ANALISIS SENI GRAFFITI DI SURABAYA SEBAGAI MEDIA DAKWAH.

(1)

ABSTRAK

Ussisa Maghfiroh. NIM. B71210067 Analisis Seni Graffiti di Surabaya

sebagai Media Dakwah (Analisis Wacana). Skripsi Program Studi Komunikasi

dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Sunan ampel surabaya.

Kata Kunci: Graffiti, bentuk Graffiti Surabaya, Teks Pesan Dakwah, Analisis Wacana

Fokus Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah bagaimana isi atau pesan dakwah yang terkandung dalam Graffitii tersebut. Adapun tujuan penelitian ini digunakan untuk mengetahui bagaimana Teks atau isi daripada Graffiti dengan menggunakan Analisis wacana.

Untuk mengidentifikasi persoalan tersebut secara mendalam dan menyeluruh peneliti menggunakan teknik pengumpulan data wawancara, observasi dan dokumentasi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif teks media dengan metode analisis wacana model Teun A. Van Dijk untuk menganalisis teks pesan dakwah yang di tulis dalam bentuk Graffiti. Dimana perangkat wacana Van Dijk melihat sebuah teks wacana terdiri dari enam elemen. yakni struktur tematik, skematik, semantik, sintaksis, stilistik, dan retorisnya.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa yang di analisis oleh peneliti dalam bentuk Graffiti dengan menggunakan Elemen Analisis wacana Van Dijk, yaitu membahas tentang 1. Perintah mendidik anak dengan baik dan benar (tech

chlidern well), 2. Larangan menyakiti sesama muslim (Happi IED Adha “stop killing my brother”), 3. Perintah menjaga dan melestarikan bumi dari kerusakan alam (esok hari untuk bumi “green and clean save us!!”), 4. Larangan mengambil harta orang lain yang bukan haknya (naik haji jangan dikorupsi). Dari sekian sample yang telah dijelaskan oleh peneliti, semuanya mengandung pesan moral atau pesan dakwah yang tersimpan dalam beberapa Graffiti di Kota Surabaya. Penelitian ini, selain menggunakan analisis wacana juga melalui perspektif Islam yang disertai dalil maupun hadist bersangkutan, guna memperkuat isi atau pesan dakwah yang disampaikan oleh komunitas Graffiti Surabaya.

Berdasarkan fokus masalah dan kesimpulan tersebut, penelitian ini belum menjawab persepsi masyarakat terhadap “Analisis Seni Graffiti di Surabaya sebagai Media Dakwah.” kiranya tema ini dapat dijadikan permasalahan pada penelitian berikutnya dengan tujuan agar terpenuhi semua yang menjadikan tanda tanya besar dalam penelitian ini.


(2)

Analysis of Graffiti Art in Surabaya as Media Da'wah ( Discourse Analysis ) . Thesis Program Communication Studies Faculty of Da'wa and the Islamic Broadcasting and Communication Studies UIN Sunan Ampel Surabaya.

Keywords : Graffiti , Graffiti shape Surabaya , Text Messages dakwah , Discourse Analysis

Focus Issues examined in this paper is how the content or dakwah messages contained in the Graffiti? . The purpose of this research is used to determine how the text or the content of Graffiti using discourse analysis .

To identify these issues in depth and thorough researchers used data collection techniques of interview, observation and documentation . In this study, researchers used a qualitative research approach with the media text discourse analysis method of Teun A. Van Dijk models to analyze the dakwah message text is written in the form of graffiti. Where the discourse Van Dijk saw a text discourse consists of six elements. the thematic structure , schematic , semantic , syntactic , stylistic and rhetorical .

The study concluded that in the analysis by the researchers in the form of Graffiti using Element Analysis of discourse Van Dijk , which discusses 1. Commands educating children properly ( tech chlidern well ) , 2. Prohibition harm fellow Muslims ( IED Happi Adha "stop killing my brother " ) , 3. commands to maintain and preserve the earth from destruction of nature ( earth tomorrow 's " green and clean save us !! " ) , 4. Prohibition take someone else's property that is not right ( hajj should not be corrupted ) . Of the samples that have been described by researchers , all of which contain a moral or dakwah messages stored in multiple Graffiti in the Surabaya city. This study, in addition to using discourse analysis is also an Islamic perspective that accompanied the proposition and the hadith in question , in order to strengthen the content or dakwah messages delivered by community Graffiti Surabaya .

Based on the focus of the problem and the conclusion , this study has not answered the public perception of " Analysis of Graffiti Art in Surabaya as Media Propagation . " Presumably this theme can be problems in subsequent studies with the aim that fulfilled all that makes a big question mark in this study .


(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN ... I PENGESAHAN PEMBIMBING ...II PERN YATAAN PERTANGGUNGJAWABAN ... III PENGESAHAN TIM PENGUJI... IV MOTTO... V ABSTRAK ... VI KATA PENGAN TAR ... VII TABEL GAMBAR ... IX DAFTAR ISI . ... X

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Konseptual ... 7

F. Sistematika Pembahasan ... 9

BAB II GRAFFITI : Seni Jalanan sebagai media dalam berdakwah .... 12

A. Pesan dan Media Dakwah dalam Seni Graffiti ... 12

1. Pengertian Dakwah ... 12

2. Metode Dakwah ... 13

3. Media Dakwah ... 17

4. Dakwah melalui Media Graffiti ... 20

B. Seni Graffiti ... 21

1. Pengertian Graffiti ... 21

2. Sejarah Graffiti ... 22

3. Jenis-jenis Graffiti ... 28


(4)

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 31

B. Obyek Penelitian ... 33

1. Jenis dan sumber data ... 33

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

1. Lokasi ... 34

2. Waktu Penelitian ... 35

3. Pemilihan Subyek Penelitian ... 35

D. Tahapan Penelitian ... 35

1. Tahap Pra Lapangan ... 35

2. Tahap Lapangan ... 36

3. Tahap Analisa Data ... 37

4. Tahap Penulisan Laporan ... 37

E. Tehnik Pengumpulan Data ... 37

F. Tehnik Analisis Data ... 39

1. Wacana Tuen A Van Dijk ... 42

a. Teks ... 42

b. Kognisi Sosial... 43

c. Konteks ... 44

2. Elemen-Elemen Analisis Wacana Van Dijk ... 46

a. Tematik ... 47

b. Skematik ... 48

c. Semantik ... 49

d. Sintaksis ... 51

e. Stilistik ... 53

f. Retoris ... 53

G. Teknik Keabsaan Data... 55

BAB IV PEN YAJIAN DAN TEMUAN PEN ELITIAN ... 56


(5)

1. Graffiti di Surabaya ... 56

a. Ketintang Surabaya ... 57

b. Margorejo Surabaya ... 58

c. Ngagel Surabaya ... 58

d. Wiyung Surabaya ... 59

2. Biografi singkat seniman Graffiti ... 60

3. Bentuk dan Teks Pesan Dakwah dalam Gambar Graffiti ... 61

B. Analisis Data ... 73

1. Tematik Pesan Dakwah dalam Gambar Graffiti ... 73

2. Skematik Pesan Dakwah dalam Gambar Graffiti ... 75

C. Relasi Temuan dengan Teori ... 80

BAB V PENUTUP ... 84

A. Kesimpulan ... 84

B. Rekomendasi ... 85 DAFTAR PUSTAKA


(6)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bagi seorang muslim, dakwah merupakan kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Kewajiban dakwah merupakan suatu yang tidak mungkin dihindarkan dari kehidupannya, bersama dengan pengakuan dirinya sebagai seorang yang mengidentifikasi diri sebagai seorang penganut Islam. Sehingga orang yang mengaku diri sebagai seorang muslim, maka secara otomatis pula dia itu menjadi seorang juru dakwah.1

Dakwah merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan seorang muslim,bahkan tidak berlebihan apabila kita katakan bahwa tidak sempurna seseorang itu muslim, apabila dia menghindari tanggung jawabnya sebagai seorang juru dakwah.

Dakwah selama ini masih sering dipahami sebagai bentuk ceramah atau khutbah yang cenderung mengedepankan komunikasi verbal semata. Kondisi ini mengakibatkan bentuk dakwah menjadi kurang variatif, baik dari segi isi maupun cara. Perkembangan masyarakat dalam menerima informasi menuntut adanya perubahan—baik isi maupun cara—dalam berdakwah sehingga diharapkan masyarakat lebih tertarik untuk menerima pesan dakwah tersebut. Lebih dari itu, kesalahpahaman dan kekeliruan memahami makna dakwah tentu saja akan mengakibatkan kesalahan langkah dalam

1


(7)

2

operasional dakwah sehingga dakwah yang dilakukan menjadi tidak simpatik dan tidak membawa perubahan apa-apa.2

Fenomena aktivitas dakwah kini tidak hanya dapat dijumpai di tempat-tempat seperti: Masjid, Pesantren, dan Majlis Taklim, tetapi banyak pula dijumpai di rumah sakit, perusahaan, Hotel, Radio, Televisi bahkan Internet.3 Meskipun banyak fenomena dakwah, namun langkah tersebut tidak membawa perubahan yang diharapkan. Masih banyaknya tindak kekerasan, kerusuhan sosial, pornoaksi, pornografi, dan korupsi mengindikasikan masih ada pesan dakwah yang belum terealisasikan secara maksimal. Hal ini menuntut adanya cara-cara baru dalam membuat media dakwah. Selain berdakwah dengan cara verbal [baca: ceramah], kini banyak media yang dapat dijadikan sebagai langkah alternatif dalam berdakwah. Salah satunya Seni Graffiti.

Menuangkan pesan ke dalam bentuk visual sering menjadi pilihan karena bentuk visual memiliki beberapa kelebihan, seperti bisa dinikmati lebih lama, pesan yang disampaikan dapat dipahami dengan lebih jelas, dan dapat terdokumentasikan dengan baik. Sementara di sisi lain, komunikasi visual juga bisa menjadi representasi sosial budaya suatu masyarakat yang dijalankan dan menjadi kebiasaan yang berlangsung lama dalam masyarakat itu. Di sini masyarakat dalam suatu cara tertentu memilih untuk

2

Said Bin Ali Al-Qahthani, Dak wah Islam Dak wah Bijak (Jakarta: Gema Insani Press, 1994), hal. 14

3

Asep Muhyidin dan Agus Ahmad Safei, Metode Pengembangan Dak wah (Bandung: Pustaka


(8)

3

berkomunikasi visual yang justru menunjukkan kelebihannya dibandingkan dengan budaya lainnya, termasuk lewat kemunculan budaya komunikasi visual dalam karya seni rupa jalanan atau street art.

Graffiti, sebagai salah satu bentuk street art, mengandung pesan

tertentu yang ingin disampaikan oleh para pembuatnya. Pesan bisa muncul secara tersembunyi atau eksplisit. Munculnya seni visual di ruang public atau yang biasa dipanggil Mural, Art Graffiti, Street Art, atau Street logos banyak mengundang sisi buruk yang dianggap sebagai pengganggu ketertiban Kota. Tidak dapat dipungkiri bahwa munculnya aksi coret-coret ini sekilas akan berkaitan dengan adanya geng jalanan, anak muda Kota, dan bahasa anak-anak malam jalanan kota.

Meskipun banyak Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum melukis maupun membuat patung menurut Islam, hal ini tak menggoyahkan hati anak Street Art, jalanan, bahkan sampai seorang seniman pun terus melakukan aksi kreativitasnya dalam hal seni lukis yang notabenya dari sebuah hoby.

Dari beberapa dalil serta argumentasi dari para ulama‟ yang mengatakan bahwa :

 gambar dan patung yang dijadikan hiasan hukumnya haram. Adapun yang tidak dijadikan hiasan, yakni yang diinjak, diduduki atau disandari hukumnya tidak haram. Kelompok ini berhujjah dengan hadis-hadis sebagai berikut:


(9)

4

ُةَشِئاَع ْتَلاَق

:

ملسو يلع ها ىلص ِِلا َناَكَف ٍةَوْهَس ََِا ٌدوُدََْ ُرْ يِواَصَت ِْيِف ٌبْوَ ث ِِ َناَك

َِّع ِْيِرِخَا : َلاَقَ ف ِْيَلِا ىِلَصُي

.

ملسم اور . َدِئاَسَو ُُتْلَعَجَف ُُتْرخَأَف

.

Artinya: Aisyah berkata, “Saya mempunyai kain bergambar yang tersangkut di satu rak, padahal Nabi saw, salat menghadapnya. Maka Nabi bersabda, ‘Jauhkanlah ia dari hadapanku’. Lalu saya

menjauhkannya dan saya jadikan beberapa bantal. H.r. Muslim

Hal ini sudah jelas bagaimana hukum seni lukis dalam syariat Islam. Akan tetapi, Daya kritis dalam Graffiti menunjukkan seni memang tak bisa dipisahkan dengan realitas kehidupan sosial di masyarakat. Seni juga tidak bisa berdiam jika ada ketimpangan dalam kehidupan. Dengan bahasa dan style yang berkarakter, seni mampu berbicara dengan bahasa sendiri. Para seniman akan terus berekspresi meskipun wahana atau wadah mereka banyak yang hilang akibat ditelan perubahan zaman. Tembok jalanan menjadi tempat atau medium alternatif bagi seniman guna mengekspresikan segala hal yang mereka rasa dan pikirkan. Selain itu, cara ini juga dapat digunakan sebagai wujud pemenuhan kebutuhan akan eksistensi diri maupun komunitas. Demi sebuah eksistensi dan mempertahankan identitas agar tetap diakui, kelompok seniman street art tak kehabisan akal guna menuangkan uneg-uneg, mereka berkreasi bukan lagi di atas kanvas namun di tembok-tembok jalan.

Kemunculan komunitas Graffiti sendiri sesungguhnya merupakan salah satu bentuk subkultur anak muda di tengah masyarakat. Apa yang

membuat subkultur anak muda sangat “terlihat” adalah adanya sifat khas dan


(10)

5

gemar pamer, dan tentu saja, berbeda. Beberapa cara yang dilakukan anak muda untuk mengkomunikasikan eksistensi dirinya muncul salah satunya lewat kebiasaan yang melanggar aturan atau norma. Dalam hal ini, Graffiti yang kerap muncul dianggap sebagai salah satu masalah yang ditimbulkan anak muda ketika mereka tidak berhasil mendapatkan akses komunikasi yang diharapkan. Praktik Graffiti kerap dijuluki sebagai vandalisme karena bentuknya yang dianggap merusak, mengotori, dan memperkumuh tembok kota. Karena itu, kerap muncul undang-undang yang melarang keberadaan

Graffiti di tengah masyarakat.

Meskipun dianggap sebagai komunitas street art jalanan yang sering mengundang kontroversi, kini keberadaan mereka dalam berkreativitas melalui Graffiti sebagai bentuk ungkapan dengan media jalanan masih ada di berbagai kota. Tidak hanya berupa ungkapan mewakili masyarakat, tapi sampai melebarkan sayap untuk berdakwah pun mereka tuangkan dalam bentuk Graffiti. Hal ini juga terjadi di kota Surabaya. Seperti gambar atau pamphlet pada umumnya, kini dakwah pun bisa d sajikan berupa gambar atau tulisan di tembok jalanan, khususnya Graffiti. Seperti “ jangan membuang sampah sembarangan”. Dengan tulisan yang berbentuk Graffiti sesuai ukuran font yang diinginkan serta warna-warna yang memikat dengan corak yang kontras dengan variasinya membuat khalayak umum semakin terpanah melihatnya. Bahasa yang cukup di pahami oleh masyarakat ini pun, turut serta membuat para pejalan kaki atau pengendara motor yang melewati daerah sekitar paham akan arti tersebut, apalagi untuk merealisasikannya.


(11)

6

Secara tidak langsung sudah banyak orang tahu, bahwasanya membuang sampah pada tempatnya sedikit banyak membantu kebersihan di kota-kota atau perkampungan sekitar.

“Kebersihan adalah sebagian dari (cabang) keimanan”, ini adalah

hadist muslim yang menurut ath-Thaibi yang dikehendaki dengan keimanan

dalam hadist ini adalah „cabang keimanan‟. Dari cabang iman yang begitu

banyak, bersuci adalah salah satunya. Di sisi lain Graffiti juga merupakan salah satu cara berdakwah dalam jangka panjang selama tembok itu berdiri atau penghapusan Graffiti dari tembok jalanan, dengan istilah cepat meresap secara berulang-ulang ketika melewati daerah yang bertuliskan seperti itu

serta membuat masyarakat berfikir “sudahkah saya melakukan hal tersebut?”.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari uraian di atas dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah bentuk Graffiti sebagai media Dakwah di Surabaya? 2. Bagaimanakah isi Graffiti sebagai media Dakwah di Surabaya ?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui bagaimana bentuk-bentuk Graffiti sebagai media Dakwah di Surabaya.

2. Untuk mengetahui pesan yang disampaikan dalam bentuk Graffiti di Surabaya.


(12)

7

D. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat dari penelitian ini secara teori diharapkan dapat memberikan wawasan :

a. Secara teori dapat mengetahui perkembangan dakwah melalui media jalanan (baca;Graffiti).

b. Bagi peneliti, dari penelitian ini dapat memberikan tambahan keilmuan baru tentang dakwah islam.

c. Secara praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu informasi dalam pembuatan pesan dakwah melalui media Graffiti.

2. Dapat membantu masyarakat memperoleh informasi atau wawasan tentang dakwah dari media Graffiti.

3. Sebagai salah satu panduan praktis bagi mahasiswa maupun instansi umum dalam mengembangkan dan meningkatkan dakwah melalui Seni.

4. Untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar strata satu (S1) pada fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

E. DEFINISI KONSEP

Untuk memperoleh pemahaman mengenai penelitian ini, maka penulis perlu menjelaskan definisi pokok dan teori-teori yang dikembangkan sesuai dengan judul, untuk menghindari salah pemahaman


(13)

8

makna dan kata dalam penelitian ini. Maka, peneliti uraikan sebagai berikut :

1. Seni Graffiti

Seni menurut Ensiklopedia yaitu penjelasan rasa indah yang terkandung dalam jiwa manusia. Dilahirkan dengan perantaraan alat komunikasi ke dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indra pendengar(seni suara), penglihatan(seni lukis), atau dilahirkan dengan perantaraan gerak(seni tari, drama).4

Graffiti merupakan expresi dari seniman yang membuatnya di

media tembok beton atau media dinding kayu yang dapat dilukis dalam bentuk huruf atau gambar. Mempunyai makna tertentu sebagai curahan hati yang membuatnya dituangkan dalam bentuk tulisan dan gambar sedemikian rupa.5

Seni Graffiti merupakan Kreatifitas seseorang untuk mengexpresikan pikiran atau fenomena-fenomena yang ada dalam bentuk lukisan yang terdapat di dinding kayu maupun tembok jalanan serta alat yang digunakan biasanya cat semprot kaleng atau pilok.

2. Media Dakwah

4

Ensik lopedia Indonesia PT. Ikhtiar baru-van hoeve, Jakarta. Jilid v, hal. 3080

5

Nova Suardika, Seni Graffiti, (http://novasuardika.blogspot.com/p/blogpage.html, (diakses 20 Maret2014)


(14)

9

Media adalah Alat atau sarana yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator.

Dakwah merupakan ajakan umat manusia dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya.6

Sedangkan Media Dakwah adalah Media atau pesan instrument yang digunakan sebagai alat untuk mempermudah sampainya pesan

dakwah kepada mad‟u. Media ini bisa dimanfaatkan oleh da‟I untuk

menyampaikan dakwahnya baik yang dalam bentuk lisan dan tulisan.

Di antara media dakwah yang masih banyak digunakan oleh para da‟I

saat ini adalah: TV, Radio, Surat Kabar, Majalah, Buku, Internet, handphone, bulletin.7

F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Sistematika pembahasan merupakan urutan sekaligus kerangka berpikir dalam penulisan skripsi, untuk lebih mudah memahami penulisan skripsi ini, maka disusunlah sistematika pembahasan, antara lain:

Bab I adalah pendahuluan, Bab ini merupakan deskripsi yang menjelaskan tentang objek yang diteliti, menjawab pertanyaan what, kegunaan penelitian serta alasan penelitian dilakukan. Oleh karena itu, maka bab ini berisikan tentang gambaran umum penelitian yang meliputi konteks

6

Asmuni Syukir, dasar-dasar strategi dak wah islam, (Jakarta : Kencana Perdana Media Group, 2009),hal.17

7

Asmuni Syukir, dasar-dasar strategi dak wah islam, (Jakarta : Kencana Perdana Media Group, 2009),hal. 9


(15)

10

penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab II adalah kerangka teori, Graffiti: Seni Jalanan yang dianggap Menyimpang, padahal dalam dunia seni, tak hanya menghasilkan uang dengan bentuk-bentuk estetika karya yang diciptakannya, akan tetapi dapat juga sebagai media dakwah menuju perubahan yang lebih positif lagi. Tentunya dalam berdakwah dalam Graffiti. dalam bab II yang sejatinya berisi kajian teori ini, peneliti memberikan gambaran tentang definisi konsep yang berkaitan dengan judul penelitian, definisi konsep penelitian ini adalah

Graffiti sebagai Media dalam berdakwah. Disamping itu juga harus

memperhatikan relevansi teori yang akan di gunakan dalam menganalisis masalah yang akan di pergunakan, teori yang digunakan untuk menganalisis adalah teori wacana yang merujuk terhadap isi pesan mapun bentuk dalam Seni Graffiti.

Bab III adalah metode penelitian, pada bab ini berisi penyajian data, peneliti memberikan gambaran tentang data-data yang diperoleh, baik data primer maupun data skunder. Penyajian data dibuat secara tertulis dan dapat juga disertakan gambar, tabel atau bagian yang mendukung data. Adapun berisikan jenis dan sumber data, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, teknik validitas data.

Bab IV adalah berisi tentang penelitian lapangan yang sudah dilakukan oleh peneliti terkait isi atau pesan dakwah dari Graffiti tersebut ketika dikaitkan dengan teori analisis yang diambil.


(16)

11

Bab V adalah Penutup, dalam bab ini, kesimpulan dari hasil penelitian menjadi elemen penting bab penutup. Disamping itu, adanya saran dan rekomendasi dari hasil penelitian ada pada bab penutup ini. Penelitian ini

disarankan dan direkomendasikan kepada masyarakat atau Mad‟u, para

pelaku Graffiti, serta pemerintahan kota Surabaya khususnya yang bergerak di bidang ketertiban kota.


(17)

12

BAB II

GRAFFITI: SENI JALANAN SEBAGAI MEDIA DALAM BERDAKWAH

A. Pesan dan Media Dakwah dalam Graffiti 1. Pengertian Dakwah

Dakwah menurut etimologi adalah terambil dari ةوعد – اوعدي –اعد (da’a - yad’u - da'watan) yang secara bahasa memiliki kesamaan makna

dengan kata al nida‟ yang berarti menyeru atau memanggil. Ibn Manzur,

pakar al-Qur‟an kenamaan al-Asfihany, menyebutkan adanya kesamaan kata al-du‟a dengan al-nida‟ yang berarti memanggil namun dengan argument yang berbeda. Kesimpulan ini, oleh al-Asfihany didasarkan atas firman Allah SWT dalam Al-Qur‟an Surat An-Nur Ayat 63 :

































































Artinya : Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). Sesungguhnya Allah Telah mengetahui orang-orang yang berangsur- angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan

ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.1

Islam disebut sebagai agama dakwah (din al-da‟wah), karena ia mengajak orang agar mengikuti seruannya.2 Sebagaimana dijelaskan juga didalam al-Qur‟an surat al-Imran ayat 104.

1

Depag RI, al Quran dan terjemahan, (Bandung: CV. Jumanatul „Ali-Art, 2005), 2

Dr . A. Ilyas Ismail, M. A. & Prio Hotman, M. A, Filsafat Dak wah: rek ayasa membangun Agama dan Perubahan Islam, (Jakarta: Kencana, 2011), hal.27


(18)

13













































Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang

menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah

dari yang munkar. merekalah orang-orang yang beruntung.”3

Adapun bebarapa pengertian Dakwah menurut para tokoh sebagai berikut :

1. Syekh Ali Mahfudz, 1952

Dakwah : mendorong (memotivasi) manusia untuk melakukan kebaikan

dan mengikuti petunjuk, memerintahkan mereka berbuat ma‟ruf dan

mencegahnya dari perbuatan munkar agar mereka memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.

2. Prof. A. Hasjmy, 1974

Dakwah : mengajak orang untuk meyakini dan mengamalkan akidah

dan syari‟ah Islamiyah yang terlebih dahulu telah diyakini dan

diamalkan oleh pendakwah sendiri. 3. Drs. H.M. Arifin, M. Ed. 1977

Dakwah : sebagai suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku, dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun secara kelompok agar supaya timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan, serta pengalaman terhadap

3


(19)

14

ajakan agama sebagai massage yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur paksaan.

Jadi pada hakikatnya dakwah adalah segala daya upaya untuk menyebarluaskan Islam kepada orang lain dalam segala lapangan kehidupan manusia untuk mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia ataupun di akhirat kelak.

2. Metode Dakwah

Metode yang diajarkan dan dilakukan oleh Rasulullah SAW adalah dengan menggunakan hikmah dan pelajarann yang baik. Hikmah adalah perkataan yang tepat, tugas, dan benar, yang dapat membedakan antara yang haq dan yang bathil. Aspek tepat dalam hal ini berkaitan dengan penggunaan kabar gembira (basyiron) dan kubar peringatan (nadziroh). Yang dimaksud dengan pelajaran yang baik dalam dakwah adalah berdakwah dengan seluruh kepribaian.

Ada beberapa metode dakwah yang dipakai secara umum oleh

para da‟I, diantaranya :

1. Metode Ceramah (Rhetorika Dakwah)

Ceramah adalah suatu tehnik atau metode dakwah yang banyak

diwarnai oleh ciri karakteristik bicara oleh seseorang da‟I atau

mubaligh pada suatu aktivitas dakwah, ceramah dapat pula bersifat propaganda, kampanye, berpidato, khutbah, sambutan, mengajar dan sebagainya.


(20)

15

Metode ceramah sebagai salah satu metode atau tehnik

berdakwah tidak jarang digunakan oleh para da‟I atau pun para utusan Allah dalam usaha menyampaikan risalahnya.

2. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah penyampaian materi dakwah dengan cara mendorong sasarannya (obyek dakwah) untuk menyatakan

sesuatu masalah yang dirasa belum dimengerti dan mubaligh atau da‟I

sebagai penjawabnya. Metode ini dimaksudkan untuk melayani masyarakat sesuai kebutuhannya. Sebab dengan bertanya berarti orang ingin mengerti dan dapat mengamalkannya.

Metode tanya jawab ini bukan saja cocok pada ruang tanya-jawab, baik di radio maupun media surat kabar dan majalah, akan tetapi cocok pula untuk mengimbangi dan memberi selingan ceramah. Metode ini sering dilakukan Rasulullah S.A.W dengan Jibril AS, demikian juga dengan para sahabat di saat tak dimengerti tentang sesuatu dalam agama (sahabat bertanya kepada Rasulullah).

3. Debat (Mujadalah)

Mujadalah selain sebagai dasanama (sinonim) dari istilah dakwah, dapat juga sebagai salah satu metode dakwah. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat An Nahl ayat 125.


(21)

16































































Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui

orang-orang yang mendapat petunjuk.4

berdasarkan firman Allah, berdebat patut dijadikan sebagai metode dakwah. Namun perlu diketahui bahwa debat yang dimaksud di sini adalah debat yang baik, adu argument dan tidaka tegang sampai pada pertengkaran.

Debat sebagai metode dakwah pada dasarnya mencari kemenangan, dalam arti menunjukkan kebenaran dan kehebatan Islam. Dengan kata lain debat adalah mempertahankan pendapat dan ideologinya agar pendapat dan idiologinya itu diakui kebenarannya dan kehebatannya oleh musuh (orang lain). Berdebat efektif dilakukan sebagai metode dakwah hanya pada orang-orang (objek dakwah) yang membantah akan kebenaran Islam.

4. Percakapan Antar Pribadi

Percakapan pribadi atau individual conference adalah percakapan bebas antara seseorang da‟i atau mubaligh dengan individu-individu sebagai sasaran dakwahnya. Percakapan pribadi

4


(22)

17

bertujuan untuk menggunakan kesempatan yang baik di dalam percakapan atau mengobrol untuk aktivitas dakwah.

5. Metode Demonstrasi

Berdakwah dengan cara memperlihatkan suatu contoh baik berupa benda, peristiwa, perbuatannya dan sebagainya dapat dinamakan

bahwa seorang da‟i yang bersangkutan menggunakan metode demonstrasi. Artinya suatu metode dakwah di mana seorang da‟i memperlihatkan sesuatu atau mementaskan sesuatu terhadap sasarannya dalam rangka mencapai tujuan dakwah yang ia inginkan.5

3. Media Dakwah

Kata media berasal dari bahasa latin, median, yang merupakan bentuk jamak dari medium. Secara etimologi yang berarti alat perantara. Wilbur schramn mendefinisikan nedia sebagai teknologi informasi yang dapat digunakan dalam pengajaran. Secara lebih spesifik, yang di maksud dengan media adalah alat-alat fisik yang menjelaskan isi pesan atau pengajaran, seperti buku, film, video kaset, slide, dan sebagainya.6

Adapun yang dimaksud dengan media (wasilah) dakwah yaitu alat yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam) kepada mad‟u.7 dengan banyaknya media yang ada, maka Da‟i harus memilih media yang paling efektif untuk mencapai tujuan dakwah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada waktu memilih media adalah sebagai berikut :

5

Syukir, Asmuni. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Al-Ikhlas. Surabaya. 1983 6

Samsul Munir Amin, ilmu dak wah, (Jakarta:Amzah,2009), hal.113 7


(23)

18

a. Tidak ada satu media pun yang paling baik untuk keseluruhan masalah atau tujuan dakwah. Sebab setiap media memiliki karakteristik (kelebihan, kekurangan, keserasian) yang berbeda-beda.

b. Media yang dipilih sesuai dengan tujuan dakwah yang hendak dicapai.

c. Media yang dipilih sesuai dengan kemampuan sasaran dakwahnya.

d. Media yang dipilih sesuai dengan materi dakwahnya. e. Pemilihan media hendaknya dilakuakan dengan cara

objektif, artinya pemilihan media bukan atas dasar

kesukaan Da‟i.

f. Kesempatan dan ketersediaan media perlu mendapat perhatian.

g. Efektifitas dan efensiensi harus diperhatikan.

Pada dasarnya, komunikasi dakwah dapat menggunakan berbagai media yang dapat merangsang indra-indra manusia serta dapat menimbulkan perhatian untuk dapat menerima dakwah. Berdasarkan banyaknya komunikan yang menjadi sasaran dakwah, diklasifikasikan menjadi dua, yaitu media massa dan media nonmassa.8

a. Media massa

8


(24)

19

Media massa digunakan dalam komunikasi apabila komunikan berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh. Media massa yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari umumnya surat kabar, radio, televise, dan film bioskop yang beroperasi dalam bidang informasi dakwah.9

Keuntungan dakwah dengan menggunakan media massa adalah bahwa media massa menimbulkan keserempakan, artinya suatu pesan dapat diterima oleh komunikan yang jumlahnya relative amat banyak. Jadi untuk menyebarkan informasi media massa sangat efektif dalam mengubah sikap, perilaku, pendapat komunikan dalam jumlah yang banyak.10

b. Media Nonmassa

Media ini biasanya digunakan dalam komunikasi untuk orang tertentu atau kelompok-kelompok tertentu seperti surat, telepon, SMS, telegram, faks, papan pengumuman, CD, e-mail, dan lain-lain. Semua itu dikategorikan karena tidak mengandung nilai keserempakan dan komunikannya tidak bersifat massal.11

Disadari atau tidak, media dalam penggunaan komunikasi terutama media massa telah meningkatkan intensitas, kecepatandan jangkauan komunikasi yang dilakukan manusia dalam berbagi hal. Termasuk dalam hal ini tak ketinggalan adalah dalam komunikasi dakwah massa. Media yang terbaik untuk mempopulerkan,

9 Ibid.,

10

Ibid.,

11


(25)

20

mengajarkan, memantapkan, atau meningkatkan sesuatu dalam dakwah,

secara terperinci, Hamzah Ya‟qub membagi media dakwah itu menjadi lima :

1. Lisan, inilah media dakwah yang paling sederhana yang menggunakan lidah dan suara. Media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya.

2. Tulisan, buku majalah, surat kabar, korespondensi (surat, e-mail, sms), spanduk dan lain-lain.

3. Lukisan, gambar, karikatur, dan sebagainya.

4. Audio visual, yaitu alat dakwah yang dapat merangsang indera pendengaran atau penglihatan dan kedua-duanya. Bias berbentuk televise, slide, ohap, internet, dan sebgaianya.

5. Akhlak, yaitu perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran Islam yang dapat dinikmati dan

didengarkan oleh mad‟u.12 4. Dakwah Melalui Media Graffiti

Dalam berdakwah banyak cara yang dapat dilakukan oleh Da‟i

guna tercapainya pesan dakwah kepada mad‟u. Salah satunya berdakwah menggunakan Metode Demonstrasi. Metode ini mengarah terhadap pesan dakwah yang di sampaikan melalui peristiwa,

12


(26)

21

perbuatan, maupun benda. Hal ini terkait dengan penelitian cara berdakwah dengan bermedia Graffiti. Selain buku, pamphlet, banner,dan lain sebagainya, dapat juga menggunakan Graffiti yang notabenya adalah seputar gambar dinding jalanan yang banyak menguak kontroversi. Bukan lagi sebagai seni dalam menggambar atau melukis, tetapi Graffiti ini menyimpan nilai estetika dalam kesenian serta dalam media berdakwah juga. Seperti contoh :

2.1 Contoh Graffiti B. Seni Graffiti


(27)

22

Graffiti adalah kegiatan seni rupa yang menggunakan komposisi

warna, garis, bentuk dan volume untuk menuliskan kalimat tertentu di atas dinding. Alat yang digunakan biasanya cat semprot kaleng atau pilok. Istilah Graffiti sendiri diambil dari bahasa latin, Graphium yang artinya menulis. Awalnya istilah itu dipakai oleh para arkeolog untuk mendefinisikan tulisan-tulisan di bangunan kuno bangsa Mesir dan Romawi kuno.

Graffiti merupakan ekspresikan dari seniman yang membuatnya

di media tembok beton atau media dinding kayu yang dapat di lukis dalam bentuk huruf atau gambar. Mempunyai makna tertentu sebagai curahan hati yang membuatnya Dituangkan dalam bentuk tulisan dan gambar sedemikian rupa yang biasanya memakai cat semprot kaleng sebagai cairan pewarna atau juga memakai compressor air bruss.13

Adapun Susanto menjelaskan, bahwa Graffiti berasal dari kata Italia “Graffito” yang berarti goresan atau guratan. Athur Danto dalam Susanto menyebutnya sebagai Demotic Art, member fungsi pada pemanfaatan aksi corat-coret. Pada dasarnya aksi ini dibuat atas dasar anti-estetik dan chaostic (bersifat merusak, baik dari segi fisik maupun non-fisik).14

2. Sejarah Graffiti

13 Nova Suardika, Seni Graffiti, (http://novasuardika.blogspot.com/p/blogpage.html, (diakses 20 Maret 2014)

14


(28)

23

Graffiti ada sejak adanya umat manusia. Gambar seperti Graffiti

sudah ada di Gua Lascaux, Perancis. Gambar tersebut diukir di dinding gua dengan tulang atau batu, tetapi manusia purba pada waktu itu juga sudah mengetahui teknik stensil dan teknik semprot. Mereka meniup bubuk berwarna melalui tulang berongga untuk membuat siluet.

Pada tahun 1904, majalah pertama yang focus membahas Graffiti diluncurkan Anthropophyteia. Selama perang dunia kedua, Nazi menggunakan tulisan di dinding sebagai alat propaganda untuk membangkitkan kebencian terhadap yahudi dan pembangkang. Bagaimanapun, Graffiti juga penting untuk gerakan perlawanan sebagai media untuk mengumumkan pembangkang kepada masyarakat umum.

Satu contoh “The White Rose”, sekelompok nonkonformis jerman yang mengatakan melawan Hitler dan rezimnya pada tahun 1942 melalui surat selebaran dan menggambar slogan, sampai mereka ditangkap pada tahun1943.15

Pada saat pemberontakan mahasiswa pada tahun 1960-an dan 1970-an, mereka membuat poster dan menulis kata-kata dengan cat yang berisi Pembangkang agar disaksikan oleh masyarakat umum. Mahasiswa perancis seringkali membuat teknik pochoir (kata perancis untuk Graffiti stensil). Teknik Pochoir menjadi cikal bakal teknik stensil yang ada saat ini.

15

Nicholas Ganz, Graffiti Worid:Street Art from Five Continents (New York:Harry N. Abrams Incorporated, 2004) hal.6


(29)

24

Graffiti dengan model seperti sekarang ini, petama kali

berkembang pada akhir tahun 1970-an di New York dan Philadelphia, di mana seniman seperti Taki 183, Julio 204, Cat 161 dan cornbread mengecat nama mereka di dinding atau di stasiun kereta bawah tanah di sekitar Manhattan. Keunikan kota New York (di mana perkampungan kumuh Harlem dan dunia glamor Broadway berdiri berdampingan) tampaknya telah menjadi tempat lahirnya para seniman Graffiti pertama, mereka menyatukan berbagai budaya dan isu-isu kelas dalam satu tempat. Lingkungan tersebut memicu sebuah pertempuran artistic terhadap pialang kekuasaan dalam masyarakat, memisahkan diri dari kemiskinan dan ghetto (kota yang ditempati golongan minoritas).

Cornbread, misalnya menjadi terkenal dengan semprotan lukisan tag-nya (tanda tangan mencolok dari seniman Graffiti) pada seekor gajah di kebun binatang. Melalui pelopor ini, Graffiti Amerika lahir dan menjadi pelopor Graffiti seluruh dunia.16

Seniman Graffiti awalnya menggunakan nama asli maupun nama panggilan mereka. Namun kemudian mereka menggunakan nama samara. Seniman Graffiti ini terinspirasi untuk menggunakan nama samara agar karya mereka menonjol dan menarik di seluruh kota. Tagging name menjadi lebih banyak, sampai karya besar pertama mereka muncul di kereta api New York. Banyak seniman mencari pengakuan, baik dengan

16 Ibid., 7


(30)

25

cara menggambar di gerbong kereta api dengan cat spray atau dengan menghasilkan karya terbaik mereka.

Seen, Lee, Dondi (RIP), Stayhigh 149, Zephyr, Blade dan Iz the Wiz menjadi pahlawan melalui kuantitas dan kualitas karya mereka. Seniman Graffiti awalnya mentargetkan kereta sebagai tempat mereka menciptakan sebuah karya Graffiti, karena kereta api sering melakukan perjalanan ke seluruh kota dan dilihat oleh jutaan orang. Pada pertengahan 1980-an tidak ada satu pun kereta yang seluruh gerbongnya tidak bergambar Graffiti.17

Namun keadaan seperti itu berubah pada sekitar tahun 1986, ketika pemerintah Kota New York mengambil langkah-langkah untuk melindungi fasilitas umum mereka dari Graffiti dengan memasang pagar di sekitar halaman stasiun.

Fenomena Graffiti terbesar diseluruh Amerika Serikat, dan menyebar di Eropa. Pada saat yang sama, pameran Graffiti pertama terjadi di Amsterdam dan Antwerp. Karya Graffiti mulai muncul di hamper setiap kota Eropa dari awal 1980-an, meskipun gerakan Graffiti sebelumnya telah berkembang di Amsterdam dan Madrid yang berasal dari Punk.

Namun, Graffiti Eropa benar-benar berkembang bebarengan dengan adanya music Hip Hop. Mayoritas Graffiti di Eropa didasarkan pada model Amerika, yang tetap paling popular hingga saat ini. Dengan

17 Ibid., 8


(31)

26

Hip Hop, Graffiti masuk ke hamper setiap Negara dan dipengaruhi

Negara-negara barat.

Akhirnya Graffiti menyebar di Asia dan Amerika Selatan, budaya Graffiti mereka kini tumbuh pada tingkat yang fenomenal dan telah mencapai standart yang tinggi, terutama di Amerika Selatan.18

Perkembangan seni sebagai titik tolak perkembangan menggambar di dinding pada masa peradaban awal adalah gambaran-gambaran relief Pharaoh Mesir kuno di dinding pyramid yang bertujuan untuk mengkomunikasi alam lain sebagai bentuk pemujaan terhadap dewa-dewa. Kelahiran seni pada masa awal peradaban manusia menjadikan menggambar pada dinding ini sebagai salah satu bagian dari seni rupa yang disebut Graffiti atau Mural.

Di Indonesia, gambar Graffiti tertua ditemukan pada dinding Gua Patte Kere, Maros Sulawesi Selatan (kebudayaan Toala, Mesolitikum, 4000 tahun yang lalu). Gambar pada Gua tersebut berbeda dengan hiasan dinding buatan zaman purba yang biasanya bertujuan untuk memperindah tempat tinggal manusia yang mendiaminya. Gambar tersebut bermakna lebih dalam, yaitu mengandung pesan pengharapan. Terlepas dari tujuan pembuatanya, jika diperhatikan dari cara atau teknik membuatnya (goresan) gambar pada gua itu dapat dikategorikan sebagai Graffiti.

Goresan berbentuk tulisan yang berusia cukup lama dan masih terbaca jelas juga dapat dilihat pada dinding Gua Jati Jajar, Gombong,

18 Ibid., 9


(32)

27

Jawa Tengah. Tulisan tersebut adalah coretan nama orang yang pernah berkunjung ke gua itu. Angka tahun tertua pada goresan itu tertulis tahun 1926, dan yang paling baru tahun1981. Dari pengamatan yang dilakukan pada tulisan di Gua Jati Jajar tersebut diperkirakan bahwa maksud orang pertama membuat goresan tersebut adalah agar keberadaanya pernah berkunjung di tempat itu diketahui. Namun, tanpa disadari, tindakan itu menular dan ditiru oleh orang-orang yang berkunjung sesudahnya, dengan menuliskan nama mereka di atas nama yang terdahulu. Penularan ini tentu saja tidak disadari oleh pembuat yang pertama, karena terjadi begitu saja. Hampir serupa dengan kejadian Graffiti pada masa sekarang.19

Gerakan Graffiti terus berlanjut hingga pertengahan tahun 1990 corak atau gaya Graffiti masih berupa coretan-coretan liar dari cat semprot maupun spidol. Namun seiring dengan terbukanya informasi dan teknologi yang memungkinkan masyarakat dapat mengakses berita dari ruang maya (internet), menjadikan pada sekitar tahun 2000 Graffiti menemukan gayanya yang baru di Indonesia. Gerakan yang mengarah pada artistic Graffiti ini dipelopori kebanyakan oleh mahasiswa seni rupa di Jakarta, Bandung dan Jogjakarta. Karya-karya Graffiti dari luar negri pun menjadi inspirasi pembuat Graffiti (selanjutnya disebut bomber) di Indonesia.

Graffiti naik pamornya pada masa 1990 awal, pada saat itu

Graffiti diangkat oleh Alm. YB Mangunwidjaja atau Romo Mangun

19


(33)

28

menjadi salah satu bentuk kesenian dalam program Graffiti dan seni mural untuk perkampungan kumuh di pinggiran kali Code, Yogyakarta, Bilik atau papan rumah-rumah di daerah itu pun tampil dengan tidak kumuh tetapi lebih segar dipandang.20

3. Jenis-Jenis Graffiti

Gambar Graffiti (piece) memiliki beberapa macam jenis, diantaranya:

1. Simple Piece adalah Graffiti yang bercorak warna sederhana.

2. Tagging adalah jenis Graffiti yang berupa tanda tangan si

pembuat.

3. Character adalah gambar yang dibuat oleh si pelaku guna

menunjukkan karakter atau identitas si pelaku tersebut. biasanya berupa hewan yang berbentuk kartun.

4. 3D style adalah gambar Graffiti yang seolah-olah bisa dilihat

dari tiga arah.

5. Wild style adalah gambbar Graffiti yang dibuat oleh si pelaku

yang sulit untuk dibaca, hanya orang-orang tertentu yang dapat membacanya, atau si pelaku sendiri.

6. Bubble Style adalah tulisan Graffiti yang berbentuk seperti

gelembung-gelembung.21

20 Obed Bima Wicandra, “

Graffiti di Indonesia:sebuah Politik Identitas atauk ah Tren?(k ajian politik Identitas pada Graffiti Writer di Surabaya)”, Jurnal Nirmana (No2,Vol8,2006),hal.51

21


(34)

29

Perkembangan zaman yang semakin modern, menuntun DNT dalam mengembangkan bakat di bidang seninya. Karna dalam komunitas

Street Art sendiri terkadang saling sharing perihal ilmu maupun teori

dalam pembuatan Graffiti yang bagus dan mempunyai nilai estetika. Serta style character mereka masing-masing pun terkadang menjadikan insprasi dalam berkarya melalui perpaduan warna, gambar, konsep hingga font tulisan. Melalui Hobi yang sederhana, kini DNT dapat mewujudkan apa yang dia ingikan melalui hobinya tersebut.

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Dalam bab ini penelitian terdahulu yang relevan sangatlah penting bagi peneliian penulis, dengan harapan ada terdapat celah yang penulis tunjukkan bahwa penelitian yang di lakukan penulis belum sama sekali di angkat oleh penulis-penulis sebelumnya, di sisi lain dengan upaya ini akan di dapat refrensi yang dapat mendukung penelitian penulis.

Pertama, M. Latiful hanan M., mahasiswa KPI (Komunikasi dan

Penyiaran Islam) Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi “Pesan Dakwah Kh. Abdul Nashir Bsa. Desa Purwoasri Kecamatan Purwoasri Kabupaten

Kediri”. Penelitian tersebut memiliki persamaan dari segi analisis yang dipakai, yakni analisis wacana. Akan tetapi sedikit berbeda terkait wilayah medianya. Penelitian ini mengarah pada pesan dakwah dalam Gambar

Graffiti. Sedangkan penelitian yang dianalisis oleh M. Latiful Hanan M.

merupakan pesan dakwah yang diambil dari Teks ceramah Kh. Abdul Nashir Bsa.


(35)

30

Yang kedua, Ida Nurcahyaningsih, mahasiswi KPI (Komunikasi

dan Penyiaran Islam) Fakultas Dakwah dengan judul “Pesan Dakwah Pada

Buletin Mayara (Analisis Wacana Rubrik Kisah Sahabat Nabi edisi Desember 2004-Maret 2005).” Penelitian di atas meneliti tentang pesan dakwah yang terkadung dalam rubrik kisah sahabat nabi, dengan menggunakan metode kualitatif dan analisis wacana model Van Djik, yang mana penelitian ini menggunakan buletin sebagai medianya.

Perbedaan, dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah terletak pada medianya, penelitian yang dilakukan Ida Nurcahyaningsih menggunakan media Bulletin, sedangkan penelitian kali ini menggunakan media gambar Graffiti. Bulletin memiliki jangkauan yang lebih praktis dan efektif, bulletin diterbitkan dan diedarkan hanya pada wilayah tertentu dan terbatas, sedangkan Graffiti hanya mengandalkan sebuah tembok Jalanan yang tetap bisa berdiri kokoh untuk memenuhi pencapaian pesan Dakwah terhadap masyarakat sekitar, pejalan kaki atau pengendara motor yang melewati daerah tersebut.

Persamaan, adalah sama-sama menggunakan analisis wacana model Van Djik dan bersifat kualitatif. Dan kesamaan inilah yang peneliti gunakan sebagai bahan kajian untuk membantu peneliti menganalisis pesan dakwah.


(36)

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan ungkapan lain, metodologi adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian. Metodologi dipengaruhi atau berdasarkan perspektif teoretis yang kita gunakan untuk melakukan penelitian, sementara perspektif teoretis itu sendiri adalah suatu kerangka penjelasan atau suatu interpretasi yang memungkinkan peneliti memahami data dan menghubungkan data yang rumit dengan peristiwa dan situasi lain.1

Jenis penelitian yang akan digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk menghimpun data aktual.2 Dalam penelitian deskriptif kualitatif, data data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Selain itu semua yang dikumpulkan kemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang diteliti.3 Penelitian yang dimaksudkan kualitatif deskriptif adalah untuk mengumpulkan informasi mengenai subjek penelitian dan perilaku subjek penelitian pada suatu periode tertentu. Penelitian kualitatif deskriptif berusaha mendeskripsikan seluruh gejala atau keadaan yang ada,

1

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya, 2008), hal. 145

2

Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dak wah (Jakarta: logos, 1997), hal. 60 3


(37)

32

yaitu keadaan gejala menurut adanya pada saat penelitian dilakukan. Penelitian kualitatif deskriptif lebih melihat dari sudut substansi makna atau arti sudut subyek penelitian. Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan hanya menggunakan analisis wacana, karena media yang digunakan dalam penelitian ini adalah Seni Graffiti sebagai Media Dakwah.

Kerja peneliti bukan saja memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi juga menerangkan hubungan, menguji hipotesis-hipotesis, membuat prediksi serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan. Dalam pengumpulan data digunakan teknik wawancara, dengan menggunakan schedule questioner ataupun interview guide.4

Sedangkan menurut Denzin dan Lincoln dalam Buku Metode Penelitian Sosial karya J. Moeloeng, adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Dari segi pengertian ini, para penulis masih tetap mempersoalkan latar alamiah dengan maksud agar hasilnya dapat digunakan untuk menafsirkan fenomena dan yang dimanfaatkan untuk penelitian. Dalam penelitian kualitatif, metode yang biasanya dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen.5

4

Moh. Nasir, Metode penelitian, (Bogor:Penerbit Ghalia Indonesia, 2005), hal.54 5

Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal.05


(38)

33

Dengan menggunakan pendekatan deskriptif dan metode kualitatif, peneliti dapat memberikan gambaran tentang fenomena-fenomena dan fakta-fakta yang berkaitan dengan adanya sistem dakwah melalui Graffiti. Dalam pengumpulan data digunakan teknik wawancara, observasi, serta dokumentasi. Dengan menggunakan pedoman wawancara yang sesuai kaitannya dengan dakwah melalui seni Graffiti di Surabaya secara terlampir.

B. Objek Penelitian

Adapun objek penelitian dalam penelitian ini adalah Seni Graffiti sebagai media Dakwah melalui media jalanan.

1. Jenis dan sumber data a. Jenis data

- Data primer adalah data yang diperoleh peneliti dari hasil observasi dan pengamatan secara khusus melalui wawancara. Selain itu, segala informasi kunci atau data fokus penelitian yang didapat dari informan harus sesuai dengan fokus penelitian atau data yang diperoleh secara langsung dari orang yang bersangkutan maupun masyarakat sekitar. Seperti mengkorek langsung dengan si pembuat Graffiti yang berisi pesan dakwah dengan sasaran ke masyarakat sekitar Ketintang dan Ngagel Surabaya.

- Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung oleh peneliti, atau dikenal juga dengan data-data pendukung atau


(39)

34

pelengkap data utama yang dapat digunakan oleh peneliti.6 Dalam hal ini peneliti mendapatkan data yang diperoleh dari salah satu komunitas Graffiti yang membuat “Graffiti sebagai Media Dakwah” di Surabaya melalui beberapa dokumentasi pribadi yang dimiliki oleh seniman Graffiti M. Fauzi Sholahuddin SE.I 7(DNT)8.

b. Sumber data

Sumber data adalah sumber-sumber yang dibutuhkan untuk mendapatkan data atau informasi dalam sebuah penelitian, baik primer maupun sekunder. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara, observasi, serta dokumentasi berupa gambar maupun video pribadi salah satu seniman yang bersangkutan dalam pembuatan gambar

Graffiti di Surabaya. Data-data ini dikelompokkan sesuai dengan

kebutuhan yang telah disistematisir dalam kerangka penulisan laporan. C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Ketintang Surabaya. Biasanya komunitas Graffiti ini mempunyai jadwal sendiri ketika hendak melakukan aksinya. selain menggulati dengan hal mengambar serta tidak mempunyai bascamp tetap, mereka juga sering berkumpul di daerah Pasar Kembang. Dua sampai tiga kali dalam satu bulan pada hari sabtu ataupun minggu aksi Graffiti ini dilakukan. Akan tetapi beda dengan DNT ini, selain aktif dalam

6

Mukhtar, Metode Prak tis Penelitian Desk riptif Kualitatif, (Jakarta: Referensi, 2013), hal. 100 7

Nama asli narasumber (seniman graffiti) Jombang. 8


(40)

35

perkumpulan komunitas Street Art, dia juga aktif dalam menggambar yang bertemakan dakwah di kota Surabaya.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan, yaitu bulan April-juni 2015 dengan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Dengan jadwal terlampir.

3. Pemilihan subyek penelitian

Untuk mendapatkan kevalidan data dalam penelitian ini, digunakan sunber data yang berasal dari salah satu seniman komunitas Street Art yang dapat memberikan keterangan mengenai materi penelitian ini.

D. Tahapan Penelitian

Prosedur dan tahap-tahap yang harus dilalui apabila melakukan penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:

1. Tahap Pra Lapangan

Pada tahap Pra-Lapangan peneliti sudah membaca masalah menarik untuk diteliti dan peneliti telah memberikan pemahaman bahwa masalah itu pantas dan layak untuk diteliti. Kemudian peneliti juga telah melakukan pengamatan terkait dengan masalah yang diteliti. Tahap ini merupakan awal mengadakan penelitian. Dalam tahap ini peneliti memulai dengan membuat proposal penelitian (rancangan penelitian),


(41)

36

memilih lapangan penelitian dengan mempertimbangkan letak geografis dan praktisnya seperti waktu, biaya dan tenaga.9

Pada umumnya, seni Graffiti biasa dibuat oleh seniman-seniman

Street Art guna menunjukkan jati diri mereka, atau unek-unek secara

personal maupun tidak, serta aksi demo melalui gambar. Akan tetapi, di kota Surabaya ini menjadikan komunitas Street Art berarti dan berwarna ketika ada salah satu seniman yang tak henti berkreatifitas dalam membuat konsep, sehingga dalam menuangkan segala ide, konsep maupun tema, ternyata dalam berdakwahpun dapat diaplikasikannya dalam bentuk seni Graffiti.

2. Tahap Lapangan

a. Memahami Latar Penelitian dan Persiapan Diri

Dalam konteks ini peneliti perlu memahami latar penelitian terlebih dahulu. Disamping itu perlu mempersiapkan diri baik secara fisik maupun secara mental.10

b. Memasuki Lapangan

Dalam tahap ini, keakraban pergaulan dengan subjek perlu dipelihara selama bahkan sampai sesudah tahap pengumpulan data.11

Tahap ini merupakan dari tahap sebelumnya yang merupakan proses berkelanjutan. Pada tahap ini, peneliti masuk pada proses penelitian penelitian dan mengurus hal-hal penting yang berkaitan dengan penelitian.

9

Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 127

10

Ibid., 94 11


(42)

37

Pertama peneliti harus melakukan proses perizinan. Karena ini merupakan prosedur wajib bagi setiap peneliti melakukan penelitian terhadap karya seseorang. Setelah itu, barulah peneliti melakukan pencarian data yang sesuai dengan focus penelitiannya. Berbagai data baik primer dan data skunder peneliti peroleh dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi di kota Surabaya.

3. Tahap Analisis Data

Tahap ini, peneliti telah mendapatkan data-data yang diinginkan. Setelah itu dilakukan proses pemilihan data yang sesuai dengan rumusan penelitian. Selanjutnya, data yang terkumpul akan mengalami perbandingan serta melakukan analisis terhadap data di lapangan dengan teori yang digunakan dalam penelitian. Kemudian peneliti menyimpulkan hasil penelitian yang telah dilakukan.

4. Tahap Penulisan Laporan

Pada tahap penulisan laporan adalah tahap akhir dari proses pelaksanaan penelitian. Setelah semua data yang terkait sudah disusun dengan hasil analisis data demi mencapai kesimpulan, peneliti mulai menullis laporan dalam konteks laporan penelitian kualitatif. Penulisan laporan disesuaikan dengan metode dalam penelitian kualitatif serta tidak mengabaikan kebutuhan peneliti terkait dengan kelengkapan data.

E. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan jenis pengumpulan data yakni Observasi yang merupakan metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan


(43)

38

pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung.12

Maka dengan ini peneliti melakukan pengamatan terhadap objek kajian yang diteliti, yakni Seni Graffiti sebagai Media dakwah atau komunikasi. Selain itu peneliti menggunakan beberapa tehnik dalam metode penelitiannya antara lain :

a. Pengumpulan data melalui dokumentasi diperlukan seperangkat alat atau instrument yang memandu untuk pengambilan data-data dokumen. Ini dilakukan agar dapat menyeleksi dokumen mana yang dibutuhkan secara langsung dan mana yang tidak. Data dokumen yang digunakan pada penlitian ini berupa gambar-gambar Graffiti di berbagai dinding-dinding masyarakat maupun dinding Kota Surabaya.

b. Library Research (penyelidikan kepustakaan) yaitu teknik pengumpulan data melalui perpustakaan. Metode ini digunakan dalam rangka memperoleh data yang bersifat teori sebagai

landasan ilmiah yakni memilih literatur yang ada relevansinya dengan penelitian, baik itu dari buku, koran, majalah, buletin, dan lain sebagainya.

c. Wawancara yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab. Wawancara ini digunakan untuk memperoleh informasi mengenai pandangan

12Djam‟an Satori dan Aan Komariah,

Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabet, 2011), hal. 104


(44)

39

masyarakat dan para ahli tentang efektifitas Graffiti digunakan sebagai media dakwah pada masa kini.Jumlah responden tidak dibatasi, namun berhenti sampai ditemukan jawaban yang berulang-ulang dari masyaakat umum baik dari para ahli dibidang Graffiti maupun para pecinta Graffiti.

d. Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. Observasi atau yang disebut dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra.13 Dalam proses penelitian ini, peneliti menggunakan berbagai cara untuk mengobservasi beberapa Graffiti di Surabaya. Salah satunya dengan banyaknya wawancara, serta pengamatan lebih lanjut dengan melihat beberapa lokasi pembuatan Graffiti kemudian mengamati secara keseluruhan baik dalam bentuk, warna, ukuran, teks yang terkandung, dan lain sebagainya. Dari beberapa sample yang diambil oleh peneliti, 4 diantaranya : Di Ketintang, Wiyung, Margorejo, Ngagel.

F. Teknik Analisa Data

Analisis kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, megorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat

13


(45)

40

diceritakan kepada orang lain.14 Oleh karena itu, dalam sebuah penelitian terdapat teknik menganalisa data. Analisa data adalah proses mengolah, memisahkan, mengelompokkan dan memadukan sejumlah data yang dikumpulkan baik di lapangan maupun dari dokumen. Kegiatan analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan. Di antaranya adalah melalui tiga tahap model air, yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. 15

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Reduksi data atau proses transformasi ini berlanjut terus sesudah penelitian lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun.

Dalam penelitian ini reduksi data dilakukan secara terus menerus sampai laporan tersusun secara benar dan lengkap, reduksi data ini memilah data-data yang sesuai dengan pesan dakwah apa yang tersimpan dalam gambar Graffiti terkait fenomena-fenomena sosial yang ada serta gejala-gejala yang bertentangan dalam agama islam melalui wawancara, observasi, serta dokumentasi kepada pelaku maupun komunitas Graffiti, serta masyarakat kota setempat. Karena semua data

14

Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif ,(Bandung: Rosdakarya, 2001), hal. 248 15


(46)

41

yang diperoleh kemungkinan ada yang kurang sesuai dengan focus penelitian.

b. Penyajian data

Alur kedua yang penting dalam kegiatan analisis dalam penelitian kualitatif adalah penyajian data, yaitu sebagai sekumpulan informasi tersusun yang member kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Melalui data yang disajikan, kita melihat dan akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan (lebih jauh menganalisis ataukah mengambil tindakan) berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian-penyajian tersebut.

Penyajian data ini merupakan semua informasi mengenai banyaknya dakwah-dakwah secara islami melalui seni yang tertuang dibalik media jalanan secara bertahap yang diperoleh melalui wawancara, observasi serta dokumentasi. Sehingga dengan terkumpulnya semua informasi yang terkait dengan focus penelitian, maka peneliti dapat memahami apa yang harus dilakukan selanjutya.

c. Menarik kesimpulan

Kegiatan analisis yang ketiga adalah menarik kesimpulan. Ketiaka kegiatan pengumpulan data dilakukan, seorang penganalisis kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola,


(47)

42

penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi.16

Menarik kesimpulan ini sudah dilakukan saat kegiatan pengumpulan data, dengan mencari makna dan penjelasan mengenai seni

Graffiti sebagai media dakwah di Surabaya melalui wawancara,

observasi, serta dokumentasi langsung ke lokasi. 1. Analisis Wacana Teun A Van Dijk

Dari sekian banyak model analisis wacana yang diperkenalkan dan dikembangkan oleh beberapa ahli, adalah model Van Dijk yang paling banyak dipakai. Hal ini kemungkinan karena Van Dijk mampu mengelaborasi elemen-elemen wacana sehingga bisa didayagunakan dan dipakai secara praktis. Model yang dipakai oleh van Dijk ini sering disebut

sebagai “kognisi sosial”.17

Van Dijk tidak mengekslusi modelnya semata-mata dengan menganalisis teks. Ia juga melihat bagaimana struktur sosial, dominasi dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi atau pikiran dan kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu. Wacana oleh van Dijk digambarkan menjadi tiga dimensi atau bangunan, yaitu teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.

a. Teks

16

Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT Rafika Aditama, 2010), hal.339 17


(48)

43

Bagi barthes,18 teks adalah sebuah objek kenikmatan, sebagaimana diproklamirkannya dalam buku sade / Fourier / Loyola :“the text is an

object of pleasure. (Teks adalah objek kenikmatan). Sebuah kenikmatan

dalam pembacaan sebuah teks adalah kesenangan kala menyusuri halaman demi halaman objek yang dibaca. Sebentuk keasyikan tercipta yang hanya dirasakan oleh si pembaca sendiri. Kenikmatan yang dimaksud Barthes, selain pada ranah bahasa (teks), juga terkait dengan tubuh. Dalam The

Pleasure Of The Text, Barthes menunjukkan bahwa konsep kenikmatan

yang dianutnya menyangkut atau berada dalam rangka aktivitas semiologi maupun analisis tekstual. Dengan membaca kembali dan berulang-ulang sebuah teks dengan memotong-motongnya dan menyusunnya kembali, yang merupakan rekonstruksi utama dalam semiologi dan analisis tekstual atau analisis struktural itulah Barthes menemukan kenikmatan yang

dimaksudnya. Teks juga bisa kita artikan sebagai “seperangkat tanda yang

ditransmisikan dari seorang pengirim kepada seorang penerima melalui medium tertentu dan dengan kodekode tertentu”.

b. Kognisi Sosial

Menurut Van Dijk, kognisi sosial terutama dihubungkan dengan proses produksi berita amatlah penting. Proses terbentuknya teks ini tidak hanya bermakna bagaimana suatu teks itu dibentuk, proses ini juga memasukkan informasi yang digunakan untuk menulis dari suatu bentuk wacana tertentu, seperti dari wawancara, laporan, konferensi pers atau

18


(49)

44

debat parlemen. Proses itu juga memasukkan didalamnya bagaimana peristiwa ditafsirkan, disimpulkan, dan dimaknai oleh wartawan yang akan ditulis dalam sebuah berita.

Dalam pandangan Van Dijk dijelaskan bahwa produksi berita sebagian besar dan terutama terjadi pada proses mental dalam kognisi seorang wartawan.19 Semua proses memahami dan memaknai peristiwa terutama terjadi pada kognisi sosial wartawan. Oleh karena itu, untuk mengetahui kenapa suatu berita cenderung seperti itu, atau kenapa peristiwa tertentu dimaknai dan dipahami dalam pengertian tertentu, dibutuhkan analisis kognisi sosial untuk menemukan struktur mental wartawan ketika memahami suatu peristiwa. Hal yang sama terjadi pada diri khalayak yang membaca suatu teks berita. Konstruksi khalayak atas suatu peristiwa mempengaruhi pembacaan dan pemahaman mereka atas berita yang ditulis oleh wartawan.

c. Konteks

Sebetulnya, antara teks, konteks, dan wacana merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Guy Cook, misalnya menyebut ada tiga hal yang sentral dalam pengertian wacana : teks, konteks, dan wacana. Cook mengartikan teks sebagai semua bentuk bahasa bukan hanya kata-kata yang tercetak di lembar kertas, tetapi juga semua jenis ekspresi komunikasi, ucapan, musik, gambar, efek suara, citra, dan sebagainya. Konteks memasukkan semua situasi dan hal yang berada di luar teks dan

19


(50)

45

mempengaruhi pemakaian bahasa, seperti partisipan dalam bahasa, situasi dimana teks tersebutr diproduksi, fungsi yang dimaksudkan, dan sebagainya.20 Wacana di sini, kemudian dimaknai sebagai teks dan konteks bersama-sama. Titik perhatian dari analisis wacana adalah menggambarkan teks dan konteks secara bersama-sama dalam suatu proses komunikasi. Selanjutnya, pada dasarnya, konteks pemakaian bahasa dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut :

1. Konteks fisik (physical context) yang meliputi tempat terjadinya pemakaian bahasa dalam suatu komunikasi, objek yang disajikan dalam peristiwa komunikasi itu, dan tindakan atau perilaku dari para peran dalam peristiwa komunikasi itu.

2. Konteks epistemis (epistemic context) atau latar belakang pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh pembicara maupun pendengar.

3. Konteks linguistik (linguistics context) yang terdiri dari atas kalimat-kalimat atau tuturan-tuturan yang mendahului satu kalimat atau tuturan tertentu dalam peristiwa komunikasi.

4. Konteks sosial (social context) yaitu relasi sosial dan latar setting yang melengkapi hubungan antara pembicara (penutur) dengan pendengar. Keempat

20


(51)

46

konteks tersebut jelas mempengaruhi kelancaran komunikasi.

2. Elemen-Elemen Analisis Wacana Teun A. Van dijk

Struktur atau elemen wacana yang dikemukakan Van Dijk ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel 2.3

Elemen-Elemen Struktur Wacana Teun A. Vandijk21 Struktur Wacana Hal Yang Diamati Elemen

Struktur Makro TEMATIK Topik

Superstruktur SKEMATIK (Bagaimana Bagian Dan urutan Berita Diskemakan Dalam Teks Berita Utuh)

Skema

Struktur Mikro SEMANTIK (Makna

Yang Ingin Ditekankan Dalam Teks Berita)

Latar, Detail, Maksud,

Pra anggapan,

Nominalisasi Struktur Mikro SINTAKSIS (Bagian

Kalimat Yang Dipilih)

Bentuk Kalimat, Koherensi, Kata Ganti Struktur Mikro STILISTIK (Bagaimana

Pilihan Kata Yang Dipakai Dalam Teks Berita)

Leksikon

21


(52)

47

Sturktur Mikro RETORIS (Bagaimana Dan Dengan Cara Penekanan Dilakukan)

Rafis, Metafor, Ekpresi

Dalam pandangan Van Dijk, segala teks bisa dianalisis dengan menggunakan elemen-elemen tersebut. Meski terdiri atas berbagai elemen, semua elemen itu merupakan suatu kesatuan, saling berhubungan dan mendukung satu sama lainnya.22 Untuk memperoleh gambaran ihwal elemen-elemen struktur wacana tersebut, berikut ini adalah penjelasan singkat dari elemen-elemen Van Dijk:

a. Tematik

Secara harfiah tema berarti “ sesuatu yang telah diuraikan”. Atau “sesuatu yang telah ditempatkan”. Kata ini berasal dari kata

yunani tithenai yang berarti “menempatkan” atau “meletakkan”. Dilihat dari sudut tersebut sebuah tulisan yang telah selesai, teman adalah suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui

tulisannya.23 Sebuah tema bukan merupakan hasil dari seperangkat

elemen yang spesifik, melainkan wujud-wujud kesatuan yang dapat kita lihat di dalam teks atau bagi cara-cara yang kita lalui agar beraneka kode dapat terkumpul dan koheren. Kata tema kerap disandingkan dengan apa yang disebut topik. Kata topik berasal dari kata yunani topoi yang berarti tempat. Aristoteles, yang dianggap

22

Alex Sobur, Analisis Tek s Media (Bandung: Rosda Karya, 2012), hal. 74 23


(1)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

82

wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi,anak kalimat,parafrase, dan gambar.

Menurut Van Djik, meskipun terdiri atas berbagai elemen, semua elemen tersebut merupakan satu kesatuan, saling berhubungan dan mendukung satu sama lainnya. Makna global dari suatu teks (tema) didukung oleh kerangka teks dan pada akhirnya pilihan kata dan kalimat yang dipakai. Kita tidak Cuma mengerti apa isi dari suatu teks berita, tetapi juga elemen yang membentuk teks berita, kata, kalimat, paragraf,dan proposisi.7

Dalam analisis Seni Graffiti sebagai media dakwah ini menggunakan 2 elemen. Dari segi teks, tematik pesan dakwah dalam gambar Graffiti yang sudah saya jelaskan selalu ada. Karna dalam pembuatan konsep pun mereka cenderung mengedepankan tema atau topik. Sedangkan semantik pesan dakwah dalam gambar Graffiti tetap menonjolkan atau menekankan kalimat atau teks yang mendukung dalam gambar tersebut. Seperti contoh 4 gambar diatas. Setiap gambar pasti terdapat teks yang menekankan makna daripada gambar Graffiti tersebut. Hal ini sesuai dengan teori yang dipakai oleh peneliti, yaitu Teori analisis wacana Van Dijk, Teori ini berasumsi bahwa setiap teks mempunyai bagian-bagian tertentu sehingga ia mempunyai daya tarik luar biasa dan mampu mempengaruhi serta membawa si pembaca. Sehingga

7


(2)

83

menunjukkan pada hasil penelitian ini yakni Analisis Seni Graffiti di Surabaya sebagai Media Dakwah ( Analisis wacana : teks pesan dakwah ).


(3)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

84

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dijelaskan oleh penulis, bahwa dapat disimpulkan dalam berdakwah, seorang Da’i tidak hanya menerapkan metode berdakwahnya melalui berbagai media seperti ceramah, berpidato, Radio, Televisi, dan lain-lain. Akan tetapi masuk dalam dunia Seni pun kita dapat berdakwah secara islami. Contohnya Seni Graffiti di Surabaya sebagai Media dalam Berdakwah perspektif Teun Van Djik dengan teori analisis wacananya.

Adapun rumusan masalah dari Analisis Seni Graffiti di Surabaya sebagai Media Dakwah 1. bentuk analisis Seni Graffiti sebagai media dakwah di Surabaya meliputi : a. Teach childern well, b. Stop killing my brother, c. Esok hari untuk bumi, d. Naik haji jangan dikorupsi. 2. Isi teks Graffiti sebagai media di Surabaya meliputi : Gambar pertama “ Teach Childern Well “ menjelaskan tentang perintah mendidik anak dengan ajaran yang baik dan benar secara islami dengan tema Pendidikan wajib bagi anak. Kedua, Gambar “ Happy IED Adha ( Stop Killing My Brother ) “ menjelaskan tentang larangan membunuh sesama saudara yang di tujukan pada orang-orang Israel yang bertepatan dengan hari besar umat muslim. Hal ini bertemakan “ Pray for Gaza “. Ketiga, Gambar “ Esok hari


(4)

85

untuk Bumi “ menjelaskan tentang perintah menjaga dan melestarikan bumi dari kerusakan-kerusakan alam yang dibuat oleh manusia sendiri. Hal ini bertemakan memperingati hari Bumi 22 April 2013. Keempat, Gambar “ Naik Haji jangan Di Korupsi “ menjelaskan tentang larangan korupsi terhadap harta benda orang lain yang bukan haknya. Seperti dana Haji yang dimanfaatkan oleh pengelolahnya. Gambar ini bertemakan “ Korupsi “.

B. Rekomendasi

Setelah kajian yang telah dilakukan penyusun merekomendasikan pada mahasiswa, umumnya mahasiswa UIN Sunan Ampel, khususnya mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam yang natinya membaca dan menelusuri skripsi ini untuk melanjutkan kajian lanjutan terhadap masalah yang peneliti kaji, tetapi tentunya dengan fokus masalah dan análisis yang berbeda.


(5)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 1989. Amin, Samsul Munir, Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah, 2009.

Aziz, Moh Ali, Ilmu Dakwah. Jakarta: Prenada Media, 2004

Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta: Logos, 1997. Barry, Syamsul. Jalan Seni Jalanan Yogyakarta. Yogyakarta: Penerbit Studium,

2008.

Bima Wicandra, Obed. “Graffiti di Indonesia:sebuah Politik Identitas ataukah Tren? (kajian politik Identitas pada Graffiti Writer di Surabaya)”, Jurnal

Nirmana (No2,Vol8,2006).

Bin Ali Al-Qahthani, Said. Dakwah Islam Dakwah Bijak. Jakarta: Gema Insani Press, 1994.

Bungin, Burhan. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.

Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Darus-Sunnah, 2007 Ensiklopedia Indonesia. Jilid V. Jakarta: PT. Ikhtiar baru-van hoeve, t.th.

Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: Lkis, 2006.

---. 2001. Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara. Ganz, Nicholas. Graffiti Worid:Street Art from Five Continents. New York:

Harry N. Abrams Incorporated, 2004.

Ilaihi, Wahyu, Komunikasi Dakwah. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010.

Ismail, Ilyas dan Prio Hotman. Filsafat Dakwah: rekayasa membangun Agama dan Perubahan Islam. Jakarta: Kencana, 2011.

J. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1996.


(6)

---. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2005. ---. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2009.

Muhyidin, Asep dan Agus Ahmad Safei, Metode Pengembangan Dakwah.

Bandung: Pustaka Setia, 2002.

Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta: Referensi, 2013.

Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya, 2008. Nasir, Moh.. Metode penelitian. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2005.

Satori, Djam’an dan Aan Komariah. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:

Alfabet, 2011.

Silalahi, Ulber. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Rafika Aditama, 2010. Sobur, Alex. Analisis Teks Media. Bandung: Rosda Karya, 2012.

Suardika, Nova. Seni Graffiti, http:// novasuardika. blogspot.com/p/blogpage. html,. diakses pada 20 Maret2014.

Susanto, Mike. Diksi Rupa. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2002.

Syukir, Asmuni. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. Al-Ikhlas. Surabaya. 1983. ---. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. Jakarta : Kencana Perdana Media

Group, 2009.