PERBANDINGAN TINGKAT KESIAPSIAGAAN PESERTA DIDIK SD, SMP, DAN SMA DALAM MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI DI KECAMATAN PANGANDARAN KABUPATEN CIAMIS.
PERBANDINGAN TINGKAT KESIAPSIAGAAN
PESERTA DIDIK SD, SMP, DAN SMA DALAM
MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI DI KECAMATAN
PANGANDARAN KABUPATEN CIAMIS
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana S1 Pendidikan Geografi
Oleh
SETIO GALIH MARLYONO
0901162
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
Perbandingan Tingkat Kesiapsiagaan
Peserta Didik SD, SMP, dan SMA
dalam Menghadapi bencana
Tsunami di Kecamatan Pangandaran
Kabupaten Ciamis
Oleh
Setio Galih Marlyono
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Setio Galih Marlyono 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
September 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
(3)
SETIO GALIH MARLYONO 0901162
PERBANDINGAN TINGKAT KESIAPSIAGAAN PESERTA DIDIK SD, SMP, DAN SMA DALAM MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI DI KECAMATAN
PANGANDARAN KABUPATEN CIAMIS
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH : Pembimbing I
Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, M.S NIP. 19600121 198503 2 001
Pembimbing II
Ir. Yakub Malik, M.Pd NIP. 19590101 198901 1 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Geografi
Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd NIP. 19620304 198704 2 001
(4)
PERBANDINGAN TINGKAT KESIAPSIAGAAN PESERTA DIDIK SD, SMP, DAN SMA DALAM MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI DI KECAMATAN
PANGANDARAN KABUPATEN CIAMIS (ABSTRAK)
Setio Galih Marlyono (0901162), 2013
Keadaan Pesisir Selatan Indonesia yang letaknya berdekatan dengan lempeng benua dan lempeng samudra yang saling bertumbukan mengakibatkan sangat rawan dilanda gempa bumi dan bencana tsunami. Salah-satu daerah yang mempunyai potensi dilanda bencana Tsunami adalah Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis. Pada tanggal 17 Juli 2006 pada pukul 15.19 WIB terjadi gempa bumi dengan kekuatan 6,8 skala richter yang terjadi di sebelah Barat Daya Kecamatan Pangandaran yang menyebabkan bencana tsunami dan menimbulkan 500 korban jiwa disepanjang Pantai Selatan Jawa. Kajian mengenai tingkat kesiapsiagaan mengenai bencana tsunami sangat dibutuhkan terutama pada Peserta Didik sekolah, karena apabila tsunami terjadi pada waktu jam pelajaran berlangsung dan para Peserta Didik tidak mengerti akan kesiapsiagaan menghadapi bencana tsunami, maka korban jiwa akan benyak berjatuhan, dan perbedaan tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik SD, SMP dan SMA penting untuk diketahui untuk mengetahui tindakan apa yang cocok untuk meningkatkan tingkat kesiapsiagaan pertingkatan sekolah tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalalah deskriptif. Pelaksanaan penelitian ini menggunakan metode survey, dan tehnik pengumpulan data yang digunakan menggunakan data primer dan sekunder. Pengambilan data primer diperoleh dari penyebaran angket dan wawancara, kemudian data sekunder didapat melalui penelaahan berbagai dokumen, literatur dan intrepretasi peta untuk mendukung penelitian ini. Data tersebut di jelaskan secara deskriftif dan dianalisis melalui parameter yang dijabarkan oleh Carter kemudian LIPI dan UNESCO. Sampel mengambil seluruh sekolah SD, SMP, dan SMA di Kecamatan Pangandaran yang terdiri dari beberapa Peserta Didik per-sekolah, yang dibagi secara proposional dari jumlah keseluruhan Peserta Didik yang ada. Hasil penelitian, berdasarkan parameter dapat disimpulkan terdapat perbedaan tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik SD, SMP, dan SMA dalam menghadapi bencana Tsunami, semua itu berdasarkan dari hasil Uji T yang telah dilakukan, yaitu Peserta Didik SD dan Peserta Didik SMP terdapat Perbedaan yang Berarti, Kemudian Peserta Didik SD dan Peserta Didik SMA terdapat Perbedaan yang Berarti, dan Peserta Didik SMP dan Peserta Didik SMA terdapat Perbedaan yang Tidak Berarti.
Kata Kunci : Perbandingan, Kesiapsiagaan, Peserta Didik, Bencana Tsunami.
(5)
THE COMPARISON OF PREPAREDNESS LEVEL OF STUDENTS FROM ELEMENTARY SCHOOL, AND SECONDARY SCHOOL IN CONFRONT THE TSUNAMI DISASTER IN THE PANGANDARAN
SUBDISTRICT CIAMIS REGENCY (ABSTRACT)
Setio Galih Marlyono (0901162), 2013
The situation of the coastal area in south of Indonesian which is located contiguous to the continental plates and oceanic plates are very prone to cause overlapping earthquake and tsunami disaster. One of the areas that have the potential tsunami disaster is Pangandaran subdistrict Ciamis regency. On July 17, 2006 at 15:19 p.m an earquake with magnitude 6.8 richter scale that occured in the north-west of Pangandaran subdistrict that caused the tsunami disaster and causing 500 casualties along the southern coast of Java. The study on tsunami preparedness level is needed, especially on school students, because when the tsunami occured during the hours of lessons and the students do not understand the tsunami disaster preparedness, then it will be a lot of casualties falling, and the different levels of preparedness of students from elementary school and secondary school is important to know what action is appropriate to the level of preparedness of the school levels. The methods that used in this research is descriptive method. This research uses survey method, and data collection techniques that are used in this research is primary and secondary data. The primary data obtained from questionnaires and interviews deployment, then the secondary data obtained through the review of various documents, literature and interpretation of maps to support this research. The data was described and analyzed descriptively through the parameters outlined by Carter, then LIPI and UNESCO. The writer taking the samples throughout elementary school, and secondary school in Pangandaran subdistrict that consisting of several students in every school, which divided proportionally than the total number of students. The research findings, based on the parameters it can be concluded that there are differences in the level of preparedness of students from elementary school, and secondary school in confront of the tsunami, all of it based on the results of the T-test that has been conducted, the elementary and junior high school students that is a difference, then the elementary and junior high school students there are significant differences, the last junior high school and senior high school students that there is not difference. The lack participation of the teachers and the Department of Education related to a lack of students maximum preparedness in confront of tsunami.
(6)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR DIAGRAM ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DARFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masala ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN TEORETIK ... 8
2.1Pengertian Bencana ... 8
2.2Mitigasi Bencana ... 10
2.3Kesiapsiagaan ... 12
2.3.1 Pengertian Kesiapsiagaan ... 12
2.3.2 Manfaat Kesiapsiagaan ... 13
2.3.3 Sifat Kesiapsiagaan ... 14
2.3.4 Usaha Peningkatan Kesiapsiagaan ... 15
2.3.5 Parameter Kesiapsiagaan ... 16
2.4Tsunami ... 17
(7)
2.4.3 Kesiapsiagaan Pada Saat Terjadiya Tsunami ... 19
2.5Peserta Didik ... 19
2.5.1 Pengertian Peserta Didik ... 19
2.5.2 Masa Perkembangan Peserta Didik ... 20
2.6Guru ... 22
BAB III PROSEDUR PENELITIAN ... 23
3.1 Lokasi, Populasi dan Sampel ... 23
3.1.1 Lokasi Penelitian ... 23
3.1.2 Populasi ... 23
3.1.3 Sampel Penelitian ... 24
3.2 Variabel Penelitian ... 34
3.3 Metode Penelitian ... 35
3.4 Definisi Operasional ... 36
3.4.1 Bencana ... 36
3.4.2 Kesiapsiagaan ... 37
3.4.3 Perbandingan Tingkat Kesiapsiagaan ... 37
3.4.4 Tsunami ... 38
3.4.5 Peserta Didik ... 38
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 39
3.5.1 Observasi Lapangan ... 39
3.5.2 Wawancara ... 39
3.5.3 Angket ... 40
3.5.4 Studi Literatur ... 40
3.5.5 Studi Dokumentasi ... 40
3.6 Teknik Pengolahan Data ... 41
3.6.1 Editing Data ... 41
3.6.2 Pengkodean ... 41
3.6.3 Tabulasi Data ... 41
(8)
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 43
4.1.1 Kondisi Fisik Daerah Penelitian ... 43
4.1.2 Kondisi Sosial Daerah Penelitian ... 53
4.2 Hasil Penelitian ... 59
4.2.1 Tingkat Kesiapsiagaan Peserta Didik Sekolah Dasar (SD) ... 59
4.2.2 Tingkat Kesiapsiagaan Peserta Didik Sekolah Menengah Pertama (SMP) ... 66
4.2.3 Tingkat Kesiapsiagaan Peserta Didik Sekolah Menengah Atas (SMA) ... 69
4.2.4 Uji T (T-Test) untuk Peserta Didik SD dan SMP ... 72
4.2.5 Uji T (T-Test) untuk Peserta Didik SD dan SMA ... 74
4.2.6 Uji T (T-Test) untuk Peserta Didik SMP dan SMA ... 76
4.3 Pembahasan ... 79
4.3.1 Tingkat Kesiapsiagaan Peserta Didik ... 79
4.3.2 Faktor Yang Menyebabkan Perbedaan Tingkat Kesiapsiagaan Peserta Didik Dalam Menghadapi Bencana Tsunami ... 84
4.3.3 Peran Serta Guru Dalam Tingkat Kesiapsiagaan Peserta Didik Dalam Menghadapi Bencana Tsunami ... 89
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 94
5.1 Kesimpulan ... 94
5.2 Rekomendasi ... 97
DAFTAR PUSTAKA ... 99
(9)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan wilayah yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan Indonesia tersebar sepanjang nusantara mulai ujung barat Pulau Sumatera sampai ujung timur Pulau Papua, yang berupa kekayaan barang tambang, potensi pertanian, kekayaan bawah laut, dan masih banyak lagi. Menurut Sukara dan Tobing (2008: 1):
Indonesia adalah negara maritim, ditaburi dengan lebih dari 17.500 pulau besar dan kecil. Negeri ini tepat berada di daerah khatulistiwa mempunyai lebih dari 42 tipe ekosistem daratan dan 5 (lima) tipe ekosistem laut yang sangat unik mulai dari hamparan es abadi di puncak gunung Jaya Wijaya Papua hingga ke palung laut paling dalam.
Kekayaan alam Indonesia ditunjang oleh kondisi geologi Indonesia yang merupakan pertemuan lempeng-lempeng tektonik menjadikan kawasan Indonesia ini memiliki kondisi geologi yang sangat kompleks. Selain menjadikan wilayah Indonesia ini kaya akan sumberdaya alam, salah satu konsekuensi logis kekompleksan kondisi geologi ini menjadikan banyak daerah-daerah di Indonesia memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap bencana alam. Beberapa diantaranya adalah rawan gempa bumi, tsunami serta rawan letusan gunung api. Menurut Ambarjaya (2006 : 30): “Indonesia berada pada pertemuan 3 lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik. Kondisi ini yang menjadikan Indonesia sebagai daerah yang tingkat kegempaannya sangat tinggi.”.
Bencana alam yang paling mematikan di Indonesia salah-satuna adalah tsunami. Tsunami merupakan salah satu bencana yang paling mematikan bagi umat manusia. Menurut Pasaribu (2005: 1) tsunami adalah “gelombang laut yang terjadi secara mendadak yang disebabkan karena terganggunya kestabilan air laut yang diakibatkan oleh gempa bumi dan adanya gangguan implusif terhadap air laut akibat terjadinya perubahan bentuk dasar laut”.
(10)
Tsunami sering memakan korban jiwa yang sangat besar dan merupakan bencana yang paling menakutkan bagi masyarakat pesisir. Dengan adanya kenyataan ini maka studi potensi tsunami dalam rangka upaya mitigasi jelas penting sekali untuk dilakukan di Indonesia.
Seperti peta yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menggambarkan betapa rawannya Indonesia terkena bencana tsunami, petanya sebagai berikut:
(Sumber: www.geospasial.bnpb.go.id)
Gambar 1.1
Peta Indeks Ancaman Bencana Tsunami Di Indonesia
Pada gambar 1.1 yang berwarna hijau adalah daerah dengan tingkat ancaman bencana tsunami rendah, warna kuning dengan tingkat ancaman bencana tsunami sedang, dan yang berwarna merah merupakan daerah yang mempunyai tingkat ancaman bencana tsunami tinggi, dan Kabupaten Ciamis dalam gambar ini
(11)
termasuk kedalam yang berwarna merah yang berarti tingkat ancaman bencana tsunaminya tinggi.
Pesisir yang sangat rawan diterjang tsunami diantaranya adalah pesisir Pangandaran di Kabupaten Ciamis. Ciamis merupakan salah-satu kabupaten yang berada di bagian tenggara Provinsi Jawa Barat. Ciamis memiliki morfologi yang beragam, sebelah utara merupakan dataran tinggi dengan adanya Gunung Syawal, dan bagian selatan merupakan dataran rendah yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia. Ciamis melimpah akan sumberdaya alamnya, dibuktikan dengan melimpahnya lahan pertanian di wilayah Ciamis, baik itu pertanian lahan kering maupun lahan basah, oleh karena itu banyak dimanfaatkan dengan mengembangkan sektor pariwisata, yang sangat menyejahterakan masyarakat yang ada didalamnya. Salah satu Kecamatan yang terkenal dengan laut dan pariwisatanya adalah Kecamatan Pangandaran yang posisinya berada paling selatan di Kabupaten Ciamis. Kecamatan Pangandaran sangat rawan terkena bencana tsunami, bahkan pada tahun 2006 Kecamatan Pangandaran pernah dilanda bencana gempa dan tsunami, berdasarkan data dari Badan Geologi (2006) bahwa:
Pangandaran pernah diguncang gempa bumi dan kemudian disusul dengan gelombang tsunami seperti data yang tercatatat sebagai berikut: Kejadian Gempa: 17 Juli 2006, jam 15.19.73 WIB petang, Pusat Gempa: 9.295 LS - 107.347 BT, Kekuatan: 7.1 Mw atau 7.2 Mb (USGS) atau 6.8 SR (BMG), Kedalaman: 8 km, Tsunami: Melanda pantai selatan Jawa pada pukul 15.39.45 WIB dengan ketinggian bervariasi dari 1-3.5 m dan rambahan 75-500 m, Korban: 75-500 jiwa yang tersebar disepanjang pantai selatan jawa. Kerugian yang ditimbulkan bencana gempa bumi dan tsunami tersebut sangat banyak, baik itu korban jiwa maupun harta benda, dan tentunya meninggalkan duka dan trauma bagi kebanyakan masyarakat yang bertempat tinggal di sepanjang pesisir selatan Pulau Jawa, yang tentunya akan sangat sulit buat masyarakat tersebut untuk kembali bangkit menata kembali kehidupannya setelah terjadinya bencana.
Kerugian harta benda materi dan korban jiwa yang ditimbulkan oleh gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Pesisir Selatan Pulau Jawa secara keseluruhan
(12)
untuk secara lebih terperincinya dipaparkan oleh Ambarjaya (2006: 54) sebagai berikut :
Bencana Tsunami yang secara keseluruhan melanda sepanjang pantai selatan Jawa Barat, dan Cilacap, dan Yogyakarta tersebut, menelan korban jiwa lebih dari 378 orang meninggal, 272 orang luka-luka, 77 orang menghilang. Kerugian material yang dialami berupa hancurnya 842 rumah, 92 rumah rusak, 62 bangunan hotel dan penginapan hancur, dan 5 kantor hancur. Selain itu, sarana transportasi 56 mobil hancur, 97 motor hancur, 190 kapal boat rusak, dan 29 becak tradisional hancur. Total kerugian akibat bencana tsunami ini berkisar lebih dari 70 milyar rupiah.
Kerugian akibat bencana tsunami di Pantai Pangandaran Kabupaten Ciamis pada Gambar 1.2 diabadikan dalam sebuah foto yang diambil oleh salah satu wartawan BBC United Kingdom sesaat setelah kejadian tsunami.
(Sumber : news.bbc.co.uk)
Gambar 1.2
Puing-Puing Akibat Bencana Tsunami di Pantai Pangandaran
Kemudian dijelaskan oleh Ambarjaya (2006: 30) bahwa penyebab terjadinya tsunami di Pangandaran adalah : “Gempa dan tsunami yang terjadi di laut Selatan Pulau Jawa ini, merupakan akibat dari tumbukan antara Lempeng Oseanik Indo-Australia dan Lempeng Benua Eurasia.”
(13)
Pernyataan tersebut juga diperkuat dengan penjelasan tentang jenis gempa yang terjadi dan bagaimana bisa menyebabkan gelombang tsunami di Pangandaran, menurut Ambarjaya (2006: 30):
Penunjaman yang terjadi menghasilkan gempa dengan kekuatan 6,8 SR (BMG), selanjutnya terjadi deformasi dasar laut yang akan menghasilkan tsunami eartquakegenic. Berdasarkan hasil mekanisme gempa, gempa di laut Selatan Pulau Jawa merupakan tipe reverse fault. Tipe gempa reverse fault pada umumnya akan menyebabkan terjadi deformasi dasar laut sehingga dapat menimbulkan terjadinya gelombang tsunami.
Kecamatan Pangandaran yang pernah dilanda bencana gempa dan tsunami tentunya harus mempunyai penanganan dalam bentuk mitigasi bencana. Penanganan dalam bentuk mitigasi bencana salah-satunya dalam sektor Pendidikan mengenai mitigasi bencana kiranya sangat dibutuhkan untuk diterapkan, terutama untuk menanamkan pemahaman pentingnya memahami bencana, dan bagaimana cara menanggulangi ataupun meminimalisir dampak yang dihasilkan oleh bencana tersebut.
Komposisi penduduk Pangandaran yang padat tentunya harus didukung pula oleh penunjang sumberdaya manusia yang baik, sumberdaya manusia dalam bidang Pendidikan salah-satunya. Tentunya setiap tempat dengan karakteristik masing-masing akan berbeda pula dengan potensi bencana di tempat tersebut, oleh karena itu materi yang disampaikan di sekolah pada setiap tempat yang berbeda akan berbeda sesuai dengan potensi bencana pada tempat tersebut. Di Kecamatan Pangandaran tentunya sangat rawan dilanda bencana tsunami, apabila kejadian tsunami datang pada saat jam sekolah, dan warga sekolah tidak mengetahui mitigasi yang seharusnya dilakukan, tidak menutup kemungkinan akan jatuh korban yang sangat banyak, karena warga sekolah jumlahnya sangat besar berada di lingkungan sekolah pada saat jam sekolah, dan semua itu dapat dihindari apabila semua komponen dari warga sekolah dapat memahami pentingnya mitigasi yang harus dilaksanakan apabila sewaktu-waktu kondisi darurat berlangsung.
Pemberian materi mitigasi bencana di sekolah pada setiap tingkatan pendidikan tentunya akan berpengaruh juga kepada sejauh mana pemahaman
(14)
mereka akan bencana dan bagaimana menjalankan mitigasi bencana di daerah lingkungannya. Peran serta guru dalam setiap tingkatan pendidikan baik itu SD, SMP, dan SMA sederajat sangat penting dalam menanamkan pemahaman mengenai mitigasi bencana sesuai dengan karakteristik daerah masing-masing, dan tentunya penerapan materi setiap tingkatan pendidikan akan berbeda menyesuiakan dengan tingkat perkembangan setiap tingkatan tersebut.
Jarak Sekolah yang sangat dekat dengan bibir pantai, kemudian dengan banyaknya warga sekolah yang setiap harinya melakukan aktifitas di lingkunan sekolah pada waktu yang bersamaan, maka permasalahan muncul apabila sewaktu-waktu terjadi tsunami yang melanda pantai selatan Ciamis, dan akan menimbulkan kerugian yang sangat besar dari segi materi ataupun korban jiwa apabila mitigasi bencana yang dilakukan tidak sesuai dengan standar yang seharusnya dilakukan untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan dari bencana tsunami tersebut.
Berdasarkan fakta-fakta diatas yang menjadi perhatian adalah dengan potensi bencana tsunami yang terdapat di sekolah-sekolah di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis, maka yang tersirat adalah seberapa besarkah pengetahuan Peserta Didik mengenai bencana tsunami?, Bagaimanakah tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik dalam mengantisipasi bencana tsunami? dan bagaimakah perbandingan tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik SD, SMP dan SMA dalam menghadapi bencana tsunami? Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut maka Penulis Mengambil Judul “PERBANDINGAN TINGKAT KESIAPSIAGAAN PESERTA DIDIK SD, SMP, DAN SMA DALAM
MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI DI KECAMATAN
PANGANDARAN KABUPATEN CIAMIS”.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka muncul rumusan masalah sebagai berikut:
1.2.1Bagaimana perbedaan tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik SD, SMP, dan SMA dalam menghadapi bencana tsunami?
(15)
1.2.2Apa saja faktor yang menyebabkan perbedaan tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik SD, SMP, dan SMA dalam menghadapi bencana tsunami?
1.2.3Bagaimana peran guru dalam meningkatkan tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik SD, SMP, dan SMA dalam menghadapi bencana tsunami?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1.3.1Mengidentifikasi perbedaan tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik SD, SMP, dan SMA dalam menghadapi bencana tsunami.
1.3.2Mengidentifikasi faktor apa saja yang menyebabkan perbedaan tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik SD, SMP, dan SMA dalam menghadapi bencana tsunami.
1.3.3Mengidentifikasi peran guru dalam meningkatkan tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik SD, SMP, dan SMA dalam menghadapi bencana tsunami.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
1.4.1Sebagai bahan masukan kepada pihak sekolah agar dapat melakukan upaya-upaya yang dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan dari bencana tsunami yang terjadi.
1.4.2Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak Sekolah dalam penetapan kebijakan mengenai penetapan standar keselamatan bagi Komunitas Sekolah apabila terjadi bencana Tsunami.
1.4.3Sebagai data acuan untuk kepentingan penelitian lanjutan terutama yang berkaitan dengan tingkat kesiapsiagaan menghadapi bencana.
1.4.4Sebagai bahan pengayaan pada pembelajaran, khususnya pada materi pembahasan tentang mitigasi bencana.
(16)
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian, Populasi dan Sample 3.1.1 Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian berada di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat. Letak astronomis Kecamatan Pangandaran berada pada
108’32’50” BT –108’41’30” BT dan 07’32’10” LS –07’44’15” LS.
3.1.2 Populasi
Populasi dalam penelitian ini terdiri dari populasi wilayah dan populasi manusia.Menurut Sumaatmadja (1988: 112) popuasi penelitian geografi adalah
“populasi penelitian geografi akan meliputi kasus (masalah peristiwa tertentu),
individu (fisik, sosial, ekonomi, budaya, dan politik) yang ada pada ruang
geografi tertentu”. Berdasarkan pengertian tersebut maka populasi wilayah
meliputi seluruh wilayah Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis, sedangkan populasi manusia meliputi seluruh Peserta Didik Sekolah SD, SMP, dan SMA sederajat yang ada di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis yang merupakan objek manusia atau sosialnya.
3.1.2.1Populasi Wilayah
Populasi wilayah dalam penelitian ini adalah seluruh Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis.
3.1.2.2Populasi Manusia
Populasi manusia disini adalah Peserta Didik, Peserta Didik dalam penelitian ini adalah seluruh Peserta Didik pada tingkatatan sekolah SD, SMP, SMA dan sederajat yang berada di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis. Dengan rincian keseluruhan sebagai berikut:
(17)
Tabel 3.1
Persebaran Populasi Responden Peserta Didik Di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis
Sekolah Pertingkatan Jumlah Peserta Didik SD (Sekolah Dasar) 4.887
MI (Madrasah Ibtidaiah) 720 SMP (Sekolah Menengah Pertama) 1.936
MTs (Madrasah Tsanawiyah) 907 SMA (Sekolah Menengah Atas) 1.329 SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) 1.375 MA (Madrasah Aliyah) 66
Jumlah 11.220
(Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis dan Kementrian Agama Kabupaten Ciamis Maret 2013)
3.1.3 Sampel Penelitian
Untuk memudahkan proses penelitian, maka diperlukan sampel yang menjadi bagaian dari jumlah populasi dengan memperhatikan keabsahan sampel yang diambil. Menurut Sumaatmadja (1988:112) mengungkapkan bahwa:
“Sampel merupakan bagian dari populasi (cuplikan, contoh) yang mewakili
populasi yang bersangkutan.”
3.1.3.1Sampel Wilayah
Sampel wilayah dalam penelitian ini adalah seluruh kampus SD, SMP, dan SMA Sederajat yang berada di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis.
3.1.3.2Sampel Manusia
Sampel manusia disini yaitu Peserta Didik, pengambilan sampelnya dilakukan dengan cara aksidental atau siapa saja yang dapat ditemui di tiap sekolah yang berada di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis.
(18)
Menurut Sugiyono (2006: 60) sampling aksidential adalah “teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila dipandang orang yang
kebetulan di temui itu cocok sebagai sumber data”.
Menurut Taro Yamane dalam Riduwan (2007: 65) menentukan jumlah sampel Peserta Didik dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
n =
Keterangan :
n : Ukuran sampel N : Ukuran populasi
: Presisi yang ditetapkan Maka perhitungannya adalah sebagai berikut:
Jumlah populasi Peserta Didik sebanyak 11.220, maka pengambilan sampelnya adalah:
n =
n =
n =
99,12 yang dibulatkan menjadi 99Jumlah sampel telah diketahui yaitu sebanyak 99 Peserta Didik dari seluruh SD, SMP, dan SMA Sederajat di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis. Jumlah sampel tersebut dibagi lagi menjadi tiga tingkatan sekolah, yaitu tingkatan SD, SMP, SMA. Pada pembagianya menurut Sugiyono (Riduwan; 2007: 66) menggunakan rumus sebagai berikut:
(19)
=
x n
Keterangan :n = Jumlah sampel seluruhnya
=Jumlah sampel menurut stratum
N = Jumlah populasi seluruhnya
=Jumlah populasi menurut stratum
Jumlah sampel Peserta Didik sebanyak 99, maka pengambilan sampel pertingkatan sekolah SD, SMP dan SMA adalah:
SD
=
x
99 = 43,12 dibulatkan menjadi 43MI
=
x
99 = 6,35 dibulatkan menjadi 6SMP
=
x
99= 17,08 dibulatkan menjadi 17MTs
=
x
99 = 8,00 dibulatkan menjadi 8SMA
=
x
99 = 11,73 dibulatkan menjadi 12SMK
=
x
99 = 12,13 dibulatkan menjadi 12MA
=
(20)
Jumlah sampel per SD dan MI, SMP dan MTs, dan SMA, SMK dan MA sudah diperoleh diatas, kemudian rincian sampel persekolahnya adalah sebagai berikut:
SD dan MI
Jumlah SD dan MI yang berada di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis adalah SD sebanyak 29 sekolah dengan jumlah Peserta Didik 4887 orang, dan MI sebanyak 6 sekolah dengan jumlah Peserta Didik 720 orang. Berdasarkan perhitungan sebelumnya jatah sampel untuk SD adalah 43 orang,dan MI adalah 6 orang, dengan menggunakan rumus yang sama maka rinciannya adalah sebagai berikut:
a. SD (Sekolah Dasar)
Jumlah Peserta Didik SD di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis adalah 4887 orang, dengan jatah sampel menurut perhitungan sebelumnya sebanyak 43 orang, dengan menggunakan rumus Sugiyono (Riduwan; 2007: 66) menggunakan rumus sebagai berikut:
=
x n
Keterangan :
n = Jumlah sampel seluruhnya
=Jumlah sampel menurut stratum
N = Jumlah populasi seluruhnya
=Jumlah populasi menurut stratum
maka perhitungannya adalah sebagai berikut:
SDN 1 Pangandaran
=
(21)
Untuk selengkapnya jumlah sampel utuk disetiap SD seperti dalam tabel di bawah ini:
Tabel 3.2
Data Jumlah Peserta Didik SD dan Jumlah Sampel Peserta Didik SD Di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis
No Nama Sekolah Jumlah Peserta Didik Jumlah Sampel
1 SDN 1 Pangandaran 343 3 2 SDN 2 Pangandaran 141 1 3 SDN 3 Pangandaran 246
2
4 SDN 4 Pangandaran 152
1
5 SDN 5 Pangandaran 286 2 6 SDN 6 Pangandaran 324 3 7 SDN 1 Wonoharjo 165
1
8 SDN 2 Wonoharjo 81
1
9 SDN 3 Wonoharjo 265
2
10 SDN 4 Wonoharjo 257 2 11 SDN 5 Wonoharjo 219 2 12 SDN 1 Sidomulyo 203
2
13 SDN 2 Sidomulyo 100
1
14 SDN 3 Sidomulyo 119
(22)
Lanjutan Tabel 3.2
15 SDN 4 Sidomulyo 54
1
16 SDN 1 Pananjung 96 1 17 SDN 2 Pananjung 240 2 18 SDN 1 Babakan 214
2
19 SDN 2 Babakan 218
2
20 SDN 3 Babakan 181
1
21 SDN 4 Babakan 229 2 22 SDN 5 Babakan 82 1 23 SDN 1 Sukahurip 129
1
24 SDN 2 Sukahurip 63
1
25 SDN 3 Sukahurip 38 1 26 SDN 1 Purbahayu 72 1 27 SDN 2 Purbahayu 95 1 28 SDN 3 Purbahayu 93 1 29 SDN Pagergunung 182
1
Jumlah 4887
(23)
b. MI (Madrasah Ibtida’iyah)
Jumlah Peserta Didik MI di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis adalah 720 orang, dengan jatah sampel menurut perhitungan sebelumnya sebanyak 6 orang, dengan menggunakan rumus yang sama dengan perhitungan diatas maka rinciannya adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3
Data Jumlah Peserta Didik MI dan Jumlah Sampel Peserta Didik MI Di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis
No Nama Sekolah Jumlah Peserta Didik Jumlah Sampel
1 MIN Pangandaran 146 1 2 MIS Bojongjati 284 1 3 MIS Karangsimpang 61
1
4 MIS Pondilombok 89
1
5 MIS Cikukulu 93
1
6 MIS Bantarkalong 47 1
Jumlah 720 6
SMP dan MTs
Jumlah SMP dan MTs yang berada di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis adalah SMP sebanyak 6 sekolah dengan jumlah Peserta Didik 1936 orang, dan MTs sebanyak 2 sekolah dengan jumlah Peserta Didik 907 orang. Berdasarkan perhitungan sebelumnya jatah sampel untuk SMP adalah 17 orang, dan MTs adalah 8 orang, dengan rincian sebagai berikut:
(24)
Jumlah Peserta Didik SMP di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis adalah 1936 orang, dengan jatah sampel menurut perhitungan sebelumnya sebanyak 17 orang, dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.4
Data Jumlah Peserta Didik SMP dan Jumlah Sampel Peserta Didik SMP Di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis
No Nama Sekolah Jumlah Peserta Didik Jumlah Sampel
1 SMPN 1 Pangandaran 852 7 2 SMPN 2 Pangandaran 388 4 3 SMPN 3 Pangandaran 342
3
4
SMP Plus Ma’Arif
NU 126
1
5 SMP Miftahul Huda 71
1
6 SMP Muhammadiyah 157 1
Jumlah 1936 17
b. MTs (Madrasah Ibtida’iyah)
Jumlah Peserta Didik MTs di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis adalah 907 orang, dengan jatah sampel menurut perhitungan sebelumnya sebanyak 8 orang, dengan rincian sebagai berikut:
(25)
Tabel 3.5
Data Jumlah Peserta Didik MTs dan Jumlah Sampel Peserta Didik MTs Di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis
No Nama Sekolah Jumlah Peserta Didik Jumlah Sampel
1 MTsN Pangandaran 846
7
2 MTsS AL Hidayah 61
1
Jumlah 907
8
SMA, SMK dan MA
Jumlah SMA, SMK dan MA yang berada di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis adalah SMA sebanyak 2 sekolah dengan jumlah Peserta Didik 1329 orang, SMK sebanyak 3 sekolah dengan jumlah Peserta Didik 1375 orang, dan MA sebanyak 1 sekolah dengan jumlah Peserta Didik 66 orang, dengan rincian sebagai berikut:
a. SMA (Sekolah Menengah Atas)
Jumlah Peserta Didik SMA di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis adalah 1329 orang, dengan jatah sampel menurut perhitungan sebelumnya sebanyak 12 orang, dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.6
Data Jumlah Peserta Didik SMA dan Jumlah Sampel Peserta Didik SMA Di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis
No Nama Sekolah Jumlah Peserta Didik Jumlah Sampel
1 SMAN 1 Pangandaran 937 8 2 SMA Muhammadiyah 392 4
Jumlah 1329
(26)
b. SMK (Sekolah Menengah Kejuruan)
Jumlah Peserta Didik SMK di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis adalah 1375 orang, dengan jatah sampel menurut perhitungan sebelumnya sebanyak 12 orang, dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.7
Data Jumlah Peserta Didik SMK dan Jumlah Sampel Peserta Didik SMK Di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis
No Nama Sekolah Jumlah Peserta Didik Jumlah Sampel
1 SMKN 1 Pangandaran 682 6 2 SMK Bakti Kencana 123 1 3 SMK Putra 570
5
Jumlah 1375
12
c. MA (Madrasah Aliyyah)
Jumlah Peserta Didik MA di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis adalah 66 orang, dengan jatah sampel menurut perhitungan sebelumnya sebanyak 1 orang, dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.8
Data Jumlah Peserta Didik MA dan Jumlah Sampel Peserta Didik MA Di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis
No Nama Sekolah Jumlah Peserta Didik
Jumlah Sampel
1 MA Miftahul Huda 66 1
(27)
3.2 Variabel Penelitian
Pengertian variable penelitian menurut Sudjana (2004: 23) adalah “variable dapat dikatakan sebagai atribut dari suatu individu, objek gejala, dan peristiwa
tertentu…”. Sedangkan menurut Soewarno (1987: 51-52) mengemukakan bahwa
variable penelitian adalah “karakteristik yang dapat diamati dari suatu (objek) dan
mampu memberikan bermacam-macam nilai atau beberapa kategori”. Kemudian
menurut Rafi’I (1995: 8) adalah “ukuran sifat atau ciri yang dimiliki oleh satuan yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lainnya”.
Variabel dalam penelitian ini adalah Variabel Tunggal yaitu perbandingan tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik dalam menghadapi bencana tsunami, dengan dibawahnya membandingkan tiga tingkatan sekolah, yaitu SD, SMP, dan SMA sederajat, berikut Diagramnya:
Diagram 3.1 Variabel Penelitian
Perbandingan Tingkat Kesiapsiagaan Peserta Didik Dalam Menghadapi Bencana
Tsunami
Kesiapsiagaan Peserta Didik SMA Dalam Menghadapi Bencana
Tsunami Kesiapsiagaan Peserta
Didik SMP Dalam Menghadapi Bencana
Tsunami Kesiapsiagaan Peserta
Didik SD Dalam Menghadapi Bencana
(28)
3.3 Metode Penelitian
Dalam sebuah penelitian kita harus memperoleh data, untuk memperoleh data tersebut kita memerlukan sebuah metode peneltian. Metode menurut Surakhmad (1994: 139) adalah“cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa atau penelitian dengan mempergunakan teknik atau alat-alat tertentu”. Sedangkan menurut Arikunto (2006: 26) menyebutkan bahwa metode penelitian adalah “cara yang digunakan
oleh peneliti dalam memperoleh dan mengolah data penelitiannya”.
Metode Penelitian ini termasuk kedalam metode Deskriptif. Moh. Nazir (2005: 54) menyebutkan bahwa penelitian deskriptif adalah:
suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang, dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Menurut Tika (2005: 4) Menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah
“lebih mengarah kepada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana
adanya dan mengungkap fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang diberikan interprestasi dan analisis”.
Dalam penelitian ini mencoba membandingkan tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik SD, SMP, dan SMA ditinjau dari pengetahuan, peringatan dini dan mobilisasinya. Dengan fenomena ini bisa diketahui kemudian bisa diukur apakah terdapat perbedaan tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik dalam menghadapi bencana Tsunami di SD, SMP, dan SMA, sederajat di Kecamatan Pangandaran Kabupaen Ciamis baik dari segi tingkat psikologisnya, lokasi sekolahnya dan fasilitas mitigasi bencana yang ada di sekolah tersebut maupun di lingkungan tempat tinggalnya, apakah sudah memadai atau tidak.
Pada pelaksanaan dilapangan menggunakan metode survey. Metode survey sendiri dipaparkan menurut Tika (2005: 6) “survey adalah suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah data berupa variable, unit atau
(29)
individu dalam waktu yang bersamaan”. Kemudian dalam buku yang dikarang Moh. Nazir (2005: 56) mengemukakan bahwa:
metode survey adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara factual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, ata politik dari suatu kelompok ataupun daerah.
Selanjutnya menurut Singarimbun (1987: 3) metode penelitian survey adalah:
metode penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok digunakan untuk mengadakan pengamatan langsung dilapangan dengan tujuan untuk mencari data dan fungsinya merumuskan apa yang terjadi.
Dari pengertian dari beberapa sumber diatas dapat disimpulkan bahwa metode survey adalah suatu cara dalam sebuah penelitian untuk mengumpulkan data untuk keberhasilan suatu penelitian. Penggunaan cara-cara dalam metode survey ini tergantung kepada kebutuhan data yang diperlukan untuk penelitian.
3.4Definisi Operasional
Judul penelitian ini adalah “PERBANDINGAN TINGKAT KESIAPSIAGAAN PESERTA DIDIK SD, SMP, DAN SMADALAM
MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI DI KECAMATAN
PANGANDARAN KABUPATEN CIAMIS”. Kesalahan penafsiran kata dalam penelitian ini dapat menimbulkan kesimpulan lain dari penelitian. Maka penulis perlu memberikan batasan dalam definisi operasionalsebagai berikut:
3.4.1 Bencana
Bencana adalah suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui kemampuan masyarakat tersebut untuk mengatasi dengan menggunakan sumberdaya mereka sendiri. Kent (1994: 12) menyebutkan bahwa“bencana adalah
(30)
suatu gangguan serius dari fungsi-fungsi masyarakat, yang menyebabkan kerugian-kerugian, material, dan manusia yang luas yang melebihi kemampuan dari masyarakat yang terlanda bencana untuk bisa mengatasi dengan hanya
menggunakan sumberdayanya sendiri”.
Dapat disimpulkan bahwa fenomena alam yang dapat dikatakan suatu bencana adalah apabila fenomena alam tersebut dapat merugikan manusia yang terkena dampaknya baik secara langsung ataupun tidak langsung, baik itu berupa kerugian materi, ekonomi, atau lingkungan.
3.4.2 Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan (preparedness) adalah upaya yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana, melalui pengorganisasian langkah-langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Pengertian kesiapsiagaan menurut Carter (1992: 29) mengemukakan bahwa kesiapsiagaan adalah:
tindakan-tindakan yag memungkinkan pemerintahan, organisasi-organisasi, masyarakat, komuntas dan individu untuk mampu menanggapi suatu situasi bencana secara cepat dan tepat guna. Termasuk ke dalam tindakan kesiapsiagaan adalah penyusunan rencana penanggulangan bencana, pemeliharaan sumberdaya dan pelatihan personil.
Dapat disimpulkan untuk mengetahui kesiapsiagaan Peserta Didik harus menggunakan parameter untuk mengetahui bagaimana tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik tersebut.
3.4.3 Perbandingan Tingkat Kesiapsiagaan
Perbandingan adalah menjajarkan sesuatu hal guna mengetahui letak
perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam sesuatu hal tersebut. Dalam penelitan ini akan dijabarkan mengenai perbandingan tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik SD, SMP, dan SMA dalam menghadapi bencana tsunami di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis, berdasarkan dari perhitungan nilai yang
(31)
diperoleh dari angket yang disebarkan pada Peserta Didik, pada hasil perhitungan tersebut dapat diketahui perbandingan tingkat kesiapsiagaannya.
3.4.4 Tsunami
Tsunami adalah perpindahan masa air laut ke daratan secara tiba-tiba yang
disebabkan oleh perubahan ketinggian air laut secara mendadak dikarenakan beberapa faktor, yaitu gempa bumi bawah laut, letusan gunung api bawah laut, longsoran bawah laut, serta tumbukan meteor.
Sedangkan Menurut Pasaribu (2005: 1) tsunami adalah “gelombang laut yang terjadi secara mendadak yang disebabkan karena terganggunya kestabilan air laut yang diakibatkan oleh gempa bumi dan adanya gangguan implusif terhadap
air laut akibat terjadinya perubahan bentuk dasar laut”.
Dapat disimpulkan tsunami adalah gelombang laut yang dapat menimbulkan kerusakan yang besar di daratan karena terjadi secara tiba-tiba dan mempunyai daya jangkau yang luas.
3.4.5 Peserta Didik
Peserta Didik adalah orang atau individu yang belajar pada suatu tingkatan
pendidikan dalam suatu lembaga pendidikan. Menurut Rasyad dalam Santoso
(2013) ”A students is a man or woman, who knows how to read books (seorang
peserta sebagai pelaku, pencari, penerima dan penyimpan isi pelajaran yang
dibutuhkannya untuk mencapai tujuan)”. Kemudian Peserta Didik dalam
Undang-Undang diartikan sebagai peserta didik, Menurut Undang-Undang-Undang-Undang, pada Pasal 1 Ayat 4 UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional, peserta didik
adalah“anggota masyarakat yang berusaha mengembangkandirinya melalui proses
(32)
Dapat disimpulkan Peserta Didik disiniadalah masyarakat yang mengikuti pendidikan sekolah formal, yang terdiri dari Peserta Didik SD, SMP dan SMA yang berada di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang berhubungan dengan objek yang sedang dikaji dan diteliti yang diharapkan dapat menunjang penelitian, penulis menggunakan teknik-teknik pengumpulan data sebagai berikut:
3.5.1 Observasi Lapangan
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara meneliti dan mengamati secara langsung dilapangan (objek penelitian) dengan cara melihat, mengamati, serta mencatat data-data mengenai objek yang di teliti oleh penulis.
Metode observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode observasi langsung. Menurut Tika (2005: 42) bahwa:
Observasi langsung adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek ditempat atau tempat berlangsungnya peristiwa sehingga observer berada bersama objek yang diteliti.
Kemudian menurut Soewarno (1987: 44) adalah “menggunakan mata secara cermat dan mencatat fenomena sebagaimana yang dilihatnya dan mencoba
mencari hubungan sebab akibat”.
Dengan melakukan metode ini maka penulis akan mendapatkan data primer melalui kegiatan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek yang diteliti. Dalam penelitian ini penulis melakukan observasi langsung ke kawasan Universitas Pendidikan Indonesia.
3.5.2 Wawancara
Menurut Tika (2005: 43) “wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara Tanya jawab yang dikerjakan dengan sistematis dan
(33)
adalah “semacam dialog atau tanya jawab antara pewawancara dengan
responden”.Wawancara merupakan percakapan yang bertujuan untuk memperoleh
informasi langsung dari masyarakat setempat atau narasumber lainnya.
3.5.3 Angket
Menurut Slamento (1988: 120) mengemukakan bahwa “angket merupakan alat atau daftar pertanyaan-pertanyaan tertulis yang harus dijawab oleh mahaPeserta Didik yang menjadi sasaran dari angket tersebut atau orang lain”. Angket merupakan teknik yang digunakan untuk memperoleh sejumlah data yang bersifat faktual dari responden yang menjadi sempel penelitian dengan cara memberikan instrumen yang berisi sejumlah pertanyaan yang harus diisi oleh responden.
3.5.4 Studi Literatur
Studi litelatur dimaksudkan untuk mendapatkan sejumlah data dan informasi yang mempunyai kaitan dengan permasalahan yang diteliti sebagai landasan pemikiran dalam penulisan penelitian. Adapun studi litelatur yang berkaitan antara lain buku dan hasil penelitian pihak lain yang berkaitan dengan penelitian yang dimaksudkan untuk menjadi petunjuk dan bahan pertimbangan sehingga dapat memperjelas analisis dalam pemecahan masalah penelitian.
3.5.5 Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mencari dan mempelajari sumber-sumber informasi mengenai variabel-variabel yang berupa transkip, catatan-catatan, buku-buku, foto-foto, peta dan sebagainya yang berada di daerah penelitian yang sesuai serta dapat melengkapi data dan informasi bagi keperluan penelitian.
(34)
3.6 Teknik Pengolahan Data
Langkah yang dilakukan setelah data terkumpul adalahsebagai berikut:
3.6.1 Editing Data
Langkah ini diambil dengan tujuan untuk mengetahui apakah data terkumpul melalui teknik pengumpulan data terutama pedoman wawancara dapat diolah atau tidak.
3.6.2 Pengkodean
Menyusun dan mengelompokan data sesuai dengan jenisnya agar dapat diketahui apakah data tersebut bisa dipakai ataupun tidak. Kemudian mengklasifikasikan jawaban dari responden menrurut macamnya, kemudian diberi kode berupa angka menurut macam jawabannya untuk mempermudah, dan dilanjutkan dengan penyekoran data.
3.6.3 Tabulasi Data
Langkah ini diambil untuk memperoleh gambaran jawaban, jumlah frekuensi dan kecenderungan setiap alternatif jawaban pada setiap pertanyaan dari data quesioner, setelah dikelompokan datanya berdasarkan pertanyaan.
3.7 Analisis Data
Untuk dapat mengolah data-data yang sudah terkumpul dari penelitian, maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data. Dalam penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif. Berikut ini merupakan penjabaran dari analisis kuantitatif.
3.7.1 Analisis Kuantitatif
Analisis Kuantitatif adalah analisis yang menggunakan angka-angka perhitungan dan pengukuran mengenai kumpulan fakta yang menggunakan formula statistic. Kemudian dilanjutkan dengan perhitungan indeks skor. Data hasil tabulasi kemudian dijelaskan menurut urutan informasi yang diinginkan.
(35)
Data di proses, dijumlahkan dan kemudian di indekskan. Hasil datanya kemudian disajikan dalam bentuk grafik dan table yang kemudian dijelaskan dengan kalimat-kalimat sebagai bentuk kualitatif, agar dapat diketahui jawaban dari pertanyaan yang diajukan di penelitian.
(36)
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data pada BAB IV, dapat disimpulkan beberapa hal yaitu:
1. Tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik SD, SMP, dan SMA dalam menghadapi bencana Tsunami di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis adalah sebagai berikut:
a. Tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik Sekolah Dasar (SD)
Sekolah Dasar (SD) yang berada di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis berjumlah sebanyak 35 sekolah yang terdiri dari 29 Sekolah Dasar (SD) dan 6 Madrasah Ibtidaiyah (MI). Berdasarkan hasil penyebaran angket ke setiap sekolah dapat disimpulkan Tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik Sekolah Dasar dalam menghadapi bencana tsunami di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis berdasarkan hasil pengolahan data mempunyai skor yang berdasarkan hasil pengklasifikasian data masuk kedalam kategori Sangat Siap. Kemudian bedasarkan hasil penelitian untuk mengetahui peran guru terhadap tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik Sekoah Dasar menghasilkan skor yang berdasarkan hasil pengklasifikasian data masuk kedalam kategori Sangat Berperan.
b. Tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik Sekolah Menengah Pertama (SMP) Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang berada di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis berjumlah sebanyak 8 sekolah yang terdiri dari 6 Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan 2 Madrasah Tsanawiyah (MTs). Berdasarkan hasil penyebaran angket ke setiap sekolah dapat disimpulkan Tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik Sekolah Menegah Pertama dalam menghadapi bencana tsunami di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis berdasarkan hasil pengolahan data mempunyai skor
(37)
yang berdasarkan hasil pengklasifikasian data masuk kedalam kategori Siap. Kemudian bedasarkan hasil penelitian untuk mengetahui peran guru terhadap tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik Sekoah Menengah Pertama menghasilkan skor yang berdasarkan hasil pengklasifikasian data masuk kedalam kategori Kurang Berperan.
c. Tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik Sekolah Menegah Atas (SMA)
Sekolah Menengah Atas (SMA) yang berada di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis berjumlah sebanyak 6 sekolah yang terdiri dari 2 Sekolah Menengah Atas (SMA), 3 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan 1 Madrasah Aliyah (MA). Berdasarkan hasil penyebaran angket ke setiap sekolah dapat disimpulkan Tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik Sekolah Menengah Atas dalam menghadapi bencana tsunami di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis berdasarkan hasil pengolahan data mempunyai skor yang berdasarkan hasil pengklasifikasian data masuk kedalam kategori Siap. Kemudian bedasarkan hasil penelitian untuk mengetahui peran guru terhadap tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik Sekoah Menengah Atas menghasilkan skor yang berdasarkan hasil pengklasifikasian data masuk kedalam kategori Kurang Berperan.
Kesimpulan yang diambil dari tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik dalam menghadapi Bencana Tsunami di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis adalah terdapat perbedaan tingkat kesiapsiagaan antara Peserta Didik SD, SMP, dan SMA dalam menghadapi bencana tsunami, itu tercermin dari hasil perhitungan yang menunjukan bahwa tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik SD mempunyai skor yang berdasarkan klasifikasi masuk kedalam kategori Sangat Siap, kemudian tingkat Kesiapsiagaan Peserta Didik SMP mempunyai skor yang berdasarkan klasifikasi masuk kedalam kategori Siap, dan tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik SMA mempunyai skor yang paling rendah dari dua tingkatan sekolah lainnya yang berdasarkan klasifikasi masuk kedalam kategori Siap. Kemudian dari hasil Uji T dapat dilihat apakah terdapat perbedaan yang berarti antara tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik SD, SMP dan SMA dalam menghadapi bencana tsunami,
(38)
yaitu Peserta Didik SD dan Peserta Didik SMP terdapat perbedaan yang berarti, kemudian antara Peserta Didik SD dan Peserta Didik SMA terdapat perbedaan yang berarti, dan yang terakhir antara Peserta Didik SMP dan Peserta Didik SMA tidak terdapat perbedaan yang berarti.
2. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Perbedaan Tingkat Kesiapsiagaan Peserta Didik
Faktor-faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya tingkat kesiapsiagaan antara Peserta Didik SD, SMP, dan SMA adalah kurangnya sarana dan prasarana mitigasi bencana seperti alarm dan rambu-rambu jalaur evakuasi di sekolah, kurangnya penyuluhan mengenai mitigasi bencana dan cara menyelamatkan diri dari bencana tsunami di lingkungan sekolah, kemudian kurangnya materi mengenai mitigasi bencana yang disisipkan kedalam pelajaran yang disampaikan kepada Peserta Didik di sekolah. Perbedaan tingkat kesiapsiagaan antara Peserta Didik SD, SMP dan SMA dalam menghadapi bencana tsunami di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis sangat menarik, terutama dari hasil yang didapatkan yang menyebutkan bahwa justru SMA menjadi urutan yang paling bawah tingkat kesiapsiagaannya yang kemudian diatasnya ada SMP dan yang paling tinggi tingkat kesiapsiagaannya adalah SD, semua itu pasti ada faktor yang mengakibatkannya, berdasarkan temuan dilapangan ditemukan bahwa semua itu diakibatkan dari polosnya Peserta Didik-Peserta Didik SD yang secara jelas menerima semua arahan dari guru dan orang tuanya masing-masing tentang cara menyelamatkan diri aabila terjadi gempa dan tsunami, mereka tanpa berfikir panjang menuruti apa saja yang diinstruksikan oleh guru dan orang tuanya, olehkarena itu dalam pengsian angket juga mereka mempunya skor yang cukup tinggi, berbeda dengan SMP dan SMA yang justru semakin bertambah dewasa maka ego dari masing-masing individunya semakin besar dan justru akan sedikit banyak kurang begitu perduli akan adanya pengarahan dari guru ataupun masyarakat disekitarnya dalam hal mitigasi bencana ataupun cara menyelamatkan diri dari bencana tsunami, semua itu tercermin dalam hasil skor yang didapat oleh Peserta Didik SMP dan SMA dalam
(39)
pengisian angket yang dibagikan, mereka mendapat nilai yang cuku rendah dibandingkan Peserta Didik Sekolah Dasar.
3. Peran Guru Dalam Mempengaruhi Tingkat Kesiapsiagaan Peserta Didik Peran serta Guru dalam tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik dalam menghadapi bencana tsunami dapat disimpulkan dari rata-rata skor yang didapat pada pengisian angket oleh Peserta Didik untuk mencerminkan peran serta Guru di sekolahnya masing-masing, dan dapat disimpulkan terdapat perbedaan skor yang di dapat antara SD, SMP, dan SMA, yaitu SD mendapatkan skor yang berdasarkan klasifikasi masuk kedalam kategori Sangat Berperan, kemudian SMP mendapatkan skor yang berdasarkan klasifikasi masuk kedalam kategori Kurang Berperan, dan SMA mendapatkan skor rata-rata paling rendah dari dua tingkatan sekola yang lain, yang berdasarkan klasifikasi masuk kedalam kategori Kurang Berperan.
5.2 Rekomendasi
Berdasarkan hasil dari penelitian ini kemudian menghasilkan rekomendasi bagi beberapa pihak dan para peneliti-peneliti lain yang akan melaksanakan penelitian mengenai mitigasi bencana khususnya bencana tsunami dalam rangka meningkatkan tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik dalam menghadapi bencana tsunami.
1. Kepada Pihak Sekolah, baik itu SD, SMP, dan SMA karena faktor yang menyebabkan kurang maksimalnya tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik relatif sama pertingkatan sekoah, yaitu dapat meningkatkan perannya dalam rangka meningkatkan tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik dalam menghadapi bencana tsunami, dengan mengadakan fasilitas-fasilitas mengenai mitigasi bencana di sekolah seperti alarm peringatan bencana dan rambu-rambu jalur menyelamatkan diri apabila terjadi bencana tsunami, kemudian mengadakan penyuluhan-penyuluhan ataupun mengadakan simulasi menghadapi bencana tsunami di sekolah, dan semakin banyak menyisipkan materi mengenai
(40)
mitigasi bancana pada saat melaksanakan pembelajaran di kelas oleh para guru.
2. Kepada Pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis dan UPTD Pendidikan Kecamatan Pangandaran dapat mengadakan program-program penyuluhan mengenai mitigasi bencana tsunami dan mengagendakan simulasi menghadapi bencana tsunami yang dilaksanakan oleh seluruh sekolah yang berada di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis dalam rangka untuk meningkatkan tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik dalam menghadapi bencana tsunami.
3. Bagi Peneliti yang akan mengadakan penelitian mengenai tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik dalam menghadapi bencana tsunami di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis selanjutnya diperlukan penelitian lebih mendalam dalam hal pengklasifikasian daerah-daerah mana saja yang sangat beresiko terkena bencana tsunami, agar penelitian lebih terfokus lagi untuk peningkatan tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik dalam menghadapi bencana tsunami di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis.
4. Bagi Pembelajaran Geografi kajian mengenai tingkat kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana tsunami dapat dijadikan sebagai materi yang cukup banyak dalam mata kuliah Mitigasi Bencana di perkuliahan, dan dapat dimasukan atau disisipkan dalam materi pembelajaran geografi di sekolah-sekolah yang utamanya terletak di wilayah yang rawan terkena bencana tsunami, agar dapat mengingatkan akan pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi suatu bencana khususnya bencana tsunami agar bisa menekan korban jiwa yang ditimbulkan dari bencana tsunami tersebut.
(41)
DAFTAR PUSTAKA
Akdon, dan Hadi Sahlan (2005). Aplikasi Statistika Dan Metode Penelitian Untuk
Administrasi & Manajemen. Bandung. Dewa Ruchi.
Ambarjaya, Beni S. (2006). Tsunami Sang Gelombang Pembunuh. Jakarta. CV. Karya Mandiri Pratama.
Anonim, (2006). Pengembangan Framework Untuk Mengukur Kesiapsiagaan
Masyarakat Terhadap Bencana Alam. LIPI-UNESCO/ISDR.
Anonim. (2011). DEFINISI | ISTILAH | PENGERTIAN | ARTI KATA: Blogspot [Online]. Tersedia: http://pengertian-definisi.blogspot.com/2011/03/apa-itu-tsunami.html[11Maret2011].
Anonim. Undang Undang No. 20 Tahun 2003. Pasal 1 Ayat 4 Tentang Penddikan
Nasional.
Anonim. Undang-Undang No. 24 Tahun 2007. Tentang Penanggulangan
Bencana.
Anonim. (2006). Gempabumi Dan Tsunami Pangandaran, Ciamis: Blogspot [Online]. Tersedia: http://psg.bgl.esdm.go.id/informasi/berita/107-gempabumi-dan-tsunami-pangandaran-ciamis-[21Juli2006]. Diunduh tanggal 4 Juni 2013.
Anonim. (2006). Foto Puing-Puing Bencana Tsunami Pangandaran, Ciamis: http://www.google.com/imgres?client=firefoxa&hs=i27&sa=X&rls=org.mil la:enUS:official&biw=1024&bih=481&tbm=isch&tbnid=VMg6XC1_MSM :&imgrefurl=http://news.bbc.co.uk/2/hi/in_pictures/5189948.stm&docid=P_ ZIzJy8kOM&imgurl=http://newsimg.bbc.co.uk/media/images/41899000/jpg /_41899258_aerial_ap416.jpg&w=416&h=300&ei=j1X2UcPlIoHtrAeL_oH oAQ&zoom=1&ved=1t:3588,r:1,s:0,i:84&iact=rc&page=1&tbnh=181&tbn w=241&start=0&ndsp=8&tx=41&ty=63 [Juli2006]. Diunduh tanggal 29 Juli 2013
Anonim. (2010). Peta Index Ancaman Bencana Tsunami Di Indonesia: Blogspot [Online]. Tersedia: http://geospasial.bnpb.go.id/wp- content/uploads/2010/02/2010-02-10_hazard_tsunami_kabupaten_bnpb-585x413.jpg Diunduh tanggal 6 Juli 2013.
(42)
Anonim. (2010). Peta Resiko Bencana Tsunami Di Kawasan Pangandaran: Blogspot [Online]. Tersedia: http://3.bp.blogspot.com/-02AccNP6Fyc/URpkZ3oFj3I/AAAAAAAAFmo/OaIXn54XIoQ/s400/Gam bar+8.+Peta+Resiko+Bencana+Tsunami+di+Kawasan+Pangandaran.jpg Diunduh tanggal 6 Juli 2013.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Carter, W. Nick. (1992). Disaster Management: a disaster manager’s handbook, Manila: Asian Development Bank.
Coburn, A. W. dkk. (1994). Mitigasi Bencana II. Program Pelaihan Manajemen Bencana. Cambridg-United Kingdom: DHA-UNDP. Direktorat Geologi, Bandung.
Depsos RI. (2004). Pedoman Pemberdayaan Tenaga Kesejahteraan Sosial
Masyarakat Dalam Penanganan Korban Bencana. Direktorat Jenderal
Pemberdayaan Sosial. Jakarta.
Hidayat, Teuku Ahmad. (2011). Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi
Bencana Tsunami Di Kota Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Nanggroe Aceh Darussalam. Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: tidak
diterbitkan.
Kent, Rudolph (1994). Kesiapan Bencana II. Program Pelatihan Manajement Bencana. DHA-UNDP.
Mulyasa, E. (2008). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran yang
Kreatif dan Menyenangkan. Bandung : Rosdakarya.
Nasir, Moh. (2005). Metode Penelitian, Jakarta: PT. GHALIA INDONESIA. Nurkancana, Wayan dan Sumartana, P.P.N. (1986). Evaluasi Pendidikan.
Surabaya. Usaha Nasional.
Pasaribu, Robert. (2005). Penyebab dan Akibat Terjadinya Tsunami. Rafi’i, Suryatna. (1995). Ilmu Tanah. Bandung: Alfabeta.
Reed, Sheila. B (1995). Pengantar Tentang Bahaya III. Program Pelatihan Manajemen Bencana. DHA-UNDP.
Riduwan. (2007). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
(43)
Sadisun, Imam, A, (2006). Smart SOP Dalam Mitigasi dan Penanggulangan
Bencana Alam. Bandung: Pusat Mitigasi Bencana-ITB.
Santoso. (2013). Pengertian Siswa. Ras-Eko.blogspot.com. (2012) Singarimbun, Masri. (1987). Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.
Soewarno, Bambang. DR. MA. (1987). Metode Kuantitatif Dalam Ilmu-Ilmu
Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Somad, A. (2009). Tentang Guru. Bandung: Al Qaprint.
Sugiyono. (2006). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sudjana. (2004). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sukara, Endang, dan SL Tobing, Imran. (2008). Industri Berbasis
Keanekaragaman Hayati, Masa Depan Indonesia. Jurnal VIS VITALIS,
Vol. 01 No. 2, tahun 2008.
Sumaatmadja, Nursid. 1988). Geografi Pembelajaran. Jakarta. Departemen P dan K, Dirjen Dikti, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Sumaatmadja, Nursid. (2005). Manusia Dalam Konteks Sosial, Budaya dan
Lingkungan Hidup. Bandung. Alfabeta.
Surakhmad, W. (1994). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik. Bandung: Tarsito.
Surya, Mohamad. (2003). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Tika, Pabundu. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakarta: PT Bumi Aksara. Wibowo, P.G. (2011). Tingkat Kesiapsiagaan Civitas Akademik Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung Dalam Mengantisipasi Bencana Gempa Bumi. Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Yusuf, Syamsu, LN. (2002). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
(1)
96
Setio Galih Marlyono, 2013
Perbandingan Tingkat Kesiapsiagaan Peserta Didik Sd, Smp, Dan Sma Dalam Menghadapi Bencana Tsunami Di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis
yaitu Peserta Didik SD dan Peserta Didik SMP terdapat perbedaan yang berarti, kemudian antara Peserta Didik SD dan Peserta Didik SMA terdapat perbedaan yang berarti, dan yang terakhir antara Peserta Didik SMP dan Peserta Didik SMA tidak terdapat perbedaan yang berarti.
2. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Perbedaan Tingkat Kesiapsiagaan Peserta Didik
Faktor-faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya tingkat kesiapsiagaan antara Peserta Didik SD, SMP, dan SMA adalah kurangnya sarana dan prasarana mitigasi bencana seperti alarm dan rambu-rambu jalaur evakuasi di sekolah, kurangnya penyuluhan mengenai mitigasi bencana dan cara menyelamatkan diri dari bencana tsunami di lingkungan sekolah, kemudian kurangnya materi mengenai mitigasi bencana yang disisipkan kedalam pelajaran yang disampaikan kepada Peserta Didik di sekolah. Perbedaan tingkat kesiapsiagaan antara Peserta Didik SD, SMP dan SMA dalam menghadapi bencana tsunami di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis sangat menarik, terutama dari hasil yang didapatkan yang menyebutkan bahwa justru SMA menjadi urutan yang paling bawah tingkat kesiapsiagaannya yang kemudian diatasnya ada SMP dan yang paling tinggi tingkat kesiapsiagaannya adalah SD, semua itu pasti ada faktor yang mengakibatkannya, berdasarkan temuan dilapangan ditemukan bahwa semua itu diakibatkan dari polosnya Peserta Didik-Peserta Didik SD yang secara jelas menerima semua arahan dari guru dan orang tuanya masing-masing tentang cara menyelamatkan diri aabila terjadi gempa dan tsunami, mereka tanpa berfikir panjang menuruti apa saja yang diinstruksikan oleh guru dan orang tuanya, olehkarena itu dalam pengsian angket juga mereka mempunya skor yang cukup tinggi, berbeda dengan SMP dan SMA yang justru semakin bertambah dewasa maka ego dari masing-masing individunya semakin besar dan justru akan sedikit banyak kurang begitu perduli akan adanya pengarahan dari guru ataupun masyarakat disekitarnya dalam hal mitigasi bencana ataupun cara menyelamatkan diri dari bencana tsunami, semua itu tercermin dalam hasil skor yang didapat oleh Peserta Didik SMP dan SMA dalam
(2)
Setio Galih Marlyono, 2013
pengisian angket yang dibagikan, mereka mendapat nilai yang cuku rendah dibandingkan Peserta Didik Sekolah Dasar.
3. Peran Guru Dalam Mempengaruhi Tingkat Kesiapsiagaan Peserta Didik Peran serta Guru dalam tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik dalam menghadapi bencana tsunami dapat disimpulkan dari rata-rata skor yang didapat pada pengisian angket oleh Peserta Didik untuk mencerminkan peran serta Guru di sekolahnya masing-masing, dan dapat disimpulkan terdapat perbedaan skor yang di dapat antara SD, SMP, dan SMA, yaitu SD mendapatkan skor yang berdasarkan klasifikasi masuk kedalam kategori Sangat Berperan, kemudian SMP mendapatkan skor yang berdasarkan klasifikasi masuk kedalam kategori Kurang Berperan, dan SMA mendapatkan skor rata-rata paling rendah dari dua tingkatan sekola yang lain, yang berdasarkan klasifikasi masuk kedalam kategori Kurang Berperan.
5.2 Rekomendasi
Berdasarkan hasil dari penelitian ini kemudian menghasilkan rekomendasi bagi beberapa pihak dan para peneliti-peneliti lain yang akan melaksanakan penelitian mengenai mitigasi bencana khususnya bencana tsunami dalam rangka meningkatkan tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik dalam menghadapi bencana tsunami.
1. Kepada Pihak Sekolah, baik itu SD, SMP, dan SMA karena faktor yang menyebabkan kurang maksimalnya tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik relatif sama pertingkatan sekoah, yaitu dapat meningkatkan perannya dalam rangka meningkatkan tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik dalam menghadapi bencana tsunami, dengan mengadakan fasilitas-fasilitas mengenai mitigasi bencana di sekolah seperti alarm peringatan bencana dan rambu-rambu jalur menyelamatkan diri apabila terjadi bencana tsunami, kemudian mengadakan penyuluhan-penyuluhan ataupun mengadakan simulasi menghadapi bencana tsunami di sekolah, dan semakin banyak menyisipkan materi mengenai
(3)
98
Setio Galih Marlyono, 2013
Perbandingan Tingkat Kesiapsiagaan Peserta Didik Sd, Smp, Dan Sma Dalam Menghadapi Bencana Tsunami Di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis
mitigasi bancana pada saat melaksanakan pembelajaran di kelas oleh para guru.
2. Kepada Pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis dan UPTD Pendidikan Kecamatan Pangandaran dapat mengadakan program-program penyuluhan mengenai mitigasi bencana tsunami dan mengagendakan simulasi menghadapi bencana tsunami yang dilaksanakan oleh seluruh sekolah yang berada di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis dalam rangka untuk meningkatkan tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik dalam menghadapi bencana tsunami.
3. Bagi Peneliti yang akan mengadakan penelitian mengenai tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik dalam menghadapi bencana tsunami di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis selanjutnya diperlukan penelitian lebih mendalam dalam hal pengklasifikasian daerah-daerah mana saja yang sangat beresiko terkena bencana tsunami, agar penelitian lebih terfokus lagi untuk peningkatan tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik dalam menghadapi bencana tsunami di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis.
4. Bagi Pembelajaran Geografi kajian mengenai tingkat kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana tsunami dapat dijadikan sebagai materi yang cukup banyak dalam mata kuliah Mitigasi Bencana di perkuliahan, dan dapat dimasukan atau disisipkan dalam materi pembelajaran geografi di sekolah-sekolah yang utamanya terletak di wilayah yang rawan terkena bencana tsunami, agar dapat mengingatkan akan pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi suatu bencana khususnya bencana tsunami agar bisa menekan korban jiwa yang ditimbulkan dari bencana tsunami tersebut.
(4)
Setio Galih Marlyono, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Akdon, dan Hadi Sahlan (2005). Aplikasi Statistika Dan Metode Penelitian Untuk Administrasi & Manajemen. Bandung. Dewa Ruchi.
Ambarjaya, Beni S. (2006). Tsunami Sang Gelombang Pembunuh. Jakarta. CV. Karya Mandiri Pratama.
Anonim, (2006). Pengembangan Framework Untuk Mengukur Kesiapsiagaan Masyarakat Terhadap Bencana Alam. LIPI-UNESCO/ISDR.
Anonim. (2011). DEFINISI | ISTILAH | PENGERTIAN | ARTI KATA: Blogspot [Online]. Tersedia: http://pengertian-definisi.blogspot.com/2011/03/apa-itu-tsunami.html[11Maret2011].
Anonim. Undang Undang No. 20 Tahun 2003. Pasal 1 Ayat 4 Tentang Penddikan Nasional.
Anonim. Undang-Undang No. 24 Tahun 2007. Tentang Penanggulangan Bencana.
Anonim. (2006). Gempabumi Dan Tsunami Pangandaran, Ciamis: Blogspot [Online]. Tersedia: http://psg.bgl.esdm.go.id/informasi/berita/107-gempabumi-dan-tsunami-pangandaran-ciamis-[21Juli2006]. Diunduh tanggal 4 Juni 2013.
Anonim. (2006). Foto Puing-Puing Bencana Tsunami Pangandaran, Ciamis: http://www.google.com/imgres?client=firefoxa&hs=i27&sa=X&rls=org.mil la:enUS:official&biw=1024&bih=481&tbm=isch&tbnid=VMg6XC1_MSM :&imgrefurl=http://news.bbc.co.uk/2/hi/in_pictures/5189948.stm&docid=P_ ZIzJy8kOM&imgurl=http://newsimg.bbc.co.uk/media/images/41899000/jpg /_41899258_aerial_ap416.jpg&w=416&h=300&ei=j1X2UcPlIoHtrAeL_oH oAQ&zoom=1&ved=1t:3588,r:1,s:0,i:84&iact=rc&page=1&tbnh=181&tbn w=241&start=0&ndsp=8&tx=41&ty=63 [Juli2006]. Diunduh tanggal 29 Juli 2013
Anonim. (2010). Peta Index Ancaman Bencana Tsunami Di Indonesia: Blogspot [Online]. Tersedia: http://geospasial.bnpb.go.id/wp- content/uploads/2010/02/2010-02-10_hazard_tsunami_kabupaten_bnpb-585x413.jpg Diunduh tanggal 6 Juli 2013.
(5)
100
Setio Galih Marlyono, 2013
Perbandingan Tingkat Kesiapsiagaan Peserta Didik Sd, Smp, Dan Sma Dalam Menghadapi Bencana Tsunami Di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis
Anonim. (2010). Peta Resiko Bencana Tsunami Di Kawasan Pangandaran: Blogspot [Online]. Tersedia: http://3.bp.blogspot.com/-02AccNP6Fyc/URpkZ3oFj3I/AAAAAAAAFmo/OaIXn54XIoQ/s400/Gam bar+8.+Peta+Resiko+Bencana+Tsunami+di+Kawasan+Pangandaran.jpg Diunduh tanggal 6 Juli 2013.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Carter, W. Nick. (1992). Disaster Management: a disaster manager’s handbook, Manila: Asian Development Bank.
Coburn, A. W. dkk. (1994). Mitigasi Bencana II. Program Pelaihan Manajemen Bencana. Cambridg-United Kingdom: DHA-UNDP. Direktorat Geologi, Bandung.
Depsos RI. (2004). Pedoman Pemberdayaan Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat Dalam Penanganan Korban Bencana. Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial. Jakarta.
Hidayat, Teuku Ahmad. (2011). Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Tsunami Di Kota Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Nanggroe Aceh Darussalam. Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Kent, Rudolph (1994). Kesiapan Bencana II. Program Pelatihan Manajement Bencana. DHA-UNDP.
Mulyasa, E. (2008). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran yang Kreatif dan Menyenangkan. Bandung : Rosdakarya.
Nasir, Moh. (2005). Metode Penelitian, Jakarta: PT. GHALIA INDONESIA. Nurkancana, Wayan dan Sumartana, P.P.N. (1986). Evaluasi Pendidikan.
Surabaya. Usaha Nasional.
Pasaribu, Robert. (2005). Penyebab dan Akibat Terjadinya Tsunami. Rafi’i, Suryatna. (1995). Ilmu Tanah. Bandung: Alfabeta.
Reed, Sheila. B (1995). Pengantar Tentang Bahaya III. Program Pelatihan Manajemen Bencana. DHA-UNDP.
Riduwan. (2007). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.
(6)
Setio Galih Marlyono, 2013
Sadisun, Imam, A, (2006). Smart SOP Dalam Mitigasi dan Penanggulangan Bencana Alam. Bandung: Pusat Mitigasi Bencana-ITB.
Santoso. (2013). Pengertian Siswa. Ras-Eko.blogspot.com. (2012) Singarimbun, Masri. (1987). Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.
Soewarno, Bambang. DR. MA. (1987). Metode Kuantitatif Dalam Ilmu-Ilmu Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Somad, A. (2009). Tentang Guru. Bandung: Al Qaprint.
Sugiyono. (2006). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sudjana. (2004). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sukara, Endang, dan SL Tobing, Imran. (2008). Industri Berbasis Keanekaragaman Hayati, Masa Depan Indonesia. Jurnal VIS VITALIS, Vol. 01 No. 2, tahun 2008.
Sumaatmadja, Nursid. 1988). Geografi Pembelajaran. Jakarta. Departemen P dan K, Dirjen Dikti, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Sumaatmadja, Nursid. (2005). Manusia Dalam Konteks Sosial, Budaya dan Lingkungan Hidup. Bandung. Alfabeta.
Surakhmad, W. (1994). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik. Bandung: Tarsito.
Surya, Mohamad. (2003). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Tika, Pabundu. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakarta: PT Bumi Aksara. Wibowo, P.G. (2011). Tingkat Kesiapsiagaan Civitas Akademik Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung Dalam Mengantisipasi Bencana Gempa Bumi. Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan. Yusuf, Syamsu, LN. (2002). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.