PERTUNJUKAN GENDREH PADA ACARA HIBURAN DI KAMPUNG CIKADU INDAH KECAMATAN PANIMBANG KABUPATEN PANDEGLANG BANTEN.

(1)

PERTUNJUKAN GENDREH PADA ACARA HIBURAN DI KAMPUNG CIKADU INDAH KECAMATAN PANIMBANG

KABUPATEN PANDEGLANG BANTEN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar S1 Departemen Pendidikan Musik

Oleh Riant Naufal

0906787

DEPARTEMEN PENDIDIKAN MUSIK FAKULTAS PENDIDIKAN SENI DAN DESAIN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

RIANT NAUFAL

PERTUNJUKAN GENDREH PADA ACARA HIBURAN DI KAMPUNG CIKADU INDAH KECAMATAN PANIMBANG

KABUPATEN PANDEGLANG BANTEN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Dr. H. Nanang Supriatna, S.Sen., M.Pd NIP. 19610601986011001

Pembimbing II

Toni Setiawan Sutanto, M.Sn NIP. 197405012001121002

Mengetahui

Ketua Departemen Pendidikan Musik

Drs. Agus Firmansah, M.Pd NIP. 196208301995121001


(3)

PERTUNJUKAN GENDREH PADA ACARA

HIBURAN DI KAMPUNG CIKADU INDAH

KECAMATAN PANIMBANG KABUPATEN

PANDEGLANG BANTEN

Oleh Riant Naufal

090677

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Seni dan Desain

© Riant Naufal 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Maret 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman seni dan budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena adanya proses akulturasi. Kesenian tradisional merupakan hasil karya manusia yang melibatkan pola pikir manusia itu sendiri baik secara pribadi maupun kelompok. Berkaitan dengan hal itu Khayam (1981-39) mengungkapkan bahwa

“Kesenian tidak pernah berdiri lepas dari masyarakat sebagai salah satu bagian yang terpenting dari kebudayaan. Kesenian adalah ungkapan kreatifitas dari

kebudayaan itu sendiri”.

Kesenian tradisional tumbuh dan hidup di Banten sangatlah banyak jenis dan ragamnya, pada dasarnya kesenian merupakan salah satu penyangga kebudayaan nasional. Hampir di setiap daerah di Banten, di tingkat kabupaten, kecamatan, bahkan di setiap pelosok desa, kesenian tradisional hidup dan berkembang sesuai dengan sifat dan keberadaan masyarakatnya. Atas dasar itu kesenian tradisional sangat berpengaruh terhadap maju mundurnya kebudayaan nasional, bahkan tidak menutup kemungkinan menjadi unsur utama dalam kebudayaan.

Kesenian yang beragam tersebut tidak lepas dari perbedaan adat istiadat masyarakat, sehingga masing-masing jenis memiliki ciri khas tersendiri. Disamping itu, keberadaan jenis kesenian tradisional bisa saja terjadi akibat kondisi dan keberadaan daerahnya yang berbeda-beda. Di sisi lain keberadaan itu pun bisa dikarenakan adanya proses akulturasi kebudayaan setempat dengan kebudayaan luar. Oleh sebab itu pelajaran waktu dari masa ke masa pun akan menimbulkan wujud kesenian yang baru. Itu artinya kesenian tradisional dapat mengalami perkembangan atau perubahan dari bentuk aslinya.

Pada saat ini, masyarakat Banten pada umumnya mengalami perkembangan kebudayaan. Begitu pula dengan kesenian sebagai salah satu unsur kebudayaan akan mengalami perubahan secara situasional untuk dapat sejalan dengan perkembangan budaya masyarakat pada zamannya. Hal ini berarti kesenian selalu


(5)

2

dipengaruhi oleh situasi serta pola pikir masyarakat. Saat ini yang memungkinkan mempengaruhi kondisi kesenian menjadi kritis, dikarenakan karena terjadinya pergeseran nilai-nilai budaya masyarakat yang di dorong oleh kemajuan teknologi. Pola pikir masyarakat yang sudah terbuka menyambut datangnya teknologi, namun di sisi lain sangat mempengaruhi kehidupan dan perkembangan seni tradisi.

Kehadiran teknologi dengan segala kemajuannya, bagi masyarakat Banten pada umumnya dan masyarakat kampung Cikadu Indah pada khususnya, memiliki arti penting dalam mengubah pola kehidupan dari masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern. Sebagai contoh nyata di kampung Cikadu Indah khususnya, yang semula dalam mengolah hasil pertanian dengan cara tradisional, misalnya dengaan menggunakan alat penumbuk alu dan lesung yang biasa disebut

gendreh, sekarang dengan menggunakan teknologi modern yakni mesin pengolah

padi. Tetapi masyarakat kampung Cikadu Indah tidak melupakan gendreh begitu saja, bahkan gendreh yang dahulu hanya ada pada saat proses panen padi saja, kini berkembang fungsinya menjadi seni pertunjukan. Jika pada awalnya gendreh di pertunjukan sebagai ungkapan rasa syukur pada saat proses panen padi tiba, kini gendreh bisa dijadikan sebagai sarana hiburan, seperti hajatan, penyambutan para pejabat negara, maupun para wisatawan yang berkunjung ke kampung Cikadu Indah. Meskipun berkembangnya gendreh kepada kesenian yang bersifat hiburan, akan tetapi identitas budaya ritual didalam kesenian ini masih tetap terjaga. Hal ini nampaknya sebagai usaha dari masyarakat untuk menjaga dan melestarikan kesenian ini agar tidak punah.

Gendreh adalah kegiatan atau pekerjaan menumbuk gabah kering hingga

menjadi beras, atau dari beras menjadi tepung. Gendreh biasanya dikerjakan oleh ibu-ibu antara empat sampai enam orang, dan ayunan alu yang saling bergantian mengenai bagian lesung sehingga menimbulkan suara. Sebelum Gendreh berkembang menjadi sebuah kesenian, gendreh digunakan sebagai alat untuk memanggil warga. Selain itu, kegiatan gendreh ini pun dijadikan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah yang telah melimpahkan rizkinya berupa hasil panen padi yang baik. Suara bunyi beradunya alu dengan lesung yang


(6)

3

mengeluarkan suara yang enak didengar, maka pada perkembangannya, diakui menjadi suatu kesenian buhun masyarakat Sunda. Namun hingga sekarang masih tidak diketahui sejak kapan gendreh ini menjadi suatu kesenian buhun masyarakat Sunda.

Gendreh bisa bertahan sampai saat ini dikarenakan masyarakat Sunda dengan

kearifan lokalnya mau memelihara dan mempertahankan seni gendreh ini, dengan cara menjaga alam sekitarnya, terutama tanah pesawahan. Karena bagaimana pun, masyarakat Sunda adalah masyarakat agraris yang mengandalkan hidupnya dari hasil pertanian, terutama padi. Gendreh dimainkan dengan cara menggunakan

halu (alu) yang dipukulkan ke lisung (lesung). Biasanya dimainkan oleh

perempuan (lansia) yang memiliki keterampilan tersendiri, sehingga bunyi yang ditimbulkan juga sesuai irama yang diinginkan. Sebenarnya tidak ada batasan usia untuk memainkan kesenian ini, dan tidak ada lagu atau lantunan khusus dalam menghasilkan iramanya. Sehingga bunyi yang dihasilkan sesuai dengan pukulan yang kompak dan mengandalkan kebersamaan. Meskipun berkembangnya

gendreh kepada kesenian yang bersifat hiburan, akan tetapi identitas budaya ritual

didalam kesenian ini masih tetap terjaga.

Dari penjelaan di atas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai gendreh yang saat ini sudah sulit ditemui keberadaannya. Peneliti juga tertarik untuk meneliti pertunjukan gendreh, beserta hal-hal yang berkaitan dengan pertunjukan gendreh pada acara hiburan di kampung Cikadu Indah kecamatan Panimbang kabupaten Pandeglang Banten. Selain itu peneliti merasa perlu mengangkat dan menjadikan kesenian ini sebagai bahan penelitian, untuk membantu sebagai salah satu bahan acuan dalam pengembangan kesenian

gendreh dalam pendidikan seni khususnya kesenian tradisional.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini, masalah yang akan di angkat adalah tentang “Bagaimana

Pertunjukan Gendreh di desa Cikadu Indah kecamatan Panimbang kabupaten

Pandeglang Banten?”. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka dibuatlah


(7)

4

1. Baimana proses pertunjukan gendreh di kampung Cikadu Indah desa Tanjungjaya Kecamatan Panimbang Kabupaten Pandeglang Banten?

2. Bagaimana komposisi musik gendreh di kampung Cikadu Indah desa Tanjungjaya Kecamatan Panimbang Kabupaten Pandeglang Banten?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Tujuan Umum:

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, mendeskripsikan, dan memberikan gambaran tentang pertunjukan seni gendreh di kampung Cikadu Indah Kecamatan Panimbang Kabupaten Pandeglang Banten.

2. Tujuan khusus:

a. Untuk mendeskripsikan proses pertunjukan gendreh di kampung Cikadu Indah desa Tanjungjaya Kecamatan Panimbang kabupaten Pandeglang Banten.

b. Untuk mendeskripsikan komposisi musik pada pertunjukan gendreh di kampung Cikadu Indah Kecamatan Panimbang kabupaten Pandeglang Banten.

D. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian dilaksanakan, penulis berharap hasilnya dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait. Adapun pihak-pihak tersebut diantaranya: 1. Peneliti, dapat menambah pengetahuan dan ilmu mengenai kesenian gendreh,

serta dapat dijadikan pula bahan referensi bagi pengembangan ilmu pengetahuan, terutama kesenian tradisional. Selain itu peneliti bisa mengenal secara langsung tentang seni gendreh yang ada di kampung Cikadu Indah kecamatan Panimbang kabupaten Pandeglang Banten.

2. Departemen Pendidikan Musik FPSD UPI, dapat dijadikan wahana guna memperkaya ilmu pengetahuan tentang seni tradisional bagi para akademisi Departemen Pendidikan Musik FPSD UPI.


(8)

5

3. Masyarakat, yakni sebagai referensi atau bahan informasi bagi semua masyarakat khususnya daerah Pandeglang Banten tentang kesenian gendreh. Bahwa kesenian ini merupakan warisan budaya yang harus dijaga dan dipertahankan kelestariannya.

4. Bagi Mahasiswa, dapat menambah referensi tentang kesenian tradisional yang ada di Banten khususnya. Selain itu juga dapat dijadikan sebagai acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya mengenai kesenian gendreh.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas dan mudah dipahami oleh pembaca tentang penelitian ini, maka peneliti membuat struktur organisasi skripsi sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN, meliputi:

Latar Belakang Penelitian, Identifikasi dan Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Struktur Organisasi Skripsi.

BAB II LANDASAN TEORITIS dengan ruang lingkup masalah:

Kesenian Tradisional, Fungsi Kesenian Tradisional, Karawitan, Unsur Karawitan karawitan, Seni Pertunjukan, Struktur Seni Perttunjukan, Asal-Usul Gendreh.

BAB III METODE PENELITIAN, yang meliputi bagian:

Lokasi dan Subjek Penelitian, Metode Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Tahap Pengolahan Data, Definisi Operasional, Instrumen Penelitian, dan Tahap Analisis Data.

BAB IV HASIL PENELITIAN, yang meliputi bagian: 1. Hasil Penelitian, membahas tentang:

a. Gambaran Umum Kesenian Gendreh b. Struktur Pertunjukan Gendreh c. Komposisi Musik Gendreh


(9)

6

2. Pembahasan Hasil Penelitian

a. Pembahasan tentang Struktur Pertunjukan Gendreh b. Pembahasan tentang komposisi Gendreh

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN, menyimpulkan tentang:


(10)

Riant Naufal, 2014

PERTUNJUKAN GENDREH PADA ACARA HIBURAN DI KAMPUNG CIKADU INDAH KECAMATAN

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang kesenian gendreh dikampung Cikadu Indah desa Tanjung jaya kecamatan Panimbang kabupaten Pandeglang Banten, yang mengungkap tentang proses pertunjukan dan komposisi musik gendreh pada acara hiburan, dan berdasarkan pembahasan-pembahasan pada bab sebelumnya, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa gendreh merupakan sebuah seni tradisi yang telah hidup dan berkembang sejak dahulu. Meskipun pada awalnya fungsi

gendreh adalah sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT, yang dilakukan

oleh para petani ketika menjelang panen padi tiba. Tetapi dengan berkembang nya teknologi yang semakin maju, membuat fungsi gendreh awalnya digunakan sebagai alat untuk menumbuk padi, kini berubah fungsi nya menjadi sebuah seni pertunjukan yang biasa di tampilkan pada acara hiburan di balai desa, penyambutan tamu-tamua wisatawan, maupun undangan dari hotel-hotel di sekitaran objek wisata Tanjung lesung yang lokasinya tidak jauh dari dari kampung Cikadu Indah.

Proses pertunjukan dalam acara hiburan di kampung Cikadu Indah tidak memiliki aturan tertentu mengenai urutan pertunjukannya, proses nya mengambil cara sederhana, yang terpenting esensi dari musik gendreh tersebut dapat ditampilkan, dan dapat membawa keceriaan bagi masyarakat yang melihatnya. Dapat disimpulkan struktur pertunjukan gendreh di kampung Cikadu Indah kecamatan Panimbang kabupaten Pandeglang Banten memang dipertunjukan secara sederhana, artinya tidak direpotkan oleh aturan-aturan yang mengikat. Pertunjukan yang ditampilkan di kampung Cikadu Indah merupakan sebuah ungkapan nilai-nilai budaya, yang mengajarkan sifat kesederhanaan yang harus selalu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tidak hanya tercermin dari struktur pertunjukan nya saja, tetapi bisa juga dilihat dari tata rias dan busana


(11)

66

Riant Naufal, 2014

yang dikenakan para pemain terlihat sederhana, itulah pakaian yang biasa mereka kenakan dalam kegiatan nya sehari-hari.

Komposisi musik gendreh yang ada di kampung Cikadu Indah tidak ditemukan adanya tabuhan khusus seperti pembuka, isi, dan penutup. Dalam memainkan gendreh, masing masing pemain gendreh hanya memainkan satu pola tabuh secara berulang-ulang, dari awal hingga akhir. Di dalam komposisinya banyak bagian yang diulang-ulang dari awal hingga akhir dengan motif tabuhan yang sama, tetapi pada beberapa tabuhan ada pula yang didalam nya terdapat variasi yaitu bentuk pengulangan yang sama, tetapi pengulangan tersebut terdapat perubahan atau variasi dengan tetap mempertahankan unsur tertentu dan menambah/menggantikan unsur yang lain. Di dalamnya terdapat pola tabuhan dengan teknik pukulan yang sama, tetapi dengan pola ritme berbeda. Sehingga pada saat dibunyikan secara serempak, bunyi yang diciptakan akan terdengar saling bersahutan (interloking).

Komposisi pada gendreh menjadi hal yang sifatnya unik, karena berawal dari kesederhanaan peristiwa menumbuk padi yang dihasilkan dari tabuhan waditra yang sederhana, yaitu waditra jenis kayu yang tidak meiliki nada dan laras.

Gendreh hanya menimbulkan ragam bunyi bersahutan yang dihasilkan oleh

tabuhan alu yang pukulkan ke lesung. Meskipun tidak menyertakan vokal dan alat musik lainnya dalam pertunjukan, namun dapat membuat penontonnya merasa terhibur.

B. SARAN

Berdasarkan pemikiran peneliti tentang betapa pentingnya kesenian tradisional khusunya kesenian gendreh dalam rangka menambah ragam budaya nasional, serta memupuk nilai-nilai seni yang terkandung di dalamnya untuk dijadikan pedoman hidup manusia dalam kehidupannya maka diajukan beberapa saran sebagai berikut:


(12)

67

Riant Naufal, 2014

PERTUNJUKAN GENDREH PADA ACARA HIBURAN DI KAMPUNG CIKADU INDAH KECAMATAN

1. Agar kesenian gendreh tidak punah, maka hendaknya harus ada generasi selanjutnya yang dipersiapkan untuk menggantikan para pemain kesenian

Gendreh yang kini sudah berusia lanjut.

2. Mengadakan pertunjukan gendreh secara kontinyu, dalam upaya mengenalkan kepada masyarakat, baik dalam bentuk perlombaan, parade, dan pengisi acara. Perlombaan atau parade dapat dilakukan satu kali dalam setahun, hal ini dapat menjadi stimulus bagi setiap kelompok dalam meningkatkan kualitas permainan, serta diharapkan bermunculan kelompok-kelompok seni sendreh baru sehingga merata disetiap kecamatan. Dalam hal pengisi acara, gendreh dapat di pertunjukan dalam acara-acara rutin di kabupaten Pandeglang, seperti pada acara 17 Agustus, Festival Budaya, Hari jadi kota Pandeglang dan acara-acara besar lainnya.

3. Mengapresiasi kembali pertunjukan-pertunjukan gendreh di daerah, baik dari pemerintah maupun generasi muda.

4. Untuk mewujudkan poin-poin di atas, maka perlu adanya pengadaan alu dan lesung sebagai alat musik seni gendreh, sehubungan dengan kondisi alat yang kebanyakan sudah rusak. Minimal pemerintah mampu mengupayakan pengadaan untuk setiap kecamatan.

5. Agar nilai-nilai seni serta keutuhan kesenian gendreh tetap terjaga, maka perlu diupayakan pendokumentasian baik berupa tulisan, maupun pendokumentasian secara audio dan visual.

6. Untuk menghindari kepunahan seni gendreh di kabupaten Pandeglang, diperlukan adanya penelitian lanjutan mengenai semua kelompok seni

gendreh di kabupaten ini. Dengan demikian diharapkan dapat diketahui

jumlah kelompok gendreh yang ada, kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi, dan keunikan-keunikan setiap kelompok. Upaya ini diharapkan dapat mendorong semua pihak yang terkait untuk mengambil tindakan yang lebih tepat, cepat, dan akurat.


(13)

DAFTAR PUSTAKA

Alya, Q. (2009). Kamus Bahasa Indonesia. Bandung: PT.Indah Jaya Adipratama. Badan pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (2012-2014). Kamus Besar Bahasa

Indonesia. [Online]. Tersedia di: http://kbbi.web.id/. Diakses 20 Oktober 2014.

Budiarti, Astri. (2013). Kesenian Gondang Grup Lingkung Seni Putra Badingkut

di kampung Citimbun desa Dungsiku kec. Leuwigoong kab.Garut. Skripsi

sarjana pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Djelantik, A. A. M. (1999). Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan

_________________ (1990). Pengantar Dasar Ilmu Estetika Jilid I Estetika Instrumental. Denpasar: Sekolah Tinggi Seni Indonesia.

Hardjana, Suka. (2003). Corat-Coret Musik Kontemporer Dulu dan Kini. Jakarta. Kasmahdiyat, Yuliawan. (2011). Agama dalam Transformasi Budaya Nusantara.

Bandung : CV Bintang Warli Artika.

Kurniangsih, Lia F. (2013). Kesenian Gaok di Desa Kulur kecamatan Majalengka

kabupaten Majalengka Pada Upacara Babarit pare. Skripsi sarjana pada

FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Khayam, Umar. 1981. Seni Tradisi Masyarakat. Jakarta: PT Djaya Pirusa.

Nasution. (1998) Metode Penelitian naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (1999). Kamus Besar Bahasa

Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.

Sugiyono. 2011. Metode Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV.ALFABETA.

Subakti Abdullah, B. (2014). Analisis Komposisi Musik Gamelan “NONAME

AND NOTHING” Karya Iwan Gunawan. Skripsi sarjana pada FPBS UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

Sedyawati, Edi. 2002. Seni Pertunjukan. Jakarta: Groiler. Sumardjo, Jakob. (2000). Filsafat Seni. Bandung:ITB.


(14)

Soepandi, A. (1975). Dasar-Dasar Teori Karawitan. Bandung: Lembaga Kesenian Bandung.

Sendjaja dan Sasa Juarsa, (1982), Media Kesenian Tradisional, Tinjauan

Terhadap kedudukan dan Karakteristik Kesenian Tradisional Sebagai Medium Komunikasi Pembaharuan, Analisis Kebudayaan III,

Bandung:Depdikbud.

Sutrisno, Tisno. (2011). Seni Karawitan. Ciamis:DNA.

Sedyawati, Edi. (1981). Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan. Suci, Lestari, P. (2013). Kesenian Dod-Dod pada Upacara Syukuran (Rasulan) di

kampung Pamatang kecamatan Saketi kabupaten Pandeglang. Skripsi sarjana

pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sumardi, Aulian A. (2012). Seni Rudat Grup Pusaka Mekar Pada Acara Khitanan

di kecamatan Kutawaringin kabupaten Bandung. Skripsi sarjana pada FPBS

UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Windasari, Wiwin. (2012). Seni Tutunggulan di desa Mekarjaya kecamatan

Karapedes kabupaten Purwakarta. Skripsi sarjana pada STSI Bandung: tidak

diterbitkan.

(1981 : 816). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. (2013). Kesenian Gendreh. Pandeglang: Artikel. Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Prov. Banten.


(1)

6

Riant Naufal, 2014

2. Pembahasan Hasil Penelitian

a. Pembahasan tentang Struktur Pertunjukan Gendreh b. Pembahasan tentang komposisi Gendreh

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN, menyimpulkan tentang:


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang kesenian gendreh dikampung Cikadu Indah desa Tanjung jaya kecamatan Panimbang kabupaten Pandeglang Banten, yang mengungkap tentang proses pertunjukan dan komposisi musik gendreh pada acara hiburan, dan berdasarkan pembahasan-pembahasan pada bab sebelumnya, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa gendreh merupakan sebuah seni tradisi yang telah hidup dan berkembang sejak dahulu. Meskipun pada awalnya fungsi gendreh adalah sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT, yang dilakukan oleh para petani ketika menjelang panen padi tiba. Tetapi dengan berkembang nya teknologi yang semakin maju, membuat fungsi gendreh awalnya digunakan sebagai alat untuk menumbuk padi, kini berubah fungsi nya menjadi sebuah seni pertunjukan yang biasa di tampilkan pada acara hiburan di balai desa, penyambutan tamu-tamua wisatawan, maupun undangan dari hotel-hotel di sekitaran objek wisata Tanjung lesung yang lokasinya tidak jauh dari dari kampung Cikadu Indah.

Proses pertunjukan dalam acara hiburan di kampung Cikadu Indah tidak memiliki aturan tertentu mengenai urutan pertunjukannya, proses nya mengambil cara sederhana, yang terpenting esensi dari musik gendreh tersebut dapat ditampilkan, dan dapat membawa keceriaan bagi masyarakat yang melihatnya. Dapat disimpulkan struktur pertunjukan gendreh di kampung Cikadu Indah kecamatan Panimbang kabupaten Pandeglang Banten memang dipertunjukan secara sederhana, artinya tidak direpotkan oleh aturan-aturan yang mengikat. Pertunjukan yang ditampilkan di kampung Cikadu Indah merupakan sebuah ungkapan nilai-nilai budaya, yang mengajarkan sifat kesederhanaan yang harus selalu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tidak hanya tercermin dari struktur pertunjukan nya saja, tetapi bisa juga dilihat dari tata rias dan busana


(3)

66

Riant Naufal, 2014

yang dikenakan para pemain terlihat sederhana, itulah pakaian yang biasa mereka kenakan dalam kegiatan nya sehari-hari.

Komposisi musik gendreh yang ada di kampung Cikadu Indah tidak ditemukan adanya tabuhan khusus seperti pembuka, isi, dan penutup. Dalam memainkan gendreh, masing masing pemain gendreh hanya memainkan satu pola tabuh secara berulang-ulang, dari awal hingga akhir. Di dalam komposisinya banyak bagian yang diulang-ulang dari awal hingga akhir dengan motif tabuhan yang sama, tetapi pada beberapa tabuhan ada pula yang didalam nya terdapat variasi yaitu bentuk pengulangan yang sama, tetapi pengulangan tersebut terdapat perubahan atau variasi dengan tetap mempertahankan unsur tertentu dan menambah/menggantikan unsur yang lain. Di dalamnya terdapat pola tabuhan dengan teknik pukulan yang sama, tetapi dengan pola ritme berbeda. Sehingga pada saat dibunyikan secara serempak, bunyi yang diciptakan akan terdengar saling bersahutan (interloking).

Komposisi pada gendreh menjadi hal yang sifatnya unik, karena berawal dari kesederhanaan peristiwa menumbuk padi yang dihasilkan dari tabuhan waditra yang sederhana, yaitu waditra jenis kayu yang tidak meiliki nada dan laras. Gendreh hanya menimbulkan ragam bunyi bersahutan yang dihasilkan oleh tabuhan alu yang pukulkan ke lesung. Meskipun tidak menyertakan vokal dan alat musik lainnya dalam pertunjukan, namun dapat membuat penontonnya merasa terhibur.

B. SARAN

Berdasarkan pemikiran peneliti tentang betapa pentingnya kesenian tradisional khusunya kesenian gendreh dalam rangka menambah ragam budaya nasional, serta memupuk nilai-nilai seni yang terkandung di dalamnya untuk dijadikan pedoman hidup manusia dalam kehidupannya maka diajukan beberapa saran sebagai berikut:


(4)

67

1. Agar kesenian gendreh tidak punah, maka hendaknya harus ada generasi selanjutnya yang dipersiapkan untuk menggantikan para pemain kesenian Gendreh yang kini sudah berusia lanjut.

2. Mengadakan pertunjukan gendreh secara kontinyu, dalam upaya mengenalkan kepada masyarakat, baik dalam bentuk perlombaan, parade, dan pengisi acara. Perlombaan atau parade dapat dilakukan satu kali dalam setahun, hal ini dapat menjadi stimulus bagi setiap kelompok dalam meningkatkan kualitas permainan, serta diharapkan bermunculan kelompok-kelompok seni sendreh baru sehingga merata disetiap kecamatan. Dalam hal pengisi acara, gendreh dapat di pertunjukan dalam acara-acara rutin di kabupaten Pandeglang, seperti pada acara 17 Agustus, Festival Budaya, Hari jadi kota Pandeglang dan acara-acara besar lainnya.

3. Mengapresiasi kembali pertunjukan-pertunjukan gendreh di daerah, baik dari pemerintah maupun generasi muda.

4. Untuk mewujudkan poin-poin di atas, maka perlu adanya pengadaan alu dan lesung sebagai alat musik seni gendreh, sehubungan dengan kondisi alat yang kebanyakan sudah rusak. Minimal pemerintah mampu mengupayakan pengadaan untuk setiap kecamatan.

5. Agar nilai-nilai seni serta keutuhan kesenian gendreh tetap terjaga, maka perlu diupayakan pendokumentasian baik berupa tulisan, maupun pendokumentasian secara audio dan visual.

6. Untuk menghindari kepunahan seni gendreh di kabupaten Pandeglang, diperlukan adanya penelitian lanjutan mengenai semua kelompok seni gendreh di kabupaten ini. Dengan demikian diharapkan dapat diketahui jumlah kelompok gendreh yang ada, kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi, dan keunikan-keunikan setiap kelompok. Upaya ini diharapkan dapat mendorong semua pihak yang terkait untuk mengambil tindakan yang lebih tepat, cepat, dan akurat.


(5)

Riant Naufal, 2014

DAFTAR PUSTAKA

Alya, Q. (2009). Kamus Bahasa Indonesia. Bandung: PT.Indah Jaya Adipratama. Badan pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (2012-2014). Kamus Besar Bahasa

Indonesia. [Online]. Tersedia di: http://kbbi.web.id/. Diakses 20 Oktober 2014.

Budiarti, Astri. (2013). Kesenian Gondang Grup Lingkung Seni Putra Badingkut di kampung Citimbun desa Dungsiku kec. Leuwigoong kab.Garut. Skripsi sarjana pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Djelantik, A. A. M. (1999). Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan

_________________ (1990). Pengantar Dasar Ilmu Estetika Jilid I Estetika Instrumental. Denpasar: Sekolah Tinggi Seni Indonesia.

Hardjana, Suka. (2003). Corat-Coret Musik Kontemporer Dulu dan Kini. Jakarta. Kasmahdiyat, Yuliawan. (2011). Agama dalam Transformasi Budaya Nusantara.

Bandung : CV Bintang Warli Artika.

Kurniangsih, Lia F. (2013). Kesenian Gaok di Desa Kulur kecamatan Majalengka kabupaten Majalengka Pada Upacara Babarit pare. Skripsi sarjana pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Khayam, Umar. 1981. Seni Tradisi Masyarakat. Jakarta: PT Djaya Pirusa.

Nasution. (1998) Metode Penelitian naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (1999). Kamus Besar Bahasa

Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.

Sugiyono. 2011. Metode Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV.ALFABETA.

Subakti Abdullah, B. (2014). Analisis Komposisi Musik Gamelan “NONAME

AND NOTHING” Karya Iwan Gunawan. Skripsi sarjana pada FPBS UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

Sedyawati, Edi. 2002. Seni Pertunjukan. Jakarta: Groiler. Sumardjo, Jakob. (2000). Filsafat Seni. Bandung:ITB.


(6)

Soepandi, A. (1975). Dasar-Dasar Teori Karawitan. Bandung: Lembaga Kesenian Bandung.

Sendjaja dan Sasa Juarsa, (1982), Media Kesenian Tradisional, Tinjauan Terhadap kedudukan dan Karakteristik Kesenian Tradisional Sebagai Medium Komunikasi Pembaharuan, Analisis Kebudayaan III, Bandung:Depdikbud.

Sutrisno, Tisno. (2011). Seni Karawitan. Ciamis:DNA.

Sedyawati, Edi. (1981). Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan. Suci, Lestari, P. (2013). Kesenian Dod-Dod pada Upacara Syukuran (Rasulan) di

kampung Pamatang kecamatan Saketi kabupaten Pandeglang. Skripsi sarjana pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sumardi, Aulian A. (2012). Seni Rudat Grup Pusaka Mekar Pada Acara Khitanan di kecamatan Kutawaringin kabupaten Bandung. Skripsi sarjana pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Windasari, Wiwin. (2012). Seni Tutunggulan di desa Mekarjaya kecamatan Karapedes kabupaten Purwakarta. Skripsi sarjana pada STSI Bandung: tidak diterbitkan.

(1981 : 816). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. (2013). Kesenian Gendreh. Pandeglang: Artikel. Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Prov. Banten.