PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN DEMONTRASI PADA STANDAR KOMPETENSI MENGGAMBAR DUA DIMENSI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM CAD UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMK NEGERI 12 BANDUNG.

(1)

Samuel, 2013

Penerapan Pembelajaran Demonstrasi Pada Standar Kompetensi Menggambar Dua Dimensi Dengan KOMPETENSI MENGGAMBAR DUA DIMENSI DENGAN MENGGUNAKAN

SISTEM CAD UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMKN 12 BANDUNG

(Penelitian Tindakan Kelas pada Standar Kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD Tingkat II Tahun Ajaran

2011/ 2012 SMK Negeri 12 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Teknik Mesin

Oleh SAMUEL E.0555. 0707395

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013


(2)

Samuel, 2013

Penerapan Pembelajaran Demonstrasi Pada Standar Kompetensi Menggambar Dua Dimensi Dengan PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN DEMONTRASI PADA STANDAR KOMPETENSI MENGGAMBAR DUA DIMENSI DENGAN MENGGUNAKAN

SISTEM CAD UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMKN 12 BANDUNG

(Penelitian Tindakan Kelas pada Standar Kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD Tingkat II Tahun Ajaran

2011/ 2012 SMK Negeri 12 Bandung)

Oleh Samuel

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

© Samuel 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

Samuel, 2013

Penerapan Pembelajaran Demonstrasi Pada Standar Kompetensi Menggambar Dua Dimensi Dengan LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

SAMUEL E.0555. 0707395

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN DEMONTRASI PADA STANDAR KOMPETENSI MENGGAMBAR DUA DIMENSI DENGAN MENGGUNAKAN

SISTEM CAD UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMKN 12 BANDUNG

(Penelitian Tindakan Kelas pada Standar Kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD Tingkat II Tahun Ajaran

2011/ 2012 SMK Negeri 12 Bandung)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. Amay Suherman, M.Pd, NIP.19590325 298601 1 001

Pembimbing II

Drs. Ariyano, MT, NIP. 19640804 199402 1 001

Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FPTK UPI Bandung


(4)

Samuel, 2013

Penerapan Pembelajaran Demonstrasi Pada Standar Kompetensi Menggambar Dua Dimensi Dengan Dr. Wahid Munawar, M.Pd,


(5)

i

ABSTRAK

Samuel (0707395). Penerapan Metode Pembelajaran Demontrasi pada Standar Kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Di SMK Negeri 12 Bandung

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD Kelas XI KRPU 2 Tahun Ajaran 2011/2012)

Penelitian ini dilatar belakangi oleh beberapa permasalahan diantaranya: (1) sebagian siswa belum memenuhi KKM, (2) Pemilihan metode pembelajaran masih bersifat satu arah atau hanya berpusat pada guru (teacher center). (3) siswa kurang aktif dalam belajar, (4) penggunaan metode pembelajaran ceramah tidak optimal karena masih bersifat kovensional. Maka salah satu upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan cara pemilihan metode pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan sistem CAD sesuai dengan KKM yang hendak dicapai yaitu ≥ 70. Metode pembelajaran Demontrasi dipilih karena memiliki kelebihan dengan ciri utama menitikberatkan pada kesuksesan individu untuk memperagakan dan menunjukkan tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu baik yang sebenarnya atau hanya sekedar tiruan disertai penjelasan. Hal ini sangat berpengaruh pada kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran selanjutnya dan hasil yang akan dicapai nanti. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari tiga siklus, dimana tiap siklusnya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, evaluasi dan refleksi. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI KRPU 2 di SMK Negeri 12 Bandung pada Standar Kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD, jumlah siswa yang hadir 34 orang. Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan prestasi belajar dan aktivitas belajar siswa pada tiap siklusnya. Peningkatan prestasi belajar siswa tergambar dalam presentase kelulusan siswa berdasarkan KKM yaitu 76,76%, 84,64%, dan 94,41% masing-masing pada siklus I, II dan III. Begitu pula dengan aktivitas belajar siswa berada dalam tugas, mendengar dengan aktif, membuat gambar dua dimensi, bertanya dan memahami materi mengalami peningkatan. Peningkatan aktivitas belajar siswa tergambar dari data presentase keaktifan yaitu 57,19%, 75,16% dan 92,16% masing-masing pada siklus I, II dan III. Peningkatan ini mengindikasikan bahwa metode pembelajaran demontrasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada Standar Kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD.


(6)

ii

ABSTRAK

Samuel (0707395). Demonstration Learning Method Application at Two Dimensional Drawing Competent Standard using CAD System In Order to Enhance Students Achievements at SMK Negeri 12 Bandung

(Study on Class Behavior toward Two Dimensional Drawing Competent using CAD System at Grade XI KRPU 2, Class Year 2011/2012)

This research is done based on several problems: (1) most of the students still unable to fulfill KKM, (2) Learning method chose at this class is one way or teacher centre, (3) students less active in learning, (4) lecture study method used is not maximum yet because the class still using conventional method. Therefore, choosing the right learning method is one of the crucial things to enhance student’s achievements. The main goal of the research is to enhance student learning achievements at Two Dimensional Drawing competent using CAD system based on KKM ≥70. Demonstrate learning method is chosen because it has the advantage of stressing to individual success to exhibit and showing certain process, situation, or thing whether it’s real or artificial along with the explanation. This has strong influence toward student ability on understanding next subject matter and the accomplishment. Learning method used on this research is Class Action Research (Penelitian Tindakan Kelas-PTK) which consists of three cycles and each cycle has its own planning, implementation, observation, evaluation, and reflection. This research is done to XI grade students at SMK Negeri 12 Bandung at two dimensional drawing competent standard using CAD systems. The total of student present is 34 students. The result of the research shows that there is enhancement at student’s achievement and student learning activity at each cycle. This enhancement shown at student’s graduation percentage based on KKM which is: 76,76%;84,64%; and 94,41% each at I, II, and III cycle. This enhancement also can be seen on student assignment, active learning, making two dimensional pictures, asking and understanding material. Student enhancement activity can be seen from activity percentage data which is: 57,19%; 75,16%; and 92,16% each at I, II, and III cycle. This enhancement indicate that demonstration learning method can enhance student learning achievement at two dimensional drawing competent standard using CAD system


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... ...iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ...viii

DAFTAR GAMBAR ... ....x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Batasan Masalah... 8

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... …10

F. Manfaat Penelitian ... 10

G. Definisi Operasional... 11

H. Lokasi Penelitian ... 12

I. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II LANDASAN TEORI ... 14

A. Tinjauan Tentang Proses ... 14

1. Perencanaan Proses Pembelajaran ... 15

2. Pelaksanaan Proses Pembelajaran ... 17

3. Evaluasi Hasil Belajar ... 20

B. Kegiatan Belajar Mengajar ... 26

1. Pengertian Belajar ... 22

2. Belajar Sebagai Suatu Proses ... 23

3. Ciri-Ciri Belajar ... 23

4. Pengertian Mengajar ... 25

5. Kegiatan Belajar Mengajar ... 27

C. Aktivitas Belajar... 29

1. Aktivitas Belajar Peserta Didik ... 29

2. Prinsip-Prinsip Aktivitas Belajar ... 31

3. Jenis-Jenis Belajar ... 32

4. Nilai Aktivitas dalam Belajar ... 33

5. Teori-Teori Belajar... 34


(8)

1. Pengertian Prestasi Belajar ... 36

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 41

E. Metode Pembelajaran ... 47

1. Pembelajaran dengan Metode Ceramah ... 49

2. Pembelajaran dengan Metode Diskusi ... 50

F. Tinjauan Kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD ... 55

1. Tinjauan Kompetensi ... 55

2. KTSP SMKN 12 Bandung ... 56

BAB III METODE PENELITIAN ... 57

A. Metode dan Desain Penelitian ... 57

B. Alur Penelitian ... 64

C. Prosedur Penelitian... 65

1. Pelaksanaan PTK ... 66

2. Evaluasi ... 12

3. Penyusunan Laporan ... 72

D. Data Penelitian dan Sumber Data Penelitian ... 73

1. Data Penelitian ... 73

2. Sumber Data Penelitian ... 73

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 74

1. Teknik Pengumpulan Data ... 74

2. Instrumen Penelitian dan Alat Pengumpul Data ... 75

F. Pengujian Instrumen Penelitian... 78

G. Teknik Analisis Data ... 78

H. Intepretasi Data ... 79

1. Hasil Pengamatan Kegiatan Pembeajaran ... 79

2. Prestasi Belajar ... 80

3. Prestasi Belajar Aspek Kognitif ... 81

4. Prestasi Belajar Aspek Afektif ... 82

5. Prestasi Belajar Aspek Psikomotor ... 82

6. Menghitung Nilai N-Gain ... 83

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 85

A. Dialog Pratindakan ... 85

B. Refleksi Awal ... 87

C. Kegiatan Pembelajaran Siklus I ... 88

1. Perencanaan (Planning) ... 88

2. Pelaksanaan (Action) ... 89

3. Pengamatan (Observation) ... 94

a. Aktivitas Belajar Siswa ... 94

b. Aktivitas Guru ... 95

c. Prestasi Belajar Siswa ... 97

4. Refleksi (Reflection)... ..103

D. Kegiatan Pembelajaran Siklus II ... 105


(9)

2. Pelaksanaan (Action) ... 106

3. Pengamatan (Observation) ... 110

a. Aktivitas Belajar Siswa ... 111

b. Aktivitas Guru ... 112

c. Prestasi Belajar Siswa ... 114

4. Refleksi (Reflection)... 120

E. Kegiatan Pembelajaran Siklus III... 122

1. Perencanaan (Planning) ... 122

2. Pelaksaan (Action) ... 123

3. Pengamatan (Observation) ... 126

a. Aktivitas Belajar Siswa ... 127

b. Aktivitas Guru... ... 128

c. Prestasi Belajar Siswa ... 130

4. Refleksi (Reflection)... 135

F. Deskripsi Gabungan Data Tiap Siklus ... 136

1. Aktivitas Guru ... 136

2. Aktivitas Belajar Siswa ... 137

3. Prestasi Belajar Siswa ... 138

a. Prestasi Belajar Siswa Aspek Kognitif ... 139

b. Prestasi Belajar Siswa Aspek Psikomotor ... 141

c. Prestasi Belaja Siswa Aspek Afektif ... 143

G. Pembahasan Penelitian ... 144

1. Aktivitas Guru ... 144

2. Aktivitas Belajar Siswa ... 145

3. Prestasi Belajar Siswa ... 146

a. Prestasi Belajar Aspek Kognitif ... 146

b. Prestasi Belajar Aspek Psikomotor... 147

c. Prestasi Belajar Aspek Afektif ... 148

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 149

A. Kesimpulan ... 149

B. Saran ... 150

DAFTAR PUSTAKA ... 151


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan dalam pembagunan bangsa khususnya pembagunan dibidang pendidikan. Hal ini sejalan dengan Undang-undang No 23 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) pasal 3 menyatakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi perserta didik agar manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sebagai upaya mengembangkan potensi peserta didik, SMK sebagai lembaga pendidikan formal memiliki peran dalam mempersiapkan perserta didik yang pontensial sesuai dengan bidangnya dan dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja di industri atau menciptakan lapangan perkerjaan secara profesional dan kompetitif. Sebagaimana ditegaskan dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 15 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan menegah kejuruan utamanya adalah mempersiapkan peserta didik untuk mampu berkerja pada bidang tertentu.

Hal ini sesuai dengan tujuan utama yang ingin dicapai oleh Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMK Edisi Tahun 2008 yaitu:


(11)

1) Mempersiapkan perserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu berkerja mandiri, mengisi lowongan perkerjaan yang ada di DU/DI sebagai tenaga kerja tingkat satuan menengah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian pilihannya.

2) Membekali perserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetisi, beradaptasi dilingkungan kerja dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminati.

3) Membekali perserta didik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, iman dan taqwa agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai di atas, maka sruktur kurikulum pendidikan kejuruan dalam hal ini SMK terdiri atas 3 kelompok mata pelajaran yaitu kelompok mata pelajaran normatif, adaftif dan produktif. untuk menyiapkan lulusan SMK yang berkualitas sesuai tujuan di atas harus didukung sumber daya yang baik diantaranya guru, kurikulum, alat serta sarana dan prasarana sekolah yang menunjang kegiatan proses belajar mengajar (PBM). Guru memiliki peranan penting dalam keberhasilan belajar siswa karena terlibat langsung dalam proses belajar mengajar. Pada saat PBM berlangsung di dalam kelas, guru seharusnya menggunakan srategi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center) agar siswa dapat mandiri atau mengurangi ketergantungan pada guru, namun kenyataannya guru cenderung masih mendominasi yakni aktivitas guru jauh lebih banyak dibandingkan dengan siswa. Hal ini menyebabkan siswa menjadi kurang aktif, dan pembelajaran menjadi membosankan karena terasa mononton. Hal tersebut meyebabkan motivasi belajar, inisiatif bertanya, dan mengungkapkan pendapat jarang dilakukan oleh siswa. Persoalan ini, sungguh tidak membantu dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

SMK Negeri 12 Kota Bandung merupakan salah satu SMK yang lulusannya memiliki kompetensi dalam bidang penerbangan. Hal ini terlihat dari program


(12)

keahlian seperti Pemesinan Pesawat Udara, Konsrtuksi Rangka Pesawat Udara, Konstruksi Badan Pesawat Udara, Kelistrikan Pesawat Udara dan Elektronika Pesawat Udara. Industri pesawat udara merupakan pengguna jasa terbesar dari lulusan SMKN 12 Bandung. Hal ini sesuai dengan visi sekolah yaitu menjadikan lembaga pendidikan dan pelatihan yang menghasilkan lulusan berkualitas di bidang kedirgantaraan pesawat udara.

Pencapaian tujuan pendidikan dilakukan dengan pengembangan KTSP, tujuan ini agar dapat memberi kesempatan peserta didik untuk belajar dan menemukan jati diri melalui proses belajar mengajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Hal ini tentu saja dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada setiap mata pelajaran baik normatif, adaptif dan produktif. Pada hakekatnya belajar merupakan salah satu bentuk kegiatan individu dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan. Tujuan dari setiap belajar mengajar adalah untuk memperoleh prestasi belajar yang optimal, kegiatan ini akan tercapai jika siswa mau terlibat secara aktif, baik fisik maupun emosinya dalam proses belajar mengajar dikelas.

Seiring dengan perkembangan teknologi saat ini, komputer sangat berkembang pesat. Berkaitan dengan itu, SMKN 12 Bandung mempunyai standar kompetensi menggambar teknik dengan sistem CAD yang harus diselesaikan

setiap peserta didik dengan hasil optimal melalui program komputer. Ada beberapa program komputer yang digunakan dalam gambar teknik mesin,

salah satunya adalah Autocad. Program Autocad pada standar kompetensi menggambar dua dimensi dengan sistem Cad ini, wajib diikuti perserta didik pada


(13)

tingakan XI dan XII. Sebelum peserta didik mendapat pelajaran Autocad, perserta didik terlebih dahulu mempelajari gambar teknik baik teori maupun praktek secara manual. Teori menggambar teknik ini menjadi hal yang dasar dan penting, dimana perserta didik memperoleh pengetahuan dasar mengenai prinsip-prinsip menggambar teknik mesin. Dengan demikian, untuk mempelajari menggambar dimensi dengan sistem cad dengan program aplikasi Autocad bisa menguasai dan mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan menggambar dengan sistem CAD sebagai bahasa komunikasi dalam merancang sebuah konstruksi, baik disekolah maupun didunia industri.

Berdasarkan pengamatan di lapangan selama PLP dan wawancara di SMKN 12 Bandung dengan guru pengajar kompetensi tersebut, sampai saat ini metode yang berlangsung di SMK pada mata pelajaran produktif yang lebih bersifat praktis masih banyak menggunakan metode ceramah. Metode ini dirasa kurang tepat apabila digunakan pada mata pelajaran produktif. Metode pembelajaran tersebut umumnya hanya dilaksanakan dalam bentuk satu arah saja dan bersifat verbalisme dimana penyampaian bahan pelajaran hanya secara lisan oleh guru sehingga suasana pembelajaran tidak efektif dan efisien. Karakteristik metode pembelajaran ini dianggap tidak cocok dipakai pada digunakan pada kompetensi menggambar dua dimensi dengan menggunakan sistem CAD karena peserta didik dituntut untuk aktif dan mandiri.

Untuk memperjelas permasalahan, dapat dilihat dalam tabel 1.1 nilai prestasi belajar pada standar kompetensi menggambar dua dimensi dengan menggunakan sistem CAD peserta didik sebagai berikut:


(14)

Tabel 1.1

Nilai Hasil Prestasi Belajar Kelas XI KRPU 1 dan KRPU 2 Semester Genap, Tahun Ajaran 2011/ 2012 Kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan

Menggunakan Sistem CAD

Sumber: Dokumen Guru Mata Pelajaran Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD)

Tabel di atas menunjukkan bahwa presentase dari 72 % peserta didik dari total kedua kelas, yaitu kelas XI KRPU 1 dan kelas XI KRPU 2 mendapatkan nilai kurang dari tujuh, nilai ini akan menjadi masalah untuk melanjutkan tingkat studinya atau untuk mendapatkan sertifikasi kompetensi. Siswa yang kurang berprestasi dan guru mata pelajaran mengusahakan agar nilainya bisa mencapai standar, karena jika nilai siswa tidak mencapai standar, tidak bisa melanjutkan studinya kejenjang selanjutnya. Dari hal tersebut maka nilai akhir yang digunakan adalah bukan nilai mentah tetapi nilai komulatif. Dari pemakaian nilai komulatif tersebut untuk nilai akhir, maka mengakibatkan kualitas siswa menjadi rendah, walaupun dalam segi kuantitas sangat tinggi. Seorang siswa dapat menyimpulkan atau memberikan pandangan dalam suatu kategori tertentu mengenai baik tidaknya metode pembelajaran guru dalam proses belajar mengajar. Berbagai alasan dapat dikemukakan sebagai penyebab rendahnya motivasi perserta didik dalam belajar.

Nilai Frekuensi Jumlah Persentase (%)

X KRPU 1 X KRPU 2

< 7 31 21 52 72

7-7,9 1 7 8 11

8-8,9 3 7 10 14

9-10 0 2 2 2

Jumlah 35 32 72 100

Lulus 4 16 20 28


(15)

Upaya untuk meningkatkan prestasi belajar dan aktivitas belajar perserta didik pada kompetensi menggambar dua dimensi dengan menggunakan sistem CAD adalah dengan menerapkan metode pembelajaran yang menuntut peserta didik berperan aktif selama proses belajar dan membantu perserta didik untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau ide yang benar. Metode pembelajaran demontrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Sebagai metode penyajian, demontrasi tidak telepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Melalui metode ini materi pelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkrit, sehingga diharapkan peserta didik menjadi mudah memahami. Menurut Syah, M. (2010: 205) mengemukakan bahwa:

Metode demontrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, tiruan, dan urutan melakukan suatu kejadian, baik secara langsung maupun melalui pengunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.

Metode demontrasi biasanya diaplikasikan dengan mengunakan alat-alat bantuan pengajaran sepeti benda-benda miniatur, gambar, perangkat alat-alat laboratorium, perangkat komputer dan lain-lain. Seperti dikemukan S. Nasution (Syah.M, 2010: 206) yang menyoroti metode demontrasi dengan menggunakan alat peraga, beperndapat bahwa metode ini dapat:

1) Menambah aktivitas belajar siswa karena ia turut melakukan kegiataan peragaan;

2) Mengehemat waktu belajar di kelas/sekolah;

3) Menjadikan hasil belajar yang lebih mantap dan permanen;

4) Membantu siswa dalam mengejar ketertinggalan penguasaan atas materi pelajaran, khususnya yang di demontrasikan itu;

5) Mebangkitkan minat dan aktivitas belajar siswa; 6) Memberikan pemahaman yang lebih tepat dan jelas.


(16)

Metode pembelajaran demontrasi diperlukan pada materi yang memerlukan peragaan khusus dan percobaan. Pembelajaran ini berhubungan dengan keterampilan proses (psikomotor) yang diperagakan agar pembelajaran bermakna lebih mendalam dan diharapkan dapat menghindari verbalisme. Implikasinya pada pembelajaran, harus memberikan pengalaman belajar yang bervariasi dengan metode yang efektif pada proses belajar mengajar. Pengunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan efeisiensi pembelajaran. Pembelajaran perlu dilakukan sedikit ceramah dan metode-metode yang berpusat pada guru, serta lebih menekankan pada interaksi peserta didik. Pengunaan metode demontrasi akan sangat membantu perserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pengalaman belajar di sekolah harus fleksibel dan tidak kaku, serta perlu menekankan pada kreativitas, rasa ingin tahu, bimbingan dan pengarahan ke arah lebih dewasa kepada siswa.

Dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “ PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN DEMONTRASI PADA STANDAR KOMPETENSI MENGGAMBAR DUA DIMENSI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM CAD UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMKN 12 BANDUNG.”


(17)

B. Identifikasi Masalah

Indentifikasi masalah perlu dibuat untuk memperjelas kemungkinan- kemungkinan permasalahan yang timbul dari penelitian ini. Indentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagian perserta didik belum memenuhi KKM pada kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD dan masih banyak peserta didik yang kesulitan memahami materi pelajaran.

2. Pemilihan metode pembelajaran masih bersifat satu arah atau hanya berpusat pada guru (teacher center) sehingga menimbulkan verbalisme bagi pemahaman peserta didik.

3. Metode pembelajaran yang digunakan masih konvensional dan proses belajar mengajar Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD berjalan terasa mononton.

4. Penggunaan metode pembelajaran ceramah pada kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD belum optimal, peran peserta didik untuk aktif dalam kegiatan belajar masih kurang.

C. Batasan Masalah

Agar permasalahan yang ditinjau tidak terlalu luas dan supaya sesuai dengan maksud dan tujuan yang ingin dicapai, maka perlu adanya pembatasan masalah yang terjadi ruang lingkup dalam penelitian. Adapun aspek-aspek yang menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut:


(18)

1. Penelitian ini dilakukan pada kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD kelas XI di SMKN 12 Bandung.

2. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode demontrasi sebagai Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

3. Prestasi belajar siswa kelas XI KRPU 2 SMKN 12 Bandung pada kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD dalam penelitian ini dibatasi pada akhir dari proses belajar mengajar yang dapat ditunjukan dalam tiga bentuk aspek yaitu kognitif pada level pengetahuan, pemahaman dan aplikasi yang diukur dari nilai atau skor yang diperoleh pada saat pre-test dan post-test, afektif pada level menerima dan merespon yang diperoleh melalui obeservasi psikomotor pada level persepsi, kesiapan dan respon terbimbing yang diperoleh dari penilaian aspek psikomotor siswa.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, permasalahan penelitian perlu dirumuskan secara jelas dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

“Berapa besar peningkatan Prestasi Belajar Siswa menggunakan Metode Pembelajaran Demontrasi pada Standar Kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD di SMKN 12 Bandung?”.


(19)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mencari gambaran tentang seberapa besar penggunaan metode demontrasi di SMKN 12 Bandung, sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa setelah menggunakan metode pembelajaran demontrasi.

2. Untuk mengetahui penigkatan aktivitas guru selama kegiatan belajar mengajar menggunakan metode pembelajaran demontrasi.

3. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa kelas XI SMKN 12 Bandung pada standar kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD yang dilihat dari aspek kognitif, psikomotor dan afektif.

F. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi pihak guru pada kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD agar dapat memacu untuk lebih meningkatkan metode pembelajaran guna meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

2. Bagi pihak SMKN 12 Bandung sebagai bahan masukan untuk peningkatan mutu sekolah.


(20)

3. Bagi siswa SMK, sebagai pemacu akan manfaat belajar untuk mencapai ilmu pengetahuan yang tidak terbatas.

4. Mewujudkan visi dan misi sekolah sebagai institusi yang selalu berupaya meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

5. Bagi penulis, mendapatkan banyak pengalaman baru untuk lebih menigkatkan semangat penelitian dan sebagai bahan untuk mempelajari ilmu yang lainnya.

G. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi salah pengertian, penafsiran, dan memudahkan pemahaman terhadap ungkapan yang dimaksud perlu dijelaskan istilah-istilahnya. Berikut ini dikemukakan definisi operasional dari masing-masing istilah tersebut, antara lain:

1. Metode adalah salah satu cara untuk mencapai tujuan. (Darsono, 2000: 24) bependapat bahwa; “pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang lebih baik.” Ahmadi et all (1997: 52) mengungkapkan bahwa; “metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh guru atau instruktur,”

2. Metode pembelajaran demontrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukan kepada peserta didik tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik yang sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Sebagai metode penyajian, demontrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukan kepada peserta


(21)

didik suatu proses, situasi atau benda yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang disertai dengan penjelasan lisan (Djamarah S.B dan Zain, A. 2006: 90).

3. Prestasi belajar adalah penguasaan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran guna menghasilkan suatu perubahan dalam dirinya, perubahan itu meliputi aspek kognitif, afektif, psikomotor dan lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai angka yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar dalam penelitian ini diartikan sebagai keberhasilan yang dicapai peserta didik berupa kemampuan prestasi belajar yang berbentuk angka setelah mengikuti proses belajar mengajar.

4. Kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD merupakan salah salah satu mata pelajaran pendukung seluruh mata pelajaran yang banyak membahas tentang, cara membuat gambar dua dimensi dan tiga dimensi, seperti membuat kolom etiket, membuat perintah line, circle, ofset, move, extend, array, rectangle, dan trim. Kompetensi ini diajarkan kepada peserta didik kelas XI Konstruksi Rangka Pesawat Udara (KRPU).

H. Lokasi Penelitian

Penentuan lokasi penelitian diperlukan sebagai wilayah untuk memperoleh dan mengumpulkan data penelitian. Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di SMKN 12 Bandung yang beralamat di Jln. Padjajaran No. 92 Tlp/Fax (022- 6038055) Bandung 40173.


(22)

I. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan berperan sebagai pedoman penulis agar dalam penulisan skiripsi ini lebih terarah, maka perlu dilakukan pembagian penulisan ke dalam beberapa bab, sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN berisi mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, lokasi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI berisi landasan teori dan hipotesis penelitian yang meliputi kajian pustaka, anggapan dasar dan hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN berisi mengenai metode dan desain penelitian, alur penelitian, prosedur penelitian, data penelitian dan sumber data penelitian, teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian, dan pengujian analisis instrumen.

BAB IV HASIL PENELITIAN berisi mengenai penjelasan deskripsi data, analisis data, hasil pengujian penelitian dan pembahasan penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN berisi hasil penelitian yang disimpulkan dan sekaligus diberikan saran-saran yang perlu diperhatikan.


(23)

Samuel, 2013

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK) atau dalam bahasa inggris dinamakan Class Action Research (CAR). Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas dengan jalan merefleksikan hasil pengamatan yang didapatkan selama penelitian ke dalam bentuk tindakan. Supardi (Epon Ningrum, 2009: 3) berpendapat bahwa “PTK adalah suatu bentuk iventigasi yang bersifat reflektif, kolaboratif dan spiral yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan sistem, metode kerja, proses, isi,

kompetensi, dan situasi.” Kemudian Hopkins (Rochiati, 2005: 12) mengemukakan

bahwa, “PTK merupakan suatu bentuk kajian reflektif oleh pelaku tindakan, dan PTK dilakukan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan

tugas memperdalam pemahaman terhadap tindakan.” Menurut Wardhani (Epon Ningrum, 2009: 4), “PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru

didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki

kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.”

Rapoport (Kunandar 2010: 6) mengemukakan bahwa:

Penelitian tindakan kelas dapat juga diartikan suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan meracang, melaksanakan, mengamati, dan merefleksikan tindakan melalui beberapa siklus secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya.


(24)

1. Tujuan PTK tidak hanya untuk memecahkan permasalahan praktis di kelas, melainkan juga mencari dukungan ilmiah;

2. Permasalahan yang bersifat nyata dan aktual yang terjadi dalam pembelajaran di kelas. Dengan kata lain, penelitian berfokus pada permasalahan praktis dan bertujuan memperbaiki pembelajaran;

3. Penelitian dimulai permasalahan yang sederhana, nyata, jelas dan tajam tentang hal-hal yang terjadi dikelas;

4. Adanya kolaborasi (kerja sama) antara praktisi (guru, siswa, kepala sekolah) dan peneliti dalam pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan dan pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan kesepakatan (action);

5. Penelitian dilakukan apabila ada keputusan kelompok dan komitmen untuk pengembangan, bertujuan meningkatkan profesionalisme guru, bertujuan meningkatkan proses pembelajaran, dan memperoleh secara pengetahuan dan atau sebagai pemecahan masalah.

Secara sederhana Supriadi (Epon Ningrum 2009: 7) mengemukakan dua ciri khas dari PTK, yaitu dilakukan secara kolaboratif dan adanya suatu tindakan untuk memperbaiki proses pembelajaran dikelas. Terdapat tiga karakteristik PTK menurut Epon Ningrum (2009: 7), yaitu sebagai berikut:

1. An inquiry on from within

PTK berangkat dari permasalahan praktis yang dihayati dalam pelaksanaan tugas sehari-hari oleh guru sebagai pengelola program pembelajaran di kelas. PTK bersifat practice driven dan action driven, dalam arti bertujuan memperbaiki praktik pembelajaran secara langsung disini dan sekarang, sehingga dinamakan juga penelitian praktis (practial inquiry). Artinya, PTK memusatkan perhatian pada permasalahan yang spesifik-kontekstual, sehingga tidak terlalu menghiraukan kerepresentatifan sampel.

2. A collaborative effert between ashool teachers and teacher educators

PTK dilaksanakan secara kolaboratif atau bersama-sama antara guru yang kelasnya guru lainnya bertindak sebagai peneliti mitra.

3. A reflective practice made public

Keterlibatan dosen dalam penelitian ini bukanlah sebagai ahli pendidikan yang tengah mengembangkan fungsi sebagai pembina guru atau sebagai pengembang pendidikan, melainkan sebagai sejawat yang mempunyai tugas, peran dan fungsi yang sama dengan guru, di samping sebagai pendidik calon guru yang seyogyanya memiliki kebutuhan untuk belajar dalam rangka mengakrabi lapangan demi peningkatan mutu kinerjanya sendiri. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian formal.


(25)

Samuel, 2013

PTK, seperti dikemukakan para ahli di atas, tetapi pada dasarnya memiliki persamaan. Persamaan tersebut diantaranya adalah permasalahan bersifat praktis, adanya tindakan untuk memecahkan permasalahan dan atau memperbaiki pembelajaran, dilakukan secara kolaboaratif, dan siklus tindakan, sebagai hasil kegiatan reflektif.

PTK, selain memiliki karakteristik juga memiliki beberapa prinsip dasar yang menjadi pedoman bagi pelaksanaannya. Prinsip dasar tersebut dapat membantu guru dalam memahami permasalahan dan memecahkannya melalui PTK. Menurut Hopkins (Epon Ningrum 2009: 9) terdapat enam prinsip dasar yang melandasi PTK, antara lain sebagai berikut:

1. Mengatasi permasalahan pembelajaran

Tugas utama pendidik adalah menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas. Untuk itu, guru harus memiliki tanggung jawab dalam mengatasi permasalahan pembelajaran secara berkelanjutan secara siklus sampai terpecahkannya permasalahan dan terjadinya peningkatan kualitas pembelajaran.

2. Bagian integral dari pembelajaran

PTK merupakan integral dari pembelajaran, sehingga tidak menuntut kekhususan waktu pelaksanaan maupun waktu pengumpulan data. Tahap pelaksanaan penelitian selaras dengan pelaksanaan pembelajaran, mulai dari membuat RPP, persiapan program (planning), pelaksanaan pembelajaran


(26)

(evaluation) dan refleksi dari proses dan hasil (reflection). 3. Dilaksanakan secara ilmiah

Kegiatan penelitian tindakan kelas harus memperhatikan dan berpatokan pada standar kaidah ilmiah. Artinya, pelaksanaan penelitian harus menggunakan metode ilmiah dan kajian ilmiah. Agar PTK memenuhi kaidah ilmiah, maka harus dilaksanakan secara sistematis, yakni diawali dengan merumuskan masalah, penentuan tindakan, merumuskan hipotesis tindakan, menetapkan skenario tindakan, prosedur pengumpulan dan analisis data.

4. Masalah bersifat faktual

Permasalahan dalam PTK adalah masalah pembelajaran yang secara nyata dialami dalam pembelajaran dikelas dan merisaukan tanggung jawab profesional. Diagnosis pemecahan masalah harus berdasarkan pada kancah pembelajaran yang sesungguhnya bukan berdasarkan pada kajian teoritis semata, merupakan berorientasi pada permasalahan praktis. Permasalahan di maksud adalah pembelajaran bersifat faktual spesifik kelas. Setiap guru pasti merasakan dan memiliki pengalaman mengajar yang berbeda pada setiap kelas. Hal ini dikarenakan perbedaan situasi yang muncul dan dikembangkan oleh guru adanya variasi faktor yang mempengaruhinya.

5. Motivasi intrinsik

Konsistensi sikap dan kepedulian untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas dan meningkatkan kualitas pembelajaran, sangat diperlukan. Dengan demikian, maka penelitian menuntut perencanaan dan pelaksanaan secara


(27)

Samuel, 2013

agar sesuai dengan kondisi kelas dan pengembangan srategi yang digunakan. Pengembangan srategi dan ketepatan pengunaan metodologi yang digunakan menuntut persiapan guru.

6. Masalah dapat di luar kelas (classroom-exceeding perspective)

Ruang lingkup permasalahan PTK dapat diperluas tidak hanya permasalahan pembelajaran didalam kelas, melainkan dapat diperluas pada tataran diluar kelas, misalnya dalam tataran sistem atau lembaga. PTK yang dilakukan atas permasalahan yang di luar kelas dapat memberikan sumbangan yang lebih signifikan bagi upaya peningkatan kualitas pendidikan.

Dalam PTK, guru bersama penulis merumuskan suatu tindakan untuk memecahkan masalah atau setidaknya dapat memperbaiki situasi yang terjadi dalam kelas tempat penelitian. Setelah diberi perlakuan, kemudian diamati pelaksanaan dan hasilnya, untuk mengetahui tingkat keberhasilannya. Berdasarkan cakupan permasalahannya, seorang guru akan dapat menemukan penyelesaian masalah yang terjadi di kelasnya melalui PTK. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan berbagai ragam teori dan teknik metode pembelajaran yang efektif dan efisien. Selain itu, PTK dilaksanakan secara bersamaan dengan pelaksanaan tugas utama guru yaitu mengajar didalam kelas, tidak perlu harus meninggalkan peserta didik, PTK ini merupakan suatu penelitian yang melekat pada guru, yaitu menggangkat masalah-masalah aktual yang dialami oleh guru dilapangan.


(28)

1. PTK diagnostik, ialah penelittian yang dirancang dengan menuntun penelitian ke arah suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti mendiagnosis dan memasuki situasi yang terdapat dalam latar penelitian;

2. PTK partisipasi, ialah apabila orang yang melakukan penelitian harus terlibat langsung didalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil akhir yang berupa laporan;

3. PTK empiris, ialah apabila peneliti berupaya melaksanakan sesuatu tindakan atau aksi dan melakukan apa yang terjadi selama aksi berlangsung;

4. PTK eksperimental, ialah apabila PTK diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau srategi secara efektif dan efisien dalam suatu kegiatan belajar mengajar.

Dalam pelaksanaan di lapangan, jenis PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan kelas partisipasi, dimana bentuk penelitiannya memandang guru sebagai peneliti yang berperan dalam proses PTK. Saat ini kegiatan guru terlibat langsung secara penuh dalam proses perencanaan, tindakan, obsevasi, dan refleksi. Tujuannya untuk meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas. Peneliti melibatkan pihak lain dalam penelitian ini, maka perannya tidak dominan.

Beberapa model PTK yang sampai saat ini sering digunakan di dalam dunia pendidikan, antara lain: (1) Model Kurt Lewin; (2) Model Kemmis dan Mc. Taggart; (3) dan Model Jhon Elliot; (4) Model Dave Ebbut; (5) Model Hopkins; dan (6) Model Raka Joni. Model yang dipilih pada penelitian ini adalah model Hopkins. Hal ini dikarenakan pada tahap tindakan dan observasi dilakukan secara bersamaan, dan hal ini dipandang cocok sebagai proses pembelajaran disekolah. Dalam model PTK Hopkins, komponen dan observasi dijadikan sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.


(29)

Samuel, 2013

dikembangkan oleh Hopkins. Menurut Hopkins (Epon Ningrum 2009: 28),

“prosedur PTK dilakukan dalam dua siklus atau lebih, dimana setiap siklusnya terdiri atas beberapa kali tindakan. Hal ini sesuai dengan kriteria keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan. Berikut ini adalah model siklus yang dikembangkan oleh Hopkins:

Gambar 3.1 Model Siklus Hopkins (Arikunto et all 2006: 74) Permasalahan Perencanaan

Tindakan I

Pelaksanaan Tindakan I

Pengamatan/Pengumpulan Data I

Refleksi I

Permasalahan Baru Hasil

Refleksi

Pelaksanaan Tindakan II

Pelaksanaan Tindakan II

Pengamatan/Pengumpulan Data II

Refleksi II Siklus I

Apabila Permasalahan

Belum Terselesaikan

Siklus II

Pelaksanaan Tindakan III Siklus III

Pengamatan/Pengumpulan Data III


(30)

Gambar 3.2 Alur Penelitian PTK START

Merumuskan Masalah

Mengidentifikasi Masalah

Merumuskan Tujuan

Membuat Asumsi

Perencanaan PTK

Tindakan PTK

Observasi PTK

Refleksi PTK

Pengumpulan Data

Analisis Data

Kesimpulan


(31)

Samuel, 2013

Prosedur penelitian berfokus pada peningkatan prestasi belajar siswa kelas XI KRPU 2 melalui pembelajaran menggunakan metode demontrasi pada kompentensi menggambar teknik dua dimensi dengan menggunakan sistem CAD. PTK, merupakan penelitian yang bersfat reflektif, dengan beberapa kali tindakan perbaikan sehingga masalah dapat terselesaikan. Penelitian ini diabatasi dalam tiga siklus. Secara menyeluruh, penelitian ini mengikuti beberapa tahapan sebagai berikut:

Gambar 3.3 Prosedur PTK (Epon Ningrum 2009: 38)

Perencanaan (Planning)

Pelanksaan dan Observasi

(Action and Observation)

Refleksi (Reflecting)


(32)

a. Tahap Perencanaan (Planning)

Keberhasilan suatu tidakan akan ditentukan dengan perencanaan yang matang, oleh karena itu pada tahap ini dilakukan beberapa perencanaan (Planing) yaitu sebagai berikut:

1) Menentukan tempat pelaksanaan penelitian

2) Menyusun rencana pembelajaran yang berpedoman pada KTSP dan sesuai dengan metode pembelajaran demontrasi. RRP yang telah selesai dibuat adalah rencana untuk siklus I, sedangkan untuk siklus berikutnya hanya berupa draf . ini dimaksudkan apabila pada siklus I masalahnya belum terselesaikan, maka dilakukan siklus berikutnya sampai masalah selesai.

3) Melakukan pra-pengamatan sebelum penelitian tehadap kelas yang akan digunakan.

4) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas. 5) Menyusun format observasi untuk memantau berlangsungnya kegiatan belajar

di kelas.

6) Menentukan jenis data dan cara pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif yang akan didapat dari tes prestasi belajar, wawancara, obeservasi dan catatan lapangan ketika penelitian berlangsung.

7) Menentukan cara pelaksanaan refleksi yang akan dilakukan peneliti bersama-sama dengan guru mitra yang akan dilakukan setiap usai pemberian tindakan dan pelaksanaan observasi untuk setiap siklusnya.


(33)

Samuel, 2013

Menurut Sumarno (Epon Ningrum 2009: 42) “istilah pelaksanaan tindakan dipahami sebagai aktivitas yang dirancang dengan sistematis untuk menghasilkan adanya peningkatan atau perbaikan dalam proses pembelajaran dan praktek pendidikan dalam kondisi tertentu.” Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti menerapkan metode pembelajaran demontrasi dalam usaha ke arah perbaikan proses pembelajaran. Suatu perencanaan bersifat fleksibel dan dapat dilakukan perubahan sesuai dengan apa yang terjadi dalam proses pelaksanaan di lapangan. Pada tahap ini dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas lebih mengarah pada subsitansi yang menjadi permasalahan pokok untuk dapat meningkatkan prestasi belajar dan aktivitas siswa dengan menerapkan metode pembelajaran demontrasi.

Pelaksanaan tindakan dalam PTK ini didasarkan atas pertimbangan teroritik dan empirik agar hasil yang diperoleh berupa peningktan kinerja dan hasil program optimal. Pelaksana PTK adalah guru kelas bersangkutan, namun bisa juga berkolaborasi dengan pihak lain.

1) Siklus I

a) Pelaksanaan proses pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan dan rencana pembelajaran yang telah disusun untuk siklus pertama berdasarkan hasil refleksi observasi pendahuluan.

b) Pelaksanaan pre-test dilakukan sebelum dan sesudah proses pembelajaran siklus I berlangsung. Pre-test ini dimaksudkan untuk mengetahui prestasi belajar siswa.


(34)

pelaksanaan pmengumpulkan data dari siklus I dan siklus II.

d) Pelaksanaan analisis dan refleksi, dilakukan oleh peneliti dan guru mitra setelah usai pelaksanaan tindakan guna mengkaji dan menganalisis data yang diperoleh dari proses tindakan yang akan dijadikan sebagai bahan perencanaan tindakan baru yang dilakukan pada siklus bertikutnya, bila pada siklus I hasilnya yang ingin dicapai belum tercapai.

e) Pelaksanaan perencanaan ulang (re-plan) dilakukan setelah kesimpulan dari pelaksanaan refleksi didapat. Pelaksanaan perencanaan ini dilaksanakan bila pada siklus pertama belum tercapai yang ingin dicapai. 2) Siklus II

Tahapan pembelajaran pada siklus II sama seperti pembelajaran pada siklus I. Namun pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus II ini, dilihat berdasarkan pada hasil refleksi siklus I dan rencana perbaikan pembelajaran yang telah disusun untuk siklus II.

Alur pelaksanaan rencana penelitian ini dijelaskan dalam gambar 3.3 menurut alur pelaksanaan penelitian pada gambar 3.3, pelaksanaan PTK diawali dengan adanya permasalahan yang diidentifikasi oleh guru (peneliti) yang dirasakan menggangu dan menghalangi pencapaian tujuan pendidikan.


(35)

Samuel, 2013

SIKLUS I

SIKLUS II

SIKLUS III

Gambar 3.4 Alur Pelaksanaan PTK

Dari identifikasi masalah yang ada, dapat dilakukan diagnosis kemungkinan penyebab permasalahan sehingga ada gambaran untuk melakukan alternatif tindakan yang akan dilakukan untuk menyelesaikan permasalahannya. Alternatif tindakan yang dinilai terbaik, kita buat rencana tindakannya dan akhirnya kita lakukan tindakan. Dalam PTK proses merupakan hal terpenting ketika melakukan tindakan, maka pelaksanaan tindakan ini senantiasa diobservasi oleh guru mitra.

- Proses pembelajaran hasil belajar Demontrasi) Pelaksanaan Tindakan I Post-Test Observasi dan Evaluasi Tindakan I Analisis dan Refleksi

Tindakan I Masalah Terselesaikan Masalah Belum Terselesaikan Identifikasi Permasalahan

- Wawancara dengan guru - Proses pembelajaran hasil

belajar

Rencana Tindakan I (Penerapan Metode Demontrasi) Pre-Test Pelaksanaan Tindakan II Post-Test Observasi dan Evaluasi Tindakan II Analisis dan Refleksi

Tindakan II Masalah

Terselesaikan

Masalah Belum Terselesaikan


(36)

Pengamatan atau obeservasi adalah upaya mengamati dan

mendokumentasikan hal-hal yang terjadi selama tindakan berlangsung di laksanakan. Selama berlangsungnya proses kegiatan pembelajaran di observasi

dari awal sampai akhir. Kunandar (2008: 143) mengemukakan bahwa; observasi biasanya digunakan sebagai penyeledikan tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu peristiwa yang dapat diamati baik dalam sesuatu yang sesungguhnya maupun situasi bantuan. Dalam PTK, observasi adalah suatu upaya pengamatan yang memusatkan pada proses kegiatan pembelajaran untuk pengumpulan data yang berkenaan dengan pelaksanaan tindakan. Artinya, segala sesuatu yang terjadi selama berlangsungnya pelaksanaan tindakan tidak luput dari pengamatan dan mendokumentasikannya.

Tahap ini berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan. Untuk kelancaran kegiatan observasi dilakukan oleh observer antara lain guru mata pelajaran dan rekan sejawat. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang bersamaan. Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama tindakan berlangsung. Selain itu, dalam pengamatan dilakukan juga dianalisis. Peneliti akan melakukan analisa berdasarkan pengamatan seluruh pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini, peneliti dan mitra melakukan pengamatan terhadap gejala-gejala yang muncul selama berlanggsungnya tindakan yang dilakukan oleh peneliti. Kegiatan ini bertujuan untuk merekam dan mengumpulkan data yang diperlukan oleh peneliti.


(37)

Samuel, 2013

observasi prestasi belajar aspek afektif, lembar observasi prestasi belajar aspek psikomotor, lembar observasi aktivitas siswa, dan lembar observasi aktivitas guru. Hasil observasi dalam penelitian ini nantinya ialah berdasarkan data-data yang terekam dikelas, selama proses tindakan berlangsung. Peneliti bersama-sama dengan mitra peneliti juga akan melakukan interpretasi terhadap data-data yang diperoleh. Setiap akhir tindakan, peneliti dengan mitra melakukan diskusi balikan mengenai hal-hal yang harus diperbaiki, ditingkatkan, ditambah, atau dikurangi bahkan dihilangkan dalam tindakan berikutnya untuk memperoleh data yang diinginkan. Hasil diskusi balikan tersebut kemudian oleh peneliti dijadikan acuan tindakan berikut yang akan dilakukan.

d. Tahap Refleksi (Reflection)

Epon Ningrum (2009: 53), berpendapat bahwa; “refleksi merupakan tahap ke empat yaitu langkah untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi

guna penyempurnaan tindakan berikutnya.” Melalui kegiatan refleksi, peneliti

akan menetapkan apa yang telah tercapai, apa yang belum tercapai, serta apa yang perlu diperbaiki lagi dalam proses pembelajaran selanjutnya. Kegiatan refleksi mencakup analisis, sintesis dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang telah dilakukan. Refleksi dalam penelitian ini dilakukan guru pelaku (peneliti) bersama dengan observer terhadap berbagai masalah yang terjadi dikelas.


(38)

data yang telah terkumpul harus secepatnya dianalisis dan di interpretasi (diberi makna), sehingga dapat segera diketahui apakah tindakan yang dilakukan telah mencapai tujuan. Dengan demikian, salah satu aspek penting dari kegiatan refleksi adalah melakukan evaluasi terhadap keberhasilan dan pencapaian tindakan atau dengan kata lain melakukan analisis data. Jika hasil refleksi menunjukan harus dilakukan suatu perbaikan, maka ada kemungkinan rencana tersebut perlu dilanjutkan untuk disempurnakan kembali pada tindakan selanjutnya.

2. Evaluasi

Kegiatan ini sebagai proses mengumpulkan, mengolah dan menyajikan informasi, sehingga bermanfaat untuk pengambilan keputusan tindakan, perencanaan tindakan, observasi, dan refleksi yang merupakan proses yang terkait dan berkesinambungan. Evaluasi ditunjukan penemuan bukti peningkatan prestasi belajar dan aktivitas pada kompetensi menggambar dua dimensi dengan menggunakan CAD peserta didik kelas XI KRPU 2 SMKN 12 Bandung. Siklus penelitian tindakan tersebut dilakukan secara berulang-ulang sehingga dicapai hasil yang optimal. Evaluasi diarahkan pada penemuan bukti-bukti peningkatan prestasi belajar perserta didik yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

3. Penyusunan Laporan

Penyusunan penelitian PTK seperti halnya jenis penelitian yang lain, yaitu disusun sesudah kerja penelitian berakhir.


(39)

Samuel, 2013

1. Data Penelitian

Arikunto (2010: 161) menyatakan bahwa; “ Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta ataupun angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi, sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk suatu keperluan.” Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Data mengenai jumlah Siswa Kelas XI KRPU 2 Tahun Ajaran 2011/2012 yang diperoleh dari TU SMK Negeri 12 Bandung.

b. Data mengenai prestasi belajar siswa kelas XI KRPU 2 pada kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD di SMK Negeri 12 Bandung, meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Data aktivitas belajar siswa dan aktivitas guru selama melakukan proses pembelajaran.

2. Sumber Data Penelitian

Bahan untuk menyusun suatu informasi diperoleh dari sumber data. Arikunto (2010: 172) mengemukakan bahwa, “Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data itu dapat diperoleh”. Untuk data pendukung adalah dokumentasi yang diperoleh dari guru mata pelajaran, staf TU SMKN 12 Bandung dan peserta didik yang akan dilihat peningkatan kemampuan setelah dilakukan penerapan metode demontrasi dalam proses pembelajaran pada kompetensi menggambar dua dimensi dengan sistem CAD. Fokus penelitian ini


(40)

pada kelas KRPU 2.

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 1. Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan suatu bahan yang sangat diperlukan untuk dianalisa. Untuk itu maka diperlukan teknik pengumpulan data yang relevan dengan penelitian. Teknik pengumpulan data dalam PTK ini dilakukan dengan cara observasi, pre-test dan post-test. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam PTK ini adalah sebagai berikut:

1) Observasi

Dalam PTK observasi dilakukan terutama untuk memantau proses dan dampak pembelajaran yang diperlukan untuk dapat menata langkah-langkah perbaikan. Observasi biasanya digunakan sebagai penyelidikan tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu peristiwa yang diamati baik dalam sesuatu yang sesungguhnya maupun situasi buatan. Kunandar (2008: 139) mengemukakan bahwa:

Pengamatan atau observasi merupakan alat yang tebukti efektif untuk mempelajari tentang metode dan srategi yang di implementasikan di kelas, misalnya tentang organisasi kelas, mersepon peserta didik terhadap lingkungan kelas dan sebagainya.

Observasi dilakukan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menjaring beberapa data berupa aktivitas belajar siswa selama proses belajar mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran Demontrasi. Sebelum digunakan, pedoman observasi ini sebelumnya akan dikonsultasikan pada pembimbing dan setealah mendapat persetujuan dapat digunakan dalam penelitian.


(41)

Samuel, 2013

Post-test yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk subjektif. Test subjektif pada umumnya berbentuk uraian. Arikunto (2009: 162)

menggungkapkan bahwa “test berbentuk esai adalah sejenis test kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata.” Test yang diberikan dimaksudkan untuk mengukur perkembangan atau kemajuan siswa sebelum dan sesudah menempuh proses pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran demontrasi. Juga meningkatkan kemampuan pemecahan masalah serta aktivitas pembelajaran siswa.

Pre-test digunakan untuk mengukur kemampuan awal peserta didik sebelum pelaksanaan pembelajaran degan menggunakan metode pembelajaran demontrasi. Post-test digunakan untuk mengukur kemajuan dan membandingkan peningkatan pemahaman dan prestasi belajar aspek kognitif peserta didik pada kelompok penelitian sesudah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode demontrasi pada kompetensi menggambar dua dimensi dengan menggunakan sistem CAD. Test ini akan menguji aspek kognitif peserta didik dengan tingkat hapalan, pemahaman dan aplikasi, adapun test yang digunakan untuk pre-test dan post-test merupakan soal yang sama, dimaksudkan supaya tidak ada pengaruh perbedaan kualitas instrumen terhadap perubahan pengetahuan dan pemahaman yang terjadi.

2. Instrumen Penelitian dan Alat Pengumpul Data

Sesuai dengan rumusan masalah dan untuk menguji data yang diajukan dalam penelitian ini, maka diperlukan alat pengumpul data. Alat pengumpul data


(42)

penelitian ini, berupa lembar test, lembar observasi, dan dokumentasi. 1) Lembar Test

Lembar test digunakan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik pada ranah kognitif. Penyusunan instrumen untuk test ini berdasarkan indikator hasil belajar yang hendak dicapai pada siklus-siklus pembelajaran. Soal-soal test terdiri dari pertanyaan-pertanyaan materi kompetensi menganggambar dua dimensi dengan sistem CAD. Soal test tersebut terdiri dari beberapa soal yang berbeda antara siklus I, II dan siklus selanjutnya, hal ini dimaksudkan agar test berlangsung lebih objektif, selain itu tes dilakukan dua kali setiap siklusnya yaitu pre-test dan post-test.

Test ini akan menguji ranah kognitif peserta didik dengan tingkat hapalan, pemahaman, aplikasi. Adapun tes yang digunakan untuk pre-test dan post-test merupakan soal yang sama. Dimaksudkan supaya tidak ada pengaruh perbedaan kualitas terhadap perubahan pengetahuan dan pemahaman yang terjadi.

2) Lembar Observasi

“Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis

terhadap gejala yang berdampak pada objek penelitian” (Sukmadinata, 2008: 220). Dalam penelitian ini, observasi merupakan upaya pengamatan dan dokumentasi hal-hal yang tejadi selama proses berlangsungnya tindakan untuk mendapatkan data-data keaktifan peserta didik selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi hasil belajar aspek afektif dan psikomotor, lembar observasi


(43)

Samuel, 2013

ini untuk mengetahui sejauh mana keterlaksanaan belajar tercapai pada saat melakukan tindakan.

Pedoman Observasi:

1) Oral Activities: bertanya, menjawab pertanyaan,

(apakah siswa mengajukan pertanyaan atau menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan materi pembelajaran menggambar dua dimensi?)

2) Writing Activies: menyalin dan menulis materi belajar,

(apakah siswa menyalni/menulis materi yang ditulis/dijelaskan oleh guru?)

3) Motor Activies: membuat gambar dua dimensi

(apakah siswa melaksanakan tugas gambar dua dumensi yang ditugaskan oleh guru?)

Gambar 3.5 Pedoman Observasi Aktivitas Siswa Tabel 3.1

Format Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa

N O

Aktivitas yang diamati pada

kegiatan pembelajaran di

kelas

Oral activities Writing activities Motor activities

Bertanya, mengajukan atau menjawab pertanyaan

Menyalin/menulis Materi Belajar

Membuat gambar dua dimensi

Nama Siswa Checklist (√)

3) Dokumentasi

Dokumentasi disini merupakan cara untuk memperoleh data dari responden. Untuk teknik dokumentasi ini peneliti memperoleh informasi dari berbagai sumber tertulis atau dokumen. Dokumen yang didapat digunakan untuk mendeskripsikan dan menganalisis perkembangan kemampuan peserta didik


(44)

penelitian ini peneliti menggunakan rekaman foto, video dan catatan harian.

F. Pengujian Instrumen Penelitian

Pengujian instrumen pada penelitian ini menggunakan pendapat ahli (judgment expert). Dalam hal ini guru kompetensi Mengggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD SMKN 12 Bandung. “Aspek-aspek yang akan

di ukur berdasarkan teori selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli” Sugiono

(2012: 177). Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun, sebelum dilakukan pre-test soal terlebih dahulu dikonsultasikan dengan ahli. Setelah mendapat persetujuan dengan ahli apakah soal yang diuji cobakan sudah sesuai dengan maka dilakukan uji coba instrumen.

G. Teknik Analisis Data

Berdasarkan salah satu karakteristik penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu pengolahan datanya hanya menuntut pengunaan statistik yang sederhana, maka dalam penelitian ini tidak memerlukan pendekatan statistik yang terlalu rumit. Kemudian setelah pengumpulan data sudah dilakukan, maka data yang sudah terkumpul harus diolah dan dianalisis.

Analsisis dalam penelitian ini, menggunakan anaisis data deskriptif. Data yang diambil adalah data kuantitatif dari hasil tes, serta data kualitatif yang menggambarkan keaktifkan, kemandirian, antusias, partisipasi perseta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Data kuantatif adalah data yang diperoleh dari tes


(45)

Samuel, 2013

kuantitatif. Perbadingan antara nilai rata-rata kelas antara tes I dan tes II digunakan untuk mengetahui adanya peningkatan nilai dengan menggunakan anaisis statistik sederhana. Jika nilai rata-rata kelas pada tes II lebih besar dari tes I maka ada peningkatan hasil prestasi belajar siswa pada kompetensi menggambar dua dimensi dengan menggunakan sistem CAD yang menerapkan metode

pembelajaran demontrasi pada proses pembelajarannya. Data kuantitatif di analisis dengan menggunakan metode deskriptif.

H. Interpretasi Data Penelitian

Pada tahap ini, peneliti melakukan interpretasi data atau menggambarkan temuan-temuan hasil penelitian berdasarkan landasan teoritis yang telah dipilih. Hasil interpretasi ini diharapkan dapat memperoleh makna yang cukup berarti sebagai bahan untuk tindakan selanjutnya atau untuk kepentingan peningkatan kinerja mengajar guru.

1. Hasil Pengamatan Kegiatan Pembelajaran

Analisis hasil pengamatan selama kegiatan pembelajaran berlangsung dilakukan observasi mengenai aktivitas guru dan siswa.

1) Aktivitas Siswa

Presentase aktivitas siswa

x 100% C

B

A


(46)

x 100% Z

Y

X

Keterangan:

A = Presentase aktivitas siswa

B = Jumlah frekuensi yang dilakukan siswa C = Jumlah frekuensi seluruh aktivitas siswa X = Presentase aktivitas guru yang dilakukan Y = Jumlah frekuensi aktivitas guru yang dilakukan Z = Jumlah frekuensi seluruh aktivitas guru

Selanjutnya data akan dibagi ke dalam lima kategori skala. Tabel 3.2

Klasifikasi Aktivitas

Sumber: Laksmini (Mulyadi, Y., 2010:72) 2. Prestasi Belajar

Peningkatan prestasi belajar dilihat dari pengolahan data hasil pretasi belajar aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Data-data tersebut kemudian dapat menunjukan peningkatan prestasi belajar siswa dengan menggunakan rumus sebagai barikut:

NA = NK (30%) + NP (50%) + NA (20%) (SMKN 12 Bandung) Dimana:

NA = Nilai Akhir

NK = Nilai prestasi aspek kognitif

NP = Nilai prestasi belajar aspek psikomotor NA = Nilai prestasi belajar aspek afektif

Presentase Kategori

80% ≤ A ≤ 100% Sangat Tinggi

60% ≤ A < 80% Tinggi

40% ≤ A < 60% Sedang

20% ≤ A < 40% Rendah


(47)

Samuel, 2013

Tabel 3.3

Klasifikasi Nilai Prestasi Belajar

Sumber: Depdiknas, 2008:31) 3. Prestasi Belajar Aspek Kognitif

Peningkatan kemampuan siswa pada aspek kognitif dapat dilihat setelah peneliti mendapatkan hasil dari tes yang dilakukan, berupa pre-test dan post-test. Kemudian data prestasi belajar tersebut diolah. Data-data tersebut kemudian menunjukan peningkatan kemampuan siswa pada aspek kognitif di tiap siklusnya. Setelah di interpretasikan ke dalam Indeks Prestasi Kelas (IPK), untuk mencari IPK digunakan rumus sebagai berikut:

100 x SMI

Rata -Rata

IPK

Dimana:

SMI = Skor Maksimum Ideal

Maka untuk mengukur prestasi belajar aspek afekif siswa, data yang sudah di peroleh diinterpretasikan ke dalam lima kategori yaitu sangat randah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi sesuai dengan tabel 3.4 dibawah ini

No Nilai Kategori

1 90 ≤ HB≤ 100

Kompeten

Amat baik

2 80 ≤ HB < 90 Baik

3 70 ≤ HB < 80 Cukup


(48)

Tabel 3.4

Kategori Interpretasi untuk IPK Aspek Kognitif

(Panggabean, 2006: 42) 4. Prestasi Belajar Siswa Aspek Afektif

Peningkatan kemampuan siswa pada aspek kognitif dapat terlihat apabila data-data yang dihasilkan dan lembar observasi siswa pada aspek afektif sudah diperoleh, lembar observasi tersebut dapat dilihat pada lampiran. Sedangkan untuk hasil observasinya terdapat pada lembar lampiran observasi ini kemudian di interpretasikan dalam bentuk IPK aspek afektif, sebagai berikut:

Tabel 3.5

Kategori Interpretasi untuk IPK Aspek Afektif

(Panggabean, 2006: 43) 5. Prestasi Belajar Siswa Aspek Psikomotor

Peningkatan kemampuan siswa pada aspek psikomotor tiap siklus dapat diperoleh setelah hasil dari observasi siswa aspek psikomotor diolah, hasil

No Kategori Prestasi Kelas Interpretasi

1 00,00 - 30,09 Sangat rendah

2 31,00 - 54,00 Rendah

3 55,00 - 74,00 Sedang

4 75,00 - 89,00 Baik

5 90,00 - 100,0 Sangat Baik

No Kategori Prestasi Kelas Interpretasi

1 00,00 - 30,00 Sangat Negatif

2 31,00 - 54,00 Negatif

3 55,00 - 74,00 Netral

4 75,00 - 89,00 Positif


(49)

Samuel, 2013

sebagai berikut:

Tabel 3.6

Kategori Interpretasi IPK untuk Aspek Psikomotor

(Panggabean, 2006: 44) 6. Menghitung Nilai N-Gain

Menyatakan gain (peningkatan) dalam hasil proses pembelajaran tidaklah mudah, dengan menggunakan gain absolut (selilisih antara skor pre-test dan post-test) kurang dapat menjelaskan nama sebenarnya yang dikatakan gain tinggi dan mana yang dikatakan gain rendah. Misalnya, siswa yang memiliki gain 2 dari 4 ke 6 dan siswa yang memiliki gain dari 6 ke 8 dari suatu soal dengan dengan nilai maksimal 8. Gain absolut menyatakan bahwa kedua siswa memiliki gain yang sama. Secara logis seharusnya siswa kedua memiliki gain yang lebih tinggi

dari siswa pertama. Hal ini karena usaha meningkatkan dari 6 ke 8 (nilai maksimal) akan lebih berat daripada meningkatkan 4 ke 6. Menyikapi

kondisi bahwa siswa yang memiliki gain absolut sama belum tentu memiliki gain hasil belajar yang sama. Hake dalam N.fitriyanti (2008:50) mengembangkan sebuah alternatif untuk menjelaskan gain yang disebut gain ternormalisasi (normalize gain).

No Kategori Prestasi Kelas Interpretasi 1 00,00 - 30,00 Sangat Kurang Terampil

2 31,00 - 54,00 Kurang Terampil

3 55,00 - 74,00 Cukup Terampil

4 75,00 - 89,00 Terampil


(50)

hasil pre-test dan post-test, perhitungan nilai N-Gain dilakukan untuk melihat rata-rata peningkatan prestasi belajar pada kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD. Gain ternormalisasi (N-gain) diformulasikan dalam bentuk persamaan dibawah ini:

pre test pre test post test

Gain N

Skor ideal

Skor

Skor -Skor

 

Kategori gain ternormalisasi disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 3.7

Tabel Klasifikasi N-Gain

(Hake, 1998) Skor N-Gain Kriteria Normalized Gain

0,70 < N-Gain Tinggi

0,30 ≤ N-Gain 0,70 Sedang


(51)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dengan menerapkan metode pembelajaran Demontrasi pada Standar Kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD Jurusan Konstruksi Rangka Pesawat Udara di SMKN 12 Bandung, maka penulis menyimpulkan:

1. Terdapat peningkatan aktivitas belajar siswa dari siklus I sampai siklus III setelah menggunakan metode pembelajaran demontrasi. Pada siklus I aktivitas siswa masuk ke dalam kategori sedang, kemudian mengalami peningkatan menjadi kategori tinggi pada siklus II, begitu pula pada siklus III meningkat menjadi kategori sangat tinggi

2. Terdapat peningkatan aktivitas guru tiap siklusnya, dari siklus I sampai siklus III. Siklus I masuk ketegori sedang, siklus II masuk kategori tinggi dan pada siklus III meningkat menjadi sangat tinggi.

3. Terdapat peningkatan prestasi belajar siswa dari siklus I ke siklus berikutnya. Hal ini ditunjukan dari pencapaian nilai KKM yang dialami siswa pada tiap siklus. Siklus I masuk kategori kompeten dengan predikat baik, siklus II masuk kategori kompeten dengan predikat amat baik, kemudian siklus III masuk kategori kompeten dengan predikat amat baik.


(52)

B. Saran

Setelah melakukan penelitian ini, maka terdapat beberapa saran yang akan penulis sampaikan diantaranya :

1. Bagi guru kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD, metode pembelajaran demontrasi dapat dijadikan alternatif pembelajaran yang perlu dipertimbangkan untuk dipergunakan, karena metode ini dianggap mampu meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi siswa.

2. Bagi siswa diharapkan mengikuti tahapan-tahapan metode pembelajaran demontrasi yang diterapkan oleh guru dengan serius agar bisa mendapatkan prestasi belajar yang lebih maksimal.

3. Bagi sekolah, diharapkan dapat menyediakan sarana dan prasarana pembelajaran guna menunjang penerapan metode pembelajaran demontrasi ini seperti ruangan kelas yang nyaman serta alat-alat pembelajaran yang harus dilengkapi.

4. Bagi peneliti selanjutnya, perlu direkomendasikan untuk mencoba penerapan metode pembelajaran demontrasi terhadap kelompok mata pelajaran produktif lain untuk melihat keberhasilannya.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

__________ (2006). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.

Arikunto, S. et all. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Aqib, Z. (2006). Peneltian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.

Alip H. (2010). Penerapan Multimedia Interaktif Pada Mata Pelajaran Mesin Pendingin Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa. Skiripsi FPTK UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kurikulum SMK Edisi Tahun 2008. Jakarta: Depdiknas.

Depdikbud. (2004). GBPP Kurikulum SMK edisi 2004. Jakarta: Depdikbud. Hamalik, O. (2002). Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi,

Jakarta: Bumi Aksara.

________ (2010). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasibuan dan Moedjiono. (1986). Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV. Remaja Karya.

Hake, R.R. (1998). Interactive-Engagement Methods In Introductory Mechanics Course. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu./~sdi/IEM-2b. Pdf. [21 Februari 2012].

http://www.ridwancivil.wordpress.com/2010/06/13/modul-atocad/ Pdf. [12 Maret 2012].

Kunandar, (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Moedjiono. (1993). Srategi Belajar Mengajar. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Mulyasa, E. (2009). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rodakarya. Makmun, A.S. (2009). Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Panggabean, L. (2006). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: FPMIPA


(54)

Pinem Daud. (2010). Autocad 2 Dimensi dan 3 Dimensi. Bandung: Informatika. Ningrum E. (2009). Peneletian Tindakan Kelas. Bandung: Buana Nusantara. Rooijakkers. (1991). Mengajar Dengan Sukses. Jakarta: Grasindo.

Rochiati, W. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Sadirman, A.M (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

Siregar S. (2004). Statistik Terapan Untuk Penelitian. Jakarta: Grasindo.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Vipta.

Sudjana. (1996). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudjana. (2008). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2005). Metode Penelitian. Jakarta: Alfabeta.

Suherman, E. (2003). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sanjaya, W. (2006). Srategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Univesitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Usman, U. (2006). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Walgito, B. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Jogyakarta: Andi Ofset.

Winarno, S. (1986). Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: PT Intan.

Winkel, W.S. (1991). Psikologi Pengajaran Edisi Revisi. Yogyakarta: Media Abadi.


(1)

Samuel, 2013

Penerapan Pembelajaran Demonstrasi Pada Standar Kompetensi Menggambar Dua Dimensi Dengan Menggunakan Sistem CAD Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Di SMK Negeri 2 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tersebut kemudian di interpretasikan ke dalam bentuk IPK aspek psikomotor, sebagai berikut:

Tabel 3.6

Kategori Interpretasi IPK untuk Aspek Psikomotor

(Panggabean, 2006: 44)

6. Menghitung Nilai N-Gain

Menyatakan gain (peningkatan) dalam hasil proses pembelajaran tidaklah mudah, dengan menggunakan gain absolut (selilisih antara skor pre-test dan post-test) kurang dapat menjelaskan nama sebenarnya yang dikatakan gain tinggi dan mana yang dikatakan gain rendah. Misalnya, siswa yang memiliki gain 2 dari 4 ke 6 dan siswa yang memiliki gain dari 6 ke 8 dari suatu soal dengan dengan nilai maksimal 8. Gain absolut menyatakan bahwa kedua siswa memiliki gain yang sama. Secara logis seharusnya siswa kedua memiliki gain yang lebih tinggi

dari siswa pertama. Hal ini karena usaha meningkatkan dari 6 ke 8 (nilai maksimal) akan lebih berat daripada meningkatkan 4 ke 6. Menyikapi

kondisi bahwa siswa yang memiliki gain absolut sama belum tentu memiliki gain hasil belajar yang sama. Hake dalam N.fitriyanti (2008:50) mengembangkan sebuah alternatif untuk menjelaskan gain yang disebut gain ternormalisasi (normalize gain).

No Kategori Prestasi Kelas Interpretasi

1 00,00 - 30,00 Sangat Kurang Terampil

2 31,00 - 54,00 Kurang Terampil

3 55,00 - 74,00 Cukup Terampil

4 75,00 - 89,00 Terampil


(2)

84

N-Gain adalah normalisasi gain, gain biasa disebut perolehan yaitu dari hasil pre-test dan post-test, perhitungan nilai N-Gain dilakukan untuk melihat rata-rata peningkatan prestasi belajar pada kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD. Gain ternormalisasi (N-gain) diformulasikan dalam bentuk persamaan dibawah ini:

pre test pre test post test

Gain N

Skor ideal

Skor

Skor -Skor

 

Kategori gain ternormalisasi disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.7

Tabel Klasifikasi N-Gain

(Hake, 1998)

Skor N-Gain Kriteria Normalized Gain

0,70 < N-Gain Tinggi

0,30 ≤ N-Gain 0,70 Sedang


(3)

149

Samuel, 2013

Penerapan Pembelajaran Demonstrasi Pada Standar Kompetensi Menggambar Dua Dimensi Dengan Menggunakan Sistem CAD Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Di SMK Negeri 2 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dengan menerapkan metode pembelajaran Demontrasi pada Standar Kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD Jurusan Konstruksi Rangka Pesawat Udara di SMKN 12 Bandung, maka penulis menyimpulkan:

1. Terdapat peningkatan aktivitas belajar siswa dari siklus I sampai siklus III setelah menggunakan metode pembelajaran demontrasi. Pada siklus I aktivitas siswa masuk ke dalam kategori sedang, kemudian mengalami peningkatan menjadi kategori tinggi pada siklus II, begitu pula pada siklus III meningkat menjadi kategori sangat tinggi

2. Terdapat peningkatan aktivitas guru tiap siklusnya, dari siklus I sampai siklus III. Siklus I masuk ketegori sedang, siklus II masuk kategori tinggi dan pada siklus III meningkat menjadi sangat tinggi.

3. Terdapat peningkatan prestasi belajar siswa dari siklus I ke siklus berikutnya. Hal ini ditunjukan dari pencapaian nilai KKM yang dialami siswa pada tiap siklus. Siklus I masuk kategori kompeten dengan predikat baik, siklus II masuk kategori kompeten dengan predikat amat baik, kemudian siklus III masuk kategori kompeten dengan predikat amat baik.


(4)

150

B. Saran

Setelah melakukan penelitian ini, maka terdapat beberapa saran yang akan penulis sampaikan diantaranya :

1. Bagi guru kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD, metode pembelajaran demontrasi dapat dijadikan alternatif pembelajaran yang perlu dipertimbangkan untuk dipergunakan, karena metode ini dianggap mampu meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi siswa.

2. Bagi siswa diharapkan mengikuti tahapan-tahapan metode pembelajaran demontrasi yang diterapkan oleh guru dengan serius agar bisa mendapatkan prestasi belajar yang lebih maksimal.

3. Bagi sekolah, diharapkan dapat menyediakan sarana dan prasarana pembelajaran guna menunjang penerapan metode pembelajaran demontrasi ini seperti ruangan kelas yang nyaman serta alat-alat pembelajaran yang harus dilengkapi.

4. Bagi peneliti selanjutnya, perlu direkomendasikan untuk mencoba penerapan metode pembelajaran demontrasi terhadap kelompok mata pelajaran produktif lain untuk melihat keberhasilannya.


(5)

151

Samuel, 2013

Penerapan Pembelajaran Demonstrasi Pada Standar Kompetensi Menggambar Dua Dimensi Dengan Menggunakan Sistem CAD Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Di SMK Negeri 2 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

__________ (2006). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.

Arikunto, S. et all. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Aqib, Z. (2006). Peneltian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.

Alip H. (2010). Penerapan Multimedia Interaktif Pada Mata Pelajaran Mesin Pendingin Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa. Skiripsi FPTK UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kurikulum SMK Edisi Tahun 2008. Jakarta: Depdiknas.

Depdikbud. (2004). GBPP Kurikulum SMK edisi 2004. Jakarta: Depdikbud. Hamalik, O. (2002). Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi,

Jakarta: Bumi Aksara.

________ (2010). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasibuan dan Moedjiono. (1986). Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV. Remaja Karya.

Hake, R.R. (1998). Interactive-Engagement Methods In Introductory Mechanics Course. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu./~sdi/IEM-2b. Pdf. [21 Februari 2012].

http://www.ridwancivil.wordpress.com/2010/06/13/modul-atocad/ Pdf. [12 Maret 2012].

Kunandar, (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Moedjiono. (1993). Srategi Belajar Mengajar. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Mulyasa, E. (2009). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rodakarya. Makmun, A.S. (2009). Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Panggabean, L. (2006). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: FPMIPA


(6)

152

Pinem Daud. (2010). Autocad 2 Dimensi dan 3 Dimensi. Bandung: Informatika. Ningrum E. (2009). Peneletian Tindakan Kelas. Bandung: Buana Nusantara. Rooijakkers. (1991). Mengajar Dengan Sukses. Jakarta: Grasindo.

Rochiati, W. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Sadirman, A.M (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

Siregar S. (2004). Statistik Terapan Untuk Penelitian. Jakarta: Grasindo.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Vipta.

Sudjana. (1996). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudjana. (2008). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2005). Metode Penelitian. Jakarta: Alfabeta.

Suherman, E. (2003). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sanjaya, W. (2006). Srategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Univesitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Usman, U. (2006). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Walgito, B. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Jogyakarta: Andi Ofset.

Winarno, S. (1986). Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: PT Intan.

Winkel, W.S. (1991). Psikologi Pengajaran Edisi Revisi. Yogyakarta: Media Abadi.


Dokumen yang terkait

Perbedaan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Cahaya Dengan Menggunakan Metode Eksperimen Dan Metode Demonstrasi

1 10 213

PENERAPAN VIDEO PEMBELAJARAN CAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENGGAMBAR DUA DIMENSI

0 15 133

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODUL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGAMBAR CAD 3D DI SMK NEGERI 10 SEMARANG

0 6 180

PENERAPAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MODEL TUTORIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MENGGAMBAR MENGGUNAKAN SISTEM CAD.

1 15 31

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA STANDAR KOMPETENSI MENGGAMBAR KONSTRUKSI ATAP DI SMK NEGERI 1 MAJALENGKA.

0 1 53

PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN E-LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA STANDAR KOMPETENSI MENGGUNAKAN HASIL PENGUKURAN DI SMK NEGERI 4 BANDUNG.

0 0 46

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGAMBAR KONSTRUKSI BANGUNAN SMK NEGERI 5 BANDUNG.

0 0 30

PENERAPAN VIDEO PEMBELAJARAN CAD DENGAN MODEL VAK UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI MENGGAMBAR DENGAN PERANGKAT LUNAK SISWA SMKN 1 MIRI JURNAL

0 0 13

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR KOMPETENSI COMPUTERISED AIDED DESIGN (CAD) DENGAN SOFTWARE INVENTOR SISWA KELAS XI TEKNIK PEMESINAN DI SMK NEGERI 2 KLATEN.

0 5 267

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR KOMPETENSI COMPUTERISED AIDED DESIGN (CAD) DENGAN SOFTWARE INVENTOR SISWA KELAS XI TEKNIK PEMESINAN DI SMK NEGERI 2 KLATEN.

3 17 267