Muhammad Syaifulloh S 861008020
commit to user
( SMA) MUHAMMADIYAH PAKEM
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menempuh Ujian Tesis Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh :
Muhammad Syaifulloh S 861008020
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
(2)
commit to user ii
(3)
commit to user iii
(4)
commit to user iv Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Muhammad Syaifulloh Nim : S 861008020
Program Studi : Pendidikan Sejarah
Judul Tesis : Pembelajaran Sejarah Lokal di Sekolah Menengah Atas ( SMA ) Muhammadiyah Pakem
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya susun ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, kecuali kutipan-kutipan dan ringkasan-ringkasan yang semuanya telah saya jelaskan sumbernya. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan tesis ini hasil jiplakan atau karya orang lain, maka gelar dan ijasah yang diberikan oleh universitas batal saya terima.
Surakarta,
Yang membuat pernyataan,
(5)
commit to user v
Sebaik-baik orang adalah yang bermanfaat bagi yang lainnya.
Kekuatan itu ada di aqidah dan jama‟ah maka jangan disepelekan.
(6)
commit to user vi
Ayah ibu dan keluarga saya yang ada di Yogyakarta yang telah menanamkan jiwa seorang anak agar selalu ingat kepada Yang Maha segalanya.
Untuk my lovely wife yang telah dengan ikhlas terus-menerus memberikan support.
Untuk teman-teman saya yang sangat baik dan tidak pernah bisa saya lupakan yang telah memberikan kejernihan hati dikala kotor dan menampakkan kebersihan kata dan sikap kepada saya. Khusus buat Renold Hasan, pak Bas, Wayan, pak Yuver, bu Ani, bu Titi, Pak Agus ,Pak Heri, dan teman-teman 1 kelas pascasarjana UNS yang sangat saya cintai yang benarbenar membuat saya sangat cinta kepada mereka.
Untuk semuanya yang tidak bisa saya sebut satu per satu dalam memberikan nasehat dalam kebenaran dan kesabaran.
(7)
commit to user vii
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Disadari bahwa penulisan tesis sebagai satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sejarah Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setulusya atas bantuan dan bimbingan serta perngorbanan kepada :
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. 2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., Ph.D. selakuDirektur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
3. Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah dan Dra. Sutiyah, M.Pd, M.Hum selaku Sekertaris Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan kesempatan, dukungan, dan motivasi untuk menyelesaikan studi di Pascasarjana ini.
4. Prof. Djoko Suryo selaku Pembimbing I yang telah memberikan arahan, dorongan, motivasi dan bimbingan yang sangat besar nilainya kepada penulis sampai terselesaikannya tesis ini.
(8)
commit to user viii
kesabarannya telah memberikan arahan, dorongan, motivasi dan bimbingan yang sangat besar nilainya kepada penulis sampai terselesaikannya tesis ini. 6. Kedua orang tua pahlawanku Bapak Suwarno dan Ibu Sukatinem. adik-adiku
tercinta Rahma dan Arif yang penuh perhatian serta doa-doanya selalu menjadi semangat dalam penyelesaian tesis menjadi lancar.
7. Teman-teman studi yang saling mendukung dalam suka maupun duka selama bersama-sama menempuh studi, serta berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan tesis ini.
Akhirnya, penulis berharap semoga bantuan dan dorongan semangat serta amal baik dari semua pihak yang telah diberikan kepada peneliti dapat menjadi amal ibadah dan amal kebaikan, serta mendapat imbalan pahala dari Tuhan Yang Maha Kasih. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih sangat banyak kekurangan dan kelemahannya, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun akan penulis terima dengan senang hati.
Surakarta,
(9)
commit to user ix
JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN TESIS ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
ABSTRAK ... xv
ABSTRACT ... xvi
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Rumusan Masalah ... 3
C.Tujuan Penelitian ... 4
D.Manfaat Penelitian ... 4
BAB II : KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR ... 5
A. Kajian Teori ... 5
1. Pembelajaran ... 5
(10)
commit to user x
4. Pembelajaran Sejarah Lokal ... 19
B. Penelitian yang Relevan ... 23
C. Kerangka Berpikir ... 24
BAB III : METODE PENELITIAN ... 27
A.Tempat dan Waktu Penelitan ... 27
B.Bentuk dan Strategi Penelitian ... 28
C.Sumber Data ... 29
D.Teknik Pengumpulan Data ... 30
E.Teknik Cuplikan (sampling) ... 30
F. Validitas Data ... 31
G.Teknik Analisis Data ... 32
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34
A. Hasil Penelitian ... 34
1. Deskripsi Latar ... 34
2. Profil Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem .. 37
B. Sajian Data ... 48
1. Materi Sejarah Lokal ... 48
2. Pembelajaran Sejarah Lokal di SMA Muhammadiyah Pakem ... 53
C. Pokok Temuan ... 57
1. Materi Sejarah Lokal ... 57
(11)
commit to user xi
1. Materi Sejarah Lokal ... 63
2. Pembelajaran Sejarah Lokal di SMA Muhammadiyah Pakem ... 67
BAB V : PENUTUP ... 91
A. Simpulan ... 91
B. Implikasi ... 93
C. Saran ... 94
DAFTAR PUSTAKA ... 96
(12)
commit to user xii
1. Table 1. Jadwal Penelitian ... 28 2. Profil 2. Siswa SMA Muhammadiyah Pakem ... 46 3. Table 3. Profil Guru SMA Muhammadiyah Pakem ……….. 46 4. Tabel 4. Tingkat Pendidikan Akhir Guru dan Staf Di SMA
(13)
commit to user xiii
1. Gambar Kerangka Berfikir ……… 26 2. Gambar Model Analisis Interaktif ……….. 32
(14)
commit to user xiv
Lampiran 1 Surat Keterangan Penelitian ……… ... 99
Lampiran 2 Jadwal Penelitian ... ...……… 100
Lampiran 3 Pedoman Wawancara ……… ... 101
Lampiran 4 Daftar Informan ……… ... 103
Lampiran 5 Catatan Lapangan ……… ... 104
Lampiran 6 Foto Dokumentasi Pembelajaran Sejarah Lokal Di SMA Muhammadiyah Pakem ……… ... 115
Lampran 7 Silabus ………... 124
(15)
commit to user xv
Muhammad Syaifulloh (2012). Pembelajaran Sejarah Lokal di Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem. Tesis: Program Pascasarjana Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan materi sejarah lokal di Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem. (2) Mendeskripsikan pembelajaran sejarah lokal di Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif studi kasus tunggal bersifat terpancang, karena fokus penelitian ini telah dirumuskan sebelum penelitian dilaksanakan dan variabel-variabelnya sudah ditentukan, sudah terarah pada batasan dan fokusnya pada pembelajaran sejarah lokal.
Lokasi penelitian di Sekolah Menengah atas (SMA) Muhammadiyah Pakem, sedangkan subyek penelitian adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru sejarah, dan peserta didik. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan studi dokumen. Teknik cuplikan menggunakan purposive sampling. Untuk menguji validitas data menggunakan trianggulasi sumber dan triangulasi metode serta analisis data menggunakan analisis model interaktif.
Hasil penelitian menunjukkan (1) Materi sejarah lokal di SMA Muhammadiyah Pakem mengacu kepada kajian materi sejarah lokal dalam kerangka pendidikan living history. (2) Pembelajaran sejarah lokal di SMA Muhammadiyah Pakem berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang menitikberatkan pada otonomi dan kreatifitas guru dalam mengembangkan potensi siswa melalui pendidikan berbasis masalah dan berbasis nilai dalam rangka mewujudkan kesadaran sejarah.
Peneliti menyarankan perlunya perangkat pembelajaran sejarah lokal sendiri sehingga sesuai dengan karakteristik peserta didik dan kondisi sekolah. Guru sejarah hendaknya dapat memilih dan memanfaatkan metode pembelajaran sejarah lokal yang tepat sesuai dengan jenis materi atau bahan ajar sejarah. Selanjutnya diperlukan kerjasama yang harmonis dan konsisten baik dari lembaga sekolah, para guru, para siswa dan orang tua guna menanamkan adanya kesadaran sejarah lokal di sekitarnya.
(16)
commit to user xvi
Muhammad Syaifulloh (2012). Learning Local History in Muhammadiyah Pakem High School (SMA). Thesis: Graduate School of Education Studies Program History March Eleven University of Surakarta.
The purpose of this study were: (1) Describe the materials of local history in Muhammadiyah Pakem high school (SMA). (2) Describes the teaching of local history in Muhammadiyah Pakem high school (SMA).
This study uses a descriptive qualitative research approach is rooted single case study, because the focus of this study have been formulated before the research is conducted and the variables have been determined, it is focused on the scope and focus on learning the local history.
Research sites in Muhammadiyah Pakem High School (SMA), while the study subjects were school principals, vice principals, teachers of history, and learners. Data was collected through interviews, observation, and study the document. Samples using a purposive sampling technique. To test the validity of using triangulation of data sources and triangulation of methods and data analysis using an interactive model analysis.
The results showed (1) local history material in SMA Muhammadiyah Pakem refers to the study of local history materials in terms of living history education. (2) Learning local history in SMA Muhammadiyah Pakem guided by the Education Unit Level Curriculum that focuses on teacher autonomy and creativity in developing students' potential through education-based and value-based issues in order to realize a sense of history.
Researchers suggest the necessity of learning the local history of his own to match the characteristics of learners and school conditions. History teachers should be able to choose and use teaching methods appropriate to the local history with the type of material or materials of history. Subsequently required a harmonious and consistent cooperation from both schools, teachers, students and parents to instill an awareness of local history in the vicinity.
(17)
commit to user 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar sejarah pada dasarnya adalah belajar tentang kehidupan masyarakat. Berbagai aspek kehidupan dapat dipelajari dalam sejarah. Pembelajaran sejarah di sekolah sebaiknya lebih mudah dipahami siswa. Dalam pembelajaran sejarah hendaknya siswa dapat melihat langsung kehidupan yang nyata. Sejarah lokal dalam konteks pembelajaran di sekolah tidak hanya sebatas sejarah yang dibatasi oleh lingkup ruang yang bersifat administratif belaka, seperti sejarah provinsi, sejarah kabupaten, sejarah kecamatan, dan sejarah desa. Bertolak dari sejarah lokal inilah siswa dapat menyadari akan kekayaan tema kehidupan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat sekitarnya, sehingga siswa akan lebih bisa memahami dan memaknai peristiwa sejarah.
Kehidupan manusia berdasarkan dimensi sejarah selalu berkaitan dengan waktu masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang. Keadaan masa sekarang adalah kenyataan hasil masa lampau untuk menentukan masa yang akan datang. Kemampuan manusia untuk memainkan perannya pada masa kini dalam rangka mewujudkan masa depan yang dicita-citakan sangat ditentukan pemahaman jiwa dan semangat masa lampau dengan baik. Sukaryanto (2007: 5) mengatakan sejarah merupakan peristiwa yang dilakukan manusia pada masa lampau (the past human event), terjadi hanya sekali (einmalig) dan tidak terulang kembali menjadi sejarah yang harus diketahui manusia pada masa berikutnya. Oleh karena itu mempelajari sejarah menjadi penting agar dapat menentukan
(18)
commit to user masa lampau.
Eksistensi bangsa termasuk bangsa Indonesia mutlak harus dipertahankan dalam kehidupan masyarakat bangsa dunia. Pembangunan karakter bangsa (national character building) menjadi alternatif dalam mewujudkan generasi bangsa yang memahami jati diri bangsanya secara komprehensif. Salah satu upaya pembangunan karakter bangsa dapat dilakukan melalui pendidikan sejarah yang mulai diberikan sejak pendidikan dasar. Pendidikan sejarah lokal diharapkan dapat memberikan wawasan berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dari berbagai periode dalam upaya pembentukan sikap dan perilaku siswa.
Pemahaman sejarah perlu dimiliki setiap orang sejak dini agar mengetahui dan memahami makna dari peristiwa masa lampau sehingga dapat digunakan sebagai landasan sikap dalam menghadapi kenyataan pada masa sekarang serta menentukan masa yang akan datang. Artinya sejarah lokal perlu dipelajari sejak dini oleh setiap individu, Keterkaitan individu dengan masyarakat atau bangsanya memerlukan terbentuknya kesadaran pentingnya sejarah terhadap persoalan kehidupan bersama seperti nasionalisme, persatuan, solidaritas dan integritas nasional.
Terwujudnya cita-cita suatu masyarakat atau bangsa sangat ditentukan oleh generasi penerus yang mampu memahami sejarah masyarakat atau bangsanya. Pemahaman sejarah yang sangat penting ini sekarang ini banyak diimplentasikan melalui jalur pendidikan yakni pendidikan sejarah, akan tetapi dalam pelaksanaan pemebelajaran sejarah lokal memiliki beberapa kendala antara
(19)
commit to user
lingkungan sejarah lokal, bagi sejarah lokal lingkungan provinsi sebenarnya cukup banyak namun mereka kurang terampil untuk mendesain dari beberapa buku sumber, dan guru kurang percaya diri untuk merumuskan materi esensial sejarah lokal.
Dari gambaran di atas, tidak mengherankan apabila sejarah perlu diberikan kepada seluruh siswa di sekolah dalam bentuk mata pelajaran sejarah lokal. Kedudukannya yang penting dan strategis dalam pembangunan watak bangsa merupakan fungsi yang tidak bisa digantikan oleh mata pelajaran lainnya. Oleh karena itu, sepanjang seluruh eksponen dan komponen bangsa masih menginginkan eksistensi sebuah bangsa dan negaranya, upaya-upaya peningkatan kualitas pembelajaran sejarah dalam hal ini guru menduduki posisi yang penting dan strategis dalam peningkatan kualitas pembelajaran sejarah lokal.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah materi sejarah lokal pada kurikulum di Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem?
2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran sejarah lokal di Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem?
(20)
commit to user Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan materi sejarah lokal pada kurikulum di Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem.
2. Untuk mendeskripsikan pembelajaran sejarah lokal di Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi dua aspek yaitu aspek praktis dan aspek teoritis.
1. Manfaat praktis,
Diharapkan penelitian ini dapat menghasilkan implikasi yang lebih bernilai untuk pemerintah Sleman sebagai pembuat kebijakan dalam memecahkan permasalahan tentang pembelajaran sejarah lokal itu sendiri.
2. Manfaat Teoritis
a. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengajar, khususnya dalam hal ini guru sejarah agar dapat menjadikan sejarah lokal sebagai salah satu cara menumbuhkan kesadaran siswa terhadap sejarah lokal yang ada di Kabupaten Sleman.
b. Diharapkan hal ini dapat dijadikan bahan referensi bagi penelitian yang lebih lanjut kepada peneliti lainnya untuk melakukan penelitian sejenis dengan menggunakan metode yang lain.
(21)
commit to user 5 BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Teori 1. Pembelajaran
Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada yang berlangsung pada diri seseorang. Dalam hal ini, Woolfolk & Nicolich (1984: 159) menjelaskan bahwa “Learning is a change in a person that comes about as a
result of experience”. Belajar merupakan perubahan yang terjadi pada diri seseorang sebagai hasil pengalaman. Perubahan sebagai hasil kegiatan pembelajaran dapat mencakup perubahan pengetahuannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan dan lain sebagainya.
Nana Sudjana (2007 : 29) menjelaskan bahwa mengajar merupakan suatu proses mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian mengajar yang pada dasarnya merupakan suatu proses, yang meliputi proses mengatur dan mengorganisir lingkungan belajar siswa untuk menumbuhkan dan memotivasi siswa untuk belajar.
Menurut Winata Putera (1992 : 86), mengajar merupakan suatu aktivitas profesional yang memerlukan keterampilan tingkat tinggi dan mencakup hal-hal yang berkaitan dengan pengambilan keputusan-keputusan. Keputusan-keputusan itu, misalnya metode apakah yang perlu dipakai untuk mengajar mata pelajaran tertentu,
(22)
commit to user
alat dan media apakah yang diperlukan untuk membantu peserta didik membuat suatu catatan, melakukan praktikum, menyusun makalah diskusi, atau cukup hanya dengan mendengar ceramah pengajar saja.
Sekolah sebagai sistem tersusun dari komponen konteks, input, proses, output, dan outcome. Konteks berpengaruh pada input, input berpengaruh pada proses, proses berpengaruh pada output, serta output berpengaruh pada outcome (Slamet, 2005: 13). Dalam sebuah sistem, terbentuk sub-sub sistem yang secara sinergis saling mendukung dalam pencapaian tujuan penyelenggaraan program dalam hal ini adalah program pendidikan sejarah.
Proses pembelajaran merupakan proses yang terpenting karena dari sinilah terjadi interaksi langsung antara pendidik dan peserta didik sehingga dapat dipastikan bahwa hasil pendidikan sangat tergantung dari perilaku pendidik dan perilaku peserta didik. Dengan demikian dapat diyakini bahwa perubahan hanya akan terjadi jika terjadi perubahan perilaku pendidik dan peserta didik. Posisi pengajar dan peserta didik memiliki posisi strategis dalam meningkatkan kualitas pembelajaran (Surakhmad, 2000: 31).
Dalam pembelajaran akan terdapat komponen-komponen pembelajaran yang meliputi; komponen kurikulum, materi/bahan ajar, metode, media (alat pembelajaran), evaluasi, anak didik/ siswa, dan adanya pendidik/guru. Pelaksanaan pembelajaran adalah operasionalisasi dari perencanaan pembelajaran, sehingga tidak lepas dari perencanaan pengajaran / pembelajaran yang sudah dibuat. Oleh karenanya
(23)
commit to user
dalam pelaksanaannya akan sangat tergantung pada bagaimana perencanaan pengajaran sebagai operasionalisasi dari sebuah kurikulum.
Menurut Rasyad (2003: 124-125), kegiatan belajar melibatkan beberapa komponen atau unsur berikut; (1) Peserta didik yaitu seseorang atau sekelompok orang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkannya untuk mencapai tujuan, (2) Guru yaitu seseorang atau sekelompok orang yang berprofesi pengolah kegiatan belajar-mengajar dan seperangkat peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar-mengajar yang efektif melalui transformasi, (3) Tujuan adalah pernyataan tentang perubahan perilaku dan tingkah laku yang diinginkan terjadi pada peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar-mengajar, (4) Isi pelajaran adalah segala informasi berupa fakta, prinsip, konsep, dan pesan-pesan pendidikan yang diperlukan untuk mencapai tujuan, (5) Metode/pendekatan belajar adalah berbagai cara yang teratur dan sistematis yang dilakukan dan ditempuh guru dalam memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mendapat isi pelajaran yang mereka butuhkan, (6) Media adalah seperangkat peralatan pendidikan dan pengajaran yang digunakan untuk membantu penyajian isi dan materi pelajaran kepada peserta didik agar mereka dapat mencapai tujuan, (7) Evaluasi adalah seperangkat alat penilaian yang digunakan untuk menilai proses pembelajaran dan hasilnya.
Kurikulum sebagai salah satu komponen pembelajaran dan rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan
(24)
commit to user
dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan yang kokoh dan kuat
Implementasi Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan
delapan standar nasional pendidikan, yaitu: (1)standar isi, (2)standar proses, (3)standar kompetensi lulusan, (4)standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5)standar sarana dan prasarana, (6)standar pengelolaan, standa r pembiayaan, dan (7)standar penilaian pendidikan.
Secara substansial, pemberlakuan (baca: penamaan) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) lebih kepada mengimplementasikan regulasi yang ada, yaitu PP No. 19/2005. Akan tetapi, esensi isi dan arah pengembangan pembelajaran tetap masih bercirikan tercapainya paket-paket kompetensi (dan bukan pada tuntas tidaknya sebuah subject matter), yaitu: (1) Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal, (2) Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman, (3) Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi, (4) Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif, (5) Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
(25)
commit to user
Sebagaimana kita ketahui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dikembangkan dengan mengacu kepada sejumlah aturan perundangan mulai dari UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi, Permendiknas No. 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, Permendiknas No. 24/2006 dan No. 6/2007 tentang pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan 23/2006. Sementara dilihat dari aspek politis, lahirnya KTSP didorong oleh adanya keinginan untuk memberi kebebasan kepada masing-masing wilayah bahkan sekolah untuk mengembangkan kurikulumnya sendiri yang sesuai (relevan) dengan potensi, perkembangan, dan kebutuhan siswa dan lingkungannya.
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan (PP No. 19/2005). Artinya KTSP yang disusun oleh suatu sekolah bisa berbeda dengan KTSP sekolah lain, karena masing-masing sekolah memiliki karakteristik yang berbeda. Oleh karena itu, KTSP bisa juga disebut sebagai kurikulum lokal. Hal ini juga ditunjukkan oleh prinsip-prinsip yang ditetapkan dalam pengembangan KTSP, yang diantaranya berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan siswa dan lingkungannya; Beragam dan terpadu; Relevan dengan kebutuhan kehidupan; dan Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.
(26)
commit to user
Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu, maka dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pemerintah telah menggiring pelaku pendidikan untuk mengimplementasikan kurikulum dalam bentuk kurikulum tingkat satuan pendidikan, yaitu kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di setiap satuan pendidikan.
Kata kurikulum ini memiliki banyak definisi, mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks; ada definisi yang merujuk pada sebuah dokumen ada juga yang mengarah pada aktivitas. Pengertian senada disampaikan oleh Robert Zais dalam Syaodih Sukmadinata Pengembangan Kurikulum ( 1997) mengatakan kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran atau ilmu pengetahuan yang harus ditempuh oleh siswa untuk mencapai suatu tingkat tertentu atau untuk memperoleh ijazah. Kedua definisi ini menekankan pada daftar mata pelajaran. Jadi apa yang disebut dengan kurikulum itu adalah deretan nama mata pelajaran bagi siswa kelas tertentu dan sekolah tertentu.
William B. Ragan, Beauchamp, dan Harold B. Alberti Cs dalam Syaodih Sukmadinata Pengembangan Kurikulum ( 1997) mendefinisikan kurikulum menekankan pada aspek pengalaman dan kegiatan belajar siswa. Jadi yang mereka sebut kurikulum adalah semua pengalaman dan kegiatan belajar yang direncanakan oleh (guru) sekolah dan dialami siswa, baik itu yang dilaksanakan di kelas, di halaman sekolah, bahkan di luar sekolah sekalipun. Bisa jadi pengalaman dan
(27)
commit to user
kegiatan belajar yang dialami siswa ini tidak secara langsung berhubungan dengan suatu mata pelajaran tertentu, seperti kegiatan berkemah, pramuka, kelompok ilmiah remaja, dll.
Dengan demikian kurikulum dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu kurikulum sebagai sebuah dokumen yang berisi rencana pengalaman-pengalaman belajar yang akan dipelajari dan dikuasai oleh para siswa dalam rentang waktu tertentu atau disebut dengan kurikulum tertulis (written curriculum), dan kurikulum sebagai pengalaman dan kegiatan belajar yang dialami siswa secara nyata atau yang disebut dengan kurikulum nyata (real curriculum). Untuk mengembangkan kurikulum nyata diperlukan sejumlah faktor pendukung mulai dari bahan ajar, sarana prasarana, media/sumber belajar, metode, dan sistem evaluasi.
Hal lain yang menjadi pokok dalam pembelajaran adalah materi pelajaran. Materi merupakan salah satu komponen pembelajaran yang perlu diperhatikan secara serius. Keseriusan dalam pemilihan dan penyusunan materi sangat menentukan dalam keberhasilan proses pembelajaran yang terjadi.
Mengenai seleksi materi, agar penjabaran dan penyesuian kemampuan dasar tidak meluas dan melebar, maka perlu memperhatikan kriteria untuk menyeleksi materi yang perlu diajarkan. Kriteria tersebut menurut Rasyad (2003: 17), antara lain ; (1) Sahih (valid), materi yang akan dituangkan dalam pembelajaran benar-benar telah teruji kebenarannya, (2) Tingkat kepentingan dalam memilih, yaitu sejauh mana materi itu penting untuk dipelajari dan penting untuk siapa, dimana dan mengapa penting, (3) Kebermanfatan dilihat dari semua sisi, baik sisi secara akademis maupun
(28)
commit to user
non akademis. Bermanfaat secara akademis artinya guru harus yakin bahwa materi yang di ajarkan dapat memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang akan di kembangkan lebih lanjut pada jenjang pendidikan berikutnya. Sedangkan bermanfaat secara non akademis maksudnya adalah bahwa materi yang diajarakan dapat mengembangkan kecakapan hidup (life skills) dan sikap yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, (4) Layak dipelajari baik dari aspek tingkat kesulitannya (tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit), maupun aspek kelayakan terhadap pemanfatan bahan ajar dan kondisi setempat, (5) Menarik minat dan dapat memotivasi siswa untuk memepelajarinya lebih lanjut,(6) Alokasi waktu, penentuan besarnya alokasi waktu ini tergantung kepada keluasan dan kedalaman materi serta tingkat kepentingannya dengan kedalaman dan kebutuhan setempat,(7) Sarana dan sumber belajar.
Cara yang paling mudah untuk menentukan jenis materi pembelajaran yang akan diajarkan adalah dengan cara mengajukan pertanyaan tentangkompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik. Dengan mangacu pada kompetensi dasar, sehingga akan mengetahui apakah materi yang harus diajarkan berupa fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap, atau keterampilan motorik.
2. Pembelajaran Sejarah
Arti penting mempelajari sejarah adalah peristiwa sejarah menyimpan pengalaman berharga yang dapat memberikan kearifan dengan mengambil hikmah dari peristiwa yang telah terjadi di masa lampau. Mempelajari sejarah berarti melihat
(29)
commit to user
gambaran nyata tentang perjalanan kehidupan manusia baik sebagai individu maupun kelompok dalam menunjukkan adanya suatu perubahan sebagai hasil aktivitas sosial, politik, ekonomi dan kebudayaan (Isjoni, 2007: 32).
Menurut Bettelheim (Nash, 1996:2) mempelajari sejarah adalah “rich food for their imagination, a sense of history, how the present situation come about”. Sejarah akan memperluas pengalaman siswa, seperti dikatakan oleh Phenix (Nash, 1996:2) “a
sense of personal involvement in exemplary lives and significant events, an
appreciation of values and vision of greatness”. Sejarah menghubungkan siswa
dengan “akarnya”, dan mengembangkan rasa memiliki (a sense of personal
belonging). Agar dapat mencapai apa yang dikemukakan baik oleh Bettelheim maupun Phenix, maka pembelajaran sejarah harus kaya dengan sumber/resource, agar siswa dapat mengembangkan imajinasinya. Persoalan-persoalan yang muncul sebagai akibat dari perbedaan persepsi antar penulis akan memaksa siswa untuk berpikir lebih tajam, sensitif, dan berupaya mengembangkan kemampuan nalarnya.
Sebagaimana Tamburaka (1999: 25) menjelaskan manfaat mempelajari sejarah ada 3 hal yaitu (1) Untuk memperoleh pengalaman peristiwa sejarah di masa lampau baik dari sisi positif maupun negatif untuk dijadikan hikmah agar kesalahan yang pernah terjadi tidak terulang kembali; (2) Untuk mengetahui hukum sejarah yang berlaku agar menjadi pembelajaran bagi generasi selanjutnya dalam mengatasi persoalan masa kini dan masa yang datang; dan (3) Menumbuhkan sikap kedewasaan berpikir, memiliki cara pandang lebih luas untuk bertindak lebih arif bijaksana dalam mengambil keputusan. Generasi muda menjadi tumpuan bangsa dalam
(30)
commit to user
mengembangkan sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk mengembangkan pengertian dan penghargaan tentang warisan dan tradisi sejarah yang telah ada sebagai proses pembelajaran dan pemahaman sejarah bangsanya (Isjoni, 2009: 35).
Pembelajaran sejarah yang memuat pengetahuan tentang peristiwa perjuangan bangsa di masa lampau merupakan cerminan penerapan nilai tauladan. Fungsi dan guna pembelajaran sejarah bagi peserta didik adalah (1) Sejarah sebagai pegelaran dari kehendak Tuhan yang mempunyai nilai vital bahwa orang akan yakin dan sadar bahwa segala sesuatu pada hakekatnya ada pada-Nya; (2) Dari peristiwa sejarah diperoleh suatu norma tentang baik dan buruk sehingga mempunyai teachability dan impact bagi perkembangan jiwa anak untuk membentuk karakter/kepribadian; (3) Sejarah memperkenalkan hidup nyata tentang nilai sosial, perilaku, sikap dan cita-cita pelakunya; (4) Sejarah jiwa besar dan pahlawan menanamkan rasa nasionalisme dan watak yang kuat; (5) Sejarah dalam lingkungan tata tertib intelektual dapat membuka pintu kebijaksanaan; (6) Sejarah mengembangkan pengertian yang luas tentang warisan budaya umat manusia; (7) Sejarah memberikan gambaran sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan dari berbagai bangsa di dunia; dan (8) Sejarah mempunyai fungsi pedagogis sebagai alat atau pedoman yang dalam digunakan untuk mewujudkan cita-cita pendidikan nasional.
Nilai praktis dan pragmatis dalam pembelajaran sejarah telah mengajarkan bahwa pelajaran sejarah bukan hanya rentetan peristiwa yang kering tetapi merupakan sebuah wacana intelektual yang kritis dan rasional. Hal ini mendorong pembelajaran sejarah perlu ditekankan pada tiga tahapan yaitu: (1) Memupuk
(31)
commit to user
kesadaran atas lingkungan sosial, rasa keakraban (sense of intimacy); (2) Memperkenalkan peserta didik pada makna dari dimensi waktu kehidupan (sense of actuality) dan (3) Rasa hayat sejarah (sense of history). Hal ini mendorong pemahaman bahwa pembelajaran sejarah tidak hanya didominasi perkembangan sejarah politik tetapi juga mempelajari aspek sejarah sosial budaya yang dapat menumbuhkan kreatifitas sejarah lokal (Isjoni, 2007: 43). Pembelajaran sejarah dapat menumbuhkan peserta didik untuk belajar dan problem oriented yang merangsang peserta didik untuk mengenali, mengkaji peristiwa sejarah secara utuh dengan jalan mengumpulkan, mengorganisir dan mengklasifikasikan data yang luas tersebut dalam suatu rekonstruksi dan rekstrukturisasi pengetahuan sejarah (Hariyono, 1995:25).
Tahap awal pembelajaran sejarah adalah mengetahui dan menguasai situasi kondisi awal sebelum melakukan pembelajaran sejarah. Kondisi-kondisi awal dapat disebutkan sebagai berikut: (1) Dalam teori conditioning mempelajari keadaan kelas; (2) Menurut Rogers Guru memberi kepercayaan kepada kelas agar kelas memilih belajar secara terstruktur dan membuat kontrak belajar; (3) Menurut pendekatan kontekstual Real world learning dan mengutamakan pengalaman nyata; (4) Menurut Taksonomi Bloom menguasai pengetahuan tentang aktivitas-aktivitas manusia di waktu lampau, baik dalam aspek eksternal maupun internal. Tahap akhir dalam proses pembelajaran sejarah adalah sebuah perubahan yang lebih baik daripada kondisi awal. Perubahan sebagai akibat dari proses pembelajaran sejarah dapat disebutkan sebagai berikut: (1) Menurut Ernes ER. Hilgard menjadi berubah dengan cara latihan-latihan, (2) Menurut Skinner agar peserta didik mempunyai respon yang
(32)
commit to user
baik, (3) Menurut Gagne agar hasil belajar semakin meningkat, maka peserta didik dikondisikan atau dibiasakan, (4) Menurut pendekatan kontekstual peserta didik mampu memecahkan masalah sesuai dengan kondisi yang nyata, (5) Menurut Taksonomi Bloom menumbuhkan pengertian tentang arti serta hubungan peristiwa masa lampau bagi situasi masa kini dan dalam perspektifnya dengan situasi yang akan datang.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran khususnya pembelajaran sejarah merupakan sebuah proses. Proses tersebut harus dilakukan secara bertahap atau langkah demi langkah yang berurutan. Jadi esensi dan substansi mendasar dalam pembelajaran sejarah adalah guru sebagai fasilitator harus mampu mengembangkan ketrampilan sosial peserta didik secara maksimal untuk mempelajari sejarah sesuai dengan nilai guna sejarah itu sendiri. Kontribusi pengetahuan sejarah dalam membina sikap dan kepribadian peserta didik diawali dengan proses keterlibatan total peserta didik dalam menggali peristiwa sejarah yang diarahkan secara tepat.
3. Sejarah Lokal
Para ahli sejarah membagi pengertian sejarah atas sejarah sebagai peristiwa, sebagai cerita, dan sebagai ilmu (Ismaun,1991:18). Sejarah sebagai peristiwa karena mengungkapkan kehidupan masyarakat di masa lampau. Sesuai dengan konsep
“lokal” bahasanya membicarakan kehidupan masyarakat lokal/setempat masa
(33)
commit to user
ruang yaitu seperti lokal dan nasional, regional dan dunia. Disamping itu juga memuat konsep-konsep lain seperti konsep kausalitas dan pengulangan. Sejarah lokal adalah peristiwa kehidupan masyarakat manusia yang terjadi pada lokal geografi tertentu (Ismaun,1991:20).
Menurut FA Sucipto (1973: 3 ) Sejarah lokal Adalah proses perkembangan keaktifan kemanusiaan di daerah tertentu. Pengertian daerah disini adalah lingkungan geografis tertentu, yang dari sudut arealnya dapat diperluas dan dipersempit. Dalam pengertian Sejarah Indonesia, Sejarah lokal berarti sejarah daerah di Indonesia. Batasan keluasan areal dari apa yang disebut Sejarah lokal adalah sulit ditentukan. Sejarah Jawa, sejarah Kalimantan dapat disebut sejarah lokal (Ada juga yang menyebut dengan Sejarah Regional). Jangkauan tersebut dapat dipersempit, misalnya menjadi Sejarah Jawa Timur, Sejarah Kalimantan Barat, Sejarah Sumatera Barat dan
sebagainya sehingga materi dalam sejarah lokal lebih bersifat mikro historis ( Madjied, 2007:127).
Telah banyak batasan tentang rumusan sejarah lokal dilontarkan oleh para ahli, tetapi belum diketemukan kesepakatan secara bulat/ memuaskan. Beberapa definisi tersebut antara lain : Sejarah Lokal sebagai suatu bentuk penulisan sejarah dalam lingkup yang terbatas, yang meliputi suatu lokalitas tertentu( pedoman penulisan sejarah lokal). Wasino ( 2009:2 ) Sejarah lokal adalah kisah masa lampau dari kelompok masyarakat tertentu yang berada pada geografis terbatas sehingga sejarah lokal dikatakan sebagai suatu peristiwa yang hanya terjadi dalam lokasi yang kecil, baik pada desa atau kota-kota tertentu. Senada juga diungkapkan oleh Jordan
(34)
commit to user
dalam Widja ( 1985:12-13) Sejarah lokal adalah sejarah yang menyangkut sebuah desa/beberapa desa, sebuah kota kecil/sedang (pelabuhan besar/ibu kota tidak termasuk). Sebagaimana juga I Gede Widja (1989: 28 ) mengungkapkan Sejarah lokal adalah studi tentang kehidupan masyarakat atau khususnya komunitas dari suatu lingkungan sekitar (neighnorhood) tertentu dalam dinamika perkembangannya dalam berbagai aspek kehidupan manusia.
Dari sejumlah rumusan tersebut dapat ditarik suatu ”benang merah” bahwa
yang menjadi pokok perhatian adalah ruang lingkup geografis/tempat/unit spatial yang terbatas, meliputi suatu lokalitas tertentu beserta kehidupan masyarakat. Bahwa lingkungan tersebut adalah suatu unit kesadaran historis, dalam artian bahwa daerah/ wilayah tertentu ini masing-masing pada dirinya dan pada bagiannya merupakan pusat terjadinya sejarah. Setiap daerah etnis kultural memiliki kesatuan historis serta konsep tentang kelampauan yang khas.
Lingkup terbatas yang dimaksudkan ini terutama dihubungkan dengan unsur wilayah, dan komunitas yang ada di dalamnya, bukan kepada masalah waktu (lingkup temporal) maupun peristiwa (tema) tertentu dari masa lampaunya. Selanjutnya yang sangat menarik adalah apa yang diungkapkan dalam buku Sejarah lokal di Indonesia karya Taufik Abdullah bahwa batasan tentang kelokalan adalah menurut kesepakatan penulis dengan apa yang akan ditulisnya. Hal ini hendaknya dipandang sebagai satu bentuk pertanggungjawaban secara akademik dari si penulis/peneliti itu sendiri. Penulislah yang menentukan bahwa yang ditulis termasuk dalam studi sejarah lokal, tanpa mengesampingkan berbagai definisi di atas.
(35)
commit to user
Dengan demikian ruang lingkup sejarah lokal adalah keseluruhan lingkungan sekitar baik yang menyangkut kesatuan wilayah seperti desa, kecamatan,kota kecil, kabupaten atau kesatuan lokalitas lainnya beserta institusi sosial budaya yang berada di dalamnya seperti keluarga, pola pemukiman, lembaga pemerintah setempat, perkumpulan kesenian, dll. Oleh karenanya dalam kajian sejarah lokal berbagai aspek dari kehidupan masa lampau masyarakat setempat dapat diselidiki apa itu aspek politik, sosial, ekonomi, kebudayaan dan sebagainya. Namun perlu digarisbawahi kalau problem-problem pokok haruslah bertitik tolak dari realitas lokal itu sendiri. Ini berarti seleksi peristiwa ditentukan oleh tingkat pentingnya dalam perkembangan masyarakat setempat atau lingkungan yang dibicarakan, bukan dari kenyataan yang berada di luarnya.( http:www.//file.upi.edu/Direktori/FPIPS/diunduh tanggal 12 mei 2011.)
4. Pembelajaran Sejarah Lokal
Pembelajaran sejarah di sekolah bertujuan membangun kepribadian dan sikap mental peserta didik, membangkitkan keinsafan akan suatu dimensi fundamental dalam eksistensi umat manusia (kontinuitas gerakan dan peralihan terus menerus dari yang lalu kearah masa depan), mengantarkan manusia ke kejujuran dan kebijaksanaan pada peserta didik, dan menanamkan cinta bangsa dan sikap kemanusiaan (Meulen, 1987: 82-84). Arti terpenting pelajaran sejarah adalah dapat memecahkan masalah masa kini dengan menggunakan masa lampau.
(36)
commit to user
Yang dimaksud dengan pembelajaran sejarah lokal ialah bagian dari proses belajar di lingkungan pendidikan formal, sasaran utamanya tentunya adalah keberhasilan proses itu sendiri dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Berbeda dari studi sejarah lokal yang lebih ditekankan pada pencapaian pengetahuan tentang peristiwa sejarah yang dijadikan sasaran studi yakni sejarah dari suatu lokalitas tertentu. Untuk itu pembelajaran sejarah lokal di sekolah-sekolah hendaknya dipandang sebagai salah satu alternatif yang mungkin dapat dipilih dan diterapkan dengan membawa siswa pada apa yang sering disebut Living History, yaitu sejarah dari lingkungan sekitar dirinya.
Dasar utama dari pilihan mengapa harus sejarah lokal sebagai alternatif ialah kemungkinan pengembangan wawasan dalam pembelajaran sejarah. Diharapkan murid bisa lebih bergairah dalam mengikuti pelajaran dan mendapatkan manfaat lebih besar dari proses pembelajarannya. Pendekatan ataupun metode pembelajaran sangat beragam dan masing-masing punya kelebihan sekaligus kelemahan, oleh karenanya pilihan suatu pendekatan pembelajaran akan sangat tergantung pada tujuan atau sasaran yang hendak dicapai.
Melalui pembelajaran sejarah lokal siswa diajak mendekatkan diri pada situasi nyata dari lingkungan terdekatnya. Berikutnya membawa siswa secara langsung mengenal serta mengayati lingkungan masyarakat, di mana mereka adalah merupakan bagian dari padanya. Tidak salah bila dikatakan bahwa pembelajaran sejarah lokal mampu menerobos batas antara ”dunia sekolah” dengan ”dunia nyata” di luar sekolah. Dari pembelajaran sejarah lokal siswa akan mendapatkan banyak
(37)
contoh-commit to user
contoh dan pengalaman-pengalaman dari berbagai tingkat perkembangan lingkungan masyarakatnya, termasuk situasi masa kininya. Mereka juga akan lebih terdorong mengembangkan keterampilan-keterampilan khusus seperti perihal observasi, teknik bertanya atau melakukan wawancara, menyeleksi sumber, mencari fakta, dll. Selama ini yang nyaring terdengar adalah pelajaran sejarah membosankan, penuh hafalan fakta-fakta, sehingga tidak menarik. Di samping adanya anggapan yang menyebutkan bahwa melalui pembelajaran sejarah siswa dipaksa untuk mengungkapkan masa lalu. Padahal dengan belajar sejarah dapat diambil nilai-nilai kehidupan yang menuntun orang untuk menjalani kehidupan masa kini dan masa datang menjadi lebih baik. Kochar ( 2008:13 )
Meskipun pembelajaran sejarah lokal sangat mendukung usaha pengembangan kurikulum muatan lokal yang mengakrabkan siswa dengan lingkungan sekitarnya, sehingga juga tentunya akan mengakomodir kebutuhan daerah, namun keunggulan/ kelebihan tersebut di atas bukannya tanpa kendala yang sekaligus merupakan kelemahan-kelemahan dari pendekatan pengajaran ini. Beberapa hal yang perlu digaris bawahi antara lain pertama, adalah masalah sumber sejarah lokal itu sendiri berikut kemampuan siswa dalam memberikan penilainnya (analisis sumber). Kedua, adanya dilema antara memenuhi tuntutan kurikulum yang alokasi waktunya sangat ketat/terbatas dengan proses penelitian hingga penulisan dalam bentuk laporan yang tentunya membutuhkan waktu yang relatif lama. Seperti diketahui kegiatan mengembangkan pengajaran sejarah lokal lebih banyak dilakukan di lapangan (di luar sekolah). Berikutnya ketiga, apa yang sudah dicapai melalui
(38)
commit to user
pengajaran sejarah lokal sering tidak sinkron ketika siswa menghadapi ujian yang bersifat nasional, dan sederet kendala lainnya.
Menurut Kochar (2008:17) apa yang semestinya dilakukan oleh guru sebagai seorang yang memegang kendali selama proses belajar-mengajar di sekolah? Kemauan serta disiplin kerja yang tinggi dari guru termasuk juga siswanya itulah kuncinya, jadi memang akhirnya bersumber pada guru itu sendiri. Ada bentuk pengajaran yang dapat diterapkan dari yang paling mudah sampai paling sulit. Termudah, guru cukup mengambil contoh-contoh dari kejadian lokal untuk memberi penjelasan dari materi sejarah nasional yang sedang diajarkan. Cara yang lain dengan mengajak siswa keluar sekolah melakukan penelitian dengan mengamati secara langsung sumber-sumber sejarah serta mengumpulakn data sejarah (pergi ke museum, situs-situs sejarah, atau bahkan wawancara). Terakhir, berupa studi kasus yang perlu persiapan lebih lama dan bertahap (murid dilibatkan dalam memilih topik, membuat perencaan kegiatan, melaksanakan rencana tersebut sejak heuristik hingga tahap historiografi).
Dari ketiga bentuk pembelajaran sejarah lokal di sekolah, yang kedualah yang relatif mendekati sasaran yakni tidak banyak memakan waktu, tetapi mengajak/ melibatkan siswa melakukan penelitian di luar sekolah meski dengan hal yang sederhana. Adapun yang menjadi pilihannya proses disini lebih diutamakan daripada hasil, dan tentunya adalah dalam memotivasi siswa mengembangkan keterampilan-keterampilan tertentu yang diperlukan ketika melakukan studi lapangan, sehingga belajar sejarah tidak membosankan lagi.
(39)
commit to user
B. Penelitian yang Relevan
Pembelajaran khususnya pembelajaran sejarah lokal merupakan sebuah proses. Proses tersebut harus dilakukan secara bertahap atau langkah demi langkah yang berurutan. Jadi esensi dan substansi mendasar dalam pembelajaran sejarah lokal adalah guru sebagai fasilitator harus mampu mengembangkan ketrampilan sosial peserta didik secara maksimal untuk mempelajari sejarah sesuai dengan nilai guna sejarah lokal itu sendiri.
Adapun penelitian yang telah dilakukan terkait dengan pembelajaran sejarah lokal ini adalah tesis penelitian Syaiful Amin tahun 2010 tentang Pewarisan Nilai Sejarah Lokal Melalui Pembelajaran Sejarah Jalur Formal dan Informal Pada Siswa SMA di Kudus Kulon. Tesis: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, penelitianya menyimpulkan (1) Guru telah melakukan Pewarisan nilai dalam pembelajaran sejarah formal melalui pemanfaatan bangunan bersejarah dan folklore
yang ada disekitar sekolah, namun hasil yang didapat belum maksimal karena keterbatasan waktu belajar ; (2) Pewarisan nilai pada pembelajaran sejarah jalur informal terjadi melalui cerita rakyat (folklore) yang diceritakan dalam keluarga dan masyarakat saat acara ritual keagamaan (buka luhur); (3) Kesinambungan pembelajaran sejarah jalur formal dan informal dalam upaya pewarisan nilai terjadi karena adanya hubungan saling mengisi kelemahan dan saling menguatkan (interdependency) yang membuat upaya pewarisan nilai sejarah lokal jadi maksimal.
Penelitian tersebut menyadari akan arti penting sejarah lokal dalam pembelajaran sejarah, tetapi belum banyak kepedulian yang besar dari pihak terkait.
(40)
commit to user
Dalam hal ini pemerintah, departemen/institusi dan dunia pendidikan perlu untuk merancang sistem pembelajaran untuk mempertahankan nilai sejarah lokal itu sendiri.
Selanjutnya penelitian dari Suwarno dan Kartono ( FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto ) tahun 2008 yang berjudul Pengembangan Kemampuan Siswa Meneliti Sejarah Lokal Melalui Model Inquiri dengan Studi Kasus di SMA Negeri 5 Purwokerto, yang menyimpulkan bahwa dengan model inquiri cukup efektif dalam mengembangkan kemampuan siswa meneliti sejarah lokal dengan mengacu pada kosep belajar tuntas ( mastery learning).
Penelitian oleh Supardi (FIS Universitas Negeri Yogyakarta) tahun 2007 tentang Pendidikan Sejarah Lokal dalam Konteks Multikulturalisme yang menyimpulkan bahwa multikulturalisme lebih bermakna jika diterapkan pada pembelajaran sejarah lokal, dan implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) semakin memberikan ruang pada guru untuk memasukkan kajian sejarah lokal dalam mewujudkan perasaan dan kesadaran multikulturalisme.
C. Kerangka Berpikir
Sejarah Lokal sebagai suatu bentuk penulisan sejarah dalam lingkup yang terbatas, yang meliputi suatu lokalitas tertentu. Sejarah lokal adalah kisahmasa lampau dari kelompok masyarakat tertentu yang berada pada geografis terbatas. Sejarah lokal dikatakan sebagai suatu peristiwa yang hanya terjadi dalam lokasi yang kecil, baik pada desa atau kota-kotatertentu. Sejarah lokal adalah sejarah yang menyangkut sebuah desa/ beberapa desa, sebuah kota kecil/ sedang (pelabuhan besar/ ibu kota tidak termasuk).
(41)
commit to user
Sejarah sebagai disiplin ilmu yang didalamnya terdapat sejarah lokal hendaknya dipahami oleh guru dalam mengkaji suatu tema, topik, atau permasalahan agar tidak meninggalkan ciri khas dan tujuan dari belajar sejarah. Pembelajaran sejarah lokal tentunya selaras dengan konsep perencanaan, pelaksanaan serta penilaian yang mengacu kepada sistem pembelajaran dan tujuannya.
Pembelajaran sejarah lokal di setiap sekolah memiliki proporsi yang berbeda, tetapi esensinya sama. Mengenalkan anak didik dengan sejarah yang ada di sekitarnya. Proporsi pembelajaran sejarah lokal di sekolah bisa dikatakan dalam tiga pertemuan dimmana hanya menggunakan satu pertemuan untuk menyisipkan sejarah lokal dalam pelajarannya. Dari pembelajaran sejarah lokal siswa akan mendapatkan banyak contoh-contoh dan pengalaman-pengalaman dari berbagai tingkat perkembangan lingkungan masyarakatnya, termasuk situasi masa kininya. Mereka siswa juga akan lebih terdorong mengembangkan keterampilan-keterampilan khusus seperti perihal observasi, teknik bertanya atau melakukan wawancara, menyeleksi sumber, mencari fakta, dll.
Kerangka pikir yang telah diuraikan di atas dapat digambar dalam bentuk diagram alir sebagai berikut :
(42)
commit to user
Gambar 1. Kerangka Berpikir Pembelajaran
Sejarah Lokal
Guru Siswa
Penilaian KTSP
(43)
commit to user 27 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penentuan lokasi dalam penelitian ini adalah di Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem didasarkan atas pertimbangan sebagia berikut:
1. Banyak sejarah lokal di Yogyakarta yang menjadi saksi perjuangan bangsa yang mengandung nilai historis.
2. Masih banyak sejarah lokal yang ada di Yogyakarta yang belum dimaksimalakan sebagai materi belajar oleh guru pada umumnya dan bagi guru di Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem pada khususnya.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka peneliti memfokuskan penelitian Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem.
2. Waktu Penelitian
Penelitian direncanakan selama 6 bulan yang diawali dengan persiapan awal sampai penyusunan laporan akhir, dan waktu penelitian yakni pada semester ganjil tahun ajaran 2011/2012.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2010 sampai dengan November 2011, dengan jadwal penelitian ditunjukkan pada table 1.
(44)
commit to user Tabel 1. Jadwal Penelitian
No Jenis Kegiatan Bulan
1 Tahap Persiapan Penelitian
a. Pengajuan Judul
b. Penyusunan Proposal Penelitian
c. Perijinan
Juni 2011
Juli 2011
Agustus 2011
2 Tahap Pelaksanaan Penelitian
a. Observasi
b. Pengumpulan Data
c. Wawancara
d. Pengambilan Data
Agustus 2011
Oktober 2011
Oktober 2011
November 2011
3 Tahap Penyelesaian
a. Analisis Data
b. Penyusunan Laporan
Desember 2011
Desember 2011
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang membahas tentang kajian fenomenologis dan diungkapkan secara deskriptif analisis kritis, dan penelitian ini bersifat naturalistic yang memfokuskan pada pengumpulan
(45)
commit to user
infomasi tentang keadaan atau realita yang sedang berlangsung dengan menggambarkan sifat dari keadaan saat penelitian dilakukan, serta memeriksa dari suatu gejala tertentu secara alamiah (William dan lexy Moleong, 2004: 16-17).
Peneliti menggunakan cara pendekatan pola pikir dan analisis keterkaitan antar variabel pokok yang saling terkait dalam proses pembelajaran sejarah lokal sebagai satu cara menumbuhkan pemahaman pada siswa diSekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem. Tujuanya untuk mengetahui efektivitas pencapaian tujuan, hasil, atau dampak suatu kegiatan mengenai proses pelaksanaan yang telah direncanakan (Sutopo, 2006: 142).
Sedangkan strategi penelitiannya berupa studi kasus karena lokasi penelitiannya hanya pada satu sekolah yaitu Sekolah Menengah Atas ( SMA ) Muhammadiyah Pakem. Selain itu, karena permasalahan dan fokus penelitian sudah ditentukan dalam proposal sebelum peneliti terjun dan menggali permasalahan di lapangan, maka jenis strategi penelitian kasus ini secara lebih khusus bisa disebut sebagai studi kasus terpancang ( embedded case study research ) (Yin, 2008: 33).
C. Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Informan yaitu siswa, guru mata pelajaran sejarah dan seluruh elemen yang ada di Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem.
2. Tempat dan peristiwa pembelajaran sejarah lokal yaitu di dalam kelas dan di luar lingkungan kelas yaitu tempat studi lapangan sejarah lokal.
(46)
commit to user
3. Dokumen berupa kurikulum, silabus, dan RPP yang berada di Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Wawancara mendalam (indepth interview) yang dilakukan lebih menyerupai suatu bentuk dialog antara peneliti dan narasumber dilakukan dalam suasana santai. Agar wawancara mendalam lebih terarah maka dipersiapkan pedoman wawancara (interview guide) yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang garis- besar pemahaman sejarah lokal itu sendiri.
2. Mengkaji dokumen dan arsip (content analysis) tentang sejarah lokal yang akan dijadikan materi pembelajaran sejarah lokal dalam penelitian.
3. Observasi langsung yang bersifat partisipasi pasif dimana peneliti dapat mengamati narasumber khususnya guru dan siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem. Observasi ini dilakukan untuk mengamati berbagai situasi guru dan siswa saat proses pembelajaran sejarah. (Sutopo, 2006: 66-83).
E. Teknik Cuplikan ( sampling )
Dalam penelitian kuailitatif, teknik cuplikan yang digunakan adalah teknik cuplikan yang bersifat selektif dengan menggunakan pertimbangan berdasarkan konsep teoritis yang digunakan, keingintahuan pribadi peneliti, karakteristik empirisnya, dan
(47)
lain-commit to user
lain. Oleh karena itu cuplikan yang akan digunakan lebih bersifat purposive sampling, atau lebih tepat disebut sebagai cuplikan dengan criterion-based selection ( Goetz & LeCompte, 1984). Dalam hal ini peneliti memilih informan yang dipandang paling tahu, sehingga kemungkinan pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data ( Patton, 1980). Cuplikan semacam ini lebih cenderung sebagai internal sampling ( Bogdan & Biklen,1982) yang memberi kesempatan bahwa keputusan bisa diambil begitu peneliti mempunyai suatu pikiran umum yang muncul mengenai apa yang sedang dipelajari, dengan siapa akan bicara, kapan perlu melakukan observasi yang tepat (time sampling), dan juga berapa jumlah serta macam dokumen yang perlu ditelaah.
F. Validitas Data
Validitas data yang dikembangkan dalam penelitian adalah teknik trianggulasi sumber dan trianggulasi metode. Trianggulasi data (sumber) menjadi pilihan karena dapat memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda, sedangkan trianggulasi metode dilakukan untuk lebih memantapkan hasil pengumpulan data yang kemudian hasilnya ditarik simpulan data yang lebih kuat validitasnya. Jadi antara trianggulasi data (sumber) dengan trianggulasi metode nanti diharapkan ada kesesuaian dalam perumusan analisis hasil interpretasi dan wawancara (Sutopo, 2006: 91-96).
(48)
commit to user G. Teknik Analisis Data
Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif-kualitatif dengan tehnik analisis interaktif (Miles dan Huberman, 1984: 22-23). Adapun alasan penelitian kualitatif di atas dimaksudkan untuk lebih mementingkan proses pengumpulan data beragam dan disusun sebagai kekhususan untuk dikelompokkan bersama melalui proses pengumpulan data secara teliti serta saling berkaitan (bottom up grounded theory) (Sutopo, 2006: 41). Analisis ini dilakukan bersamaan dengan proses pelaksanaan di lapangan yang disusun secara lentur dan terbuka (Sutopo, 2006: 42)
Teknik analisis interaktif ini memiliki tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi yang digambarkan pada gambar di bawah ini :
Gambar 2. Model Analisis Interaktif (Sutopo, 2006: 120)
Selanjutnya analisis penelitian hanya bergerak di antara tiga komponen analisis tersebut. Penyajian data sebagai alur penting dari kegiatan analisis interaktif digunakan untuk melihat hasil data kuesioner sebagai langkah awal penelitian.
Pengumpulan Data
(1) Reduksi data
(3) Penarikan Simpulan/Verifikasi
(2) Sajian Data
(49)
commit to user
Sedangkan hasil observasi dan wawancara digunakan untuk menentukan proses analisis pemahaman pembelajaran secara sistematis dan objektif didukung proses analisis yang didapat dari sumber arsip dan dokumen yang didapat melalui metode kritik sumber intern dan ekstern. Analisis ketiga yang penting adalah menarik simpulan atau verifikasi. Peneliti memberi simpulan secara longgar, tetap terbuka dan skeptis. Model analisis ini memiliki kekuatan pada proses analisisnya yang dilakukan berulang- ulang, sehingga pada tahap ini diperoleh simpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian.
(50)
commit to user
34
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Latar
Pakem adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kecamatan Pakem berada di sebelah Utara dari Ibukota Kabupaten Sleman. Jarak Ibu Kota Kecamatan ke Pusat Pemerintahan (Ibukota) Kabupaten Sleman adalah 14 Km. Lokasi ibu kota kecamatan Pakem
berada di 77.66708„ LS dan 110.42011„ BT. Kecamatan Pakem mempunyai luas
wilayah 4.384,04 Ha. Alamat Kantor Kecamatan Pakem di Jl. Cangkringan No.3 Pakem, Sleman. Kecamatan Pakem dihuni oleh 8.926 KK. Jumlah keseluruhan penduduk Kecamatan Pakem adalah 32.561 0rang dengan jumlah penduduk laki-laki 15.847 orang dan penduduk perempuan 16.714 orang dengan kepadatan penduduk mencapai 1.551 jiwa/Km2. Sebagian besar penduduk Kecamatan Pakem adalah Petani (data monografi kecamatan pakem 2010).
Kecamatan Pakem berada di dataran tinggi. Ibu kota Kecamatan berada pada ketinggian 600 meter diatas permukaan laut. Kecamatan Pakem beriklim seperti layaknya daerah dataran tinggi di daerah tropis dengan cuaca sejuk sebagai ciri khasnya. Suhu tertinggi yang tercatat di Kecamatan Pakem adalah 32 °C dengan suhu terendah 18 °C. Bentangan wilayah di Kecamatan Pakem berupa tanah yang berombak, perbukitan serta pegunungan.
(51)
commit to user
memiliki obyek wisata Kaliurang membuat sektor perdagangan, jasa, hotel & restoran menyumbang 40 persen dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Pakem. Sektor ini masih memungkinkan untuk dikembangkan dengan mulai diperkenalkannya wisata alam jelajah merapi. Sektor lain yang menopang pertumbuhan ekonomi Kecamatan Pakem adalah sektor Pertanian yang menyumbang seperempat dari PDRB Kecamatan Pakem. Di samping itu juga terdapat Rumah Sakit Jiwa Pakem yang sekarang berganti nama menjadi Rumah Sakit Grhasia Yogyakarta. Oleh masyarakat Yogyakarta, terdapat anekdot "Sekolah di Pakem" untuk menyebut seseorang yang gila.
Selanjutnya di kawasan ini juga dibuat terkejut dengan adanya penemuan Candi Kimpulan (padahal lebih tepat Candi Kopatan) di Universitas Islam Indonesia (UII) menambah bukti bahwa kota Jogja pernah menjadi bagian dari kerajaan Mataram Kuno. Belum lagi diketahui bentuk utuh dan ukurannya, sejak ditemukan pada tanggal 11 Desember 2009 lalu, candi ini terus menjadi daya tarik wisatawan yang tengah berlibur di Jogja. Terutama bertepatan dengan momen liburan natal 2009 dan tahun baru 2010.
Berikut ini keunikan Candi Kimpulan yang dikutip dari KOMPAS Online: "Temuan ini mengejutkan para arkeolog karena Lingga-Yoni tak lazim
berada di candi perwara, biasanya hanya di candi induk. ”Terus terang
kami tercengang,” kata Budi Sancoyo, salah satu arkeolog Balai
Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta dalam eskavasi tersebut.
Lingga-Yoni berdimensi 56 cm x 56 cm x 56 cm yang ada di candi perwara berukuran 4 meter x 6 meter itu berdiri sejajar dengan dua buah lapik (batu sesembahan), arca nandi (sapi tunggangan Wisnu), dan sebuah
(52)
commit to user bangunan candi.
Sebelumnya, ditemukan pula Lingga-Yoni bersama arca Ganesha dalam
candi induk. ”Tampaknya banyak aspek pembangunan candi ini yang
berbeda dari pakem candi-candi pada umumnya,” kata Budi.
Sebelumnya, candi yang diduga berasal dari masa Mataram Kuno abad ke-9 atau ke-10 ini juga dinyatakan unik karena struktur bangunannya merupakan kombinasi batu dan kayu. Desain arca Ganesha juga memiliki desain berbeda dengan desain Ganesha di candi lain."
Selanjutnya di kawasan lereng gunung merapi ini juga terdapat desa-desa wisata yang bertajuk budaya dan memiliki ciri khas sejarah yang masih terpelihara dengan baik. Seperti hal nya desa Srowolan Purwobinangun Pakem ini yang dahulunya memiliki sejarah tentang tempat pertemuan pejuang-pejuang lokal yang menentang Belanda pada tahun 1948. Disekitar desa tersebut juga adanya pasar tradisional yang notabenenya adalah sektor sentral perekonomian pada waktu itu.
Dari gambaran di atas, kawasan yang terkenal dengan sebutan kawasan asri di bawah gunung merapi ini memiliki kelokalan yang perlu untuk digali dan dikembangkan serta diperkenalkan pada generasi selanjutnya guna pewarisan lokal dan menumbuhkan kesadaran sejarah lokal yang akhir-akhir ini mulai dipertanyakan. Salah satu wahana kesinambungan kelokalan tersebut adalah melalui pembelajaran di Sekolah. Dengan demikian Sekolah mempunyai andil besar dalam proses transfer of knowladge and value of local history pada generasi selanjutnya.
(53)
commit to user
Berdasarkan hasil observasi, dokumentasi dan wawancara diperoleh gambaran SMA Muhammadiyah Pakem. Piagam Pendirian Sekolah, sekolah ini berdiri tahun 1978-1979 dan mendapatkan piagamnya tahun 1988. Nomer Piagam Pendirian Perguruan Muhammadiyah yakni 4379/II.193/DIY-78/1988 dari PP Muhammadiyah Majlis Pendidikan dan Kebudayaan pada tanggal 23 Rabiul Akhir 1409 H atau tanggal 3 Desember 1988 M.
Awalnya tahun 1978-1979 masuk sore berlokasi di SPG Muhammadiyah Pakem yang sekarang sudah tutup dan gedung sekolahnya dipakai SD Muhammadiyah Pakem, di Tegalsari Pakembinangun. Mulai memiliki gedung sendiri tahun 1985 berlokasi di Pakemtegal, lokasi yang digunakan sampai sekarang. Bangunan yang dibuat mula-mula adalah Masjid Sekolah yang dananya diusahakan oleh kepala sekolah yang pertama, diperjuangkan dan diurus sampai ke Jakarta. Adapun visi dam misi SMA Muhammadiyah Pakem adalah sebagai berikut :
Visi :
Visi SMA Muhammadiyah Pakem adalah terwujudnya lulusan yang menguasai IPTEK dan IMTAK, berakhlak mulia, peduli terhadap keunggulan local, dan mampu berperan sosial di masyarakat.
Misi :
Misi SMA Muhammadiyah Pakem adalah :
(54)
commit to user
sekolah guna menyiapkan lulusan yang berkualitas
c. Meningkatkan penguasaan IPTEK pada siswa, guru, dan karyawan dengan memberdayakan fasilitas yang dimiliki.
d. Membekali pendidik berbasis keunggulan lokal ( PBKL ) bernuansa keparawisataan kepada siswa melalui pengintegrasian pada mata pelajaran terkait, muatan lokal, dan kegiatan pengembangan diri berupa kegiatan corp dakwah pelajar, olah raga dan rekreasi, seni musik Islami, tata busana, tata boga dan teknologi informasi dan komunikasi.
Struktur kurikulum SMA Muhammadiyah Pakem meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun dimulai dari kelas X sampai dengan kelas XII yang disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran. SMA Muhammadiyah Pakem terdapat pengorganisasian kelas-kelas yang dibagi dalam dua kelompok yakni pertama, kelas X merupakn program yang umum yang wajib diikuti oleh seluruh peserta didik, kedua kelas XI dan XII merupakan program penjurusan yang terdiri atas dua program yakni program Ilmu Pengetahuan Alam, dan program Ilmu Pengetahuan Sosial.
Suatu lembaga dalam hal ini lembaga pendidikan seperti sekolah harus mempunyai sistem organisasi dan penataan administrasi yang baik, agar lembaga tersebut dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan digariskan. begitu pula dengan SMA Muhammadiyah Pakem sebagai lembaga kependidikan, maka SMA
(55)
commit to user
SMA Muhammadiyah Pakem dapat digambarkan sebagai berikut: 1) Kepala Sekolah
Kepala Sekolah saat ini dijabat oleh Dra Siwi Indrawati . Kepala Sekolah di SMA Muhammadiyah Pakem ini merupakan puncak pimpinan yang bertanggung jawab atas kelancaran administrasi sekolah serta kebijakan kerja berdasarkan musyawarah dan mufakat bersama. Adapun tugas kepala sekolah adalah sebagai berikut:
a) Menyusun program kerja sekolah.
b) Menyusun rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah.
c) Mengevaluasi program tahunan, program semester, dan satuan pengajaran secara berkesinambungan.
d) Melaksanakan rapat atau diskusi mengenai permasalahan sekolah. e) Mengevaluasi administrasi ketatausahaan.
f) Mengatur pembagian tugas guru.
g) Mengatur pembagian tugas tata usaha atau karyawan (pegawai). h) Mengevaluasi pelaksanaan UAS/UAN.
i) Menetapkan kelulusan dalam UAS/UAN dan kenaikan kelas.
j) Menetapkan kebijakan untuk meningkatkan pendidikan terutama dalam proses belajar mengajar.
2) Wakil Kepala Sekolah
Wakil kepala sekolah di SMA Muhammadiyah Pakem terdapat 4 bidang, yaitu:
(56)
commit to user
menyusun kegiatan pelaksanaan Program Tahunan, menyusun jadwal pelajaran dan kalender pendidikan, menyusun pembagian tugas guru dan wali kelas, dan menyusun laporan pembagian tugas dan laporan pelaksanaan pelajaran secara berkala kepada Kepala Sekolah.
b) Wakil Kepala Sekolah bidang Sarana dan Prasarana yang mempunyai tugas diantaranya; menyusun program tahunan tentang kebutuhan sarana dan prasarana, menginventarisir perlengkapan setiap ruangan yang ada di sekolah, merencanakan rehabilitas dan penyempurnaan gedung, sarana dan prasarana, perlengkapan penunjang kegiatan proses belajar mengajar, dan mempersiapkan perlengkapan administrasi sekolah.
c) Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan yang mempunyai tugas diantaranya; menyusun program OSIS dan mengkoordinasikan kegiatanOSIS, memberikan pengarahan dan petunjuk serta pengendalian siswa dalam rangka berorganisasi, memberikan pengarahan dan petunjuk serta pengendalian siswa dalam rangka menegakkan tata tertib dan menyeleksi calon penerima bea siswa yang berprestasi, serta mengurus administrasi penerimaan siswa baru, data siswa dan mutasi siswa, serta mengidentifikasi kebutuhan dan pengelompokkan siswa. d) Wakil Kepala Sekolah Hubungan Kemasyarakatan (Humas) yang mempunyai
tugas diantaranya; mengadakan kerja sama dengan masyarakat, lingkungan sekolah, instansi lain, orang tua siswa dan BP3, dan mengkoordinasi silaturahmi, rapat orang tua siswa, guru dan karyawan.
(57)
commit to user
Staf Tata Usaha di SMA Muhammadiyah Pakem ini terdiri dari 5 orang, yang terdiri dari 1 orang kepala TU dan 4 anggota. Staf Tata Usaha bertugas untuk:
a) Membantu kepala sekolah dalam menyelesaikan administrasi yang diperlukan untuk aktivitas pembelajaran di sekolah.
b) Menyelesaikan adminitrasi-administrasi yang telah menjadi bagian tugasnya.
4) Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan Konseling menangani hal-hal sebagai berikut: a) Kenakalan remaja.
b) Kasus di luar sekolah (konflik keluarga). c) Pergaulan remaja (konflik sosial).
d) Karier (penjurusan / SPMB / PMDK). e) Hubungan pribadi.
f) Norma dan moral, dsb.
Dari sekian banyak permasalahan diatas, kasus yang sering muncul adalah mengenai pelanggaran tata tertib sekolah dan konflik sosial atau keluarga. Adapun sistem dan cara penyelesaian kasus di atas adalah dengan cara sebagai berikut; konseling, bimbingan kelompok, dan bimbingan pribadi.
Prosedur dari sistem dan cara penyelesaian kasus tersebut biasanya diselesaikan terlebih dahulu oleh wali kelas, panggilan dari BK dan konferensi
(58)
commit to user humas.
5) Tenaga pengajar
Tenaga pengajar yang bertugas di SMA Muhammadiyah Pakem berdasarkan statusnya dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a) Tenaga pengajar yang berstatus guru tetap dan pegawai swasta berjumlah 38 orang yang terdiri dari 37 orang lulusan S 1, 2 orang lulusan S 2
b) Karyawan tetap yang berjumlah 5 orang lulusan S1. 6) Wali Kelas dan Guru-guru bidang studi
Guru yang diberi tugas sebagai Wali Kelas, harus membimbing siswa dalam mewujudkan disiplin serta membangkitkan gairah belajar guna meningkatkan prestasi siswa. Adapun tugas dan kewajiban guru wali kelas di SMA Muhammadiyah Pakem sebagai berikut:
Umum
a) Mengenal keadaan kelasnya, mengetahui jumlah serta nama semua siswa di kelas yang menjadi tanggung jawabnya.
b) Memberikan stimulus kepada siswa untuk belajar sungguh-sungguh baik di dalam maupun di luar kelas.
c) Memantapkan siswa kelasnya dalam hal melaksanakan tata tertib, tata krama dan kebijakan-kebijakan sekolah. Menangani usulan-usulan dalam mengatasi hambatan yang menggangu kelancaran persekolahan baik individu maupun klasikal.
(59)
commit to user
dilaksanakan sekolah atau yang mengikutsertakan sekolah.
e) Membimbing siswa kelasnya dalam hal penyelenggaraan segala kegiatan, misalnya peran serta dalam pengajuan pengurus OSIS, memilih KM dan sebagainya.
f) Melakukan kunjungan rumah pada waktu yang diperlukan.
g) Mengisi dan membagikan buku raport, surat undangan, angket dan lin-lain yang harus disampaikan kepada siswa atau orang tua siswa.
h) Mengajukan saran secara lisan atau tertulis kepada kepala sekolah mengenai siswa kelasnya.
i) Merekap poin pelanggaran Tata Tertib Siswa. Khusus
a) Hadir pada pembinaan siswa di kelas binaannya masing-masing, setiap minggu ke 2 dan ke 4.
b) Membantu kelancaran pembayaran keuangan bulanan dan DSP pada kelas binaan.
c) Memantau kegiatan kebersihan kelas pada setiap hari Sabtu.
d) Bertanggung jawab terhadap kondisi keamanan dan ketertiban kelas binaannya.
Adapun tugas dari guru bidang studi adalah memberikan pengarahan dan pengajaran bagi para siswanya selain itu juga mereka bertugas untuk membuat soal ujian. Pengadaan kesejahteraan personal merupakan satu usaha untuk meningkatkan kesejahteraan di SMA Muhammadiyah Pakem. Pelayanan
(60)
commit to user
pembayaran berupa uang yang diberikan pada guru dan karyawan.
Secara umum setiap guru yang bertugas di SMA Muhammadiyah Pakem ini memperoleh fasilitas yang memadai, misalnya masing-masing guru disediakan meja dan kursi serta loker untuk penyimpanan arsip penting. Begitupun fasilitas yang diberikan kepada siswa cukup baik seperti bangku yang lengkap, alat tulis, kantin sekolah, mesjid, sarana olah raga dan kamar mandi. Selain itu siswa mendapatkan fasilitas laboratorium komputer. Dengan lingkungan dan sarana prasarana sekolah yang menunjang kependidikan, diharapkan siswa dapat dengan nyaman belajar di sekolah. Bagi karyawan yang bertugas sebagai Tata Usaha, disediakan sebuah ruangan khusus TU. Setiap petugas TU memperoleh meja kerja, satu buah komputer lengkap dengan printernya, selain itu juga disediakan beberapa buah mesin ketik.
Kelengkapan lingkungan dalam proses pembelajaran di SMA Muhammadiyah Pakem ini terdiri dari :
1. Lapangan Olahraga
Selain lapangan upacara bendera, di SMA Muhammadiyah Pakem ini terdapat beberapa lapangan olah raga diantaranya:
a. Lapangan Basket b. Lapangan Volli 2. Pelayanan Perpustakaan
Fasilitas yang disediakan oleh perpustakaan yaitu terdapat beberapa judul buku, diantaranya :
(61)
commit to user b. Fiksi, berupa ceritera sastra dan majalah.
c. Referensi, berupa kamus Bahasa Inggris dan Indonesia, Al-Qur‟an dan ensiklopedia.
Guru-guru SMA Muhammadiyah Pakem pada umumnya berasal dari wilayah Jogyakarta dan sekitarnya, namun pada tahun-tahun terakhir banyak guru-guru yang berasal dari luar daerah yang mengabdikan dirinya di sekolah tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk menambah wawasan dan mengembangkan SMA Muhammadiyah Pakem menjadi sekolah yang dipercaya untuk mendidik dan membimbing siswa-siswanya menjadi insan muslim yang beriman, berilmu, dan beramal. SMA Muhammadiyah Pakem telah berhasil meluluskan siswanya secara signifikan dan tidak sedikit pula mereka yang berhasil dalam pekerjaannya yakni suksesmenjadi sarjana, ABRI, PNS, guru, karyawan instansi pemerintah dan swasta. Mereka setidaknya telah berhasil mengemban amanah sekolah untuk mengamalkan disiplin ilmunya.
Untuk meningkatkan mutu, maka SMA Muhammadiyah Pakem terus berusaha menambah sarana dan prasarana pendidikan, antara lain menambah alat-alat laboratorium IPA, buku-buku perpustakaan, alat-alat keterampilan, komputer, dan lainlain. Dengan harapan agar setelah lulus siswa dapat mandiri dengan bekal yang telah diterimanya dimasa sekolah, apabila mereka tidak melanjutkan ke perguruan tinggi. Di samping itu, juga terus diupayakan peningkatan pelayanan administrasi. Langkah yang ditempuh seperti mengirimkan karyawan untuk
(1)
commit to user B.IMPLIKASI
Dari penelitian ini terlihat bahwa pelaksanaan pembelajaran sejarah di dalam kelas belum mantap, karena metode pembelajaran yang digunakan masih monoton, yaitu ceramah dan diskusi kelompok. Hal ini menunjukkan guru kurang memiliki ketrampilan dalam mempergunakan metode pembelajaran. Guru juga kurang mampu mengaktifkan peserta didik, karena meskipun metode yang digunakan adalah metode diskusi, tetapi pada kenyataannya hanya sebagian peserta didik yang aktif sementara yang lain tidak aktif. Semestinya guru tidak monoton dalam mempergunakan metode ceramah dan diskusi. Penggunaan metode pembelajaran yang lain perlu dipertimbangkan dengan melihat materi sejarah lokal yang diajarkan, alokasi waktu, dan karakteristik peserta didik. Metode diskusi yang dilakukan terus menerus selain akan membuat jenuh peserta didik juga akan menghabiskan waktu.
Pemahaman siswa tentang sejarah lokal di wilayah Pakem sudah dikenal dengan baik. Pemahaman ini berkaitan dengan pemahaman bahwa prosentase siswa yang ada di SMA Muhammadiyah Pakem secara keseluruhan berasal dari wilayah Pakem, akan tetapi pemahaman masih sebatas deskripsi sejarah lokal secara umum sedangkan pemahaman nilai-nilai yang terkandung pada sejarah lokal itun sendiri masih kurang.
(2)
commit to user C.SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut.
1. Kepada Guru sejarah
a. Dapat menyusun perangkat pembelajaran sejarah lokal sendiri sehingga sesuai dengan karakteristik peserta didik dan kondisi sekolah.
b. Dapat memilih dan memanfaatkan metode pembelajaran sejarah lokal yang tepat sesuai dengan jenis materi atau bahan ajar sejarah.
c. Dapat memilih media pembelajaran sejarah lokal yang sesuai dengan materi dan kondisi sekolah.
d. Lebih konsisten dalam melaksanakan pembelajaran sejarah lokal sesuai dengan silabus dan RPP yang sudah dibuat.
e. Memanfaatkan MGMP untuk menambah pengetahuan dan wawasan terutama untuk memperdalam materi perkembangan sejarah lokal
f. Mempertajam penilaian yang dilakukan sehingga mencakup aspek kognitif dan aspek afektif.
2. Kepada Peserta didik
a. Lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran sejarah lokal.
b. Membentuk dan melaksanakan belajar kelompok untuk meringankan beban dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru.
3. Kepada kepala sekolah
a. Mengaktifkan MGMP sejarah di sekolah untuk membantu guru sejarah memperdalam pengetahuan mereka terutama dalam materi sejarah lokal.
(3)
commit to user
b. Mengadakan monitoring pelaksanaan KTSP dalam proses pembelajaran sejarah lokal melalui supervisi di kelas.
c. Memberikan bimbingan dan motivasi kepada guru untuk menambah wawasan tentang KTSP melalui penataran dan sosialisasi tentang sejarah lokal.
(4)
commit to user 96
DAFTAR PUSTAKA
BSNP. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning
(CTL)). Jakarta: Depdiknas.
_________. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam Menunjang Kecakapan
Hidup Siswa. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.
_________. 2004. Kurikulum 2004. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sejarah SMA. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.
_________. 2006. a. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
di Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
_________. 2006. b. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model
Silabus. Jakarta: dirjen Dikdasmen
Bogdan, C.R & Biklen (1982). Qualitative research for education: An
introduction to theory and methods. Boston: Ally and Bacon Inc.
Doll. Ronald C. 1978. Curriculum Improvement Decision Making and Process. Boston: Allyn and Bacon.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Douch, R. (1970). “Local History”, dalam New Movement in the Study and
Teaching of History (M. Ballard ed.). London : Temple Smith.
FA Sucipto Jakarta : Panitia Buku Standard Sejarah Indonesia, 1973.
Goetz, J.P. & LeCompte, M.D. 1984. Ethnography and Qualitative Design in.
Educational Research. San Diego: Academic Press. Yogyakarta:Pustaka
Pelajar.
Haryati, M. 2007. Model dan teknikPeniliaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung Perkasa Press.
Hariyono (1995). Mempelajari Sejarah Secara Efektif. Jakarta: Pustaka Jaya
Hasan, Hamid S. 2007. „Kurikulum Pendidikan Sejarah Berbasis Kompetensi’.
Makalah. Disampaikan dalam Seminar Nasional Ikatan Himpunan Mahasiswa Sejarah Se-Indonesia (IKAHIMSI). Universitas Negeri Semarang, Semarang, 16 April 2007
Http://www1.kompas.com/read/xml/2010/01/05/07555289/perpustakaan.uii.berda mpingan.dengan.candi diunduh tanggal 5 september 2011
I Gede Widja . 1989. Sejarah Lokal Suatu Perspektif Dalam Pengajaran Sejarah. Jakarta: Depdikbud,Dirjen Dikti,Proyek PengembanganLemba Pendidikan Tenaga Kependidikan
Isjoni. 2007. Pembelajaran Sejarah Pada Satuan Pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta.
(5)
commit to user
Ismaun.1991. Karakteristik Ilmu Sejarah Dan Implikasinya. Pendidikan. Jurusan Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Padjadjaran. Bandung.
Joyce, B., Weil, M., Calhoun, E. (2000). Model of Teaching. London: Allyn and Bacon.
Jurusan Sejarah.2009. sejarah lokal ( http:www.//file.upi.edu/Direktori/FPIPS/). diunduh tanggal 12 mei 2011.
Kartodirdjo, A. Sartono. 1970. Beberapa Masalah Teori dan Metodologi Sedjarah Indonesia. Lembaran Sejarah, 23-35.
Kasijanto.Wasino.Didik Pradjoko.Purnawan Basundoro.Restu Gunawan ed. Taufiq Abdullah dan Susanto Zuhdi dalam Pedoman Penulisan Sejarah
Lokal. Jakarta.
Kochhar, S.K. 2008.Pembelajaran Sejarah: Teaching of History.Jakarta: Grasindo.
Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana
Madjied. sejarah sosial intelektual Islam di Indonesia, Ar-Ruzz Media, 2007 Meike Imbar. 1997.Kontribusi Minat Belajar dan Pembelajaran Sejarah terhadap
Sikap Melestarikan Benda Cagar Budaya pada Mahamahasiswa Jurusan
Sejarah Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tesis, tidak dipublikasikan.
Miles, M.B. & Huberman, A.M. (1984). Qualitative data analysis: An expanded
sourcebook. New York: SAGE Publications.
Mulyana, Agus & Gunawan, Restu (Eds). 2007. Sejarah Lokal: Penulisan dan
Pembelajaran di Sekolah. Bandung: Salamina Press.
Moh. Uzer Usman. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Moleong, Lexy J & William. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Munir. 2008.Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Penerbit Alfabeto.
N. Driyarkara. 1980. Tentang Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai.2007. Tehnologi Pengajaran.Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Nash, G. B., et al.. 1996. National Standards for History: Basic Edition. Los Angeles: National Center for History in the Schools.
Nursam, M. dkk (ed). 2008. Sejarah yang Memihak : Mengenang Sartono
Kartodirdjo. Yogyakarta : Ombak
Patton, M.Q. (1980). Utilization-focused evaluation. Beverly Hills: Sage Publications
(6)
commit to user
Rustam E. Tamburaka .1999. Pengantar Ilmu Sejarah Teori Filsafat Sejarah
Sejarah Filsafat dan Ipte. Jakarta: Rineka Cipta.
Slamet Suyanto. (2005). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidiikan Tenaga Kependidikan dan Ketegagaan Perguruan Tinggi.
Sugiyanto. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif dan R & D. Bandung: alfabeta. Supardi. 2007. Pendidikan Sejarah Lokal dalam Konteks Multikulturalisme. FIS
Universitas Negeri Yogyakarta
Surakhmad, Winarno. 1990. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar, Dasar dan Teknik Pengajaran. Bandung. Tarsito.
Sutopo,HB. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Penerapannya dalam Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Suwarno dan Kartono. 2008. Pengembangan Kemampuan Siswa Meneliti Sejarah
Lokal Melalui Model Inquiri dengan Studi Kasus di SMA Negeri 5
Purwokerto. FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Syaiful Amin. 2010. Pewarisan Nilai Sejarah Lokal Melalui Pembelajaran
Sejarah Jalur Formal dan Informal Pada Siswa SMA di Kudus Kulon.
Tesis:Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Syaodih Sukmadinata, Nana. 1997. Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Taufik. Abdullah, 2005. Sejarah Lokal di Indonesia. Yogyakarta: UGM Press Wasino.liku-liku hubungan sosial antara etnis Tionghoa dengan Jawa di Solo
tahun 1911-1998. Unnes Press, 2006 - 104 halaman
Winata Putera (1992), Model-model Pembelajaran, Jakarta: Depdikbud. Hlm. 86. Woolfolk & Nicolich. 1984. Educational Psychology for Teachers. Englewood.
Cliffs, New Jersey:Prentice-Hall.
Yin, Robert K. 2008. Studi Kasus : Desain dan Metode. Jakarta : Rajawali Pers. Zainul. A & Nasution. N .2004. Penilian Hasil Belajar. Jakarta: Dirjen Dikti