Penambahan Latihan Neurac Terhadap Resistance Tube Exercise Tidak Lebih Meningkatkan Ketepatan Tendangan Ke Arah Gawang Pada Pemain Sepak Bola Siswa SMUN Olahraga Ragunan, Jakarta.

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sepak bola adalah salah satu olahraga yang sangat popular di dunia. Di Indonesia olahraga sepak bola masih memerlukan perhatian yang besar baik dalam mencari bibit maupun dalam usaha untuk meningkatkan prestasi. Berorientasi pada berbagai macam teknik dasar yang digunakan dalam permainan sepak bola, pemain bola harus mahir menendang bola dengan berbagai cara. Menendang bola merupakan salah satu aspek teknik penting dalam permainan sepak bola, hal ini tercermin dari gol yang tercipta ke gawang dalam permainan sepak bola sebagian besar merupakan hasil dari tendangan.

Secara umum tendangan dalam sepak bola adalah tindakan serangan utama selama pertandingan (Kellis, & Katis.,2007) Tujuan utama menendang dalam sepakbola adalah mengumpan (passing), menembak ke arah gawang (shooting at the goal) dan menghalau serangan lawan (defending). Keberhasilan dari sebuah tendangan yang dilakukan dapat dinilai dari keberhasilan mencapai tujuan. Tendangan yang ditujukan untuk mengumpan dinilai berhasil saat dapat mencapai lokasi yang dituju, baik berupa area atau pemain kawan. Tendangan yang ditujukan untuk menembak ke arah gawang dinilai berhasil saat bola mencapai gawang, terlepas tendangan tersebut menghasilkan gol ataupun tidak.


(2)

Ketepatan tendangan adalah komponen yang penting dalam olahraga sepak bola dan dapat didefenisikan sebagai kemampuan menendang bola secara spesifik (Finnoff dkk.,2002). Tendangan yang ditujukan untuk menembak ke arah gawang bernilai sangat penting dalam sebuah permainan sepakbola. Tendangan yang mempunyai akurasi lebih baik akan memberikan peluang lebih besar untuk menghasilkan gol.

Dalam Tujuh Piala Dunia terakhir, 10 dari 14 tim yang berlaga di final harus melakukan tendangan penalty untuk menentukan pemenangnya. (GILABOLA.com) Dalam satu tim sepak bola biasanya sudah dipersiapkan pemain yang akan melakukan tendangan penalty jika pada pertandingan diakhiri dengan adu penalty. Mencetak gol merupakan tujuan utama dalam permainan sepak bola, maka dari itu penting dilakukan penelitian tentang faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan mencetak gol atau hasil tendangan ke arah gawang pada pemain sepak bola. 23%-35% kegagalan tendangan penalti pada kompetisi sepakbola dikarenakan pertimbangan akurasi tendangan dan waktu yang dibutuhkan penjaga gawang untuk meraih pojok gawang (Van der Kamp J. 2006)

Faktor fisik yang berpengaruh terhadap kemampuan mencetak gol adalah akurasi tendangan dimana untuk menghasilkan akurasi tendangan yang baik harus didukung oleh daya tahan jantung paru, kekuatan otot, daya tahan otot, kelincahan, koordinasi, keseimbangan, kecepatan, propriosepsi dan kelenturan, yang secara umum didominasi area trunk sampai dengan ekstremitas bawah. Kemunduran akurasi tendangan diasosiasikan dengan


(3)

penurunan ROM (Range Of Motion) dari pelvis hip dan knee (Kellis E.dkk., 2007). Rata-rata lingkup gerak pelvic dari posisi retraksi ke protraksi pada saat kaki bersentuhan dengan bola pada saat menendang tercatat sekitar 30˚ dan 36˚ (Less & Nolan, 2002). Gerakan hip yang baik dipengaruhi oleh stabilisasi lumbo-pelvic. Untuk itu stabilisasi lumbo-pelvic harus ditingkatkan untuk mendapatkan gerakan hip yang memiliki kordinasi yang baik. Salah satu hal yang sangat berpengaruh terhadap kapabilitas dan

performa area trunk, lumbo-pelvic dan hip adalah core stability.

Core stability adalah kemampuan untuk mengontrol posisi dan gerak dari trunk sampai pelvic yang digunakan untuk dapat menghasilkan, memindahkan dan mengontrol kekuatan dan gerak sampai dengan segmen akhir pada aktivitas yang terintegrasi (W. Ben Kibler, 2006). Kerja core stability memberikan suatu pola adanya stabilitas proksimal yang digunakan untuk mobilitas pada distal. Pola proksimal ke distal merupakan gerakan berkesinambungan yang melindungi sendi pada distal yang digunakan untuk mobilisasi saat bergerak. Core stability exercise adalah kemampuan untuk mengontrol posisi dan gerak dari trunk sampai pelvic yang digunakan untuk melakukan gerakan secara optimal, perpindahan, kontrol tekanan dan gerakan saat aktifitas (Irfan, 2010).

Latihan core stability akan memberikan beberapa keuntungan pada atlet olahraga, diantaranya adalah: meningkatkan efisiensi gerak, meningkatkan kontrol tubuh dan keseimbangan, meningkatkan kekuatan otot-otot core dan


(4)

otot-otot anggota gerak seperti bahu, lengan dan tungkai, menurunkan resiko cedera (kerja otot-otot core seperti peredam kejut saat gerak lompat, berbalik, dan sebagainya), meningkatkan keseimbangan dan stabilitas serta meningkatkan performa atlet olahraga (Phil Davies, www.sport-fitness-advisor.com).

Sebuah metode baru yang dikembangkan S-E-T ( Sling-Exercise-Therapy) disebut Neurac yang merupakan singkatan dari neuromusculer activation. Neurac adalah metode latihan yang melibatkan stimulasi neuromuskular pada level yang tinggi dalam mengatur pelaksanaan pola gerak fungsional normal. Latihan Neurac dengan instrumen redcore dapat meningkatkan core stability, kekuatan fungsional, koordinasi dan kontrol gerak dan kekuatan rotasi (Medical-Active-Sport, redcord). Stimulasi neuromuskular pada latihan metode neurac lebih ditujukan untuk meningkatkan stabilisasi lumbo-pelvic-hip yang merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap akurasi tendangan pada olahraga sepak bola.

Otot-otot tungkai yang berperan sebagai penggerak tungkai dalam melakukan tendangan pada olahraga sepak bola harus memiliki kekuatan dan koordinasi yang baik untuk menghasilkan akurasi tendangan. Resistance Tube Exercise merupakan salah satu metode latihan yang dapat meningkatkan kekuatan dan kordinasi tungkai yang dapat menghasilkan akurasi tendangan yang baik. Memberikan beban/tahanan pada posisi tertentu pada tungkai dengan menggunakan “elastic tube” yang bertujuan


(5)

untuk meningkatkan kontrol posisi dan konsistensi tahanan yang diberikan (Alekhya & Basavaraj, 2014). Latihan dengan elastic tube pada orang tua atau dewasa menunjukkan hasil positip dalam peningkatan kekuatan otot, daya ledak otot, komposisi tubuh, keseimbangan dan gerakan fungsional tubuh (Colado J.C dkk, 2010)

Penelitian yang dilakukan oleh Alekhya (2015) tentang Effect Resistance Tube Exercise On Kicking Accuracy, Vertical Jump And 40-Yard Technical Test In Competitive Foot Ball Player – An Experimantal Study, yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan ketepatan tendangan, lompat tegak lurus dan tes tehnikal 40 yard dengan menggunakan resistance tube exercise.

Dalam PERMENKES 80 tahun 2013 disebutkan bahwa: Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis, dan makanis), pelatihan fungsi dan komunikasi. Fisioterapi sebagai tenaga kesehatan harus mempunyai kemampuan dan keterampilan untuk memaksimalkan potensi gerak yang berhubungan dengan mengembangkan, mencegah, mengobati dan mengembalikan (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif) gerak dan fungsi seseorang. Hal ini menandakan peran seorang fisioterapi tidak hanya pada orang sakit saja tetapi juga berperan pada orang sehat untuk mengembangkan dan memelihara kemampuan aktifitas ototnya.


(6)

Mengingat pentingnya stabilisasi lumbo-pelvic sebagai salah satu faktor yang berpengaruh terhadap koordinasi tungkai untuk ketepatan tendangan maka penulis bermaksud untuk mengetahui perbedaan efek penambahan latihan neurac pada resistance tube exercise terhadap peningkatan tendangan pada pemain sepak bola pada siswa SMU Olahraga, Ragunan Jakarta Selatan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah penambahan latihan neurac pada resistance tube exercise lebih meningkatkan ketepatan tendangan pada pemain sepak bola pada siswa SMU Olahraga, Ragunan Jakarta Selatan.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui bahwa penambahan latihan neurac pada resistance tube exercise lebih meningkatkan ketepatan tendangan pada pemain sepak bola pada siswa SMUN Olahraga, Ragunan Jakarta Selatan

1.4. Manfaat Penelitian


(7)

1.4.1.Bagi keilmuan, memperoleh data yang empirik tentang penambahan latihan neurac pada resistance tube exercise lebih meningkatkan ketepatan tendangan pada pemain sepak bola siswa SMU Olahraga Ragunan Jakarta Selatan

1.4.2.Bagi profesi, sebagai pedoman bagi fisioterapis untuk upaya peningkatan pelayanan fisioterapi paripurna khususnya pada intervensi neuromuskuler.


(8)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1. Sepak Bola

2.1.1. Pengertian Sepak Bola

Pengertian Sepakbola Menurut Sujarwadi dan Sarjiyanto (2010: 2) sepakbola merupakan permainan beregu masing- masing regu terdiri dari 11 orang pemain. Wujud permainannya adalah menendang bola kian kemari yang diperebutkan dengan lawan dengan tujuan mendapatkan nilai. Nilai itu sendiri diperoleh dengan cara memasukkan bola ke gawang lawan sebanyak-banyaknya. Bersama itu mereka juga menjaga gawang supaya tidak kemasukan bola dari pihak lawan. Dalam permainan yang sebenarnya sepak bola dilakaukan dilapangan yang berbentuk empat persegi panjang serta bola yang yang digunakan mempunyai ukuran tertentu. Ukuran lapangan dan bola sebagai berikut, panjang garis samping 100 - 110 meter, lebar lapangan 64 - 75 meter, jari-jari lingkaran tengah 9,15 meter, daerah gawang dengan ukuran 18,32 x 5,5 meter, daerah hukuman (Penalty area) 40,39 x 15,5 meter, jarak titik tendang pinalti dari gawang 11 meter. Sedangkan untuk ukuran gawang, tinggi gawang 2,44 meter, lebar gawang 7,32 meter serta diameter tiang dan palang gawang 12 meter.

Ketentuan bola sebagai berikut bola terbuat dari kulit atau sejenisnya berbentuk bundar. Bentuk bola bulat dengan berat 396 - 453 gram, keliling lingkaran 68 - 71 cm dan untuk tekanan udara: 0,60 - 0,70 atmosfer.


(9)

2.1.2. Gerak Dasar Sepak Bola.

Pada prinsipnya, gerakan dasar pada manusia adalah lokomosi (locomotion), yaitu gerakan siklus atau perputaran dari kaki ke kaki yang lain secara silih berganti. Untuk itu diperlukan kemampuan keterampilan yang baik agar pemain dapat melakukan setiap gerak yang di ajarkan. Menurut Martens (1990: 170) keterampilan gerak memiliki dua makna, yaitu kemampuan pada tugas gerak tertentu dan kualitas individu dalam menampilkan kemampuan motorik. Menurut Sucipto, dkk (2000: 8) menyatakan bahwa gerakan-gerakan dalam permainan sepakbola meliputi: lari, lompat, loncat, menendang, menghentakkan dan menangkap bola bagi penjaga gawang. Semua gerakan tersebut diperlukan oleh semua pemain untuk menjalankan tugasnya bermain sepakbola gerak dasar manusia adalah jalan, lari, lompat.

2.1.3. Teknik Dasar Menendang bola

Mengoper berarti memindahkan bola dari kaki Anda ke kaki pemain lain dengan cara menendangnya (Koger, 2007:19). Menendang bola paling banyak dilakukan dalam permaian sepakbola bila dibandingkan dengan teknik lain, maka wajarlah bila dalam setiap latihan banyak banyak diajarkan teknik menendang bola. Menurut Abdoellah, (1981: 421) menendang bola berfungsi untuk: memberikan (passing) bola, menembak (shooting) bola kegawang, membersihkan (clearing), dan tendangan- tendangan khusus. Dilihat dari perkenaan kaki kebola, menendang dibedakan beberapa macam yaitu:


(10)

Menurut Sucipto dkk (2000: 17-18), pada umumnya teknik menendang dengan kaki bagian dalam digunakan untuk mengumpan jarak pendek (short passing). Analisis gerak menendang dengan kaki bagian dalam adalah sebagai berikut:

1) Badan menghadap sasaran di belakang bola.

2) Kaki tumpu berada di samping bola ± 15 cm, ujung jari kaki menghadap sasaran, lutut sedikit ditekuk.

3) Kaki tending ditarik ke belakang dan ayunkan ke depan sehingga mengenai bola.

4) Perkenaan kaki pada bola tepat pada mata kaki dan tepat di tengah bola. 5) Pergelangan kaki ditegangkan pada sat mengenai bola.

6) Gerak lanjut kaki tendang diangkat menghadap sasaran.

7) Pandangan ditujukan ke bola dan mengikuti arah jalannya bola terhadap sasaran.

8) Kedua lengan terbuka di samping badan.


(11)

Gambar 2.1. Menendang dengan Kaki Bagian Dalam Sumber: Sucipto dkk, (2000: 18)

b. Menendang dengan Kaki Bagian Luar

Menurut Sucipto dkk (2000: 19), pada umumnya teknik menendang dengan kaki bagian luar digunakan untuk mengumpan jarak pendek (short passing). Analisis gerak menendang dengan kaki bagian luar adalah sebagai berikut:

1) Posisi badan di belakang bola, kaki tumpu di samping belakang bola ± 25 cm, ujung kaki menghadap ke sasaran, dan lutut sedikit ditekuk. 2) Kaki tendang berada di belakang bola, dengan ujung kaki menghadap ke

dalam.

3) Kaki tending ditarik ke belakang dan ayunkan ke depan sehingga mengenai bola.

4) Perkenaan kaki pada bola tepat pada punggung kaki bagian luar dan tepat pada tengah-tengah bola, pada saat perkenaan dengan bola pergelangan kaki ditegangkan.

5) Gerak lanjut kaki tending diangkat serong ± 45˚ menghadap sasaran. 6) Pandangan ke bola dan mengikuti jalannya bola ke sasaran.


(12)

Gambar 2.2. Menendang dengan Kaki Bagian Luar Sumber: Sucipto dkk, (2000: 19)

c. Menendang dengan Punggung Kaki

Menurut Sucipto dkk (2000: 20), pada umumnya menendang dengan punggung kaki digunakan untuk menembak ke gawang (shooting at the goal). Analisis gerak menendang dengan punggung kaki adalah sebagai berikut:

1) Badan di belakang bola sedikit condong ke depan, kaki tumpu diletakkan di samping bola dengan ujung kaki menghadap ke sasaran, dan lutut sedikit ditekuk.

2) Kaki tending berada di belakang bola dengan punggung kaki menghadap ke depan/sasaran.

3) Kaki tending tarik ke belakang dan ayunkan ke depan sehingga mengenai bola.


(13)

4) Perkenaan kaki tepat pada punggung kaki penuh dan tepat pada tengah-tengah bola dan pada saat mengenai bola pergelangan kaki ditegangkan . 5) Gerak lanjut kaki tending diarahkan dan diangkat ke arah sasaran. 6) Pandangan mengikuti jalannya bola dan ke sasaran.

Gambar 2.3. Menendang dengan Punggung Kaki Sumber: Sucipto dkk, (2000: 20)

d. Menendang dengan punggung kaki bagian dalam

Menurut Sucipto dkk (2000: 21), pada umumnya menendang dengan punggung kaki bagian dalam digunakan untuk mengumpan jarak jauh (long passing). Analisis gerak menendang dengan punggung kaki bagian dalam adalah sebagai berikut:

1) Posisi badan berada di belakang bola, sedikit serong ± 40˚ dari garis lurus bola. Kaki tumpu diletakkan di samping belakang bola ± 30 cm dengan ujung kaki membuat sudut 40˚ dengan garis lurus bola.


(14)

2) Kaki tendang berada di belakang bola dengan ujung kaki serong ± 40˚ ke arah luar. Kaki tending tarik ke belakang dan ayunkan ke depan sehingga mengenai bola. Perkenaan kaki pada bola tepat di punggung kaki bagian dalam dan tepat pada tengah bawah bola dan pada saat kaki mengenai bola, pergelangan kaki ditegangkan.

3) Gerak lanjutan kaki tending diangkat dan diarahkan ke depan. 4) Pandangan mengikuti jalannya bola ke sasaran.

5) Lengan dibuka berada di samping badan sebagai keseimbangan.

Gambar 2.4. Menendang dengan Punggung Kaki Bagian Dalam Sumber: Sucipto dkk, (2000: 21)

2.1.4. Tendangan Sepak bola

a. Akurasi Tendangan pada Sepakbola

Akurasi tendangan pada sepakbola adalah keberhasilan tendangan yang dilakukan untuk dapat mencapai tujuan. Secara umum tujuan dari tendangan dalam sepakbola terbagi 3 jenis yaitu mengumpan, menembak ke arah gawang


(15)

dan menghalau serangan lawan. Keberhasilan sebuah tendangan tentunya juga diukur dari berhasil tidaknya sebuah tendangan dilakukan.

b. Komponen Akurasi Tendangan

Akurasi tendangan dapat dilakukan secara maksimal jika komponen akurasi tendangan mempunyai kemampuan yang optimal juga, untuk itu perlu diketahui komponen-komponen utama akurasi tendangan. Komponen terbesar yang mempengaruhi kemampuan akurasi tendangan didasari oleh faktor genetik, artinya akurasi tendangan akan dipengaruhi oleh rasio dari otot tonic (red muscle) dan otot phasic (white muscle). Koordinasi neuromuscular berperan penting dalam kerjasama otot yang efektif. Koordinasi, gerakan dan proprioseptif merupakan hal yang penting untuk memahami bagaimana otot bekerja pada waktu yang tepat dan meningkatkan penampilan kerjanya secara menyeluruh.

Kekuatan otot tungkai juga merupakan komponen pendukung utama untuk meningkatkan akurasi tendangan, dalam hal ini yang berperan utama adalah otot

Quadriceps Femoris, Hamstring, Gastrocnemius serta Tibialis Anterior. Kekuatan otot yang menghasilkan power dan stabilitas, penempatan kaki serta kekuatan ankle berpengaruh terhadap akurasi tendangan.

Diluar komponen genetik dan kekuatan otot tungkai, komponen lain yang juga mempengaruhi akurasi tendangan adalah core stability. Peningkatan pola aktivasi core stability akan menghasilkan peningkatan level aktivasi pada anggota gerak sehingga mengembangkan kapabilitas untuk mendukung atau menggerakkan anggota gerak


(16)

c. Faktor- faktor yang mempengaruhi akurasi tendangan

Selain komponen dari akurasi tendangan, terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi akurasi tendangan. Jika faktor-faktor ini meningkat maka akan meningkatkan kemampuan akurasi tendangan juga.

Faktor-faktor tersebut adalah :

1) Technical skills (keterampilan teknis)

Keterampilan teknis diartikan sebagai kemampuan teknis seseorang dalam melakukan suatu aktivitas. Dalam hal tendangan sepakbola, skill berarti kemampuan seseorang dalam melakukan tendangan sesuai dengan tehnik dasar tendangan sepak bola. Hal ini dipengaruhi beberapa hal, diantaranya adalah:

a) Pandangan mata

Pandangan mata diperlukan untuk membantu memastikan posisi bola yang akan ditendang, arah sasaran dan juga arah bola menuju sasaran. b) Kaki tumpu

Kaki tumpu merupakan letak titik berat badan (center of gravity). Posisi kaki tumpu terhadap letak bola akan mempengaruhi arah lintasan bola dan tinggi rendahnya lambungan bola.

c) Kaki yang menendang

Hal utama terkait dengan kaki yang menendang adalah perkenaan bagian kaki dengan bola, yang terbagi menjadi beberapa bagian yaitu:


(17)

kaki bagian dalam, kura-kura kaki bagian dalam, kurakura kaki bagian luar, kura-kura kaki penuh, ujung jari dan tumit.

d) Bagian bola yang ditendang

Hal ini akan menentukan arah jalannya bola serta tinggi rendah lambungan bola.

e) Sikap badan

Sikap badan saat menendang sangat dipengaruhi oleh posisi atau letak kaki tumpu terhadap bola. Posisi kaki tumpu tepat disamping bola maka pada saat menendang badan akan berada tepat diatas bola dan sikap badan sedikit condong. Sikap badan ini untuk tendangan mengalir rendah atau melambung sedang. Bila posisi kaki berada sedikit di belakang samping bola maka badan berada di atas belakang bola sehingga sikap badan condong ke belakang dan tendangan bola akan melambung tinggi.

2) Keterampilan Fisik

Keterampilan fisik diartikan sebagai kapasitas dan kemampuan fisik dalam melakukan aktifitas. Dalam hal ini keterampilan fisik dalam tendangan sepak bola diantaranya adalah:

3) Daya tahan jantung paru

Merupakan kemampuan sistem tubuh untuk mendapatkan, memproses dan mendistribusikan oksigen ke seluruh tubuh. Kemampuan sistem subuh yang terkait dengan oksigen ini akan sangat berpengaruh terhadap kekuatan otot, daya tahan otot dan juga power atau daya ledak otot. Daya tahan jantung


(18)

dan paru juga bisa diartikan kemampuan untuk melakukan kegiatan yang ringan sampai dengan tingkat intensitas submaksimal, dengan melibatkan kelompok otot-otot besar secara terus menerus tanpa mengalami kelelahan yang berarti.

Tendangan sepakbola melibatkan otot-otot besar pada trunk dan extremitas bawah, sehingga dengan daya tahan jantung paru yang baik tingkat akurasi tendangan juga lebih baik.

4) Kekuatan otot

Kekuatan otot merupakan kemampuan otot atau group otot untuk menghasilkan tegangan dan tenaga selama usaha maksimal baik secara dinamis maupun statis.39 Kekuatan maksimal otot ditunjang oleh cross-sectional otot yang merupakan kemampuan otot untuk menahan beban maksimal pada aksis sendi. Saat melakukan kontraksi otot menghasilkan tegangan dan kekuatan. Tenaga yang dihasilkan dari kontraksi otot dan secara

langsung berhubungan dengan jumlah tegangan yang dihasilkan oleh kontraksi otot, sehingga dapat meningkatkan kekuatan otot berupa level tegangan, hipertropi dan rekruitmen serabut otot.

Kekuatan selain dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: faktor biomekanik, faktor neuromuskular, faktor metabolisme (ketersediaan energi) serta faktor psikologis. Kekuatan otot merupakan salah satu komponen dari power yang akan dihasilkan. Semakin besar kekuatan dalam melakukan suatu gerakan maka semakin


(19)

besar pula tenaga eksplosif yang terjadi sehingga akan mampu mempengaruhi akurasi tendangan pada sepakbola.

5) Daya tahan otot

Daya tahan otot merupakan kemampuan otot untuk melakukan gerakan/bekerja secara berulang dengan intensitas rendah dalam waktu yang lama. Untuk menghasilkan kinerja yang optimal tidak hanya diperlukan tingkat kekuatan yang tepat namun juga kesanggupan mempertahankan dan mengontrol tingkat persentase yang tinggi dari kekuatan tersebut selama beberapa waktu atau selama serangkaian usaha otot itu melakukan pengulangan aktivitas. Karena itulah daya tahan otot juga berperan penting dalam peningkatan akurasi tendangan.

6) Power atau Daya ledak otot

Power merupakan fungsi dari kekuatan dan kecepatan suatu gerakan. Power

atau daya ledak otot adalah gabungan antara kekuatan dan kecepatan yang dilakukan dengan mengerahkan gaya (force) otot secara maksimum dengan kecepatan maksimum. Power adalah unsur yang penting dalam menilai kapasitas seseorang saat melakukan olahraga. Kualitas power seseorang tergantung kemampuan otot untuk berkontraksi dengan kuat dan cepat. Artinya dalam power tidak hanya memerlukan kekuatan otot saja tetapi juga dibutuhkan kecepatan kontraksi otot. Hal ini dihubungkan dengan tipe serabut otot yaitu otot tonic (red muscle) dan otot phasic (white muscle),


(20)

suatu gerakan yang akan dilakukan. Kecepatan saat otot berkontraksi dan timbulnya tenaga sepanjang luas gerak sendi (Range Of Motion/ROM)

7) Proprioseptik

Propriosepsi diartikan sebagai sadar akan posisi dan gerak yang dilakukan yang terkait dengan sistem neuromuskuloskeletal. Propriosepsi merupakan satu tipe khusus sensitivitas yang menginformasikan tentang sensasi dan kedalaman organ serta hubungan antara otot dan sendi. Propriosepsi akan berpengaruh terhadap gerak yang dilakukan, gerakan yang ditimbulkan akibat impuls yang diberikan oleh stimulus yang diterima dari reseptor, dan selanjutnya informasi tersebut akan diolah di otak yang kemudian akan informasi tersebut akan diteruskan oleh reseptor kembali ke bagian tubuh yang bersangkutan. Propriosepsi sangat dibutuhkan dalam melakukan tendangan agar saat melakukan tendangan reseptor sendi dan otot sudah siap untuk digerakkan karena informasi yang sudah diolah dan direkam otak akan memudahkan untuk memberikan stimulus kembali kepada reseptor agar gerakan tendangan menjadi terkendali sehingga tendangan lebih akurat. 8) Kelenturan

Kelenturan merupakan kemampuan untuk menggerakkan sendisendi dalam jangkauan gerakan penuh dan bebas. Kelenturan otot dan kebebasan gerak sendi sering dikaitkan dengan hasil pergerakan yang terkoordinasi dan efisien. Kelenturan diarahkan pada kebebasan luas gerak sendi. Kelenturan juga menjadi faktor yang penting dalam akurasi tendangan. Dalam hal latihan, penguatan dan kelenturan saling berhubungan, sehingga jika


(21)

seseorang melakukan latihan kelenturan juga berpengaruh terhadap penguatan.

9) Kelincahan (agility)

Kelincahan diartikan sebagai kemampuan mengubah arah atau posisi tubuh dengan cepat yang dilakukan bersama-sama dengan gerakan lainnya. Tendangan sepakbola adalah gerakan dinamis dan selalu ada perubahan posisi dari fase awal (fase preparation) sampai fase akhir (follow through). Dengan kelincahan yang baik, pesepakbola mampu mengubah posisi tubuh dengan cepat sehingga memudahkan untuk melakukan tendangan yang akurat.

10)Koordinasi

Koordinasi didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan gerakan secara halus, tepat dan terkendali. Sebagai gerak dinamis yang ditujukan untuk mencapai sasaran tertentu, tendangan sepakbola menuntut koordinasi yang baik dari masing-masing komponen yang terkait.

11)Keseimbangan

Keseimbangan didefinisikan sebagai kemampuan relatif untuk mengontrol pusat massa tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center of gravity) terhadap bidang tumpu (base of support). Saat dilakukan tendangan dengan kaki kanan maka kaki kiri akan berperan sebagai bidang tumpu. Dengan kemampuan keseimbangan yang baik akan didapatkan tumpuan/stabilisasi yang baik sehingga akan terjadi fasilitasi pada kaki yang menendang untuk mencapai tendangan yang akurat.


(22)

12)Mental skills (Keterampilan mental)

Keterampilan mental adalah keterampilan praktis dan metode yang membantu atlet untuk bisa mengeksplorasi keterampilan fisik, teknik dan taktik sehingga dapat mencapai hasil terbaik serta bersaing mencapai hasil terbaik.40 Keterampilan mental meliputi: berpikir positif, motivasi, pengendalian emosi, kepercayaan diri serta konsentrasi.

13)Environment (lingkungan)

Faktor lingkungan umumnya memberikan pengaruh tidak langsung terhadap akurasi tendangan, kecuali hal tersebut merupakan kondisi yang ekstrim. Beberapa faktor yang menjadi perhatian diantaranya adalah: cuaca, kecepatan angin, suhu udara serta ketinggian lokasi.

14)Sensory Motor Channel

Sensory motor channel yang terdiri atas sensoris, body scheme, body preparation dan biomekanik akan mempengaruhi komponenkomponen dalam faktor fisik untuk mencapai kinerja yang optimal. Terkait dengan komponen yang mempengaruhi akurasi tendangan diatas maka sistem muskuloskeletal akan berperan sangat besar disamping juga komponen pendukung lain. Oleh karena itu perlu diketahui mengenai anatomi muskuloskeletal yang mendukung terjadinya akurasi tendangan pada sepakbola.

d. Biomekanika Tendangan pada sepak bola

Saat menendang awalnya tubuh berperan sebagai pivot/sumbu untuk kaki yang menedang dan dalam posisi yang seangat kuat untuk gerak dalam bidang sagital. Saat menendang, kaki yang mengayun/ menendang tidak menyentuh


(23)

tanah. Otot-otot fleksor panggul dan ekstensor lutut akan terekrut secara maksimal dan menempatkan kekuatan yang utama pada kaki ketika menendang.

gluteus maksimus, hamstring dan adductor harus bergerak secara lambat ketika kaki kontak dengan bola. Gerakan menendang pada sepak bola dapat diuraikan dalam tiga fase, yaitu:

1) Fase preparation

Dimulai dari jarak 3-4 meter yang dilakukan sambil berlari untuk memperoleh percepatan. Lari yang dilakukan seenaknya dengan percepatan yang diatur sedemikian rupa dengan tetap melihat letak bola. Sambil berlari ayunkan tangan seenaknya mengikuti irama langkah kaki. Jika melangkah kaki kanan, maka tangan kiri mengayun ke depan demikian sebaliknya saat melangkah kaki kiri maka ayunan tangan pada sisi kanan. Posisi fase ini sebaiknya dibelakang bola dan jika ditarik garis lurus, sejajar dengan sasaran.

Berikut adalah detail gerakan menendang (tendangan kaki kanan) pada fase

preparation dilihat dari bagian tubuh, gerak dan otot yang bekerja

a) Trunk

Gerak yang terjadi adalah stabilisasi untuk rotasi trunk ke arah kanan, dimana otot-otot yang bekerja adalah otot-otot abdominal, otot-otot postural, erector spine serta dibantu m. iliopsoas

b) Hip dextra

Gerak yang terjadi adalah extensi dengan otot-otot yang bekerja meliputi m. gluteus maksimus serta hamstring.


(24)

Gerak yang terjadi adalah external rotasi serta extensi eksentrik/memanjang dengan otot-otot yang bekerja meliputi m. gluteus medius, m. gluteus minimus serta hamstring.

d) Knee dextra

Gerak yang terjadi adalah flexi dengan otot-otot yang bekerja meliputi hamstring dan m. popliteus.

e) Knee sinistra

Gerak yang terjadi adalah extensi eksentrik/memanjang dengan otot yang bekerja adalah m. quadriceps.

f) Ankle dextra

Gerak yang terjadi adalah plantar flexi konsentrik/memendek dengan otot yang terjadi adalah plantar flexor.

g) Ankle sinistra

Gerak yang terjadi adalah plantar flexi eksentrik/memanjang dengan otot yang bekerja adalah plantar flexor.

2) Fase Kicking

Sebelum melakukan tendangan (menggunakan kaki kanan) maka letakkanlah kaki kiri disisi kiri dan agak ke belakang dari bola yang jika ditarik garis lurus membentuk sudut 45°. Posisi kaki kiri akan menentukan luncuran bola. Jika kaki kiri berada di belakang bola, maka jalannya bola akan melambung karena dengan sendirinya perkenaan bola tepat di bagian bawah. Jika kaki tepat di sisi kiri bola, jalannya bola akan mendatar atau menggelinding di tanah, karena perkenaannya berada pada bagian atas bola. Jika letak kaki kiri agar ke


(25)

belakang sekitar 45° maka dapat diprediksi jalannya bola lurus dan mendatar, sebab perkenaan bola pada bagian tengah antara atas dan bawah. Menendang dengan punggung kaki maksudnya adalah perkenaan bola pada kaki tepat pada bagian punggung kaki. Menendang dengan punggung kaki adalah yang paling sering digunakan bila yang diharapkan adalah tendangan dengan kekuatan maksimal dan laju bola yang cepat. Setelah dirasa letak kaki kiri cukup nyaman maka ayunlah kaki kanan yang masih di belakang sekuat-kuatnya dengan tetap memperhatikan perkenaan kaki dengan bola dan perkenaan bola dengan kaki. Perkenaan pada punggung kaki

berarti keadaan ankle adalah ekstensi atau jika ditarik garis lurus sejajar dengan tulang kering. Berikut adalah detail gerakan menendang (tendangan kaki kanan) pada fase kicking dilihat dari bagian tubuh, gerak dan otot yang bekerja.

a) Trunk

Gerak yang terjadi adalah stabilisasi dengan otot-otot yang bekerja adalah otot-otot abdominal, otot-otot postural, erector spine serta dibantu m. ilio psoas.

b) Hip dextra

Gerak yang terjadi adalah internal rotasi dan flexi dengan otot-otot yan bekerja meliputi m. tensor fascia lata, m. rectus femoris, m. ilio psoas, m. Sartorius serta grup adductor.

c) Hip sinistra, gerak yang terjadi adalah extensi dengan otot-otot yang bekerja meliputi m. gluteus maksimus, m. hamstring serta m. adductor magnus.


(26)

Gerak yang terjadi adalah extensi dengan otot yang bekerja adalah m. quadriceps.

e) Knee sinistra

Gerak yang terjadi adalah extensi dengan otot yang bekerja adalah m. quadriceps.

f) Ankle dextra

Gerak yang tejadi adalah plantar flexi dengan otot yang bekerja adalah plantar flexor.

3) Fase follow through

Dimulai dari pelepasan obyek/bola sampai dengan flexi hip secara penuh. Setelah bola ditendang oleh kaki kanan, bisa diikuti dengan melangkah ke depan satu atau dua langkah.

Berikut adalah detail gerakan menendang (tendangan kaki kanan) pada fase

follow through dilihat dari bagian tubuh, gerak dan otot yang bekerja.

a) Hip dextra

Gerak yang terjadi adalah external rotasi eksentrik, extensi eksentrik serta abduksi eksentrik. Otot yang bekerja meliputi hamstring, m. gluteus medius, m quadratus lumborum, m. gluteus maximus serta m. piriformis.

b) Knee dextra

Gerak yang terjadi adalah flexi eksentrik dengan otot yang bekerja adalah hamstring.

Tiap perbedaan variasi tendangan akan menghasilkan perbedaan/variasi lamanya tiap fase. Seperti pada kebanyakan latihan rantai terbuka (open


(27)

chain exercise), kebebasan dari segmen sebelah distal memberikan variasi inti dalam performa skill.

2.2. Neurac (Neuromuscular Activation)

Neurac adalah metode terapi atau pengobatan yang melibatkan stimulasi neuromuscular pada level yang tinggi dalam mengatur pelaksanaan pola gerak fungsional normal. Metode ini digunakan untuk menangani masalah musculoskeletal yang menyebabkan nyeri dan atau tidak aktifnya otot. Sub kelompok terbesar yang dapat menggunakan metode neurac adalah kondisi gangguan muskuloskeletal mencakup pasien dengan masalah leher, punggung, panggul, dan gangguan bahu, kondisi untuk latihan kekuatan dan pengkondisian, serta pelatihan pribadi dan spesialis olahraga (Gitle Kirkesola, 2009).

Tindakan neurac atau neurac treatment merupakan unsur penting dari metode yang dikenal dengan sebutan S-E-T (Sling -Exercise- Therapy) dan dikenal dengan nama redcord. Pada awalnya ini dikembangkan oleh fisioterapis dan dokter di Norwegia. Ditemukan pada 1991, (belum lama ini disebut TerapiMaster). Neurac merupakan dasar dari tehnik tindakan redcord.

Terapi selempang Tradisional yang sudah ada sebelumnya berfokus terutama pada tehnik latihan dalam rantai kinetik terbuka (Open Kinetic Chain (OKC)) dan latihan yang dilakukan tanpa efek gravitasi.

Namun sebaliknya pada prosedur Redcord, berfokus pada rantai kinetik tertutup (Closed Kinetic Chain (CKC)) latihan secara sistematis memanfaatkan manfaat dari fenomena biomekanik dan fisiologi fungsional yang tidak bergantung pada gravitasi (yaitu, berat tubuh individu karena perlawanan diterapkan ke dalam pelaksanaan


(28)

selama gerakan). Konfigurasi workstation redcord atau pelatih tunggal redcord menggunakan sistem tahanan pada neuromuskuler-skeletal untuk meningkatkan kondisi fisik aktif neuromuskular dan rehabilitasi. Sistem redcord menggunakan paten dari neurac method untuk menstimulasi otot yang tidur atau tidak aktif dan mengembalikan fungsi normal mereka.

Manusia diprogram untuk bergerak yang dikendalikan dan dimodifikasi oleh neuromuskular dan sensorimotor (visual, vestibular, dan mechanoreceptor atau proprioceptor) sistem. Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa penstabil otot cenderung untuk beralih "off" ketika nyeri timbul (Moseley, 2005; Botti, 2004; Berhala, 2002; le, 2001, Moseley, 2006). Hal ini dapat menyebabkan kualitas gerakan yang buruk, penurunan kekuatan otot dan kontrol neuromuskular, kelelahan, dan penurunan kualitas hidup secara keseluruhan. Bahkan jika nyeri yang sesungguhnya mereda , "program saraf" bisa tetap dimatikan, hal ini dapat menyebabkan cedera kembali dan mengalami sakit tambahan. kondisi Ini, tampaknya sering berulang dan tidak pernah berakhir dan akan tetap kronis bila tidak ada intervensi pengobatan aktif. Ini adalah salah satu alasan mengapa kesehatan Uni Eropa guidelines merekomendasikan pengobatan aktif untuk nyeri non-spesifik punggung bawah.

2.2.1. Latar belakang untuk pengobatan neurac (aktivasi neuromuskuler)

Neurac adalah metode pengobatan/penanganan yang bertujuan untuk mencapai atau mendapatkan kembali fungsi pola gerak normal dari pasien dengan masalah musculoskeletal dengan menggunakan stimulasi neuromuscular pada tingkat atau level yang tinggi.


(29)

Pendekatan pengobatan /tindakan aktif yang memiliki empat elemen utama : a. Latihan menumpu berat badan menggunakan system sling redcord b. Control vibrasi dipilih pada bagian-bagian tubuh tertentu

c. Peningkatan resisten/tahanan secara bertahap d. Tidak ada nyeri atau tidak ada peningkatan nyeri

Selain itu, aparat getaran yang baru dikembangkan, Redcord stimulasi, bisa digunakan untuk meningkatkan adaptasi saraf.

Neurac method selalu disertai dengan prosedur tes untuk mengevaluasi fungsi rantai kinetic neuromuscular, dengan penekanan pada integrasi fungsi otot lokal dan otot global. Neurac didirikan berdasarkan penelitian terbaru yang mendukung penggunaan tubuh dalam menahan beban latihan ketika menggunakan rantai biomekanik. Selain itu, neuroscience dan uji klinis menyarankan penggunaan getaran untuk meningkatkan dorongan saraf dan untuk mengurangi rasa sakit.

2.2.2. Latihan Kekuatan pada rantai kinetik tertutup

Fokusnya adalah pada pelatihan fungsi dimana beberapa otot direkrut dalam rantai tertutup dan otot-otot bekerja bersama sebagai latihan yang sedang dilakukan. Pelatihan dalam rantai kinetik tertutup didefinisikan sebagai berikut dimana, segmen distal tetap dan menumpu semua berat atau sebagian dari berat tubuh. Ini mencapai kompresi lebih pada sendi bersama dengan stabilisasi yang dinamis dan aktivasi agonis, antagonis dan synergists.


(30)

Gambar 2.21. Latihan pada rantai kinetic tertutup Sumber :(Neurac 1, 2008)

a. Latihan stabilisasi

Studi terbaru menunjukkan bahwa otot-otot tertentu memiliki fungsi stabilisasi yang sangat khusus. Otot Ini disebut otot-otot "lokal", yang dekat dengan sendi dan dianggap penting untuk stabilitas sendi, sedangkan otot "global" untuk melakukan gerakan. Cedera pada sistem muskuloskeletal dapat mengubah mekanisme ini, menyebabkan kerusakan abadi dalam berfungsi.

Terapi Master, diterapkan dalam konsep SET, menunjukkan hasil yang baik dalam mempengaruhi dalam sistem stabilisasi

Gambar 2.22 Latihan stabilisasi Sumber :(Neurac 1, 2008)


(31)

Kontrol neuromuskular yang tepat sangat penting untuk mempertahankan tingkat fungsi normal. Keluhan kronis mempengaruhi fungsi sensorimotor. Efektivitas pelatihan Neuromuskuler yang terkontrol pada ekstremitas bawah didokumentasikan dengan baik. Studi terbaru menunjukkan bahwa jenis pelatihan ini juga penting untuk leher, punggung dan bahu. Pelatihan sensorimotor ialah elemen penting dari konsep S-E-T.

Ketidakstabilan dicapai pada kain TerapiMaster itu. Selain itu, bantalan karet berisi udara, tikar karet tebal / matras dan menggunakan papan miring.

Gambar 2.23 Latihan sensorimotor. Sumber : (Neurac 1, 2005)

2.2.3. Sling Exercise Terapi (SET)

Sebuah metode baru yang dikembangkan SET disebut Neurac, yang merupakan singkatan dari aktivasi neuromuskuler. Pengalaman klinis menunjukkan bahwa dalam banyak situasi telah memungkinkan untuk mencapai perbaikan spontan dalam kontrol neuromuskular saat menstabilkan otot-otot inti


(32)

dan juga fungsi otot. Hal ini didasarkan pada latihan yang dilakukan dalam rantai kinetik tertutup, dengan beban seberat yang dapat dikelola oleh pasien, dengan ketidakstabilan maksimum dan tanpa meningkatkan atau memprovokasi rasa sakit. Untuk mendapatkan hasil yang baik hal terpenting adalah individu harus mengatur pembagian beban latihan terhadap ketidakstabilan sling TerapiMaster. Penelitian telah menunjukkan bahwa aliran sinyal ke otot meningkat jauh ketika latihan dilakukan pada permukaan penyangga yang tidak stabil.

Inti dari teknik neurac melibatkan dua progresi pelatihan neuromuskuler yang disesuaikan:

a. Terus menerus tergantung dengan berat tubuh individu selama latihan dan terapi

b. Selempang dan tali yang Adjustable (dapat disesuaikan) untuk memberikan gerakan olahraga yang aman, semakin menantang untuk menjaga keseimbangan dan kontrol postural.

Keberhasilan neurac tergantung pada integrasi dari tiga faktor berikut:

1) Merencanakan gerakan ekstremitas atas dan bawah dan atau dasar (corset) yang melibatkan berat tubuh dalam lingkungan yang tidak stabil dengan menggunakan sling Redcord, tali dan bantal keseimbangan.

2) Bebas rasa sakit, intensitas kontraksi otot dengan upaya yang tinggi dilakukan dalam gerakan CKC.

3) Getaran variabel diterapkan pada tali dan sling.

Redcord telah mengembangkan sistem evaluasi disfungsi otot yang disebut Weak Link Testing (WTL) untuk mengidentifikasi otot yang tidak


(33)

aktif atau sleeping muscles dan secara simultan, kemampuan usaha atau kerja otot individu yang dihasilkan dapat digunakan untuk menentukan kelemahan otot serta keterbatasan gerak. Ketika kelemahan otot teridentifikasi terapis mulai melaksanakan proses neurac treatment.

2.2.4. Prosedur penerapan latihan Neurac

a. Tehnik Aplikasi

1) Sebelum latihan terlebih dahulu melakukan pemanasan berupa peregangan pada otot trunk dan anggota gerak bawah

2) Latihan neurac terdiri dari: push-up standing, prone bridging, supine pelvic lift, side lying bridging

3) Fisioterapis memberikan instruksi dalam penggunaan sling yaitu dengan

b. Dosis

1) Frekwensi : 3 X seminggu 2) Intensitas : 3 set latihan

3) Time : tiap posisi ditahan selama 6 detik 4) Repetisi : 6 kali

5) Rest : 30 detik/ pengulangan satu posisi c. Tehnik latihan Neurac ( Neuromuskuler Activation)

1) Push-up standing

Posisi awal peserta berdiri tegak sambil memegang tali sling kemudian tubuh bergerak miring ke depan sejauh 450 dari posisi awal, gerakan ini diulang 6x/set. Masing masing posisi dipertahankan selama 6 detik


(34)

kemudian kembali ke posisi awal dan istirahat selama 30 detik, 3 set, frekuensi latihan 3x seminggu dengan waktu atau durasi latihan 20 sampai 30 menit.

1 2 11

Gambar . 2. 24: Push-Up

Sumber: A Practical Guide for Physical Therapy 2) Prone bridging

Posisi awal posisi tengkurap dengan kedua lutut menggantung pada sling, lengan bawah menyangga pada matras, flexi 900 kemudian tubuh dan panggul diangkat lurus setinggi bahu pertahankan selama 6 hitungan turunkan dan istirahat 30 detik ulangi 4x dalam 1 set latihan, gerakan ini dapat dilakukan 4set latihan, kemudian pindahkan sling dibawah pergelangan kaki dengan posisi awal sama kemudian angkat panggul dan tubuh setinggi punggung lalu dipertahankan 6 detik, turunkan dan istirahat 30 detik, ulangi kembali gerakkan sebanyak 6x dalam 1 set latihan, lakukan selama 10-20 menit


(35)

Gambar .2. 25: Prone Bridging

Sumber: Redcord medical active sport,2013

3) Supine pelvis lift

Posisi awal pasien terlentang dengan sling diletakkan di bawah lutut kemudian pasien disuruh mengangkat pantat dan pertahankan posisi selama 4-6 hitungan kemudian istirahat selama 30 detik dan ulang kembali sebanyak 4x pengulangan untuk satu set pertama , set kedua posisi sling di letakkan di bawah pergelangan kaki kemudian pasien disuruh mengangkat pantat dan mempertahankan posisi 6 detik, istirahat 30 detik dan diulang 6x gerakan. Latihan dilakukan selama 10-20 menit

Gambar gGgg

Gambar 2.26. Supine pelvis lift Sumber: A Practical Guide for Physical Therapy


(36)

4) Side lying bridging

Posisi awal tidur miring dengan sling diletakkan pada lutut bagian lateral kemudian angkat panggul dan pertahankan posisi tersebut selama 6 hitungan dengan istirahat 30 detik dan pegulangan gerak 4x setiap set latihan, setelah itu untuk meningkatkan beban latihan sling digeser ke pergelangan kaki lateral kemudian angkat panggul dan pertahankan posisi selama 6 detik dengan istirahat 30 detik dan gerakan di ulang sebanyak 6x dalam tiap set. Latihan dilakkukan selama 10-20 menit

Gambar. 2.26: Side lying Bridging

Sumber: Redcord medical active sport,2013

2.2.5. Mekanisme latihan Neurac terhadap ketepatan tendangan pada olahraga sepak bola.

Neurac adalah metode latihan/penanganan yang bertujuan untuk mencapai

atau mendapatkan kembali fungsi pola gerak normal dari pasien dengan masalah

musculoskeletal dengan menggunakan stimulasi neuromuscular pada tingkat atau

level yang tinggi dengan aktifasi otot-otot core trunk. Fisiologi otot-otot core menghasilkan beberapa efek biomekanik lokal yang efisien dan fungsional pada


(37)

bagian distal gerakan atau eksekusi gerak terjadi, aktivasi otot menghasilkan penyesuaian antisipasi postural/anticipatory postural adjustments (APAs), yang memberikan posisi tubuh bertahan dari gangguan untuk membuat keseimbangan baik berupa menendang, melangkah atau berlari. Otot-otot core menghasilkan stabilisasi yang fungsi utamanya bekerja untuk menghasilkan APAs. APAs menciptakan stabilisasi proksimal untuk mobilisasi pada distal., sehingga saat eksekusi gerak menendang proses menjadi tidak terganggu oleh faktor eksternal lain.

Menendang bola melibatkan banyak komponen. Pada tendangan yang dilakukan dengan kaki kanan maka kaki kanan yang melakukan tendangan akan menjadi bagian mobilitas, sementara kaki kiri menjadi bagian stabilitas. Stabilitas tungkai kiri bisa terjaga jika didukung oleh stabilitas postur yang adekuat karena faktor perubahan letak center ofgravity

(COG) saat menendang akan mempengaruhi stabilitas tungkai kiri. Hal ini dapat diminimalisir dengan aktivasi dari core stability. Dengan kata lain akurasi menendang dapat dicapai jika eksekusi gerak menendang tidak dipengaruhi oleh instabilitas postur.

Adanya perpindahan saat menendang merupakan bagian dari aktivasi otot-otot core yang saling bersinergis. Aktivasi otot-otot core digunakan untuk menghasilkan rotasi spine. Aktivasi otot sebuah pola gerak dalam tendangan akan saling cross-sectional dari bagian mobilitas. Hal ini memberikan pengaruh alignment dari kepala sampai pelvis dalam membentuk alignment postur. Saat dilakukan gerak ayunan tungkai, akan


(38)

terjadi pelvic tilt dimana otot-otot core sisi kontra lateral berkontraksi sebagai stabilisasi terhadap mobilitas distal.

Di sisi lain dibutuhkan banyak dan lebih kecil di dalam pheriperal segment, pergerakan dari inersia dalam area distal tersebut berkurang, mengakibatkan penyajian dalam kecepatan tinggi. Pengaruh aktivasi otot-otot postural akan membentuk suatu pola midline dimana adanya suatu antisipasi postural akan mempengaruhi persiapan anggota gerak bagian distal dalam membentuk midline sebagai perkembangan potensial dari linear akselerasi dalam persiapan untuk bergerak.

2.3. Core Stability

Core stability secara definisi adalah kemampuan untuk mengontrol posisi dan gerakan batang badan melalui panggul dan kaki untuk memungkinkan produksi optimal, transfer dan control kekuatan dan gerakan ke segmen terminal dalam aktifitas rantai kinetic terintegrasi (Kibler, 2006).

Core adalah daerah lumbo-pelvic-hip kompleks. Daerah core adalah letak atau tempat dari pusat perkenaan gaya gravitasi dan tempat dari awal semua gerakan. Pada daerah ini terdapat 29 otot yang terkait atau terdapat pada daerah lumbo-pelvic- hip kompleks. Efisiensi daripada core dimaksudkan untuk memelihara hubungan pemanjangan normal dari fungsi agonis dan antagonis, yang mana akan meningkatkan hubungan dari kedua kekuatan pada daerah lumbo-pelvic-hip complex. ( Kibler,2006)


(39)

Core stability yang baik berfungsi untuk meningkatkan penampilan gerak serta untuk mencegah terjadinya cedera, kekuatan daripada otot-otot inti batang badan berasal dari regio batang badan dan sesungguhnya bertugas untuk membantu mengontrol kondisi kekuatan, memperhalus gerakan, serta koordinasi gerak yang efisien dan lebih baik pada anggota gerak. Selebihnya kondisi core muscle yang baik juga membantu mengurangi resiko terjadinya cedera akibat posisi postur yang buruk.

Otot utama dari Core Muscle adalah otot panggul, transversus abdominis, multifidus, internal dan eksternal obliques, rektus abdominis, sacrospinalis khususnya longissimus thoracis, dan diafragma. Minor core muscle termasuk latisimus dorsi, gluteus maximus, dan trapezius.

Dilihat dari letak core muscle tersebut, maka tidak heran jika setiap gerakan fungsional dari anggota gerak akan berkaitan erat dengan core muscle ini. Core muscle merupakan "inti" atau bagian pusat untuk semua kekuatan yang dibutuhkan untuk meningkatkan melaksanakan kegiatan fisik yang berbeda.

Fungsi umum dari core muscle untuk menstabilkan dada dan panggul selama gerakan dinamis dan juga memberikan tekanan internal untuk mengusir zat (muntah, kotoran, udara penuh karbon, dll). Berdasarkan pergerakan tubuh, fungsi core musle dapat dibagi menjadi dua, yaitu; static core function dan dynamic core function


(40)

Fungsi statis core adalah kemampuan seseorang untuk menyelaraskan dan menstabilisasi atau menjaga tubuh tetap diam melawan dorongan kekuatan dari luar.

Contoh fungsi statis adalah ketika atlet menembak menjaga tubuhnya tetap diam melawan dorongan tolakan yang ditimbulkan dari tembakan peluru. b. Dinamik core muscle

Sifat gerakan dinamis harus memperhitungkan struktur kerangka kita (sebagai tuas) di samping kekuatan resistensi eksternal, dan akibatnya menggabungkan sebuah kompleks yang sangat berbeda dari otot-otot dan sendi melawan posisi statis. Karena itu desain fungsional, selama gerakan dinamis ada ketergantungan lebih pada otot inti dari hanya kekakuan kerangka seperti dalam situasi statis. Hal ini karena tujuan gerakan ini tidak melawan tahanan, statis tidak berubah, tapi untuk melawan kekuatan yang berhubungan dengan perubahan bidang gerak . Dengan menggabungkan gerakan, tulang-tulang tubuh harus menyerap perlawanan dengan cara cairan, dan dengan demikian tendon, ligamen, otot, dan persarafan mengambil tanggung jawab yang berbeda. Tanggung jawab ini meliputi reaksi postural dengan perubahan dalam kecepatan (kecepatan dari kontraksi), gerak (reaksi waktu kontraksi) dan kekuatan (jumlah perlawanan menolak dalam periode waktu).

Fungsi dinamis core muscle adalah menjaga keseimbangan tubuh saat bergerak. Sebelum seseorang melakukan gerakan yang lebih dulu mesti dilakukan adalah menciptakan keseimbangan tubuh untuk dapat


(41)

menggerakkan anggota tubuh lainya secara fungsional. Sebagai contoh dari ini adalah berjalan di lereng. Tubuh harus melawan gravitasi sambil bergerak dalam arah, serta menyeimbangkan dirinya sendiri di tanah yang tidak rata. Hal ini akan memaksa tubuh untuk menyesuaikan tulang dengan cara yang menyeimbangkan tubuh, sementara pada saat yang sama mencapai momentum melalui mendorong terhadap tanah yang berlawanan arah gerakan dengan yang dikehendaki. Pada awalnya, mungkin tampak bahwa kaki adalah penggerak utama dari tindakan ini, tetapi tanpa keseimbangan, kaki hanya akan menyebabkan orang jatuh. Oleh karena itu, penggerak utama berjalan adalah inti mencapai stabilitas, dan kemudian kaki melangkah hal menjelaskan tentang inti yang stabil dengan menggunakan otot kaki.

Dalam kasus lereng licin, seseorang mungkin harus bereaksi dan menangkap diri

mereka sendiri untuk menjaga keseimbangan. Ini adalah fungsi dari seberapa cepat otot-otot seseorang dapat bereaksi terhadap situasi, ukuran kecepatan dan kecepatan (seberapa cepat mereka bereaksi dan seberapa cepat mereka dapat merekrut otot-otot yang diperlukan). Seseorang yang dapat bereaksi dengan cepat tetapi tidak merekrut cukup cepat otot-otot mereka akan tahu bahwa mereka sedang jatuh, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Seseorang yang tidak dapat bereaksi cukup cepat (atau tepat) tetapi dapat merekrut otot-otot mereka dengan kecepatan, akan bereaksi berlebihan dengan mudah. Akhirnya, dengan asumsi subjek memiliki reaksi dalam waktu dan dengan kecepatan, mereka harus memiliki kekuatan untuk menerima berat badan mereka, karena


(42)

tergelincir mengurangi beban pada otot-otot mereka, namun singkat. Kemampuan otot untuk memiliki kekuatan, akan memastikan bahwa beban langsung dapat diambil oleh otot dan mereka akan mampu mengembalikan keseimbangan dan, akhirnya, mencapai tujuan mereka.

2.3.1.1. Manfaat melatih core muslce

a. Memperkuat core muscles akan memperbaiki postur tubuh dan mencegah sakit pinggang (low back).

b. Membantu menjaga kesehatan otot, sehingga mencegah cidera pinggang lebih lanjut.

c. Meningkatkan kinerja tubuh

d. Latihan memperkuat core muscle tidak menyebabkan sakit nyeri otot.

e. Memperpanjang otot dan mencegah ketidak seimbangan pijakan saat anda menjadi tua.

2.3.1.2. Fisiologi Core Stability

Otot Inti digunakan untuk menstabilkan dada dan panggul selama gerakan dinamis dan juga memberikan tekanan internal untuk mengusir zat (muntah, kotoran, karbon-saratudara, dll).

a. Valsava manuver

Otot inti sangat penting dalam manuver Valsava, yang adalah ketika thorax seseorang mengencangkan sementara menahan napas mereka. Tindakan ini biasanya sukarela dapat diinduksi dengan menghubungkan


(43)

tangan seseorang di depan dada sambil berdiri, dan kemudian menarik terhadap tangan tanpa melepaskan.

Manuver Valsava membantu dalam mengangkat, ekskresi, mendorong, dan melahirkan.

b. Tarak (kemampuan menahan buang air)

Kontinensia adalah kemampuan untuk menahan buang air besar, dan inkontinensia stres kemih (kurangnya kontrol kandung kemih karena dasar panggul dapat menyebabkan disfungsi otot inti lemah).

c. Kehamilan

Wanita menggunakan otot inti mereka, khususnya transversus abdominis , selama persalinan dan melahirkan. Sebuah contoh dari fungsi inti statis adalah menembak senapan dalam posisi tengkurap. Untuk

menjaga akurasi, penembak harus mampu mentransfer berat tubuh mereka sendiri dan berat senapan ke tanah.

Gambar 2.5. Contoh fungsi inti statis.

Dari Tentara dalam posisi tiarap akan menembak

Pada daerah lumbar spine, otot local dan global bekerja dalam harmony untuk memberikan keseimbangan biomekanik . Dengan mempertimbangkan lumbar spine sebagai contoh; distribusi kekuatan pada sistem local menunjukkan respon untuk mempertahankan atau memelihara kondisi


(44)

postural, selama system global menghasilkan gerakan dan membantu dalam stabilisasi seperti yang seharusnya atau dibutuhkan. Local muscles (segmental stabilization) dan Otot global mengontrol range of movement dan alignment.

(Comerford MJ, Mottram SL, 2001)

d. Proses pembentukan stabilisasi pada core muscle

Postural External Loads

Adjustments

Lumbopelvic Muscle

Region Activation

Spinal Ligament Deformation

Muscle Spindles Golgi Tendon Organs

Neural

Feedback Stability

Requirement

Gambar 2.6. Model of core stability (Core Stability Training: Application To Sport Condition Programs) (Jeffrey, 2007)

Berdasarkan gambar diagram tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa mekanisme terbentuknya stabilisasi oleh otot inti (core muscle) terjadi karena stimulasi dari gerak ekstremitas ( aktifitas proprioceptor) melalui pembebanan(external load) serta kondisi postural adjustments yang kemudian di interpretasikan oleh sistem saraf pusat sebagai keputusan akan adanya kebutuhan untuk melakukan stabilisasi pada regio lumbopelvic, lalu di sampaikan ke otot inti


(45)

(stabilisator) serta mengaktivasi otot tersebut yang kemudian akan menghasilkan stabilisasi serta kontrol saraf.

Hal tersebut di atas juga dikenal sebagai mekanisme feed forward mechanism (FFM) yang memiliki hubungan erat dengan otot-otot inti pada tubuh manusia

2.3.2. Stabilisasi Lumbo Pelvic

Pada tahun 1970-an, para peneliti mulai menggambarkan konsep stabilitas Spinal. Bahwa stabilitas adalah sebuah proses dinamis yang meliputi dua hal : posisi statis dan gerakan yang terkontrol, mereka berteori bahwa cedera punggung dan nyeri dapat disebabkan oleh degenerasi sendi dan secara bertahap jaringan lunak dari waktu ke waktu mengalami microtrauma berulang, yang disebabkan oleh kontrol yang kurang dari struktur tulang belakang. (Barr, 2005)

Berdasarkan penelitian biomekanik Punjab dan kawan-kawan, maka diperkenalkan konsep stabilitas lumbopelvic fungsional. Stabilitas sebagai suatu tindakan yang dilakukan oleh kerja antara tiga subsistem; pasif, aktif dan persarafan. subsistem pasif terdiri dari struktur osseus atau vertebrae dan diskus atau artikular, ligamen dan tulang belakang, serta pembatasan gerakan segmental mereka. Adapun tugas daripada subsistem pasif adalah memonitor gerak dan posisi spine. Struktur aktif mengacu pada otot dan tendo sendiri, yang menstabilkan segmen tulang belakang saat bergerak. Otot-otot harus memiliki ketahanan dan kekuatan yang memadai untuk melakukan fungsi ini agar memuaskan (karakteristik fungsional otot). Subsistem kontrol mengacu pada kontrol otot yang menyediakan sokongan pada tulang belakang. Neuromuskular


(46)

kontrol menyediakan aksi bersama antara input aferen (proprioception) dan output eferen dari sistem saraf (koordinasi), dan memungkinkan otot untuk berkontraksi dengan kekuatan yang diperlukan dan pada waktu yang tepat. Dengan kata lain bahwa stabilitas tulang belakang dan juga daerah lumbo-pelvic adalah hasil kerja yang sinergis dari 3 elemen utama menurut Punjab, 1992:

Dukungan dari struktur pasif osseoligamentous. (Osteo-ligamentous subsystem (passive)), dukungan aktif dari sistem otot. (muscle subsystem (active)), pengendalian sistem otot oleh SSP (Central Nervous Subsystem)

Stabilitas lumbo pelvic atau panggul mengacu pada kemampuan otot-otot punggung dan panggul untuk menjaga tulang belakang dan panggul dalam posisi yang optimal selama aktivitas gerak dan olahraga. Jika struktur ini dipertahankan atau dijaga dalam keselarasan yang optimal maka otot-otot dan sendi pada tungkai bawah dapat berfungsi secara efisien. Jika struktur ini tidak dijaga dalam keselarasan yang optimal, maka sendi kurang berhasil dan fungsi otot dapat menyebabkan cedera dan nyeri di tulang belakang serta tungkai bawah.

Ketika lumbo-pelvis kompleks stabil, otot-otot perifer memerlukan kontraksi yang sedikit untuk menghasilkan jumlah gerak yang dibutuhkan.

Stabilitas panggul yang memadai memungkinkan untuk transfer efisien daya dari ekstremitas bawah ke ekstremitas atas. Misalnya, tindakan melempar membutuhkan kaki dan dasar untuk memulai gerakan dan untuk mentransfer kekuatan sampai lengan untuk melempar bola.

Postur tubuh yang kurang baik di saat istirahat atau bergerak, misalnya, saat berdiri dengan otot fleksor pinggul dalam kondisi kontraksi dan kurangnya


(47)

tahanan pada glutealis dapat menunjukkan rendahnya kontraksi aktif otot gluteal. Hal ini menjadi lebih nyata saat menjalankan aktivitas dengan level yang tinggi. kontrol postural, adalah kapasitas untuk menjaga proyeksi pusat gravitasi tubuh terhadap base of support. Spasme otot dan contoh di atas, yaitu keterbatasan fleksor pinggul dapat berarti kontrol otot yang buruk pada otot panggul dan ketidakseimbangan antara pinggul dan otot-otot panggul. Hal lain yang harus dicari adalah kelemahan otot. Melakukan beberapa tes sederhana dapat mengidentifikasi masalah, namun melakukan tes fungsional yang lebih, seperti; satu langkah kaki turun atau kegiatan melompat akan mengidentifikasi masalah yang lebih halus yang perlu dikoreksi. Stabilisasi tulang belakang lumbo-pelvic melibatkan co-kontraksi otot lumbar multifidus dan transversus abdominis. Secara mekanis, stabilitas tergantung pada posisi, gerak, dan beban. Pola gerakan yang berubah oleh karena kekuatan dan fleksibilitas yang salah, kelelahan oleh karena kurangnya daya tahan, atau kontrol saraf yang abnormal pada akhirnya akan menyebabkan kerusakan jaringan. Kerusakan jaringan akan mengakibatkan penurunan stabilitas struktur tulang belakang, meningkatkan tahanan atau beban ke otot-otot yang sudah tidak efisien, dan mengakibatkan kelangsungan dari proses degenerasi. Keseimbangan agonis dan antagonis diperlukan untuk membantu ligamen dalam memberikan stabilitas sendi dan untuk menyeimbangkan distribusi tekanan pada permukaan artikular (Barrata, 1988)

Stabilitas sendi merupakan akibat dari mekanisme kerja baik statis maupun dinamis.


(48)

Stabilitas statis berasal dari struktur pasif seperti kesesuaian tulang, ligamen, dan kapsul sendi. Stabilitas dinamis diciptakan oleh kontraksi otot dan sendi yang disebut sebagai stabilisasi fungsional.

Postural stabilitas (biasanya disebut sebagai keseimbangan) didefinisikan sebagai kemampuan tubuh untuk mempertahankan pusat gravitasi (COG) dalam bidang tumpu (BOS) pada batas-batas stabilitas (line of stability) (LOS)) pengaturan ini disebut sebagai kerucut terbalik

Stabilitas postural adalah hasil dari input, proses, dan output informasi dari PNS dan SSP. khususnya, informasi yang terlibat dalam stabilitas postural meliputi visual, vestibular dan informasi somatosensori.(neurac 1, 2008)

2.3.3. Anatomi Lumbo-pelvic

a. Tulang :

Secara anatomi, struktur kolumna vertebralis terdiri atas 33 ruas, dibagi menjadi 7 ruas tulang servikal, 12 ruas tulang thorakalis, 5 ruas lumbalis, 5 ruas tulang sakrum dan 4 ruas tulang koksigeus. Secara fungsional kolumna vertebralis merupakan satu kesatuan, baik dalam fungsi dinamik maupun fungsi statis. Secara keseluruhan tulang belakang harus menggerakan dan meneruskan berat badan dan melindungi medula spinalis. Pada posisi berdiri tegak segmen lumbal akan lordosis dan kolumna vertebralis bekerja seperti derek, otot paravertebral merupakan kabel-kabel yang mengimbangi setiap beban yang dibawa ke depan.


(49)

Pada kolumna vertebra ada dua jenis persendian, yaitu persendian antara dua korpus vertebra dan antara 2 arkus vertebra, yang mana dihubungkan oleh fibrokartilago diskus atau oleh ligamentum interoseus.

Gambar.2.7 Kurva Spine di lihat dari anterior, posterior dan lateral Sumber http://www.spineuniverse.com

(Jason M. Highsmith, MD)

Gambar. 2.8 Struktur tulang Vertebra Lumbal Sumber http://www.spineuniverse.com

(Jason M. Highsmith, MD)

c. Diskus Intervertebralis

Tiap diskus intervertebralis terdiri dari lapisan luar annulus fibrosus dan inti lunak serta licin seperti jeli, nucleus pulposus yang berisi sisa notochord (Chordda Dorsalia). Annulus fibrosus mengandung lapisan serabut kolagen dan kartilago fibrosa tersusun konsentris melingkari nukleus pulposus yang


(50)

berada dalam tegangan. Diskus intervertebralis terletak antara tiap-tiap korpus vertebra. Pada potongan sagital tampak seperti kerucut.

Gambar 2.9 Discus Intervertebralis Sumber.http://www.alphaklinik.de d. Foramen Intervertebralis

Foramen intervertebralis terletak disebelah dorsal kolumna vertebralis antara vertebra atas dan bawahnya. Pada bagian superior dibatasi oleh pediculus vertebra bawahnya dan pada bagian anterior oleh sisi dorso lateral discusserata sebagian korpus dan pada bagian dorsal oleh prosesus artikularis dan sendi facetnya dan tepi lateral ligamentum flavum.

e. Radiks

Radiks merupakan sepertiga sampai setengah isi foramen yang terdiri atas saraf sensorik dan motorik, diselubungi oleh jaringan ikat fibrosus dan setinggi foramen masih terdapat cairan serebrospinal sebagai lanjutan dura.


(51)

Gambar 2.10. Persyarafan pd regio Lumbal Sumber. www.back. Com

f. Saraf Sinuvertebra

Saraf sinuvertebra merupakan cabang rami vertebralis yang melewati foramen ke kanalis vertebra kemudian bercabang dan mensarapi satu segmen di atasnya, segmen yang bersangkutan dan dua segmen di bawahnya.

g. Pembuluh darah

Pada bagian bawah foramen terdapat lebih dari dua vena yang cukup besar. Selain itu terdapat pula cabang kecil dari arteri segmental. Arteri ini terbagi menjadi tiga cabang, yaitu satu cabang mensuplai corpus vertebra, satu cabang lagi mensuplai bagian posterior. Kemudian juga terdapat arteri vertebralis pada sisi kiri dan kanan medulla spinalis dan batang otak. Kedua arteri ke atas bersama-sama setelah memasuki foramen magnum bergabung membentuk arteri basilaris.

h. Facet

Merupakan bagian yang sensitif pada spine dan memiliki banyak jaringan pengikat untuk membentuk sendi yang normal. Facet terdiri dari kartilago, kapsule, cairan sendi dan ligamen. Facet joint merupakan sendi yang terdapat pada tubuh yang dapat bergerak dan termasuk jenis sendi datar dengan gerak utamanya adalah gerak geser atau glide dan menekuk atau tilting serta banyak


(52)

mengandung cairan sinovium. Ketika mengalami iritasi, kompresi, trauma atau injuri dapat mengakibatkan nyeri yang hebat dan bengkak.

Facet dibentuk oleh facies artikularis inferior pada vertebra atas dan facies artikularis superior dari vertebra bawahnya. Tidak semua facet berada dalam bidang yang sama, pada segmen tertentu lebih convex atau concave.

i. Ligamen

1) Ligamentum interspinosus, ligamentum ini berperan dalam mencegah terpisahnya dua vertebra.

2) Ligamentum supraspinosus, 3) Ligamentum intertransversus,

4) Ligamentum iliolumbal, merupakan ligamentum penting yang mengikat prosesus transversus L3 ke ilium. Ligamentum ini menahan meluncurnya ke depan menekuk ke lateral dan rotasi aksial vertebra L5 terhadap sakrum.

5) Ligamentum flapum, Berperan sedikit dalam menahan fleksi lumbal tetapi tidak membatasi gerakan. Peran utamanya memelihara keutuhan dan permukaan yang mulus sepanjang atap kanalis vertebralis.

6) Ligamentum longitudinale anterior,

7) Ligamentum longitudinal posterior, ligamen ini berfungsi untuk membatasi

gerakan utama pada gerakan fleksi ektensi dan melindungi diskus intervertebralis. Ligamen ini kaya akan capiler dan saraf afferen IVC.


(53)

Gambar 2.11. Ligamen-ligamen pada columna Vertebra Sumber. www.spineuniverse.com

j. Innervasi

Persarafan mengikuti saraf segmental dimana segmen of junghan disarafi oleh sinuvertebral nerve segmen yang bersangkutan dan satu segmen atas, serta satu segmen bawahnya. Saraf persegmen yang terdapat pada columna vertebra terdiri dari saraf sensorik, motorik dan vegetatif.

Pada lumbal bagian posterior terdapat foramen intervertebral dan semua persarafan yang percabangannya terletak disana. Setiap dorsal ramus berjalan menyilang dan dapat bercabang dua hingga tiga percabangan.

Sisi lateral percabangan berjalan hingga ke lateral lumbal dan mensarafi otot erector spine hingga iliocostalis. Percabangan lateral L1 – L3 muncul dari otot dan menyilang ke iliaca dan menjadi cutaneus dan berakhir di bokong. Percabangan bagian tengah berdiri sendiri berasal dari dari setiap percabangan lateral dan mensarafi bagian medial lumbal otot longissimus thorasic. Percabangan medial mensarafi otot multifidus dan interspinosus, ligamen dan facet joint.


(54)

Bagian anterior terdapat korfus vertebra dan diskus intervertebralis juga ligamen. Persarafan bagian anterior mensarafi ligament longitudinal antereior, sedangkan bagian posterior mensarafi ligament longitudinal posterior. Dari kedua bagian itu interior dan posterior pleksus banyak terdapat percabangan yang masuk pada korpus dan diskus intervertebralis. Percabangan yang di diskus hanya mensarafi bagian luar yaitu pada bagian anulus fibrosus dan tidak sampai ke dalam.

Untuk persarafan pada korpus tidak terlalu dalam hanya sampai pada spongiosa.

Gambar 2.12. Radiks Vertebra Lumbal Sumber. http://www.spineuniverse.com

k. Otot – otot Para lumbal

Otot secara umum dibagi atas 3 jenis yaitu, otot rangka, otot jantung dan otot polos. Otot rangka merupakan masa besar yang menyusun jaringan otot somatic. Otot merupakan jaringan yang kerjanya dapat diatur dan kerja otot adalah berkontraksi, yaitu memendekan dirinya, sehingga dengan demikian kerja otot dapat dimanfaatkan untuk memindahkan bagian bagian skelet, yang


(55)

berarti bahwa suatu gerakan terjadi. Otot spine terdiri atas otot intrinsik dan ekstrensik muscle dengan fungsi utama sebagai stabilisator, di samping sebagai penggerak. Otot spine termasuk otot tipe I sehingga bila ada patologi akan terjadi tighness dan contraktur. Otot – otot spine terdiri atas :

1) M.Rectus abdominis untuk fleksi dan lateral fleksi, berasal dari krista iliaka dan simpisis pubis dan berinsersio di kosta 5- 7, procesus xyphoideus.

2) M.Obliquus externus abdominis untuk fleksi dan rotasi. Dengan origo dari slips bagian luar diantara costa 8 dan berinsersio di abnominal aponeurosis, anterior dari krista illiacum.

3) M.Obliquus internus untuk fleksi dan lateral fleksi, 4) M. Transversus Abdominis, berfungsi untuk gerak flexi

5) M. Semispinalis (thoracic) bila berkontraksi secara bilateral berfungsi untuk ektensi kolumna vertebra, bila secara unilateral berfungsi untuk rotasi kolumna vertebra pada sisi yang berlawanan.

6) M.Quadratus lumborum

bila bilateral action untuk ekstensi lumbar spine dan bila unilateral action untuk lateral fleksi lumbar spine dan elevasi pelvis.

7) M. Multifidus bila berkontraksi secara bilateral untuk ektensi kolumna vertebrae dan bila secara unilateral untuk lateral fleksi dan rotasi pada sisi yang berlawanan.


(56)

ekstensi trunk bila berkontraksi secara bilateral dan lateral fleksi-rotasi bila berkontraksi secara unilateral.

9) M.Illiocostalis lumborum berfungsi untuk ekstensi bila berkontraksi secara bilateral dan lateral fleksi-rotasi-elevasi pelvis bila berkontraksi secara unilateral, M.Longisimus thoracis dan prosessus tranversus vertebrae thorakal, berfungsi untuk ekstensi trunk bila berkontraksi secara bilateral dan lateral fleksi bila berkontraksi secara unilateral, M.Spinalis thoracis Berfungsi untuk ekstensi trunk.

10)M. Psoas sebagai otot pembantu termasuk otot tipe I berfunsi untuk fleksi hip.

Gambar 2.13. A Otot-otot Spine bagian posterior

Sumber. www.med.uottawa.com

Gambar 2.14 Otot-otot Spine bagian anterior dan penampang otot Sumber. www.med.uottawa.com


(57)

2.3.4. FisiologiLumbo-pelvic

Aktivasi Otot dalam fungsi rantai kinetik didasarkan pada program sebelum pola aktifasi otot yang berorientasi pada tugas, khususnya untuk kegiatan atletik, dan ditingkatkan dengan pengulangan gerak.

Pola-pola ini dikelompokkan ke dalam dua kelas berikut:

Pola memanjang-tergantung, yang memberikan stabilitas di satu sendi, dan dimediasi oleh masukan gamma afferent serta melibatkan hambatan timbal balik otot untuk memberikan kekakuan di sekitar sendi;

Pola kekuatan-menggantung merupakan aktivasi terintegrasi pada beberapa otot, untuk menggerakkan beberapa sendi dan meningkatkan kekuatan, serta dimediasi oleh reseptor tendon golgi. Dalam pola aktivasi Kekuatan-menggantung lebih banyak ditunjukkan pada aspek yang berhubungan dengan kegiatan inti. Evaluasi pola aktivasi otot dalam hubungan dengan gerakan lengan yang cepat menunjukkan bahwa otot-otot pertama yang diaktifkan adalah gastrocnemius kontralateral / soleus, dan bahwa pola aktivasi dilanjutkan sampai ke lengan melalui otot - otot pada daerah sangkar torax (corset). Kecepatan Kaki maksimum dalam menendang sangat berkaitan dengan aktivasi otot fleksor pinggul daripada ekstensi lutut. Pada sebuah penelitian tentang melempar cepat bola bisbol -didemonstrasikan bahwa di semua tingkat kesulitan ada pola aktivasi otot yang dimulai dari eksternal oblik kontralateral dan memberikan hasil kerja untuk lengan.


(58)

Pola aktivasi otot ini juga mengakibatkan peningkatan tingkat aktivasi otot di ekstremitas, meningkatkan kemampuan mereka untuk mendukung atau memindahkan ekstremitas.

Gerakan plantarflexi maksimal otot gastrocnemius merupakan hasil stimulasi dari otot-otot pinggul. Aktivasi lebih dari dua puluh enam persen dapat terjadi di pergelangan kaki sebagai akibat dari aktivasi otot proksimal. Demikian pula, peningkatan 23-24% dalam aktivasi rotator cup maksimal terjadi ketika skapula distabilkan oleh otot trapezius dan rhomboid, baik pada individu tanpa gejala atau dengan gejala. Selain itu, aktivitas otot distal dapat lebih diarahkan presisi dan terkontrol, dari pusat, ketika aktivasi otot proksimal maksimum. Hal ini dapat dilihat dalam fungsi otot-otot siku saat melempar. Aktivasi otot inti digunakan untuk menghasilkan torsi rotasi sekitar tulang belakang. Sebagian besar dari studi aktivasi otot menunjukkan pola diferensial intensitas dan waktu aktivasi otot, yang dimulai pada sisi kontralateral, yang menciptakan rotasi serta generasi kekuatan. Akhirnya, aktivasi otot inti memberikan kekakuan ke seluruh pusat massa, membuat silinder kaku yang membuat tuas lengan panjang disekitar daerah rotasi dapat terjadi dan terhadap otot-otot yang dapat distabilkan karena mereka berkontraksi. (Kibler, 2006)

2.3.5. Biomekanik Lumbo-pelvic

Secara fisiologis hasil aktivasi otot dalam beberapa efek biomekanik memungkinkan fungsi lokal dan distal menjadi efisien. Program sebelum aktivasi otot mengakibatkan penyesuaian postur antisipatif (APAs-anticipatory postural adjustments), dimana posisi tubuh untuk menahan gangguan dalam


(59)

menyeimbangkan tubuh diciptakan oleh kekuatan menendang, melempar, atau berlari. APAs menciptakan stabilitas proksimal untuk mobilitas distal. Pada aktivasi otot juga menciptakan momen interaktif yang mengembangkan dan mengendalikan kekuatan serta beban pada sendi. Momen interaktif pada sendi dibuat oleh gerakan dan posisi segmen yang berdekatan. Momen interaktif dikembangkan dalam segmen pusat tubuh dan merupakan kunci untuk mengembangkan gaya yang tepat pada sendi distal dan relatif untuk menciptakan pengurangan momen inersia dari posisi tulang di daerah-daerah distal, serta memungkinkan kecepatan penjumlahan yang lebih tinggi. Akhirnya, memungkinkan untuk mengendalikan gaya bersama yang akan sangat dipengaruhi dan dikendalikan oleh program sebelum pola aktivasi otot dan saat interaktif dikembangkan melalui aktivasi inti, bukannya berdasarkan ukuran ligamen lokal atau umpan balik berbasis aktivasi otot lokal, ligamen bisa lebih kecil dalam ukuran, dan otot-otot lokal yang lebih kecil dapat diaktifkan untuk presisi dan kontrol kinerja variabel. ( Kibler, 2006)

a) Osteokinematik dan arthrokinematik Vertebra Lumbal

Osteokinematik adalah gerak sendi yang dilihat dari gerak tulangnya saja. Pada osteokinematik gerakan yang terjadi berupa gerak rotasi ayun, rotasi putar, dan rotasi spin.

b) Arthrokinematik adalah gerakan yang terjadi pada permukaan sendi, pada arthrokinematik gerakan yang terjadi berupa gerak roll dan slide. Dari kedua gerak tersebut dapat diuraikan lagi menjadi gerak traksi-kompresi, translasi dan spin. Gerak fisiologis spine dalam klinis berupa fleksi-ekstensi, lateral


(60)

fleksi dan rotasi. Hal ini terjadi karena facet pada lumbal berada dalam bidang sagital. Saat gerakan fleksi di bagian anterior akan terjadi kompresi pada korpus vertebra, diskus intervertebralis, ligamen anterior memendek dan otot-otot abdominal terjadi kontraksi pemendekan. Sedangkan bagian posterior terjadi penguluran pada ligamen longitudinal posterior, ligament plavum, interspinosus, supraspinosus dan otot-otot back ekstensor, facet membuka, foramen intervertebralis menjadi lebar, spinal cord teregang.

Saat gerakan ekstensi bagian anterior terjadi peregangan pada otot-otot abdominal, ligamentum longitudinal anterior dan diskus intervertebralis terjadi peregangan dan korpus vertebra membuka sedangkan pada bagian posterior terjadi kompresi pada diskus intervertebralis, facet, prosessus spinosus, foramen intervertebralis menyempit, ligamen longitudinal posterior memendek serta otot-otot back ekstensor kontraksi memendek.

Saat lateral fleksi terjadi kompresi facet homolateral, gapping facet kontra lateral, penyempitan foramen intervertebralis homolateral, diskus kontra lateral merenggang, kompresi ligamen intertranverse homo lateral kompresi, ligamen intertransverse kontralateral terulur dan ipsi lateral relaksasi. Saat rotasi facet bagian superior menghadap ke posterior, dan medial facet ini tidak datar tapi cenderung konkaf dan tegak lurus. Saat terjadi rotasi pada bagian atas lumbal dengan bagian bawah terlihat gerakan yang kecil disebabkan karena bentuk disebabkan karena bentuk dari facet yang tidak datar melainkan cenderung konkaf.


(61)

1) Gerak fleksi, terjadi kompresi pada pilar anterior, dari beberapa penelitian

telah dilakukan pengukuran tekanan intradiskal untuk mendukung teori mengenai pengaruh perubahan postur terhadap fungsi diskus. Tekanan paling kecil terjadi pada saat terlentang (25%) dan terbesar pada posisi berdiri tegak (100%), ini terjadi dalam postur lordosis

Pada otot-otot abdominal terjadi kontraksi memendek, sedangkan pada bagian posterior terjadi penguluran yaitu pada ligamen longitudinal posterior, ligamen plavum, supra spinalis dan otot-otot back ekstensor, facet membuka dan spinal cord teregang.

2) Gerak ekstensi, pada bagian anterior terjadi peregangan sedang pada bagian

posterior terjadi kompresi, pada otot-otot back ekstensor akan terjadi kontraksi yang kuat karena menahan beban ke arah anterior.

3) Gerak fleksi kemudian melakukan gerakan lateral fleksi maka akan terjadi gerakan rotasi kearah sisi konkaf.

Gambar 2.15 Gerakan nukleus karena pengaruh tekanan Sumber: http://www.spineuniverse.com


(1)

5) Berat badan adalah berat yang diperoleh dari hasil penimbangan berat badan digital merek one med buatan Jepang dengan tingkat ketelitian 0,1 kg

6) Suhu udara adalah suhu kering rata – rata yang diukur setiap waktu pelatihan, dalam penelitian ini suhu diukur pada awal pelatihan dan akhir pelatihan, sedangkan pengukuran dilakukan setiap kali pelatihan dengan higrometer elektronik digital merek corona model GL-89 buatan Jepang dengan ketelitian 0,1 derajat celcius;

7) Kelembaban relative adalah persentase kelembaban udara yang diukur melalui suhu udara kering dan suhu udara basah dalam derajat Celcius (C0) dan dinyatakan

dalam satuan persen sesuai Psyhrometric Chart. 4.7. Peralatan yang diperlukan

a. Anthropometer Super adalah alat untuk mengukur ukuran – ukuran tubuh dalam satuan tinggi centimeter dengan bilangan decimal satu angka di belakang koma;

b. Timbangan berat badan adalah alat untuk mengukur berat badan dalam satuan berat kilogram dengan bilangan decimal satu angka di belakang koma;

c. Stopwatch adalah alat untuk mengukur waktu dengan ketelitian empat angka di belakang koma, stopwatch merek fox buatan Jepang;

d. Higrometer merek korona buatan Jepang adalah alat untuk mengukur suhu udara dalam satuan derajat celcius (C0) dengan ketelitian 0,1 C0;

e. Psychrometric mart adalah grafik untuk menentukan kelembaban relative berdasarkan suhu basah dan suhu kering dalam satuan derajat Fahrenheit yang dinyatakan dalam persentase.


(2)

f. Meteran baja adalah alat untuk mengukur jarak dalam satuan jarak meter dengan bilangan decimal satu angka di belakang koma.

g. Bola untuk sepak bola dengan ukuran standart.(diameter 68cm) 4.8. Prosedur Penelitian

4.8.1. Persiapan pelaksanaan penelitian

1) Mempersiapkan dan mengurus surat izin yang ditujukan kepada kepala Deputi Pengembangan dan Pembinaan Centra Olahraga dan SKO, Kementerian Pemuda dan Olahraga RI

2) Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan dan tenaga pembantu pelaksana penelitian

3) Menyampaikan informasi kepada siswa mengenai jadwal pelaksanaan pengukuran tinggi badan, berat badan

4.8.2. Pengukuran ketepatan tendangan

Pengukuran ketepatan tendangan dilakukan sebelum pelatihan dan sesudah pelatihan dengan memakai metode Plywood Target Measurment oleh Finnoff JT, dkk dengan menempelkan kertas karbon pada selembar papan berukuran lebar :243.5cm, tinggi 122cm dengan jarak tendangan 610 cm dari gawang. Tehnik tendangan yang dilakukan adalah tendangan dengan menggunakan punggung kaki. Peserta diberikan kesempatan melakukan tendangan pada objek yang telah ditentukan sebanyak 5 kali.

Cara pelaksanaan sebagai berikut:

1) Letakkan bola pada titik 610 cm dari gawang tepat pada pertengahan Papan ukur.


(3)

3) Sasaran tembakan adalah tepat pada pertengahan papan. 4) Hasil tendangan akan dicatat

243,5cm

122cm

Gambar 4.3 Papan ukur ketepatan tendangan (modifikasi plywood target measurement, Finnoff.dkk)

4.9. Random alokasi

Random alokasi dilakukan dengan membagi kelompok menjadi dua dengan cara acak sederhana. Peneliti membagi kertas yang didalamnya tertulis angka I dan angka II, yang mendapat tulisan angka I adalah kelompok 1 dan yang mendapat tulisan angka 2 adalah kelompok 2 dengan pembagian sebagai berikut:

1) Kelompok 1 sebanyak 17 orang yang terdiri dari 1 orang posisi penjaga gawang, 5 orang posisi bek, 8 orang gelandang, 7 orang penyerang. Latihan yang dilakukan adalah resistance tubeexercise

2) Kelompok 2 sebanyak 17 orang yang terdiri dari 3 orang posisi penjaga gawang, 3 orang posisi bek, 4 orang gelandang, 7 orang penyerang. Latihan yang dilakukan adalah melakukan pelatihan neurac

3) Kepada setiap kelompok diberi penjelasan mengenai tenik latihan 4


(4)

4.9.1. Jadwal dan Tempat Pelatihan

Jadwal dan tempat pelaksanaan pelatihan : Lapangan sepak bola SMU Olahraga Ragunan pada hari Senin, Rabu, Jumat jam 16.00 sampai 18.00 WIB,

4.9.2. Tenhik Pelatihan

Teknik gerakan resistance tube exercise dan pelatihan neurac 4.10.Analisis Data

4.9.1. Analisis Deskripsi

Untuk menganalisis data subjek seperti: tinggi badan, berat badan, umur dan ketepatan tendangan yang datanya telah diambil. Analisis dilakukan untuk mencari rerata, simpangan baku serta maksimum dan minimum

a. Analisis Komparasi

1) Uji normalitas data dengan Shapiro-Wilk bertujuan untuk mengetahui distribusi data masing – masing kelompok perlakuan dari kedua kelompok pelatihan. Batas kemaknaan yang digunakan α = 0,05, jika nilai p > 0,05 data berdistribusi normal.

2) Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui variasi data dengan batas kemaknaan atau tingkat kepercayaan yang digunakan adalah levene test bila setelah perlakuanan, α = 0,05, jika nilai p > 0,05 maka data homogen

a) Uji peningkatan antar kedua kelompok sebelum dan sesudah pelatihan dengan menggunakan uji t-paired (berpasangan) bertujuan untuk menganalisis rerata peningkatan perubahan pelatihan resistance tube


(5)

b) Uji perbedaan efek rerata ketepatan tembakan bola dengan uji t-independent sesudah pelatihan antar kedua kelompok pelatihan resistance tube dan pelatihan resistance tube dan neurac.

Batas kemaknaan yang digunakan adalah α = 0,05. Jika nilai p < 0,05 maka hipotesis penelitian diterima atau ada perbedaan yang signifikan, sedangkan jika nilai p > 0,05 maka hipotesis ditolak atau tidak ada perbedaan yang signifikan.

4.11. Alur Penelitian

Populasi


(6)

Gambar 4.5 Bagan Alur Penelitian Sampel (n=34)

Tes Awal

Kelompok Kontrol

Kelompok Perlakuan

Pelatihan Resistance tube

Pelatihan Resistance tube dan Neurac

Tes Akhir Tes Akhir

Analisis Data

Penyusunan

Laporan


Dokumen yang terkait

PENDEKATAN TAKTIS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SHOOTING KE GAWANG PADA CABANG OLAHRAGA SEPAK BOLA PADA SISWA SSB RIVER NATAR 2015

0 7 81

PENERAPAN LATIHAN TENDANGAN BOLA BERGERAK DAN TETAP TERHADAP HASIL TENDANGAN KE ARAH GAWANG PADA SEPAKBOLA SSB APACINTI U 13 KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2013

0 9 95

EFEKTIVITAS TEKNIK TENDANGAN TERHADAP HASIL KETEPATAN TEMBAKAN KE GAWANG PADA PEMAIN SSB PUTRA MAYONG KABUPATEN JEPARATAHUN 2013

1 12 88

PENGARUH KEKUATAN OTOT TUNGKAI, KECEPATAN LARI DAN KETEPATAN TENDANGAN TERHADAP HASIL TENDANGAN KEARAH GAWANG PADA KLUB SEPAK BOLA PERSILANG DIVISI II LIGA JEPARA

1 18 76

PERBEDAAN HASIL LATIHAN MENENDANG BOLA MENGGUNAKAN KURA KURA KAKI BAGIAN DALAM DAN KURA KURA KAKI BAGIAN LUAR TERHADAP KETEPATAN TENDANGAN KE GAWANG PADA PEMAIN SSB

0 6 86

(ABSTRAK) SUMBANGAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI, PANJANG TUNGKAI DAN KETERAMPILAN TIMANG - TIMANG BOLA TERHADAP KETEPATAN TENDANGAN KE ARAH GAWANG PADA SSB BHALADIKA SEMARANG TAHUN 2010.

0 1 2

MODEL LATIHAN SHOOTING KE GAWANG PADA MAHASISWA UKM SEPAK BOLA IKIP-PGRI PONTIANAK

0 8 10

PENGARUH METODE LATIHAN DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL LATIHAN KETEPATAN TENDANGAN KE GAWANG SEPAKBOLA

0 1 16

PERBEDAAN PENAMBAHAN ZIG ZAG RUN EXERCISE PADA PROGRESSIVE RESISTANCE EXERCISE TERHADAP KELINCAHAN SEPAK BOLA NASKAH PUBLIKASI - PERBEDAAN PENAMBAHAN ZIG ZAG RUN EXERCISE PADA PROGRESSIVE RESISTANCE EXERCISE TERHADAP KELINCAHAN SEPAK BOLA - DIGILIB UNISAY

0 1 15

PENAMBAHAN DYNAMIC STRETCHING PADA APLIKASI LATERAL RUN EXERCISE TERHADAP PENINGKATAN AGILITY PEMAIN SEPAK BOLA NASKAH PUBLIKASI - PENAMBAHAN DYNAMIC STRETCHING PADA APLIKASI LATERAL RUN EXERCISE TERHADAP PENINGKATAN AGILITY PEMAIN SEPAK BOLA - DIGILIB UN

0 3 14