia Naik‟. Tahun ini kita kembali kecewa karena peringkat tersebut tidak bisa dipertahakankan apalagi diperbaiki. Lembaga yang selalu memonitor perkembangkan pendidikan di berbagai negara di dunia setipa tahun itu menempatkan kualitas pendidikan Indonesia masih lebih baik

daripada Filipina, Kamboja, dan Laos.

http://www.mudjiarahardjo.com/curriculum-vitae/315.html

Pada aspek lain Ikhtisar Data Pendidikan Nasional Tahun 2009/2010 (Kemendiknas, 2011:29) menyebutkan bahwa perkembangan angka melanjutkan siswa SMA ke Perguruan Tinggi senantiasa turun selama tiga tahun. Pada tahun pelajaran 2007/2008 angka melanjutkan SMA ke perguruan tinggi mencapai 64,35%, turun menjadi 56,87% pada tahun 2008/2009, dan 54,19% pada tahun 2009/2010. Hal sebaliknya pada angka tidak melanjutkan siswa SMA ke perguruan tinggi selalu naik dalam kurun waktu tiga tahun tersebut. Pada tahun pelajaran 2007/2008 angka tidak melanjutkan melanjutkan SMA ke perguruan tinggi mencapai 35,65%, naik menjadi 43,13% pada tahun 2008/2009, dan 45,81% pada tahun 2009/2010.

Semakin menurunnya kualitas daya saing lulusan SMA asal Provinsi Jawa Barat untuk memasuki Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Sebagai contoh disebutkan pada 2012 hanya 49,7% mahasiswa asal SMA di Jawa Barat yang diterima di Unpad. Angka tersebut, lebih rendah dibanding 2011 yang mencapai


(17)

52%. Dari prosentase mahasiswa asal Jawa Barat tersebut, sekitar 51% berasal dari SMA di Bandung, sedangkan sisanya tersebar dari beberapa kabupaten dan kota di Jawa Barat. (Antara.com).

Data pada Pusat Penilaian Pendidikan Kemdikbud Tahun 2012, tercatat terjadinya penurunan nilai rata-rata hasil Ujian Nasional pada Jenjang SMA Negeri di semua jurusan baik, IPA, IPS maupun Bahasa, sebagaimana tersebut pada tabel berikut :

Tabel 1.1

Hasil Ujian Nasional Jenjang SMA Negeri

No. Tahun

Pelajaran

Jurusan dan Rata-rata Nilai UN

IPA IPS Bahasa

1. 2010/2011 8,11 8,11 8,11

2. 2011/2012 7,99 7,99 7,99

Sumber : Pusat Penilaian Pendidikan Kemdikbud Tahun 2012

Sementara itu, untuk nilai rata-rata nilai UN pada tahun pelajaran 2011/2012, Provinsi Jawa Barat hanya mampu menempati peringkat keempat secara nasional. Berikut ini tabel peroleh lima besar nilai rata-rata nilai UN :

Tabel 1.2

Perolehan Nilai Rata-rata Ujian Nasional Jenjang SMA Tahun Pelajaran 2011/2012

No. Provinsi Nilai Rata-rata UN Peringkat

1. Bali 8,40 1

2. Sumatera Utara 8,17 2

3. Bengkulu 8,11 3

4. Jawa Barat 8,08 4

5. Jawa Timur 8,05 5


(18)

Pada Olimpiade Sains Nasional tahun 2012, Provinsi Jawa Barat hanya mampu menempati peringkat keempat secara nasional. Berikut ini tabel peroleh lima besar perolehan medali pada OSN tahun 2012 :

Tabel 1.3

Rekapitulasi Perolehan Medali Olimpiade Sains Nasional Jenjang SMA Tahun 2012

No. Provinsi Medali Total

Emas Perak Perunggu

1. Jawa Tengah 12 16 15 43

2. DKI Jakarta 11 17 18 46

3. Banten 5 6 10 21

4. Jawa Barat 3 9 10 22

5. Jawa Timur 2 9 15 26

Sumber : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Tahun 2012

Di Jawa Barat, ternyata angka siswa mengulang kelas masih cukup tinggi, terutama pada jenjang SMA. Pada data Renstra Disdik Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 – 2013, dalam tiga tahun terakhir 2007 – 2009 selalu terjadi kenaikan jumlah siswa mengulang, seperti pada tabel berikut :

Tabel 1.4

Angka Siswa Mengulang dan Putus Sekolah pada Jenjang SMA di Provinsi Jawa Barat

No. Tahun Jumlah

Siswa

Angka Mengulang

Angka Putus Sekolah

% Angka Mengulang

% Angka Putus Sekolah 1. 2007 483.761 1.639 1.613 0,34 0,33 2. 2008 674.560 2.285 2.249 0,34 0,33 3. 2009 697.764 4.652 2.326 0,66 0,33


(19)

Untuk itu SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat harus meningkatkan produktivitasnya dengan beragam cara, diantaranya adalah dengan perlunya kepala sekolah yang memiliki kapasitas kepemimpinan yang memadai, pembiayaan pendidikan yang mencukupi, ketersediaan fasilitas pembelajaran yang memenuhi standar, kinerja mengajar guru yang optimal, dan keterlaksanaan pembelajaran yang bermutu.

Urgensi pengembangan sekolah produktif didasarkan pada argumen bahwa sekolah produktif berkaitan dengan bagaimana menghasilkan lulusan baik secara kuantitatif maupun kualitatif sehingga memiliki lulusan yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan jaman (Tantri Widiastuti,

et. al. 2011: 973). Lia Kastam (2011) menambahkan bahwa sekolah yang produktif tidak hanya diukur dari jumlah siswa yang lulus, tetapi juga kualitasnya. Dapat meluluskan siswa memang merupakan prestasi tersendiri, tetapi meluluskan siswa cerdas, berwawasan luas dan berkarakter merupakan hasil utama yang ingin dicapai.

Upaya peningkatan produktivitas sekolah harus dilakukan, karena tidak dilakukan menurut Krisna Sujaya (2012:9) maka yang akan terjadi adalah penurunan pada mutu atau kualitas sekolah pada banyak aspek, seperti mutu lulusan, mutu pembelajaran, mutu kinerja guru, mutu manajerial kepala sekolah, dana pendidikan, dan mutu sarana pembelajaran.

Mutu pembelajaran menurut Dantes (2005:1) merupakan gambaran mengenai baik-buruknya hasil yang dicapai oleh peserta didik dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Proses pembelajaran dianggap bermutu bila


(20)

berhasil mengubah sikap, perilaku dan keterampilan peserta didik (peserta didik) dikaitkan dengan tujuan pendidikannya. Mutu pendidikan sebagai sistem selanjutnya tergantung pada mutu komponen yang membentuk sistem, serta proses pembelajaran yang berlangsung hingga membuahkan hasil. Kenyataan sampai dengan saat ini masih menunjukkan bahwa proses pembelajaran di sekolah kerap membosankan dan tidak menyenangkan karena guru yang terlalu dominan di ruang kelas. Fasli Jalal pada salah satu diskusi sampai pada kesimpulan bahwa "Siswa tidak diberikan kebebasan untuk mengekspresikan pendapat yang berbeda sehingga mematikan kreativitas siswa,” Kompas (8/12/2010).

Peran dan fungsi kepala sekolah sebagai pihak yang paling bertanggung jawab terhadap efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Dengan mencermati substansi setiap peran dan fungsi di atas, dapat diringkas menjadi lima peran dan fungsi kepala sekolah yang paling esensial, yaitu educator, leader, manager, supervisor, dan innovator (ELMSI). Namun kenyataannya menunjukkan bahwa dari hasil uji kompetensi kepala sekolah, dari 250 kepala sekolah di Indonesia, sebanyak 70% tidak kompeten. Hampir semua kepala sekolah lemah bidang kompetensi manajerial dan supervisi. Padahal dua kompetensi itu merupakan kekuatan kepala sekolah untuk mengelola sekolah dengan baik (Suhardiman, 2011:9).

Selain kepala sekolah, pembiayaan pendidikan merupakan hal yang urgen untuk pengembangan produktivitas sekolah. Pembiayaan pendidikan dapat dipahami sebagai konsep manajemen keuangan, karena berkenaan dengan sumber dana dan alokasinya. Fungsi-fungsi manajemen keuangan meliputi perencanaan,


(21)

pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Namun itu, dalam hasil sebuah penelitian di sekolah, khususnya di tingkat SMA, disebutkan bahwa kecenderungan, pembiayaan belum berpihak kepada dukungan layananan kegiatan pembelajaran yang lebih bermutu (UPI, 2009:8).

Fasilitas pembelajaran juga hal yang tak kalah penting yang harus diusahakan untuk pengembangan produktivitas sekolah. Fasilitas pembelajaran juga merupakan salah satu unsur masukan pendidikan yang penting dan merupakan kebutuhan vital bagi terselenggaranya proses pendidikan yang berkualitas. Tanpa ditunjang oleh fasilitas yang memadai sulit diharapkan proses dan hasil pendidikan yang bermutu tinggi. Di Provinsi Jawa Barat kondisi fasilitas pembelajaran, terutama ruang kelas secara rata-rata belum seluruhnya dalam kondisi baik. Pada tahun 2007, dari 12.742 ruang kelas SMA di Jawa Barat, terdapat 392 ruang kelas di antaranya yang rusak berat, dan 643 yang rusak sedang. Tahun 2008, sebanyak 314 ruang kelas rusak berat dan 1.115 rusak sedang. Tahun 2009, total ruang kelas SMA sebanyak 11.962. Dari jumlah tersebut, terdapat 341 rusak berat dan 1.212 yang rusak sedang.

Kinerja mengajar guru merupakan hal yang penting untuk menuju sekolah yang produktif. Kinerja mengajar guru merupakan kemampuan yang ditunjukkan oleh guru dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya yaitu mengajar. Namun hal yang ironi ketika hasil sementara Uji Kompetensi Guru (UKG) secara nasional hanya mencapai rata-rata 44,50 padahal standar nilai minimal yang ditentukan pemerintah adalah 70. Yang diukur dalam UKG bukan hanya kemampuan


(22)

pedagogi atau metode pengajaran, melainkan juga kapasitas pengetahuan dan pemahaman guru pada bidang ilmunya (Kompas, 4/08/2012).

Pertanyaan dan sekaligus sebagai pokok masalahnya adalah bagaimana sekolah, khususnya jenjang SMA Negeri di Jawa Barat mampu menjawab tantangan dan peluang, dinamika nasional dan global secara imperatif maupun empirik telah menjadi sebuah realitas yang harus dihadapi. Oleh karena itu penelitian ini akan mengkaji tentang bagaimanan produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat, melalui studi analisis kepemimpinan kepala sekolah, pembiayaan pendidikan, fasilitas pembelajaran, kinerja mengajar guru, dan mutu pembelajaran.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Dari hasil observasi awal di lokasi penelitian, peneliti mendapatkan informasi yang mengindikasikan bahwa produktivitas sekolah pada tingkat SMA di Jawa Barat belum optimal. Dalam dugaan peneliti, hal ini disebabkan antara lain oleh faktor-faktor kepemimpinan kepala sekolah, pembiayaan sekolah, fasilitas belajar, kinerja mengajar guru dan mutu pembelajaran. Karena pada saat ini, maupun yang akan datang, baik penentu maupun pelaksana kebijakan pendidikan harus berkemampuan merespons perubahan tuntutan masyarakat akan pendidikan yang bermutu tinggi. Salah satu implikasinya adalah peningkatan produktivitas sekolah. Beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas sekolah antara lain: kepemimpinan kepala sekolah; budaya sekolah; mutu pembelajaran; komunikasi; kinerja guru; sumber daya manusia (guru & TU), kebijakan pemerintah, biaya sekolah dan fasilitas; sarana dan prasarana.


(23)

Studi ini dibatasi pada kelima variabel kepemimpinan kepala sekolah, pembiayaan sekolah, fasilitas belajar, kinerja mengajar guru dan mutu pembelajaran, karena dapat diasumsikan sebagai variabel yang determinan seperti dinyatakan Alan Thomas (dalam Mulyasa, 2007:93-94) bahwa produktivitas sekolah dapat ditinjau dari tiga dimensi, yaitu :

a) Meninjau produktivitas sekolah dari segi keluaran administratif, yaitu : seberapa besar dab seberapa baik layanan yang dapat diberikan dalam suatu proses pendidikan, baik oleh guru, maupun pihak lain yang berkepentingan;

b) Meninjau produktivitas dari segi keluaran perubahan prilaku, dengan melihat nilai-nilai yang diperoleh peserta didik sebagai suatu gambaran dari prestasi akademik yang telah dicapainya dalam periode belajar tertentu di sekolah;

c) Melihat produktivitas sekolah dari keluaran ekonomis yang berkaitan dengan pembiayaan layanan pendidikan di sekolah. Hal ini mencakup „harga‟ layanan yang diberikan (pengorbanan atau cost) dan „perolehan‟ (earning) yang ditimbulkan oleh layanan itu atau disebut „peningkatan nilai baik‟.

Gambaran aspek-aspek yang menjadi variabel-variabel terwujudnya produktivitas sekolah dapat dipetakan sebagaimana digambarkan pada gambar berikut :


(24)

Gambar 1.1

Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Produktivitas Sekolah

Dalam penelitian ini dilakukan kajian deskriptif analitis terhadap produktivitas sekolah dan berbagai faktor-faktor yang mempengaruhinya berdasarkan data dan indikator sekolah produktif terutama pada kepemimpinan kepala sekolah, pembiayaan sekolah, fasilitas pembelajaran, kinerja mengajar guru, dan mutu pembelajaran.

Beberapa hal yang menjadi alasan dipilih faktor-faktor tersebut dalam perwujudan produktivitas sekolah adalah :

Produktivitas Sekolah

Penggunaan Teknologi Kinerja

Mengajar Guru

Fasilitas / Sarana dan

Prasarana Kepemimpinan

Kepala Sekolah

Biaya Sekolah Budaya

Organisasi Sekolah Iklim

Sekolah

Kinerja layanan Staff

Latarbelakang ekonomi siswa

Mutu Pembelajaran


(25)

1. Keberhasilan sekolah selama ini lebih banyak dipengaruhi oleh faktor kebetulan dibandingkan by design. Hal ini tampak pada tidak stabilnya prestasi sekolah dari tahun ke tahun. Oleh karena itu optimalisasi fungsi komponen sekolah sangat dibutuhkan untuk membentuk efektivitas berjalannya sistem yang terdapat pada sekolah.

2. Mutu pembelajaran belum banyak mengembangan learning skill development siswa, nampak masih dominan pada model pembelajaran teacher centre.

3. Peran kepemimpinan kepala sekolah belum menggambarkan adanya upaya yang signifikan untuk pengembangan produktivitas sekolah, karena rendahnya kualifikasi dan kompetensi.

4. Pembiayaan pendidikan belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan sekolah dan masih mengandalkan dari pemerintah, belum mengoptimalkan peran masyarakat dan stakeholders.

5. Ketersediaan fasilitas pembelajaran umumnya belum memenuhi standar nasional pendidikan.

6. Kinerja mengajar guru masih terlihat sebagai penerus instruksi, belum sampai mengajar sebagai manajer pembelajaran dan merasa puas dengan apa yang dimilikinya.

SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat sangat potensial dijadikan sasaran penelitian ini karena memiliki lingkungan yang heterogen. Dengan demikian variasi perbedaan lingkungan ini diharapkan dapat mendukung munculnya gambaran yang objektif tentang produktivitas sekolah.


(26)

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang maksimal maka, penulis membatasi permasalahan penelitiannya pada faktor kepemimpinan kepala sekolah, pembiayaan sekolah, fasilitas pembelajaran, kinerja mengajar guru, dan mutu pembelajaran serta produktivitas sekolah.

Dengan batasan masalah ini, maka dapat dirumuskan masalah yang diduga berkontribusi kuat terhadap produktivitas sekolah di SMA Negeri di Jawa Barat yaitu, kepemimpinan kepala sekolah, pembiayaan sekolah, fasilitas pembelajaran, kinerja mengajar guru, dan mutu pembelajaran sebagai variabel bebas dan produktivitas sekolah sebagai variabel terikat, yang dirumuskan dalam

problem question sebagai berikut : Seberapa besar pengaruh faktor-faktor strategis peningkatan produktivitas sekolah (kepemimpinan kepala sekolah, pembiayaan sekolah, fasilitas belajar, kinerja mengajar guru) dengan faktor moderator mutu pembelajaran terhadap produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat. Lebih lanjut dirinci sebagai berikut :

1. Bagaimana kepemimpinan kepala sekolah, pembiayaan sekolah, fasilitas belajar, kinerja mengajar guru, mutu pembelajaran dan produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat.

2. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat ?

3. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah melalui pembiayaan sekolah terhadap produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat ?


(27)

4. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah melalui pembiayaan sekolah dan mutu pembelajaran terhadap produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat ?

5. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah melalui fasilitas pembelajaran terhadap produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat ? 6. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah melalui fasilitas

pembelajaran dan mutu pembelajaran terhadap produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat ?

7. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah melalui kinerja mengajar guru terhadap produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat ? 8. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah melalui kinerja

mengajar guru dan mutu pembelajaran terhadap produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat ?

9. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah melalui pembiayaan pendidikan, fasilitas pembelajaran, dan mutu pembelajaran terhadap produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat ?

10. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah melalui pembiayaan pendidikan, fasilitas pembelajaran, kinerja mengajar guru dan mutu pembelajaran terhadap produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat ? 11. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah melalui mutu

pembelajaran terhadap produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat ? 12. Seberapa besar pengaruh pembiayaan sekolah terhadap produktivitas SMA


(28)

13. Seberapa besar pengaruh pembiayaan sekolah melalui mutu pembelajaran terhadap produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat ?

14. Seberapa besar pengaruh pembiayaan sekolah melalui fasilitas pembelajaran dan mutu pembelajaran terhadap produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat ?

15. Seberapa besar pengaruh pembiayaan sekolah melalui fasilitas pembelajaran kinerja mengajar guru dan mutu pembelajaran terhadap produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat ?

16. Seberapa besar pengaruh fasilitas belajar terhadap produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat ?

17. Seberapa besar pengaruh fasilitas belajar melalui mutu pembelajaran terhadap produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat ?

18. Seberapa besar pengaruh fasilitas belajar melalui kinerja mengajar guru dan mutu pembelajaran terhadap produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat ?

19. Seberapa besar pengaruh kinerja mengajar guru terhadap produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat ?

20. Seberapa besar pengaruh kinerja mengajar guru melalui mutu pembelajaran terhadap produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat ?

21. Seberapa besar pengaruh mutu pembelajaran terhadap produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat ?


(29)

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum Penelitian

a. Tujuan Umum Penelitian

Tujuan umum penelitian yaitu untuk mendapatkan gambaran tentang produktivitas sekolah melalui studi pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, pembiayaan sekolah, fasilitas pembelajaran, kinerja mengajar guru, dan mutu pembelajaran, sebagai variabel independen, dan produktivitas sekolah sebagai variabel dependen; untuk mendapatkan data yang kredibel dalam menguji hipotesis dan kesohehan penelitian yang dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan pengujian dari penelitian ini; dan untuk membuat model untuk pola pengembangan produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat.

2. Tujuan khusus Penelitian

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk menganalisis kepemimpinan kepala sekolah, pembiayaan sekolah, fasilitas belajar, kinerja mengajar guru, mutu pembelajaran dan produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat

b. Untuk menganalisis pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat

c. Untuk menganalisis pengaruh kepemimpinan kepala sekolah melalui pembiayaan sekolah terhadap produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat


(30)

d. Untuk menganalisis pengaruh kepemimpinan kepala sekolah melalui pembiayaan sekolah dan mutu pembelajaran terhadap produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat

e. Untuk menganalisis pengaruh kepemimpinan kepala sekolah melalui fasilitas pembelajaran terhadap produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat

f. Untuk menganalisis pengaruh kepemimpinan kepala sekolah melalui fasilitas pembelajaran dan mutu pembelajaran terhadap produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat

g. Untuk menganalisis pengaruh kepemimpinan kepala sekolah melalui kinerja mengajar guru terhadap produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat

h. Untuk menganalisis pengaruh kepemimpinan kepala sekolah melalui kinerja mengajar guru dan mutu pembelajaran terhadap produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat

i. Untuk menganalisis pengaruh kepemimpinan kepala sekolah melalui pembiayaan pendidikan, fasilitas pembelajaran, dan mutu pembelajaran terhadap produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat

j. Untuk menganalisis pengaruh kepemimpinan kepala sekolah melalui pembiayaan pendidikan, fasilitas pembelajaran, kinerja mengajar guru dan mutu pembelajaran terhadap produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat


(31)

k. Untuk menganalisis pengaruh kepemimpinan kepala sekolah melalui mutu pembelajaran terhadap produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat l. Untuk menganalisis pengaruh pembiayaan sekolah terhadap produktivitas

SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat

m. Untuk menganalisis pengaruh pembiayaan sekolah melalui mutu pembelajaran terhadap produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat n. Untuk menganalisis pengaruh pembiayaan sekolah melalui fasilitas

pembelajaran dan mutu pembelajaran terhadap produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat

o. Untuk menganalisis pengaruh pembiayaan sekolah melalui fasilitas pembelajaran kinerja mengajar guru dan mutu pembelajaran terhadap produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat

p. Untuk menganalisis pengaruh fasilitas belajar terhadap produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat ?

q. Untuk menganalisis pengaruh fasilitas belajar melalui mutu pembelajaran terhadap produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat

r. Untuk menganalisis pengaruh fasilitas belajar melalui kinerja mengajar guru dan mutu pembelajaran terhadap produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat

s. Untuk menganalisis pengaruh kinerja mengajar guru terhadap produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat

t. Untuk menganalisis pengaruh kinerja mengajar guru melalui mutu pembelajaran terhadap produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat ?


(32)

u. Untuk menganalisis pengaruh mutu pembelajaran terhadap produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat

D. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory survey method, dengan pendekatan kuantitatif, yaitu untuk memberikan gambaran secara cermat, utuh, dan apa adanya tentang suatu obyek penelitian. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah : kepemimpinan kepala sekolah (X1), pembiayaan pendidikan (X2), fasilitas pembelajaran (X3), kinerja mengajar guru (X4), mutu pembelajaran (X5), produktivitas SMA Negeri di Jawa Barat .

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket dan analisis datanya menggunakan analisis jalur (path analysis). Selain dideskripsikan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan analisis jalur, juga dilanjutkan pada pendeskripsian secara kualitatif untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas. Setelah dianalisis secara statistik, kemudian hasil pengolahan data tersebut dibahas dengan mengacu pada teori-teori atau pendapat yang mendasari penelitian ini untuk diketahui apakah hasilnya mendukung teori atau tidak, sehingga dapat dibuat sebuah kesimpulan dan rekomendasi.

E. Manfaat Penelitian

Dengan diketahuinya gambaran dan pengaruh variabel independen kepemimpinan kepala sekolah, pembiayaan, fasilitas belajar, kinerja mengajar guru, dan mutu pembelajaran terhadap produktivitas sekolah sebagai variabel dependen akan dapat memberikan sumbangan secara :


(33)

a. Teoritik,

Hasil penelitian ini berguna bagi penyajian keilmuan dan khasanah penelitian secara empirik di bidang kepemimpinan kepala sekolah, pembiayaan sekolah, fasilitas belajar, kinerja mengajar guru, dan mutu pembelajaran dan secara lebih luas dalam manajemen pendidikan, perilaku organisasi, khususnya dalam meningkatkan produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat. b. Praktik.

Hasil penelitian ini berguna sebagai best practice dalam dalam sebuah model mengelola sekolah khususnya SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat dengan kepemimpinan kepala sekolah, pembiayaan sekolah, fasilitas belajar, kinerja mengajar guru, dan mutu pembelajaran sebagai core pengembangannya, semodel bagi pembiayaan, mutu pembelajaran, dan komunikasi, sehingga dapat dijadikan pijakan baru dalam membangun, mengembangkan dan meningkatkan produktivitas sekolah yang diharapkan.

F. Struktur Organisasi Disertasi

Disertasi ini akan dikembangkan dengan struktur organisasi sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan. Bab ini berisi tentang latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat/signifikansi penelitian.

Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian,


(34)

Sekolah, Mutu Pembelajaran, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Pembiayaan Sekolah, Fasilitas Pembelajaran, dan Kinerja Mengajar Guru, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian.

Bab III Metode Penelitian, Pada bab ini dikembangkan tentang lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, proses pengembangan instrument, teknik pengumpulan data dan analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini akan diuraikan tentang pengolahan atau analisis data dan pembahasan atau analisis temuan.

Bab V Kesimpulan dan Saran. Pada bab ini disajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.


(35)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di SMA Negeri yang ada di Provinsi Jawa Barat. Pada tahun pelajaran 2011/2012 SMA Negeri se Provinsi Jawa Barat berjumlah 428 sekolah yang tersebar di 26 Kabupaten/Kota. Sebagaimana terlihat pada tabel berikut :

Tabel 3.1

Daftar SMA Negeri Provinsi Jawa Barat

No. Kabupaten /

Kota

Banyaknya SMA Negeri

1. Kab. Bogor 32

2. Kab. Sukabumi 22

3. Kab. Cianjur 13

4. Kab. Bandung 18

5. Kab. Garut 29

6. Kab. Tasikmalaya 14

7. Kab. Ciamis 22

8. Kab. Kuningan 19

9. Kab. Cirebon 19

10. Kab. Majalengka 16

11. Kab. Sumedang 16

12. Kab. Indramayu 18

13. Kab. Subang 17

14. Kab. Purwakarta 12

15. Kab. Karawang 20

16. Kab. Bekasi 33

17. Kab. Bandung Barat 15

18. Kota Bogor 10

19. Kota Sukabumi 5

20. Kota Bandung 27


(36)

22. Kota Bekasi 17

23. Kota Depok 6

24. Kota Cimahi 6

25. Kota Tasikmalaya 10

26. Kota Banjar 3

Jumlah 428

2. Populasi dan Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Provinsi Jawa Barat, dengan kriteria kabupaten/kota yang memiliki IPM (khususnya rata-rata lama sekolah) tinggi, (Kota Depok, Kota Bekasi, Kota Bandung, dan Kota Cimahi), sedang (Kab. Bandung Barat, Kab.Sumedang, Kab. Bogor, dan Kab. Garut) dan rendah (Kab. Kuningan, Kab. Majalengka, Kab. Cirebon dan Kab. Indramayu). Berdasarkan kriteria ini maka populasi penelitian berasal dari delapan kabupaten dan empat kota sebagaimana terlihat pada tabel berikut :

Tabel 3.2 Distribusi Populasi

No Kabupaten/Kota Banyak SMA

1. Kota Depok 6

2. Kota Bekasi 17

3. Kota Cimahi 6

4. Kota Bandung 27

5. Kab. Bandung Barat 15

6. Kab. Sumedang 16

7. Kab. Bogor 10

8. Kab. Garut 29

9. Kab. Kuningan 19

10. Kab. Majalengka 16

11. Kab. Cirebon 19

12. Kab. Indramayu 18


(37)

Menentukan banyaknya sampel SMA dilakukan perhitungan secara proporsional dengan presisi 13%, dengan rumus :

1 2   Nd N n

n = Banyaknya sampel N = Banyaknya populasi

d = Presisi (digunakan 13% untuk guru dan siswa) Dengan perhitungan sebagai berikut :

1 ) 13 . 0 )( 198 ( 198 2 n 1 ) 0169 . 0 )( 198 ( 198   n 1 ) 0169 . 0 )( 198 ( 198   n 1 ) 3462 . 3 ( 198   n 3462 . 4 198  n 36  n

Sedangkan banyaknya sampel SMA, guru, dan peserta didik dari masing-masing kabupaten/kota ditentukan dengan menggunakan rumus fraction yaitu :

xn N N ni

Ni = Banyaknya populasi guru atau peserta didik N = Banyaknya populasi total guru atau peserta didik n = Banyaknya sampel total


(38)

Dengan cara yang sama perhitungan dapat dilakukan terhadap SMA, guru, dan peserta didik dari masing-masing kabupaten/kota sehingga sampel dapat diketahui. Adapun hasil yang diperoleh adalah:

Tabel 3.3

Banyaknya Sampel SMA, Guru, dan Peserta Didik

No Kabupaten/Kota

Populasi Sampel

SMA Guru Peserta

Didik SMA Guru

Peserta Didik

1 Kota Depok 6 240 3780 1 3 3

2 Kota Bekasi 17 680 10710 3 9 9

3 Kota Cimahi 6 240 3780 1 3 3

4 Kota Bandung 27 1080 17010 5 14 14

5 Kab. Bandung

Barat 15 600 9450 3 8 8

6 Kab. Sumedang 16 640 10080 3 8 8

7 Kab. Bogor 10 400 6300 2 5 5

8 Kab. Garut 29 1160 18270 5 15 15

9 Kab. Kuningan 19 760 11970 4 10 10

10 Kab. Majalengka 16 640 10080 3 8 8

11 Kab. Cirebon 19 760 11970 3 10 10

12 Kab. Indramayu 18 720 11340 3 9 9

Jumlah 198 7920 124740 36 102 102

Untuk memastikan sekolah mana yang dijadikan sampel pada penelitian ini maka dipilih secara acak (random) dengan sampel untuk guru dan peserta didik masing-masing satu orang responden adalah:


(39)

Tabel 3.4 Distribusi Responden

No Kota/Kabupaten SMA Guru Peserta

Didik

No Nama

1 Kota Depok 1 SMA Negeri 2 Depok 3 3

2 Kota Bekasi

2 SMA Negeri 1 Bekasi 3 3

3 SMA Negeri 5 Bekasi 3 3

4 SMA Negeri 5 Tambun

Selatan 3 3

3 Kota Cimahi 5 SMA Negeri 1 Cimahi 3 3

4 Kota Bandung

6 SMA Negeri 5 Bandung 3 3

7 SMA Negeri 20 Bandung 3 3

8 SMA Negeri 27 Bandung 2 2

9 SMA Negeri 4 Bandung 3 3

10 SMA Negeri 1 Bandung 3 3

5 Kab. Bandung Barat

11 SMA Negeri 17 Bandung 3 3

12 SMA Negeri 8 Bandung 3 3

13 SMA Negeri 14 Bandung 2 2

6 Kab. Sumedang

14 SMA Negeri 1 Sumedang 3 3

15 SMA Negeri 3 Sumedang 3 3

16 SMA Negeri 5 Sumedang 2 2

7 Kab. Bogor 17 SMA Negeri 1 Cisarua 3 3

18 SMA Negeri 1 Cibinong 2 2

8 Kab. Garut

19 SMA Negeri 1 Garut 3 3

20 SMA Negeri 15 Garut 3 3

21 SMA Negeri 5 Garut 3 3

22 SMA Negeri

Pameungpeuk 3 3

23 SMA Negeri Cibatu 3 3

9 Kab. Kuningan

24 SMA Negeri 1 Kuningan 3 3

25 SMA Negeri 3 Kuningan 3 3

26 SMA Negeri 1 Darma

27 SMA Negeri Kadu Gede 2 2

10 Kab. Majalengka

28 SMA Negeri 1

Majalengka 2 2


(40)

No Kota/Kabupaten SMA Guru Peserta Didik

No Nama

30 SMA Negeri 1

Sumberjaya 3 3

11 Kab. Cirebon

31 SMA Negeri 1 Palimanan 4 4

32 SMA Negeri 1 Beber 3 3

33 SMA Negeri 1

Ciwaringin 3 3

12 Kab. Indramayu

34 SMA Negeri 1 Sindang 3 3

35 SMA Negeri 1 Indramayu 3 3

36 SMA Negeri 1 Juntinyuat 3 3

Jumlah 36 102 102

B. Desain Penelitian

Model penelitian pengaruh pembiayaan, mutu pembelajaran, dan komunikasi terhadap produktivitas sekolah, dikembangkan berdasarkan konsep teoritik yang dijelaskan pada kisi-kisi kusioner. Oleh karena itu penelitian ini akan menggambarkan keadaan produktivitas sekolah.


(41)

Kepemimpinan Kepala Sekolah - Orientasi tugas - Intellectual stimulation

(stimulasi intelekstual); - Inspirational motivation (motivasi inspirasional); - Orientasi Human relation ;

Pembiayaan Pendidikan - Strategi pengalokasian dana - Realisasi dan pemanfaatan

dana

- Pertanggungjawaban - Sistem Pengawasan

Fasilitas Belajar

- Alat Pelajaran

- Alat Peraga

- Media Pembelajaran

- Ruangan Kelas

- Ruangan Penunjang

Kinerja Mengajar Guru - Pembuatan program

pembelajaran - Penguasaan materi

pembelajaran - Penggunaan media dan

sumber belajar - Pengelolaan interaksi

pembelajaran

- Penilaian prestasi siswa

- Penelitian sederhana

Mutu Pembelajaran

- Target pembelajaran tercapai 80%

- Berkembangnya curiosity siswa

- Interaksi edukatif

- Pengelolaan kelas yang efektif

- Pengembangan learning skill development

Produktivitas Sekolah

- Kebermaknaan Pembelajaran - Manajemen Sekolah - Efektivitas Budaya Sekolah - Kepemimpinan Sekolah

Prestasi dan benefit - Fungsi manajerial, sikap

produktif dan fungsi ekonomis


(42)

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Metode survey merupakan salah satu metode yang dipergunakan dalam penelitian ini. Dalam survey, informasi dikumpulkan dari responden salah satunya menggunakan kosioner.

Penelitian survey dengan pendekatan kuantitatif yang dilakukan merupakan studi eksplorasi dan konfirmasi di SMA Negeri yang berada di Provinsi Jawa Barat. Untuk memenuhi kepentingan yang telah dijelaskan di atas banyak model yang memungkinkan alat ukur yang dapat dipergunakan dalam penelitian ini. Tetapi setelah menguji berbagai prinsip dan pertimbangan oleh peneliti, maka model yang dianggap paling cocok untuk dapat dipergunakan bagi penelitian ini adalah instrumen model skala likert (Sumated Ratings Method).

Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi-dimensi yang dijabarkan menjadi sub variabel, kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Setelah jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkap dengan:


(43)

Tabel 3.5

Penilaian Kuesioner

No Arti Penelitian Skala Jawaban

Positif Negatif 1 Sangat baik / sangat setuju / sangat sesuai 5 1

2 Baik / setuju / sesuai 4 2

3 Cukup 3 3

4 Sangat kurang baik / sangat kurang setuju / sangat kurang sesuai

2 4

5 Tidak baik / tidak setuju / tidak sesuai 1 5 Skala Likert Pendekatan yang harus dilakukan untuk mengungkapkan sikap seseorang. Menurut Bany dan Jackson dalam Rahman (1984: 231-232) skala ini merupakan:

(1) Teknik pelaporan diri sendiri (self report technique) teknik pelaporan diri sendiri dapat berbentuk respon seseorang terhadap sejumlah pertanyaan. Respon itu mungkin berupa ya atau tidak, atau mungkin pula dinyatakan dalam bentuk skala yang menunjukkan kadar atau derajat respon negatif atau positif terhadap sesuatu perangsang yang bersangkutan dengan suatu objek sikap. (2) Observasi terhadap prilaku yang tampak

(observation of overt behavior) dengan pendekatan ini sikap ditafsirkan dari prilaku seseorang yang tampak dengan memperhatikan tiga dimensi, yaitu arah prilaku (positif atau negatif, setuju atau tidak setuju atau menolak), kadar atau derajat arah tersebut yang memperhatikan kontinum dari lemah, sedang, kuat, dan kuat sekali, dan intensitas atau “kekuatan sikap tersebut dalam menentukan kemunculannya dalam prilaku. (3) Sikap yang disimpulkan dari prilaku orang yang bersangkutan. Dalam hal ini sikap diperkirakan berdasarkan tafsiran terhadap perhatian, tindakan dan tanda-tanda non verbal, seperti gerakan muka atau badan seseorang.

Sejalan dengan paparan di atas, data empirik yang diperlukan untuk pengujian hipotesis penelitian ini dapat diberikan pada kelompok guru. Kelompok guru yang dimaksud adalah guru SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat. Pengumpulan data ini digunakan metode survey atau survey research dengan menggunakan instrumen berupa angket.


(44)

D. Instrument Penelitian

1. Identifikasi Tujuan Pengukuran

Tujuan pengukuran sebagai hal yang penting dalam penyusunan alat ukur biasanya diperoleh dari pengembangan ide awal penelitian, yaitu apa yang hendak diukur dan hasil ang akan diperoleh melalui penelitian. Melalui tujuan pengukuran ini akan diperoleh pertimbangan-pertimbangan pengambilan sampel item dari masing-masing yang akan diukur, penetapan penyebaran item, dan penentuan karakteristik responden yang diinginkan.

Di dalam penyusunan alat ukur, pembatasan isi yang akan disajikan dalam bentuk item merupakan hal yang sangat penting. Pembatasan bahan pengukuran ini bertujuan agar alat ukur yang disusun tidak keluar dari lingkup yang relevan. Untuk mengarahkan penentuan item-item pertanyaan atau pernyataan yang relevan dan memastikan bahwa tidak ada bagian penting yang terlewat atau terwakili oleh item alat ukur, pembatasan cakupan isi alat ukur merupakan hal yang sangat penting. Dengan demikian diharapkan validitas isi alat ukur (content validity) dalam penelitian ini akan menjadi lebih representatif, komprehensif dan relevan.

2. Penentuan Format Item yang Akan Digunakan.

Menurut Kaplan dan Srecuzzo, format item yang dapat digunakan dalam penyusunan suatu alat ukur yaitu: Format Likert, yaitu format penulisan item yang paling sering dipergunakan untuk skala sikap dan kepribadian dimana dengan format penulisan seperti ini responden diminta untuk menunjukkan derajat kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap pernyataan-pernyataan tertentu dengan


(45)

pilihan jawaban sangat setuju, setuju, ragu, tetapi cenderung setuju, ragu-ragu tetapi cenderung tidak setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Ataukah sangat sesuai, sesuai, kurang sesuai, sangat kurang sesuai, tidak sesuai dan sangat baik, baik, kurang baik, sangat kurang baik, tidak baik.

Instrumen penelitian yang berisi skala ini diisi oleh responden dengan memilih salah satu tanggapan yang sudah disediakan. Agar dalam memberikan tanggapan, responden tidak seenaknya menulis tanpa berfikir, maka pernyataan-pernyataan yang disajikan dibuat bervariasi yaitu antara pernyataan-pernyataan yang positif dan pernyataan yang negatif, walaupun ini tidak harus selalu setelah pernyataan positif, lalu pernyataan negatif, kemudian pernyataan positif lagi dan seterusnya.

Cara pemberian nilai pada tanggapan atas pernyataan yang positif berlawanan dengan nilai tanggapan atas pernyataan yang negatif. Jadi untuk pernyataan positif, tanggapan sangat setuju diberi nilai 5, tanggapan setuju 4, kurang setuju 3, sangat kurang setuju 2 dan tidak setuju 1. Maka untuk pernyataan negatif tanggapan sangat setuju diberi nilai 1, setuju 2, kurang setuju 3, sangat kurang setuju 4, dan tidak setuju 5. Kemudian nilai setiap pernyataan dijumlahkan dan nilai total inilah yang dianggap sebagai indikator gejala yang diukur. Pemberian nilai tersebut dilakukan setelah instrumen penelitian yang berupa skala likert ini terkumpul. Pernyataan dalam penelitian yang diberikan kepada responden tidak diberi tanda positif atau negatif. Alternatif jawaban pun tidak diberi nilai terlebih dahulu. Menurut Sorhartono (1995:78): “keuntungan skala likert: (1) Mudah dibuat dan ditafsirkan, (2) Bentuk yang paling umum, (3) Bersifat luwes, (4) Mengukur pada tingkat skala ordinal”.


(46)

3. Definisi Operasional

Variabel penelitian ini terdiri dari enam variable, yaitu lima variable bebas (independent variable) dan satu variable terikat (dependent variable). Variabel bebas adalah kepemimpinan kepala sekolah, pembiayaan pendidikan, fasilitas belajar, kinerja mengajar guru, dan mutu pembelajaran sebagai variabel independen, dan produktivitas sekolah sebagai variabel dependen.

Pengembangan instrument ditempuh melalui beberapa cara, yaitu : (a) mendefinisikan operasional variable penelitian, (b) menyusun indikator variable penelitian, (c) meyusun kisi-kisi instrument, (d) melakukan uji coba instrument, dan melakukan pengujian validitas dan reliabilitas instrument.

Berikut ini definisi operasional variable penelitian:

Produktivitas sekolah adalah cara penggunaan input dan proses persekolahan untuk meningkatkan hasil (output) yang diinginkan. Sekolah yang produktif dapat ditinjau dari sudut administrasi, psikologis, dan ekonomis. Dalam hal ini efektivitas dan efisiensi merupakan ciri dan sebagai suatu kriteria atau ukuran produktivitas sekolah. Produktivitas sekolah dapat dilihat dari output sekolah yang berupa prestasi serta proses pendidikan yang berupa suasana pendidikan. Prestasi dapat dilihat dari masukan yang merata, jumlah tamatan yang banyak, mutu tamatan yang tinggi, relevansi yang tinggi, dan dari sisi ekonomi yang berupa penyelenggaraan penghasilan. Sedangkan proses atau suasana tampak dalam kegairahan belajar, dan semangat kerja yang tinggi, serta kepercayaan dari berbagai pihak. Ditinjau dari dimensi (a) kebermaknaan proses pembelajaran; (b) manajemen sekolah; (c) efektivitas budaya sekolah


(47)

(iklim organisasi sekolah yang kondusif); (d) kepemimpinan sekolah yang kuat; (e) output sekolah (hasil prestasi); (f) outcome (benefit).

Mutu pembelajaran merupakan gambaran mengenai baik-buruknya hasil yang dicapai oleh peserta didik dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Proses pembelajaran dianggap bermutu bila berhasil mengubah sikap, perilaku dan keterampilan peserta didik (peserta didik) dikaitkan dengan tujuan pendidikannya. Indikator mutu pembelajaran sebagai berikut: 1) ketepatan desaia bahan pembelajaran; 2) lamanya bobot waktu belajar mengajar; 3) variasi strategi belajar mengajar; 4) frekuensi tugas/pekerjaan rumah yang diberikan; 5) frekuensi penilaian kemajuan hasil belajar siswa; 6) pemanfaatan media dan sumber belajar yang tepat; 7) iklim belajar yang kondusif (interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif); dan 8) teknik penilaian yang tepat. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pembelajaran secara umum terdiri dari faktor internal dan eksternal.

Kepemimpian kepala sekolah merupakan kemampuan dan proses mempengaruhi, membimbing, mengkoordinasi, dan menggerakan orang lain yang ada hubungan dengan pengembangan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, agar kegiatan-kegiatan yang dijalankan lebih efisien dan efektif di dalam pencapaian tujuan pendidikan dan pengajaran.

Pembiayaan pendidikan merupakan jenis pengeluaran yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan baik dalam bentuk uang maupun barang dan tenaga yang dapat dihargakan dengan uang. Konsep pembiayaan dalam bidang pendidikan memberikan pandangan bahwa lembaga pendidikan merupakan


(48)

produsen jasa pendidikan yang menghasilkan keahlian, keterampilan, ilmu pengetahuan, karakter dan nilai-nilai yang dimiliki seorang lulusan membutuhkan sumber daya pendidikan yang meliputi pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana pendidikan, bahan dan peralatan pengajaran, dll. agar kegiatan pendidikan dapat mencapai standar nasional pendidikan, diperlukan sumber daya pendidikan yang standar.

Fasilitas belajar merupakan hal yang diperlukan dalam proses mengajar belajar baik yang bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan lancar, teratur, efektif dan efisiean. Ketersediaan fasilitas tersebut harus dapat menunjang kualitas program pembelajaran di sekolah yang didasari akan kebutuhan program pendidikan atau kurikulum sekolah masing-masing.

Kinerja mengajar guru kemampuan yang ditunjukkan oleh guru dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya yaitu mengajar. Kinerja mengajar dikatakan baik dan memuaskan apabila tujuan yang dicapai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Dimensi kinerja mengajar guru adalah pembuatan program pembelajaran Penguasaan materi pembelajaran; penggunaan media dan sumber belajar; pengelolaan interaksi pembelajaran ; penilaian prestasi siswa; dan penelitian sederhana

4. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Kisi-kisi penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas sekolah melalui kajian pengaruh pembiayaan, mutu pembelajaran, fasilitas dan


(49)

komunikasi. dikembangkan berdasarkan teori yang dapat diamati pada tabel 3.2 sebagai berikut :

Tabel 3.6

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Produktivitas Sekolah

Variabel

Definisi

Operasional Dimensi Aspek Indikator

Sebelum Sesudah Jml No.

Item Jml No. Item Produktivitas

Sekolah (Y)

Pengelolaan input dan proses perse-kolahan untuk meningkatkan hasil (output) yang diingin-kan. Sekolah yang pro-duktif dapat ditinjau dari sudut admi-nitrasi, psi-kologis, dan ekonomis. - kebermaknaan proses pembelajaran; - manajemen sekolah; - efektivitas budaya sekolah (iklim organisasi sekolah yang kondusif); - Pembelajaran melibatkan partisipasi siswa - Pembelajaran memanfaatkan sumber daya yang ada - Penerapan strategi pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik - Mekakukan evaluasi hasil belajar untuk memperbaiki proses pembelajaran - Implementasi visi, misi dan tujuan sekolah - Penerapan program sekolah yang inovatif dan bermutu - Pemberdayaan stakeholders - Lingkungan sekolah memberikan kompetensi positif bagi aktivitas warga sekolah - Toleransi terhadap tindakan 3 3 2 2 4 4 2 2 2 1,2,3 4,5,6 7,8 9,10 11,12, 13,14 15,16 17,18 19,20 21,22 23,24 2 1 1 2 3 2 2 1 1 1,2 3 4 5,6 7,8, 9 10,11, 12,13 14 15


(50)

- kepemimpinan sekolah yang kuat;

- output sekolah (hasil prestasi); warga untuk dapat bertindak inovatif untuk memajukan sekolah - Mendorong unit-unit sekolah untuk bekerja dengan cara terkoordinasi - Adanya fasilitas pendukung bagi pembelajaran yang efektif bagi warga sekolah

- Adanya alat kontrol berupa peraturan-peraturan atau norma-norma yang berlaku dalam sekolah - Berorientasi pada pencapaian visi dan misi sekolah - Memberikan petunjuk kerja pada bawahan - Menilai pelaksanaan tugas bawahan - Menetapkan standar pada tugas bawahan - Melakukan pengawasan kerja terhadap bawahan - Pemilikan program pengembanga n prestasi akademis dan non akademis - Sekolah memiliki 2 2 2 2 2 2 2 2 2 5 25,26 27,28 29,30 31,32 33,34 35,36 37,38 39,40 41,42 43,44, 0 1 1 1 1 1 0 0 1 16 17 18 19 20 21


(51)

- outcome (benefit). prestasi akademis dan non akademis - Sekolah memiliki program pencapaian lulusan yang berkualitas - Kelulusan siswa - Melanjutkan studi - Terserap dunia kerja 2 2 2 3 45,46, 47 48,49 50,51 52,53 54,55, 56 2 2 1 2 2 22,23 24,25 26 27,28 29,30 Tabel 3.7

Kisi-Kisi Instrumen Mutu Pembelajaran

Variabel Definisi

Operasional Dimensi Indikator

Sebelum Sesudah

Jml No. Item Jml No. Item Mutu

Pembelajaran (X5)

Gambaran mengenai baik-buruknya hasil yang dicapai oleh peserta didik dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Proses pembelajaran dianggap bermutu bila berhasil mengubah sikap, perilaku dan keterampilan peserta didik (peserta didik) dikaitkan dengan tujuan pendidikannya. - Target pembelajaran tercapai 80% - Berkembangnya

curiosity siswa

- Interaksi edukatif

- 80% Tercapainya setiap Standar

Kompetensi/Kompetensi Dasar

- Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai 80%, baik secara indvidual maupun kelompok - Pengajuan pertanyaan

(questioning) kepada siswa

- Penggunaan media pembelajaran

- Pola guru-siswa dimana komunikasi terjadi sebagai aksi (satu arah), - pola guru - siswa - guru;

ada balikan (feedback)

bagi guru, tidak ada interaksi antar siswa (komunikasi sebagai interaksi),

- pola guru - siswa - siswa; ada balikan bagi guru, siswa saling belajara satu sama lain,

3 2 2 3 2 2 2 1,2,3 4,5 6,7 8,9,10 11,12 13,14 15,16 3 1 2 3 2 2 2 1,2,3 4 5,6 7,8,9 10,11 12,13 14,15


(52)

- Pengelolaan kelas yang efektif

- Pengembangan

learning skill development

- pola guru - siswa, siswa - guru, siswa - siswa; interaksi optimal antara guru dan siswa dan antara siswa dengan siswa (komunikasi sebagai transaksi, multi arah),

- Kelas dikelola dengan

pola ”semua keperluan”.

- Pencahayaan dan Kebisingan

- Tata letak pengaturan kursi

- Dinding dan Papan Tulis - Lantai ruang

- kerjasama - tanggung jawab - disiplin - Sopan santun - menghargai - kepemimpinan - kemandirian, - kejujuran - kreativitas - Inovatif 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17,18 19,20 21,22 23,24 25,26 27,28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 1 2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 16 17,18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Tabel 3.8

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Kepemimpinan Kepala Sekolah

Variabel

Definisi

Operasional Dimensi

Aspek Indikator

Sebelum Sesudah

Jml No.

Item Jml

No. Item Kepemimpinan

Kepala Sekolah (X1)

Kemampuan dan proses mempengaruhi, membimbing, mengkoordinasi, dan mengge-rakan orang lain yang ada hu-bungan dengan pengembangan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, agar kegiatan-kegiatan yang - Berorientasi pada tugas - Stimulan intelektual - Mengutamakan pencapaian tujuan - Menilai pelaksanaan tugas bawahan

- Menetapkan batas waktu pelaksanaan tugas - Menetapkan standar tertentu pada tugas bawahan - Memberikan petunjuk kerja 2 3 3 3 3 1,2 3,4,5 6,7,8 9,10, 11 12,13, 14 2 2 1 3 3 1,2 3,4 5 6,7,8 9,10,11


(53)

efisien dan efek-tif di dalam pencapaian tujuan pendidikan dan pengajaran - Motivasi Inspirasiona l - Berorientasi pada human relations

- Melakukan pengawasan kerja bawahan

- Menghargai ide dan gagasan - Memberikan kepercayaan pada bawahan - Melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan - Bersikap familiar - Membina hubungan kerjasama - Memberikan dukungan pada bawahan 3 3 5 3 3 2 2 15,16, 17 18,19, 20 21,22, 23,24 25 26,27, 28 29,30,31 32,33 34,35 3 2 4 3 3 2 2 12,13,14 15,16 17,18,19, 20 21,22,23 24,25,26 27,28 29,30 Tabel 3.9

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Pembiayaan Sekolah

Variabel Definisi

Operasional

Dimensi

Aspek Indikator

Sebelum Sesudah

Jml No.

Item Jml

No. Item

Pembiayaan Sekolah (X2)

Jenis penge-luaran yang berkenaan dengan penye-lenggaraan pendidikan baik dalam bentuk uang maupun barang dan tenaga yang dapat diharga-kan dengan uang - Strategi pengalokasian dana

- Realisasi dan pemanfaatan dana - Pertanggungja waban - Identifikasi kebutuhan - Adopsi sasaran - Analisis alternatif

program - Memilih biaya

alternatif yang efrektif - Invetarisasi sumber dana - Penetapan anggaran - Menyajikan

anggaran - Menyiapkan laporan keuangan - Pembukuan keuangan - Mengontrol keuangan 3 3 3 3 3 3 2 4 4 4 1,2,3 4,5,6 7,8,9 10,11 12 13,14 15 16,17, 18 19,20 21,22, 23,24, 25,26 27,28 29,30 31,32 3 1 1 1 3 2 2 2 3 4 1,2,3 4 5 6 7,8,9 10,11 12,13 14,15 16,17,18 19,20, 21,22


(1)

Hersey, P. (2000). Management Organizational Behavior . London : Jossey-Bass Publishers.

Hoy, W. K. and Miskel, C. G. (2008). Educational Administration, Theory, Research, and Practice. Boston: Mc Grow Hill.

Ishikawa, Kaoru. (1985). Pengendalian Mutu Terpadu. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

_____________, (1990), Gugus Kendali Mutu, (Alih Bahasa Widyahartono & Kasyanto). Jakarta: Lembaga Sarana Informasi Usaha Dan Produktivitas. Iskandar, J. (2000). Manajemen Publik, Pustaka Program Pascasarjana : UIN Bandung, Jhons, Roe. L and Morphet, Edgar L, (1975), The Economis and Financing Of

Education, Third edition, New Jersey: Prentice-Hall.

John Vaizey. (1972), The Political Economic of Education, Jakarta : GIP.

Kaplan Robert dan Norton David. (2001). Balanced Scorecard, Menerapkan Strategi Menjadi Aksi. Alih Bahasa Peter R Yosi Pasla. Jakarta: Erlangga. Kartono, Kartini. (1998). Pemimpin Dan Kepemimpinan, Jakarta, PT. Raja

Grafindo Persada,

Kastam, Lia (2011). Meningkatkan Produktivitas Sekolah. DunamisNewsletter

edisi Oktober 2011. Tersedia :

http://www.dunamis.co.id/knowledge/details/articles/187

Kementrian Pendidikan Nasional (2011). Ikhtisar Data Pendidikan Nasional Tahun 2009/2010, Jakarta : Pusat Data dan Statistik Pendidikan

Klaumeier, et al. (1995). Learning and Human Abilities, Educational Psychology. New York: Harper and New Publishers.

Komaruddin Sastradipoera. (1994), Ensiklopedia Manajemen, Jakarta: Bumi Aksara.

Kotler, Philip. (1997). Manajemen Pemasaran. Jakarta, Prenhallindo.

Lovelock, Christopher, H. (1991), Service Markeing, 2 Ed. New Jersey : Prentice – Hall International, Inc.

Lunenburg, Fred.C.dan Ornstein, Allan C. (2000). Educational Administration: Concepts and Practices. Third Edition Belmont USA: Wardsworth.


(2)

Luthan, Fred, (1995). Organizational Behavior, Singapore :McGraw Hill Book. Makmun, Abin S. (1999), Pengembangan Profesi dan Kinerja Tenaga

Kependidikan, Pedoman dan Intisari Perkuliahan (Handout), Bandung: PPS IKIP.

____________ (1997). Analisis Posisi Sistem Pendidikan. Makalah. Jakarta: Depdikbud.

Mali, Paul. (1978). Improving Total Productivity: MBO strategies for business, government, and not-for-profit organizations. Michigan : Wiley

Maniah, Sitti. (2011). Profesionalitas Kepala Sekolah : Analisis Antara Idealita dengan Realita dalam Jurnal Lentera Pendidikan Vol. 14. No. 01 Juni2011.

Mardiasmo, (2002). Akuntansi Sektor Publik, Yogyakarta : ANDI.

Margaret Hadderman. School Productivity. Long-run trends in school productivity: Evidence from Australia : Andrew leigh

Martono, Trisno. (2007). Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Guru, Budaya Organisasi Sekolah, Pengaruhnya Terhadap Produktivitas Sekolah. Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Manajemen Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tidak diterbitkan.

Morphet, E.L., Johns, R.L., Reller, T.L., (1974). Educational Organization and Administration: Concept, Practice, and Issues. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hal, Inc.

Morris, Lynn Lyons and Carol Taylor Fitz-Gibbon (1990). Evaluatior’s Handbook. Beverly-Hills, CA: Sage Publications.

Mulyadi, (2002). Auditing, Buku Dua, Edisi Ke Enam, Salemba Empat : Jakarta. Mulyasa, E. (2005), Menjadi Guru Professional, Menciptakan Pembelajaran

Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

____________ (2003), Menjadi Kepala Sekolah Professional dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK, PT. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Munandar, Utami. (1992). Mengembangkan Bakat dan kreativitas Siswa Sekolah.

Jakarta : GramediaWidiasarana Indonesia.

Murgatroyd Stephen adn Colin Morgan. (1994). Total Quality. Manajemen and The School. Philadelpia : University Press.


(3)

Murphy, Joseph. et. al. Leaders For Productive Schools. Vanderbilt university Nawawi, Hadari. 1997. Administrasi Pendidikan. Jakarta: CV. Haji Masagung. Nurdin, Alwi. (2001). Pengawasan Pendidikan Persekolahan Ditinjau dari

Kenyataan Faktual di Lapangan. Makalah disampaikan pada Diskusi Panel Rapat Konsultasi Pengawasan Pendidikan Inspektorat Jenderal (Itjen) Depdiknas di Solo tanggal 10-13 April 2001.

Paul Hersey and Kenneth H. Blanchard (1996). Management and Organizational Behavior Englewood Cliffs,. NJ: Prentice-Hall.

Pearce dan Robinson. (1997). Manajemen Strategis. Jakarta : Binarupa Aksara. Pelech, William and Sharon Macpherson. The global classroom: an opportunity

for empowerment or exploitation?, Canada : University of Calgary. Percy E. (1962). Modern High School Administration. New York : Harpert

Brothers.

Pidarta, Made. (2004). Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta : Rineka Cipta. Prayitno, Pendekatan “BASIC NEED” dalam pendidikan: Aplikasi ilmu

pendidikan, Makalah Disampaikan pada Pertemuan FIP/JIP seluruh Indonesia di Bukittinggi 12-14 September 2005.

Productivity. Tersedia : http://www.britannica.com/EBchecked/topic/478036/ Robbins, Stephen P. (1996). Organiozational Behavior: Concept, Controversies.

New Jersey: Prentice Hall.

Sallis, E. (1993). Total Quality Management in Education. Philadelphia: Cogan Page Education Management Series.

_______. (2006). Total Quality in Education. Philadelphia-London: Kogan Page Limited.

Salusu. (1996). Pengambilan Keputusan Stratejik. Jakarta: Gramedia Press.

Sanusi, A. & Natawijaya, R. (1991). Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional Tenaga Kependidikan. Jakarta: Depdikbud.

Santyasa, I W. (1999). Pembelajaran Modul dengan Metode Demonstrasi dan Analogi sebagai Strategi Pengubah Konsepsi Mahasiswa Jurusan Pendidikan MIPA STKIP Singaraja. Laporan Penelitian. Singaraja: STKIP Singaraja.


(4)

Saparudin, Yudhi. (2011). Pengembangan Produktivitas Madrasah : Studi Kontribusi Kinerja Kepala Madrasah Aliyah (MA), Budaya MA, Kompetensi Guru serta Ketersediaaan Sarana dan Prasarana terhadap Produktivitas MA di Jawa Barat. Disertasi UPI : Tidak Diterbitkan. Satori Djam’an & Fatah, N. (2001). Konsep Dasar MBS dan Dewan Sekolah, Seri

MBS Modul . Bandung: Dinas Pendidikan Jawa Barat.

Scheerens Jaap, (2000). Improving School Effectiveness; Paris: United Nations Edicational, Scientific and Cultural Organizations

School Vouchers and Public School Productivity - The Case of the Swedish Large Scale Voucher Program Staffan Waldo Department of Economics Lund

University. Tersedia :

http://www.nek.lu.se/publications/workpap/Papers/WP06_8.pdf

Schultz, T.W. (1961). Investment in Human Capital. American Economic Review.

Sergiovani, Thomas J. Fred S. Coombs (1991). Educational Governance and Administration. Englewood Cliffs New Jersey : Prentice-Hall Inc. Sharplin, A. (1985). Strategic Management, Mc. Graw – Hill Book Company. Silberman L. Melvin. (2006). Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif.

Bandung: Nusamedia.

Singarimbun, Masri dan Effendi, S. (1995). Metode Penelitian Survei. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Jakarta: PT. Pustaka.

Soetjipto dan Kosasi, Raflis, (1999), Profesi Keguruan, Rineka Cipta, Jakarta. Sondang P. Siagian. (1997). Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

________________ (1999). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Stephen Knezevich (1969). Adminitration of Technology The Schools Executive. Washington DC: ASSA

Sudarmayanti. (2001). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: Mandar Maju.


(5)

Sudarsyah, Asep dan Diding Nurdin. (2009). Manajemen Implementasi Kurikulum, dalam Tim Dosen Adiminstrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sudjana. (1996). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. (2002). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sukadi. (2004). Pembelajaran Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran Menggunakan Modeling Dosen Berbasis Konstruktivisme Pada Mahasiswa Semester III Jurusan PPKN IKIP Negeri Singaraja Tahun 2005/2006. Laporan Penelitian. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja. Sutisna, Oteng. (1999). Administrasi Pendidikan: Dasar, Teori Untuk Praktek

Profesional. Bandung: Angkasa.

Sugiyono (1999). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Suhaeli (2011), Effective School : Teori dan Analisis Statistik pada SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat. Indramayu: PGRI.

Suhardiman, Budi. (2011), Pengaruh Rekrutmen, Kompetensi, dan Sistem Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah dalam Jurnal Administrasi Pendidikan Vol. XIII No. 2 Oktober 2011.

Suharsimi, A. (1997), Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukmara, Dian. (2005). Implementasi Life Skill dalam KTSP. Bandung: Mughni Sejahtera.

Supriadi, Dedi. (1999). Mengangkat Citra Dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya.

Sutermeister, R. A. (2006). People and Productivity. New York: McGraw-Hill.

Sutrisno. Bahan Ajar Kuliah . Tersedia

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/195801071

986031-SUTRISNO/Perkuliahan/Bahan_ajar/Laboratorium_Fisika_Sekolah_I/L ABORATORIUM_FISIKA_SEKOLAH.pdf

Syaodih, Sukmadinata. (2002). Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah: Konsep, Prisip dan Instrument. Bandung: Kusuma Karya.


(6)

Tabrani Rusyan, Atang Kusdinar dan Zainal Arifin. (1994). Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Karya.

The World Bank, (1998), Indonesia Education in Indonesia: from Crisis to Recovery. Jakarta : ESUEAPR The World Bank.

Thomas Jones A. (1985). The Productive School: a System Analisys Approach to Educational Administration. Chicago: University Press.

Timpe A. Dale. dan Sofyan Cikmat (Ed.). (1992). Kreativitas. Jakarta: Granada Tilaar, H.A.R., (1999). Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani

Indonesia: Strategi Reformasi Pendidikan Nasional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS). Tersedia : http://nces.ed.gov/timss/results07.asp

Wahjosumidjo. (1999). Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Widiastuti, Tantri, et. al.(2011). Analisis Pengaruh Gender, Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Produktivitas SDN di Kab. Sidoarjo. Widrajat. (2003). Model Manajemen Mutu Layanan Pendidikan untuk Kepuasan

Peserta Didik. Disertasi PPS UPI. Bandung : Tidak diterbitkan

Wirawan. (2002). Profesi dan Standar Evaluasi. Jakarta: Yayasan Bangun Indonesia & UHAMKA Press.

Woodring, P. (1975). “The development of teacher education” in K. Ryan (ed), Teacher Education: The seventy fourth yearbook of the national society for a study of education. Chicago: The University of Chicago Press. Yahya.(2003).Sistem Manajemen Pembiayaan Pendidikan, Disertasi UPI.

Yulk, Gary A. (1989). Leadership in Organization, 2nd Edition. New York: Prentice Hall International Inc.

Umami, Hidayatul. (2009). Pengaruh Biaya Operasional Pendidikan Terhadap Produktivitas Sekolah di Kota Semarang. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Tidak diterbitkan.

Zymelman, Manuel. (1973). Financing and Efficiency in Education. Boston : Nimrod Press.


Dokumen yang terkait

PRODUKTIVITAS SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN: Studi tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Iklim Sekolah, dan Fasilitas Pembelajaran terhadap Produktivitas SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung.

3 11 76

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, KINERJA GURU, FASILITAS BELAJAR, DAN PARTISIPASI DUNIA INDUSTRI TERHADAP MUTU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI DI JAWA BARAT.

0 5 95

STUDI PRODUKTIVITAS SEKOLAH DASAR : Analisis Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Budaya Sekolah, dan Supervisi Manajerial Pengawas Terhadap Produktivitas Sekolah Dasar di Kabupaten Garut.

5 13 94

PENGARUH KINERJA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA GURU TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA DI SEKOLAH MENENGAH : Studi Deskriptif Analitis di SMANegeri seKabupaten Indramayu).

0 1 90

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, KINERJA MENGAJAR GURU, FASILITAS BELAJAR, DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP MUTU SEKOLAH : Studi Pada Sma Terakreditasi A Di Kota Bandung.

5 33 71

PENGARUH MANAJEMEN PEMBIAYAAN SEKOLAH DAN KINERJA KEPALA SEKOLAH TERHADAP PRODUKTIVITAS SEKOLAH DI SEKOLAH MENENGAH DI LINGKUNGAN DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN ACEH BARAT.

0 1 49

PENGARUH KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN PRODUKTIVITAS SEKOLAH TERHADAP MUTU SEKOLAH DI SMA NEGERI SE-KABUPATEN MAJALENGKA.

0 0 66

PENGARUH PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001: 2008 DAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP PRODUKTIVITAS SEKOLAH :Penelitian Deskriptif Analitik di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri se-Jawa Barat.

0 0 48

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA SEKOLAH TERHADAP PRODUKTIVITAS SEKOLAH :Studi Deskriptif Analitik terhadap Persepsi Guru SMA Negeri SSN di Kota Bandung.

0 1 61

Microsoft Word PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR TRISNO MARTONO

1 2 38