PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL FILM RANGKAI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SD KELAS V PADA MATERI DAUR AIR (SuatuPenelitianEksperimenterhadapSiswaKelasV SDN Pamulihan dan SDN SukajadiKecamatanSiturajaKabupatenSumedang).
PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL FILM RANGKAI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SD
KELAS V PADA MATERI DAUR AIR
(SuatuPenelitianEksperimenterhadapSiswaKelas V SDN Pamulihan dan SDN SukajadiKecamatanSiturajaKabupatenSumedang)
SKRIPSI
Diajukan untuk
memenuhisebagiandarisyaratmemperolehgelarSarjanaPendidikanpada Program StudiPendidikan Guru SekolahDasar
Oleh
ENENG NENDEN SITI SOVIA 0903253
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
2013
PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL FILM RANGKAI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SD
KELAS V PADA MATERI DAUR AIR
(SuatuPenelitianEksperimenterhadapSiswaKelas V SDN Pamulihan dan SDN SukajadiKecamatanSiturajaKabupatenSumedang)
Oleh
EnengNendenSitiSovia
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar
© EnengNendenSitiSovia2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
(3)
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR DIAGRAM ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian... 8
D. ManfaatPenelitian... 9
E. BatasanPenelitian ... 10
F. PenjelasanIstilah ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12
A. Hakikat IPA danSains ... 12
1. Pengertian IPA ... 12
2. FungsidanTujuan IPA ... 15
3. Nilai-nilai IPA ... 16
4. Pengaruh IPA ... 16
5. Pembelajaran IPA di SekolahDasar ... 17
B. Teori Belajar IPA yang MendukungPembelajaranPenerapan Media Audio Visual Film Rangkai ... 19
1. Teori BelajarKonstruktivisme ... 21
2. Teori BelajarBehaviorisme ... 22
3. Teori R. Gagne ... 23
4. Teori Piaget ... 24
5. Teori Skinner ... 24
6. Teori Bruner ... 24
C. Permainan ... 25
1. PengertianPermainan ... 25
2. AlatPermainan ... 25
3. PermainanEdukatif ... 26
D. Media Pembelajaran ... 26
1. Pengertian Media ... 26
2. Macam-macam Media ... 27
3. Prinsip-prinsipPemilihandanPenggunaan Media ... 28
4. DasarPertimbanganPemilihandanPenggunaan Media... 30
5. TujuanPenggunaan Media ... 31
6. Fungsi Media Pembelajaran ... 32
(4)
E. Daur Air... 36
1. PengertianDaur Air ... 36
2. Faktor yang MempengaruhiDaur Air ... 37
3. UpayaPenghematan Air ... 37
F. Penelitian yang Relevan ... 38
G. Hipotesis ... 38
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN ... 39
A. Metode dan Desain Penelitian ... 39
B. Subjek Penelitian ... 41
1. Populasi ... 41
2. Sampel... 42
C. Prosedur Penelitian ... 43
1. Tahap Persiapan ... 43
2. Tahap Pelaksanaan ... 44
3. Tahap Analisis dan Kesimpulan ... 44
D. Instrumen Penelitian ... 45
1. InstrumenPembelajaran... 45
2. InstrumenPengumpulan Data ... 46
E. TeknikPengumpulan Data ... 54
F. TeknikAnalisis Data ... 54
1. TeknikAnalisis Data Tes ... 54
2. TeknikAnalisis Data Non tes ... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60
A. Analisis Data HasilPenelitian ... 60
1. Analisis Data Kuantitatif... 60
2. Analisis Data Kualitatif... 73
B. UjiHipotesisPenelitian ... 77
1. UjiHipotesisPenelitianPeningkatanHasilBelajarMelalui PembelajaranKonvensional... 77
2. UjiHipotesisPenelitianPeningkatanHasilBelajarmelalui Media Audio Visual Film Rangkai ... 82
3. UjiHipotesisPenelitianPerbedaanPeningkatanHasil BelajarantaraKelasEksperimendenganKelasKontrol ... 86
C. Temuan dan Pembahasan ... 92
1. Peningkatan HasilBelajarMelalui Pembelajaran Konvensional ... 92
2. Peningkatan HasilBelajar Melalui Media Audio Visual Film Rangkai ... 93
3. Perbedaan Peningkatan Hail BelajarKelasKontroldan Eksperimen ... 95
4. ResponSiswaterhadapPembelajaranMelalui Media Audio Visual Film Rangkai ... 96
(5)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 97
A. Kesimpulan ... 97
B. Saran ... 98
DAFTAR PUSTAKA ... 100
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 102
(6)
3.1DaftarsekolahdengankriteriasedangKecamatanSituraja ... 42
3.2 KlasifikasiKoefisienValiditas ... 48
3.3 ValiditasTiapButirSoalTesHasilBelajar ... 48
3.4 KlasifikasiKoefisienReliabilitas ... 49
3.5 KlasifikasiIndeksKesukaran ... 50
3.6Analisis Tingkat Kesukaran ... 50
3.7 KlasifikasiDayaPembeda ... 51
3.8 DayaPembedaButirSoal ... 51
3.9 RekapitulasiAnalisisButirSoal ... 52
3.10 DistribusiFrekuensi ... 55
3.11 DistribusiFrekuensiObservasidanFrekuensiEkspektasi ... 56
3.12 KriteriaPemberianSkorPernyataanAngket ... 59
4.1 Data Hasil Pretes Kelas Kontrol ... 61
4.2 Data Hasil Pretes Kelas Eksperimen ... 62
4.3 Uji Kolmogorov-Smirnov Pretes ... 63
4.4 UjiHomogenitasChi Square Pretes ... 65
4.5 UjiMann Whitney Pretes ... 66
4.6 Data Hasil Postes Kelas Kontrol ... 67
4.7 Data Hasil Postes Kelas Eksperimen ... 68
4.8 Uji Kolmogorov-Smirnov Postes ... 69
4.9 UjiHomogenitasChi Square Postes ... 71
4.10 UjiMann Whitney Postes ... 72
4.11 Observasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol ... 74
4.12 Observasi Aktivitas Siswa KelasEksperimen ... 74
4.13 ObservasiKinerja Guru... 75
4.14 AnalisisAngketSiswa ... 76
4.15 Nilai Pretes Postes Kelas Kontrol ... 77
4.16 Uji Kolmogorov-Smirnov PretesPostesKelasKontrol ... 79
4.17 UjiHomogenitasChi SquarePretesPostesKelasKontrol ... 81
4.18 UjiMann WhitneyPretesPostesKelasKontrol ... 81
4.19 Nilai Pretes Postes Kelas Eksperimen... 82
4.20 Uji Kolmogorov-Smirnov PretesPostesKelasEksperimen ... 83
4.21 UjiHomogenitasChi SquarePretesPostesKelasEksperimen ... 85
4.22 UjiMann WhitneyPretesPostesKelasEksperimen ... 86
4.23 �����KelasKontroldanEksperimen ... 87
4.24 Uji Kolmogorov-Smirnov �����KelasKontroldanEksperimen ... 88
4.25 UjiHomogenitasLevene Test ����� Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 90
(7)
2.1 Siklus Air ... 35 3.1ProsedurPenelitian... 45
(8)
4.1 Hasil Uji Normalitas PretesKelas Kontrol ... 64
4.2 Hasil Uji NormalitasPretes Kelas Eksperimen ... 64
4.3 Hasil Uji NormalitasPostes Kelas Kontrol ... 70
4.4 Hasil Uji Normalitas PostesKelasEksperimen ... 70
4.5 Rata-rata NilaiPretesPostes ... 73
4.6 Hasil Uji Normalitas PretesKelas Kontrol ... 79
4.7 Hasil Uji NormalitasPostes Kelas Kontrol ... 80
4.8 Hasil Uji NormalitasPretes Kelas Eksperimen ... 84
4.9 Hasil Uji Normalitas PostesKelasEksperimen ... 84
4.10 HasilUjiNormalitas����� Kelas Kontrol ... 89
(9)
A.1RencanaPelaksanaanPembelajaranKelasKontrol ... 103
A.2 RencanaPelaksanaanPembelajaranKelasEksperimen ... 110
LAMPIRAN BInstrumenTes ... 120
B.1 Kisi-kisiTesPemahaman ... 121
B.2 SoalTesKemampuan ... 123
B.3 PedomanPenskoran ... 125
LAMPIRAN CInstrumen Non Tes ... 127
C.1 Kisi-kisiWawancaraKelasEksperimen ... 128
C.2 PedomanWawancaraKelasEksperimen ... 129
C.3 Kisi-kisiObservasiAktivitasSiswa ... 130
C.4 FormatObservasiAktivitasSiswa ... 131
C.5 Kisi-kisiObservasiKinerja Guru ... 132
C.6 Format ObservasiKinerja Guru ... 134
C.7 DeskriptorPenilaianObservasiKinerja Guru ... 137
C.8 Kisi-kisiAngketSiswa ... 141
C.9 Format AngketSiswa ... 142
LAMPIRAN DHasilUjiCobaInstrumenTes ... 143
D.1 ValiditasInstrumen ... 144
D.2 UjiReliabilitas ... 148
D.3 Tingkat Kesukaran ... 150
D.4 DayaPembeda ... 153
LAMPIRAN EAnalisis Data HasilPenelitian ... 155
E.1 Data PretesKelasKontroldanKelasEksperimen ... 156
E.2 HasilPretesKelasKontroldanKelasEksperimen ... 158
E.3 Data PostesKelasKontroldanKelasEksperimen ... 170
E.4 HasilPostesKelasKontroldanKelasEksperimen ... 172
E.5 HasilObservasiAktivitasSiswaKelasKontroldan KelasEksperimen ... 184
E.6 HasilObservasiKinerja Guru KelasKontroldanKelasEksperimen ... 186
E.7 AnalisisAngketSiswa ... 192
E.8 HasilWawancaraSiswadanWawancara GuruKelasEksperimen ... 193
E.9 Foto-foto ... 194
LAMPIRAN F ... 200
F.1 UjiStatistikPretesKelasKontroldanKelasEksperimen ... 201
F.2 UjiStatistikPostesKelasKontroldanKelasEksperimen ... 206
F.3 UjiStatistikHipotesisPenelitianPembelajaranKonvensional ... 212
F.4 UjiStatistikHipotesisPenelitianPembelajaranMelalui Media Audio Visual Film Rangkai ... 216
F.5 UjiStatistikPerbedaanPeningkatanHasilBelajarKelasKontrol danKelasEksperimen ... 220
LAMPIRAN GSurat-surat ... 223
(10)
1 A. Latar Belakang Masalah
Ilmu pengetahuan berkembang pesat dewasa ini, oleh karena itu menuntut kualitas sumber daya manusia yang mampu menghadapi pada setiap permasalahan zaman, permasalahan tersebut tentunya mengarah pada permasalahan yang bersifat negatif. Misalnya permasalahan tentang peningkatan mutu pendidikan, yang dirasakan sebagai suatu kebutuhan bangsa yang ingin maju. Pendidikan yang bermutu dapat menunjang pembangunan di segala bidang terutama di negara Indonesia, namun masih banyak sumber daya alam yang belum dapat diolah karena keterbatasan sumber daya manusia sebagai tenaga ahlinya.
Saat ini manusiadituntut untuk lebih kreatif dan inovatif agar permasalahan yang sedang dihadapi cepat terselesaikan dengan baik dan tepat. Apalagi jika menyangkut permasalahan zaman, manusia di dunia dituntut untuk lebih bisa menghadapi perubahan yang kapan saja bisa terjadi.
Perubahan yang senantiasa cepat dirasakan yaitu tentu saja tidak lepas dari dunia pendidikan. Dimana dunia pendidikan ini senantiasa merupakan pencetak generasi bangsa.Pendidikan disini harus sanggup melahirkan generasi-generasi yang siap untuk mengalami perubahan dunia khususnya dalam kehidupan.
Kualitas pendidikan di Indonesia sekarang ini masih berada di bawah Brunei Darussalam, yaitu nilai pendidikan di Indonesia menempati posisi ke- 69 dari 127 Negara di Dunia tetapi jika dibandingkan dengan Filipina, Indonesia jauh lebih baik. EFA (Azhar, 2013) menyebutkan EDI (education development index atau indeks pembangunan pendidikan) pada tahun 2008 adalah 0,934 sehingga menempatkan Indonesia di posisi ke-69.
Menurut EFA (Azhar, 2013) Nilai EDI dirangkum pada empat kategori penilaian yaitu, 1) Angka partisipasi pendidikan dasar, 2) Angka melek huruf pada usia 15 tahun ke atas, 3) Angka partisipasi menurut kesetaraan jender, 4) Angka bertahan siswa hingga kelas V sekolah dasar (SD).
(11)
Sehingga penurunan EDI di Indonesia yang cukup tinggi tahun ini terjadi terutama pada kategori penilaian angka bertahan siswa hingga kelas V SD. Kategori ini untuk menunjukkan kualitas pendidikan di jenjang pendidikan dasar yang siklusnya dipatok sedikitnya lima tahun.
Pendidikan dapat diperoleh dengan pendidikan formal dan pendidikan non formal. Pendidikan formal dapat diperoleh melalui pembelajaran di sekolah-sekolah melalui proses belajar mengajar. Menurut Undang-undang SISDIKNAS NO. 20 Tahun 2003 (Sagala, 2005: 3) pendidikan itu adalah:
Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Untuk itu sejalan Undang-undang SISDIKNAS pendidikan merupakan usaha sadar terencana yang bertujuan untuk mewujudkan peserta didik dalam mengembangkan potensinya yang meliputi semua keterampilan yang dimilikinya. Oleh karena itu, pendidikan perlu mendapatkan perhatian yang lebih besar lagi agar negara Indonesia mampu mengejar ketinggalan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologiuntuk mempercepat pembangunan di Indonesia.
Pendidikan yang dimaksud di atas adalah pendidikan pada tingkatan dasar, pada tingkatan ini dituntut untuk lebih menanamkan konsep pembelajaran secara mendasar lebih kuat pada setiap mata pelajaran yang akan diberikan kepada siswa. Oleh sebab itu guru sebagai pendidik seyogyanya dapat memberikan yang terbaik bagi siswa dengan pengarahan pembelajaran yang pada akhirnya dapat membekas dan bermanfaat bagi kehidupannya kelak.
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di jenjang pendidikan dasar 2006, salah satu pelajaran yang harus diajarkan di sekolah dasar adalah IPA. Seperti yang dikemukakan Samatowa (2006: 3) alasan mengapa IPA harus dimasukan dalam salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum yaitu dapat digolongkan menjadi empat golongan yakni:
a) bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, sebab IPA merupakan dasar teknologi, sering disebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan, b) bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata
(12)
pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis, c) bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka, dan d) mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.
Jadi pelajaran IPA tidak hanya merupakan mata pelajaran yang hanya bersifat hafalan saja tetapi juga IPA merupakan ilmu yang dapat dijadikan sebagai tulang punggung pembangunan. Di dalam IPA terdapat pula nilai-nilai pendidikan yang terkandung didalamnya misalnya saja nilai pendidikan yang dapat membangun kepribadian setiap siswa secara keseluruhan.
Pelajaran IPA atau biasa disebut sains merupakan salah satu ilmu yang berpengaruh dalam setiap aspek kehidupan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Bundu (2006: 9) mengemukakan pengertian IPA adalah Kata sains atau ilmu pengetahuan alam berasal dari kata natural science. Natural yang berarti alamiah dan berhubungan dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan, jadi sains secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan tentang alam atau yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam.
Menurut Sujana (2010: 118) IPA merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi secara logis dan sistematis tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah seperti: pengamatan, penyelidikan, penyusunan hipotesis yang diikuti dengan pengujian gagasan.
Selain itu Trianto (2010: 136) menyatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya.
Namun seiring perkembangannya science diterjemahkan sebagai sains yang artinya adalah Ilmu Pengetahuan Alam. Jadi dapat disimpulkan IPA merupakan mata pelajaran yang berhubungan dengan kegiatan manusia tentang gejala alam beserta peristiwa yang terjadi didalamnya jika dilihat dari pengamatan dan penyelidikan yang dilakukan.
Pembelajaran IPA di SD bisa memberikan pengetahuan yang bertujuan untuk memupuk minat dan pengembangan anak terhadap dunia mereka sendiri,
(13)
karena di dalam pembelajaran IPA ini dunia yang berada di sekitar mereka akan memberikan pengaruh yang baik jika lingkungan di sekitar mereka dapat mendukung segala bentuk yang menjadi pengetahuan ke IPAan.
Adapun fungsi dan tujuan khusus IPA berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi menurut Depdiknas (Trianto, 2010: 138) adalah sebgai berikut:
1) Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2) Mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah.
3) Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan teknologi
4) Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
Sedangkan menurut KTSP (2006) mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaannya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahan masalah dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS.
Jadi sudah jelas bahwa pelajaran IPA itu tidak semata-mata merupakan pelajaran yang menitikberatkan pada kemampuan seseorang saja, tetapi lebih diutamakan pada konsep kehidupan sehari-hari, yaitu dengan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam yang pada akhirnya siswa akan tahu tentang cara menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan keindahan alam semesta beserta keteraturan alam ciptaannya.
Berdasarkan fungsi dan tujuan di atas tentu saja dengan pembelajaran IPA diharapkan siswa akan lebih mudah untuk memahami lingkungan sekitar, apalagi
(14)
jika siswa mampu mengaitkannya dengan pembelajaran. Sehingga pembelajaran IPA yang sering dipelajari di sekolah menjadi lebih bermakna karena adanya keterkaitan pembelajaran dengan lingkungan yang ada disekitar.
IPA juga memiliki karakteristik yang berbeda dengan ilmu pengetahuan yang lainnya. Sujana, (2010: 120) mengungkapkan karakteristik yang dimiliki IPA yaitu:
Menuntut seorang guru untuk menguasai pengetahuan, cara kerja, serta keterampilan dalam bidangnya. 1) Seorang guru IPA yang baik, selain harus dapat berkomunikasi dengan siswa, dengan rekan kerja, dan dengan kepala sekolah, juga ia harus dapat berkomunikasi dengan alam. 2) guru juga harus mempunyai kemampuan untuk mendemonstrasikan atau mempraktikan hal-hal yang terjadi di alam. 3) seorang guru IPA perlu memotivasi siswanya agar senang belajar IPA.
Berdasarkan karakteristik pembelajaran IPA di atas seorang guru diharapkan mampu membuat persiapan pembelajaran yang ideal untuk memperoleh hasil belajar yang optimal. Menurut Sujana (2010: 120) guru dituntut untuk mempunyai beberapa kemampuan dalam membuat persiapan pembelajaran, antara lain:
1)Kemampuan menguasai materi pelajaran, 2) kemampuan dalam merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, 3) kemampuan untuk membuat alat evaluasi yang relevan dengan tujuan pembelajaran yangb telah ditetapkan, 4) kemampuan memilih materi pelajaran yang relevan dengan tujuan pembelajaran dan relevan dengan alat evaluasi yang akan digunakan, 5) kemampuan merancang pengalaman belajar, 6) kemampuan dalam menggunakan metode, pendekatan, model, media, serta teori belajar sesuai dengan kemampuan peserta didik.
Sesuai dengan beberapa kemampuan yang telah disebutkan di atas peneliti memilih media dalam penyampaian pembelajaran, tujuannya yaitu untuk mengkongkretisasikan bahan pembelajaran yang belum dipaham dan dimengerti oleh siswa, karena dengan kehadiran media dapat memberikan pengetahuan yang bersifat nyata atau kongkret. Menurut Teori Piaget (Lesmanawati, 2010) dikatakan bahwa usia sekolah dasar itu berada pada tahap operasional konkret yaitu pada usia 7-12 tahun. Tahap ini merupakan permulaan berpikir rasional, maksudnya anak memiliki operasi-operasi logis yakni operasi konkret yang dapat diterapkannya dalam masalah-masalah yang bersifat konkret.
(15)
Dalam hubungannya dengan pembelajaran, teori piaget mengacu pada pelaksanaan pembelajaran yang harus melibatkan siswa. Teori belajar ini, mengharapkan siswa harus dapat memecahkan masalah pembelajaran dalam bentuk pengkongkretisasian dari sebuah media. Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari medium yang berarti perantara atau pengantar.
Gagne (Sadiman. A, 2006: 6) mengungkapkan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sedangkan menurut Briggs ( Sadiman. A. 2006: 6) media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.
Berdasarkan pengertian media yang telah disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa media adalah alat bantu berupa pesan yang digunakan untuk proses komunikasi antara guru sebagai pembawa pesan dengan siswa sebagai penerima pesan.
Untuk mempermudah penyampaian dalam pembelajaran, media yang harus digunakan seyogyanya sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Materi yang dipelajari dalam pembelajaran IPA sangatlah banyak, salah satunya adalah daur air.Dalam materi daur air siswa seyogyanya mengetahui tentang siklus air, dari mana air itu berasal, faktor yang mempengaruhi daur air dan pemanfaatan air yang baik dalam kehidupan sehari-hari dari pengkongkretisasian dari sebuah media yang digunakan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siswa kelas V di gugus 2 kecamatan situraja, siswa kurang paham dengan soal-soal yang diberikan oleh guru, khususnya tentang materi daur air. Pembelajaran yang guru lakukan kebanyakan menggunakan metode ceramah saja, sehingga dalam memecahkan suatu permasalahan soal siswa kurang memahaminya. Hal tersebut terjadi karena guru hanya menjelaskan di depan kelas, sedangkan siswa tidak memperhatikan penjelasan guru. Siswa memilih untuk mengobrol dan bercanda dengan teman sebangkunya, sehingga pada pengerjaan soal latihan yang diberikan guru sebagian besar siswa tidak mampu mengerjakannya.
(16)
Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya oleh guru dalam memecahkan permasalahan soal dengan memberikan suatu penerapan media dalam pembelajaran di kelas, tujuannya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal tentang daur air khususnya, dan umumnya untuk materi lain yang bagus untuk diterapkan dalam penerapan media untuk pembelajaran.
Salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran daur air ini adalah media audio visual film rangkai. Sesuai taksonomi menurut Bretz ( Sadiman, Arief. dkk, 2006: 20) mengidentifikasi ciri utama dari media menjadi tiga unsur pokok, yaitu suara, visual, dan gerak.Media Audio Visual Film Rangkai ini atau disebut juga media pandang dengarini adalah suatu media pembelajaran yang berkaitan dengan indera pendengaran berupa suara dan indera penglihatan berupa narasi film pendek, yang bisa digunakan sebagai media untuk menanamkan pembelajaran pada pelajaran IPA khususnya dalam materi daur air.
Seperti halnya dengan media lain, media audio visual film rangkai ini mempunyai beberapa kelebihan, menurut Sadiman, (2006: 61) kelebihan media audio visual film rangkai ini adalah 1) seperti halnya film bingkai, kecepatan penyajian film rangkai bisa diatur, dapat ditambah narasi dengan kontrol oleh guru, 2) semua kelebihan non projectedstill picture dimiliki oleh film rangkai, 3) film rangkai dapat mempersatukan berbagai media pendidikan yang berbeda dalam satu rangkai, 4) cocok untuk mengajarkan keterampilan, 5) urutan gambar sudah pasti karena film rangkai merupakan satu kesatuan.
Jadi, media audio visual film rangkai ini diharapkan dapat memudahkan siswa dalam memahami pembelajaran khususnya dalam pelajaran IPA mengenai materi daur air yang pada akhirnya media yang peneliti namakan media audio visual film rangkai dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Menyadari bahwa media itu sangat penting dalam meningkatkan mutu keberhasilan proses pembelajaran, guru dituntut untuk menggunakan media pada setiap kegiatan pembelajaran. Terutama pada materi yang dalam penyampaian pembelajarannya memerlukan pengkongkretan dari sebuah media.
Untuk itu, berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas peneliti melakukan suatu penelitian eksperimen yaitu tentang “Pengaruh Penggunaan
(17)
Media Audio Visual Film Rangkai terhadap Hasil Belajar Siswa SD Kelas V Pada Materi Daur Air”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka di bawah ini terdapat rumusan masalah yang akan peneliti jabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
1. Apakah pembelajaran konvensional dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan pada materi daur air?
2. Apakah pembelajaran menggunakan media audio visual film rangkai dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan pada materi daur air? 3. Apakah peningkatan hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran IPA
materi daur air dengan media audio visual film rangkai lebih baik secara signifikan daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional?
4. Bagaimana respon siswa setelah mengikuti pembelajaran IPA dengan menggunakan media audio visual film rangkai pada materi daur air?
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan perumusan masalah yang telah di kemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa secara signifikan pada materi daur air dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
2. Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa secara signifikan pada materi daur air dengan menggunakan media audio visual film rangkai.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran IPA materi daur air yang lebih baik secara signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan media audio visual film rangkaidan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
(18)
4. Untuk mengetahui respon siswa setelah mengikuti pembelajaran IPA dengan menggunakan media audio visual film rangkai.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
Dalam Manfaat Teoritis ini, diharapkan hasil penelitian yang dilaksanakan dapat menjadi salah satu acuan dalam pengembangan media pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam konsep-konsep IPA, khususnya dalam materi daur air.
2. Manfaat Praktis a. Bagi guru
1) Dengan penggunaan media Audio Visual Film Rangkai dapat memberikankonstribusi alternatif dalam penerapan media dalam pembelajaran daur air, sehingga menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna.
2) Menambah wawasan dan pengetahuan baru bahwa dengan penggunaan media Audio Visual Film Rangkai dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materidaur air.
b. Bagi siswa
1) Penggunaan media Audio Visual Film Rangkai dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi daur air.
2) Penggunaan media Audio Visual Film Rangkai dapat meningkatkan motivasi siswa dalam proses pembelajaran baik secara individu maupun kelompok.
3) Penggunaan media Audio Visual Film Rangkai dapat membantu siswa dalam mengkonstruksi pemahaman abstrak siswa menjadi lebih konkret.
(19)
c. Bagi Sekolah
Dengan penerapan media Audio Visual Film Rangkai pada pembelajaran daur air ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di tingkat persekolahan.
E. BatasanPenelitian
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas terdiri dari media audio visual film rangkai sedangkan variabel terikat adalah hasil belajar siswa SD kelas V pada materi daur air
2. Populasi penelitian adalah populasi pada gugus 2 yang ada di Kecamatan Situraja yaitu seluruh siswa kelas V sedangkan yang menjadi sampel yaitu SDN pamulihan dan SDN Sukajadi.
F. Penjelasan Istilah
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka definisi operasional dari judul yang dipilih adalah sebagai berikut :
1. Mediaadalah segala sesuatu yang dapat diindera yang berfungsi sebagai perantara/sarana/alat untuk proses komunikasi (proses belajar mengajar) menurut (Rohani. A,1997: 3).
2. Menurut Sudin,Ali dan Saptani, E. (2009: 22)Media Visualadalahberkemampuan untuk menyampaikan informasi secara visual, tetapi tidak dapat menyajikan motion. Misalnya: halaman cetak, film-strip, gambar.
3. Menurut Sudin, Ali dan Saptani, E. (2009: 22)Media Audio adalah media yang menggunakan suara sernatamata. Misalnya: radio, telepon, audio tape recorder.
4. Media Audio Visual adalah suatu media pembelajaran yang dalam pembelajarannya menggunakan indera pendengaran dan indera penglihatan baik berupa video dan gambar.
(20)
5. Bahri dan Zain (2002: 141) mengemukakan pengertian Media Audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar.
6. Menurut Sadiman, dkk (2006: 67) Film merupakan media yang amat besar kemampuannya dalam membantu proses, belajar mengajar.
7. Sadiman, dkk (2006: 60) mengemukakan pengertian Film Rangkai adalah sebuah media yang didalamnya terdapat suara dan film, suara yang menyertai film tersebut dimaksudkan untuk menjelaskan isi.
(21)
39 A. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan sebab-akibat yakni untuk mengetahui pengaruh pembelajaran dengan menggunakan media audiovisual film rangkai dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi daur air. Penelitianyang digunakan adalah penelitian eksperimen atau Metode Eksperimen murni, karena dalam pengambilan sampel dan populasinya dilakukan secara acak atau random.
Menurut Maulana (2009: 23), syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penelitian eksperimen adalah sebagai berikut ini.
1. Membandingkan dua kelompok atau lebih.
2. Adanya kesetaraan (ekuivalensi) subjek-subjek dalam kelompok-kelompok yang berbeda. Kesetaraan ini biasanya dilakukan secara acak (random). 3. Minimal ada dua kelompok/kondisi yang berbeda pada saat yang sama,
atau satu kelompok tetapi untuk dua saat yang berbeda.
4. Variabel terikatnya diukur secara kuantitatif maupun dikuantitatifkan. 5. Menggunakan statistika inferensial.
6. Adanya kontrol terhadap variabel-variabel luar (extraneous variables). 7. Setidaknya terdapat satu variabel bebas yang dimanipulasikan.
Pada penelitian ini terdapat dua kelas yang akan dibandingkan, kelas tersebut adalah kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pertama-tama dilakukan pemilihan secara acak untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Ini sesuai dengan apa yang telah dikatakan oleh (Sukmadinata: 2012) dalam eksperimen murni ini variabel bebas dan variabel terikat dilakukan terhadap sampel kelompok eksperimen dan sampel kelompok kontrol, subjek dalam kelompok tersebut diambil secara acak.
Pengambilan sampel secara acak dimungkinkan karena subjek-subjek tersebut memiliki karakteristik yang sama. Kesamaan karakteristik subjek tersebut dibuat sama atau disamakan.Persamaan tersebut dilakukan dengan pengujian dan apabila tidak bisa dilakukan pengujian maka kesamaan karakteristik tersebut didasarkan atas asumsi peneliti.Asumsi tersebut diambil berdasarkan argumentasi
(22)
yang kuat, yang diambil dari hasil-hasil penelitian terdahulu, fakta-fakta atau alasan yang logis.
Setelah dilakukan pengambilan secara acak dan menghasilkan kelas eksperimen dan kelas kontrol maka pada kedua kelas tersebut dilakukan pretest tujuannya untuk mengukur kesetaraan atau kesamaan karakteristik yang dimiliki oleh kedua kelas tersebut. Pada kelas eksperimen diberikan pembelajaran IPA dengan penggunaan media pembelajaran yaitu, Media Audio Visual Film Rangkai dan pada kelas kontrol diberikan pembelajaran konvensional seperti pembelajaran biasa tetapi diselingi dengan penggunaan Media Audio Visual Video. Selanjutnya pada akhir tindakan diberikan postest untuk mengetahui perbedaan peningkatan hasil belajar dari kedua kelas tersebut setelah diberikan perlakuan yang berbeda pula.
Dari uraian diatas, maka desain yang digunakan untuk penelitian eksperimen ini adalah berupa desain kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang tidak ekuivalen ( the nonequivalent control group desain ) sebagai berikut:
O X1 O O X2 O Keterangan:
O: Pretest dan Postes
X1: Perlakuan terhadap kelompok eksperimen ( dengan menggunakan media audio visual film rangkai )
X2: Perlakuan terhadap kelompok kontrol ( tanpamenggunakan mediaaudio visual film rangkai)
Dari bentuk desain penelitian di atas terlihat adanya pretest(0) pada kedua kelas tersebut. Pada kelas eksperimen diberikan perlakuan (X1) yaitu dengan menggunakan pembelajaran media audio visual film rangkai, sedangkan pada kelas kontrol tanpa adanya perlakuan (X2) yaitu pembelajaran dilakukan secara konvensional tetapi diselingi dengan menampilkan video. Selanjutnya yang terakhir yaitu pada kedua kelas tersebut diberikan postest(0) tujuaannya untuk mengukur peningkatan hasil belajar pada masing-masing kelas pada materi daur air.
(23)
Desain penelitiannya menitikberatkan pada produksi/desain bahan ajar IPA yang kreatif yaitu dengan penerapan media dalam pembelajaran di dalam kelas.Studi pengembangan media pembelajaran diawali dengan pendahuluan ,pengembangan konsep konseptual yang diikuti dengan tahap implementasi dan kesimpulan. Ketiga tahap tersebut merupakan bagian yang terintegrasi, masing-masing dalam tahapannya memberikan feedback sebagai langkah untuk menyempurnakan suatu pembelajaran, oleh sebab itu evaluasi haruslah dilakukan secara kontinu selama tahap implementasi bahan ajar dengan penerapan media tersebut.Hal tersebut dimaksudkan untuk memperoleh feedback dalam menyempurnakan bahan ajar dalam penerapan media yang bertujuan untuk terbiasanya menggunakan media dalam setiap pembelajaran.
B. Subjek Penelitian 1. Populasi
Menurut Maulana (2009: 25-26), Populasi merupakan: a. keseluruhan subjek atau objek penelitian,
b. wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya,
c. seluruh data yang menjadi perhatian dalam lingkup dan waktu tertentu, d. semua anggota kelompok orang, kejadian, atau objek lain yang telah
dirumuskan secara jelas.
Terdapat 25 SD di kecamatan situraja yang terbagi ke dalam tiga gugus, yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah populasi dari Kecamatan Situraja yang mempunyai kategori sedang dalam hasil rata-rata UN yang dilakukan pada tahun 2011/2012. Penelitian ini didasarkan atas bagaimana hasil pembelajaran yang akan diperoleh dengan pembelajaran IPA ini dengan penggunaan media yang telah dirancang dengan sedemikian rupa. Selain itu penelitian yang dilakukan ini diharapkan menjadi payung untuk sejauh mana penerapan pembelajaran IPA dengan menggunakan media khususnya untuk siswa SD kelas V.Berdasarkan data yang diperoleh dari UPTD Kecamatan Situraja rincian SD yang mendapatkan kategori sedang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
(24)
Tabel3.1
Daftar Sekolah dengan Kriteria Sedang Kecamatan Situraja Tahun Pelajaran 2011/2012
No. Nama Sekolah Kategori 1 SDN Babakanbandung Sedang
2 SDN Malaka Sedang
3 SDN Pasirimpun Sedang 4 SDN Pakemitan Sedang 5 SDN Pamulihan Sedang
6 SDN Sukajadi Sedang
7 SDN Sukatali Sedang
8 SDN Neglasari Sedang
9 SDN Sukasari Sedang
10 SDN Tegalsari Sedang
11 SDN Cikadu Sedang
2. Sampel
Menurut Sukmadinata (2010: 252) pengambilan sampel merupakan suatu proses pemilihan dan penentuan jenis sampel dan perhitungan besarnya sampel yang akan menjadi subjek atau objek penelitian. Untuk mengefisienkan waktu, tenaga dan biayayang digunakan, maka penelitian yang peneliti gunakan yaitu teknik sampling. Oleh sebab itu harus diperhatikan bahwa sampel yang diambil juga harus sampel yang representatif. Sejalan dengan Maulana (2009: 28), menyebutkan “Ukuran sampel menjadi pemikiran penting dalam menentukan sampling, yakni apakah sampel yang diambil sudah memenuhi kaidah representatif atau belum”.
Dalam melakukan tekhnik sampling ini harus diperlukan kejelian, mengingat yang dilakukan adalah untuk mencari kebenaran dengan metode ilmiah yang keabsahannya sudah pasti dipertanyakan.Maulana (2009: 28) menekankan bahwa pengambilan sampel pada penelitian akan sampai kepada suatu titik yang optimal. Artinya setiap sampel yang diambil harus bisa mewakili subjek lain yang tidak terambil, lebih jauhnya hasil penelitian teruji keabsahan generalisasinya.
Menurut Sudjana (2011: 161), bahwa besarnya ukuran sampel tergantung pada karakteristik dan besarnya populasi, tujuan penelitian, alat/instrumen yang digunakan, serta faktor teknis lainnya seperti biaya, waktu, ketelitian, dan lain-lain.
(25)
Gay (Maulana,2009: 28) menentukan ukuran sampel untuk penelitian eksperimen yakni minimum 30 subjek per kelompok. Menurut Gay serta McMillan dan Schumacher (Maulana, 2009: 28) eksperimen terkontrol ketat yaitu minimum 15 orang atau subjek. Sesuai dengan pendapat di atas peneliti mengambil sampel dalam penelitian eksperimen ini yaitu 30 subjek. Peneliti mengambil sampel pada tengah-tengah yaitu 30 subjek, karena yang terpenting dalam tujuannya distribusi populasi mendekati normal meskipun hal ini bukan merupakan suatu ketentuan yang mutlak.
Dalam penelitian ini, tekhnik sampel yang diambil yaitutekhnik sampling random. Dalam pengambilannya peneliti mencampurkan subjek-subjek yang ada pada populasi sehingga subjek dianggap sama. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak dua SD yang berkategorikan sedang, yaitu SD yang dijadikan kelompok eksperimen dan SD yang dijadikan kelompok kontrol. Sehingga terpilih SD Sukajadi sebagai kelompok eksperimen dan SD Pamulihan sebagai kelompok kontrol.
C. Prosedur Penelitian
Secara umumlangkah-langkah penelitian yang dilakukan terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap pendahuluan, tahap pengembangan dan tahap implementasi pembelajaran.
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ini, kegiatan yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu persiapan penelitian yang terdiri dari pembuatan judul penelitian, dilanjutkan dengan pembuatan instrumen yang telah direvisi oleh dosen pembimbing kemudianditeskan langsung diuji validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan indeks kesukarannya. Tidak hanya sampai disana, instrumen yang telah divalidasi kemudian dilakukan validasi kembali oleh ahli (dosen pembimbing) guna memperjelas bahwa instrumen sudah siap diteskan di kelas eksprerimen dan kelas kontrol.
(26)
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaanini Kegiatan yang dilakukan yaitu menentukan populasi terlebih dahulu yang disusul dengan memilih sampel secara acak dengan karakteristik yang sama. Sampel terdiri dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.Untuk kelas eksperimen yaitu siswa kelas V SDN Sukajadi dan untuk kelas kontrol yaitu kelas V SDN Pamulihan.Setelah pemilihan sampel selesai, dilanjutkan dengan pretes padakelas eksperimen dan kelas kontrolyang bertujuan untuk melihat kemampuan awal siswa.Selanjutnya dilaksanakan pembelajaran di masing-masing sekolah yang telah di tetapkan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol.Untuk kelas eksperimen dilakukan pembelajaran dengan menggunakan media audio visual film rangkai,sedangkan pada kelas kontrol dilakukan pembelajaran konvensional dengan menggunakan media video.Kegiatan selanjutnya dilakukan postes pada masing-masing kelas dan terakhir melakukan uji coba hipotesis.
3. Tahap Analisis dan Kesimpulan
Pada tahap ini dilakukan analisis data dan membuat kesimpulan. Analisis data yang dilakukan yaitu dengan melakukan uji normalitas, uji homogenitas, uji beda rata-rata, dan kemudian membuat tafsiran dan penarikan kesimpulan.
(27)
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian D. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Pembelajaran
Instrumen pembelajaran ini merupakan instrumen yang akandipakai selama pembelajaran berlangsung.Instrumen pembelajaran dalam penelitian ini
Penarikan kesimpulan Menyusun
instrumen
Validasi Uji coba
Validasi fix
Memilih sampel Revisi
pretes
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Pembelajaran dengan media audio visual film
rangkai
postes
Pembelajaran konvensional
Uji Hipotesis
Uji Normalitas
Uji duua rata-rata Uji Homogenitas
(28)
terdiri atas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS).
a) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Menurut Latifah, Leli (2011 : 30), RPP merupakan pedoman metode dan langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam setiap kali pertemuan di kelas. Jadi RPP merupakan langkah-langkah pembelajaran yang didalamnya terdapat program penyusun dalam menentukan keberhasilan kegiatan pembelajaran yang sudah terumuskan dengan jelas guna memperoleh tujuan yang optimal.Peneliti melaksanakan pembelajaran di dua SD, SD eksperimen dan SD kontrol.Penyusunan RPP untuk SD eksperimen disesuaikan dengan menggunakan media audio visual, sementara untuk SD kontrol disesuaikan dengan pembelajaran konvensional.Untuk setiap kelas, peneliti menyusun masing-masing satu RPP.
b) Lembar Kerja Siswa
LKS diberikan kepada SD eksperimen dan SD kontrol sebagai tugas individu.LKS dibuat berdasarkan indikator pemahaman IPA siswa yang berisi soal-soal yang harus diselesaikan oleh siswa.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari instrumen tes dan non tes.Dimana instrumen tes adalah tes tentang kemampuan dalam permasalahan IPA. Sedangkan instrumen non tes adalah tes yang terdiri dari: Angket, pedoman wawancara, dan pedoman observasi. Penjelasan tentang instrumen yang digunakan diantaranya:
a) Instrumen Tes
1) Tes (tes kemampuan memecahkan masalah IPA) dari pretesdan postest Dalam penelitian ini bentuk soal yang digunakan yaitu isian singkat, pilihan ganda dan uraian, pemilihan soal dalam bentuk isian singkat diberikan untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat menghapal apa yang telah diberikan guru, pemilihan pilihan ganda diberikan untuk dapat menganalisis dengan materi
(29)
yang diberikan kepada siswa, sedangkan uraian diberikan agar siswa lebih mengetahui sejauh dapat memahami pertanyaan dari soal IPA tersebut secara lebih mendalam.Pretest atau tes awal ini diberikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk kamampuan siswa pada tahap awal masing-masing kelompok dan diberikan sebelum pembelajaran dilakukan.
Sedangkan untuk postes atau tes akhir ini digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Untuk mengukur ketepatan ( validitas ) dan keajegan ( realibilitas) instrumen tes tersebut.
2) Validitas Instrumen
Menurut(Suherman, 1990) untuk menentukantingkat (kriteria) validitas intrumen ini, digunakan koefisien korelasi. Keofisien korelasi ini dihitung dengan
menggunakan rumus Product Moment dari pearson dengan formula sebagai
berikut:
� = − ( )
[ − ( ) [ – ( ) ]
Keterangan:
rxy= Koefisien korelasi antara X dan Y
N = Banyaknya peserta tes X = Nilai hasil uji coba Y = Nilai rata-rata harian
Selanjutnya koefisien korelasi yang telah diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi koefisien korelasi (koefisien validitas) menurut Guilford ( Suherman,1990: 151).
(30)
Tabel 3.2
Klasifikasi Koefisien Validitas
Koefisien korelasi Interpretasi
0,80 <rxy≤ 1,00 Validitas sangat
tinggi 0,60 <rxy ≤ 0,80 Validitas tinggi
0,40 <rxy ≤ 0,60 Validitas sedang
0,20 <rxy ≤ 0,40 Validitas rendah
rxy≤ 0,20 Tidak Valid
Hasil dari uji coba yang dilakukan secara keseluruhan, soal yang
digunakan dalam penelitian ini koefisien korelasinya hanya mencapai 0,56 yang berarti validitas instrumen tes hasil belajarpada penelitian ini dikatakan sedang berdasarkan Tabel 2.1. (perhitungan validitas hasil ujicoba instrumen terlampir). Sementara itu, validitas instrumen tes hasil belajar dan pemahaman induktif padamasing-masing soal dapat dilihat dalam Tabel 2.2 berikut ini.
Tabel 3.3
Validitas Tiap Butir Soal Tes Hasil Belajar Soal Koefisien Korelasi Interpretasi
1 0,48 Sedang
2 0,67 Tinggi
3 0,52 Sedang
4 0,33 Rendah
5 0,38 Rendah
6 0,49 Sedang
7 0,31 Rendah
8 0,42 Sedang
9 0,67 Tinggi
10 0,78 Tinggi
(31)
Realibilitas instrumen berkaitan dengan ketepatan alat evaluasi dalam mengukur sesuatu dari siswa(Ruseffendi,2003: 142). Untuk mengukur reliabilitas instrumen tersebut dapat digunakan nilai koefisien reliabilitas yang dihitung dengan menggunakan formula Alpha berikut:
r11 = �−� − ��� �
Keterangan:
n = Banyaknya butir soal
��2 = Varians skor setiap butir soal ��2 = Varians skor total
Koefisien reliabilitas yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan formula di atas selanjutnya diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi koefisien reliabilitas menurut Guilford ( Suherman, 1990: 177)
Tabel.3.4
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
Koefisien korelasi Interpretasi
0,80 <r11 ≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi
0,60 <r11 ≤0,80 Reliabilitas tinggi
0,4 <r11 ≤ 0,60 Reliabilitas sedang
0,20 <r11≤ 0,40 Reliabilitas rendah
r11≤ 0,20 Reliabilitas sangat
rendah
Berdasarkan tabel koefisien realibilitas di atas, hasil dari uji coba intrumen penelitian yang dilakukan menghasilkan pencapaian realibilitas tinggi dengan nilai perolehan kooefisien korelasi realibilitas mencapai 0,61 (perhitungan realibilitas hasil uji coba terlampir).
4) Tingkat Kesukaran
Untuk mengetahui tingkat kesukaran setiap butir soal, digunakan formula sebagai berikut.
IK =
� �
(32)
IK = Tingkat kesukaran
� = Rata-rata skor setiap butir soal SMI = Skor maksimum ideal
Indeks kesukaran yang diperoleh hasil perhitungan dengan menggunakan formula di atas, selanjutnya diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria berikut (Suherman, 1990: 213):
Tabel 3.5
Klasifikasi Indeks Kesukaran
Koefisien korelsi Interpretasi
IK = 0,00 Terlalu sukar
0,00 <IK ≤ 0.30 Sukar
0,30 <IK ≤ 0,70 Sedang
0,70 <IK< 1,00 Mudah
IK = 1,00 Terlalu mudah
Berikut ini merupakan data tingkat kesukaran hasil uji coba instrumen tes hasil belajar dan pemahaman induktif yang dilakukan.
Tabel 3.6
Analisis Tingkat Kesukaran
Soal Nilai Tingkat Kesukaran Interpretasi
1 0,64 Sedang
2 0,85 Mudah
3 0,44 Sedang
4 0,89 Mudah
5 0,69 Sedang
6 0,89 Mudah
7 0,74 Mudah
8 0,11 Sukar
9 0,49 Sedang
10 0,43 Sedang
5) Daya Pembeda
Untuk mengetahui daya pembeda setiap butir soal, digunakan formula sebagai berikut.
(33)
DP = − � �
Keterangan:
DP = Daya pembeda
� = Rata-rata skor kelompok atas
� = Rata-rata kelompok bawah
SMI= Skor maksimum ideal
Selanjutnya daya pembeda yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi daya pembeda sebagai berikut ( Suherman, 1990: 202)
Tabel 3.7
Klasifikasi Daya Pembeda Koefisien korelasi Interpretasi
DP ≤ 0,00 Sangat jelek
0,00 <DP ≤ 0,20 Jelek
0,20 <DP ≤ 0,40 Cukup
0,40 <DP ≤ 0,70 Baik
0,70 <DP ≤ 1,00 Sangat baik
Berikut ini merupakan data daya pembeda hasil uji coba instrumen tes hasil belajar dan pemahaman induktif yang dilakukan.
Tabel 3.8
Daya Pembeda Butir Soal
Soal Daya Pembeda Interpretasi
1 0,37 Cukup
2 0,41 Baik
3 0,26 Cukup
4 0,22 Cukup
5 0,44 Baik
6 0,44 Baik
7 0,22 Cukup
8 0,33 Cukup
9 0,48 Baik
(34)
Tabel 3.9
Rekapitulasi Analisis Butir Soal No
Soal
Validitas Daya Pembeda Tingkat kesukaran
Keterangan Koefisien Interpretasi Nilai DP Interpretasi Nilai
IK Interpretasi
1 0,48 Sedang 0,37 Cukup 0,64 Sedang Digunakan
2 0,67 Tinggi 0,41 Baik 0,85 Mudah Digunakan
3 0,52 Sedang 0,26 Cukup 0,44 Sedang Digunakan
4 0,33 Rendah 0,22 Cukup 0,89 Mudah Digunakan
5 0,38 Rendah 0,44 Baik 0,69 Sedang Digunakan
6 0,49 Sedang 0,44 Baik 0,89 Mudah Digunakan
7 0,31 Rendah 0,22 Cukup 0,74 Mudah Digunakan
8 0,42 Sedang 0,33 Cukup 0,11 Sukar Digunakan
9 0,67 Tinggi 0,48 Baik 0,49 Sedang Digunakan
10 0,78 Tinggi 0,42 Baik 0,43 Sedang Digunakan
b) Instrumen Non Tes
Instrumen non tes ini digunakan untuk memperoleh data kualitatif. Data kualitatif diolah atau dianalisis dengan cara membandingkan antara data yang diperoleh dengan teori yang ada. Berikut penjelasan mengenai pengolahan datanya.
1) Pedoman Observasi
Sukmadinata (2012: 220) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.
Observasi dilaksanakan untuk mengamati kinerja guru dan aktivitas siswa kelas V SDN sebagai eksperimen dan SDN sebagai kontrol dalam pembelajaran IPA mengenai daur air. Dengan adanya observasi, maka akan dapat diketahui pencapaian kinerja guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran berdasarkan kriteria keberhasilan yang telah ditentukan. Observasi yang dilakukan adalah observasi terstruktur yaitu dengan menggunakan indikator-indikator pada format observasi yang telah disepakati.
(35)
2) Wawancara
Sukmadinata (2012 : 216) mengemukakan bahwa wawancara merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam pnelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Wawancara ini dilakukan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual.
Wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang belum didapatkan dari instrumen lainnya. Sebelum dilakukan wawancara, terlebih dahulu peneliti membuat kisi-kisi wawancara dengan tujuan agar wawancara berlangsung secara terarah. Oleh karena itu, metode wawancara yang dilakukan adalah wawancara yang terstruktur dimana sebelum melakukan wawancara sudah dipersiapkan terlebih dahulu pedoman wawancaranya.Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan kepada guru dan siswa.Oleh karena itu, dibuat dua pedoman wawancara, yaitu pedoman wawancara untuk guru dan untuk siswa.
3) Angket
Menurut Ruseffendi, (Maulana 2009 : 35)Angket adalah sekumpulan pernyataan atau pertanyaan yang harus dilengkapi oleh responden dengan memilih jawaban atau menjawab pertanyaan melalui jawaban yang sudah disediakan atau melengkapi kalimat dengan mengisinya.
Angket ini digunakan untuk mengetahui respon siswa kelompok eksperimen dan siswa kelompok kontrol terhadap pembelajaran dengan menggunakan media audio visual.Angket ini terdiri dari 2 buah pertanyaan meliputi sikap siswa terhadap pembelajaran IPA dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan media audio visual film rangkai.
4) Pedoman Kelompok Unggul dan Kelompok Asor
Kelompok unggul dan kelompok asor tersebut dilihat dari hasil tes pemahaman yang telah dikerjakan masing-masing siswa dan bisa pula dari nilai rapot dari masing-masing siswa tersebut.
(36)
E. Tekhnik Pengumpulan Data
Cara dalam pengumpulan datayang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data penelitian ini yaitu dengan menggunakan soal tes, pedoman observasi, wawancara, dan angket.Soal yang digunakan yaitu soal pretes dan postes. Soal pretes sama dengan soal postes, hal ini digunakan untuk mengetahui kemampuan pemahaman siswa sebelum ada perlakuan dan sesudah perlakuan dengan penggunaan media “audio visual film rangkai ” melalui pembelajaran biasa atau konvensional.
F. Tekhnik Analisis Data
1. Tekhnik Analisis Data tes
Data yang diperoleh dari hasil penelitian terbagi menjadi dua, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil pretes dan postes sedangkan data kualitatif diperoleh dari hasil observasi, angket,dan wawancara.
Adapun Langkah-langkah untuk memperoleh data sebagai berikut. a) Uji Normalitas Data
Uji Normalitas ini dilakukan menganalisis hasil pretest untuk mengetahui rata-rata nilai dari masing-masingkelompok sampel yaitu kelompok eksperimen dan kelompok control, dengan menggunakan Chi Kuadrat (�2) dibawah ini menurut Sudjana (2005: ), adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1) Menentukan rentang skor (r), dengan mencari selisih antara skor terbesar dengan skor terkecil, dapat dihitung dengan persamaan dasarnya ditunjukan pada rumus :
2) r = skor tertinggi – skor terendah Menentukan banyaknya kelas interval, dapat dihitung dengan persamaan dasarnya ditunjukan pada rumus:
k = 1 + 3,3 log n Keterangan :
K = Banyaknya kelas interval 1 = Bilangan tetap
(37)
log = Logaritma
N = Jumlah siswa ujicoba
3) Menentukan panjang kelas interval, dapat dihitung dengan persamaan dasarnya ditunjukan pada rumus :
P = r
k
KeteranganP = Panjang kelas r = Rentang skor k = Banyaknya kelas
4) Memasukan data skor ke dalam tabel distribusi frekuensi, seperti pada contoh di Tabel 6 dibawah ini.
Tabel.3.10 Distribusi frekuensi
Kelas fi xi Xi2 fi . xi fi . xi2
Keterangan :
fi = Frekuensi
xi = Tanda kelas
5) Menghitung rata-rata skor, dengan persamaan dasarnya ditunjukan pada formula sebagai berikut.
Keterangan :
X = Rata-rata nilai yang diperoleh
∑f = Total frekuensi
X
i=
Skor yang diperoleh siswa ujicoba6) Menghitung simpangan baku, dengan persamaan dasarnya ditunjukan pada formula sebagai berikut.
Keterangan :
n = Jumlah siswa ujicoba
(38)
∑fi = Total frekuensi
Xi = Skor yang diperoleh siswa ujicoba
1 = Bilangan tetap
7) Membuat daftar distribusi frekuensi observasi dan frekuensi yang diharapkan seperti pada contoh Tabel
Tabel 3.11
Distribusi Frekuensi Observasi dan Frekuensi Ekspektasi Kelas Frekuensi
Observasi (Oi)
Batas
Kelas (bk) Z =bk-x S Luas daerah ( L) Frekuensi Ekspektasi (Ei) Jumlah Keterangan :
Oi = Frekuensi yang diobservasi Bk = Batas kelas
Z = Skor baku L = Luas daerah z Ei = Frekuensi ekspektasi
8) Menghitung �2, dapat dihitung dengan persamaan dasarnya ditunjukkan pada formula sebagai berikut.
Keterangan :
X
2 = Chi kuadratOi = Frekuensi yang diobservasi Ei = Frekuensi ekspektasi
9) Menentukan derajat kebebasan (dk), dapat dihitung dengan persamaan dasarnya ditunjukan pada formula sebagai berikut.
dk= k – 3 Keterangan :
k = Banyaknya kelas interval 3 = Bilangan tetap
10)Menentukan nilai x2tabel dari daftar tabel chi-kuadrat dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Membandingkan harga x2hitung dengan x2tabel
11)Untuk menentukan kriteria uji normalitas x2 ketentuan, sebagai berikut. (a) Jika x2 hitung< x2 tabel, maka data tersebut berdistribusi normal. (b) Jika x2hitung > x2tabel, maka data tersebut tidak berdistribusi normal.
(39)
12)Untuk menentukan kriteria uji normalitas (x2) menggunakan ketentuan sebagai berikut :
(a) Jika x2 hitung < x2tabel, maka data tersebut berdistribusi normal (b) Jika x2 hitung > x2tabel, maka data tersebut tidak berdistribusi normal b) Uji Homogenitas Variansi
Uji Homogenitas ini dilakukan dengan tujuan melihat kehomogenitas atau kesamaan dari beberapa bagian sampel atau seragam atau tidaknya variansi sampel-sampel yaitu apakah mereka berasal dari populasi yang sama.Kemudian diuji menggunakan uji statistik dilihat dari distribusi homogenitas (kesamaan variansi) masing-masing kelompok sampel. Dalam pengujian Homogenitas ini teredapat langkah-langkah yang harus dilakukan sebagai berikut.
Pertama-tama dilakukan Perumusan Hipotesis: H0: σk2 = σk2
H1: σе2 ≠σе2
dengan,
H0= Hipotesis nol
H1 = Hipotesis kerja
σе2= Varians kelas eksperimen
σk2= Varians kelas control
Menentukan tingkat keberartian dengan mengambil α sebesar 0,05Menentukan kriteria pengujian dengan aturan jika Fhitung<F tablemenerima H0 apabila nilai signifinaksi yang diperoleh lebih dari atau sama dengan 0,05 dan menolak H0apabila nilai signifikansi yang diperoleh kurang dari 0,05.
Tetapi, jika ternyata kedua variansi homogen, maka dilanjutkan untuk uji perbedaan rata-rata (uji-t)
c) Uji Perbedaan Dua Rata-Rata (Uji-t)
Uji dua rerata ini dilakukan untuk data tes awal (pretes) dan tes akhir ( postes) yang diperoleh.Uji dua rerata ini untuk menguji hipotesis menggunakan rumus uji-t setelah mengetahui bahwa data berdistribusi normal dan homogen.Untuk distribusi data normal tetapi tidak homogen digunakan uji hipotesis dengan uji-t`.
Sementara untuk data yang tidak berdistribusi normal, uji dua rerata dilakukan dengan uji non-parametrik Mann-Whitney.(Maulana, 2009: 93).Untuk mengetahui perbedaan rata-rata, maka pasangan hipotesis yang akan dibuktikan yaitu dengan uji-t dengan rumus sebagai berikut.
(40)
Keterangan :
x1 = Rata-rata kelompok eksperimen
x2 = Rata-rata kelompok kontrol
n1 = Jumlah siswa ujicoba di kelas eksperimen
n2 = Jumlah siswa ujicoba di kelas kontrol
s12 = Variansi kelas eksperimen
s12 = Variansi kelas kontrol
1 = Bilangan tetap
setelah uji normalitas dan uji homogenitas telah terpenuhi, maka langkah selanjutnya dilakukan uji perbedaan dua arah atau uji-t. Menurut Maulana (2009: 15), untuk menguji H0 dan H1 gunakan uji dua arahdengan kriteria uji:
Terima H0= –untuk –
Pasangan H0 dan tandingannya yang akan diuji adalah :
H0: tidak terdapat perbedaan rata-rata pemahaman IPA siswa kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol
H1: terdapat perbedaan rata-rata pemahaman IPA siswa kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol
2. Teknik Analisis Data Non Tes a) Angket
Angket didalam penelitiannyamenggunakan skala Likert.Hal ini dikarenakan peneliti menghendaki jawaban yang benar-benar mewakili sikap dan respon siswa terhadap pernyataan yang diberikan, sehingga peneliti memberikan empat alternatif pilihan jawaban.
Angket ini terbagi ke dalam dua pertanyaan,pertanyaan positif apabila skor pernyataan kelas lebih dari 3 dari jumlah siswa yang setuju dan pernyataan negative apabila skor pertanyaan kelas kurang dari 3 dari jumlah siswa yang tidak setuju.Setiap pernyataan diberikan empat pilihan jawaban, SS (Sangat Setuju), S
(41)
(Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju).Untuk tiap pernyataan, pilihan jawaban diberi skor, dibawah ini terdapat pernyataan yang dimuat didalam angket sebagai berikut, seperti tertera pada Tabel 9.
Tabel 3.12
Kriteria Pemberian Skor Pernyataan Angket Pernyataan Skor tiap pilihan
SS S TS STS 1. Positif
2. Negative
Kriteria penilaian dari sikap yang diperoleh dari angket ini adalah jika skor pernyataan kelas lebih dari 3 maka siswa memberikan sikap positif, sebaliknya jika skor pernyataan kelas kurang dari 3 maka siswa memberikan sikap yang negative, (Suherman, 1990:237).
Dari contoh angket yang Suherman kemukakan, maka peneliti membuat angket sebagai berikut.
b) Pedoman Observasi
Penilaian data hasil observasi aktivitas siswa dilakukan dengan cara menyimpulkan hasil pengamatan peneliti selama proses pembelajaran berlangsung. Kemudian penilaian data hasil observasi kinerja guru juga sama dilakukan dengan cara menyimpulkan hasil data dari pengamatan peneliti selama proses pembelajaran.
c) Pedoman Wawancara
Penilaian data hasil wawancara dilakukan dengan cara menyimpulkan hasil wawancara observer atau peneliti dengan subyek yang diwawancara yaitu siswa dengan guru setelah proses pembelajaran berlangsung.
(42)
97
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulandaripenelitian yang telahdilakukanadalahsebagaiberikutini. 1. Pembelajarankonvensionaldapatmeningkatkanhasilbelajarsiswasecarasignifika
npadamateridaur air. Nilaipreteskelaskontroltidakberdistribusi normal makauntukmenghitungperbedaan rata-rata menggunakanuji Mann Whitney. Hasil perhitungan perbedaan rata-rata data pretes dan postes kelas kontrol dengan menggunakan Mann Whitney dengan taraf signifikansi two tailed didapatkan nilai P-value (Sig.1-tailed) = 0,000. Kondisi demikian menunjukkan bahwa H0ditolakatau terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan di kelas kontrol. Hal ini didasarkan pada nilai P-value (Sig.1-tailed) yang nilainya kurang dari ∝ = 0,05. Dengan demikian, terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan di kelas kontrol.
2. Pembelajaranmelalui media audio visual film rangkai dapat meningkatkan hasilbelajar yang signifikandalammateridaur air. Karenapretesdanposteskelaseksperimentidakberdistribusi normal makaujiperbedaan rata-rata menggunakanujiMann Whitney. hasil perhitungan perbedaan rata-rata data pretes dan postes kelas eksperimen dengan menggunakan Mann Whitney dengan taraf signifikansi one tailed didapatkan nilai P-value (Sig.1-tailed) = 0,001. Kondisi demikian menunjukkan bahwa H0ditolakatau terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan di kelas eksperimen. Hal ini didasarkan pada nilai P-value (Sig.1-tailed) yang nilainya kurang dari ∝ = 0,05. Dengan demikian, terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan di kelas eksperimen.
3. Pembelajaran konvensional maupun pembelajaran melalui media audio visual film rangkai sama baiknya secara signifikan. Hal tersebutberdasarkanhasilperhitunganstatistikujiperbedaan rata-rata independent sample t testkarenanilai gain kontroldaneksperimenberdistribusi normal. HasilperhitunganIndependent Sample t Test dengan taraf signifikansi
(43)
two tailed didapatkan nilai P-value (Sig.1-tailed) = 0,033. Kondisi demikian menunjukkan bahwa H0ditolakatauterdapatperbedaan peningkatan hasil belajar yang signifikan antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Kelaskontrol yang berjumlah 30 orang memiliki rata-rata 56.82sedangkankelaseksperimen yang berjumlah 30 orang memiliki rata-rata 68.18. Selisihnilaikelasposteskelaskontroldengankelaseksperimenyaitu 11,36
dengan rata-rata kelaseksperimenlebihbesar.
Dengandemikiandapatterlihatbahwakelaseksperimenlebihbaiksecarasignifikan daripadakelaskontrol. Jadi, pembelajaranmelalui media audio visual film rangkailebihbaiksecarasignifikandaripadakelasdenganpembelajarankonvensio nal.
4. Dari hasil angket, diperoleh rata-rata skor sikap siswa secara keseluruhan terhadap pembelajaran IPA dengan menggunakan media audio visual film rangkai sebesar 4,62.Karena rata-rata kelas 4,62 maka siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran menggunakan media audio visual film rangkai.Jadi, Siswamenyukaipembelajaranmenggunakan media audio visual film rangkai.
Maka, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media audio visual film rangkai memiliki pengaruh dalam meningkatkan hasil belajar siswa SD kelas V secara signifikan pada materi daur air.
B. Saran
Berdasarkanhasiltemuandanpembahasanpadabagianterdahulu, saran yang dapatdiberikanuntukbeberapapihak di antaranyaadalahsebagaiberikut.
1. Bagi Guru IPA
Pembelajaran konvensioanl merupakan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa, bukan pembelajaran yang buruk. Pembelajarankonvensionalakansangatbaikapabilamaksimaldalampenerapannya, guru
mengajardengansungguhatausecaramaksimalsehinggasiswaterangsanguntukbelaja raktif. Selainitucobalahuntukmengembangkanpembelajarandengan media yang atraktifsehinggamerangsangminatsiswa.
(44)
2. Bagi Pihak Sekolah
Pembelajaran yang baikbukankarena model ataupun media yang baik, pembelajaran yang baikadalahgabungandari model atau media yang baikdengan guru yang maksimaldalammengajar.Maksimalkanapa yang
sekolahpunyadengankemampuansepenuhhatidari guru
sehinggadapatmeningkatkankualitaspembelajaransiswa. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Pembelajarandengan media audio visual film rangkaidapatmeningkatkanhasilbelajarsiswasecarasignifikan.Untukpenelitiselanjut nya yang tertarikdengan media yang samamakaalangkahlebihbaiknya agar media tersebutinteraktifataumemungkinkanbisaberinteraksidengansiswa.
(45)
100
DAFTAR PUSTAKA
Azhar, dalamhttp://azharmind.blogspot.com/2012/02/kualitas-pendidikan-indonesia-ranking.htmldiunggahpada 17 maret 2013
Bundu, P. (2006). PenilaianKeterampilan Proses danSikapIlmiahdalamPembelajaranSains di SekolahDasar. Jakarta: Depdiknas
D., Bahri, SyaifuldanZain, Aswan. (2002). StrategiBelajarMengajar. Jakarta: RinekaCipta
Fauzia, A. (2010). Penerapan Media Audio Visual (MAV) Bermedia Video
Casette Recorder (VCR)
UntukMeningkatkanKemampuanMenanggapidanMemberikan Saran PemecahanTerhadapSuatuPersoalanatauPeristiwaPadaSiswaKelas 5 Semester I SDN Gudang Kopi II.Sumedang: TidakDiterbitkan.
Gibasa Learning Society.(2012). MembuatAnakGemardanPintar IPA. Jakarta: Visimedia
Ismail, Andang (2006). Education Games MenjadiCerdasdan Ceria denganPermainanEdukatif. Yogyakarta: Pilar Media.
Kholisoh, S. (2010).Penggunaan Media Audio Visual dalamMeningkatkanKemampuanSimak – KerjakanPadaSiswakelas III SDN I GerbangIlir.Sumedang: TidakDiterbitkan.
Kurniasih, E. (2011). Penggunaan Media
Bat-rasUntukMeningkatkaPemahamanSiswaMengenaiMateriOperasiPembagi anBilanganPecahanPadaSiswaKelas V SDN Pamulihan. Sumedang: TidakDiterbitkan.
Lesmanawati. (2010). Penggunaan Media Visual Puzzle Torso SteropoamMelalui Model Cooperative Learning Tekhnik Make A Match UntukMeningkatkanHasilBelajarSiswaPadaKonsepRangkaManusia. Sumedang: TidakDiterbitkan
Maulana.(2008). PendidikanMatematika 1.Diktat Perkuliahan. Bandung.
Maulana (2009).MemahamiHakikat, Variabel,
danInstrumenPenelitianPendidikandenganBenar:
PanduanSederhanabagiMahasiswadan Guru CalonPeneliti. Bandung: Learn2Live n Live2Learn.
(46)
Pitajeng (2006).PembelajaranMatematika yang Menyenangkan. Jakarta: DepartemenPendidikanNasionalDirektoratJendralPendidikanTinggiDirekt oratKetenagaan.
Purwanto.(2007). PsikologiPendidikan. Bandung: PT RemajaRosdakarya.
Rohani, A. (1997). Media IntruksionalEdukatif. Jakarta: PT RinekaCipta.
Ruseffendi, dkk.(1992). PendidikanMatematika 3. Jakarta: DepdikbudProyekPembinaanTenagaKependidikanPendidikanTinggi.
Sadiman, Airef, dkk. (2006). Media Pendidikan. Jakarta: Raja GrafindoPersada.
Sagala, S. (2005).KonsepdanMaknaPembelajaran. Bandung: CV Alfabeta
Samatowa.(2006). BagaimanaMembelajarkan IPA di SekolahDasar. Jakarta: DepdiknasDirektoratJenderalPendidikanTinggiDirektoratKetenagaan.
Sudin, A danSaptani. (2009). Media Pembelajaran.Sumedang: Prodi PGSD Penjas.
Sudjana (2005).MetodaStatistika.Bandung :Tarsito
Sudono, Anggani
(2000).SumberBelajardanAlatPermainanuntukPendidikanUsiaDini. Jakarta: PT Grasindo.
Suharyati, T. (2010).Penggunaan Media Audio Visual dengan Model
KooperatifTipe Rotation Trio Exchange
sebagaiUpayaUntukmeningkatkanKemampuanMenulisSuratPribadi.Sume dang: TidakDiterbitkan.
Suherman, danSukjaya.(1990).
PetunjukPraktisUntukMelaksanakanEvaluasiPendidikanMatematika.Band ung :Wijayakusumah.
Sujana, A. dkk.(2010). Ragam Model Pembelajaran Di SekolahDasar.Sumedang: UPI KampusSumedang.
Sukmadinata, Nana Syaodih (2012).MetodePenelitianPendidikan.Bandung : PT RemajaRosdakarya.
Sumantri, M. danPermana, J. (1999).StrategiBelajarMengajar. DepdikbudDirjenPendidikanProyekPendidikan Guru SekolahDasar.
(47)
Dokumen
(1)
97 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulandaripenelitian yang telahdilakukanadalahsebagaiberikutini. 1. Pembelajarankonvensionaldapatmeningkatkanhasilbelajarsiswasecarasignifika
npadamateridaur air. Nilaipreteskelaskontroltidakberdistribusi normal makauntukmenghitungperbedaan rata-rata menggunakanuji Mann Whitney. Hasil perhitungan perbedaan rata-rata data pretes dan postes kelas kontrol dengan menggunakan Mann Whitney dengan taraf signifikansi two tailed didapatkan nilai P-value (Sig.1-tailed) = 0,000. Kondisi demikian menunjukkan bahwa H0ditolakatau terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan di kelas kontrol. Hal ini didasarkan pada nilai P-value (Sig.1-tailed) yang nilainya kurang dari ∝ = 0,05. Dengan demikian, terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan di kelas kontrol.
2. Pembelajaranmelalui media audio visual film rangkai dapat meningkatkan hasilbelajar yang signifikandalammateridaur air. Karenapretesdanposteskelaseksperimentidakberdistribusi normal makaujiperbedaan rata-rata menggunakanujiMann Whitney. hasil perhitungan perbedaan rata-rata data pretes dan postes kelas eksperimen dengan menggunakan Mann Whitney dengan taraf signifikansi one tailed didapatkan nilai P-value (Sig.1-tailed) = 0,001. Kondisi demikian menunjukkan bahwa H0ditolakatau terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan di kelas eksperimen. Hal ini didasarkan pada nilai P-value (Sig.1-tailed) yang nilainya kurang dari ∝ = 0,05. Dengan demikian, terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan di kelas eksperimen.
3. Pembelajaran konvensional maupun pembelajaran melalui media audio visual film rangkai sama baiknya secara signifikan. Hal tersebutberdasarkanhasilperhitunganstatistikujiperbedaan rata-rata independent sample t testkarenanilai gain kontroldaneksperimenberdistribusi normal. HasilperhitunganIndependent Sample t Test dengan taraf signifikansi
(2)
two tailed didapatkan nilai P-value (Sig.1-tailed) = 0,033. Kondisi demikian menunjukkan bahwa H0ditolakatauterdapatperbedaan peningkatan hasil belajar yang signifikan antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Kelaskontrol yang berjumlah 30 orang memiliki rata-rata 56.82sedangkankelaseksperimen yang berjumlah 30 orang memiliki rata-rata 68.18. Selisihnilaikelasposteskelaskontroldengankelaseksperimenyaitu 11,36 dengan rata-rata kelaseksperimenlebihbesar. Dengandemikiandapatterlihatbahwakelaseksperimenlebihbaiksecarasignifikan daripadakelaskontrol. Jadi, pembelajaranmelalui media audio visual film rangkailebihbaiksecarasignifikandaripadakelasdenganpembelajarankonvensio nal.
4. Dari hasil angket, diperoleh rata-rata skor sikap siswa secara keseluruhan terhadap pembelajaran IPA dengan menggunakan media audio visual film rangkai sebesar 4,62.Karena rata-rata kelas 4,62 maka siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran menggunakan media audio visual film rangkai.Jadi, Siswamenyukaipembelajaranmenggunakan media audio visual film rangkai.
Maka, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media audio visual film rangkai memiliki pengaruh dalam meningkatkan hasil belajar siswa SD kelas V secara signifikan pada materi daur air.
B. Saran
Berdasarkanhasiltemuandanpembahasanpadabagianterdahulu, saran yang dapatdiberikanuntukbeberapapihak di antaranyaadalahsebagaiberikut.
1. Bagi Guru IPA
Pembelajaran konvensioanl merupakan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa, bukan pembelajaran yang buruk. Pembelajarankonvensionalakansangatbaikapabilamaksimaldalampenerapannya, guru
mengajardengansungguhatausecaramaksimalsehinggasiswaterangsanguntukbelaja raktif. Selainitucobalahuntukmengembangkanpembelajarandengan media yang atraktifsehinggamerangsangminatsiswa.
(3)
99
2. Bagi Pihak Sekolah
Pembelajaran yang baikbukankarena model ataupun media yang baik, pembelajaran yang baikadalahgabungandari model atau media yang baikdengan guru yang maksimaldalammengajar.Maksimalkanapa yang sekolahpunyadengankemampuansepenuhhatidari guru sehinggadapatmeningkatkankualitaspembelajaransiswa.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Pembelajarandengan media audio visual film rangkaidapatmeningkatkanhasilbelajarsiswasecarasignifikan.Untukpenelitiselanjut nya yang tertarikdengan media yang samamakaalangkahlebihbaiknya agar media tersebutinteraktifataumemungkinkanbisaberinteraksidengansiswa.
(4)
100
DAFTAR PUSTAKA
Azhar, dalamhttp://azharmind.blogspot.com/2012/02/kualitas-pendidikan-indonesia-ranking.htmldiunggahpada 17 maret 2013
Bundu, P. (2006). PenilaianKeterampilan Proses danSikapIlmiahdalamPembelajaranSains di SekolahDasar. Jakarta: Depdiknas
D., Bahri, SyaifuldanZain, Aswan. (2002). StrategiBelajarMengajar. Jakarta: RinekaCipta
Fauzia, A. (2010). Penerapan Media Audio Visual (MAV) Bermedia Video
Casette Recorder (VCR)
UntukMeningkatkanKemampuanMenanggapidanMemberikan Saran PemecahanTerhadapSuatuPersoalanatauPeristiwaPadaSiswaKelas 5 Semester I SDN Gudang Kopi II.Sumedang: TidakDiterbitkan.
Gibasa Learning Society.(2012). MembuatAnakGemardanPintar IPA. Jakarta: Visimedia
Ismail, Andang (2006). Education Games MenjadiCerdasdan Ceria denganPermainanEdukatif. Yogyakarta: Pilar Media.
Kholisoh, S. (2010).Penggunaan Media Audio Visual dalamMeningkatkanKemampuanSimak – KerjakanPadaSiswakelas III SDN I GerbangIlir.Sumedang: TidakDiterbitkan.
Kurniasih, E. (2011). Penggunaan Media Bat-rasUntukMeningkatkaPemahamanSiswaMengenaiMateriOperasiPembagi anBilanganPecahanPadaSiswaKelas V SDN Pamulihan. Sumedang: TidakDiterbitkan.
Lesmanawati. (2010). Penggunaan Media Visual Puzzle Torso SteropoamMelalui Model Cooperative Learning Tekhnik Make A Match UntukMeningkatkanHasilBelajarSiswaPadaKonsepRangkaManusia. Sumedang: TidakDiterbitkan
Maulana.(2008). PendidikanMatematika 1.Diktat Perkuliahan. Bandung.
Maulana (2009).MemahamiHakikat, Variabel,
danInstrumenPenelitianPendidikandenganBenar:
PanduanSederhanabagiMahasiswadan Guru CalonPeneliti. Bandung: Learn2Live n Live2Learn.
(5)
101
Pitajeng (2006).PembelajaranMatematika yang Menyenangkan. Jakarta: DepartemenPendidikanNasionalDirektoratJendralPendidikanTinggiDirekt oratKetenagaan.
Purwanto.(2007). PsikologiPendidikan. Bandung: PT RemajaRosdakarya. Rohani, A. (1997). Media IntruksionalEdukatif. Jakarta: PT RinekaCipta.
Ruseffendi, dkk.(1992). PendidikanMatematika 3. Jakarta: DepdikbudProyekPembinaanTenagaKependidikanPendidikanTinggi. Sadiman, Airef, dkk. (2006). Media Pendidikan. Jakarta: Raja GrafindoPersada. Sagala, S. (2005).KonsepdanMaknaPembelajaran. Bandung: CV Alfabeta
Samatowa.(2006). BagaimanaMembelajarkan IPA di SekolahDasar. Jakarta: DepdiknasDirektoratJenderalPendidikanTinggiDirektoratKetenagaan. Sudin, A danSaptani. (2009). Media Pembelajaran.Sumedang: Prodi PGSD
Penjas.
Sudjana (2005).MetodaStatistika.Bandung :Tarsito
Sudono, Anggani
(2000).SumberBelajardanAlatPermainanuntukPendidikanUsiaDini. Jakarta: PT Grasindo.
Suharyati, T. (2010).Penggunaan Media Audio Visual dengan Model KooperatifTipe Rotation Trio Exchange sebagaiUpayaUntukmeningkatkanKemampuanMenulisSuratPribadi.Sume dang: TidakDiterbitkan.
Suherman, danSukjaya.(1990).
PetunjukPraktisUntukMelaksanakanEvaluasiPendidikanMatematika.Band ung :Wijayakusumah.
Sujana, A. dkk.(2010). Ragam Model Pembelajaran Di SekolahDasar.Sumedang: UPI KampusSumedang.
Sukmadinata, Nana Syaodih (2012).MetodePenelitianPendidikan.Bandung : PT RemajaRosdakarya.
Sumantri, M. danPermana, J. (1999).StrategiBelajarMengajar. DepdikbudDirjenPendidikanProyekPendidikan Guru SekolahDasar.
(6)
Dokumen