Pengaruh Persepsi Pengurus mengenai SHU terhadap Keputusan Penentuan Harga dalam Rangka Mencapai Tujuan Koperasi pada unit Pertokoan di Kota Semarang.

(1)

PENGARUH PERSEPSI PENGURUS MENGENAI SHU

TERHADAP KEPUTUSAN PENENTUAN HARGA DALAM

RANGKA MENCAPAI TUJUAN KOPERASI PADA UNIT

PERTOKOAN KPRI DI KOTA SEMARANG

SKRIPSI

Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi

pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

Istiana

NIM. 3364981655

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2007


(2)

ii

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian

skripsi pada :

Hari

:

Tanggal :

Pembimbing I

Pembimbing II

Drs. Sukardi Ikhsan, M.Si.

Drs. Asrori, M.S.

NIP. 130515747

NIP. 131570078

Mengetahui :

Ketua Jurusan Akuntansi

Drs. Sukirman, M.Si.

NIP. 131967646


(3)

iii

Skripsi ini telah dipertahankan didepan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu

Sosial, Universitas Negeri Semarang.

Hari

:

Tanggal :

Penguji Skripsi

Muhammad Khafid, S.Pd. M.Si.

NIP. 132243641

Anggota I

Anggota II

Drs. Sukardi Ikhsan, M.Si.

Drs. Asrori, M.S.

NIP. 130515747

NIP. 131570078

Mengetahui :

Dekan FE,

Drs. Agus Wahyudin, M.Si

NIP. 131658236


(4)

iv

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau

seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip

atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Januari 2007

Istiana


(5)

v

“Life’s battles don’t always go to the stronger or faster man. But

sooner or later, the person who wins. Is the one who thinks and say :

Yes I can !.”

“Janganlah kamu bersikap lemah, janganlah (pula) kamu bersedih hati,

padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajat)nya, jika

kamu orang-orang yang beriman.”

(QS. Ali Imran : 139)

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

™

Ayah dan ibu Rifai, serta ibu angkatku

Mak Is, dan Eyangku tersayang yang

selalu bersabar menyayangiku serta

senantiasa mendoakanku.

™

Kakak, adik, dan 2 keponakanku di rumah.

™

Semua sohib yang selalu mendukungku

Neni, Lina, Mas Iphonk, Gaharu dan

teman seperjuangan “Ekonomi B ‘98” yang

selama ini bersamaku.


(6)

vi

Istiana

. 2007. “Pengaruh Persepsi Pengurus mengenai SHU terhadap Keputusan

Penentuan Harga dalam Rangka Mencapai Tujuan Koperasi pada unit Pertokoan di

Kota Semarang”. Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi,

Universitas Negeri Semarang. 107h.

Kata Kunci : Persepsi, SHU, Strategi Penentuan Harga, Tujuan Koperasi

Laba dalam koperasi disebut dengan SHU. Diharapkan setiap koperasi dapat

meraih Sisa Hasil Usaha (SHU), disamping harus bersaing dalam hal kualitas dan

hidup berdampingan dengan badan usaha-badan usaha ekonomi lainnya. Hal ini

menjadi tugas dan tanggung jawab dari manajemen terhadap keberhasilan

pengelolaan usaha koperasi. Permasalahan yang dihadapi oleh KPRI adalah masalah

strategi penentuan harga yang paling optimal pada unit pertokoan KPRI untuk

meningkatkan kesejahteraan anggota sebagai tujuan yang hendak dicapai oleh

koperasi, dimana penentuan harga tersebut membutuhkan pertimbangan dan

penafsiran terhadap laba yang hendak dicapai. Permasalahan yang peneliti ajukan

adalah (1) Bagaimanakah persepsi pengurus dan manajer (pengelola) mengenai SHU

sebagai laba koperasi (2) Bagaimanakah penentuan harga oleh pengurus dan manajer

(pengelola) di koperasi (3) Adakah pengaruh persepsi mengenai SHU sebagai laba

koperasi terhadap keputusan strategi penentuan harga dalam rangka mencapai tujuan

koperasi pada unit pertokoan KPRI di kota Semarang. Penelitian ini bertujuan: (1)

Untuk mengetahui persepsi pengurus dan manajer (pengelola) mengenai SHU

sebagai laba koperasi. (2) Untuk mengetahui strategi penentuan harga pada unit usaha

pertokoan oleh pengurus dan manajer (pengelola) KPRI dalam rangka mencapai

tujuan koperasi. (3) Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh persepsi mengenai

SHU sebagai laba koperasi terhadap keputusan strategi penentuan harga dalam

rangka mencapai tujuan koperasi pada unit pertokoan KPRI di kota Semarang.

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan pengurus KPRI di kota

Semarang yang berada pada KPRI yang memiliki unit pertokoan dan termasuk dalam

golongan A dan B (data Dinas Koperasi dan UKM Kota Semarang). Adapun ukuran

polulasinya sebesar 52 orang di 26 KPRI. Pengambilan sampel yang berjumlah 34

pengurus dan pengelola (manajer) dilakukan dengan teknik purposive sampling.

Variabel dalam penelitian ini adalah Variabel persepsi pengurus mengenai SHU

koperasi sebagai variabel bebas (X) dan Variabel strategi penentuan harga pada unit

pertokoan KPRI sebagai variabel terikat (Y). Alat pengumpul data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah angket. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan

deskriptif persentase dan metode analisa regresi sederhana.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi mengenai SHU sebagai laba

koperasi termasuk dalam kategori cukup tahu dengan deskriptif persentase 58,89%

dan keputusan strategi penentuan harga pada unit pertokoan dalam rangka mencapai

tujuan koperasi termasuk dalam kategori baik dengan deskriptif persentase 68,63%.


(7)

vii

F

tab

4,15 pada taraf signifikansi 0,000 yang berarti dibawah 5% sehingga hipotesis

yang diajukan diterima. Hasil pembahasan dalam penelitian ini adalah terdapat

hubungan positif antara variabel persepsi mengenai SHU dengan variabel keputusan

strategi penentuan harga pada unit pertokoan dalam rangka mencapai tujuan koperasi.

Sehingga semakin tinggi kualitas persepsi mengenai SHU sebagai laba koperasi,

maka akan semakin meningkat kualitas strategi penentuan harga dalam rangka

mencapai tujuan koperasi. Besarnya pengaruh persepsi mengenai SHU sebagai laba

koperasi terhadap keputusan strategi penetuan harga dalam rangka mencapai tujuan

koperasi sebesar 37,33%.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengurus dan manajer

(pengelola) KPRI dalam mempertimbangkan laba yang hendak dicapai untuk

merumuskan kebijaksanaan strategi penentuan harga pada unit usaha pertokoan

dalam rangka meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Maka disarankan untuk

pengurus dan manajer koperasi agar lebih meningkatkan pengetahuannya tentang

makna laba dalam koperasi, sehingga benar-benar memahami arti laba bagi koperasi.

Sebaiknya keputusan strategi penentuan harga dapat meningkatkan kesejahteraan

anggotanya, sehingga tujuan koperasi dapat tercapai.


(8)

viii

Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat,

hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul : “PENGARUH PERSEPSI PENGURUS MENGENAI SHU TERHADAP

KEPUTUSAN PENENTUAN HARGA DALAM RANGKA MENCAPAI TUJUAN

KOPERASI PADA UNIT PERTOKOAN KPRI DI KOTA SEMARANG

” dengan

baik dan lancar.

Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis menyampaikan terimakasih

kepada yang terhormat :

1.

Drs. Agus Wahyudin, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri

Semarang.

2.

Drs. Sukirman, M.Si, Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

Negeri Semarang.

3.

Drs. Sukardi Ikhsan, M.Si, Dosen Pembimbing I yang dengan penuh kesabaran

memberikan bimbingan, bantuan dan dorongan dalam penulisan skripsi ini.

4.

Drs. Asrori, M.Si, Dosen Pembimbing II yang dengan penuh kesabaran

memberikan bimbingan, bantuan dan dorongan dalam penulisan skripsi ini.

5.

Ayah, Ibu dan Mamakku yang selalu mendoakan setiap saat serta memberikan

dukungan moril dan materiil.


(9)

ix

penulis.

7.

Teman-temanku dan semua pihak yamg telah membantu dan memberi dukungan.

Mudah–mudahan apa yang penulis tuangkan dalam skripsi ini dapat

menambah informasi dan bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, Januari 2007


(10)

x

JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

SARI ... vi

PRAKATA ... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2. Permasalahan ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Sistematika Skripsi. ... 7

BAB II. LANDASAN TEORI ... 9

2.1. Koperasi ... 9

2.1.1. Pengertian Koperasi... 9


(11)

xi

2.1.4. Asas Koperasi ... 20

2.1.5. Jenis-jenis Koperasi Berdasarkan Kegiatannya... 20

2.1.6. Koperasi Pegawai Republik Indonesian (KPRI) ... 21

2.2. Strategi Penentuan Harga Koperasi ... 22

2.2.1. Pengertian Strategi Penentuan Harga... 22

2.2.2. Strategi Penentuan Harga Koperasi ... 25

2.3. Tinjauan Tentang Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi ... 29

2.3.1. Pengertian SHU ... 29

2.3.2. Perolehan SHU ... 30

2.3.3. Penggunaan SHU ... 31

2.4. Persepsi ... 33

2.4.1. Pengertian Persepsi... 33

2.4.2. Persepsi Mengenai SHU Koperasi ... 34

2.4.3. Tautan antara Persepsi dan Pengambilan Keputusan Individual ... 37

2.5. Kerangka Pemikiran ... 39

2.6. Hipotesis ... 41

BAB III. METODELOGI PENELITIAN ... 42

3.1. Populasi dan Sampel ... 42

3.1.1. Populasi Penelitian ... 42

3.1.2. Sampel Penelitian ... 42


(12)

xii

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 46

3.5. Validitas dan Reliabilitas ... 47

3.5.1. Validitas... 47

3.5.2. Reliabilitas... 50

3.6. Metode Analisis Data ... 51

3.6.1. Analisis Deskriptif... 51

3.6.2. Uji Normalitas Data... 52

3.6.3. Metode Analisis Regresi ... 53

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56

4.1. Hasil Penelitian ... 56

4.1.1 Gambaran Umum KPRI di Kota Semarang ... 56

4.1.2. Deskriptif Variabel Penelitian ... 62

4.1.2.1. Persepsi pengurus terhadap SHU sebagai laba koperasi... 62

4.1.2.2. Keputusan strategi penentuan harga ... 68

4.1.3. Analisis Regresi Sederhana ... 78

4.2. Pembahasan ... 79

4.2.1. Analisis Hasil Penelitian Variabel Persepsi Mengenai SHU sebagai Laba Koperasi. ... 79

4.2.2. Analisis Hasil Penelitian Variabel Persepsi Mengenai SHU sebagai Laba Koperasi ... 81


(13)

xiii

Koperasi terhadap Keputusan Strategi Penentuan Harga pada Unit Pertokoan dalam Rangka

Mencapai Tujuan Koperasi ... 82

BAB V. PENUTUP ... 84

5.1. Kesimpulan ... 84

5.2. Saran ... 85


(14)

xiv

Tabel 1.1 Contoh Harga Eceran Barang Kebutuhan Pokok... . 5

Tabel 3.1 Validitas Instrumen ... 49

Tabel 3.2 Skor jawaban angket ... 52

Tabel 3.3 Tabel Regresi dengan satu prediktor ( skor deviasi ) ... 55

Tabel 4.1 Kegiatan Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) ... 57

Tabel 4.2 Daftar Sampel KPRI Kota Semarang ... 60

Tabel 4.3 Daftar Nama Responden Pengurus dan Manajer (Pengelola) KPRI Kota Semarang ... 61

Tabel 4.4 Tabulasi Deskriptif Persentase Persepsi mengenai SHU sebagai Laba Koperasi ... 63

Tabel 4.5 Kriteria Skor Persepsi Mengenai SHU ... 63

Tabel 4.6 Kriteria Skor Sikap Pengurus terhadap SHU ... 65

Tabel 4.7 Kriteria Skor Minat Pengurus terhadap SHU ... 66

Tabel 4.8 Kriteria Skor Tempat dimana Persepsi terhadap SHU dilakukan ... 68

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Persepsi Mengenai SHU…... 68

Tabel 4.10 Tabulasi Deskriptif Persentase Keputusan Strategi Penentuan Harga dalam Rangka Mencapai Tujuan Koperasi ... 70

Tabel 4.11 Kriteria Skor Strategi Penentuan Harga pada unit Pertokoan dalam Rangka mencapai Tujuan Koperasi ... 69


(15)

xv

laba ... 71 Tabel 4.13. Kriteria skor strategi penentuan harga untuk peningkatan

volume penjualan ... 75 Tabel 4.14. Kriteria skor strategi penentuan harga untuk

mengembalian modal usaha ... 77 Rabel 4.15. Distribusi Frekuensi Keputusan Strategi Penentuan Harga


(16)

xvi

Gambar 2.1 Kebijakan Penentuan Harga dalam Koperasi ... 34 Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran ... 41 Gambar 4.1. Gambar Deskripsi Frekuensi persepsi mengenai SHU

sebagai laba koperasi... 70 Gambar 4.2. Gambar Distribuai Frekuensi Keputusan


(17)

xvii Lampiran 1 Instrumen Penelitian

Lampiran 2 Tabel Perhitungan Validitas Butir Pada Angket Penelitian Lampiran 3 Contoh Perhitungan Validitas Butir Pada Analisis Target Lampiran 4 Perhitungan Reliabilitas Pada Analisis Target

Lampiran 5 Tabulasi Skor Persiapan Deskriptif Persentase Persepsi Mengenai SHU (Variabel X)

Lampiran 6 Tabulasi Skor Persiapan Deskriptif Persentase Keputusan Strategi Penentuan Harga Dalam Rangka Mencapai Tujuan Koperasi (Variabel Y)

Lampiran 7 Data Persepsi Mengenai SHU Sebagai Laba Koperasi (Variabel X) Lampiran 8 Data Keputusan Strategi Penentuan Harga Dalam Rangka

Pencapaian Tujuan Koperasi Lampiran 9 Tabel Persiapan Analisis Regresi Lampiran 10 Analisa Regresi


(18)

1

PENDAHULUAN

1.1.Alasan Pemilihan Judul

Secara umum Badan Usaha (BU) diartikan sebagai suatu organisasi yang bergerak dibidang ekonomi, bertujuan untuk mencari keuntungan dengan jalan memanfaatkan dan mengelola sumber-sumber produksi yang tersedia. Pengertian BU ini juga relevan dengan BU koperasi dalam Undang-undang (UU) koperasi No. 25 tahun 1992, yang menyatakan bahwa koperasi merupakan badan usaha yang beranggotakan orang-perorangan atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Sebagai konsekuensi logis dari perannya sebagai BU, maka usaha koperasi harus dikelola dan ditangani secara profesional dengan menerapkan prinsip-prinsip sebagaimana pengelolaan BU pada umumnya. Dengan demikian diharapkan setiap koperasi dapat meraih Sisa Hasil Usaha (SHU), disamping harus bersaing dalam hal kualitas dan hidup berdampingan dengan badan usaha-badan usaha ekonomi lainnya. Hal ini menjadi tugas dan tanggung jawab dari manajemen terhadap keberhasilan pengelolaan usaha koperasi.

Sasaran menyeluruh suatu organisasi bisnis adalah keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Keberhasilan suatu koperasi dalam mencapai tujuannya bukan hanya ditentukan dari besarnya laba yang


(19)

diperoleh, melainkan juga diukur dari banyaknya anggota dan masyarakat memperoleh pelayanan dari koperasi. Karena tujuan koperasi pada dasarnya adalah untuk memperjuangkan kepentingan dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi anggotanya.

Kesejahteraan bermakna sangat luas dan juga bersifat relatif, karena ukuran sejahtera bagi seseorang dapat berbeda satu sama lain. Hal ini dikarenakan penafsiran orang pada satu objek yang sama sering ada ketidaksepakatan antar individu, bahkan dapat cukup berbeda dari kenyataan yang objektif. Proses pengorganisasian dan penafsiran terhadap suatu objek merupakan proses persepsi. Perilaku orang seringkali didasarkan pada persepsi mereka. Menurut Robbins (1996) persepsi dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dan kualitas pilihan terakhir individu dalam organisasi.

SHU merupakan salah satu alat untuk meningkatkan kesejahteraan anggota, selain kemampuan pelayanan, keterampilan administrasi dan penerapan prinsip-prinsip manajemen. Dimana besarnya SHU yang diraih koperasi dapat memperlancar pemupukan modal, yang pada gilirannya koperasi mampu memberikan layanan ekonomi yang bermakna baik kepada anggotanya maupun masyarakat umum. Menghasilkan SHU adalah suatu keharusan tetapi lebih jauh lagi harus menyadari kewajibannya terhadap para anggota, lingkungan, karyawan, dan dirinya sendiri. Oleh karena itu penting untuk mengetahui makna laba bagi koperasi, agar koperasi tidak mengejar laba sebagai tujuan badan usahanya.


(20)

Tujuan koperasi menurut UU No. 25 tahun 1992 pasal 3 (tiga) adalah memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumya, serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional, dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Tujuan ini dijabarkan dalam berbagai aspek program oleh manajemen koperasi pada setiap Rapat Anggota Tahunan (RAT)

Tujuan koperasi yang tersebut diatas masih bersifat umum jadi secara khusus akan ditentukan oleh perusahaan ekonomi yang dihadapi oleh para anggotanya dalam bentuk tujuan yang lebih operasional bagi koperasi sebagai badan usaha. Beraneka ragam tujuan yang berbeda-beda dikejar oleh organisasi perusahaan, seperti kesinambungan keuntungan, efisiensi, mutu produk, menjadi pemimpin pasar (market leader), dan lain-lain. Karena anggota Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) pada hakikatnya adalah para “konsumen”, maka potensi tersebut digunakan untuk menumbuhkan koperasi konsumen, yaitu koperasi yang kegiatan utamanya mengelola warung serba ada atau supermarket (PSAK No. 27 butir 19), bertujuan untuk menyediakan kebutuhan pokok para anggotanya agar mereka dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya dengan harga yang terjangkau. Tujuan membantu mengkoordinasi keputusan dan pengambilan keputusan.

Uraian diatas memperlihatkan pentingnya perumusan strategi bisnis guna pencapaian tujuan. Semua organisasi baik yang berusaha dengan tujuan laba maupun yang tidak, akan selalu menghadapi masalah-masalah yang


(21)

berhubungan dengan penetapan harga atas barang atau jasa yang mereka tawarkan.

Setiap aturan maupun tujuan-tujuan yang relevan bagi manajemen mungkin sesuai dengan beberapa kelompok kepentingan dalam koperasi dan bertentangan bagi yang lainnya. Menurut Ropke (2000:86), dimana koperasi menjual produk kepada anggotanya pada harga yang serendah mungkin tanpa menderita kerugian, disebut strategi penentuan harga yang “optimal” bagi suatu koperasi yang mengecerkan barang/jasa kepada anggotanya. Karena dengan harga yang rendah, koperasi dapat memberikan harga pelayanan kepada anggotanya, dengan maksud agar kesejahteraan anggota yang merupakan tujuan badan usaha koperasi dapat tercapai.

Dalam survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada beberapa KPRI di Kota Semarang, diperoleh informasi bahwa kebanyakan produk yang dijual di KPRI memiliki harga jual yang relatif sama dengan harga yang ada dipasaran, bahkan ada yang diatas harga pasar (contoh pada tabel 1.1.). Dengan melihat kondisi semacam ini maka menjadi sebuah pertanyaan besar, bagaimana strategi penentuan harga yang dilakukan oleh manajemen dalam rangka mencapai tujuan koperasi yaitu mensejahterakan anggota dengan pelayanan yang optimal. Penetapan harga ini mengarah pada harga yang dapat mencapai tujuan laba yang maksimum, bukan pada tujuan yang hendak dicapai oleh badan usaha koperasi, yaitu penetapan harga yang dapat memberikan pelayanan kepada anggota dengan sebaik-baiknya agar dapat memperoleh barang dengan mudah dan murah.


(22)

Tabel 1.1.

Contoh Harga Eceran Barang Kebutuhan Pokok

Barang Harga Koperasi Harga Pasar

Sabun Cuci Bukrim 1 Kg Gula (Tanpa Merk) 1 Kg Susu Anlene Gold 300 gr Telor 1 Kg

Nestle Air mineral 330 ml Penyedap Rasa 250 gr Minyak Bimoli 250 ml Sabun Mandi Lifebuoy Mie Instan

Beras Mentik Wangi 1 Kg Pasta Gigi Pepsodent jumbo

Rp 5.000,00 Rp 5.700,00 Rp 21.000,00 Rp 7.750,00 Rp 1.000,00 Rp 5.575,00 Rp 2.600,00 Rp 1.500,00 Rp 800,00 Rp 4.500,00 Rp 5.250,00

Rp 4.750,00 Rp 5.700,00 Rp 19.700,00 Rp 7.500,00 Rp 950,00 Rp 5.300,00 Rp 2.600,00 Rp 1.350,00 Rp 800,00 Rp 4.500,00 Rp 5.200,00 (Sumber:Data Primer yang diolah, 2005)

Menetapkan harga bukanlah hal yang mudah. Bermaksud mencapai tingkat laba yang memuaskan, bukan tingkat laba yang maksimum. Penetapan ini sebagai tujuan untuk suatu target yang memungkinkan pemenuhan segala kewajiban baik sosial maupun ekonomi.

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan data tentang persepsi yang dimiliki oleh para pengurus KPRI khususnya di kota Semarang terhadap SHU koperasi dan sumbangan pemikiran bagi manajemen koperasi untuk merumuskan strategi penentuan harga dalam rangka mencapai tujuan koperasi.

Peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Persepsi Pengurus Mengenai SHU Terhadap Keputusan Strategi Penentuan Harga Dalam Rangka Mencapai Tujuan Koperasi Pada Unit Pertokoan KPRI Di Kota Semarang.”


(23)

1.2.Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah persepsi pengurus dan manajer (pengelola) mengenai SHU sebagai laba koperasi?

2. Bagaimanakah strategi penentuan harga oleh pengurus dan manajer

(pengelola) di koperasi?

3. Adakah pengaruh persepsi mengenai SHU sebagai laba koperasi terhadap keputusan strategi penentuan harga dalam rangka mencapai tujuan koperasi pada unit pertokoan KPRI di kota Semarang ?

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dari skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui persepsi pengurus dan manajer (pengelola) mengenai SHU sebagai laba koperasi.

2. Untuk mengetahui strategi penentuan harga pada unit usaha pertokoan oleh pengurus dan manajer (pengelola) KPRI dalam rangka mencapai tujuan koperasi.

3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh persepsi mengenai SHU

sebagai laba koperasi terhadap keputusan strategi penentuan harga dalam rangka mencapai tujuan koperasi pada unit pertokoan KPRI di kota Semarang.


(24)

1.4.Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini terdiri dari :

1. Memberikan masukan informasi bagi manajemen koperasi sebagai bahan pertimbangan untuk merumuskan kebijaksanaan strategi penentuan harga pada unit usaha pertokoan dalam rangka mencapai tujuan koperasi.

2. Sebagai bahan referensi dan pemikiran untuk penelitian selanjutnya.

1.5.Sistematika Skripsi

Sistematika dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Bagian Pendahuluan

Bagian ini meliputi : Judul Skripsi, Sari, Pengesahan, Motto dan Persembahan, Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Tabel, dan Daftar Lampiran.

2. Bagian Isi Skripsi

BAB I : PENDAHULUAN

Alasan Pemilihan Judul, Permasalahan, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Sistematika Penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Landasan Teori, Kerangka Pemikiran, Hipotesis. BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Populasi dan Sampel, Variabel Penelitian, Metode Pengumpulan Data, Validitas dan Reliabilitas, Uji Normalitas Data, Metode Analisis Data.


(25)

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian, Pembahasan Hasil Penelitian. BAB V : PENUTUP


(26)

9

LANDASAN TEORI

2.1. Koperasi

2.1.1. Pengertian Koperasi

Secara etimologi, koperasi berasal dari kata co dan operation. Co berarti bersama, operation yang berarti bekerja. Jadi koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang seorang atau badan-badan, yang bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha, untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah anggotanya (Sitio dan Tamba 2001:15). Berikut ini disajikan beberapa definisi koperasi:

a. Definisi ILO

Definisi koperasi yang lebih detil dan berdampak internasional

diberikan oleh ILO (Internasional Labour Organization). Dalam

definisi ILO tersebut, terdapat 6 elemen yang dikandung koperasi sebagai berikut.

1) Koperasi adalah perkumpulan orang-orang.

2) Penggabungan orang-orang tersebut berdasar kesukarelaan. 3) Terdapat tujuan ekonomi yang ingin dicapai.

4) Koperasi yang dibentuk adalah suatu organisasi bisnis (badan

usaha) yang diawasi dan dikendalikan secara demokratis. 5) Terdapat kontribusi yang adil terhadap modal yang dibutuhkan. 6) Anggota koperasi menerima resiko dan manfaat secara seimbang.


(27)

b. Definisi UU No. 25/1992

Definisi Koperasi Indonesia menurut UU No. 25/1992 tentang Perkoperasian pada pasal 1 ayat 1 adalah sebagai berikut.

Koperasi adalah BU yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.

Berdasarkan batasan koperasi ini, Koperasi Indonesia mengandung 5 unsur sebagai berikut.

1) Koperasi adalah Badan Usaha

Sebagai Badan Usaha, maka koperasi harus memperoleh laba. Laba merupakan elemen kunci dalam suatu sistem usaha bisnis, di mana sistem itu akan gagal bekerja tanpa memperoleh laba.

2) Koperasi adalah kumpulan orang-orang dan atau badan-badan

hukum koperasi

Ini berarti bahwa, Koperasi Indonesia bukan kumpulan modal. Dalam hal ini, UU Nomor 25 Tahun 1992 memberikan jumlah minimal orang-orang (anggota) yang ingin membentuk organisasi koperasi (minimal 20 orang), untuk koperasi primer dan 3 Badan hukum Koperasi untuk koperasi sekunder. Syarat lain yang harus dipenuhi ialah bahwa angota-anggota tersebut mempunyai kepentingan ekonomi yang sama.


(28)

3) Koperasi Indonesia adalah koperasi yang bekerja berdasarkan “prinsip-prinsip koperasi”

Menurut UU Nomor 25 Tahun 1992, ada 5 prinsip Koperasi Indonesia dan ini akan diuraikan pada penjelasan berikutnya. Secara singkat, prinsip koperasi ini pada dasarnya merupakan jati diri koperasi.

4) Koperasi Indonesia adalah “Gerakan Ekonomi Rakyat”

Ini berarti bahwa, Koperasi Indonesia merupakan bagian dari sistem perekonomian nasional. Dengan demikian, kegiatan usaha koperasi tidak semata-mata hanya ditujukan kepada anggota, tetapi juga kepada masyarakat umum.

5) Koperasi Indonesia “berazaskan kekeluargaan”

Dengan azas ini, keputusan yang berkaitan dengan usaha dan organisasi dilandasi dengan jiwa kekeluargaan. Segala keputusan yang diambil seyogyanya berdasarkan musyawarah dan mufakat. Inti dari azas kekeluargaan yang dimaksud adalah adanya rasa keadilan dan cinta kasih dalam setiap aktivitas yang berkaitan dengan kehidupan berkoperasi.

Jadi Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip-prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumya. Bagi suatu koperasi ini berarti harus bekerja menurut prinsip koperasi dengan


(29)

melandaskan pada azas-azas koperasi yang mengandung unsur-unsur sosial di dalamnya.

2.1.2. Tujuan Koperasi

Dalam UU koperasi No.25 tahun 1992 pasal 3 tujuan koperasi adalah memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumya, serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional, dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

Dalam tujuan tersebut dikatakan bahwa, koperasi memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Pernyataan ini mengandung arti bahwa, meningkatkan kesejahteraan anggota menjadi program utama koperasi melalui pelayanan usaha. Jadi, pelayanan anggota merupakan prioritas utama dibandingkan dengan masyarakat umum.

Tugas pokok badan usaha koperasi adalah menunjang kepentingan ekonomi anggotanya dalam rangka memajukan kesejahteraan anggota. Menurut PSAK No 27 butir 3d memajukan kesejahteraan anggota adalah peningkatan pelayanan koperasi kepada anggotanya dalam bentuk manfaat ekonomi yang diperoleh sebagai anggota koperasi, misalnya dengan memperoleh barang-barang konsumsi dengan harga yang lebih murah jika dibandingkan dengan harga yang ada di pasar umum (toko-toko lain), sehingga para anggota yang bersangkutan dapat menghemat pengeluarannya (Hendrojogi 2002:161).


(30)

Jadi tujuan utama pendirian suatu koperasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi para anggotanya, dalam memperjuangkannya koperasi berpegang pada asas dan prinsip-prinsip koperasi.

2.1.3. Prinsip Koperasi

Prinsip-prinsip koperasi adalah ketentuan-ketentuan pokok yang berlaku dalam koperasi dan dijadikan sebagai pedoman kerja koperasi, serta merupakan landasan pokok koperasi dalam menjalankan usahanya sebagai badan usaha dan gerakan ekonomi rakyat. Pada dasarnya, prinsip-prinsip koperasi sekaligus merupakan jati diri atau ciri khas koperasi tersebut. Adanya prinsip koperasi ini menjadikan watak koperasi sebagai badan usaha berbeda dengan badan usaha lain (Sitio dan Tamba 2001:20).

Berikut ini disajkan beberapa pendapat mengenai prinsip-prinsip koperasi:

a. Prinsip Rochdale

Prinsip Rochdale ini menjadi acuan atau tujuan dasar bagi berbagai koperasi di seluruh dunia. Penyesuaian dilakukan oleh berbagai negara sesuai dengan keadaan koperasi, sosial-budaya, dan perekonomian masyarakat setempat. Adapun unsur-unsur prinsip Rochdale ini menurut bentuk aslinya adalah sebagai berikut. 1) Pengawasan secara demokratis

2) Keanggotaan yang terbuka 3) Bunga atas modal dibatasi


(31)

4) Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) kepada anggota sebanding dengan jasa masing-masing anggota

5) Penjualan sepenuhnya dengan tunai

6) Barang-barang yang dijual harus asli dan tidak yang dipalsukan

7) Menyelenggarakan pendidikan kepada anggota dengan

prinsip-prinsip koperasi

8) Netral terhadap politik dan agama b. Prinsip ICA

ICA (International Cooperative Alliance) merumuskan prinsip-prinsip koperasi dirinci sebagai berikut.

1) Keanggotan koperasi secara terbuka tanpa adanya pembatasan

yang dibuat-buat

2) Kepemimpinan yang demokrasi atas dasar satu orang satu suara 3) Modal menerima bunga yang terbatas, itupun bila ada

4) SHU dibagi 3:

a) Sebagian untuk cadangan b) Sebagian untuk masyarakat

c) Sebagian untuk dibagikan kembali kepada anggota sesuai

dengan jasa masing-masing anggota.

5) Semua koperasi harus melaksanakan pendidikan secara

terus-menerus

6) Gerakan koperasi harus melaksanakan kerja sama yang erat, baik di tingkat regional, nasional, maupun internasional


(32)

c. Prinsip-Prinsip Koperasi Indonesia

Sama halnya seperti di negara lain, koperasi Indonesia juga mengadopsi sebagian prinsip Rochdale dan atau prinsip ICA.

1) UU No. 12 tahun 1967

Di Indonesia, prinsip-prinsip koperasi juga disebut sendi-sendi dasar koperasi. Dalam UU No. 12 tahun 1967, istilah yang digunakan adalah “sendi-sendi dasar” koperasi. Di Indonesia, prinsip-prinsip koperasi ini mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan kondisi sosial, politik, dan ekonomi Indonesia. Prinsip-prinsip atau sendi-sendi dasar Koperasi menurut UU No. 12 tahun 1967, adalah sebagai berikut.

a) Sifat keanggotaannya sukarela dan terbuka untuk setiap warga negara Indonesia

b) Rapat anggota merupakan kekuasaan tertinggi sebagai

pencerminan demokasi dalam koperasi

c) Pembagian SHU diatur menurut jasa masing-masing anggota d) Adanya pembatasan bunga atas modal

e) Mengembangkan kesejahteraan anggota khususnya dan

masyarakat pada umumnya

f) Usaha dan ketatalaksanaanya bersifat terbuka

g) Swadaya, swakarta, dan swasembada sebagai pencerminan


(33)

2) UU No. 25 tahun 1992

Prinsip-prinsip koperasi menurut UU No.25 tahun 1992 yaitu pasal 5 ayat (1) dan (2) dan yang berlaku saat ini di Indonesia adalah sebagai berikut.

a) Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka

(1) Keanggotaan koperasi tidak boleh dipaksakan oleh

siapapun, dan

(2) Seorang anggota dapat mengundurkan diri dari koperasi-nya sesuai dengan syarat yang ditentukan dalam AD/ART koperasi.

b) Pengelolaan dilakukan secara demokatis

(1)Pengelolaan koperasi dilakukan atas kehendak dan

keputusan para anggota, dan

(2)Anggota adalah pemegang dan pelaksana kekuasaan

tertinggi dalam koperasi

c) Pembagian SHU dilakukan secara adil sebanding dengan

besarnya jasa usaha masing-masing anggota

(1)koperasi bukanlah badan usaha yang berwatak kapitalis sehingga SHU yang dibagi kepada anggota (di badan usaha swasta disebut dividen) tidak berdasarkan modal yang dimiliki anggota dalam koperasinya, tetapi berdasarkan kontribusi jasa usaha yang diberikan anggota kepada koperasinya. Dengan kaa lain, semakin banyak


(34)

seorang anggota melakukan transaksi bisnis (jual beli) dengan koperasinya, maka semakin besar SHU yang diterima. Prinsip ini tentunya berlaku apabila koperasinya tidak mengalami kerugian.

(2)Koperasi Indonesia tetap konsisten untuk mewujudkan nilai-nilai keadilan dalam kehidupan masyarakat.

d) Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal

(1)fungsi modal dalam koperasi bukan sekedar untuk

mencari keuntungan (profit motive), akan tetapi

dipergunakan untuk “kemanfaatan” anggota (benefit

motive), dan

(2)jasa yang terbatas berarti bahwa suku bunga atas modal dalam koperasi tidak melebihi suku bunga atas modal yang berlaku di pasar.

e) Kemandirian

Kemandirian pada koperasi dimaksudkan bahwa koperasi harus mampu berdiri sendiri dalam hal pengambilan keputusan usaha dan organisasi. Mandiri berarti dapat berdiri sendiri tanpa tergantung pada pihak lain. Prinsip ini pada hakekatnya merupakan faktor pendorong (motivator) bagi koperasi untuk meningkatkan keyakinan akan kekuatan sendiri dalam mencapai tujuan.


(35)

Dalam UU no. 12 tahun 1967, prinsip ini dikemas dalam “Swadaya, Swakerta, dan Swasembada” dan menggambarkan adanya percaya pada diri sendiri. Swadaya berarti kekuatan atau usaha sendiri, swakerta mengandung arti mengerjakan atau membuat sendiri, dan swasembada bermakna mencukupi dengan kemampuan sendiri.

f) Pendidikan perkoperasian

Agar anggota koperasi berkualitas baik, berkemampuan tinggi, dan berwawasan luas, maka pendidikan adalah mutlak. Pendidikan perkoperasian merupakan bagian yang tidak terpisahkan (menjadi sangat penting) dalam mewujudkan kehidupan berkoperasi, agar sesuai dengan jati dirinya. Melalui pendidikan, anggota dipersiapkan dan dibentuk untuk menjadi anggota yang memahami serta menghayati nilai-nilai dan prinsip-prinsip serta praktik-praktik koperasi.

Inti dari prinsip ini ialah bahwa peningkatan kualitas sumber daya koperasi (SDMK) adalah sangat vital dalam memajukan koperasinya. Disadari, dengan hanya kualitas SDMK yang baiklah maka cita-cita atau tujuan koperasi dapat diwujudkan. Nampaknya UU No. 25 tahun 1992 mengantisipasi dampak dari globalisasi ekonomi di mana SDMK menjadi penentu utama berhasil tidaknya koperasi melaksanakan fungsi dan tugasnya.


(36)

g) Kerja sama antarkoperasi

Koperasi-koperasi ada yang mempunyai bidang usaha yang sama, dan ada pula usaha yang berbeda serta tingkatan yang berbeda. Pada masing-masing usaha tersebut disadari bahwa kemampuan koperasi masih bervariasi, namun disadari bahwa koperasi-koperasi tersebut pada dasarnya mengemban misi yang sama, yaitu memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumya.

Kerjasama antar koperasi dapat dilakukan ditingkat lokal, nasional, dan internasional. Prinsip ini sebenarnya lebih bersifat “strategi” dalam bisnis.

Dari kedua prinsip koperasi Indonesia tersebut dapat dilihat bahwa essensi dasar kerja koperasi sebagai badan usaha tidaklah secara nyata. Hanya saja dalam UU No.25 tahun 1992 ada penambahan mengenai prinsip kerja sama antara koperasi. Ini dapat dipahami bahwa, untuk mengantisipasi tren globalisasi ekonomi, koperasi perlu meningkatkan kekuatan tawar-menawarnya dengan menjalin kerjasama antarkoperasi.

Jadi prinsip-prinsip koperasi adalah ketentuan-ketentuan pokok yang berlaku dalam koperasi dan dijadikan sebagai pedoman kerja koperasi dalam menjalankan usahanya sebagai badan usaha dan gerakan ekonomi rakyat.


(37)

2.1.4. Asas Koperasi

Asas koperasi tercantum dalam UU koperasi No.25 tahun 1992 pasal 2, menetapkan kekeluargaan sebagai asas koperasi. Dengan semangat kekeluargaan diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran pada masing-masing orang yang terlibat dalam organisasi koperasi, untuk senantiasa bekerjasama dengan anggota-anggota koperasi lainnya, dengan rasa setiakawan yang tinggi. Kunci penting dalam asas kekeluargaan itu ialah kebersamaan dan gotong royong dalam menjalankan kegiatan koperasi agar para anggota dan pengurus dapat menciptakan kesejahteraan bersama sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.

2.1.5. Jenis-jenis Koperasi Berdasarkan Kegiatannya

a. Koperasi Produksi

Koperasi produksi adalah koperasi yang bergerak dibidang kegiatan ekonomi pembuatan dan penjualan barang-barang, baik yang dilakukan oleh koperasi sebagai organisasi maupun orang-orang anggota koperasi.

b. Koperasi Konsumsi

Koperasi konsumsi adalah koperasi yang mengusahakan kebutuhan sehari-hari. Tujuan koperasi konsumsi adalah agar anggotanya dapat membeli barang-barang konsumsi dengan kualitas yang baik dan harga yang layak.


(38)

c. Koperasi Simpan Pinjam

Koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang didirikan untuk memberikan kemampuan kepada anggota-anggotanya memperoleh pinjaman dengan mudah, ongkos (bunga) yang ringan.

Ketiga jenis koperasi tersebut, kesemuanya memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mensejahterakan anggotanya dengan berdasarkan pada prinsip kekeluargaan, begitu juga dengan KPRI di kota Semarang bertujuan untuk mensejahterakan anggotanya di lingkup kerjanya.

2.1.6. Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI)

KPRI adalah koperasi yang merupakan suatu wadah yang berusaha di bidang konsumsi yang anggotanya di lingkungan tertentu untuk memenuhi kebutuhan anggotanya (Widiyanti 1989:110). Menurut Arifinal Chaniago (1992:30), KPRI adalah suatu jenis kegiatan fungsional yang merupakan wadah untuk menampung kegiatan-kegiatan karyawan dalam usaha untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Koperasi fungsional mempunyai sifat tertutup dalam arti hanya berkisar pada dirinya sendiri dan anggotanya, disusun berdasarkan lingkungan tertentu, seperti kantor dan kesatuan. Anggota-anggotanya para pegawai negeri dan warga angkatan bersenjata yang lebih bersifat “pegawai” daripada “pengusaha”. Jadi sekalipun berkembang maju, tetapi sifatnya tertutup. Situasi seperti ini menyebabkan peranan koperasi fungsional dalam kehidupan akan tidak terasa.


(39)

Anggota-anggota koperasi fungsional pada hakikatnya adalah “konsumen” maka potensi tersebut harus digunakan untuk menumbuhkan koperasi konsumen (Widiyanti 1996:13). Menurut PSAK No. 27 butir 19, koperasi konsumen adalah koperasi yang anggotanya para konsumen akhir atau pemakai barang atau jasa. Contoh koperasi konsumen adalah koperasi yang kegiatan utamanya mengelola warung serba ada atau supermarket.

KPRI dalam penelitian ini adalah koperasi yang anggotanya adalah para pegawai RI di lingkup kantor di kota Semarang yang memiliki tujuan yang sama untuk bersama-sama mensejahterakan anggotanya melalui unit kegiatan yang dimilikinya, dan turut serta berusaha untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar melalui unit usaha pertokoan.

2.2.Strategi Penentuan Harga Koperasi 2.2.1.Pengertian Strategi Penentuan Harga

Strategi dapat diartikan dengan rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus atau tertentu. Basuswastha dan Irawan (1994) mendefinisikan harga sebagai jumlah uang (ditambah barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya. Dalam strategi penentuan harga, tujuan penetapannya ditentukan terlebih dahulu. Tujuan ini berasal dari perusahaan itu sendiri. Banyak perusahaan yang mengadakan pendekatan terhadap penentuan harga berdasarkan tujuan yang hendak dicapainya.


(40)

Berikut ini akan dibahas secara ringkas strategi penentuan harga yang akan dipakai oleh suatu koperasi berdasarkan tujuan usaha yang hendak dicapainya (Ropke 2000:84):

a. Maksimimasi profit

Perusahaan dalam ekuilibrium, ketika memaksimimasi profitnya yang didefinisikan sebagai perbedaan antara Total Cost (TC) dan Total Revenue (TR). Dengan aturan persamaan Marginal Revenue=Marginal Cost (MR=MC). Dalam gambar profit dimaksimisasi dengan tingkat output di Q1 dan harga di P1.

b. Kompetitif Ekuilibrium

Koperasi berperilaku seperti halnya berada didalam struktur pasar yang kompetitif. Kondisi efisiensi terpenting yaitu harga sama dengan Marginal Cost (P=MC), pembeli dikenakan harga yang sama persis dengan biaya yang dikeluarkan untuk sumber daya dalam produksi pada unit produksi tambahan tersebut. Dalam gambar, situasi yang ekuivalen akan tercapai pada Q4 dan P4.

c. Maksimimasi output

Dalam kondisi bahwa tidak akan ada kerugian yang diderita oleh koperasi. Kondisi akan terwujud jika Average Cost (AC)=Average Revenue (AR). Harganya menjadi P=AC=AR. Dalam gambar harga yang diberikan terbentuk melalui harga di P5 dan Output di Q5.


(41)

Merupakan tujuan koperasi untuk memberikan pelayanan kepada anggota dengan tingkat harga yang serendah-rendahnya. Koperasi

memproduksi output (Q2) pada Average Cost yang minimum. Harga

yang sesuai adalah P2.

Perbedaan:

demand P3

P2 MC

P1 AC H P4 A P5

R P=AR G A PM4

PM3 PM2

Q3 Q2 Q1 Q4 Q5

B A R A N G MR

Gambar 2.1. Kebijakan Penentuan Harga dalam Koperasi

(Jochen Ropke 2000)

anggota dibagi

dapat yang Keuntungan P


(42)

e. Maksimimasi SHU/Demand (patronage refund)

Jika koperasi bertujuan memaksimumkan SHU yang dapat didistribusikan kepada anggotanya, koperasi tersebut harus memproduksi output yang merupakan hasil terbesar dari perbedaan antara harga yang akan dibebankan, dengan rata-rata biaya produksinya (AC), yaitu pada P3 Q3.

Jadi dapat disimpulkan bahwa untuk merumuskan strategi penentuan harga salah satunya dengan pendekatan tujuan yang hendak dicapai koperasi.

2.2.2.Strategi Penentuan Harga pada Unit Pertokoan dalam Rangka Mencapai Tujuan Koperasi

Masalah utama penetapan harga adalah masalah penentuan tingkat harga yang paling optimal. Yaitu tingkat harga yang memperhitungkan seluruh ongkos produksi, kondisi persaingan dan daya saing produk, serta sumbangannya terhadap SHU koperasi dalam jangka panjang. untuk mendapatkan tingkat harga yang optimal ini, maka penetapan harga harus dilakukan secara terencana dengan memperhatikan berbagai faktor (Baswir 2000:194).

Penetapan harga suatu barang sering dikaitkan dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Setiap perusahaan tidak selalu mempunyai tujuan yang sama dengan perusahaan lainnya. Tujuan-tujuan yang hendak dicapai tersebut antara lain: laba maksimum, volume penjualan tertentu,


(43)

penguasaan pasar, kembalinya modal yang tertanam dalam jangka waktu tertentu (Swastha dan Irawan 1994).

Dilihat dari tujuan utama pendirian suatu koperasi , tujuan koperasi secara khusus akan ditentukan oleh permasalahan ekonomi yang dihadapi oleh para anggotanya dalam bentuk tujuan yang lebih operasional bagi koperasi sebagai badan usaha. Orang mendirikan koperasi agar secara bersama-bersama dapat memenuhi kepentingan bersama atau atas dasar kesamaan kepentingan pada koperasi yaitu secara bersama-sama dapat memenuhi kebutuhan secara bersama, dimana mereka memerlukan pembelian kebutuhan pokok sehari-hari dengan harga yang lebih murah. Tujuan koperasi secara khusus disini adalah tujuan koperasi konsumsi yaitu koperasi yang mempunyai tujuan agar anggota-anggotanya dapat memenuhi kebutuhan konsumsinya dengan kualitas barang yang baik dan harga yang murah. Konsumsi adalah membeli kebutuhan pokok sehari-hari dengan mudah, kualitas baik dan harga yang lebih ringan. Kebutuhan pokok sehari-hari dapat berupa barang-barang pangan dan sandang. Untuk mempermudah anggota-anggotanya dan masyarakat mendapatkan barang-barang tersebut, maka koperasi mendirikan toko koperasi.

Hadirnya unit usaha pertokoan pada dasarnya tidak terlepas dari kebutuhan para anggotanya yang ingin kebutuhan sehari-harinya (konsumsi) dapat terpenuhi dengan baik, sehingga membuka unit usaha pertokoan. Menurut Chaniago (1992:51) koperasi konsumsi adalah koperasi yang anggotanya terdiri dari tiap-tiap orang yang mempunyai


(44)

kepentingan langsung dalam lapangan konsumsi. Koperasi konsumsi biasanya didirikan oleh anggota-anggota yang terdiri dari para konsumen yang mengadakan pembelian bersama barang-barang keperluan atau kebutuhan sehari-hari mereka seperti beras, bahan pakaian, kopi, gula, minyak, garam, dan sebagainya untuk kemudian dijual kepada anggotanya dengan harga yang seekonomis mungkin (Anoraga 1999:21).

Harga dapat mempengaruhi pelanggan atau anggota dalam mengambil keputusan untuk membeli. Segi harga sangat mempengaruhi tindakan-tindakan anggota koperasi. Ini dipengaruhi oleh penghasilan dan selain itu oleh sikap, yang pertama menentukan kemampuan untuk membeli dan yang kedua menentukan kemauan (rasional) untuk membeli. Koperasi harus berusaha menyediakan produk dengan harga yang pantas, dan jika perlu denagn harga yang semurah-murahnya, sehingga dapat terjangkau oleh anggota. Akan tetapi harga yang ditetapkan itu harus dapat menutup harga pokoknya atau harga belinya, dimana telah diperhitungkan keuntungan walaupun hanya sedikit. Disini koperasi harus mempunyai senjata yang ampuh berupa potongan harga dari kuantita (Ign Sukamdiyo,1996:110). Pada toko harga barang-barang yang ada hendaknya disesuaikan dengan harga pasar, bahkan kalau mungkin lebih murah dengan kualitas yang sama. Dengan demikian, para anggota koperasi yang bersangkutan dapat menghemat pengeluarannya.

Dari sudut pandang ekonomi, penetapan harga yang optimal dari suatu koperasi tidak dapat ditarik kesimpulannya, hal ini dikarenakan


(45)

setiap aturan maupun tujuan-tujuan penetapan harga yang relevan, mungkin sesuai bagi beberapa kelompok kepentingan dalam koperasi (atau bagi sebagian individu dalam beberapa kelompok) dan bertentangan bagi yang lainnya. Namun dalam aturan harga, dimana koperasi menjual jasa atau produknya kepada anggota pada harga yang serendah mungkin tanpa menderita kerugian disebut strategi penetapan harga yang “optimal“ bagi suatu koperasi yang mengecerkan barang atau jasa kepada anggotanya (Ropke 2000:86).

Dengan harga serendah mungkin tanpa menderita kerugian, koperasi bertujuan memaksimumkan jumlah anggota untuk memasuki koperasi, disamping menjual sebanyak-banyaknya output. Hal ini sesuai dengan tujuan utama pendirian suatu koperasi, agar secara bersama-sama dapat memenuhi kebutuhan secara bersama, disamping dapat dipandang sebagai indikator dari keberhasilan koperasi juga sebagai implikasi dari keberhasilan para pengurus itu sendiri.

Koperasi harus memilih apakah akan bersaing dengan menonjolkan aspek keunikan produk, harga murah, atau fokus pada sasaran pasar tertentu.

Seperti telah diuraikan sebelumnya tujuan yang hendak dicapai koperasi, maka pengelolaan usaha koperasi ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan ekonomi para anggota. Hal ini berbeda dengan perusahaan non koperasi yang bertujuan untuk mencari laba, sehingga mereka memiliki profit oriented yang maksimum. Menurut Widiyanti (1996:194),


(46)

dalam usaha koperasi, dorongan untuk memperoleh laba setinggi-tingginya tidak berlaku pada koperasi, karena laba tidak diraih koperasi sebagai tujuan badan usahanya.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan strategi penentuan harga dalam rangka mencapai tujuan koperasi adalah penentuan harga pada unit pertokoan yang dapat meningkatkan kesejahteraan anggota sebagai tujuan yang hendak dicapai oleh koperasi.

2.3.Tinjauan Tentang Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi 2.3.1. Pengertian SHU

Laba dalam koperasi disebut sebagai sisa hasil usaha (SHU) (Sitio dan Tamba 2001:77). Berdasarkan konsep laba akuntansi (accounting income), laba adalah perbedaan antara revenue yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dihadapkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut (Belkaoui 1997:233). Konsep laba ekonomik menurut Smith, mengungkapkan bahwa laba sebagai suatu kenaikan dalam kekayaan, dan dikaitkan dengan praktik bisnis. Konsep laba akuntansi lebih ditekankan pada proses menghasilkan laba, dikaitkan dengan penandingan (matching) antara pendapatan dan beban. Sedangkan konsep laba ekonomik lebih menekankan laba berdasarkan kenaikan kapital (Triyuwono 2001:9).

Ditinjau dari aspek ekonomi manajerial, SHU koperasi adalah selisih dari seluruh pemasukan atau penerimaan total (total revenue [TR])


(47)

dengan biaya-biaya atau biaya total (total cost [TC]) dalam satu tahun buku. Sedangkan dari aspek legalistik, pengertian SHU menurut UU No. 25 tahun 1992, tentang perkoperasian, Bab IX, pasal 45 adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lain termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) No. 27 butir 33, SHU merupakan gabungan dari hasil partisipasi neto dengan anggota dan laba atau rugi kotor dengan non anggota, ditambah atau dikurangi dengan pendapatan dan beban lain-lain serta beban perkoperasian dan pajak penghasilan badan koperasi

2.3.2. Perolehan SHU

SHU diperoleh dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota dan bukan anggota.

Pendapatan koperasi timbul dari transaksi dengan anggota yang diakui sebesar partisipasi bruto yaitu penjualan barang atau jasa kepada anggota. Selisih antara partisipasi bruto dengan beban pokok adalah partisipasi neto.

Pendapatan koperasi yang berasal dari transaksi dengan non anggota diakui sebagai pendapatan (penjualan). Selisih antara pendapatan dan harga pokok transaksi dengan non anggota diakui sebagai laba atau rugi kotor (PSAK No. 27 butir 77).


(48)

2.3.3. Penggunaan SHU

Penggunaan SHU yang dibagikan diantaranya adalah untuk anggota, dana pendidikan, dan untuk koperasi sendiri. Jumlah yang merupakan hak koperasi diakui sebagai cadangan (PSAK No.27 butir 59). Dalam PSAK No. 27 butir 55, pembentukan cadangan dapat ditujukan antara lain untuk pemupukan modal, pengembangan usaha koperasi, menutup resiko kerugian, dan pembagian kepada anggota yang keluar dari keanggotaan koperasi.

SHU merupakan salah satu alat untuk melihat perkembangan koperasi sebagai Badan Usaha. Menurut Sitio dan Tamba (2001:137). Variabel kinerja koperasi yang diukur untuk melihat perkembangan atau pertumbuhan koperasi di Indonesia terdiri dari kelembagaan (jumlah koperasi perpropinsi, jumlah koperasi perjenis/kelompok koperasi, jumlah koperasi aktif dan nonaktif), keanggotaan, volume usaha, permodalan, aset dan SHU.

Koperasi dikatakan baik atau berkembang bukan hanya dilihat dari jumlah SHU, tetapi juga dilihat dari pelaksanaan program kerja yang telah ditentukan oleh Rapat anggota Tahunan (RAT). Lebih penting lagi menyangkut palayanan kepada anggota. Koperasi yang dapat melayani anggota dengan sebaik-baiknya berarti koperasi tersebut dapat dikatakan berhasil. Namun sebagai suatu badan usaha, koperasi juga dituntut untuk dapat mencapai laba (SHU) yang memadai. Untuk itu, pengurus harus


(49)

bekerja keras dan memiliki manajemen yang baik sehingga menghasilkan pelayanan yang memuaskan dan SHU yang wajar.

Besarnya laba seringkali dipakai sebagai ukuran untuk menilai berhasil atau tidaknya manajemen suatu perusahaan (Mulyadi 1997:223). Namun ukuran bagi keberhasilan suatu koperasi bukan ditentukan berdasarkan besarnya SHU atau laba yang besar, melainkan diukur dari banyaknya anggota dan masyarakat memperoleh pelayanan dari koperasi (Widiyanti 1996:18).

Menurut Hans H. Munker, koperasi dengan tegas menolak motif

mengejar laba (profit motive) dalam kegiatan usahanya, kemudian

mengganti dengan memberi pelayanan (service motive). Hal ini tidak berarti laba tidak penting. Laba (profit) bukan menjadi tujuan, tetapi merupakan akibat kerjasama (Sudarsono dan Edilius 2002:114). Laba (profit) bukanlah satu-satunya yang dikejar oleh manajemen koperasi, melainkan juga aspek pelayanan (benefit oriented) (Sitio dan tamba 2001:78). Dalam badan usaha koperasi, orientasi usahanya lebih menekankan pada pelayanan usaha yang dapat memberikan manfaat dan kepuasan bersama para anggotanya.

Meskipun laba penting dihasilkan untuk mencapai tujuan koperasi yaitu meningkatkan kesejahteraan anggotanya, namun bukan berarti laba menjadi tujuan utama badan usaha koperasi. Kesejahteraan semata-mata tidak hanya dari laba, melainkan juga dari kemampuan koperasi memberikan pelayanan kepada anggotanya. Pelayanan ini berupa


(50)

manfaat ekonomi yang diperoleh sebagai anggota koperasi, misalnya yang berupa terpenuhinya kebutuhan bersama, yaitu mendapatkan bahan mentah lebih murah, memperoleh kepastian pasaran dengan harga yang pantas, memperoleh barang konsumsi lebih baik dan murah, memperoleh akses lebih mudah dan murah dalam kegiatan simpan pinjam. Sehingga laba tidak menjadi dasar pertimbangan utama dari kegiatan usaha koperasi.

Jadi bagi suatu koperasi, laba tidak menjadi tujuan utama dalam pengelolaan usahanya. Hal ini dikarenakan manajemen koperasi yang harus bekerja menurut prinsip ekonomi dengan melandaskan pada asas-asas koperasi yang mengandung unsur sosial. Sehingga dalam menjalankan kegiatan organisasinya, pandangan terhadap laba sebagai pertimbangan utama dalam penentuan tujuan dari koperasi, tentunya tidak bisa dibenarkan. Bagi pengurus dan pengelola koperasi yang bertanggung jawab atas terlaksananya prinsip-prinsip koperasi dalam menjalankan kegiatan organisasi, akan memberikan persepsi tertentu dalam pertimbangan-pertimbangan pengelolaan usaha koperasi.

2.4.Persepsi

2.4.1. Pengertian Persepsi

Istilah persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan tentang pengalaman terhadap sesuatu benda ataupun sesuatu kejadian yang dialami. Persepsi adalah suatu proses dengan mana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi


(51)

makna kepada lingkungan mereka (Robbins 1996:124). Persepsi merupakan proses mental yang menghasilkan bayangan pada diri individu, sehingga dapat mengenal suatu objek dengan jalan asosiasi pada sesuatu ingatan tertentu baik secara indera penglihatan, indera perabaan, dan sebagainya yang mana pada akhirnya bayangan itu dapat disadarinya. Persepsi dapat berupa tanggapan (penerimaan) langsung dari seseorang, proses seseorang mengetahui beberapa hal melalu pancaindera. Persepsi dianggap sebagai sebuah pengaruh ataupun sebuah kesan oleh benda yang semata-mata menggunakan pengamatan penginderaan.

Menurut Sondang P. Siagian (1989:103) sasaran persepsi dapat berupa orang, benda atau peristiwa orang yang melihatnya.

Persepsi disini adalah tanggapan para pengurus dan manajer (pengelola) KPRI kota Semarang.

2.4.2. Persepsi Mengenai SHU Koperasi

Sejumlah faktor bekerja untuk membentuk dan kadang memutarbalikkan persepsi. Faktor-faktor ini dapat berada pada pihak

pelaku persepsi (perceiver), dalam objeknya atau target yang

dipersepsikan, atau dalam konteks dari situasi dalam mana persepsi itu dilakukan (Robbins 1996:126). Menurut Abdul Rahman Shaleh (2004:94) bahwa kebutuhan, minat dan nilai telah terbukti merupakan pengaruh yang penting dalam persepsi. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi disini


(52)

adalah sikap, minat, dan tempat. Berikut ini dibahas faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi secara ringkas :

1. Sikap

Seorang individu yang memandang pada suatu target dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sarat dipengaruhi oleh karakteristik-karakteristik pribadi dari pelaku persepsi individual itu, diantaranya adalah sikap. Sikap adalah keadaan pikiran yang dipengaruhi oleh kecenderungan, perasaan, gagasan dan tindakan (William B. Martin,1991:14). Menurut Bimo Walgito (1980:51) sikap sebagai suatu tingkatan afek (penilaian) yang bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan objek-objek psikologik. Perasaan yang positif yaitu perasaan ditandai adanya sikap menerima atau setuju, sebaliknya perasaan yang positif yaitu adanya sikap menolak atau tidak senang. Syaifuddin Azwar (1988:3) menyatakan bahwa aspek perilaku yang biasanya dinyatakan dalam bentuk respon positif ataupun respon negatif. Louse Thurstone dan Charles Osgorel mengatakan bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi (penilaian) atau reaksi perasaan. Menurut Soehardi Sigit (2003:86) sikap adalah tanggapan (response) seseorang terhadap sesuatu stimulus yang menimbulkan tangkapan kognitif (pikiran), afektif (penilaian), dan konaktif (kecenderungan perilaku). Sikap merupakan keyakinan atau pandangan yang dapat menyebabkan orang berperilaku secara tetap terhadap suatu objek atau gagasan yang


(53)

sama. Sikap disini adalah pandangan atau penilaian terhadap SHU koperasi.

2. Minat

Karakteristik pribadi selain sikap yang mempengaruhi persepsi adalah minat. Akan selalu terjadi komunikasi atau hubungan dengan orang lain, benda, situasi dan aktivitas-aktivitas yang terdapat di lingkungan sekitar. Dalam hubungan tersebut mungkin mereka menerima, membiarkan atau menolaknya. Apabila seseorang menaruh minat, itu berarti dirinya menyambut atau bersikap positif dalam berhubungan dengan objek atau lingkungan tersebut dengan demikian maka akan cenderung untuk memberi perhatian dan melakukan tindakan lebih lanjut. Minat adalah keinginan atau kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Menurut Abdul (2004:262) minat dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan untuk memberikan perhatian atau bertindak terhadap orang, aktivitas atau situasi yang menjadi objek dari minat tersebut dengan disertai perasaan senang. Dalam batasan tersebut terkandung suatu pengertian bahwa di dalam minat ada pemusatan perhatian subjek, ada usaha (untuk : mendekati / mengetahui / memiliki / menguasai / berhubungan) dari subjek yang dilakukan dengan perasaan senang, ada daya penarik dari objek. Minat disini adalah keinginan atau kecenderungan hati yang tinggi terhadap SHU koperasi. 3. Tempat


(54)

Unsur-unsur dalam lingkungan sekitar mempengaruhi persepsi-persepsi seseorang. Keadaan tempat kerja, dan keadaan sosial dapat mempengaruhi perhatian. Tempat disini adalah dimana persepsi terhadap SHU koperasi dilakukan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi disini adalah sikap, minat, tempat dari pengurus dan manajer (pengelola) KPRI terhadap SHU.

Jadi persepsi mengenai SHU koperasi disini adalah tanggapan yang berupa pandangan atau penilaian, keinginan atau ketertarikan pengurus dan manajer (pengelola) KPRI kota Semarang terhadap laba dalam koperasi.

2.4.3. Tautan Antara Persepsi dan Pengambilan Keputusan Individual

Menurut Robbins (1996) bahwa persepsi individu dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dan kualitas pilihan terakhir seseorang. Pengambilan keputusan terjadi sebagai suatu reaksi terhadap suatu masalah (problem). Terdapat suatu penyimpangan antara sesuatu keadaan dewasa ini dan sesuatu keadaan yang diinginkan.

Individu-individu berpikir dan menalar sebelum mereka bertindak. Karena inilah suatu pemahaman bagaimana orang-orang mengambil keputusan dapat membantu menjelaskan dan meramalkan perilaku mereka. Berpikir dilakukan orang dengan tujuan untuk memahami realita dalam rangka mengambil keputusan (making decision) memecahkan persoalan (problem solving), dan menghasilkan sesuatu yang baru (creativity).


(55)

Menurut Abdul (2004:238), keputusan yang diambil beraneka ragam, tetapi ada tanda-tanda umumnya:

1) Keputusan merupakan hasil berpikir, hasil usaha intelektual 2) Keputusan selalu melibatkan pilihan dan berbagai alternatif

3) Keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun dalam pelaksanaannya boleh ditangguhkan atau dilupakan.

Disamping tanda-tanda umum mengambil keputusan, dalam mengambil keputusan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor personal yang sangat mempengaruhi dalam mengambil keputusan adalah:

1) Kognisi, artinya kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki 2) Motif, alasan seseorang melakukan sesuatu

3) Sikap, perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan pada pendirian (pendapat/keyakinan).

Seperti diketahui bahwa semua keputusan menuntut penafsiran dan evaluasi terhadap informasi. Data yang diterima dari bebagai sumber perlu diproses dan ditafsirkan, data manakah yang relevan dengan keputusan dan mana yang tidak. Persepsi-persepsi dari pengambil keputusan akan menjawab pertanyaan ini. Akan dikembangkan alternatif-alternatif serta kekuatan dan kelemahan dari tiap alternatif perlu dievaluasi. Karena alternatif-alternatif tidak muncul dengan mengidentifikasi mereka sebagai alternatif, atau dengan kekuatan dan kelemahanya ditandai dengan jelas, proses perseptual dari pengambil keputusan individual akan mempunyai hubungan yang besar pada hasil akhirnya.


(56)

Pengurus dan manajer (pengelola) dalam hal ini subjek yang memiliki tugas untuk mengelola usaha koperasi, oleh karena itu mereka tentunya memiliki persepsi atau tanggapan mengenai SHU, yang pada akhirnya mempengaruhi perilaku mereka dalam merumuskan keputusan atau kebijakan menentukan rencana atau strategi terhadap besarnya SHU yang hendak dicapai oleh koperasi.

2.5.Kerangka Pemikiran

Kesejahteraan bermakna sangat luas dan juga bersifat relatif, karena ukuran sejahtera bagi seseorang dapat berbeda satu sama lain. Hal ini dikarenakan penafsiran orang pada satu objek yang sama sering ada ketidaksepakatan antar individu bahkan dapat cukup berbeda dari kenyataan yang objektif. SHU merupakan salah satu alat untuk meningkatkan kesejahteraan anggota, selain kemampuan pelayanan, keterampilan administrasi dan penerapan prinsip-prinsip manajemen. Menghasilkan SHU adalah suatu keharusan tetapi lebih jauh lagi harus menyadari kewajibannya terhadap para anggota, lingkungan, karyawan, dan dirinya sendiri. Hal ini untuk memenuhi kewajiban baik sosial maupun ekonomi. Oleh karena itu koperasi tidak mengejar laba sebagai tujuan badan usaha.

Pengelolaan usaha koperasi ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan ekonomi para anggota maka hal ini berbeda dengan perusahaan non koperasi yang bertujuan untuk mencari laba, sehingga mereka memiliki profit oriented yang maksimum. Penentuan harga dalam koperasi ditujukan untuk


(57)

peningkatan kesejahteraan anggota yang menjadi tujuan dari badan usahanya. Strategi penentuan harga yang dapat meningkatkan kesejahteraan anggota adalah harga yang tidak mengarah pada harga yang mencapai tujuan laba yang maksimum. Karena dengan profit oriented yang maksimum, tujuan koperasi adalah untuk mencari laba semata bukannya untuk peningkatan kesejahteraan anggotanya. Menurut Ropke (2000:86), dimana koperasi menjual produk kepada anggotanya pada harga yang serendah mungkin tanpa menderita kerugian, disebut strategi penentuan harga yang “optimal” bagi suatu koperasi yang mengecerkan barang/jasa kepada anggotanya. Jadi penentuan harga pelayanan yang dapat mensejahterakan anggota adalah dengan harga yang serendah mungkin (menutup harga beli dan memperhitungkan laba) atau murah sehingga para anggota koperasi yang bersangkutan dapat menghemat pengeluarannya.

Strategi penentuan harga membutuhkan pertimbangan atau penafsiran dan evaluasi terhadap besarnya laba yang hendak dicapai. Kebijakan manajemen koperasi terhadap laba yang hendak dicapai didasarkan pada penafsiran mereka mengenai laba dalam koperasi. Menurut Robbins (1996), persepsi dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dan kualitas pilihan terakhir individu dalam organisasi.

Dengan menggunakan kerangka pemikiran tersebut menunjukkan arah dari penyusunan penelitian, sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang persoalan yang dihadapi. Dengan demikian kerangka pemikiran yang akan penulis kemukakan adalah :


(58)

Gambar 2.2

Skema Kerangka Pemikiran

Sumber : Stephen P. Robbins. 1996. Perilaku Organisasi. Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Jakarta.

Gambar : Pengaruh Persepsi Mengenai SHU terhadap Keputusan Strategi Penentuan Harga Dalam Rangka Mencapai Tujuan Koperasi Pada Unit Pertokoan KPRI di Kota Semarang.

2.6.Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang masih harus diuji

kebenarannya. Berdasarkan teori diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

“Ada pengaruh persepsi pengurus mengenai SHU sebagai laba koperasi terhadap keputusan strategi penentuan harga dalam rangka mencapai tujuan koperasi pada unit pertokoan KPRI di Kota Semarang.” Persepsi mengenai

SHU sebagai laba koperasi

(X)

Keputusan Strategi Penentuan Harga Dalam Rangka Mencapai Tujuan

Koperasi (Y)


(59)

42

METODE PENELITIAN

3.1.Populasi dan Sampel Penelitian 3.1.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto,1998:115). Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan pengurus dalam KPRI yang memiliki unit pertokoan dan termasuk KPRI dalam golongan A dan B (berdasarkan data Dinas Koperasi dan UKM Kota Semarang) di kota Semarang. Aspek yang akan diteliti adalah pengurus. Adapun ukuran polulasinya sebesar 26 KPRI.

3.1.2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian atau wakil populasi yang akan diteliti (Arikunto,1998:117). Sampel harus mencerminkan populasi sehingga generalisasi terhadap sampel akan digunakan dalam penelitian, dengan kata lain sampel harus representatif. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah purposive sampling yaitu pengambilan sample yang berdasarkan pertimbangan subyektif penelitian yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Sampel yang diambil untuk penelitian ini adalah 34 orang pengurus dari 17 KPRI (memiliki unit pertokoan dan termasuk dalam golongan A dan B berdasarkan data Dinas Koperasi dan UKM Kota


(60)

Semarang) se-Kota Semarang. Adapun kriteria sampel yang termasuk dalam kategori penelitian ini adalah :

1. Kebijakan dari PKPRI serta Dinas Koperasi dan UKM Kota

Semarang,

2. KPRI tersebut memiliki unit usaha pertokoan,

3. KPRI tersebut termasuk dalam kategori golongan A dan B

berdasarkan data Dinas Usaha Kecil dan Menengah Kota Semarang.

Alasan peneliti mengambil sampel sebesar 34 pengurus dan (pengelola) KPRI karena keterbatasan waktu, dana, biaya dan risiko yang ditanggung oleh peneliti. Menurut Gay (1976) sampel ukuran minimal dalam penelitian regresi adalah 30 subjek.

3.2.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.2.1. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang mejadi titik perhatian dalam suatu penelitian (Suharsimi Arikunto,1998:99). Variabel-variabel penelitian yang dipergunakan adalah sebagai berikut :

a. Variabel persepsi pengurus mengenai SHU koperasi sebagai variabel bebas (X)

b. Variabel strategi penentuan harga pada unit pertokoan KPRI sebagai variabel terikat (Y)


(61)

3.2.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah proses melekatkan arti pada suatu konstruk atau variabel dengan cara menetapkan kegiatan atau tindakan yang perlu untuk mengukur konstruk atau variable tersebut (Kerlinger, 1986). Operasionalisasi variabel penelitian digunakan untuk instrumen pada penelitian.

a. Variabel bebas (Independent variable)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah persepsi mengenai SHU yaitu mengungkap tanggapan pengurus dan manajer (pengelola) mengenai SHU sebagai laba dalam koperasi.

Dengan indikator:

1) Sikap yaitu pandangan atau penilaian terhadap SHU sebagai laba koperasi, dengan skala pengukuran interval.

a) Sikap pengurus dan manajer (pengelola) terhadap SHU untuk kesejahteraan anggota.

b) Sikap pengurus dan manajer (pengelola) terhadap SHU untuk meningkatkan dana cadangan.

c) Sikap pengurus dan manajer terhadap SHU untuk balas jasa atas modal koperasi.

2) Minat yaitu keinginan atau ketertarikan terhadap SHU sebagai laba koperasi, dengan skala pengukuran interval.

a) Minat pengurus dan manajer (pengelola) terhadap SHU untuk kepentingan anggota.


(62)

b) Minat pengurus dan manajer (pengelola) terhadap SHU

untuk kepentingan usaha koperasi.

c) Minat pengurus dan manajer (pengelola) terhadap SHU untuk kepentingan kinerja manajemen.

3) Tempat yaitu dimana persepsi terhadap SHU dilakukan, dengan skala pengukuran interval.

a) SHU dalam situasi koperasi fungsional. b) SHU dalam situasi koperasi konsumen. c) SHU dalam situasi koperasi pegawai. b. Variabel terikat (dependent variable)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keputusan strategi penentuan harga pada unit pertokoan dalam rangka mencapai tujuan koperasi yaitu rencana penetapan harga yang paling optimal untuk meningkatkan kesejahteraan anggota, dengan skala pengukuran interval.

Dengan indikator :

1) Strategi penentuan harga untuk peningkatan laba.

2) Strategi penentuan harga untuk peningkatan volume penjualan. 3) Strategi penentuan harga untuk pengembalian modal usaha.

3.3.Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari sumber data oleh penyidik untuk tujuan penelitian.


(63)

Data primer dalam penelitian ini berasal dari jawaban kuesioner yang dikembalikan oleh 34 pengurus di 17 KPRI (memiliki unit pertokoan dan termasuk KPRI dalam golongan A dan B berdasarkan data Dinas Koperasi dan UKM Kota Semarang) Kota Semarang.

3.4.Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Metode Dokumentasi

Metode Dokumentasi yang digunakan bagi metode pengumpul data dengan jalan melihat dan mempelajari dokumen-dokumen, buku-buku, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya. Yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variasi yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan lain sebagainya (Suharsimi Arikunto,1998:234).

Metode ini digunakan untuk mencari dan mengumpulkan data melalui informasi tertulis yang berhubungan dengan masalah-masalah penelitian.

2. Metode Kuesioner (Angket)

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui (Suharsimi Arikunto,1998:139).


(64)

Kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup artinya kuesioner yang sudah disediakan jawabannya, sehingga responden hanya memilih jawaban yang sesuai. Pertanyaan dalam angket ini tersusun dalam bentuk pilihan ganda.

Data tersebut yang diperoleh dari instrumen ini digunakan untuk Prosedur pengumpulan data dengan kuesioner, yang disampaikan kepada KPRI yang menjadi sampel secara contact persons. Pengumpulan data melalui contact person dengan menjadikan individu sebagai jaringan untuk menyebarkan kuesioner pada responden lain. Cara tersebut dilakukan untuk mengharapkan tingkat kembalian (respon rate) kuesioner yang tinggi (Sekaran, 2000)

Kuesioner didesain terdiri dari dua bagian. Bagian pertama, berisi deskripsi responden, merupakan uraian responden secara demografis. Bagian kedua, terdiri instrumen pertanyaan yang mengkonstruksikan variabel penelitian. Bagian kedua ini berisi pertanyaan dengan jawaban menggunakan skala interval. (Sugiyono,2002:107)

Alasan digunakan metode kuesioner ini adalah :

a. Untuk menjawab mengenai persepsi pengurus mengenai SHU

sebagai laba koperasi dan keputusan strategi penentuan harga dalam rangka mecapai tujuan koperasi pada unit pertokoan KPRI di kota Semarang.


(65)

b. Responden adalah orang yang paling mengetahui sendiri sehingga

data informasi yang tidak dapat diperoleh dengan metode dokumentasi dapat diperoleh dengan metode ini,

c. Responden memiliki kemampuan untuk menyatakan keinginan

dalam metode kuesioner ini. (Suharsimi Arikunto, 1998:128)

3.5.Validitas dan Reliabilitas 3.5.1. Validitas

Adalah suatu alat ukur yang menunjukkan alat kevalidan dan mempunyai kesahihan suatu alat instrumen (Suharsimi Arikunto 1996:158). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dalam mengungkapkan data dari instrumen yang dimaksud.

Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas internal yaitu validitas yang dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrumen secara keseluruhan. Penelitian ini menggunakan teknik validitas logis dan validitas empiris. Validitas logis ini digunakan karena sebelum menyusun instrumen peneliti terlebih dahulu menanyakan pada pengurus tentang persepsi pengurus terhadap SHU koperasi dan strateginya dalam menentukan harga dalam rangka mencapai tujuan koperasi pada unit usaha pertokoan koperasi. Sedangkan validitas empiris mengukur tingkat validitas dengan analisis.


(66)

Untuk menguji tingkat validitas empiris instrumen, peneliti mencobakan instrumen tersebut pada sasaran dalam penelitian. Langkah ini bisa disebut dengan kegiatan uji coba instrumen. Apabila data yang didapat dari uji coba ini sudah sesuai dengan yang seharusnya, maka berarti bahwa instrumen yang digunakan sudah valid. Dalam penelitian ini, pengujian validitas internal digunakan analisa butir. Dengan cara skor yang ada pada butir dikorelasikan dengan skor total dan analisis yang digunakan adalah Korelasi Product Moment:

{

}{

}

xy 2 2 2 2

NΣΧY (ΣΧ)(ΣY) r

NΣΧ (ΣΧ) NΣY (ΣY)

-=

-

Keterangan : xy

r = koefisien korelasi

N = jumlah subyek atau responden

X = skor butir

Y = skor total

2

ΣΧ = jumlah kuadrat nilai X

2

ΣY = jumlah kuadrat nilai Y (Suharsimi Arikunto 1998:160)


(67)

Tabel 3.1. Validitas Instrumen

No. soal rxy rtabel Kriteria

1 0,866 0,339 Valid

2 0,706 0,339 Valid

3 0,752 0,339 Valid

4 0,805 0,339 Valid

5 0,752 0,339 Valid

6 0,793 0,339 Valid

7 0,719 0,339 Valid

8 0,730 0,339 Valid

9 0,810 0,339 Valid

10 0,731 0,339 Valid

11 0,813 0,339 Valid

12 0,701 0,339 Valid

(Sumber:Data Primer yang diolah, 2005)

Berdasarkan atas hasil validitas instrumen persepsi mengenai SHU sebagai laba koperasi dan keputusan strategi penentuan harga dalam rangka mencapai tujuan koperasi. Dan hasil tersebut dikonsultasikan dengan tabel harga regresi moment dengan taraf signifikansi 5% atau interval kepercayaan 95% diperoleh angka sebesar 0,339. Dengan demikian rhitung> rtabel, maka instrumen tersebut valid (lampiran 2).

3.5.2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah dapat dipercaya atau diandalkan (Suharsimi Arikunto 1998:170). Pada penelitian ini untuk mencari reliabilitas instrumen menggunakan rumus Alpha, karena instrumen dalam penelitian ini berbentuk angket yang skornya merupakan rentangan antara 1-5 dan uji validitas menggunakan item total seperti yang dikemukakan Suharsimi Arikunto (1996:190) bahwa untuk mencari


(68)

reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau suatu bentuk uraian maka menggunakan rumus Alpha :

⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ σ σ − ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − =

2 t 2 b 11 1 1 k k r keterangan : 11

r = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau soal

σ2

b = jumlah varian butir

σ2t = varian total (Suharsimi Arikunto 1998:193). hasil perhitugan reliabilitas diperoleh 0,935 dikonsultasikan dengan rtabel pada taraf signifikansi 5% atau interval kepercayaan 95%

yaitu 0,339. Sehingga dapat disimpulkan reliabilitas perhitungan lebih besar dari regresi tabel, maka instrumen dikatakan reliabel (lampiran 4).

3.6.Metode Analisa Data

3.6.1. Metode Analisis Deskriptif Persentase

Metode ini digunakan untuk mengetahui dan menganalisis data mengenai persepsi mengenai SHU sebagai laba dan keputusan strategi penentuan harga dalam rangka mencapai tujuan koperasi pada unit pertokoan KPRI untuk mengetahui tingkat persentase skor jawaban digunakan perhitungan:


(69)

Keterangan:

% = deskriptif persentase

n = nilai yang diperoleh

N = nilai yang diharapkan

Tabel 3.3. Skor jawaban angket

No. Jawaban Skor Variabel X Skor Variabel Y

1. 2. 3. 4. 5. A B C D E 1 2 3 4 5 5 4 3 2 1 (Sumber:Umar Husein, 2000:45)

Perhitungan deskriptif persentase ini mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menetapkan skor tertinggi dan skor terendah.

2. Menetapkan ring yang dicari yaitu selisih antara skor tertinggi dengan terendah.

3. Menetapkan interval yaitu hasil range yang dibagi menjadi 5 kriteria. 4. Untuk mengetahui kriteria hasil perhitungan dan dibuat tabel.

3.6.2. Uji Normalitas Data

Untuk menguji normalitas digunakan rumus :

n

% =

x100%


(70)

(

)

= − = k 1 i i 2 i i 2 E E O X Keterangan : 2

X = chi kuadrat

i

O = frekuensi yang diobservasi

i

E = frekuensi yang diharap

K = banyak kelas interval (Sudjana 1992:273)

Sampel yang digunakan berdistribusi normal jika X2 < dari harga kritik dalam tabel yang signifikan 95% dengan derajat kebebasan dk(k-3).

Dari hasil perhitungan untuk variabel X diperoleh X2 = 0,2867 < X2 tabel = 5,99, maka data tersebut berdistribusi normal (lampiran 5).

3.6.3. Metode Analisis Regresi Sederhana

Yaitu untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh persepsi mengenai SHU sebagai laba koperasi terhadap keputusan strategi penentuan harga dalam rangka mencapai tujuan koperasi pada unit pertokoan KPRI.

a. Mencari Persamaan Regresi

Untuk mencari regresi linier satu prediktor persamaannya adalah:

Y = aX + K (Sutrisno Hadi 1990:1). Dimana:


(71)

Y = Keputusan strategi penentuan harga dalam rangka mencapai

tujuan koperasi

X = Persepsi mengenai SHU sebagai laba koperasi

a = Bilangan koefisien persepsi mengenai SHU sebagai laba koperasi k = Bilangan konstanta

Dengan menggunakan skor deviasi maka persamaan diatas dapat berubah menjadi:

y = ax

dimana: y = Y-Y

x = X-X

(Sutrisno hadi 1990:7) b. Analisis varians garis regresi

Yaitu untuk menguji signifikansi garis regresi bilangan F

dengan rumus : Yang mana :

Freg = Harga bilangan F untuk garis regresi

RKreg = Rerata kuadrat garis regresi

RKres = Rerata kuadrat garis residu

(Sutrisno Hadi, 1994 : 14) Kriteria :

Ftabel < Freg maka signifikan, yaitu adanya regresi antara Y dengan X

Ftabel > Freg maka signifikan, yaitu tidak adanya regresi antara Y dengan X

Tabel 3.4.

Tabel Regresi dengan satu prediktor ( skor deviasi )

2

Σ

x y

a =

Σ

x

reg reg

res

RK

F

RK

=


(1)

Lampiran 9

DATA KEPUTUSAN STRATEGI PENENTUAN HARGA DALAM RANGKA PENCAPAIAN TUJUAN KOPERASI (VARIABEL Y)

Nomor Angket No Kode Responden

10 11 12 Σ %

1 R1 4 4 4 12 80%

2 R2 3 3 3 9 60%

3 R3 4 4 4 12 80%

4 R4 4 4 4 12 80%

5 R5 4 4 4 12 80%

6 R6 4 4 4 12 80%

7 R7 2 1 2 5 33%

8 R8 1 1 1 3 20%

9 R9 4 5 5 14 93%

10 R10 5 5 5 15 100%

11 R11 4 4 4 12 80%

12 R12 2 2 2 6 40%

13 R13 4 5 5 14 93%

14 R14 2 2 1 5 33%

15 R15 5 5 5 15 100%

16 R16 2 4 2 8 53%

17 R17 2 4 4 10 67%

18 R18 5 5 5 15 100%

19 R19 2 2 2 6 40%

20 R20 2 2 2 6 40%

21 R21 4 4 4 12 80%

22 R22 1 2 4 7 47%

23 R23 4 4 4 12 80%

24 R24 4 4 4 12 80%

25 R25 4 3 3 10 67%

26 R26 4 3 3 10 67%

27 R27 1 2 1 4 27%

28 R28 5 5 5 15 100%

29 R29 5 5 5 15 100%

30 R30 4 5 3 12 80%

31 R31 4 4 4 12 80%

32 R32 4 4 4 12 80%

33 R33 1 2 2 5 33%

34 R34 3 3 3 9 60%

Jumlah 113 120 117 350 Kriteria Analisis Deskriptif Persentase

Interval Kategori Jumlah Responden 84%- 100% Sangat Setuju 7

67,5%-83,5% Setuju 12 51%-67% Cukup Setuju 6 34,5%-50,5% Kurang Setuju 4 18%-34% Tidak Setuju 5


(2)

Lampiran 10

TABULASI SKOR PERSIAPAN DESKRIPTIF PERSENTASE

KEPUTUSAN STRATEGI PENENTUAN HARGA DALAM RANGKA MENCAPAI TUJUAN KOPERASI (VARIABEL Y)

a. Keputusan Strategi Penentuan Harga untuk Penentuan Laba Soal 10

Skor Jumlah Jawaban Persentase Skor Total

5 5 14,71 25

4 16 47,06 64

3 2 5,88 6

2 7 20,59 14

1 4 11,76 4

Jumlah 34 100 113

b. Keputusan Strategi Penentuan Harga untuk Peningkatan Volume Penjualan Soal 11

Skor Jumlah Jawaban Persentase Skor Total

5 8 23,53 40

4 13 38,24 52

3 4 11,76 12

2 7 20,59 14

1 2 5,88 2

Jumlah 34 100 120

c. Keputusan Strategi Penentuan Harga untuk Pengembalian Modal Usaha Soal 12

Skor Jumlah Jawaban Persentase Skor Total

5 7 20,59 35

4 13 38,24 52

3 5 14,71 15

2 6 17,65 12

1 3 8,82 3


(3)

Lampiran 11

ANALISIS DISKRIPTIF PERSENTASE KEPUTUSAN STRATEGI PENENTUAN HARGA DALAM RANGKA MENCAPAI

TUJUAN KOPERASI Range = Data Maksimal – Data Minimal Data Maksimal = 3 x 34 x 5 = 510

Data Minimal = 3 x 34 x 1 = 102 Range = 510 - 102 = 408 Panjang Kelas Interval =

Banyak Range = 408 : 5 = 82

Interval Persentase Kriteria 429 - 510 84 % - 100 % Sangat Setuju 347 – 428 67,5% - 83,5 % Setuju 265 – 346 51% - 67% Cukup Setuju 183 – 264 34,5% - 50,5 % Kurang Setuju

101 - 182 18% - 34% Tidak Setuju Dari hasil penelitian diperoleh

Skor Total = 350 Skor Maksimal = 510

DP = x100%

Maksimal Skor

Total Skor

= x100%

510 350

= 68,63%

Kriteria = Setuju

A. KEPUTUSAN STRATEGI PENENTUAN HARGA UNTUK PENINGKATAN LABA

Range = Data Maksimal – Data Minimal Data Maksimal = 1 x 34 x 5 = 170

Data Minimal = 1 x 34 x 1 = 34 Range = 170 - 34 = 136 Panjang Kelas Interval =

Banyak Range = 130 : 5 = 28


(4)

Interval Persentase Kriteria 145 – 172 84 % - 100 % Sangat Setuju 117 – 144 67,5% - 83,5 % Setuju

89 – 116 51% - 67% Cukup Setuju 61 – 88 34,5% - 50,5 % Kurang Setuju

33 - 60 18% - 34% Tidak Setuju Dari hasil penelitian diperoleh

Skor Total = 113 Skor Maksimal = 170

DP = x100%

Maksimal Skor

Total Skor

= x100%

170 113

= 66,97%

Kriteria = Cukup Setuju

B. KEPUTUSAN STRATEGI PENGGUNAAN HARGA UNTUK PENINGKATAN PENJUALAN

Range = Data Maksimal – Data Minimal Data Maksimal = 1 x 34 x 5 = 170

Data Minimal = 1 x 34 x 1 = 34 Range = 170 - 34 = 136 Panjang Kelas Interval =

Banyak Range = 130 : 5 = 28

Interval Persentase Kriteria 145 – 172 84 % - 100 % Sangat Setuju 117 – 144 67,5% - 83,5 % Setuju

89 – 116 51% - 67% Cukup Setuju 61 – 88 34,5% - 50,5 % Kurang Setuju

33 - 60 18% - 34% Tidak Setuju Dari hasil penelitian diperoleh

Skor Total = 120 Skor Maksimal = 170

DP = x100%

Maksimal Skor

Total Skor

= x100%

170 120

= 70,59%


(5)

C. KEPUTUSAN STRATEGI PENENTUAN HARGA UNTUK PENGEMBALIAN MODAL USAHA

Range = Data Maksimal – Data Minimal Data Maksimal = 1 x 34 x 5 = 170

Data Minimal = 1 x 34 x 1 = 34 Range = 170 - 34 = 136 Panjang Kelas Interval =

Banyak Range = 130 : 5 = 28

Interval Persentase Kriteria 145 – 172 84 % - 100 % Sangat Setuju 117 – 144 67,5% - 83,5 % Setuju

89 – 116 51% - 67% Cukup Setuju 61 – 88 34,5% - 50,5 % Kurang Setuju

33 - 60 18% - 34% Tidak Setuju Dari hasil penelitian diperoleh

Skor Total = 117 Skor Maksimal = 170

DP = x100%

Maksimal Skor

Total Skor

= x100%

170 117

= 68,82%


(6)

Lampiran 12

TABEL PERSIAPAN ANALISIS REGRESI

No Kode Responden X (Persepsi) Y (Keputusan)

1 R1 16 12

2 R2 18 9

3 R3 20 12

4 R4 19 12

5 R5 30 12

6 R6 19 12

7 R7 19 5

8 R8 11 3

9 R9 32 14

10 R10 29 15

11 R11 28 12

12 R12 13 6

13 R13 33 14

14 R14 24 5

15 R15 45 15

16 R16 22 8

17 R17 30 10

18 R18 35 15

19 R19 28 6

20 R20 28 6

21 R21 29 12

22 R22 18 7

23 R23 36 12

24 R24 27 12

25 R25 21 10

26 R26 21 10

27 R27 25 4

28 R28 26 15

29 R29 45 15

30 R30 44 12

31 R31 35 12

32 R32 36 12

33 R33 17 5

34 R34 22 9

Jumlah 901 350