Studi Deskriptif Mengenai Mother's Caretaking Pada Ibu Bekerja Yang Memiliki Bayi Berusia 3-18 Bulan di Bandung.

(1)

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan untuk memperoleh gambaran mengenai mother’s caretaking pada ibu bekerja yang memiliki bayi berusia 3-18 bulan di Bandung. Sampel pada penelitian ini adalah 21 orang ibu yang bekerja pada beberapa bidang pekerjaan di Bandung, yaitu guru, pekerja gereja, pekerja salon, karyawan bank swasta, fisioterapis, staf administrasi rumah sakit serta staf administrasi perusahaan swasta.

Penelitian ini dilakukan dengan metode survei. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner Mother’s Caretaking yang dikembangkan oleh peneliti berdasarkan teori mother’s caretaking dari John Bowlby (1970). Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan menggunakan distribusi frekuensi dan tabulasi silang antara data utama dengan data penunjang yang diperoleh dengan teknik wawancara, yaitu, usia ibu, usia bayi, jumlah anak, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, waktu kerja, persepsi ibu tentang kehadiran bayi, stabilitas emosi ibu, penghayatan ibu dalam pengasuhan bayi, pengalaman ibu selama menjadi anak, pengasuh utama bayi, perasaan bersalah ibu karena meninggalkan bayi untuk bekerja, kesulitan ibu untuk membagi waktu, kepuasan terhadap pekerjaan, tingkat ekonomi, alasan ibu bekerja serta pengasuh tambahan bayi.

Dari hasil penelitian, diperoleh data bahwa sebagian besar responden menunjukkan derajat mother’s caretaking yang tergolong tinggi (81%), sementara sisanya menunjukkan derajat mother’s caretaking yang tergolong cenderung tinggi (19%).

Saran yang diajukan untuk peneliti selanjutnya adalah menambahkan teknik wawancara dan observasi untuk mengurangi efek bias sosial dalam melakukan penelitian mengenai mothers’s caretaking selanjutnya.


(2)

ABSTRACK

The purpose of this research is to give an overview regarding working Mother’s caretaking of their three-to-eighteen-months' infants. Twenty-one mothers living in Bandung have been selected as samples and their occupation varies into seven kinds. They are teachers, church staff, beauty salon assistants, private bank employees, physiotherapists, hospital administration staff and private firm administration staff.

The data are collected on a survey techniques; and the measuring tool is the Questionnaire of Mother's Caretaking developed by the researcher based on John Bowlby's theory on mother's caretaking (1970). The obtained data are then processed by using distribution frequency and cross-tabulation between the main data and the supporting one, collected by using interview techniques. The latter consists of mother's age, infant's age, number of children, latest education, job, working hours, mother's perception of infant's presence, mother's emotional stability, mothers' sensible involvement in infant caretaking, mother's own childhood experience, infant's main caretaker, mother's guilty feeling due to her absence, mother's struggle in time management, level of economic condition, mother's motivation to work and infant's co-caretaker.

The results show that most of the respondents have high degree of mother's caretaking (81%); whereas the rest belongs to the fairly high degree group (19%).

The suggestion proposed for the next researcher is to add deep interview and observation techniques on the next research of mother's caretaking.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Judul Lembar Pengesahan

ABSTRAK ...i

ABSTRACT...ii

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL...viii

DAFTAR BAGAN ...ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 10

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 11

1.3.1. Maksud Penelitian ... 11

1.3.2. Tujuan Penelitian... 11

1.4. Kegunaan Teoritis dan Praktis ... 11

1.4.1. Kegunaan Teoritis ... 11

1.4.2. Kegunaan Praktis ... 11


(4)

1.6. Asumsi... 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 23

2.1. Tinjauan Mengenai Bayi ... 23

2.1.1. Tahap Perkembangan Bayi (Infancy)... 23

2.1.2. Kebutuhan Bayi... 31

2.2. Tinjauan mengenai Mother’s Caretaking………34

2.2.1. Pengertian dan Aspek-Aspek Mother’s Caretaking………..34

2.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mother’s Caretaking ... 35

2.2.3. Mother’s Caretaking pada Bayi ... 40

2.2.4. Mother’s Caretaking Ibu Bekerja ... 43

2.3. Tahap Perkembangan Dewasa Awal ... 51

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 52

3.1. Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 52

3.2. Bagan Rancangan Penelitian ... 52

3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...52

3.3.1. Variabel Penelitian ... 52

3.3.2. Definisi Operasional... 53

3.4. Alat Ukur……… 53

3.4.1. Kuesioner ... 53

3.4.2.. Data Penunjang ... ...57

3.4.3. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 57


(5)

3.4.3.2. Reliabilitas Alat Ukur... 57

3.5. Populasi dan penarikan Sampel... ...58

3.5.1. Sasaran Populasi... 58

3.5.2. Karakteristik Populasi ... 58

3.5.3. Teknik Pengambilan Sampel... 58

3.5.4. Ukuran Sampel ... 58

3.6. Teknik Analisis... 59

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 60

4.1. Gambaran Sampel ... 60

4.2. Hasil Penelitian... 63

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

5.1. Kesimpulan... 73

5.2. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RUJUKAN


(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Tabel Alat Ukur...54

Tabel 3.2. Tabel Penilaian Alat Ukur...56

Tabel 4.1.1. Tabel Jumlah Usia Responden ... 60

Tabel 4.1.2. Tabel Junlah Usia Bayi Responden ... 61

Tabel 4.1.3. Tabel Jumlah Anak Responden... 61

Tabel 4.1.4. Tabel Jumlah Pendidikan Responden ... 62

Tabel 4.1.5. Tabel Jumlah Jenis Pekerjaan Responden ... 62

Tabel 4.1.6. Tabel Jumlah Waktu Kerja Responden Perhari ... 63


(7)

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 1.1. Bagan Kerangka Pikir………..21 Bagan 3.1. Bagan Tahapan Penelitian………...52


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Mother’s Caretaking Lampiran 2 Pedoman Wawancara

Lampiran 3 Jawaban Kuesioner Mother’s Caretaking Lampiran 4 Derajat Aspek-aspek mother’s caretaking

Lampiran 5 Tabulasi silang antara derajat mother’s caretaking dengan data

penunjang

Lampiran 6 Rekapitulasi Hasil Wawancara

Lampiran 7 Hasil Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Lampiran 8 Kisi-kisi Alat Ukur


(9)

Lampiran 1

Kuesioner Mother’s Caretaking

Dengan hormat,

Saya mahasiswi fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, saat ini sedang melakukan penelitian dalam bidang Psikologi Perkembangan mengenai interaksi antara ibu yang bekerja dengan bayinya. Penelitian ini dilakukan sebagai prasyarat kelulusan untuk program sarjana S1 Psikologi.

Pada kesempatan ini, saya mengharapkan kesediaan Ibu untuk mengisi angket berupa pertanyaan-pertanyaan seputar interaksi ibu dengan bayi. Jawaban yang diberikan dalam angket ini tidak akan dinilai benar atau salah. Oleh karena itu, Ibu dimohon untuk mengisi pertanyaan-pertanyaan dengan jujur, sesuai dengan kenyataan yang ada pada diri Ibu. Jawaban-jawaban yang Ibu berikan akan saya pergunakan sebaik-baiknya untuk tercapainya tujuan penelitian ini. Perlu diketahui pula bahwa data yang Ibu berikan akan saya jaga kerahasiaannya.

Atas kesediaan dan kerjasama Ibu, saya mengucapkan terima kasih.

Hormat saya,


(10)

Data Responden Data Diri

Nama (inisial) :

Tempat/ tanggal lahir :

Alamat :

Pendidikan terakhir :

Pekerjaan :

Waktu Kerja : Pukul …. - …. WIB

Data Bayi

Nama (inisial) :

Tempat/ tanggal lahir :

Jenis kelamin :

Anak ke/ berapa bersaudara :

Bagian I

Petunjuk pengisian:

Di bawah ini terdapat pertanyaan-pertanyaan mengenai diri Ibu. Ibu diminta untuk menjawab pertanyaan tersebut sesuai dengan diri Ibu. Berilah tanda silang (X) pada huruf di depan pilihan jawaban yang Ibu pilih. Pastikan Ibu mengisi semua pertanyaan yang tersedia.

• Siapa saja yang mengasuh bayi anda di rumah (boleh lebih dari satu):

a. diri sendiri c. anak yang lain e. orang lain, yaitu ….. b. suami d. pengasuh/ pembantu

• Selain suami dan anak, siapa saja yang tinggal di rumah anda (boleh lebih dari satu):

a. ayah/ ibu

b. kakak/ adik kandung c. pembantu

d. orang lain, yaitu ……

Sewaktu anda kanak-kanak, dengan siapa anda tinggal: a. kedua orangtua c. saudara


(11)

• Menurut anda, siapakah di antara kedua orangtua yang paling banyak mengasuh anda:

a. ayah b. ibu c. orang lain, yaitu…

• Apa hukuman yang sering diberikan orangtua kepada anda saat anda melakukan kesalahan:

a. dipukul c. dimaki e. yang lain, yaitu ….. b. dicubit d. dinasihati

Siapa yang paling sering memberi hukuman pada anda:

a. ayah c. pengasuh

b. ibu d. orang lain, yaitu …… • Di bawah ini, kata yang paling menggambarkan ibu anda:

a. cerewet c. acuh tak acuh e. yang lain, yaitu….

b. sabar d. pemarah

• Apakah anda bisa menceritakan keinginan anda kepada ibu:

a. ya b. tidak

• Apabila anda menyampaikan keinginan anda, seberapa sering ibu anda memahami seperti yang anda maksudkan:

a. sangat sering c. jarang b. sering d. sangat jarang • Pada usia berapa anda menikah:

a. 15-20 tahun c. 26-30 tahun b. 21-25 tahun d. 30 ke atas • Riwayat pernikahan anda adalah:

a. dipaksakan/ dipilihkan orangtua b. pilihan sendiri

c. yang lain, yaitu …...

• Apakah kelahiran bayi ini memang anda nantikan:

a. ya b. tidak

• Kata apakah di bawah ini yang paling menggambarkan diri anda:

a. pemarah c. acuh tak acuh e. yang lain, yaitu ……


(12)

• Apakah anda seorang yang sabar ketika mengasuh anak:

a. ya c. kadang-kadang

b. tidak d. yang lain, yaitu …… • Pada saat anda marah, seringkali anda:

a. melampiaskan langsung pada subjek/ objek yang membuat anda marah b. memendamnya sendiri

c. membanting barang d. yang lain, yaitu ……

Bagian II

Petunjuk Pengisian:

Di bawah ini terdapat pernyataan-pernyataan yang menggambarkan perilaku ibu ketika berinteraksi dengan bayi. Di belakang setiap pernyataan akan terdapat lima kemungkinan pilihan jawaban. Ibu diminta untuk memberi tanda silang (X) pada salah satu pilihan jawaban yang paling menggambarkan diri Ibu. Jawaban Ibu tidak dinilai benar atau salah, oleh karena itu berilah jawaban sesuai dengan kenyataan yang ada pada diri Ibu dan bukan berdasarkan apa yang Ibu anggap baik.

Pilihan jawaban akan meliputi:

Sering Sekali (SS)

Perilaku yang sering sekali dilakukan oleh ibu.

Sering (SR)

Perilaku yang sering dilakukan oleh ibu.

Kadang-kadang (K)

Perilaku yang kadang-kadang dilakukan oleh ibu.

Jarang (JR)

Perilaku yang jarang dilakukan oleh ibu.

Jarang Sekali (JS)


(13)

Contoh 1:

Keterangan: apabila Ibu sering bermain musik, maka berilah tanda silang (X) pada pilihan jawaban SR (sering).

Contoh 2:

Keterangan: apabila Ibu jarang menghabiskan waktu luang dengan menonton TV, maka berilah tanda silang (X) pada pilihan jawaban JR (jarang).

No Item SS SR K JR JS

1. Saya senang bermain musik X

No Item SS SR K JR JS

2. Saya menghabiskan waktu luang dengan menonton TV. X

No Item SS SR K JR JS

1. Saya memperhatikan bayi sementara melakukan kegiatan lain (contoh: memasak, telepon, bercakap-cakap dengan orang lain).

2. Saya spontan akan menghentikan aktivitas menonton TV, membaca atau melakukan hobi ketika bayi terlihat rewel. 3. Saya memberikan pelukan dan belaian selama berbicara

dengan bayi.

4. Saya dapat membedakan penyebab bayi menangis saat sedang lapar atau sakit dengan mendengar jenis tangisnya (ritme dan intensitas suara tangisnya).

5. Saya segera menghampiri bayi ketika mendengarkan tangisannya.

6. Saya menghabiskan waktu dengan bayi daripada melakukan kegiatan lain yang saya sukai (contoh: menonton TV, membaca, jalan-jalan).


(14)

No Item SS SR K JR JS

7. Selama bercakap-cakap dengan orang lain, saya kurang memperhatikan keadaan bayi.

8. Saya merasa kesal ketika mendengarkan tangisan bayi di dekat saya.

9. Saya menempatkan bayi yang sedang menangis di ruang lain sehingga saya tidak terganggu oleh suara tangisnya. 10. Saya tidak mampu membedakan tangisan bayi pada saat

lapar atau sakit.

11. Saya mengabaikan tangisan bayi ketika sedang merasa lelah.

12. Saya menghabiskan waktu dengan bayi setelah pulang bekerja.

13. Ketika sedang mengobrol atau menonton TV, saya menempatkan bayi di samping saya, sehingga dapat memperhatikannya.

14. Saya meninggalkan kegiatan yang sedang saya lakukan untuk melihat keadaan bayi ketika mendengarnya menangis.

15. Saya menyadari penyebab di lingkungan yang membuat bayi rewel.

16. Saya menggendong bayi ketika ia rewel.

17. Saya menyertakan bayi ketika pergi berbelanja atau berjalan-jalan.

18. Saya mengabaikan tangisan bayi jika sedang mengerjakan tugas rumah tangga (menyapu, memasak, mencuci).

19. Saya menunjukkan kasih sayang kepada bayi dengan menyentuh dan mengusapnya.

20. Saya tidak mendengar tangisan bayi saat sedang mengerjakan tugas rumah tangga.


(15)

No Item SS SR K JR JS

21. Saya baru menghampiri bayi jika bayi menangis terus-menerus.

22. Saya menunjukkan perasaan senang selama menghabiskan waktu dengan bayi.

23. Saya meminta keluarga atau pengasuh untuk mengasuh bayi ketika saya sedang menonton tv.

24. Saya menyerahkan bayi kepada keluarga, pengasuh atau pembantu jika ia terus menangis tanpa bisa saya tenangkan.

25. Saya lebih senang memberikan mainan daripada pelukan atau ciuman kepada bayi.

26. Saya terbangun ketika mendengar tangisan bayi di tengah malam.

27. Saya segera mengetahui saat bayi mulai demam.

28. Dari gerak-geriknya, Saya dapat mengetahui ketika bayi mengajak bermain.

29. Saya tidak menanggapi ketika bayi tersenyum, tertawa atau menyentuh saya.

30. Saya menyediakan pakaian ganti yang bersih bagi bayi jika ia mengompol.

31. Saya melakukan permainan yang sesuai dengan usia bayi (contoh: bermain cilukba, bermain balok berwarna, boneka).

32. Saya melindungi bayi dari tindakan yang membahayakan keselamatannya (contoh: menggigit benda yang kotor, mendekati benda tajam atau api).

33. Saya memperkenalkan bayi kepada keluarga dan teman-teman.

34. Saya membalas senyuman bayi ketika bayi tersenyum atau tertawa.


(16)

No Item SS SR K JR JS

35. Saya memeluk bayi ketika ia merasa takut berhadapan dengan orang yang baru dikenalnya.

36. Saya tidak membiarkan bayi bermain sendirian, tanpa ada keluarga atau pengasuh yang mengawasi.

37. Saya bersedia jika teman-teman menggendong bayi saya. 38. Saya mengetahui gerak-gerik bayi saat ia sudah merasa

lelah atau mengantuk.

39. Saya memberi respon berupa senyuman, pelukan, atau ciuman saat bayi berhasil belajar sesuatu (contoh: berjalan, berbicara).

40. Saya mengetahui saat bayi sudah merasa kenyang.

41. Saya dapat menerima tangisan atau kegelisahan bayi tanpa merasa kesal.

42. Saya memberikan mainan yang sesuai dengan usia bayi (contoh: boneka, hiasan gantung, mainan karet, balok berwarna dll)

43. Selama dalam perjalanan pulang kerja, saya sudah tidak sabar untuk bertemu dengan bayi.

44. Saya mengenali gerak-gerik bayi ketika ia merasa takut terhadap orang yang baru dikenalnya.

45. Saya merasa kesal jika bayi tidak dapat melakukan apa yang saya ajarkan (contoh: berbicara, bersalaman).

46. Saya menyediakan tempat tidur yang sesuai dengan kebutuhan bayi (box bayi atau tempat tidur yang diberi teralis/pagar/pengaman di sekelilingnya).

47. Saya tidak mengizinkan orang yang baru saya kenal (contoh: orang yang berpapasan di jalan) memberikan sesuatu kepada bayi.

48. Saya memperhatikan keadaan bayi (suasana hati, kesehatan), ketika akan mengajaknya bermain.


(17)

No Item SS SR K JR JS

49. Saya tidak menanggapi ocehan bayi ketika sedang memikirkan pekerjaan di kantor.

50. Saya mengatur rumah menjadi tempat yang aman bagi bayi (contoh: memberi pagar, melapisi sudut-sudut ruangan yang keras, menjauhkan barang pecah belah). 51. Saya membiarkan bayi memegang benda-benda di

sekitarnya yang tidak berbahaya (contoh: peralatan makan, mainan).


(18)

Lampiran 2

Pedoman Wawancara

Tujuan umum: untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi mother’s caretaking pada ibu yang memiliki bayi berusia 3-18 bulan yang bekerja di Bandung. Tujuan khusus:

a. Pengalaman ibu selama menjadi anak

- Dengan siapa anda tinggal sewaktu kecil? Siapa anggota keluarga yang paling dekat dengan anda? Siapa yang paling menyayangi anda?

- Siapa saja yang mengasuh anda? Siapa yang paling banyak mengasuh anda?

- Apa pekerjaan orangtua anda? Seberapa sering anda menghabiskan waktu dengan orangtua?

- Kegiatan apa yang biasanya anda lakukan dengan orangtua?

- Apakah orangtua senang mengungkapkan perasaan sayangnya kepada anda? Bagaimana cara mengungkapkannya?

- Apa orangtua anda senang bercanda? Apa anda sering bercakap-cakap dengan orangtua? Apa saja yang biasanya anda ceritakan pada orangtua?

- Apakah anda pernah berselisih dengan orangtua? Bagaimana penyelesaiannya? - Siapa yang sering memberikan hukuman bagi anda? Hukuman apa yang biasanya

anda terima? Bagaimana perasaan anda terhadap hal tersebut?

- Apakah anda diberikan kesempatan untuk mengungkapkan pendapat kepada orangtua? Bagaimana perasaan anda terhadap hal tersebut?

- Apakah anda merasa mendapatkan perhatian yang cukup dari orangtua anda?

b. Penerimaan terhadap kehadiran anak (diinginkan/tidak diinginkan)


(19)

- Ceritakanlah tentang proses pernikahan anda dahulu? Apakah pernikahan anda karena di jodohkan atau kehendak anda sendiri?

- Apakah anda dan suami telah merencanakan kehadiran bayi? Berapa lama anda menunggu kehadiran bayi?

- Bagaimana perasaan anda dan suami terhadap kehadiran bayi? - Hal apa yang anda sukai dan tidak sukai dari bayi anda?

c. Emosi Ibu

- Apa yang anda rasakan selama menghabiskan waktu dengan bayi?

- Menurut anda, siapakah yang seharusnya menjadi pengasuh utama bagi bayi? - Bagaimana pengaruh tingkah laku bayi terhadap perasaan anda? Apakah bayi anda

mudah diasuh?

- Apakah suasana hati anda mempengaruhi perilaku anda selama mengasuh bayi? Seberapa sering?

- Apakah anda sering memikirkan masalah pekerjaan, masalah rumah tangga atau masalah lain selama berinteraksi dengan bayi? Bagaimana pengaruhnya terhadap pengasuhan bayi anda?

- Apa alasan anda memilih untuk bekerja di tempat ini? - Bagaimana perasaan anda terhadap pekerjaan ini?

- Apakah anda sering merasa stres karena masalah pekerjaan? Hal apa yang membuat anda stres?

- Bagaimana pengaruh pekerjaan terhadap pengasuhan bayi anda?

- Apakah anda mengalami kesulitan untuk membagi waktu antara bekerja dan mengasuh bayi?


(20)

- Apakah anda merasa bersalah karena meninggalkan bayi untuk bekerja? Apa alasannya?

- Bagaimana tanggapan suami mengenai pekerjaan anda saat ini? Apakah anda mendapat dukungan suami untuk bekerja? Dukungan seperti apa yang anda dapatkan?


(21)

Jawaban kuesioner

Lampiran 3

Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

1 4 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 1 5 3 5 3 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5

2 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3

3 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5

4 4 5 5 4 5 4 4 5 5 4 5 5 2 4 4 3 4 5 5 4 5 5 5 5 4 5 3

5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 5 4 4 5 5 5 4 5 4 4 5 5

6 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 3 4 3 5 5 4 4 5 5 4 5 5 5

7 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

8 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5

9 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5

10 5 4 4 5 3 3 4 4 4 5 3 3 3 4 5 4 4 5 4 5 4 4 3 3 3 5 5

11 5 5 5 4 4 5 5 5 5 2 2 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

12 4 5 4 3 5 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 5 5 5 4 5 5 2 4 4 5 5

13 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5

14 3 5 5 3 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 3 4 5 5

15 5 5 5 3 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 2 3 3 5 4 3 1 5 5 5 5 5 5

16 5 5 4 3 5 5 4 4 5 3 5 5 5 5 4 5 5 5 5 3 5 5 3 4 5 5 4

17 4 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 4 5 3 4 3 4 5 4 4 4 5 3 5 5 4

18 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5

19 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4

20 5 5 5 4 5 4 1 1 3 3 3 4 3 4 4 3 4 2 4 3 3 4 4 2 2 4 3


(22)

Responden 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51

1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 2 4 5 5 3 5 3 4 4 5 4 4

2 3 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 2 3 3 3 3 4

3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 5 5 5 4 5 5 5 5 3 5

4 4 5 5 4 4 5 5 4 3 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 3 4 3 4 2

5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 3 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 3 5 5

6 3 4 5 5 5 5 5 4 5 3 4 4 4 4 5 5 3 4 2 5 3 5 3 4

7 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

8 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5

9 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3

10 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 3 3 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5

11 5 1 3 3 5 3 5 5 5 3 4 5 3 4 4 4 5 4 5 4 5 5 5 5

12 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4 3 4 5 5 2 4

13 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5

14 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 4 3 5 5 5 5 4

15 5 5 5 5 5 5 4 5 5 3 5 5 3 5 3 4 3 5 5 1 3 5 5 2

16 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 2 5 5 5 5

17 4 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 4 4 5 5 4 4 1 2 4 4 4 3

18 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

19 4 4 4 3 4 5 5 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 2 3 3 4 4 4

20 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 4 2 4 4


(23)

Lampiran 4

Lampiran 4.1. Derajat Aspek-aspek mother’s caretaking

Responden Total Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3

1 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

2 Cenderung Tinggi Cenderung Tinggi Cenderung Tinggi Cenderung Tinggi

3 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

4 Tinggi Tinggi Tinggi Cenderung Tinggi

5 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

6 Tinggi Tinggi Cenderung Tinggi Tinggi

7 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

8 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

9 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

10 Tinggi Cenderung Tinggi Tinggi Tinggi

11 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

12 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

13 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

14 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

15 Tinggi Tinggi Cenderung Tinggi Tinggi

16 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

17 Tinggi Tinggi Tinggi Cenderung Tinggi

18 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

19 Cenderung Tinggi Cenderung Tinggi Cenderung Tinggi Cenderung Tinggi

20 Cenderung Tinggi Cenderung Tinggi Cenderung Tinggi Cenderung Tinggi


(24)

Lampiran 4.2. Aspek 1 Menjaga Bayi agar Berada di Dekat Ibu Aspek 1

Derajat Mother’s Caretaking

Tinggi Cenderung Tinggi

Total

Tinggi 16 (94,1%) 1 (5,9%) 17 (100%)

Cenderung Tinggi 1 (25%) 3 (75%) 4 (100%)

Total 17 (80,9%) 4 (19%) 21 (100%)

Lampiran 4.3. Aspek 2 Waspada akan Respon-Respon yang Diberikan Bayi Aspek 1

Derajat Mother’s Caretaking

Tinggi Cenderung Tinggi

Total

Tinggi 15 (88,2%) 2 (11,8%) 17 (100%)

Cenderung Tinggi 0 (0%) 4 (100%) 4 (100%)

Total 15 (71,4%) 6 (28,6%) 21 (100%)

Lampiran 4.4. Aspek 3 Berusaha Menciptakan Suasana yang Menyenangkan agar Bayi Bebas Mengeksplorasi Lingkungan Aspek 1

Derajat Mother’s Caretaking

Tinggi Cenderung Tinggi

Total

Tinggi 15 (88,2%) 2 (11,8%) 17 (100%)

Cenderung Tinggi 0 (0%) 4 (100%) 4 (100%)


(25)

Lampiran 5

Tabulasi Silang antara derajat mother’s caretaking dengan Data Penunjang

Lampiran 5.1. Persepsi Responden tentang Kehadiran Bayi Persepsi tentang kehadiran bayi Derajat Mother’s Caretaking

Dinantikan Tidak dinantikan

Total

Tinggi 16 (94.1%) 1 (5.9%) 17 (100%)

Cenderung Tinggi 3 (75%) 1 (25%) 4 (100%)

Total 19 (90.5%) 2 (9.5%) 21 (100%)

Lampiran 5.2. Persepsi Responden tentang Pengasuhan Bayi Persepsi

Derajat Mother’s Caretaking

Mudah Sulit

Total

Tinggi 15 (88.2%) 2 (11.8%) 17 (100%) Cenderung Tinggi 3 (75%) 1 (25%) 4 (100%)


(26)

Lampiran 5.3. Stabilitas Emosi Responden

Stabilitas Emosi Derajat Mother’s Caretaking

Stabil Bergejolak

Total

Tinggi 12 (70.6%) 5 (29.4%) 17 (100%)

Cenderung Tinggi 1 (25%) 3 (75%) 4 (100%)

Total 13 (61,9%) 8 (38,1%) 21 (100%)

Lampiran 5.4. Penghayatan Responden dalam Mengasuh Bayi

Penghayatan dalam Mengasuh Derajat Mother’s Caretaking

Sabar Kadang-kadang sabar Tidak Sabar

Total

Tinggi 10 (58.8%) 6 (35.3%) 1 (5.9%) 17 (100%)

Cenderung Tinggi 0 (0%) 4 (100%) 0 (0%) 4 (100%)

Total 10 (47.6%) 10 (47.6%) 1 (4.8%) 21 (100%)

Lampiran 5.5. Sikap Responden terhadap Orangtua

Sikap responden terhadap orangtua Derajat Mother’s Caretaking

Positif Negatif

Total

Tinggi 13 (76.5%) 4 (23.5%) 17 (100%)

Cenderung Tinggi 3 (75%) 1 (25%) 4 (100%)


(27)

Lampiran 5.6. Pengasuh utama Bayi

Pengasuh Utama Bayi Derajat Mother’s Caretaking

Ibu Ayah dan Ibu

Total

Tinggi 12 (70.6%) 5 (29.4%) 17 (100%)

Cenderung Tinggi 1 (25%) 3 (75%) 4 (100%)

Total 13 (61.9%) 8 (38.1%) 21 (100%)

Lampiran 5.7. Perasaan Bersalah karena Meninggalkan Bayi Perasaan Bersalah Derajat Mother’s Caretaking

Ada Tidak ada

Total

Tinggi 13 (76.5%) 4 (23.5%) 17 (100%)

Cenderung Tinggi 1 (25%) 3 (75%) 4 (100%)

Total 14 (66,7%) 7 (33,3%) 21 (100%)

Lampiran 5.8. Kesulitan Membagi Waktu

Kesulitan Membagi Waktu Derajat Mother’s Caretaking

Sulit Tidak Sulit

Total

Tinggi 4 (23.5%) 13 (76.5%) 17 (100%)

Cenderung Tinggi 1 (25%) 3 (75%) 4 (100%)


(28)

Lampiran 5.9. Usia Responden

Usia Derajat Mother’s Caretaking

20-25 26-30 31-35 36-40

Total

Tinggi 1 (5.9%) 7 (41.2%) 1 (5.9%) 8 (47.1%) 17 (100%) Cenderung Tinggi 0 (0%) 1 (25%) 2 (50%) 1 (25%) 4 (100%)

Total 1 (4.8%) 8 (38.1%) 3 (14.3%) 9 (42.9%) 21 (100%)

Lampiran 5.10. Usia Bayi

Usia bayi Derajat Mother’s Caretaking

< 6 bulan 6 – 12 bulan 13 – 18 bulan

Total

Tinggi 5 (29.4%) 5 (29.4%) 7 (41.2%) 17 (100%)

Cenderung Tinggi 2 (50%) 1 (25%) 1 (25%) 4 (100%)

Total 7 (33.3%) 6 (28.6%) 8 (38.1%) 21 (100%)

Lampiran 5.11. Jenis Pekerjaan Responden

Jenis Pekerjaan Derajat Mother’s

Caretaking Guru Salon Fisioterapis Swasta Gereja Bank Rumah Sakit

Total

Tinggi 3

(17.6%) 2 (11.8%) 2 (11.8%) 4 (23.5%) 1 (5.9%) 3 (17.6%) 2 (11.8%) 17 (100%) Cenderung Tinggi 0

(0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 1 (25%) 0 (0%) 3 (75%) 4 (100%)


(29)

Lampiran 5.12. Jumlah Anak

Jumlah Anak Derajat Mother’s Caretaking

1 orang 2 orang 3 orang

Total

Tinggi 9 (52.9%) 4 (23.5%) 4 (23.5%) 17 (100%)

Cenderung Tinggi 3 (75%) 1 (25%) 0 (0%) 4 (100%)

Total 12 (57.1%) 5 (23.8%) 4 (19.0%) 21 (100%)

Lampiran 5.13. Pendidikan Terakhir Responden

Pendidikan Terakhir Derajat Mother’s Caretaking

SMU D3 S1

Total

Tinggi 4 (23.5%) 5 (29.4%) 8 (47.1%) 17 (100%)

Cenderung Tinggi 1 (25%) 2 (50%) 1 (25%) 4 (100%)

Total 5 (23.8%) 7 (33.3%) 9 (42.9%) 21 (100%)

Lampiran 5.14. Waktu Kerja responden

Waktu Kerja Derajat Mother’s Caretaking

5 -6 jam 7 – 8 jam 9 – 10 jam

Total

Tinggi 3 (17.6%) 7 (41.2%) 7 (41.2%) 17 (100%)

Cenderung Tinggi 2 (50.0%) 2 (50.0%) 0 (0%) 4 (100%)


(30)

Lampiran 5.15. Sikap Responden terhadap Ibu

Sikap terhadap Ibu Derajat Mother’s Caretaking

Positif Negatif

Total

Tinggi 10 (58.8%) 7 (41.2%) 17 (100%)

Cenderung Tinggi 2 (50%) 2 (50%) 4 (100%)

Total 12 (57.1%) 9 (42.9%) 21 (100%)

Lampiran 5.16. Tingkat Ekonomi Responden

Tingkat Ekonomi Derajat Mother’s Caretaking

Menengah bawah

Menengah Menengah Atas

Total

Tinggi 3 (17.6%) 9 (52.9%) 5 (29.4%) 17 (100%)

Cenderung Tinggi 1 (25.0%) 1 (25.0%) 2 (50%) 4 (100%)

Total 4 (19.0%) 10 (47.6%) 7 (33.3%) 21 (100%)

Lampiran 5.17. Pengasuh Tambahan Responden

Pengasuh Tambahan Derajat Mother’s Caretaking

Pengasuh Keluarga Pengasuh dan Keluarga

Total

Tinggi 5 (29.4%) 5 (29.4%) 7 (41.2%) 17 (100%)


(31)

Lampiran 5.18. Alasan Utama Bekerja

Alasan Utama Bekerja Derajat Mother’s

Caretaking Kebutuhan Keinginan Kebutuhan dan

Keinginan

Bosan di rumah

Total

Tinggi 9 (52.9%) 2 (11.8%) 3 (17.6%) 3 (17.6%) 17 (100%) Cenderung Tinggi 1 (25%) 2 (50%) 1 (25%) 0 (0%) 4 (100%)

Total 10 (47.6%) 4 (19.0%) 4 (19.0%) 3 (14.3%) 21 (100%)

Lampiran 5.19. Kepuasan Kerja

Kepuasan Kerja Derajat Mother’s Caretaking

Puas Cukup Puas Tidak Puas

Total

Tinggi 9 (52.9%) 7 (41.2%) 1 (5.9%) 17 (100%)

Cenderung Tinggi 4 (100.0%) 0 (0%) 0 0%) 4 (100%)


(32)

Lampiran 6

Rekapitulasi Kesimpulan Hasil Wawancara

Responden Skor

Sikap thd Ibu Sikap thd ortu Perasaan thd pekerjaan Org terdekat bayi Pengasuh utama Rasa

bersalah Asi

1 tinggi negatif negatif puas ibu ibu ya tidak

2 cend tinggi positif negatif puas ibu ayah ibu tidak tidak

3 tinggi positif positif puas ayah ibu ayah ibu tidak tidak

4 tinggi positif positif puas ibu ibu ya ya

5 tinggi positif positif puas ibu ibu ya ya

6 tinggi positif positif cukup puas ayah ibu ayah ibu tidak ya

7 tinggi positif positif cukup puas ibu ibu ya ya

8 tinggi negatif negatif cukup puas ibu ibu ya ya

9 tinggi positif positif cukup puas ibu ayah ibu ya ya

10 tinggi negatif positif tidak puas orang lain ayah ibu ya tidak

11 tinggi negatif negatif cukup puas orang lain ibu ya ya

12 tinggi negatif positif cukup puas ayah ibu ibu ya tidak

13 tinggi positif positif puas ibu ibu ya ya

14 tinggi negatif positif puas ayah ibu ibu ya tidak

15 tinggi positif positif puas ayah ibu ibu tidak tidak

16 tinggi positif positif cukup puas ayah ibu ibu ya ya

17 tinggi positif positif puas ayah ibu ibu ya ya

18 tinggi negatif negatif puas ibu ibu ya tidak

19 cend tinggi negatif negatif puas ayah ibu ayah ibu tidak tidak

20 cend tinggi positif positif puas ibu ibu ya ya


(33)

Responden Skor

waktu interaksi

jumlah info

manfaatkan

info alasan utama kerja

waktu kerja

Pengasuh tambahan

1 tinggi 11 jam 2 ya keinginan aktualisasi 6 jam keluarga

2 cend tinggi 13 jam 2 kadang-kadang keinginan aktualisasi 6 jam pengasuh

3 tinggi 11 jam 4 ya keinginan+kebutuhan 6 jam kel+pengasuh

4 tinggi 9 jam 3 ya keinginan+kebutuhan 5 jam pengasuh

5 tinggi 8 jam 2 ya kebutuhan 9 jam pengasuh

6 tinggi 6 jam 4 ya kebutuhan 8 jam keluarga

7 tinggi 6 jam 1 ya kebutuhan 8 jam pengasuh

8 tinggi 9 jam 1 ya kebutuhan 8 jam kel+pengasuh

9 tinggi 9 jam 1 ya kebutuhan 8 jam kel+pengasuh

10 tinggi 5 jam 2 kadang-kadang bosan di rumah 7 jam kel+pengasuh

11 tinggi 3 jam 3 kadang-kadang bosan di rumah 10 jam pengasuh

12 tinggi 7 jam 4 ya kebutuhan 9 jam kel+pengasuh

13 tinggi 5 jam 2 ya keinginan+kebutuhan 9 jam kel+pengasuh

14 tinggi 5 jam 2 ya bosan di rumah 9 jam kel+pengasuh

15 tinggi 3 jam 2 tidak kebutuhan 10 jam keluarga

16 tinggi 7 jam 2 kadang-kadang kebutuhan 10 jam keluarga

17 tinggi 6 jam 1 ya kebutuhan 7 jam keluarga

18 tinggi 7 jam 4 ya keinginan aktualisasi 7 jam pengasuh

19 cend tinggi 6 jam 3 kadang-kadang keinginan+kebutuhan 7 jam kel+pengasuh

20 cend tinggi 8 jam 3 ya keinginan aktualisasi 7 jam kel+pengasuh


(34)

Responden Skor

Usia

Ibu Usia Bayi Pekerjaan Jml Anak

Pendik terakhir

Persepsi ttg kelahiran

Kesabaran mengasuh

Sifat dominan

1 tinggi 30 1 fulltimer gereja 2 S1 Dinantikan Sabar sabar

2 cend tinggi 27 2 fulltimer gereja 1 S1 Dinantikan kadang2 sabar pemarah

3 tinggi 27 3 guru 1 S1 Dinantikan Sabar sabar

4 tinggi 37 2 guru 1 S1 Dinantikan Sabar pendiam

5 tinggi 40 3 guru 3 S1 Dinantikan Sabar sabar

6 tinggi 26 2 admin swasta 1 D3 Dinantikan Sabar pendiam

7 tinggi 39 1 admin swasta 3 SMU Dinantikan Sabar sabar

8 tinggi 36 2 admin swasta 2 S1 Dinantikan kadang2 sabar tidak sabar

9 tinggi 38 2 admin swasta 3 D3 Dinantikan kadang2 sabar pemarah

10 tinggi 36 3 fisioterapis 3 D3 Dinantikan Tidak sabar acuh tak acuh

11 tinggi 38 1 fisioterapis 2 D3 Dinantikan Sabar sabar

12 tinggi 29 2 bank 1 S1 Dinantikan kadang2 sabar pendiam

13 tinggi 32 3 bank 1 S1 Dinantikan kadang2 sabar cerewet

14 tinggi 30 3 bank 1 S1 Tidak dinantikan kadang2 sabar sabar

15 tinggi 22 3 kary salon 1 SMU Dinantikan Sabar sabar

16 tinggi 27 1 kary salon 1 SMU Dinantikan kadang2 sabar sabar

17 tinggi 36 3 admin RS 1 SMU Dinantikan Sabar pendiam

18 tinggi 28 1 admin RS 2 D3 Dinantikan Sabar sabar

19 cend tinggi 31 3 admin RS 2 D3 Tidak dinantikan kadang2 sabar sabar

20 cend tinggi 38 1 admin RS 1 D3 Dinantikan kadang2 sabar sabar


(35)

Responden Skor

keadaan

bayi Bawa/tinggal

Stabilitas Emosi

Tugas Rumah Tangga

Terpikir ttg krj

jml sumber belajar

sulit bagi waktu

1 tinggi mudah bawa kerja stabil ya ya 3 ya

2 cend tinggi sulit bawa kerja bergejolak ya ya 2 ya

3 tinggi mudah bawa kerja bergejolak ya ya 3 tidak

4 tinggi mudah tinggal stabil ya ya 2 ya

5 tinggi mudah bawa kerja bergejolak ya ya 2 ya

6 tinggi mudah tinggal stabil tidak tidak 3 tidak

7 tinggi mudah tinggal stabil tidak ya 1 tidak

8 tinggi mudah tinggal bergejolak tidak tidak 1 tidak

9 tinggi mudah tinggal stabil tidak tidak 1 tidak

10 tinggi mudah tinggal bergejolak tidak tidak 1 tidak

11 tinggi sulit tinggal bergejolak tidak tidak 2 tidak

12 tinggi mudah tinggal stabil tidak tidak 2 tidak

13 tinggi sulit tinggal stabil ya tidak 2 tidak

14 tinggi mudah tinggal bergejolak ya ya 2 ya

15 tinggi mudah tinggal stabil tidak tidak 1 tidak

16 tinggi mudah tinggal stabil ya tidak 1 ya

17 tinggi mudah tinggal stabil ya ya 1 tidak

18 tinggi mudah bawa kerja stabil ya tidak 2 tidak

19 cend tinggi mudah tinggal bergejolak tidak tidak 3 tidak

20 cend tinggi mudah tinggal stabil ya ya 2 tidak


(36)

Lampiran 7

Validitas Alat Ukur

No Item Validitas Kesimpulan

1 .285 Tidak dipakai

2 .302 Dipakai

3 .486 Dipakai

4 .523 Dipakai

5 .460 Dipakai

6 .444 Dipakai

7 .549 Dipakai

8 .701 Dipakai

9 .577 Dipakai

10 .189 Tidak dipakai

11 .263 Tidak dipakai

12 .241 Tidak dipakai

13 .128 Tidak dipakai

14 .184 Tidak dipakai

15 .675 Dipakai

16 .140 Tidak dipakai

17 .495 Dipakai

18 .550 Dipakai

19 .550 Dipakai

20 .344 Dipakai

21 .713 Dipakai

22 .106 Tidak dipakai

23 .598 Dipakai

24 .775 Dipakai

25 .145 Tidak dipakai

26 .465 Dipakai


(37)

28 .693 Dipakai

29 .751 Dipakai

30 .482 Dipakai

31 .563 Dipakai

32 .304 Dipakai

33 .486 Dipakai

34 .686 Dipakai

35 .765 Dipakai

36 .601 Dipakai

37 .619 Dipakai

38 .375 Dipakai

39 .368 Dipakai

40 .700 Dipakai

41 .559 Dipakai

42 .343 Dipakai

43 .515 Dipakai

44 .678 Dipakai

45 .241 Tidak dipakai

46 .294 Tidak dipakai

47 .631 Dipakai

48 .498 Dipakai

49 .697 Dipakai

50 .738 Dipakai

51 .224 Tidak dipakai

52 .121 Tidak dipakai

53 .273 Tidak dipakai

54 .285 Tidak dipakai

55 .498 Dipakai

56 .381 Dipakai

57 .759 Dipakai

58 .767 Dipakai

59 .284 Tidak dipakai


(38)

61 .692 Dipakai

62 .420 Dipakai

63 .567 Dipakai

64 .060 Tidak dipakai

65 .532 Dipakai

66 .161 Tidak dipakai

67 .231 Tidak dipakai

68 .727 Dipakai

69 -.053 Tidak dipakai

70 .538 Dipakai

71 .387 Dipakai

72 .379 Dipakai

Relibilitas Alat ukur


(39)

Lampiran 8

Kisi-Kisi Alat Ukur

ASPEK INDIKATOR ITEM

6 Saya menghabiskan waktu dengan bayi daripada melakukan kegiatan lain yang saya sukai (contoh: menonton TV, membaca, jalan-jalan).

12 Saya menghabiskan waktu dengan bayi setelah pulang bekerja. • Senang berada di dekat bayi

daripada sibuk bekerja.

22 Saya menunjukkan perasaan senang selama menghabiskan waktu dengan bayi. 1 Saya memperhatikan bayi sementara melakukan kegiatan lain (contoh: memasak,

telepon, bercakap-cakap dengan orang lain).

13 Ketika sedang mengobrol atau menonton TV, saya menempatkan bayi di samping saya, sehingga dapat memperhatikannya.

17 Saya menyertakan bayi ketika pergi berbelanja atau berjalan-jalan.

(7) Selama bercakap-cakap dengan orang lain, saya kurang memperhatikan keadaan bayi.

b. Menjaga bayi agar berada di dekat ibu (secara fisik)

• Tetap memperhatikan bayi, meskipun ibu sedang melakukan kegiatan lain.

(23) Saya meminta keluarga atau pengasuh untuk mengasuh bayi ketika saya sedang menonton tv.


(40)

2 Saya spontan akan menghentikan aktivitas menonton TV, membaca atau melakukan hobi ketika bayi terlihat rewel.

14 Saya meninggalkan kegiatan yang sedang saya lakukan untuk melihat keadaan bayi ketika mendengarnya menangis.

(8) Saya merasa kesal ketika mendengarkan tangisan bayi di dekat saya.

(9) Saya menempatkan bayi yang sedang menangis di ruang lain sehingga saya tidak terganggu oleh suara tangisnya.

(18) Saya mengabaikan tangisan bayi jika sedang mengerjakan tugas rumah tangga (menyapu, memasak, mencuci).

• Berada di dekat bayi dan tahu apa yang harus dilakukan saat bayi menangis, rewel.

(24) Saya menyerahkan bayi kepada keluarga, pengasuh atau pembantu jika ia terus menangis tanpa bisa saya tenangkan.

3 Saya memberikan pelukan dan belaian selama berbicara dengan bayi.

19 Saya menunjukkan kasih sayang kepada bayi dengan menyentuh dan mengusapnya. • Memenuhi kebutuhan bayi

akan ekspresi kasih sayang dari ibu seperti menggendong, mengelus, mencium dan memeluk.

(25) Saya lebih senang memberikan mainan daripada pelukan atau ciuman kepada bayi.

4 Saya dapat membedakan penyebab bayi menangis saat sedang lapar atau sakit dengan mendengar jenis tangisnya (ritme dan intensitas suara tangisnya).

15 Saya menyadari penyebab di lingkungan yang membuat bayi rewel. 26 Saya terbangun ketika mendengar tangisan bayi di tengah malam. (10) Saya tidak mampu membedakan tangisan bayi pada saat lapar atau sakit. c. Waspada akan

sinyal-sinyal kebutuhan bayi

• Mengetahui ketika bayi sedang menangis, rewel.


(41)

5 Saya segera menghampiri bayi ketika mendengarkan tangisannya. 16 Saya menggendong bayi ketika ia rewel.

27 Saya segera mengetahui saat bayi mulai demam.

(11) Saya mengabaikan tangisan bayi ketika sedang merasa lelah. • Menghampiri bayi dan

memberi respon yang tepat (sesuai dengan sinyal yang diberikan bayi).

(21) Saya baru menghampiri bayi jika bayi menangis terus-menerus.

28 Dari gerak-geriknya, Saya dapat mengetahui ketika bayi mengajak bermain. 34 Saya membalas senyuman bayi ketika bayi tersenyum atau tertawa.

38 Saya mengetahui gerak-gerik bayi saat ia sudah merasa lelah atau mengantuk. 40 Saya mengetahui saat bayi sudah merasa kenyang.

• Peka terhadap gerak-gerik atau sinyal yang diberikan bayi terhadap ibu atau lingkungan (mengetahui hal-hal yang disukai dan tidak disukai bayi).

44 Saya mengenali gerak-gerik bayi ketika ia merasa takut terhadap orang yang baru dikenalnya.

35 Saya memeluk bayi ketika ia merasa takut berhadapan dengan orang yang baru dikenalnya.

39 Saya memberi respon berupa senyuman, pelukan, atau ciuman saat bayi berhasil belajar sesuatu (contoh: berjalan, berbicara).

41 Saya dapat menerima tangisan atau kegelisahan bayi tanpa merasa kesal.

48 Saya memperhatikan keadaan bayi (suasana hati, kesehatan), ketika akan mengajaknya bermain.

• Menerima kondisi bayi dan menghargai kemajuan yang dicapai bayi.


(42)

(45) Saya merasa kesal jika bayi tidak dapat melakukan apa yang saya ajarkan (contoh: berbicara, bersalaman).

30 Saya menyediakan pakaian ganti yang bersih bagi bayi jika ia mengompol.

42 Saya memberikan mainan yang sesuai dengan usia bayi (contoh: boneka, hiasan gantung, mainan karet, balok berwarna dll)

• Memenuhi kebutuhan bayi akan makan, minum, pakaian, tempat istirahat, mainan.

46 Saya menyediakan tempat tidur yang sesuai dengan kebutuhan bayi (box bayi atau tempat tidur yang diberi teralis/pagar/pengaman di sekelilingnya).

31 Saya melakukan permainan yang sesuai dengan usia bayi (contoh: bermain cilukba, bermain balok berwarna, boneka).

43 Selama dalam perjalanan pulang kerja, saya sudah tidak sabar untuk bertemu dengan bayi.

• Menyediakan waktu untuk berinteraksi (bercakap-cakap dan bermain).

(49) Saya tidak menanggapi ocehan bayi ketika sedang memikirkan pekerjaan di kantor. 32 Saya melindungi bayi dari tindakan yang membahayakan keselamatannya (contoh:

menggigit benda yang kotor, mendekati benda tajam atau api).

36 Saya tidak membiarkan bayi bermain sendirian, tanpa ada keluarga atau pengasuh yang mengawasi.

d. Berusaha menciptakan suasana yang menyenangkan agar bayi bebas

mengeksplorasi lingkungan

• Memperhatikan keselamatan bayi.

47 Saya tidak mengizinkan orang yang baru saya kenal (contoh: orang yang berpapasan di jalan) memberikan sesuatu kepada bayi.


(43)

50 Saya mengatur rumah menjadi tempat yang aman bagi bayi (contoh: memberi pagar, melapisi sudut-sudut ruangan yang keras, menjauhkan barang pecah belah). 33 Saya memperkenalkan bayi kepada keluarga dan teman-teman.

37 Saya bersedia jika teman-teman menggendong bayi saya. • Mendukung dan mendidik bayi

untuk berinteraksi dengan

orang lain dan lingkungan. 51 Saya membiarkan bayi memegang benda-benda di sekitarnya yang tidak berbahaya (contoh: peralatan makan, mainan).


(44)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Masa bayi adalah periode dalam hidup yang dimulai setelah kelahiran dan berakhir dengan berkembangnya penggunaan bahasa. Masa bayi berlangsung sekitar 18 bulan. Masa bayi akan berakhir bila bayi telah belajar berbicara, dapat berjalan dengan kedua kakinya, dan terus mengembangkan kemampuan motoriknya (Bower, 1977).

Husaini Mahdin Anwar, ahli peneliti utama departemen kesehatan Republik Indonesia mengatakan bahwa usia di bawah 18 bulan merupakan masa perkembangan otak yang cepat. Peranan keluarga, terutama ibu dalam mengasuh anak akan sangat menentukan tumbuh kembang anak selanjutnya. Pengasuhan anak dalam hal perilaku yang diberikan ibu pada tahun pertama kehidupan seperti memberikan makanan, pemeliharaan kesehatan, serta dukungan emosional dan kasih sayang akan memberikan kontribusi yang nyata terhadap perkembangan anak (Seminar Sehari YKAI, 2000). Perilaku pengasuhan ibu tersebut menurut Bowlby (1970), disebut sebagai mother’s caretaking. Mother’s caretaking adalah perilaku ibu untuk melindungi dan memenuhi segala kebutuhan hidup anak.

Dalam masyarakat terdapat anggapan bahwa untuk memenuhi kebutuhan hidup bayi, ibu harus memberi perhatian sepenuhnya kepada bayi. Ibu harus berada di rumah dan hampir sepanjang hari harus bersama dengan bayinya.


(45)

2

Pandangan ini seringkali menimbulkan perasaan bersalah pada ibu yang harus meninggalkan bayinya di rumah sepanjang hari (www.e-psikologi.com).

Banyak ibu di Indonesia yang memutuskan bekerja di luar rumah untuk membantu suami mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga atau alasan lainnya. Kenyataan ini menyebabkan ibu harus meninggalkan bayinya di rumah selama waktu kerja, sehingga tidak memungkinkan baginya untuk senantiasa memperhatikan kebutuhan bayi (www.MediaIndonesia-online.com). Berdasarkan hasil pemutakhiran dan pemeliharaan data base penduduk dan keluarga tahun 2005, ditemukan dari 471.749 ibu di kota Bandung, terdata 151.264 ibu (32,06%) bekerja, sedangkan sebanyak 320.485 (67,94%) tidak bekerja.

Adanya tuntutan kebutuhan hidup yang semakin meningkat bukan merupakan satu-satunya alasan bagi ibu untuk bekerja di luar rumah. Dalam masyarakat Indonesia saat ini, perempuan juga memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang sama dengan pria. Adanya kesempatan yang terbuka luas dalam pendidikan, menyebabkan kaum perempuan Indonesia berkesempatan bekerja dalam berbagai bidang yang diminatinya. Oleh sebab itu, banyak juga ibu yang memilih bekerja karena adanya keinginan untuk mengaktualisasikan diri dalam bidang yang diminatinya (www.e-psikologi.com).

Beberapa contoh ibu yang bekerja karena berbagai alasan yang berbeda dapat dilihat dari wawancara berikut ini. Dari empat orang ibu bekerja yang memiliki bayi berusia 3-18 bulan, ditemukan bahwa Ibu R dan Ibu D bekerja di luar rumah untuk membantu suami memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga serta untuk mengaktualisasikan diri dalam bidang yang diminatinya. Sementara


(46)

3

Ibu W dan Ibu I bekerja di luar rumah karena merasa jenuh jika hanya berada di dalam rumah seharian untuk mengurus anak, selain untuk membantu penghasilan suami.

Dari empat orang ibu tersebut, terdapat tiga orang ibu, yaitu Ibu D, Ibu W dan Ibu I yang seringkali merasa bersalah karena meninggalkan bayinya di rumah sepanjang hari, terutama jika bayinya sedang sakit. Perasaan bersalah ini disebabkan karena ibu berpendapat sebagai pengasuh utama, ibu perlu terus-menerus berada di sisi bayinya. Ibu D akan terus memikirkan keadaan bayinya ketika berada di kantor sehingga setiap ada kesempatan, Ibu D akan menelepon pengasuh bayinya agar dapat terus memantau keadaan bayi di rumah. Sedangkan Ibu W sedapat mungkin berusaha untuk terus menggendong bayinya ketika berada di rumah. Berbeda dengan Ibu D dan Ibu W, perasaan bersalah yang dirasakan Ibu I sering membuatnya merasa menjadi ibu yang kurang baik, sehingga Ibu I lebih banyak menyerahkan urusan pengasuhan bayi kepada suami, yang dianggap lebih baik dalam mengasuh anak-anak.

Menjadi seorang ibu yang bekerja di luar rumah berarti ibu tersebut melakukan peran ganda. Artinya dirinya bukan hanya dituntut untuk menjadi ibu tetapi juga sebagai pekerja. Sebagai seorang ibu rumah tangga, kaum perempuan memiliki banyak tanggung jawab, seperti bagaimana mengatur waktu dengan suami dan bayinya hingga mengurus tugas-tugas rumah tangga. Sementara di kantornya perempuan juga harus menunjukkan komitmen atas tugas-tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Ada perempuan yang bisa menikmati peran ganda-nya tersebut, namun ada juga yang merasa kesulitan


(47)

4

hingga akhirnya timbul persoalan dalam menjalani kehidupannya (www.e-psikologi.com).

Salah satu persoalan yang timbul dengan adanya peran ganda perempuan adalah waktu interaksi antara ibu yang bekerja dengan bayi mereka yang masih berusia 3-18 bulan menjadi terbatas. Padahal selama berada di rumah, ibu juga perlu mengerjakan tugas-tugas rumah tangganya, beristirahat serta membagi waktu untuk suami dan anak-anaknya yang lain. Beberapa dampak yang timbul dari berkurangnya waktu interaksi yang dihabiskan ibu yang bekerja dengan bayinya tersebut adalah berkurangnya kesempatan ibu untuk menyusui bayinya selama ibu bekerja di luar rumah, berkurangnya waktu untuk bermain serta merawat bayinya. Padahal dalam proses menyusui, bermain, dan merawat bayi, bayi akan mendapat kontak fisik dengan tubuh ibunya. Kedekatan fisik bayi dengan ibunya tersebut merupakan salah satu faktor yang berperan dalam membangun ikatan emosional antara keduanya, yang akan diperlukan bayi untuk mendapat perasaan nyaman terhadap ibu.

Persoalan lain yang dialami ibu adalah adanya kesulitan untuk memenuhi kebutuhan bayinya selama ibu bekerja di luar rumah. Banyak ibu yang kemudian meminta bantuan orang lain untuk mengatasi persoalan tersebut. Sebuah artikel dalam harian Kompas, 13 November 2005 menyebutkan bahwa banyak ibu yang mendapat bantuan dari anggota keluarganya, baby sitter (pengasuh), atau pembantu rumah tangga dalam menjalankan mother’s caretaking selama dirinya bekerja di luar rumah.


(48)

5

Dalam artikel tersebut disebutkan juga beberapa contoh ibu bekerja yang mendapatkan bantuan untuk mengasuh bayinya selama ibu berada di kantor. Misalnya, N (33 tahun) yang bekerja di perusahaan sekuritas di Jakarta memilih menitipkan bayinya pada pengasuh karena harus bekerja sejak pukul 07.00 dan baru sampai ke rumah pukul 20.00 WIB. N memilih menitipkan bayinya pada pengasuh, tetapi tetap berhati-hati karena sebelumnya mendapat pengasuh yang kurang baik, sehingga harus mencari pengasuh baru. L (36 tahun) yang bekerja sebagai editor sebuah majalah juga mengganggap penggunaan jasa pengasuh adalah solusi yang tepat agar kebutuhan orangtua sebagai pekerja dan kebutuhan tumbuh kembang bayi sama-sama terpenuhi. L memilih menitipkan bayinya yang berusia 18 bulan pada pengasuh daripada kepada pembantu karena pengasuh lebih terlatih, bisa meracik menu makanan yang sehat untuk bayinya. Lain halnya dengan V, seorang konsultan kehumasan yang memilih menitipkan anaknya yang berusia 2 tahun dan bayinya kepada orangtuanya. V lebih memilih repot mengantar dan menjemput anak-anaknya dari rumah orangtuanya setiap hari daripada menggunakan jasa pengasuh. Menurutnya, khusus untuk urusan anak, mesti mendapat sentuhan langsung dari orangtua. (Kompas, 13 November 2005).

Anggota keluarga lain, baby sitter (pengasuh), pembantu rumah tangga atau siapapun yang dipilih ibu untuk mengasuh bayinya selama ibu bekerja, berperan sebagai pengasuh tambahan bagi bayi. Sedangkan ibu tetap dapat berperan sebagai pengasuh utama bagi bayinya, sehingga peranannya tidak berarti tergantikan oleh kehadiran pengasuh tambahan. Oleh karena itu, ketika ibu berada


(49)

6

di rumah, ibu tetap dapat menjalankan mother’s caretaking sewaktu berinteraksi dengan bayinya (Schaffer, 1977).

Persoalan lain yang dialami oleh ibu bekerja selain adanya keterbatasan waktu interaksi dan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan bayinya secara langsung selama ibu bekerja di luar rumah, juga dapat berasal dari pekerjaan itu sendiri. Pekerjaan bisa menimbulkan stress bagi ibu bekerja, mulai dari peraturan kerja yang harus dipatuhi, atasan yang kurang kooperatif, beban kerja yang berat, ketidakadilan di tempat kerja, rekan-rekan yang sulit bekerjasama, atau pun waktu kerja yang terbilang panjang. Situasi demikian akan membuat ibu menjadi sangat lelah dan terkuras energinya sehingga malas beraktivitas dan ingin segera beristirahat sesampainya di rumah, padahal kehadirannya masih sangat dinantikan oleh keluarga. Kelelahan psikis dan fisik itu seringkali membuat ibu menjadi sensitif, sehingga dapat mempengaruhi interaksinya dengan bayi (www.e – psikologi.com).

Perilaku ibu dalam berinteraksi dengan bayinya juga dapat berbeda satu sama lain. Ada ibu yang dapat menunjukkan perilaku yang tepat untuk bayi berusia 3-18 bulan, yaitu ketika ibu dapat menerima dan mengerti sinyal-sinyal kebutuhan dari bayi serta meresponnya secara tepat. Salah satu contohnya adalah ketika bayi menangis karena lapar. Ibu yang menunjukkan perilaku yang tepat dengan kebutuhan bayi akan segera mengenali bahwa bayinya menangis karena lapar sehingga segera memberi makan. Namun ada pula ibu yang reaktif, ibu langsung bereaksi ketika mendengar tangisan bayi sehingga reaksinya kurang tepat dengan kebutuhan bayinya. Ada pula ibu yang tidak mempedulikan tangisan


(50)

7

bayi ketika sedang melakukan kegiatan lain atau tidak sedang memiliki keinginan untuk mengasuh bayi. Ibu juga terkadang memaksa bayi makan ketika bayi sudah merasa kenyang atau sudah cukup makan (Seminar Sehari YKAI, 2000). Perilaku ibu dalam merespon kebutuhan bayinya yang berbeda-beda tersebut, menyebabkan mother’s caretaking pada ibu yang bekerja juga dapat berbeda satu dengan lainnya.

Contoh-contoh perilaku yang mencerminkan derajat mother’s caretaking yang tergolong tinggi dapat terlihat dari Ibu R dan Ibu D. Berdasarkan hasil wawancara, ditemukan bahwa Ibu R bekerja enam jam sehari, lima hari perminggu sebagai guru sekolah dasar, sedangkan Ibu D bekerja sepuluh jam sehari, enam hari perminggu sebagai pegawai swasta. Ibu R memiliki waktu interaksi dengan bayi selama sebelas jam perhari, sedangkan Ibu D selama lima jam perhari. Walaupun jumlah waktu interaksi antara keduanya berbeda, Ibu R dan Ibu D sama-sama tidak merasa kesulitan dalam menjalankan peran gandanya. Ibu R dan Ibu D memiliki pembantu yang mengurus tugas-tugas rumah tangga sehari-hari, sehingga mereka dapat berkonsentrasi untuk mengasuh bayinya ketika berada di rumah. Ibu R juga merasa tenang meninggalkan bayinya dengan pengasuh karena selama ditinggalkan, ada suami atau anggota keluarganya yang membantu mengawasi pengasuh dalam menangani bayinya. Ibu R juga sering menitipkan bayinya di tempat kerja sehingga dapat bertemu bayi selama waktu istirahat. Ibu D juga memiliki pengasuh bayi yang berpengalaman dan dapat dipercaya untuk menjaga bayi selama bekerja. Ibu R dan Ibu D juga merasa pekerjaannya di kantor dapat diselesaikan dengan memuaskan sehingga ketika


(51)

8

berada di rumah, Ibu R dan Ibu D juga tidak perlu lagi memikirkan masalah pekerjaan. Berinteraksi dengan bayi setelah pulang bekerja menjadi penghiburan untuk ibu setelah lelah bekerja seharian.

Selama berada di rumah, Ibu R dan Ibu D berusaha untuk terus menjaga kedekatan dengan bayinya. Ibu R dan Ibu D menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah untuk bermain dan merawat seluruh keperluan bayinya, mulai dari memandikan hingga memberi makan. Ibu R dan Ibu D juga selalu peka terhadap kebutuhan-kebutuhan bayinya. Ibu R dan Ibu D segera menanggapi ketika bayinya menangis. Ibu R dan Ibu D juga berusaha menciptakan suasana rumah yang menyenangkan bagi bayi dengan mengajak bayi bermain permainan-permainan yang menstimulasi perkembangan bayi, mengajak berbicara dan mengajak bayi berkenalan dengan orang-orang baru sehingga bayi dapat mengeksplorasi lingkungannya.

Berbeda dengan Ibu R dan Ibu D, contoh-contoh perilaku yang mencerminkan derajat mother’s caretaking yang termasuk cenderung rendah dapat dilihat dari Ibu W. Ibu W merasa kesulitan menjalankan peran gandanya sebagai pekerja sekaligus ibu bagi anak-anaknya. Ibu W bekerja sebagai fisioterapis selama sepuluh jam perhari, enam hari perminggu. Ibu W memiliki waktu interaksi dengan bayi selama 4 jam setiap harinya. Ibu W sering merasa lelah ketika berada di rumah setelah seharian bekerja, sementara ketika sampai di rumah, bayinya terus menangis ketika didekati. Oleh karena itu, Ibu W berusaha keras untuk menjaga kedekatan dengan bayinya ketika berada di rumah karena kuatir bayinya melupakan dirinya. Hal ini terlihat dari perilaku ibu W yang


(52)

9

langsung menghampiri dan mengajak bermain bayinya begitu pulang bekerja. Namun terbatasnya waktu menyebabkan Ibu W tidak dapat terus bersama dengan bayinya karena Ibu W juga harus menemani suami dan anak pertamanya.

Ibu W juga merasa kurang mampu memahami respon-respon kebutuhan bayinya. Ibu W seringkali tidak dapat mengerti arti tangisan bayi sehingga ketika bayinya terus menerus menangis, Ibu W memilih meninggalkan bayinya dan menyerahkan pengasuhan pada pembantunya. Ibu W juga merasa kurang mampu menciptakan suasana yang menyenangkan bagi bayinya untuk mengeksplorasi lingkungan. Ibu W lebih banyak menyerahkan urusan merawat bayi kepada pembantunya.

Contoh-contoh perilaku yang mencerminkan derajat mother’s caretaking yang tergolong rendah dapat dilihat dari Ibu I. Berdasarkan wawancara dapat diketahui bahwa Ibu I bekerja selama tujuh jam perhari, enam hari perminggu sebagai fisioterapis. Ibu I memiliki waktu interaksi dengan bayi selama lima jam perhari. Ibu I sebenarnya merasa tidak mengalami kesulitan untuk membagi waktu antara bekerja dan mengasuh anak karena ada pembantu yang mengerjakan urusan rumah tangga sehari-hari. Meskipun demikian, Ibu I kurang berusaha menjaga kedekatan dengan bayinya karena beranggapan bayi lebih baik dekat dengan ayahnya. Ketika berada di rumah, Ibu I juga lebih banyak menghabiskan waktunya untuk beristirahat dan menenangkan diri karena lelah bekerja.

Ibu I juga menghayati dirinya termasuk orang yang acuh tak acuh terhadap kebutuhan bayi. Ketika bayinya menangis karena membutuhkan sesuatu, Ibu I membiarkan suami atau pengasuh bayi untuk menenangkan bayinya. Ibu I juga


(53)

10

kurang berusaha menciptakan suasana yang menyenangkan bagi bayi untuk mengeksplorasi lingkungannya. Ibu I jarang menghabiskan waktu untuk bermain dengan bayinya karena Ibu I merasa dirinya bukan orang yang sabar ketika bermain dengan bayi. Ibu I juga sering merasa dirinya adalah orang ketiga bagi anak-anaknya setelah pengasuh dan suaminya.

Berdasarkan hasil wawancara, dapat diketahui bahwa mother’s caretaking pada ibu bekerja dapat berbeda satu dengan lainnya. Derajat mother’s caretaking pada ibu yang bekerja dapat semakin tinggi atau rendah dilihat dari seberapa sering ibu dapat menunjukkan perilaku yang tepat dengan kebutuhan bayinya selama waktu interaksi. Pada mother’s caretaking ibu bekerja, terdapat keterbatasan waktu interaksi antara ibu dengan bayi, adanya pengasuh tambahan selama ibu bekerja di luar rumah dan adanya kemungkinan faktor pekerjaan dapat menjadi sumber ketegangan pada ibu. Oleh karena persoalan-persoalan tersebut, mother’s caretaking pada ibu yang bekerja diukur saat ibu sedang berada di rumah. Berdasarkan hal-hal tersebut, peneliti ingin melihat bagaimana derajat mother’s caretaking pada ibu yang memiliki bayi berusia 3-18 bulan yang bekerja di Bandung.

1.2. Identifikasi Masalah

Masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah bagaimana derajat mother’s caretaking pada ibu bekerja yang memiliki bayi berusia 3-18 bulan di Bandung.


(54)

11

1.3. Maksud Dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran secara umum mengenai mother’s caretaking pada ibu bekerja yang memiliki bayi berusia 3-18 bulan di Bandung.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui derajat mother’s caretaking pada ibu bekerja yang memiliki bayi berusia 3-18 bulan di Bandung dan kaitannya dengan faktor-faktor lain.

1.4. Kegunaan Teoritis Dan Praktis 1.4.1. Kegunaan Teoritis

• Penelitian ini berguna untuk memberikan sumbangan pengetahuan bagi Psikologi Perkembangan mengenai mother’s caretaking pada ibu yang bekerja.

• Penelitian ini juga berguna untuk memberikan informasi serta wawasan yang bermanfaat bagi penelitian selanjutnya, yang khususnya berhubungan dengan mother’s caretaking pada ibu yang bekerja.

1.4.2. Kegunaan Praktis

• Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memberikan informasi untuk ibu bekerja mengenai derajat mother’s caretaking dalam dirinya, sehingga dapat berguna dalam mengembangkan perilaku mother’s caretaking yang efektif bagi bayinya.


(55)

12

• Penelitian ini juga dapat memberikan informasi bagi psikolog anak dan konselor keluarga dalam melakukan konsultasi pada ibu bekerja, sehingga dapat mengembangkan perilaku mother’s caretaking yang efektif bagi bayinya.

1.5. Kerangka Pemikiran

Bayi pada dasarnya adalah seseorang yang belum dapat berbicara. Masa bayi dimulai setelah kelahiran dan berakhir dengan berkembangnya penggunaan bahasa. Masa bayi berlangsung sekitar 18 bulan. Pada akhir masa bayi, bayi telah belajar berbicara, dapat berjalan dengan kedua kakinya, dan telah memperhalus keahlian motoriknya (Bower, 1977).

Menurut Erik Erikson, bayi berusia 0-18 bulan berada pada tahap perkembangan “basic trust”. Masa bayi adalah waktu “basic trust”, individu belajar melihat dunia sebagai sesuatu yang aman, dapat dipercaya, dan memeliharanya, atau waktu “basic distrust”, individu belajar melihat dunia sebagai penuh ancaman, tidak dapat diperkirakan dan menghianati. Menurut Erikson, bagaimana bayi belajar, akan tergantung dari bagaimana orangtua memenuhi kebutuhan bayi akan makanan, perhatian, dan cinta. Apa yang dipelajari individu pada masa ini akan mempengaruhi persepsi individu mengenai orang lain dalam masa perkembangan selanjutnya (Hurlock, 1991). Perilaku orangtua seperti memenuhi kebutuhan bayi akan makanan, perhatian dan cinta dalam masa pembentukan “basic trust” tersebut membuat peran orangtua dalam kehidupan bayi menjadi penting. Peran orangtua dalam kehidupan bayi tersebut


(56)

13

adalah sebagai pengasuh, sedangkan ibu adalah orang yang dianggap memiliki posisi yang paling baik dan memungkinkan untuk menjadi pengasuh utama dalam kehidupan bayinya (Schaffer, 1977).

Menurut Bowlby (1970), perilaku ibu dalam perannya sebagai pengasuh bayi disebut sebagai mother’s caretaking. Mother’s caretaking adalah perilaku ibu untuk melindungi dan memenuhi segala kebutuhan anak. Menurut Bowlby, Mother’s caretaking akan tampak dari perilaku-perilaku ibu selama berinteraksi dengan bayinya. Mother’s caretaking diukur dari seberapa sering (frekuensi) ibu dapat menunjukkan perilaku yang tepat dengan kebutuhan bayi selama ibu berinteraksi dengan bayi. Perilaku ibu tersebut dapat digolongkan dalam tiga aspek, yaitu menjaga bayi agar berada di dekat ibu (secara fisik); waspada akan sinyal-sinyal kebutuhan bayi, apabila bayi tidak berada di dekat ibu dan menangis, maka ibu siap untuk menghadapi keadaan tersebut; serta berusaha menciptakan suasana yang menyenangkan agar bayi bebas mengeksplorasi lingkungan (Bowlby, 1970).

Secara umum, ketiga aspek mother’s caretaking di atas dapat dijabarkan dalam contoh perilaku ibu seperti mencukupi kebutuhan akan makanan ketika bayi merasa lapar; mampu menenangkan saat bayi menangis; melindunginya dari benda-benda berbahaya; mengajaknya berbicara dan tersenyum agar bayi mengenali ibunya; mengajak bermain, menggendong, mengelus dan mencium agar bayi merasa dekat dan nyaman dengan ibu. Kemudian memperkenalkannya pada orang-orang asing sehingga bayi belajar berani berhadapan dengan orang lain (Bowlby, 1970). Semakin sering ibu menunjukkan perilaku yang tepat dengan


(57)

14

kebutuhan bayi selama berinteraksi, maka derajat mother’s caretaking ibu dikatakan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin jarang ibu menunjukkan perilaku yang tepat dengan kebutuhan bayi, maka derajat mother’s caretaking ibu dikatakan semakin rendah.

Dalam penelitian ini, derajat mother’s caretaking dibagi ke dalam lima jenis, yaitu tinggi, cenderung tinggi, cukup, cenderung rendah dan rendah. Ibu yang menghayati dirinya sering sekali dan sering memberikan respon yang tepat dengan kebutuhan bayinya dalam ketiga aspek mother’s caretaking akan memiliki derajat mother’s caretaking yang tinggi. Ibu yang menghayati dirinya sering dan kadang-kadang memberikan respon yang tepat dengan kebutuhan bayinya dalam ketiga aspek mother’s caretaking akan memiliki derajat mother’s caretaking yang cenderung tinggi. Ibu yang menghayati dirinya sering, kadang-kadang dan jarang memberikan respon yang tepat dengan kebutuhan bayinya dalam ketiga aspek mother’s caretaking akan memiliki derajat mother’s caretaking yang cukup. Ibu menghayati dirinya kadang-kadang dan jarang memberikan respon yang tepat dengan kebutuhan bayinya dalam ketiga aspek mother’s caretaking akan memiliki derajat mother’s caretaking yang cenderung rendah. Ibu yang menghayati dirinya jarang dan jarang sekali memberikan respon yang tepat dengan kebutuhan bayinya dalam ketiga aspek mother’s caretaking akan memiliki derajat mother’s caretaking yang rendah.

Dalam interaksi antara ibu dengan bayi, bayilah yang memberikan tanda atau sinyal mengenai kebutuhan-kebutuhannya. Bagaimana respon ibu terhadap tanda yang diberikan oleh bayinya tersebutlah yang menentukan mother’s


(58)

15

caretaking ibu. Hal ini sudah tampak dari bulan pertama kehidupan bayi, seperti bagaimana respon ibu ketika bayi menangis, apakah ibu menunjukkan kasih sayang saat menggendong bayi, dan menyesuaikan responnya mengikuti kebutuhan bayinya. Dalam memberi makan misalnya, apakah ibu menggunakan sinyal dari bayi untuk menentukan kapan untuk memulai dan mengakhiri makan, memperhatikan makanan yang disukai bayi serta menyesuaikan kecepatan pemberian makan dengan kecepatan makan bayi (Bowlby, 1970).

Sebaliknya, ada ibu yang dalam pengasuhannya berespon berdasarkan keinginannya sendiri daripada memperhatikan kebutuhan bayinya. Sebagai contoh, ibu akan berespon terhadap tangisan bayi yang menginginkan perhatian ketika ibu merasa senang menggendong bayi, tetapi mengabaikan tangisan seperti itu di lain waktu. Ibu juga cenderung tidak konsisten dalam mengasuh bayi, terkadang berespon secara sensitif, terkadang acuh tak acuh terhadap kebutuhan bayi ketika merasa lapar dan butuh digendong. Namun di lain waktu, ibu justru mengganggu aktivitas bayi dengan menggendong atau mengajaknya bermain di saat yang tidak tepat (Stayton, 1973; dalam Atkinson, 1987).

Menurut Bowlby (1988), agar dapat memberikan respon yang tepat terhadap kebutuhan bayi, ibu membutuhkan waktu interaksi yang cukup dengan bayinya. Waktu interaksi yang cukup adalah waktu yang memungkinkan bagi ibu untuk membiasakan diri terhadap sinyal-sinyal kebutuhan bayinya. Hal ini seringkali menimbulkan masalah bagi ibu bekerja yang waktu interaksinya dengan bayi menjadi terbatas akibat peran gandanya. Ibu yang bekerja di luar rumah, bukan hanya berperan sebagai ibu namun juga sebagai pekerja. Hal ini berarti ibu


(59)

16

perlu membagi waktunya antara melakukan pekerjaan dan melakukan kegiatan yang berhubungan dengan perannya dalam mengasuh bayi serta mengatur tugas-tugas rumah tangganya. Ibu bekerja di luar rumah pada waktu pagi dan siang hari, dimana waktu tersebut merupakan waktu bayi terjaga sehingga menjadi saat yang paling optimal untuk memberikan stimulasi kepada bayi. Waktu interaksi antara ibu bekerja dan bayinya lebih banyak terjadi di sore dan malam hari ketika ibu dan bayi dalam kondisi lelah setelah beraktivitas sepanjang hari.

Keterbatasan waktu ini juga mengakibatkan ibu bekerja tidak dapat mengasuh bayinya secara langsung selama bekerja, sehingga timbul rasa bersalah dalam diri ibu. Keterbatasan waktu ini mengakibatkan ibu perlu meminta bantuan dari anggota keluarga lain, baby sitter (pengasuh), atau pembantu rumah tangga untuk berperan sebagai pengasuh tambahan selama ibu bekerja. Sebenarnya adanya pengasuh tambahan selama ibu bekerja dapat memberikan keuntungan bagi ibu. Ketika bayi ditinggal ibunya, bayi menjadi tidak rewel ketika ibunya meninggalkannya karena bayi sudah membangun hubungan yang membuatnya merasa aman dengan pengasuhnya tersebut. Adanya pengasuh tambahan ini juga dapat membantu ibu dalam memenuhi kebutuhan bayi selama ibu bekerja, asalkan pengasuhnya adalah orang yang sama dari hari ke hari. Bayi membutuhkan dunia sebagai tempat yang dapat diperkirakan olehnya, jadi jika pengasuhnya berbeda dari hari ke hari, bayi justru akan merasa bingung (Schaffer, 1977).

Menurut Bowlby (1988), kehadiran anggota keluarga lain, baby sitter atau pembantu rumah tangga sebagai pengasuh tambahan memang diperlukan ibu untuk meringankan bebannya dalam menjalankan mother’s caretaking. Namun


(60)

17

peran ibu sebagai pengasuh utama bukan berarti digantikan dengan kehadiran pengasuh tambahan tersebut. Oleh karena itu, ibu yang bekerja dapat menitipkan bayinya untuk diasuh oleh orang lain selama ibu bekerja di luar rumah tetapi ketika ibu berada di rumah, ibu tetap perlu menjalankan mother’s caretaking. Mother’s caretaking tidak diukur dari seberapa banyak waktu interaksi yang dihabiskan ibu dengan bayinya, namun dari seberapa sering ibu dapat menunjukkan perilaku yang tepat dengan kebutuhan bayi selama waktu interaksi. Oleh karena itu, ibu-ibu yang bekerja di luar rumah tetap dapat menjalankan mother’s caretaking, jika dalam interaksinya yang terbatas oleh waktu tersebut, ibu tetap sering menunjukkan perilaku yang tepat dengan kebutuhan bayinya (Schaffer, 1977).

Di saat ibu berinteraksi dengan bayi, banyak hal yang juga mempengaruhi mother’s caretaking pada ibu. Pertama adalah persepsi ibu tentang kehadiran bayi (diinginkan atau tidak diinginkan). Persepsi ibu tentang kehadiran bayi ini akan dipengaruhi oleh latar belakang pernikahannya. Pernikahan yang dilandasi rasa cinta akan berbeda penghayatannya dengan pernikahan karena perjodohan atau akibat kehamilan di luar nikah. Bagi pasangan yang memang menikah karena keinginan masing-masing, maka kehadiran bayi sangat dinantikan. Hal ini akan berbeda keadaannya dengan suami istri yang menikah karena dijodohkan atau akibat kehamilan di luar nikah, karena biasanya kehadiran bayi pada kondisi ini sangat tidak diinginkan. Apabila kelak bayi dilahirkan, maka kedua orangtua (terutama ibu) akan menunjukkan sikap penolakan terhadap bayi sehingga ibu tidak bersungguh-sungguh saat mengasuh bayi. Sehingga dapat dikatakan bahwa


(61)

18

kasih sayang dan penerimaan juga memiliki peran yang sangat penting dalam mother’s caretaking karena dengan penerimaan dan kasih sayang ibu, bayi akan merasa aman untuk melakukan eksplorasi terhadap lingkungan dan juga mengembangkan potensi yang dimilikinya (Bowlby, 1970).

Persepsi ibu tentang kehadiran bayi juga dapat berbeda ketika ibu tidak menyukai salah satu perilaku atau kondisi bayi. Kondisi bayi yang dapat membuat ibu tidak menginginkan bayinya antara lain ketika bayi menderita cacat fisik atau mengalami gangguan perkembangan sehingga ibu menarik diri dari bayi dan tidak suka melakukan kontak dengan bayi (Bowlby, 1970).

Kedua, keadaan emosi ibu juga sangat berpengaruh terhadap cara ibu mengasuh bayi. Penyampaian kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan bayi akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana suasana hati ibu. Penolakan terhadap kehadiran bayi dapat terjadi akibat ibu mengalami ketegangan yang berhubungan dengan kegiatan yang menyangkut pekerjaan di kantor maupun kegiatan sosial di dalam dan di luar rumah sehingga mempengaruhi waktu untuk memperhatikan dan mengurus bayi (Hurlock, 1991). Interaksi antara ibu dan bayi juga dapat berjalan dengan baik ketika ibu dapat memenuhi kebutuhan bayi, memahami apa yang dirasakan bayi dan dapat menciptakan suasana yang menyenangkan bagi bayi. Setelah tercapai suasana yang menyenangkan dari interaksi antara ibu dengan bayi, maka masing-masing akan berusaha untuk memberikan kasih sayang yang lebih banyak lagi. Sebaliknya, apabila interaksi tersebut menimbulkan perasaan yang tidak nyaman pada satu sama lain, maka akan menimbulkan ketidakbahagiaan pada diri ibu maupun bayi yang akan mempengaruhi


(1)

Universitas Kristen Maranatha 21

Mother’s caretaking Ibu bekerja yang

memiliki bayi berusia 3-18 bulan di Bandung Attachment Cenderung Tinggi Tinggi Cukup Cenderung Rendah Rendah

I.1 Bagan Kerangka Pikir •Pengalaman ibu saat masa

kanak-kanak

•Persepsi ibu yang

mempengaruhi penerimaan terhadap kehadiran bayi

•Emosi ibu

• Menjaga bayi agar berada di dekat ibu (secara fisik)

• Waspada akan sinyal-sinyal kebutuhan bayi

• Berusaha menciptakan suasana yang menyenangkan agar bayi bebas


(2)

22

1.6. Asumsi

1. Derajat mother’s caretaking pada ibu yang bekerja dapat tinggi, cenderung tinggi, cukup, cenderung rendah atau rendah.

2. Semakin sering ibu yang bekerja menunjukkan perilaku yang tepat dengan kebutuhan bayi selama berinteraksi, maka derajat mother’s caretaking ibu akan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin jarang ibu yang bekerja menunjukkan perilaku yang tepat dengan kebutuhan bayi, maka derajat mother’s caretaking ibu akan semakin rendah.

3. Derajat mother’s caretaking pada ibu yang bekerja akan dipengaruhi oleh pengalaman ibu saat masa kanak-kanak, persepsi ibu yang mempengaruhi penerimaan terhadap kehadiran bayi, serta emosi ibu.


(3)

Universitas Kristen Maranatha 73

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 21 orang responden mengenai mother’s caretaking pada ibu bekerja yang memiliki bayi berusia 3-18 bulan di Bandung, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat dua derajat mother’s caretaking dalam penelitian ini. Sebagian besar ibu bekerja telah menunjukkan mother’s caretaking dalam derajat tinggi dan sebagian lainnya telah menunjukkan mother’s caretaking dalam derajat cenderung tinggi, walaupun ibu memiliki waktu yang terbatas untuk berinteraksi dengan bayinya.

2. Semakin tinggi tingkat persiapan ibu yang bekerja terhadap kehadiran bayinya, maka semakin siap ibu untuk memberikan kasih sayang dan penerimaan terhadap kehadiran bayi, meskipun ibu menghayati bahwa bayinya sulit untuk diasuh.

3. Semakin ibu bekerja mampu meregulasi emosinya, akan semakin mudah baginya untuk bersikap sabar dalam mengasuh bayi. Hal ini memudahkan ibu untuk melakukan mother’s caretaking yang sesuai dengan kebutuhan bayi.


(4)

74

5.2. Saran

Berdasarkan pembahasan penelitian yang telah dikemukan sebelumnya, maka peneliti mengajukan beberapa saran, yaitu:

1. Saran Penelitian Lanjutan

Peneliti selanjutnya disarankan untuk menambahkan wawancara mendalam (deep interview) serta observasi untuk melengkapi data kuesioner mother’s caretaking, sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya social desirability dalam penelitian mother’s caretaking selanjutnya.

2. Saran Guna Laksana

• Bagi ibu bekerja, hasil ini diharapkan dapat memberikan informasi bahwa adanya dukungan dari suami serta orang lain, khususnya secara emosional, akan memberikan manfaat bagi ibu bekerja dalam menjalankan mother’s caretaking yang efektif. Oleh karena itu, ibu diharapkan dapat meminta bantuan orang lain saat menghadapi kesulitan dalam menjalankan mother’s caretaking yang timbul akibat peran gandanya, tanpa perlu merasa bersalah. • Bagi Psikolog anak dan konselor keluarga, diharapkan hasil

penelitian ini dapat memberikan informasi yang lebih lengkap kepada masyarakat mengenai derajat mother’s caretaking pada ibu bekerja serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya, sehingga dapat membantu ibu bekerja untuk menjalankan mother’s


(5)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, Rita L., Atkinson, Richard C., Smith, Edward E., & Ben., Daryl J. 1987. Pengantar Psikologi Jilid Dua, Edisi kesebelas. Diterjemahkan oleh Widjaja Kusuma. Batam: Interaksa.

Bower, T.G.R. 1977. A Primer of Infant Development. San Fransisco: W.H. Freeman and Company.

Bowlby, John. 1970. Attachment, vol. 1 of Attachment and Loss. Harmondsworth: Penton Education Division.

Bowlby, John. 1988. A Secure Base: Parent-child Attachment and Healthy Human Development. New York: Basic Book, Inc.

Graciano, Anthony M., Michael L. Raulin. 2000. Research Methods: a process of inquirí, fourth edition. Needham Heights: Allyn & Bacon.

Hurlock, Elizabeth. 1991. Child Development, 6th ed. Auckland: McGraw-Hill Book Co.

Papalia, Diane & Olds, Sally W. 1998. Human Development, 7th ed. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Santrock, John W. 1995. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup Edisi 5, Jilid 1. Diterjemahkan oleh Achmad Chusairi. 2002. Jakarta:

Erlangga.

Scaffer, Rudolf. 1977. Mothering: The Developing Child Series. Massachusetts: Harvard University Press; Cambridge.


(6)

DAFTAR RUJUKAN

Cut Aida. 2003. Studi tentang Mother’s caretaking pada ibu yang memiliki anak autis di Bandung. Skripsi. Bandung: Universitas Kristen Maranatha.

Anwar, H Mahdin. 2000. Disajikan dalam Seminar sehari ”Kiat Menyiapkan Anak Berkualitas,”, YKAI, Jakarta, 4 November.

Pemuktahiran dan Pemeliharaan Data Base Penduduk dan Keluarga Bandung. 2005. (Online).

www. e-psikologi.com

www. kompas.com (13 November 2005)