Uji Lapang Peningkatan Hasil Tanaman Padi Melalui Aplikasi Pemberian Tinggi Genangan dan Dosis Pupuk Organik.

(1)

UJI LAPANG PENINGKATAN HASIL TANAMAN PADI

MELALUI APLIKASI PEMBERIAN TINGGI GENANGAN

DAN DOSIS PUPUK ORGANIK

SKRIPSI

Oleh

GEBY SAHALA SIMAMORA 1205105030

KONSENTRASI AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(2)

ii

UJI LAPANG PENINGKATAN HASIL TANAMAN PADI MELALUI APLIKASI PEMBERIAN TINGGI GENANGAN DAN

DOSIS PUPUK ORGANIK

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Udayana

Oleh

GEBY SAHALA SIMAMORA NIM : 1205105030

KONSENTRASI AGRONOMI DAN HORTIKULTURA PROGAM STUDI AGOEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2016


(3)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Saya bersedia dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam aturan yang berlaku apabila terbukti bahwa hasil skripsi ini bukan hasil karya saya sendiri atau mengandung tindakan

plagiarism.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Denpasar, 11 Juli 2016 Yang menyatakan,

GEBY SAHALA SIMAMORA NIM. 1205105030


(4)

iv ABSTRAK

Geby Sahala Simamora. NIM. 1205105030. Judul “ Uji Lapang Peningkatan Hasil Tanaman Padi Melalui Aplikasi Pemberian Tinggi Genangan dan Dosis Pupuk Organik”. Pembimbing I : Ir. I Putu Dharma, M.Si dan Pembimbing II : Ir. Gede Menaka Adnyana, MS

Padi (Oryza sativa L.) adalah bahan pangan pokok yang vital bagi rakyat Indonesia. Produksi padi nasional belum mampu mencukupi kebutuhan penduduk, walaupun sudah dilakukan berbagai upaya seperti penggunaan varietas unggul, pemupukan, penggunaan alat mesin pertanian, dan penggunaan pestisida. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tinggi genangan dan pupuk organik terhadap hasil tanaman padi. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak kelompok dalam satu faktorial, yaitu kombinasi tinggi genangan dan dosis pupuk organik. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (anova) untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap variabel yang diuji. Jika perlakuan berpengaruh nyata maka akan dilanjutkan dengan uji BNT 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perlakuan kombinasi tinggi genangan dan pupuk organik memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi (gabah kering panen/ha). Hasil gabah kering panen per hektar tertinggi diperoleh pada perlakuan AMP2, yaitu air macak-macak dan dan dosis pupuk organik 6 ton/ha sebesar 10,92 ton/ha yang nyata lebih tinggi 70,09 % dibandingkan dengan perlakuan cara petani. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disarankan penerapan budidaya hemat air dengan dosis pupuk organik 6 ton/ha perlu dilakukan untuk meningkatkan hasil tanaman padi.


(5)

v

ABSTRACT

Geby Sahala Simamora. NIM. 1205105030. Title “Field Test Results for Rice Improvement Through Increased Granting Application High Puddle and fertilizers Organic”. Supervisor I : Ir. I Putu Dharma, M.Si and Supervisor II : Ir. Gede Menaka Adnyana, MS

Rice (Oryza sativa L.) is the staple vital food of Indonesian people. National rice production has not been able to meet the needs of the population, despite many efforts such as the use of improved varieties, fertilization, the use of agricultural machinery, and the use of pesticides. This study aimed to determine the effect of water level and organic fertilizers on crop yields of rice. This experiment used randomized block design in a factorial groups, namely the combination of the water level and the dose of organic fertilizer. This research using analysis of variance (ANOVA) to determine the effect of treatment of the variables tested. If treatment significantly it will be followed by LSD test 5%. The results showed that the treatment is a combination of water level and organic fertilizers provide a very real effect on the growth and yield of rice (dry grain harvest/ha). Harvest dry grain yield per hectare obtained at the highest AMP2 treatment, namely without flooding water and organic fertilizers and 6 ton / ha at 10,92 ton / ha were significantly higher 70,09 % compared to the treatment of farmers. Based on the research results, it can be recommended the application of water-saving cultivation of organic fertilizer with a dose of 6 tons / ha needs to be done to improve rice yields.


(6)

vi

RINGKASAN

Padi (Oryza sativa L.) adalah bahan pangan pokok yang vital bagi rakyat Indonesia. Menanam padi sawah sudah mendarah daging bagi sebagian besar petani di Indonesia. Produksi padi nasional belum mampu mencukupi kebutuhan penduduk, walaupun sudah dilakukan berbagai upaya seperti penggunaan varietas unggul,pemupukan, penggunaan alat mesin pertanian, dan penggunaan pestisida.

Disadari bahwa belakangan ini kondisi sumberdaya air semakin terbatas, beberapa alasan dikemukakan diantaranya adalah perubahan perilaku iklim, terjadinya anomali iklim seperti peristiwa El Nino yaitu iklim kering yang lebih kering dari normalnya (Boer, 2003), serta perubahan kondisi wilayah tangkapan air. Di pihak lain, keberlanjutan program pembangunan, menuntut adanya dukungan persediaan sumberdaya air yang semakin meningkat, sehingga semua pihak yaitu sektor-sektor pengguna air termasuk masyarakat petani dihadapkan pada permasalahan ketersediaan sumberdaya air yang semakin terbatas. Atas dasar permasalahan demikian, maka konsep pengembangan pertanian ke depan tidak cukup lagi hanya menekankan pada peningkatan produksi, tetapi juga sekaligus menyangkut upaya pengaturan dan pemakaian air yang hemat.

Salah satu upaya peningkatan produktivitas tanaman padi adalah dengan mencukupkan kebutuhan haranya. Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman sebab unsur hara yang terdapat di dalam tanah tidak selalu mencukupi untuk memacu pertumbuhan tanaman secara optimal (Salikin, 2003).

Penggunaan pupuk organik padat dan cair juga telah diteliti pada beberapa tanaman selain padi, seperti pada tanaman kentang (Parman, 2007), jagung manis (Rahmi dan Juniati, 2007) dan pada tanaman bawang merah (Wahyunindyawati, 2012). Pupuk organik merupakan hasil dekomposisi bahan-bahan organik yang diurai (dirombak) oleh mikroba, yang hasil akhirnya dapat menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hadi (2005) juga menyarankan memanfaatkan abu sekam sebagai alternatif pupuk organik sumber kalium pada budidaya tanaman padi sawah. Pupuk organik sangat


(7)

vii

penting artinya sebagai penyangga sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga dapat meningkatkan efisiensi pupuk dan produktivitas lahan.

Tanaman padi mampu tumbuh dan hidup dengan suhu rata-rata berkisar antara 240C sampai dengan 380C. Pengaruh suhu dalam budidaya tanaman padi harus diperhatikan karena suhu yang rendah dalam budidaya padi akan memperlambat perkecambahan benih sehingga dapat memperlambat proses pemindahan bibit ke lapangan (Rosmawati, 2008). Tanaman padi merupakan tanaman yang berumur pendek, yaitu kurang dari setahun dan berproduksi sekali. Tanaman yang telah tumbuh dan menghasilkan buah padi tidak dapat tumbuh seperti semula lagi, tetapi tanaman padi akan mati. Tanaman padi dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu : bagian vegetative dan generatif.

Pengaruh tinggi genangan dan pupuk organik terhadap hasil tanaman padi menunjukkan adanya pengaruh tidak nyata terhadap variabel jumlah gabah per malai per rumpun dan berpengaruh nyata terhadap variabel kadar klorofil, tinggi tanaman, jumlah daun per rumpun, luas daun per rumpun, jumlah anakan, berat gabah kering panen per rumpun, berat gabah kering panen dan kering oven 1000 biji, berat gabah kering panen per rumpun, berat gabah kering panen per petak, berat gabah kering panen per hektar, dan berat kering oven brangkasan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi pemberian tinggi genangan dan pupuk organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman padi. Perlakuan yang diberikan nyata dapat meningkatkan hasil tanaman dibandingkan dengan cara petani. Terdapat perbedaan yang nyata antara tanaman padi yang diberi perlakuan dengan tanaman yang tidak diberi perlakuan (cara petani). Hal ini dapat dilihat dari hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, luas daun, jumlah daun, jumlah anakan, berat gabah kering panen per rumpun, berat basah 1000 biji, berat kering oven 1000 biji, berat gabah kering panen per rumpun, berat gabah kering panen per petak, berat kering oven brangkasan, dan kadar klorofil, dan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah gabah per malai.


(8)

viii

Hasil gabah kering panen (GKP) per hektar nyata dipengaruhi oleh perlakuan yang diberikan. Perlakuan kombinasi tinggi genangan dan dosis pupuk organik yang diberikan dapat meningkatkan bobot gabah kering panen per hektar sebanyak 18,38 % – 70,09 % dibandingkan dengan perlakuan cara petani. Perlakuan tinggi genangan air 10 cm dan dosis pupuk organik 4 ton/ha dapat meningkatkan bobot gabah kering panen per hektar sebesar 23,67 %, Perlakuan tinggi genangan air 10 cm dan dosis pupuk organik 6 ton/ha dapat meningkatkan bobot gabah kering panen per hektar sebesar 18,38 %. Perlakuan air macak-macak dan dosis pupuk organik 4 ton/ha dapat meningkatkan bobot gabah kering panen per hektar sebesar 49,68 %, dan perlakuan air macak-macak dan dosis pupuk organik 6 ton/ha dapat meningkatkan bobot gabah kering panen per hektar sebesar 70,09 % dibandingkan dengan perlakuan petani. Berdasarkan hasil tersebut, hasil tertinggi diperoleh pada perlakuan air macak-macak dan dosis pupuk organik 6 ton/ha.

Tingginya berat gabah kering panen (GKP) per hektar pada perlakuan AMP1 dan AMP2 didukung oleh jumlah anakan per rumpun. Jumlah anakan yang banyak akan memberikan jumlah malai per rumpun. Jumlah malai per rumpun yang banyak akan menghasilkan berat gabah kering panen per rumpun yang banyak pula. Hal ini terbukti bahwa perlakuan AMP1 dan AMP2 memberikan hasil berat gabah kering oven per rumpun, berat gabah kering panen (GKP) per rumpun dan berat gabah kering panen (GKP) per petak, yang berbeda nyata dengan perlakuan cara petani, AGP1, dan AGP2. Tingginya berat GKP/rumpun dari perlakuan AMP1 dam AMP2 berhubungan erat dengan berat gabah 1000 butir . Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa Perlakuan kombinasi tinggi genangan dan pupuk organik memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi (gabah kering panen/ha). Hasil gabah kering Panen (GKP) per hektar tertinggi diperoleh pada perlakuan AMP2, yaitu air macak-macak dan dan dosis pupuk organik 6 ton/ha sebesar 10,92 ton/ha yang nyata lebih tinggi 70,09 % dibandingkan dengan perlakuan cara petani. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disarankan sebagai berikut. Penerapan budidaya hemat air dengan dosis pupuk organik 6 ton/ha perlu dilakukan untuk meningkatkan hasil tanaman padi.


(9)

ix

UJI LAPANG PENINGKATAN HASIL TANAMAN PADI

MELALUI APLIKASI PEMBERIAN TINGGI GENANGAN

DAN DOSIS PUPUK ORGANIK

GEBY SAHALA SIMAMORA NIM. 1205105030

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. I Putu Dharma, M.Si Ir. Gede Menaka Adnyana, MS NIP. 19561231 198303 1 021 NIP. 19600731 198601 1 001

Mengesahkan, Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Udayana

Prof. Dr. Ir. I Nyoman Rai, MS. NIP. 19640515 198803 1 001


(10)

x

UJI LAPANG PENINGKATAN HASIL TANAMAN PADI

MELALUI APLIKASI PEMBERIAN TINGGI GENANGAN

DAN DOSIS PUPUK ORGANIK

Dipersiapkan dan diajukan oleh

GEBY SAHALA SIMAMORA NIM. 1205105030

Telah diuji dan dinilai oleh Tim Penguji

Pada tanggal

Berdasarkan SK Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana

No : /UN14.1.23/DL/2016

Tanggal : 11 Juli 2016

Tim penguji Skripsi adalah:

Ketua : Ir. Ketut Kartha Dinata, MS.


(11)

xi

RIWAYAT HIDUP

Geby Sahala Simamora, lebih akrab dipanggil Geby dilahirkan di Pasar Baru pada tanggal 25 oktober 1993, merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, lahir dari pasangan Sihar Simamora (Ayah) dan Restulina Siahaan (Ibu).

Pendidikan dasar yang ditempuh di Sekolah Dasar Negeri Plus Tiga Balata pada tahun 1999 dan tamat pada tahun 2005. Kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tiga Balata pada tahun 2005 dan tamat tahun 2008. Pendidikan Sekolah Menengah Atas ditempuh di SMA RK Bintang Timur Pematang Siantar pada tahun 2008 dan tamat tahun 2011. Selanjutnya, pada tahun 2012 diterima sebagai mahasiswa di Universitas Udayana Fakultas Pertanian, Program Studi Agroekoteknologi melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).


(12)

xii

KATA PENGANTAR

Shalom....

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas segala berkat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pertanian pada Jurusan Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Udayana.

Pada kesempatan ini penulis ingin mempersembahkan sekaligus menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya atas bantuan berbagai pihak yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada:

1. Prof. Dr. Ir. I Nyoman Rai, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana, serta staf yang telah memberikan kemudahan selama penulis menjadi mahasiswa di Fakultas Pertanian.

2. Prof. Dr. Ir. I Made Sudarma, MS selaku Ketua Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana serta staf pegawai atas segala dukungan yang diberikan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Fakultas Pertanian.

3. Dr. Ir. I Wayan Diara,M.S., selaku Pembimbing Akademik (PA) atas bimbingan dan saran yang telah diberikan selama masa perkuliahan 4. Ir. I Putu Dharma,M.Si, selaku Pembimbing I yang telah mendampingi,

serta memberikan masukan dan saran kepada penulis selama penulisan skripsi ini.

5. Ir. Gede Menaka Adnyana, MS., selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

6. Bapak Ir. Ketut Kartha Dinata, MS., Ibu Ir. Utami, M.S., dan Bapak Ir. I Ketut Siadi, M.Si., selaku penguji atas koreksinya demi perbaikan penulisan skripsi ini.

7. Dr. Ir. Gede Wijana, MS., Selaku KPUP Jurusan/Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana atas segala pengarahan yang diberikan kepada penulis selama penulisan skripsi ini.


(13)

xiii

8. Ayah tercinta Sihar Simamora dan Ibu tercinta Restulina Siahaan yang selalu memberikan dorongan, motivasi, kasih sayang dan doa untuk kesuksesan penulis.

9. Saudara-saudara penulis, Herman Simamora dan Reza Juhenri Simamora yang selalu setia mendoakan dan mendukung penulis dalam segala hal serta selalu bersedia menjadi sahabat terbaik.

10.Kepada Teman-teman se-penelitian Padi, Betania Exaudi Sinaga dan I Gusti Ngurah Djordi Juniada yang sudah membantu penulis di lapangan dan memberikan banyak arahan, dorongan, motivasi kepada penulis selama ini.

11.Kepada semua teman-teman di Fakultas Pertanian Agroekoteknologi angkatan 2012 dan teman-teman lainnya yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama ini. Selanjutnya besar harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi pembaca yang memerlukan informasi tentang Uji Lapang Peningkatan Hasil Tanaman padi melalui Pemberian Tinggi Genangan dan Dosisi Pupuk Organnik.

Denpasar, 11 Juli 2016


(14)

xiv DAFTAR ISI

COVER TENGAH ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

RINGKASAN ... vi

HALAMAN PENGESAHAN ... ix

TIM PENGUJI ... x

RIWAYAT HIDUP ... xi

KATA PENGANTAR ... xii

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Hipotesis ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.) ... 5

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Padi ... 5

2.3 Sistematika Tanaman Padi ... 6

2.4 Morfologi Tanaman Padi ... 7

2.4.1 Bagian Vegetatif ... 7

2.4.2 Bagian Generatif ... 9

2.5 Umur Bibit ... 10

2.6 Kebutuhan Air dan Sistem Pengairan ... 11


(15)

xv BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Percobaan ... 15

3.2 Bahan dan Alat Percobaan ... 15

3.3 Perlakuan dan Rancangan ... 15

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 24

4.1.1 Tinggi tanaman ... 25

4.1.2 Jumlah anakan total per rumpun ... 26

4.1.3 Luas daun per rumpun ... 27

4.1.4 Jumlah daun per rumpun ... 27

4.1.5 Kadar klorofil ... 28

4.1.6 Jumlah gabah per malai ... 29

4.1.7 Berat gabah kering panen dan kering oven 1000 biji ... 29

4.1.8 Berat gabah kering panen per rumpun ... 31

4.1.9 Berat gabah kering oven per rumpun ... 32

4.1.10 Berat gabah kering panen per petak ... 33

4.1.11 Berat kering oven brangkasan ... 33

4.1.12 Berat gabah kering panen per hektar ... 34

4.1.13 Matriks korelasi ... 35

4.2 Pembahasan ... 37

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 44

5.2 Saran ... 44


(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

4.1 Signifikansi Uji Lapang Peningkatan hasil Tanaman Padi

Melalui Aplikasi Pemberian tinggi genangan dan Dosis Pupuk ... 24 4.2 Pengaruh tinggi genangan dan dosis pupuk organik terhadap

tinggi tanaman, jumlah anakan, luas daun, jumlah daun,

dan jumlah klorofil ... 25 4.3 Pengaruh tinggi genangan dan dosis pupuk organik terhadap

jumlah gabah per malai, berat 1000 biji gabah kering panen,

berat 1000 biji gabah kering oven ... 31 4.4 Pengaruh tinggi genangan dan dosis pupuk organik terhadap

berat GKP/rumpun, berat GKO/ rumpun, berat GKP/petak,

berat kering oven brangkasan, dan berat GKP/ha ... 35 4.5 Matriks Korelasi ... 36


(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

3.1 Denah Percobaan di Lapangan ... 16 3.2 Denah Pengamatan tanaman sampel ... 16 4.1 Histogram pengaruh tinggi genangan dan dosis pupuk organik

terhadap tinggi tanaman ... 26 4.2 Histogram pengaruh tinggi genangan dan dosis pupuk organik

terhadap jumlah anakan ... 26 4.3 Histogram pengaruh tinggi genangan dan dosis pupuk organik

terhadap luas daun ... 27 4.4 Histogram pengaruh tinggi genangan dan dosis pupuk organik

terhadap jumlah daun ... 28 4.5 Histogram pengaruh tinggi genangan dan dosis pupuk organik

terhadap kadar klorofil ... 28 4.6 Histogram pengaruh tinggi genangan dan dosis pupuk organik

terhadap jumlah gabah/malai ... 29 4.7 Histogram pengaruh tinggi genangan dan dosis pupuk organik

terhadap berat gabah basah 1000 biji ... 30 4.8 Histogram pengaruh tinggi genangan dan dosis pupuk organik

terhadap berat kering oven 1000 biji ... 30 4.9 Histogram pengaruh tinggi genangan dan dosis pupuk organik

terhadap berat GKP/Rumpun ... 32 4.10 Histogram pengaruh tinggi genangan dan dosis pupuk organik

terhadap berat GKO per rumpun ... 32 4.11 Histogram pengaruh tinggi genangan dan dosis pupuk organik

terhadap berat gabah per petak ... 33 4.12 Histogram pengaruh tinggi genangan dan dosis pupuk organik

terhadap berat GKO brangkasan ... 34 4.13 Histogram pengaruh tinggi genangan dan dosis pupuk organik


(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

1. Data Tinggi Tanaman ... 48

2. Jumlah Anakan ... 49

3. Luas Daun ... 50

4. Jumlah Daun ... 51

5. Kadar Klorofil ... 52

6. Jumlah gabah per malai ... 53

7. Berat 1000 GKP ... 54

8. Berat 1000 GKO ... 55

9. Berat gabah kering panen per rumpun ... 56

10. Berat gabah kering oven per rumpun ... 57

11. Berat gabah per petak ... 58

12. Berat gabah per Hektar ... 59

13. Berat kering oven brangkasan ... 60

14. Contoh perhitungan statistika jumlah anakan ... 61

15. Deskripsi Varietas Padi Ciherang ... 62

16. Hasil Analisis Tanah ... 64

17. Dokumentasi ... 65


(19)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Padi (Oryza sativa L.) merupakan bahan pangan pokok yang vital bagi rakyat Indonesia. Menanam padi sawah sudah mendarah daging bagi sebagian besar petani di Indonesia. Produksi padi nasional belum mampu mencukupi kebutuhan penduduk, walaupun sudah dilakukan berbagai upaya seperti penggunaan varietas unggul,pemupukan, penggunaan alat mesin pertanian, dan penggunaan pestisida.

Sistem budidaya padi biasanya didahului dengan membuat persemaian, pengolahan tanah yang bertujuan mengubah keadaan tanah pertanian dengan alat bajak dan cangkul hingga memperoleh susunan tanah (struktur tanah) yang baik untuk tanaman. Tahap awal yang harus diperhatikan sebelumnya adalah persiapan lahan, umur bibit, dan tahap penanaman. Pemeliharaan tanaman padi meliputi penyulaman, penyiangan, pengairan, pemupukan, serta pengendalian hama dan penyakit. Disebutkan bahwa, prinsip budidaya padi system of rice intensification

(SRI) adalah dengan pengelolaan media tumbuh yang subur untuk pertumbuhan perakaran, pemberian air yang cukup dan penanaman bibit tunggal umur muda (Uphoff, 2007).

Disadari bahwa belakangan ini kondisi sumberdaya air semakin terbatas, beberapa alasan dikemukakan diantaranya adalah perubahan iklim, terjadinya anomali iklim seperti peristiwa El Nino yaitu iklim kering yang lebih kering dari normalnya (Boer, 2003), serta perubahan kondisi wilayah tangkapan air. Di pihak lain, keberlanjutan program pembangunan, menuntut adanya dukungan persediaan sumberdaya air yang semakin meningkat, sehingga semua pihak yaitu


(20)

2

sektor-sektor pengguna air termasuk masyarakat petani dihadapkan pada permasalahan ketersediaan sumberdaya air yang semakin terbatas. Atas dasar permasalahan demikian, maka konsep pengembangan pertanian ke depan tidak cukup lagi hanya menekankan pada peningkatan produksi, tetapi juga sekaligus menyangkut upaya pengaturan dan pemakaian air yang hemat.

Salah satu upaya peningkatan produktivitas tanaman padi adalah dengan mencukupkan kebutuhan haranya. Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman sebab unsur hara yang terdapat di dalam tanah tidak selalu mencukupi untuk memacu pertumbuhan tanaman secara optimal (Salikin, 2003).

Penggunaan pupuk kimia secara terus menerus menyebabkan peranan pupuk kimia tersebut menjadi tidak efektif. Kurang efektifnya peranan pupuk kimia dikarenakan tanah pertanian yang sudah jenuh oleh residu sisa bahan kimia. Astiningrum (2005) menyatakan bahwa pemakaian pupuk kimia secara berlebihan dapat menyebabkan residu yang berasal dari zat pembawa (carier) pupuk nitrogen tertinggal dalam tanah sehingga akan menurunkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian.

Menurut Sutanto (2006) pemakaian pupuk kimia yang terus menerus menyebabkan ekosistem biologi tanah menjadi tidak seimbang, sehingga tujuan pemupukan untuk mencukupkan unsur hara di dalam tanah tidak tercapai. Pemakaian pupuk anorganik yang relatif tinggi dan terus-menerus dapat menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan tanah, sehingga menurunkan produktivitas lahan pertanian. Kondisi tersebut menimbulkan pemikiran untuk kembali menggunakan pupuk organik.


(21)

3

Penggunaan pupuk organik mampu menjaga keseimbangan lahan dan meningkatkan produktivitas lahan serta mengurangi dampak lingkungan tanah. Penggunaan pupuk organik juga telah diteliti pada beberapa tanaman selain padi, seperti pada tanaman kentang (Parman, 2007), jagung manis (Rahmi dan Juniati, 2007) dan pada tanaman bawang merah (Wahyunindyawati, 2012). Pupuk organik merupakan hasil dekomposisi bahan-bahan organik yang diurai (dirombak) oleh mikroba, yang hasil akhirnya dapat menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hadi (2005) juga menyarankan memanfaatkan abu sekam sebagai alternatif pupuk organik sumber kalium pada budidaya tanaman padi sawah. Pupuk organik sangat penting artinya sebagai penyangga sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga dapat meningkatkan efisiensi pupuk dan produktivitas lahan.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh pemberian tinggi genangan dan pupuk organik terhadap hasil tanaman padi ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian tinggi genangan dan pupuk organik terhadap hasil tanaman padi.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan dasar untuk melakukan teknik budidaya padi


(22)

4

2. Memberi pertimbangan untuk melakukan teknik budidaya tanaman padi yang baru dan efisien

1.5 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ditemukan setidaknya satu jenis kombinasi pemberian tinggi genangan dan pupuk organik yang memberikan peningkatan hasil pada tanaman padi.


(23)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Tanaman Padi (Oryza sativa L.)

Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman pangan yang dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Lahan tanaman padi pada mulanya di tempatkan di lahan yang tinggi dan berteras-teras namun pada saat sekarang padi telah banyak diusahakan di daerah dataran rendah (Hasanah, 2007). Indonesia dalam produksi beras nasional cukup menjanjikan, akan tetapi ketika dilihat secara umum hal tersebut belum menambah pendapatan petani. Hal ini karena alih fungsi lahan yang semula lahan pertanian beralih fungsi menjadi lahan nonpertanian dan disebabkan juga karena lahan garapan perkapita pada masyarakat Indonesia yang relatif sempit (Iwan dan Sudirman, 1994). Hasil padi meningkat maka harga beras dapat terjangkau oleh semua kalangan masyarakat serta menambahkan kesejahteraan bagi masyarakat (Herawati, 2012). Kandungan gizi yang terdapat pada buah padi antara lain karbohidrat, protein, lemak, serat kasar, abu, dan vitamin. Beras juga mengandung berbagai macam unsur mineral, antara lain kalsium, magnesium, sodium, fosfor, dan lain sebagainya (Hasanah, 2007).

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Padi

Tanaman padi dapat tumbuh dan hidup dengan suhu rata-rata berkisar antara 240C sampai dengan 380C. Pengaruh suhu dalam budidaya tanaman padi harus diperhatikan karena suhu yang rendah dalam budidaya padi akan memperlambat perkecambahan benih sehingga dapat memperlambat proses pemindahan bibit ke lapangan (Rosmawati, 2008). Tanaman padi dapat tumbuh


(24)

6

dengan baik di daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air dengan curah hujan rata-rata 200 mm bulan-1 atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki sekitar 1500-2000 mm tahun-1 dengan ketinggian tempat berkisar antara 0-1500 m dpl .Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah dengan kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dengan perbandingan tertentu dan diperlukan air dalam jumlah yang cukup yang ketebalan lapisan atasnya sekitar 18-22 cm dengan pH 4-7 (Surowinoto, 1982). Interaksi antara tanaman dengan lingkungannya merupakan salah satu syarat bagi peningkatan produksi padi. Iklim dan cuaca merupakan lingkungan fisik esensial bagi produktivitas tanaman yang sulit dimodifikasi sehingga secara langsung dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut. Di Indonesia faktor curah hujan dan kelembaban udara merupakan parameter iklim yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman pangan khususnya.

2.3 Sistematika Tanaman Padi

Tanaman padi dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan ke dalam (Herawati, 2012) :

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Poales

Famili : Graminae

Genus : Oryza


(25)

7

2.4. Morfologi Tanaman Padi

Tanaman padi merupakan tanaman yang berumur pendek, yaitu kurang dari setahun dan berproduksi sekali. Tanaman yang telah tumbuh dan menghasilkan buah padi tidak dapat tumbuh seperti semula lagi. Tanaman padi dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :

2.4.1 Bagian vegetatif

Akar tanaman padi berfungsi sebagai penyerap zat makanan dan air dari dalam tanah, sebagai proses respirasi dan sebagai penopang tegaknya batang. Akar padi mempunyai dua macam yaitu akar primer dan akar seminal. Akar primer merupakan akar yang tumbuh dari kecambah biji dan akar seminal merupakan akar yang tumbuh di dekat buku-buku (Sudirman dan Iwan, 1994). Tanaman padi semakin bertambah umurnya semua organ tanaman akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan dan termasuk juga akarnya. Akar mulai tumbuh melalui proses perkecambahan benih. Akar yang berasal dari benih yang berkecambah berupa akar pokok. Setelah 5-6 hari akan tumbuh akar serabut (Hasanah, 2007).

Batang tanaman padi berfungsi sama dengan batang tanaman yang lainnya dimana batang tanaman padi ini akan menopang tanaman secara keseluruhan dan sebagai penghubung untuk mengalirkan zat makanan ke seluruh bagian tanaman. Tanaman padi memiliki ciri khas tersendiri yaitu batang tanaman padi memiliki rongga dan ruas (Sudirman dan Iwan 1994). Rangkaian ruas memiliki panjang yang berbeda-beda. Ruas batang bawah pada tanaman padi lebih pendek, sedangkan semakin ke atas maka ruasnya akan semakin panjang. Batang pada tanaman padi baru akan muncul pada ketiak daun yang mulanya akan tumbuh


(26)

8

kuncup dan setelah itu akan berkembang menjadi batang baru (Hasanah, 2007). Tanaman padi pertumbuhan batangnya merumpun, terdapat satu batang tunggal atau batang utama yang mempunyai 6 mata atau sukma. Sukma 1, 3, dan 5 disebelah kanan, sukma 2, 4, dan 6 di sebelah kiri. Sukma yang timbul dari setiap tunas disebut tunas orde pertama. Tunas tersebut tumbuhnya didahului tunas yang tumbuh dari sukma pertama, kemudian sukma kedua disusul oleh tunas yang tumbuh dari sukma ketiga dan seterusnya sampai tunas terakhir yaitu tunas ke enam pada batang tunggal. Tunas yang tumbuh dari orde pertama disebut tunas orde kedua, biasanya tunas yang timbul dari tunas orde pertama ini yang menghasilkan tunas orde kedua yaitu tunas orde pertama yang paling bawah pada batang utama. Pembentukan tunas dari orde ketiga biasanya tidak terjadi karena tidak mempunyai ruang hidup dalam kesesakan di himpit oleh tunas orde pertama dan orde kedua (Herawati, 2012).

Anakan tanaman padi akan tumbuh secara merumpun dan tumbuh didasar batang. Pembentukan anakan terjadi secara tersusun, yaitu anakan pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya (Hasanah, 2007).

Daun tanaman padi akan tumbuh dan berkembang pada buku masing- masing satu buah dengan susunan berselang seling. Tanaman padi yang unggul pada umumnya memiliki 14-18 helai daun pada setiap tanaman (Sudirman dan Iwan, 1994). Daun tanaman padi mempunyai ciri khas tersendiri yaitu mempunyai sisik dan daun telinga dengan demikian tanaman padi dibedakan menjadi tanaman jenis rumput yang lain (Hasanah, 2007). Adapun bagian-bagian daun padi, yaitu:


(27)

9

1. Helaian daun, terletak pada batang padi serta bentuknya memanjang seperti pita. Ukuran panjang dan lebarnya tergantung pada varietas tanaman padi yang ditanam.

2. Pelepah daun. merupakan bagian daun yang menyelubungi batang dan berfungsi untuk memberi dukungan pada bagian ruas yang jaringannya lunak. 3. Lidah daun, terletak pada perbatasan antara helai daun dan upih. Panjang lidah daun berbeda-beda tergantung pada varietasnya. Fungsi lidah daun yaitu mencegah masuknya air hujan diantara batang dan pelepah daun. Selain itu juga lidah daun dapat mencegah infeksi penyakit sebab media air memudahkan penyebaran penyakit (Herawati, 2012).

2.4.2 Bagian generatif

Malai adalah sekumpulan bunga padi dan keluar dari buku yang paling atas. Bulir-bulir padi terletak pada cabang pertama dan kedua serta sumbu utamanya adalah ruas buku yang terakhir pada batang. Panjang malai tergantung pada varietas yang ditanam. Panjang malai dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu malai pendek kurang dari 20 cm, malai sedang 20-30 cm dan malai panjang lebih dari 30 cm, jumlah cabang berkisar 15-20 buah yang terendah 7 buah cabang dan yang terbanyak mencapai 30 buah cabang (Hasanah, 2007).

Bunga padi merupakan bunga berkelamin dua, setiap bunga mempunyai enam buah benang sari yang bertangkai pendek dan dua tangkai putik dengan dua buah kepala putik. Proses pernyerbukan pada tanaman padi dimulai dengan menempelnya serbuk sari pada kepala putik dan setelah itu maka tanaman padi akan menghasilkan buah padi (gabah) yang terdiri dari bagian kulit yang disebut dengan sekam dan bagian dalam yang disebut dengan kariopsis. Sedangkan beras


(28)

10

merupakan bagian dari kariopsis yang terdiri dari lembaga (embrio) dan endosperm (Sudirman dan Iwan, 1994). Buah padi adalah buah telanjang, yaitu mempunyai perhiasan bunga dan mempunyai dua jenis kelamin dengan bakal buah yang diatas, mempunyai benang sari 6 buah, tangkai sarinya pendek dan tipis, tangkai sari besar dan mempunyai dua kandung serbuk. Putik mempunyai dua tangkai putik dengan dua buah kepala putik yang berbentuk malai dan berwarna putih atau ungu (Herawati, 2012).

2.5. Umur Bibit

Budidaya tanaman padi perlu memperhatikan umur bibit semai. Umur bibit semai padi dapat mempengaruhi banyak tidaknya anakan setelah padi ditanam. Semakin tua umur bibit semai maka semakin sedikit jumlah anakan yang produktif, namun dalam tinggi tanaman padi tidak begitu berpengaruh. Pengadaan umur bibit semai juga dapat mempengaruhi sedikit banyaknya hasil dari tanaman padi tersebut. Semakin lama umur bibit semai maka hasil padi tersebut akan menurun (Atman, 2009). Umur bibit yang baik untuk tanaman padi sawah adalah 15-20 hari setelah semai, dimana umur bibit ini mampu memberikan hasil padi yang paling tinggi dibandingkan dengan umur bibit padi yang berumur 25 hari setelah semai. Umur bibit yang lebih dari 25 hari setelah semai tidak mampu menghasilkan banyak anakan yang produktif sehingga hasil yang dicapai tidak maksimal (Atman, 2009). Sementara itu menurut Hasanah (2007) bibit yang berumur 25-40 hari setelah semai dapat segera dipindahkan dari persemaian ke lahan yang akan ditanami padi. Syarat yang harus diperhatikan sebelum memindahkan bibit ke areal tanam yaitu bibit padi telah berumur 25-40 hari, bibit


(29)

11

berdaun 5-7 helai, batang bagian bawah besar dan kuat, pertumbuhan bibit seragam dan bibit tidak terserang hama dan penyakit.

2.6 Kebutuhan Air dan Sistem Pengairan

Ketersediaan air yang cukup merupakan salah satu faktor utama dalam produksi padi sawah. Sebagian besar daerah Asia, tanaman padi tumbuh kurang optimum akibat kelebihan air atau kekurangan air karena curah hujan yang tidak menentu. Air mempengaruhi karakter tanaman, unsur hara dan keadaan fisik tanah (De Datta, 1981). Kebutuhan air terbanyak untuk tanaman padi adalah pada saat penyiapan lahan sampai tanam dan memasuki fase bunting sampai pengisian bulir (Juliardi dan Ruskandar, 2006).

Kekurangan maupun kelebihan air tidak baik untuk tanaman karena akan mengganggu proses metabolisme dari tanaman. Jumlah air terlalu banyak (genangan) sering menimbulkan cekaman aerasi. Penggenangan yang terus menerus disamping pemborosan dalam penggunaan air juga memberikan dampak kurang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan padi. Menurut Berkelaar (2001), air yang menggenang membuat sawah menjadi hypoxic (kekurangan oksigen) bagi akar dan tidak ideal untuk pertumbuhan. Akar padi akan mengalami penurunan bila sawah digenangi air, hingga mencapai ¾ total akar saat tanaman mencapai masa berbunga. Saat itu akar akan mengalami die back (akar hidup tapi bagian atas mati).

Dampak kondisi jenuh air dapat diketahui dengan melihat akar tanaman yang lebih pendek dari tanaman yang tumbuh dengan kondisi air kapasitas lapang, batang tanaman yang tumbuh di kondisi jenuh juga lebih pendek daripada batang tanaman yang tumbuh dengan kondisi air kapasitas lapang. Hal ini terjadi karena


(30)

12

akar tanaman awalnya tergenang air sehingga akarnya tidak dapat menancap ke dalam tanah dengan baik sehingga menghambat suplai unsur hara yang digunakan untuk proses pertumbuhan tanaman.

Cara SRI mengembangkan praktek pengelolaan padi memperhatikan kondisi pertumbuhan tanaman yang lebih baik, terutama di zona perakaran dibandingkan dengan teknik budidaya secara tradisional. Pengelolaan lingkungan tanam pada SRI ditampilkan pula dengan pengairan yang hemat, yakni dengan sistem pengairan yang intermitten atau sistem pengairan berselang. Irigasi

intermittent dengan menjaga air tetap macak-macak bahkan terkadang kering dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air (Shastry et al., 2000). Sistem pengairan berselang sistem SRI ini, pemakaian air dapat dihemat hingga 50 %.

Pengairan secara efektif dan efisien, dengan metode pengairan berselang (intermittent) untuk menciptakan kondisi basah dan kering secara bergantian. Pengairan berselang akan meningkatlkan suplai oksigen ke dalam tanah ketika petakan dalam kondisi kering sehingga penyerapan oksigen oleh tanaman maksimal.

2.7 Pupuk Organik

Bahan organik biasanya dapat berasal dari pupuk kompos. Kompos kaya nutrisi yang bermanfaat untuk tanah dengan berbagai cara, termasuk sebagai kondisioner tanah dan untuk menambahkan humus atau asam humat sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman padi. Tanaman dapat tumbuh dengan baik dan memberikan hasil yang tinggi memerlukan unsur hara atau makanan yang cukup. Unsur hara utama yang dibutuhkan tanaman adalah nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K). Tidak terpenuhinya salah satu unsur hara tersebut akan


(31)

13

mengakibatkan menurunya kualitas dan kuantitas hasil pertanian. Unsur hara N, P dan K didalam tanah tidak cukup tersedia dan terus berkurang karena diambil untuk pertumbuhan tanaman dan terangkut pada waktu panen tercuci, menguap, dan erosi.

Pemupukan yang ideal adalah unsur yang ditambahkan melengkapi unsur yang tersedia dalam tanah hingga jumlah nitrogen, fosfor, dan kalium yang tersedia untuk tanaman menjadi tepat. Bahan organik merupakan akumulasi seresah hasil dekomposisi mikroorganisme. Laju dekomposisi dipengaruhi oleh komposisi bahan organik, pH tanah dan aktivitas mikroorganisme. Semakin besar komposisi bahan organik tanah maka laju dekomposisi semakin cepat. Tinggi rendahnya kandungan bahan organik tergantung dari sumber bahan organiknya yang pada akhirnya akan berpengaruh pada sifat fisik tanah (warna), kapasitas pertukaran kation, dan juga kemampuan tanah untuk mengikat dan menahan air.

Pupuk organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman padi. Pupuk organik hasil dekomposisi jerami jagung secara nyata meningkatkan hasil panen padi dibandingkan dengan kontrol atau tanpa pupuk organik. Dapat dijelaskan bahwa pupuk organik membantu pertumbuhan tanaman padi karena pupuk organik memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah diantaranya adalah merangsang granulasi, memperbaiki aerasi tanah, dan meningkatkan kemampuan menahan air. Peran bahan organik terhadap sifat biologis tanah adalah meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang berperan pada fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu.

Peran bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga memengaruhi serapan hara oleh tanaman. Pupuk


(32)

14

organik memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah.

Penambahan bahan organik akan meningkatkan kemampuan menahan air sehingga kemampuan menyediakan air tanah untuk pertumbuhan tanaman meningkat. Kadar air yang optimal bagi tanaman dan kehidupan mikroorganisme adalah sekitar kapasitas lapang . Penambahan bahan organik di tanah pasir akan meningkatkan kadar air pada kapasitas lapang, akibat dari meningkatnya pori yang berukuran menengah (meso) dan menurunnya pori makro, sehingga daya menahan air meningkat, dan berdampak pada peningkatan ketersediaan air untuk pertumbuhan tanaman.


(1)

1. Helaian daun, terletak pada batang padi serta bentuknya memanjang seperti pita. Ukuran panjang dan lebarnya tergantung pada varietas tanaman padi yang ditanam.

2. Pelepah daun. merupakan bagian daun yang menyelubungi batang dan berfungsi untuk memberi dukungan pada bagian ruas yang jaringannya lunak. 3. Lidah daun, terletak pada perbatasan antara helai daun dan upih. Panjang lidah daun berbeda-beda tergantung pada varietasnya. Fungsi lidah daun yaitu mencegah masuknya air hujan diantara batang dan pelepah daun. Selain itu juga lidah daun dapat mencegah infeksi penyakit sebab media air memudahkan penyebaran penyakit (Herawati, 2012).

2.4.2 Bagian generatif

Malai adalah sekumpulan bunga padi dan keluar dari buku yang paling atas. Bulir-bulir padi terletak pada cabang pertama dan kedua serta sumbu utamanya adalah ruas buku yang terakhir pada batang. Panjang malai tergantung pada varietas yang ditanam. Panjang malai dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu malai pendek kurang dari 20 cm, malai sedang 20-30 cm dan malai panjang lebih dari 30 cm, jumlah cabang berkisar 15-20 buah yang terendah 7 buah cabang dan yang terbanyak mencapai 30 buah cabang (Hasanah, 2007).

Bunga padi merupakan bunga berkelamin dua, setiap bunga mempunyai enam buah benang sari yang bertangkai pendek dan dua tangkai putik dengan dua buah kepala putik. Proses pernyerbukan pada tanaman padi dimulai dengan menempelnya serbuk sari pada kepala putik dan setelah itu maka tanaman padi akan menghasilkan buah padi (gabah) yang terdiri dari bagian kulit yang disebut dengan sekam dan bagian dalam yang disebut dengan kariopsis. Sedangkan beras


(2)

merupakan bagian dari kariopsis yang terdiri dari lembaga (embrio) dan endosperm (Sudirman dan Iwan, 1994). Buah padi adalah buah telanjang, yaitu mempunyai perhiasan bunga dan mempunyai dua jenis kelamin dengan bakal buah yang diatas, mempunyai benang sari 6 buah, tangkai sarinya pendek dan tipis, tangkai sari besar dan mempunyai dua kandung serbuk. Putik mempunyai dua tangkai putik dengan dua buah kepala putik yang berbentuk malai dan berwarna putih atau ungu (Herawati, 2012).

2.5. Umur Bibit

Budidaya tanaman padi perlu memperhatikan umur bibit semai. Umur bibit semai padi dapat mempengaruhi banyak tidaknya anakan setelah padi ditanam. Semakin tua umur bibit semai maka semakin sedikit jumlah anakan yang produktif, namun dalam tinggi tanaman padi tidak begitu berpengaruh. Pengadaan umur bibit semai juga dapat mempengaruhi sedikit banyaknya hasil dari tanaman padi tersebut. Semakin lama umur bibit semai maka hasil padi tersebut akan menurun (Atman, 2009). Umur bibit yang baik untuk tanaman padi sawah adalah 15-20 hari setelah semai, dimana umur bibit ini mampu memberikan hasil padi yang paling tinggi dibandingkan dengan umur bibit padi yang berumur 25 hari setelah semai. Umur bibit yang lebih dari 25 hari setelah semai tidak mampu menghasilkan banyak anakan yang produktif sehingga hasil yang dicapai tidak maksimal (Atman, 2009). Sementara itu menurut Hasanah (2007) bibit yang berumur 25-40 hari setelah semai dapat segera dipindahkan dari persemaian ke lahan yang akan ditanami padi. Syarat yang harus diperhatikan sebelum memindahkan bibit ke areal tanam yaitu bibit padi telah berumur 25-40 hari, bibit


(3)

berdaun 5-7 helai, batang bagian bawah besar dan kuat, pertumbuhan bibit seragam dan bibit tidak terserang hama dan penyakit.

2.6 Kebutuhan Air dan Sistem Pengairan

Ketersediaan air yang cukup merupakan salah satu faktor utama dalam produksi padi sawah. Sebagian besar daerah Asia, tanaman padi tumbuh kurang optimum akibat kelebihan air atau kekurangan air karena curah hujan yang tidak menentu. Air mempengaruhi karakter tanaman, unsur hara dan keadaan fisik tanah (De Datta, 1981). Kebutuhan air terbanyak untuk tanaman padi adalah pada saat penyiapan lahan sampai tanam dan memasuki fase bunting sampai pengisian bulir (Juliardi dan Ruskandar, 2006).

Kekurangan maupun kelebihan air tidak baik untuk tanaman karena akan mengganggu proses metabolisme dari tanaman. Jumlah air terlalu banyak (genangan) sering menimbulkan cekaman aerasi. Penggenangan yang terus menerus disamping pemborosan dalam penggunaan air juga memberikan dampak kurang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan padi. Menurut Berkelaar (2001), air yang menggenang membuat sawah menjadi hypoxic (kekurangan oksigen) bagi akar dan tidak ideal untuk pertumbuhan. Akar padi akan mengalami penurunan bila sawah digenangi air, hingga mencapai ¾ total akar saat tanaman mencapai masa berbunga. Saat itu akar akan mengalami die back (akar hidup tapi bagian atas mati).

Dampak kondisi jenuh air dapat diketahui dengan melihat akar tanaman yang lebih pendek dari tanaman yang tumbuh dengan kondisi air kapasitas lapang, batang tanaman yang tumbuh di kondisi jenuh juga lebih pendek daripada batang tanaman yang tumbuh dengan kondisi air kapasitas lapang. Hal ini terjadi karena


(4)

akar tanaman awalnya tergenang air sehingga akarnya tidak dapat menancap ke dalam tanah dengan baik sehingga menghambat suplai unsur hara yang digunakan untuk proses pertumbuhan tanaman.

Cara SRI mengembangkan praktek pengelolaan padi memperhatikan kondisi pertumbuhan tanaman yang lebih baik, terutama di zona perakaran dibandingkan dengan teknik budidaya secara tradisional. Pengelolaan lingkungan tanam pada SRI ditampilkan pula dengan pengairan yang hemat, yakni dengan sistem pengairan yang intermitten atau sistem pengairan berselang. Irigasi

intermittent dengan menjaga air tetap macak-macak bahkan terkadang kering

dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air (Shastry et al., 2000). Sistem pengairan berselang sistem SRI ini, pemakaian air dapat dihemat hingga 50 %.

Pengairan secara efektif dan efisien, dengan metode pengairan berselang

(intermittent) untuk menciptakan kondisi basah dan kering secara bergantian.

Pengairan berselang akan meningkatlkan suplai oksigen ke dalam tanah ketika petakan dalam kondisi kering sehingga penyerapan oksigen oleh tanaman maksimal.

2.7 Pupuk Organik

Bahan organik biasanya dapat berasal dari pupuk kompos. Kompos kaya nutrisi yang bermanfaat untuk tanah dengan berbagai cara, termasuk sebagai kondisioner tanah dan untuk menambahkan humus atau asam humat sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman padi. Tanaman dapat tumbuh dengan baik dan memberikan hasil yang tinggi memerlukan unsur hara atau makanan yang cukup. Unsur hara utama yang dibutuhkan tanaman adalah nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K). Tidak terpenuhinya salah satu unsur hara tersebut akan


(5)

mengakibatkan menurunya kualitas dan kuantitas hasil pertanian. Unsur hara N, P dan K didalam tanah tidak cukup tersedia dan terus berkurang karena diambil untuk pertumbuhan tanaman dan terangkut pada waktu panen tercuci, menguap, dan erosi.

Pemupukan yang ideal adalah unsur yang ditambahkan melengkapi unsur yang tersedia dalam tanah hingga jumlah nitrogen, fosfor, dan kalium yang tersedia untuk tanaman menjadi tepat. Bahan organik merupakan akumulasi seresah hasil dekomposisi mikroorganisme. Laju dekomposisi dipengaruhi oleh komposisi bahan organik, pH tanah dan aktivitas mikroorganisme. Semakin besar komposisi bahan organik tanah maka laju dekomposisi semakin cepat. Tinggi rendahnya kandungan bahan organik tergantung dari sumber bahan organiknya yang pada akhirnya akan berpengaruh pada sifat fisik tanah (warna), kapasitas pertukaran kation, dan juga kemampuan tanah untuk mengikat dan menahan air.

Pupuk organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman padi. Pupuk organik hasil dekomposisi jerami jagung secara nyata meningkatkan hasil panen padi dibandingkan dengan kontrol atau tanpa pupuk organik. Dapat dijelaskan bahwa pupuk organik membantu pertumbuhan tanaman padi karena pupuk organik memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah diantaranya adalah merangsang granulasi, memperbaiki aerasi tanah, dan meningkatkan kemampuan menahan air. Peran bahan organik terhadap sifat biologis tanah adalah meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang berperan pada fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu.

Peran bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga memengaruhi serapan hara oleh tanaman. Pupuk


(6)

organik memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah.

Penambahan bahan organik akan meningkatkan kemampuan menahan air sehingga kemampuan menyediakan air tanah untuk pertumbuhan tanaman meningkat. Kadar air yang optimal bagi tanaman dan kehidupan mikroorganisme adalah sekitar kapasitas lapang . Penambahan bahan organik di tanah pasir akan meningkatkan kadar air pada kapasitas lapang, akibat dari meningkatnya pori yang berukuran menengah (meso) dan menurunnya pori makro, sehingga daya menahan air meningkat, dan berdampak pada peningkatan ketersediaan air untuk pertumbuhan tanaman.