Televisi sebagai media dakwah (analisis produksi siaran program Ust. Haryono di JakTV)

(1)

TELEVISI SEBAGAI MEDIA DAKWAH

(Analisis Produksi Siaran Program ‟Ust. Haryono‟ di JakTV)

Disusun Oleh :

SYAFRIAN AKBAR (106051001894)

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH


(2)

TELEVISI SEBAGAI MEDIA DAKWAH

(Analisis Produksi Siaran Program „Ust. Haryono‟ di JakTV)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk memenuhi syarat-syarat mencapai

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Disusun oleh: Syafrian Akbar NIM: 106051001894

Di bawah Bimbingan:

Dra. Armawati Arbi, M. Si NIP. 19650207 199103 2 002

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIRAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

Produksi Siaran Program „Ust. Haryono‟ di JakTV” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada Tanggal 02 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi (S.Kom.I) pada program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 02 September 2010 Dewan Sidang Munaqasyah

Ketua merangkap anggota Sekretaris merangkap anggota

Drs. Wahidin Saputra, MA Umi Musyarrofah, MA NIP. 19700903 199603 1 001 NIP. 19710816 199703 2 002

Anggota

Penguji I Penguji II

Budi Rahman Hakim, MSW Drs. Zakaria, MA NIP. 19700903 199603 1 001 NIP. 19710816 199703 2 002

Dosen Pembimbing

Dra. Armawati Arbi, M.Si NIP: 19650207 199103 2 002


(4)

i

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji sykur penulis panjatkan dengan tak terhingga kepada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan kepada penulis hingga terselesainya skripsi ini. Shalawat dan salam hanyalah milik nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya hijrah dari zaman jahiliyah menuju zaman ilmiyah dengan petunjuk ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.

Berkat rahmat dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai syarat mencapai gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Dalam proses penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan baik moral, tenaga maupun financial. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan terima kasi yang mendalam kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi dan orang-orang yang penulis hormati atas bantuannya, kritik, bimbingan dan sarannya, terutama penulis ucapkan khususnya kepada:

1. Bapak Drs. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Bpk Drs. Wahidin Saputra, MA selaku Pembantu Dekan I, Bpk. Drs. H. Mahmud Jalal, MA selaku Pembantu Dekan II, dan juga Bapak Drs. Study Rizal LK, MA selaku Pembantu Dekan III.

2. Bapak Drs. Jumroni, M. Si selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, dan Ibu Umi Musyarrofah, MA sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.


(5)

ii

3. Dosen Pembimbing Ibu Dra. Armawati Arbi, M. Si yang telah

meluangkan waktunya, serta do’anya dan motivasinya sehingga penulis

menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya.

4. Para dosen yang telah mengajarkan penulis selama menuntut ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga penulis mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Amin.

5. Segenap Staff, Karyawan Akademik, Perpustakaan Utama UIN dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan kemudahan penulis dalam mencari referensi.

6. Kedua orang tua ayahanda H. Mufraini dan ibunda Hj. Farida yang telah merawat dan mendidik penulis dengan penuh kesabaran, cinta dan kasih sayang dan tentu biaya yang sangat besar untuk pendidikan penulis.

Penulis berjanji tidak akan mengecewakan kalian berdua. Do’akan

selalu ananda agar menjadi anak yang berbakti kepada orang tua. Amin. 7. Kakakanda Avriani Wulan Sari, SE dan adik-adikku Helmy Yusuf,

Muhammad Fikri dan Dewi Maulidia yang selalu mendoakan penulis agar dapat menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi.

8. Ust. H. M. Haryono selaku talent pada program Ust. Haryono yang telang mengizinkan penulis untuk mengadakan penelitian, Mas Nugroho selaku Manager Produksi program Ust. Haryono yang telah menjelaskan semua proses produksi program Ust. Haryono pada saat wawancara. 9. Bapak Abdurrahman beserta istri selaku sahabat dari ayahanda H.


(6)

iii

dukungan berupa fasilitas tempat ketika penulis mengadakan penelitian di Bekasi.

10.Teman-teman KPI A-D angkatan 2006, Susi Fatimah, S.Sos.I selaku ketua kelas penulis khususnya untuk semua teman-teman KPI D, dan special untuk dua orang sahabatku Robby Auliya, S.Sos.I dan Yogyasmara P. Ardhi, S.Sos.I yang selalu memberikan segala dukungan, baik berupa moril, tenaga maupun financial, tanpa kalian berdua penulis tidak tahu harus berbuat apa ketika penulis merasa kesulitan dalam melakukan penelitian.

11.Sahabat-sahabatku, khalil Ur-Rahman dan Miftah Faridz Al-Anshor, LC yang telah mendoakan dan mendukung penulis penyelesaian skrispi ini. Dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, semoga Allah membalas semua amal baik dengan pahala yang berlipat ganda. Dengan segala kerendahan hati, penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun, guna kesempurnaan skripsi ini. Karena penulis menyadari bahwa didalamnya masih banyak kekurangan-kekurangan. Semoga karya ilmiah yang sederhana ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Amin Yaa Rabbal Alamin

Tangerang, 19 Agustus 2010


(7)

iv DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………... i

DAFTAR ISI ... ……… iv

ABSTRAK ………... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………. 5

D. Metodologi Penelitian ………... 6

E. Tinjauan Pustaka ……….. 8

F. Kerangka Konsep ………... 10

G. Sistematika Penulisan ……….. 18 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Televisi Sebagai Media Dakwah ………. 19 B. Kelebihan dan Kekurangan Televisi ………... 22 C. Proses Produksi Program Televisi Siaran Langsung dan Rekaman 1. Mekanisme Produksi Siaran Langsung ………. 27

2. Mekanisme Produksi Siaran Tidak Langsung (Taping) …..……. 31

BAB III GAMBARAN UMUM PROGRAM “UST. HARYONO” DI JAKTV A. Sejarah dimulainya Siaran Program “Ust. Haryono” di JakTV…….. 34


(8)

v

BAB IV ANALISIS PRODUKSI SIARAN PROGRAM “UST. HARYONO” DI JAKTV

A. Pembentukan Program Siaran Dakwah “Ust. Haryono” di JakTV

1. Mekanisme Kerja Pada Praproduksi ……….. 40 2. Tim Praproduksi ……… 46 B. Pengemasan Program Siaran Dakwah “Ust. Haryono” di JakTV

1. Mekanisme Kerja Pada Produksi ………... 46 2. Tim Produksi ………... 51 C. Pentapan Program Siaran Dakwah “Ust. Haryono” di JakTV

1. Mekanisme Kerja Pada Pasca Produksi ………... 52 2. Tim Pasca Produksi ………... 56 D. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pasca Produksi Rekaman..56

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ……….. 59

B. Saran ……… 61

DAFTAR PUSTAKA ………. 62 LAMPIRAN


(9)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Televisi saat ini telah berkembang dengan pesat dan menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dari televisi masyarakat dapat memperoleh informasi, hiburan, pengaruh dan pendidikan. Perkembangan televisi saat ini tidak hanya terjadi pada stasiun televisi nasional, stasium televisi lokal juga sudah banyak bermunculan. Target audien televisi lokal adalah masyarakat setempat.

Televisi adalah sebuah media komunkasi yang potensial, tidak saja untuk menyampaikan informasi tetapi juga membentuk perilaku sesorang, baik ke arah positif maupun negatf, disengaja ataupun tidak. Televisi sebagai media massa memiliki beberapa karakter khas, yaitu sebagai komunikasi yang sifatnya umum, cepat dan selintas. Maka sebagai media audio visual, televisi mampu merebut 94% saluran masuknya pesan-pesan atai informasi ke dalam pikiran manusia yaitu lewat mata dan telinga.

Televisi merupakan media informasi sekaligus media hiburan yang dapat di jumpai dimana-mana, baik di rumah kecil maupun di rumah mewah, baik di warung-warung kopi maupun di restauran-restauran.

Televisi merupakan media informasi yang bersifat netral, seperti pistol. Jika pistol di tangan orang jahat, maka pistol akan gunakan untuk menembak orang yang tidak bersalah. Namun jika pistol itu ditangan polisi yang beriman dan bijak, maka pistol itu akan digunakan untuk melindungi orang-orang benar.


(10)

Televisi merupakan media audio-visual, yang juga sering disebut sebagai media pandang dengar. Artinya televisi itu selain dapat kita dengar juga bisa kita lihat secara langsung. Oleh sebab itu alangkah besar manfaatnya jika televisi itu lebih banyak menyuguhkan siaran-siaran yang mampu merubah kondisi pemirsa dari kondisi yang tidak baik menjadi kondisi yang lebih baik.

Dengan daya tarik televisi yang memadukan gambar dan suara secara langsung, maka banyak sekali pihak yang memanfaatkan media televisi untuk berbagai macam tujuan, seperti: ekonomi, politik, budaya, hukum, sosial dan juga sebagai media dakwah. Di Indonesia masih sangat minim memanfaatkan media televisi atau film sebagai media dakwah seperti yang diungkapkan oleh Aqib Suminto, memang terdapat beberapa film yang bernafaskan Islam meskipun masih samar-samar.1

Teori komunikasi yang menyatakan bahwa media audio visual memiliki pengaruh tertinggi dalam membentuk akhlak seseorang maupun masyarakat asal dikemas dan dirancang agar sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia memang menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi yang bersifat massa. Televisi sebagai media yang muncul belakangan dibanding media cetak dan radio ternyata memberikan nilai yang sangat spektakuler dalam sisi-sisi pengaruh hidup manusia saat ini. Daya tarik media televisi, berubah total sama sekali. Media televisi menjadi panutan baru (news religius) bagi kehidupan manusia.

1


(11)

Manusia memiliki minat menonton televisi. Masyarakat lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menonton televisi melepas ketegangan dan selain itu masyarakat menonton program acara tertentu untuk menambah informasi pengetahuan serta pesan yang disampaikan pada acara tersebut.

Saat ini stasiun televisi telah banyak hadir di tengah perkembangan media telekomunikasi, sehingga banyak menimbulkan persaingan antarstasiun televisi dalam menciptakan suatu program acara terbaik dan terunik agar semakin banyak masyarakat yang menonton program tersebut maka bertambahlah ratingnya.

JakTV adalah salah satu stasiun televisi baru di kalangan televisi swasta di Indonesia yang memfokuskan siarannya di wilayah Jakarta, Indonesia. Stasiun ini berdiri pada 28 Oktober 2004 dan resmi diluncurkan pada 1 Januari 2005 di Jakarta. JakTV berada pada chanel 55 UHF.

Stasiun yang dimiliki MahakaGroup dan Electronic City ini menargetkan penonton berusia 18-45 tahun. Bersemboyan "My City, My TV", porsi acara di JakTV ialah 80% hiburan dan sisanya program berita.2

Salah satu program terbaru JakTV yaitu “UST. HARYONO” yang ditayangkan Setiap Hari pukul 06.30 – 07.00, program ini bersifat off air yang memiliki keunikan tersendiri dari program televisi distasiun lain. Program ini adalah tayangan dzikir akbar yang dipimpin oleh seorang Ustadz Haryono. Nama Ustadz Haryono identik dengan zikir dan doa penyembuhan, mungkin sudah ribuan orang yang sudah merasakan betapa "AMPUHNYA" sebuah doa dan zikir untuk suatu hajat , baik untuk kesehatan, rejeki, jodoh dsb.

2


(12)

Pada setiap zikir akbar yang diadakannya, pemimpin majelis zikir Al Maghfiroh ini selalu mengatakan tak ada doa yang tidak dikabulkan oleh Allah SWT. Ustadz Haryono adalah termasuk orang yang sangat yakin bahwa suatu doa akan selalu dikabulkan oleh Allah SWT.3

Banyak program televisi yang menyiarkan program-program islami yang sangat mempengaruhi perliaku masyarakat yang telah menyaksikan acara tersebut, mayoritas acara islami yang disiarkan di berbagai macam televisi adalah program siraman rohani atau program ceramah agama oleh para ustadz atau ustadzah kondang, bahkan adapula program religius yang berbentuk film dan sinetron. Akan tetapi JakTV menghadirkan suatu program zikir akbar yang berbeda dengan program-program agama distasiun televisi lainnya. Dengan demikian, layak program ini diteliti.

Film dan program acara dapat memberikan pengaruh yang cukup besar kepada jiwa manusia yang sedang memirsanya. Di saat sedang menonton film, terjadi suatu gejala yang menurut ilmu jiwa sosial sebagai identifikasi psikologis. Ketika proses decoding terjadi, para penonton kerap menyamakan atau meniru seluruh pribadinya dengan salah seorang peran film.

Melihat pengaruh film begitu besar kepada jiwa yang sedang menontonnya, maka alangkah besar manfaatnya film itu, jika dijadikan sewbagai media untuk berdakwah.

Berdasarkan pertimbangan dari latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut, penulis mengambil judul “TELEVISI SEBAGAI MEDIA DAKWAH

3

Artikel diakses pada 22 Februari 2010 dari


(13)

(Analisis Produksi Siaran Program „UST. HARYONO‟ di JakTV)”. Alasan

penulis memilih judul ini, karena program “Ust. Haryono” yang disiarkan di

JakTV memiliki perbedaan dan keunikan dengan program – program islami yang disiarkan distasiun televisi lainnya.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah:

Penelitian ini dibatasi unsur-unsur komunikasi dakwahnya. Tim produksi sebagai komunikator. Saluran yang diamati adalah pembentukan, pengemasan dan penetapan produksi siaran program “Ust. Haryono” di JakTV, penelitian ini tidak membahas pesan dakwah Ust. Haryono, penontonnya dan dampak siaran tersebut.

2. Perumusan Masalah:

Berdasarkan pola berfikir dan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan penelitian tentang analisis isi pesan pada program “UST. HARYONO” di JakTV sebagai berikut:

a. Bagaimana mekanisme kerja produksi “Ust. Haryono” di JakTV? b. Siapa sajakah tim produksi program “Ust. Haryono” di JakTV? c. Apa faktor penghambat dan pendukung pada produksi rekaman?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah:


(14)

a. Untuk mengetahui proses mekanisme kerja produksi “Ust. Haryono” di JakTV.

b. Untuk mengetahui tim produksi siaran program “UST. HARYONO” di JakTV.

c. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung pada produksi rekaman.

2. Manfaat Penelitian:

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis khususnya dan masyarakat luas pada umumnya, serta dapat menjadi penambahan referensi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Menambah wawasan dan informasi peneliti tentang proses praproduksi dan produksi siaran program “UST. HARYONO” yang disiarkan di JakTV.

D. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dilakukan dalam situasi yang wajar (natural setting) dan data yang dikumpulkan umumnya bersifat kualitatif. Peneliti tidak menggunakan angka dalam mengumpulkan data dan memberikan penafsiran terhadap hasil penelitian.4 Menurut Bogdan dan Taylor, penelitian kualitatif adalah prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau

4

Jumroni dan suhaimi, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, (Ciputat: UIN


(15)

lisan dari orang dan perilaku yang diamati.5 Alasan penulis menggunakan penelitian kualitatif untuk mengetahui proses produksi dengan menjelaskan atau

memaparkan proses produksi siaran program “Ust. Haryono” yang disiarkan oleh

JakTV dari data primer yang dikumpulkan, yakni wawancara penulis dengan narasumber dan observasi yang dilakukan selama periode penelitian.

Sementara metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis digunakan menghimpun data aktual. Kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan melukiskan sebagaimana adanya, tidak diiringi dengan ulasan, pandangan atau analisis dari penulis.6 Sedangkan Jalaluddin Rakhmat mendefinisikan metode deskriptif sebagai metode yang hanya memaparkan situasi dan peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji atau membuat prediksi.7

2. Subyek dan Obyek dan Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi subyek penelitian adalah tim

produksi siaran program “Ust. Haryono di JakTV. Sedangkan yang menjadi obyek penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah Analisis terhadap pembentukan,

pengemasan dan pentepan produksi siaran program “Ust. Haryono” di JakTV.

3. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kediaman Ust. Haryono di Jl. KH. Agus Salim Gang Berlian Raya No. 17, Bekasi – Indonesia. Telepon : (021) 8803380. Adapun

5

Lexy, J. Moleong, Metodologi Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2002), cet. Ke-23, h. 4.

6

Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), cet.

Ke-1, h. 60.

7

Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja


(16)

waktu pelaksanaan penelitiannya dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2010.

4. Tahapan Penelitian

a. Teknik Pengumpulan Data

Penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara wawancara Manajer Program Siaran Ust. Haryono, yakni penulis memperoleh Tanya jawab dan tatap muka antara penulis dengan pihak manajemen program Ust. Haryono

yang berwewenang dalam penayangan program “Ust. Haryono”.

b. Teknik Pengolahan Data

Setelah data-data diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah mengolah data. Penulis melakukannya dengan cara editing, yakni kegiatan mempelajari berkas-berkas data yang telah terkumpul. Sehingga keseluruhan berkas itu dapat diketahui dan dapat dinyatakan baik.

c. Analisis Data

Data yang telah masuk, selanjutnya penulis melakukan analisa. Dalam hal ini penulis menganalisa dengan menggunakan analisa dekriptif yakni penulis berusaha menggambarkan obyek penelitian apa adanya sesuai dengan kenyataan.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan skripsi ini, penulis meninjau beberapa tulisan, buku hasil penelitian, maupun skripsi-skripsi yang terdapat di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menemukan beberapa skripsi yang membahas proses produksi dengan obyek penelitian yang berbeda-beda.


(17)

Dalam skripsi yang berjudul “Analisis Produksi Program Penelitian Dunia Dalam Berita di Televisi Republik Indonesia (TVRI)”8 menggunakan obyek penelitian proses produksi program pemberitaan “Dunia Dalam Berita” dengan menggunakan teori Fred Wibowo, yakni menciptakan suatu produksi dan isi pesannya. Kemudian pada judul “Analisis Format Program Acara Titian Iman di

O channel”9

menggunakan obyek penelitian program keagamaan dengan hasil

penelitian berisi format, pelaksanaan dan evaluasi program acara “Titian Iman”

dengan menggunakan teori J.B. Wahyudi. Namun pada “Analisis Produksi

Program Dakwah „ASSALAMU’ALAIKUM’ di MZ Radio 88,2 FM Bekasi”,10 penelitian ini sama-sama membahas tentang produksi siaran, akan tetapi dalam penelitian ini adalah siaran program radio dan terlalu banyak membahas tentang isi pesan dakwahnya. Dan pada tinjauan pustaka yang terakhir berjudul “Analisis

Program Perjalanan 3 Wanita di Trans TV”11

dengan menggunakan teori P.C.S Sutisno dan Darwanto Sastro Soebroto yaitu sebuah desain program acara televisi yang memiliki langkah-langkah yang sama. Seperti ide/gagagasan, sasaran produksi, tujuan program, dan garis-garis besar isi program.

Dari semua tinjauan pustaka yang penulis gunakan sebagai perbandingan dengan penelitian ini semuanya meneliti tentang sebuah proses produksi siaran,

8

Andayani, Pessi, Analisis Produksi Program Penelitian Dunia Dalam Berita di

Televisi Republik Indonesia (TVRI), Jakarta, 2005.

9

Khoiriyah Ulfah, Analisis Format Program Acara Titian Iman di O channel,

Jakarta, 2007.

10

Roliana, Novita, Analisis Produksi Program Dakwah ‘ASSALAMU’ALAIKUM’

di MZ Radio 88,2 FM Bekasi, Jakarta, 2008.

11

Monika, Vina, Analisis Program Perjalanan 3 Wanita di Trans TV, Jakarta


(18)

akan tetapi perbedaan-perbedaan yang dijelaskan diatas dapat membedakan pada penelitian ini.

F. Kerangka Konsep

Bagan 1 Kerangka Konsep Penelitian:

Pada penelitian ini memiliki kerangka konsep untuk mempermudah peneliti dalam penulisan dan pembahasan. Pada kerangka konsep ini yaitu proses pembuatan sebuah produksi program siaran Ust. Haryono dari mulai tahap awal hingga akhir produksi.

A. Televisi Sebagai Media Dakwah

Televisi sebagai media dakwah berarti televisi telah menjadi alat bantu efektif dalam berdakwah yang berperan menmbah pengetahuan risalah agama,

Pasca Produksi Pra-Produksi

Produksi Produksi

Televisi Sebagai Media Dakwah


(19)

sehingga membentuk keberhasilan dakwah Dengan jaman modern ini, tampak jelas bahwa pengaruh emosi dan akhlak yang ditimbulkan media televisi sangat besar, akan tetapi kesadaran untuk memiliki apalagi menggunakan media tersebut sebagai produser di kalangan umat Islam masih rendah. Umat Islam masih merasa puas dengan dakwah yang berbentuk ceramah agama di hadapan langsung sekelompok orang yang tentunya sangat sempit jangkauannya. Jika umat Islam tidak segera memanfaatkan media televisi tersebut di zaman globalisasi dan zaman kecanggihan komunikasi ini, maka dakwah Islam akan semakin terasing dari umat manusia dan terguling oleh persaingan ideologi-ideologi dan agama-agama besar lainnya.

Keberadaan dakwah melalui media diakui memiliki efektifitas yang tinggi dibandingkan dengan dakwah dalam bentuk ceramah atau tabligh akbar. Melalui media audiens yang dapat dijangkau jauh lebih banyak dan lebih luas. Jika dalam tabligh akbar yang bisa mengakses adalah mereka yang hadir dan jumlahnya hanya sedikit, maka melalui media materi dakwah akan diakses pula oleh masyarakat luas, di manapun mereka berada.12

Media dakwah dengan televisi sangat banyak memperoleh kehebatan dibanding dengan media-media dakwah lainnya. Sebagian kehebatannya antara lain dapat dilihat dan didengar oleh seluruh penjuru tanah air bahkan luar negeri, sedangkan mubalighnya hanya pada pusat pemberitaan (studio) saja.

B. Produksi Program Televisi

Menurut P.C.S Sutisno dalam bukunya Pedoman Praktik Penulisan Skenario Televisi dan Video (1993), mendefinisikan program televisi ialah bahan

12


(20)

yang telah disusun dalam satu format sajian dengan unsur video yang ditunjang unsur audio standar estetika dan artistik yang berlaku.

Menurutnya lagi, mengemukakan mengenai program siaran, bahwa stasiun TV dalam membuat suatu program acara terdiri dari para artis pendukung acara dan para kerabat kerja. Ide merupakan sebuah inti pesan yang akan disampaikan kepada khalayak, di tuangkan menjadi suatu naskah yang disesuaikan dengan format program siaran yang akan dibuat, kemudian di produksi hingga menjadi suatu paket program siaran. Paket program siaran itulah yang kemudian di tayangkan melalui stasiun televisi dan di salurkan ke seluruh pelosok melalui jaringan satelit komunikasi, stasiun penghubung dan pemancar. Akhirnya paket program acara itu dapat didengar, di lihat oleh pemirsa di rumah.

Naskah merupakan unsur penunjang dari keberhasilan suatu program, maka dalam penulisan naskah televise didesain dengan urutan langkah berikut:13

1. Ide/Gagasan

Gagasan dapat disebut sebagai asal mula lahirnya sebuah program. 2. Sasaran Program

Setelah munculnya ide, dalam hati tentu terbentuk gagasan yang semakin jelas tentang konsumen. Untuk kebih mengefektifkan penyampaian pesan, perlu menganalisis sasaran program termasuk latar belakang.

3. Tujuan Program

Landasan berikutnya menentukan tujuan program. Kemudian merumuskan tujuan umum. Berdasarkan tujuan umum dan khusus dapat digunakan sebagai

13

P.C.S Sutisno, Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Video,


(21)

bimbingan dan arahan dalam mengarang. Jadi, selain digunakan sebagai acuan kerja kreatif yang bermakna, rumusan tujuan yang jelas dapat langsung menuju sasaran program kreasi dalam masyarakat luas. Dengan kata lain, tujuan komunikasi sudah mencapai sasaran. Yaitu pesan yang disampaikan komunikator dapat diterima oleh komunikan.

4. Garis-garis Besar Isi Program

Setelah jelas sasaran dan ide pesan yang akan di komunikasikan maka di tetapkan garis-garis besar materi yang akan menjadi isi program, sebelumnya harus mengumpulkan bahan, baik dengan membaca buku atau melakukan wawancara.

5. Treatment

Treatment dapat dijabarkan sebagai perlakuan tentang hal-hal yang harus dikembangkan dari synopsis. Dari sebuah treatment orang bisa membayangkan apa saja yang akan telihat di layar. Dengan kata lain, treatment adalah sebuah uraian kejadian yang akan tampak di layar televisi. Uraian tersebut bersifat naratif tanpa menggunakan istilah teknis, seperti ketika seseorang menceritakan kembali pertunjukkan yang baru saja di nikmati.14

Merencanakan sebuah produksi program TV, seorang produser professional akan dihadapkan pada lima hal sekaligus yang memerlukan pemikiran mendalam, seperti materi produksi, sarana produksi (equipment), biaya produksi (financial), organisasi pelaksana produksi dan tahapan pelaksanaan produksi.

14

P.C.S Sutisno, Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Video,


(22)

Berpikir tentang produksi televise bagi seorang produser professional berarti mengembangkan gagasan bagaimana materi produksi itu dapat menjadi suatu sajian yang bernilai, yang memiliki makna. Apa yang disebut nilai itu akan tampil apabila sebuah produksi acara bertolak dari suatu visi.

Hasil produksi yang memiliki visi akan tampak sikapnya. Sikap inilah kekhasan dan keunikan dari produksi itu. Produksi yang tidak memiliki kekhasan atau keunikan berarti produksi kodian, tidak menarik dan biasa-biasa saja. Tidak memukau dan mempesona.

Suatu produksi program TV yang melibatkan banyak peralatan, orang dan dengan sendirinya biaya yang besar, selain memerlukan suatu organisasi yang rapi juga perlu suatu tahap pelaksanaan produksi yang jelas dan efisien. Setiap tahap harus jelas kemajuannya dibandingkan dengan tahap sebelumnya. Tahapan produksi terbagi dari tiga bagian di televise yang lazim disebut standard operation procedure (SOP), seperti berikut :

a. Pra produksi (ide, perencanaan dan persiapan)

Tahap ini sangat penting sebab jika tahap ini dilaksanakan dengan rinci dan baik, sebagian pekerjaan dari produksi yang direncanakan sudah beres.

Tahap pra produksi meliputi tiga bagian :

1. Penemuan Ide

Tahap ini dimulai ketika seorang produser menemukan ide tau gagasan, membuat riset dan menuliskan naskah atau meminta penulis naskah mengembangkan gagasan yang menjadi naskah sesudah riset.


(23)

2. Perencanaan

Tahap ini meliputi penetapan jangka waktu kerja (time schedule), penyempurnaan naskah, pemilihan artis, lokasi dan crew. Selain estimasi biaya, penyediaan biaya dan rencana alokasi merupakan bagian dari perencanaan yang perlu dibuat secara hati-hat dan teliti.

3. Persiapan

Tahap ini meliputi pemberesan semua kontrak, perizinanan dan surat-menyurat. Latihan para artis dan pembuatan setting, meneliti dan melengkapi peralatan yang diperlukan. Semua persiapan ini paling baik diselesaikan menurut jangka waktu kerja (time schedule) yang sudah ditetapkan.

Kunci keberhasilan produksi program TV sangat ditentukan oleh keberesan tahap perencanaan dan persiapan itu. Orang yang begitu percaya pada kemampuan teknis sering mengabaikan hal-hal yang sifatnya pemikiran di atas kertas. Dalam produski program TV, hal itu dapat berakibat kegagalan. Sebagian besar pekerjaan dalam produksi program TV bukan shooting di lapangan. Shooting

dilapangan hanya memerlukan waktu 7 atau 10 hari. Namun, perencanaan dan persiapan dapat makan waktu beberapa minggu dengan lebih banyak menggunakan kertas-kertas dan pena daripada kamera atau peralatan teknik yang lain.

b. Produksi

Baru sesudah perencanaan dan persiapan selesai betul, pelaksanaan produksi dimulai. Sutradara bekerja sama dengan para artis dan crew mencoba mewujudkan apa yang direncanakan dalam kertas dan tulisan (shooting script) menjadi gambar, susunan gambar yang dapat bercerita.


(24)

Dalam pelaksanaan ini sutradara menentukan jenis shot yang akan diambil di dalam adegan (scene). Biasanya sutradara mempersiapkan suatu daftar shot (shot list) dari setiap adegan. Sering terjadi satu kalimat dalam scenario (naskah sinetron atau film cerita) dipecah menjadi empat shot atau lebih.

c. Pasca produksi

Pasca produksi memiliki tiga langkah utama, yaitu editing off line, editing on line, dan mixing.

1. Editing off line

Setelah shooting selesai, script boy/girl membuat logging, yaitu mencatat kembali hasil shooting berdasarkan catatan shooting dan gambar. Di dalam

logging time code (nomor kode yang dibuat dan muncul gambar) dan hasil pengambilan setiap shot dicatat. Kemudian berdasarkan catatan itu sutradara akan membuat editing kasar yang disebut editing off line (dengan copy

video VHS supaya murah) sesuai dengan gagasan yang ada dalam synopsis dan treatment. Materi yang dipilih dan disambung-sambung dalam pita VHS. Sesudah editing kasar ini jadi, hasilnya dilihat dengan seksama dalam

screening. Apabila masih perlu ditambah atau diedit lagi, pekerjaan ini dapat langsung dikerjakan sampai hasilnya memuaskan. Sesudah hasil

editing off line itu dirasa pas dan memuaskan barulah editing script. Naskah editing ini sudah dilengkapi dengan uraian untuk narasi dan bagian-bagian yang perlu diisi dengan ilustrasi music. Didalam naskah editing, gambar dan nomor kode waktu tertulis jelas untuk memudahkan pekerjaan editor. Kemudian hasil shooting asli dan naskah editing di serahkan kepada editor


(25)

untuk dibuat editing on line. Kaset VHS hasil editing off line dipergunakan sebagai pedoman oleh editor.

2. Editing on line

Berdasarkan naskah editing, editor mengedit hasil shooting asli. Sambungan

– sambungan setiap shoot dan adegan (scene) dibuat tepat berdasarkan catatan kode waktu dalam naskah editing. Demikian pula sound asli dimasukan dengan level yang sempurna. Setelah editing on line siap, proses berlanjut dengan mixing.

3. mixing

Narasi yang sudah direkam dan juga ilustrasi musik yang juga sudah direkam dimasukan ke dalam pita hasil editing on line sesuai dengan petunjuk atau ketentuan yang tertulis dalam naskah editing. Keseimbangan antara sound effect, suara asli, suara narasi, dan musik harus dimuat sedemikian rupa sehingga tidak saling mengganggu dan terdengan jelas. Sesudah proses mixing ini boleh dikatakan bagian yang paling penting dalam post production sudah selesai. Setelah produksi selesai biasanya diadakan preview. Dalam preview tak ada lagi yang harus diperbaiki. Apabila semua sudah siap maka program ini siap juga ditayangkan.

Penayangan program stasiun televisi dibatasi oleh frame waktu. Oleh karena itu, dalam screening hal ini juga perlu diperhatikan. Apabila program ternyata melebihi frame waktu yang disediakan, harus dipotong di tempat yang tidak mengganggu kontinuitas program.15

15

Fred Wibowo, Dasar-dasar Produksi Program Televisi, (Yogyakarta: PT.


(26)

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini berdasarkan pedoman penulis bahas dalam lima bab yang diuraikan sebagai berikut:

BAB I : Merupakan bab pendahuluan sebagai gambaran umum tentang penulisan skripsi, pada bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Pada bab ini diuraikan kajian teoritis tentang pengertian dakwah, Kategori Dakwah, media dakwah, televisi sebagai media dakwah, media massa televisi dan pelaksanaan program televisi.

BAB III: Pada bab ini diuraikan tentang gambaran sejarah umum program

“Ust. Haryono” di JakTV, visi dan misi Program “Ust. Haryono”

di JakTV.

BAB IV : Pada bab ini merupakan bab inti yang didalamnya diuraikan

tentang proses pra produksi siaran program “Ust. Haryono” dan

proses produksinya.

BAB V : Penutup. Pada bab ini diuraikan tentang kesimpulan dan saran-saran. Dalam bab ini penulis mencoba menyimpulkan permasalahan-permasalahan yang dibahas dalam skripsi serta mengemukakan saran-saran yang dianggap perlu.


(27)

19 A. Televisi Sebagai Media Dakwah

Televisi sebagai media dakwah adalah suatu penerapan dan pemanfaatan hasil teknologi modern, yang mana dengan pemanfaatan hasil teknologi itu diharapkan seluruh aktivitas dakwah dapat mencapai sasaran (tujuan) yang lebih optimal baik kuantitatif maupun kualitatif.

Lahirnya berbagai peralatan teknologi dalam bidang penyiraan: radio, televisi, percetakan, telekomonikasi dan yang terakhir internet, telah memberi harapan baru bagi aktivis dakwah untuk sekala global. Seiring dengan itu maka muncullah istilah televangelism, teledakwah, e-dakwah dan lain-lain. Harapan ini memang sangat menjanjikan, ini dikarenakan skop dakwah melalui signal tersebut jangkauannya sangat luas dan mendunia, bagaikan kata pepatah sekali terdayung dua-tiga pulau terlewati.

Dalam konteks ini, harapan yang ditawarkan oleh teknologi media untuk kepentingan dakwah-dakwah agama perlu dicermati dengan bijak, sehingga sarana yang ada dapat diakomudir dengan tepat sasaran dan terhindari dari efek negatif yang timbul secara seporadis. Dakwah dalam media bisa hadir dalam berbagai segmen yang intinya mengulas tentang isu relegius dalam berbagai sisi, baik di media cetak maupun media elektronik. Talk show, artikel dan

teleconference keagamaan adalah beberapa contoh wajah baru dakwah agama yang tampil dalam teknologi media yang dapat membentuk citra dan sekaligus memperluas jangkauan audiens dakwah, tidak hanya mereka yang seagama, namun juga kepada pemeluk agama lain.


(28)

Di sisi lain para da'i dituntut agar peka dengan setiap isu yang muncul disamping bisa menguasai manajemen dalam mengelola media yang ingin ditransfer ide dakwah. Dengan demikian, tingkat penyebaran nilai-nilai agama menjadi lebih luas dan singkat waktu, minimal dalam tataran informatif. Orang-orang dapat mengambil banyak manfaat dari maraknya program agama Islam di radio, televisi, koran dan internet, dimana sebahagiannya sibuk tidak sempat menghadiri majelis taklim. Hadirnya nilai-nilai agama dengan perantaraan teknologi media tersebut sangat membantu mereka dalam menjaga kontinuitas keberagamaannya.

Dakwah melalui media massa seperti di radio, televisi, koran memang sangat menghematkan waktu dan sasaran yang ingin dicapaipun lebih banyak, namun biaya yang dikeluarkan tidak sedikit bahkan bisa mencapai ratusan juta rupiah. Akan tetapi hadirnya dunia internet dengan akses selama 24 jam ternyata memberi solusi kepada dunia dakwah hari ini, anda tidak perlu mereguh kocek sampai jutaan, cukup lima ribuan satu jam anda dapat mentranfer bermacam dokumen, artikel, makalah, ceramah ke dunia siber baik dalam bentuk audio atau video.

Bagi peminat dunia maya, dakwah melalui siber memang sangat mengasyikkan. Ini dikarenakan fasilitas yang disediakan oleh pemilik provider

dan server cukup kreatif dan inovatif. Hanya sedikit tambahan ilmu pengetahuan tentang komputer terutama copy-paste nya anda sudah dapat memiliki sebuah bloger gratis. Hanya saja kreasi design web dan updatingnya yang memerlukan keseriusan dalam mengelola manajemen dakwah melalui siber tersebut. Walau


(29)

bagaimanapun kita dituntut keseriusan dan kesungguhan dalam berbagai bidang yang ingin kita geluti jika memang kesuksesan mau diraih.1

Media dakwah dengan televisi sangat banyak memperoleh kehebatan dibanding dengan media-media dakwah lainnya. Sebagian kehebatannya antara lain dapat dilihat dan didengar oleh seluruh penjuru tanah air bahkan luar negeri, sedangkan mubalighnya hanya pada pusat pemberitaan (studio) saja.

Televisi merupakan media informasi sekaligus media hiburan yang dapat di jumpai dimana-mana, baik di rumah kecil maupun di rumah mewah, baik di warung-warung kopi maupun di restauran-restauran.

Televisi merupankan media informasi yang bersifat netral, seperti pistol. Jika pistol di tangan orang jahat, maka pistol akan gunakan untuk menembak orang yang tidak bersalah. Namun jika pistol itu ditangan polisi yang beriman dan bijak, maka pistol itu akan digunakan untuk melindungi orang-orang benar.

Televisi merupakan media audio-visual, yang juga sering disebut sebagai media pandang dengar. Artinya televisi itu selain dapat kita dengar juga bisa kita lihat secara langsung. Oleh sebab itu alangkah besar manfaatnya jika televisi itu lebih banyak menyuguhkan siaran-siaran yang mampu merubah kondisi pemirsa dari kondisi yang tidak baik menjadi kondisi yang lebih baik.2

Keberadaan dakwah melalui media diakui memiliki efektifitas yang tinggi dibandingkan dengan dakwah dalam bentuk ceramah atau tabligh akbar. Melalui media audiens yang dapat dijangkau jauh lebih banyak dan lebih luas. Jika dalam tabligh akbar yang bisa mengakses adalah mereka yang hadir dan jumlahnya

1

Junaidi, Manajemen E-Dakwah: Berdakwah Melalui Saber, (Banda Aceh: Mahasiswa IAIN Banda Aceh, 2008).

2


(30)

hanya sedikit, maka melalui media materi dakwah akan diakses pula oleh masyarakat luas, di manapun mereka berada.

Kenyataan di atas mendasari Dit. Penais untuk meningkatkan jumlah siaran dakwah melalui media. Untuk tahun 2009 Dit. Penais telah menyiapkan program dakwah di dua media yang berbeda, yaitu televisi dan radio. Untuk televisi, dialokasikan 52 episode, begitupula dengan Radio.

Direktur Penerangan Agama Islam, Drs. Ahmad Jauhari, M.Si, menegaskan bahwa peningkatan volume dakwah melalui media ini diharapkan dapat menyentuh lapisan masyarakat secara luas. Lebih lanjut beliau menyampaikan bahwa selama ini masih banyak masyarakat yang tidak tersentuh dakwah. Hal ini bisa disebabkan beberapa hal, di antaranya masih konvensionalnya metode dakwah yang hanya melalui mimbar atau tabligh akbar. Bagi masyarakat yang memiliki mobilitas tinggi atau daerah terpencil, menghadiri sebuah ceramah tentunya sangat mengganggu aktifitas. Dengan adanya siaran di televisi dan radio diharapkan mereka yang memiliki mobilitas tinggi dan tidak sempat datang ke majlis taklim atau karena jarak, dapat mengaksesnya melalui siaran keduanya tanpa mengganggu aktifitasnya masing-masing.3

B. Kelebihan dan Kekurangan Televisi

Media massa di negara kita pada umumnya berupa radio, televisi, surat kabar atau majalah. Media massa ini tepat sekali dipergunakan sebagai media dakwah, baik melalui rubrik atau acara khusus agama ataupun acara atau rubrik acara yang lain.

3


(31)

Media massa digunakan dalam komunikasi apabila komunikan berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh. Media massa yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari umumnya adalah surat kabar, radio, televisi, dan film bioskop yang beroperasi dalam bidang informasi, edukasi, dan rekreasi, atau istilah lain : penerangan, pendidikan, dan hiburan.

Televise pada hakikatnya merupakan suatu system komunkiasi yang menggunakan suatu rangkaian gambar elektronik yang dipancarkan secara tepat, berurutan dan diiringi unsure audio. Tetapi, pengertian ini harus dibedakan dengan media film yang merupakan rangkaian gambar yang diproyeksikan dengan kecepatan 24 bingkai perdetik sehingga gambar tampak hidup

Televise juga bisa disebut sebagai sebuah alat atau benda untuk menyiarkan siaran-siaran yang membawakan suara gambar sekaligus, dari siaran televise itu maka penonton dapat mendengarkan dan melihat gambar-gambar yang disajikan. Televise juga bisa sebagai media komunikasi berfungsi dalam mendifusikan informasi, mendidik, menghibur dan mempengaruhi yang sudah dipenuhi oleh hampir semua stasiun televise.

Media televise telah menjadi sarana tayang realitas social yang penting bagi manusia untuk mngaca dan memantau keberadaan dan hubungan relasinya dalam realitas kehidupan social. Pantauan itu terkait dengan perilaku, trend, bahkan sikap ideology tertentu.

Technology komunikasi dalam dunia televise (broadcast) telah mengajak masyarakat keluar dari pemahaman komunikasi sempit dalam skala regional. Jaringan CNN misalnya, dengan siaran 24 jam terus menerus, saat ini menjadi saluran komunikasi yang tidak pernah tidur. Peristiwa di suatu tempat akan


(32)

dengan cepat diketahui oleh pemirsa di belahan lainnya. Bahkan pada detik-detik yang hampir sama.4

Televise bisa diibaratkan sebagai “jendela rumah” yang dapat dimanfaatkan

untuk melongok apa-apa yang adadi luar rumah. Oleh karenannya televise diharapkan mampu meneropong dengan kekuatan mata lensanya realitas social obyektif yang didapatkannya, menjawab kehausan informasi atasnya, menayangkan dan menyampaikan obyektifitas yang ditemuinya tanpa manipulasi, tanpa tending aling-aling dengan tetap berpijak pada etika. Dan dengan kelebihannya media massa lain, televise diharapkan mampu menyentuh aspek psikologi masyarakat pemirsanya.

Menurut Onong Uchjana Effendy, acara televise pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi dan perasaan para penonton. Ini adalah hal yang wajar. Jadi, bila ada yang mengakibatkan penonton terharu, terpesona dan latah, bukanlah sesuatu yang istimewa. Sebab, salah satu pengaruh psikologi dari televise seakan-akan menghipnotis para penonton, sehingga mereka seolah-olah hanyut pada kisah atau peristiwa yang dihidangkan televise.5

1. Karakteristik Televisi

Sebagai media massa televisi memiliki karakteristik tersendiri, hal tersebut di ungkapkan oleh Drs. H. Subrata sebagai berikut :

a. Tidak bersifat alamiah tetapi tersusun, dibentuk dan di rencanakan dan bahkan melalui wadah organisasi

4

Priyo Soemandoyo, Wacana Gender dan Layar Televisi: Study Perempuan Dalam Pemberitaan Televisi Swasta, (Yogyakarta: LP3Y & Ford Foundation, 1999), h. 17

5

Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), cet ke-4, h. 122


(33)

b. Kegiatannya terarah dan bertujuan, sehingga merupakan hal yang direncanakan.6

Televisi mampu menghadirkan sesuatu yang aktual dan secara serempak dapat diterima oleh khalayak penontonnya. Dalam ini televisi telah membuat suatu loncatan yang panjang, dimana hasilnya langsung terus dapat dilihat apa yang terjadi sekarang, demikian pula dapat didengar apa yang dibicarakan sekarang. Beberapa karakteristik kelebihan televisi:

 Memiliki jangkauan yang luas dan segera dapat menyentuh rangsang penglihatan dan pendengaran manusia.

 Dapat menghadirkan objek yang amat kecil atau besar, berbahaya atau yang langka.

 Menyajikan pengalaman langsung kepada penonton.

 Dapat dikatakan “meniadakan” perbedaan jarak dan waktu.

 Mampu menyajikan unsur warna, gerakan, bunyi dan proses dengan baik.

 Dapat mengkoordinasikan pemanfaatan berbagai media lain, seperti film, foto dan gambar dengan baik.

 Dapat menyimpan berbagai data, informasi dan serentak menyebarluaskannya dengan cepat ke berbagai tempat yang berjauhan.

 Mudah ditonton tanpa perlu menggelapkan ruangan.

 Membangkitkan perasaan intin atau media personal.

Selain kelebihan tersebut, media televise juga mengandung kelemahan sebagai berikut:

6

Darwanto Sastro Subroto, Produksi Acara Televisi, (Yogyakarta: Duta wacana University, Press, 1994), h. 20.


(34)

 Merupakan media satu arah, hanya mampu menyampaikan pesan, namun tidak bisa menerima umpan balik secara tepat.

 Layar pesawat penerima yang sempit tidak memberikan keleluasaan penonton.

 Bingkai cahaya (flash) dan rangsang kedip cahaya (flicker) dapat merusak atau mengganggu penglihatan penonton.

 Kualitas gambar yang dipancarkan lebih rendah dibandingkan dengan visual yang diproyeksikan (film layar lebar).7

Televise swasta telah menjelma sebagai industry dengan beberapa karakteristik:

1. Memperlakukan tayangan sebagai komoditif.

2. Mengandalkan iklan sebagai nara sumber pemasukan dana terbesar.

3. Kompetisi sesame stasiun televise untuk menyajikan yang terbaik bagi pemirsa dengan harapan meningkatkan volume iklan.

4. Mendorong tumbuhnya aktivitas ekonomi dalam sector lain, yang mendukung operasi lain.

5. Berkembangnya televise sebagai stasium distribusi informasi tanpa harus memperbaiki materi tayangan.

6. Mengorientasikan tayangan pada kepentingan dan minat masyarakat yang dikaji berdasarkan penelitian kebutuhan khalayak sasaran sekalipun tidak menutup kemungkinan ditayangkannya kepentingan pihak sensor.

7. Televise berperan dominan sebagai lembaga komersial yang mendukung ide pokok kapitalisme, yakni produksi dan reproduksi. Hal ini Nampak pada

7

Sutisno P.C.S, Pedoman Praktik Penulisan: Skenario Televisi dan Radio, (Jakarta: PT. Grasindo: 1993), Cet ke-1, h. 3.


(35)

kecenderungan media televise swasta untuk menerima transaksi barang-barang dan sekaligus iklannya.8

C. Proses Produksi Program Televisi Siaran Langsung dan Rekaman

1. Mekanisme Produksi Siaran Langsung

Produksi siaran langsung merupakan program yang disiarkan secara langsung (live), tahap produksi merupakan tahap akhir dalam suatu proses, kebanyakan program-program berita, olahraga, upacara kenegaraan yang disiarkan secara langsung. Siarang langsung (live) dilakukan karena mengandunhg unsur aktualitas dan atau hard news seperti siaran berita Liputan 6, Redaksi Sore, Pertandingan olah raga, Breaking News, acara music di panggung. Dengan demikian tidak dilakukan rekaman dan post production. Live broadcast

memerlukan persiapan yang matang dan lebih sulit daripada rekaman (taping). Ketika mengemas acara dalam siaran langsung ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahapan dibawah ini:

a. Materi Produksi

Materi produksi dapat berupa apa saja, seperti kejadian, pengalaman, hasil karya, benda, binatang, dan manusia merupakan bahan yang dapat diolah menjadi sebuah produksi. Suatu kejadian yabng istimewa biasanya merupakan materi produksi yang baik untuk program-program documenter atau sinetron.

Dalam produksi tentunya ada suatu pesan yang akan disampaikan kepada khalayak, suatu ide tidak akan menarik jika tidak dikemas sebaik mungkin.

8

Arini hidayat, Televise dan Perkembangan Social Anak, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998) cet ke-1, h. 75-76.


(36)

Dengan format acara yang baik tentunya sebuah ide akan didapat diminati dan diterima penonton.

b. Sarana dan Prasarana (Equipment)

Sarana merupakan peralatan yang memadai guna menunjang sebuah ide menjadi konkret dan menjadi sebuah hasil program dengan kualitas alat yang memenuhi standar broadcastbroadcast yang mampu menghasilkan gambar dan suara yang baik.

Ada 3 unit pokok peralatan yang diperlukan sebagai alat produksi yaitu unit peralatan perekam gambar, unit peralatan perekam suara dan unit pencahayaan.

c. Biaya Produksi

Perencanaan budget atau biaya produksi dapat didasarkan pada dua kemungkinan yaitu:

1. Financial Oriented yaitu perencanaan biaya produksi yang didasarkan kepada kemungkinan keuangan yang ada, jika keuangan terbatas berarti tuntutan-tuntutan tertentu untuk kebutuhan produksi harus pula dibatasi. 2. Quality Oriented yaitu perencanaan biaya produksi yang didasarkan atas tuntutan kualitas hasil produksi yang maksimal. Dalam hal ini orientasi budget semacam ini biasanya produksi prestige, produksi yang diharapkan mendapat keuntungan besar, baik dari segi nama maupun fisik.

d. Organisasi Pelaksana Produksi

Pelaksanaan produksi adalah satuan kerja yang akan menangani proses produksi secara bersama-sama sampai hasilnya disiarkan. Meskipun ada banyak orang dengan berbagai tugas tetapi semuanya memiliki satu tujuan, yaitu


(37)

menghasilkan produksi yang disiarkan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Untuk memudahkan pekerjaan dilapangan dilakukan pembagian tugas dan tanggung jawab masing-masing.

e. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan prduksi suatu program televise yang meilbatkan banyak peralatan, orang dan juga biaya yang besar, selain memerlukan suatu organisasi yang rapi juga perlu suatutahap pelaksanaan produksi yang jelas dan efisien. Tahapan produksi program televise yang biasa disebut Standare Operation Procedure (SOP), adalah sebagai berikut:

1. Praproduksi (ide, perencanaan dan persiapan)

Tahap ini sangat penting sebab tahap ini dilaksanakan dengan rinci dan baik, sebagian pekerjaan dan produksi yang direncanakan sesudah selesai.

Tahapan praproduksi meliputi tiga bagian: a) Penemuan ide

Tahapan ini dimulai ketika seorang produser menemukan ide atau gagasan. Membuat riset dan menuliskan naskah atau meminta penilis naskah mengembangkan gagasan menjadi naskah.

b) Perencanaan

Tahap ini meliputi penetapan jangka waktu kerja (time schedule), penyempurnaan naskah, pemilihan artis, lokasi dan crew. Selain estimasi biaya, penyediaan biaya dan rencana alokasi merupakan bagian dari perencanaan yang perlu dibuat secara hati-hati dan teliti.


(38)

c) Persiapan

Tahap ini meliputi pemberesan semua kontrak, perizinan dan surat menyurat. Latihan para artis dan pembuatan setting, meneliti dan melengkapi peralatan yang diperlukan. Semua persiapan ini paling baik diselesaikan menurut jangka waktu kerja yang sudah ditetapkan.

Kunci keberhasilan produksi program televise sangat ditentukan oleh baiknya tahap perencanaan dan persiapan. Orang yang begitu percaya pada kemampuan teknis sering mengabaikan hal-hal yang sifatnya pemikiran diatas kertas. Dalam produksi program televisi, hal itu dapat berakibat kegagalan.

2. Produksi (pelaksanaan)

Setelah proses perencanaan dan perisapan selesai, pelaksanaan produksi bisa dimulai. Sutradara sama dengan para pengisi acara dan crew mencoba menwujudkan apa yang direncanakan yang tertulis dalam script menjadi gambar, susunan gambar yang dapat bercerita.

Dalam pelaksanaan program produksi ini, sutradara menentukan jenis shoot

yang akan diambil dalam adegan (scene). Biasanya sutradara mempersiapkan suatu daftar shoot (shoot list) dari setiap adegan. Semua shootyang dibuat dicarar oleh bagian pencatat dengan mencatat time code pada saat mulai pengambilan, isi

shoot dan time code pada akhir pengambilan adegan. Kode waktu (time code) adalah nomor pada pita. Nomor itu berputar ketika kamera dihidupkan dan terekam dalam gambar. Catatan kode waktu ini nanti akan berguna dalam proses

editing.

Biasanya gambar hasil shooting dikontrol setiap akhir sooting untuk melihat apakah hasil pengambilan gambar sudah benar, apabila tidak maka adegan itu


(39)

perlu diulang pengambilan gambarnya. Semua adegan didalam naskah selesai diambil, maka hasil gambar asli (original material/row footpage) dibuat catatannya (logging) untuk kemudian masuk dalam proses post production, yaitu editing.

3. Pasca produksi (penyelesaian dan penayangan)

Biasanya dalam siaran langsung tidak memerlukan proses pasca produksi, jadi untuk proses pasca produski biasanya hanya untuk siaran acara tidak langsung yang telah direkam, lalu dengan proses pengeditan.

2. Mekanisme Produksi Siaran Tidak Langsung (Taping)

Video Taping, merupakan system siaran yang menayangkan paket acara yang telah diproduksi sebelumnya misalnya film sinetro dan juga iklan, system ini menggunakan computer yang berfungsi sebagai traffick. Program ini di rekam dengan video/video cassette.

Karena disebut siaran tidak langsung, maka program acara tersebut kejadiannya sudah dilakukan terlebih dahulu, baru kemudian dilakukan proses penyempurnaan, baik system audio melalui mixing atau dabbing dan system video melalui proses editing, titling, chorma key dsb.

Proses terakhir siaran tidak langsung (taping) adalah pasca produksi. Terdapat tiga tahapan dalam pasca produksi, yaitu:

a. Editing Off Line

Setelah shooting selesai, script boy/girl membuat logging, yaitu mencatat kembali semua hasil shooting dan gambar. Didalam logging time code (nomor kode yang dibuat dan muncul dalam gambar) dan hasil pengambilan setiap shoot


(40)

dicatat. Kemudian berdasarkan catatan itu sutradara akan membuat editing kasar yang disebut editing off line (dengan copy video VHS supaya murah) sesuai dengan gagasan yang ada dalam sinposis dan treatment.

Materi hasil shooting langsung dipilih dan disambung-sambung dalam pita VHS. Sesudah editing kasar ini jadi, hasilnya dengan seksama dalam screening. Sesudah selesai editing off line dirasa pas dan memuaskan barulah editing script. Naskah editing ini sudah dilengkapi dengan uraian untuk narasi dan bagian-bagian yang perlu diisi dengan ilustrasi music. Didalam naskah editing, gambar dan nomor kode waktu tertulis jelas untuk memudahkan pekerjaan editor. Kemudian hasil shooting asli dan naskah editing diserahkan kepada editor untuk dibuat kaset

editing on line. Kaset VHS hasil editing off line dipergunakan sebagai pedoman oleh editor.

b. Editing On Line

Berdasarkan naskah editing, editor mengedit hasil shooting asli. Sambungan-sambungan setiap shoot dan adegan (scene) dibuat tetap berdasarkan catatan kode waktu dalam naskah editing. Demikian pula sound asli dimasukkan dengan level yang sempurna. Setelah editing on line ini siap, proses berlanjut dengan mixing.

c. Mixing

Narasi yang sudah di rekam dan juga ilustrasi musik yang sudah di rekam. Dimasukkan kedalam pita hasil editing on line sesuai dengan petunjuk atau ketentuan yang tertulis dalam naskah editing. Keseimbangan antara sound effect, suara asli, suara narasi dan music harus di buat sedemikian rupa sehingga tidak saling menggangu dan terdengar jelas. Sesudah proses mixing ini boleh dikatakan


(41)

bagian yang penting dalam post production sudah selesai. Secara menyeluruh produksi juga sudah selesai. Setelah produksi selesai biasanya di lakukan preview. Dalam preview tak ada lagi yang harus di perbaiki. Apabila semua sudah siap maka program ini siap juga di tanyangkan.

Penayangan program distasiun televise di batasi oleh frame waktu. Oleh karena itu, dalam screening hal ini juga perlu di perhatikan. Apabila program ternyata melebihi frame waktu yang disediakan, harus dipotong di tempat yang tidak mengganggu kontinuitas program.


(42)

34

A. Sejarah dimulainya Siaran Program “Ust. Haryono” di JakTV

Program “Ust. Haryono” merupakan program acara keagamaan yang

dihadirkan stasiun televise swasta JakTV, atas pertimbangan selama ini program Ust. Haryono merupakan program dakwah dengan format dzikir akbar dan pengobatan alternatif oleh Ust. H. Muhammad Haryono, dengan hadirnya program acara keagamaan ini diharapkan dapat menyeimbangkan porsi program-program dakwah yang telah ada.

Lahirnya program tersebut karena ide dari Ust. H. M. Haryono sendiri, karena sosok seorang ustad yang memiliki kelebihan dalam penyembuhan segala penyakit dengan dzikir, sehingga seluruh tim Ust. Haryono mempunyai suatu inisiatif agar dapat menjual dari apa yang telah diberikan Allah kepada seorang ustad Haryono dengan menciptakan suatu gagasan dengan membuat suatu program acara dakwah yang berhubungan dengan dzikir dan pengobatan alternative.

Ust. Haryono off air pertama kali pada tahun 2009 dan termasuk program baru di JakTV. Jadwal acara Ust. Haryono setiap hari secara record (rekaman) pada pukul 06.00-06.30 WIB.

Program Ust. Haryono menggunakan format Video On Sound yang menampilkan sajian visual diiringi audio seperti narasi, dialog, sound effect, dan musik dengan narasumber sekaligus talent yang tetap yaitu Ust. Haryono. Acara ini berdurasi 30 menit dengan dibagi 3 segmen.


(43)

Pada dasarnya program Ust. Haryono telah ada semenjak tahun 1999, program ini sudah banyak tayang di stasiun-stasiun televise swasta lainnya, seperti ANTV, dan program ini pun tidak hanya selalu bersifat off air akan tetapi program ini terkadang bersifat on air (siaran langsung) ketika program ini pertama kali ditayangkan ditelevisi. Sehingga sudah hampir ribuan episode yang telah ditayangkan dari berbagai macam televise swasta lainnya hingga siaran terakhir yang saat ini ditayangkan di JakTV.1

Tujuan acara ini adalah mengajak kepada seluruh umat islam agar selalu mengingat kepada Allah SWT dengan cara berdzikir bersama yang dipimpin oleh Ust. Haryono dan berdakwah dengan cara pengobatan.

Target penonton acara Ust. Haryono adalah semua umur karena menurut Nugroho selaku Manager Produksi pada program acara ini sangat bermanfaat bagi setiap para penontonnya, karena mengingat kepada Allah adalah suatu kewajiban bagi seluruh umat islam dan penyakit pun selalu ada pada setiap umur, sehingga acara ini memiliki format dzikir bersama untuk meningkatkan kualitas keimanan kita kepada Allah dan pengobatan dimana Ust. Haryono adalah perantara untuk menyembuhkan setiap penyakit dan penyembuhnya tetap atas kehendak-Nya.

Proses produksi program Ust. Haryono dilakukan secara rekaman (Taping)

dengan proses pengeditan ketika disiarkan di akhir dengan menggunakan editing off line/on line.

Berjalannya proses program ini diawali dengan mencari lokasi shooting oleh para tim kreatif, karena tempat/lokasi sangat berperan ketika berjalannya proses

1

Wawancara pribadi dengan Nugroho, Manager Program Siaran Ust. Haryono, Bekasi 13 Juni 2010.


(44)

produksi, lokasi yang sangat mendukung pada program ini adalah lokasi peribadatan atau yang dikenal dengan sebutan masjid, dikarenakan masjid itu sendiri memiliki nilai-nilai ibadah termasuk dzikir. Setelah lokasi ditentukan maka seluruh tim kreatif/crew melakukan persiapan untuk pelaksanaan shooting

dengan mempersiapkan alat-alat atau perlengkapan produksi, diantaranya adalah; Kamera, kaset/tape, Ligting (Pencahayaan), alat make up, dan lain sebagainya. Setelah mempersiapkan alat-alat pelengkapan dibutuhkan cheking up atau pengecekan ulang agar tidak terjadi kerancuan ketika pelaksanaan shooting

sedang berlangsung.

Lokasi yang tepat dan persiapan para tim kreatif/crew dengan alat-alat produksi adalah dua langkah awal untuk memulai kegiatan shooting. Program ini berbeda dengan pembuatan sinetron ataupun program dakwah yang membutuhkan scenario dan cutting scene ketika berjalannya shooting, karena program ini dibuat secara natural layaknya acara dzikir akbar yang biasa dilakukan di tempat peribadatan atau masjid tanpa rekayasa dan berjalan secara alamiah. Dalam berjalannya pelaksanaan shooting akan ditemukan beragam reaksi dari para

jama’ah dzikir yang timbul akibat aksi yang dilakukan oleh seorang pemimpin dzikir yaitu Ust. H. M. Haryono, seperti halnya tak kuasa menahan isak tangis cerminan kekuatan dzikir tersebut. Sesuai dengan makna etimologi dari pada dzikir yang diambil dari bahasa arab (Dzakara – Yazkuru – Zikraan) yang berarti mengingat. Tujuan dari pada dzikir yang dilakukan Ust. Haryono adalah meninggalkan seluruh pikiran duniawi dan terpusat kepada sang pencipta dengan membasahi lisan, menerangkan pikiran dan membersihkan hati yang diiringi


(45)

dengan lafadz-lafadzIlahiah. Dan berakhirnya proses shooting bersamaan dengan ditutupnya acara dzikir oleh Ust. H. Haryono.

Hasil liputan atau rekaman produksi acara tersebut akan diedit atau diolah sebaik mungkin sehingga penyiaran terhadap publik memenuhi kriteria produksi dan memiliki nilai penyampaian dakwah yang produktif. Proses editing rekaman dengan menggunakan editing off line dan editing on line.

Sampai saat ini program Ust. Haryono sudah memiliki rating yang cukup tinggi, karena dari tayangan-tayangannya sangat bermanfaat bagi masyarakat dan banyak diminati oleh masyarakat karena program ini memiliki tujuan untuk meningkatkan keimanan kepada sang pencipta, serta mengandung unsur-unsur rohani yang menentramkan hati dan akal pikiran.

Penentu keberhasilan produksi adalah kerjasama tim produksi itu sendiri. Berikut ini adalah organisasi produksi program Ust. Haryono:

1. Eksekutif Produser : Hj. Nurul Aini 2. Produser : H. Hartono 3. Sutradara : Champlenk’s 4. Asisten Sutradara : Neneng

5. Kameramen : Harry, Joppy, Kemal dan Edy 6. Lighting : Bowo, Pandi, Zaenal dan Zaenul 7. Make Up : Hj. Taty dan Susan

8. Set dan property : Awi, Soleh, Pauzan dan Napid


(46)

10. Talent : Ust. H. M. Haryono 2

B. Visi dan Misi Siaran Program Ust. Haryono di JakTV

Visi Program Ust. Haryono adalah menjadi suatu program yang menyajikan suatu standar baru di antara program-program dakwah lainnya, dan menyuguhkan kepada masyarakat muslim akan pentingnya ibadah dzikir.

Misi Program ini adalah menjadi program yang terkemuka dalam hal keagamanan dan dakwah melalui media, sekaligus menyebarkan dakwah kepada masyarakat guna mengajak untuk terus mengingat sang pencipta dengan selalu berdzikir kepada-Nya. Karena Allah berulang-ulang kali menyerukan kepada hamba-Nya yang tergoreskan didalam Al-Quran untuk senantiasa berdzikir dalam kondisi dan situasi apapun.

Sesuai dengan firman Allah SWT Surat An-Nisa: 103:

ﺗﯿﺿﻗ

ﻼﺼ

ﯿﻗ

ﺪ ﻗ

ﺑ ﻨﺠ

Artinya:

“Apabila kalian telah mengerjakan shalat maka berdzikirlah (Mengingat Allah SWT) dalam keadaan berdiri dan duduk dan dimanapun kamu).”

Aktifitas manusia di dunia beranekaragam, dan sehari-hari mereka disibukkan oleh kegiatan-kegiatan duniawi, sehingga akal pikiran mereka tertuju dan hanya terpaku kepada hal-hal fana, menyebabkan urusan akhirat yang lebih baik dan kekal terlalaikan. Salah satu misi program Ust. Haryono adalah untuk

2

Wawancara pribadi dengan Nugroho, Manager Program Siaran Ust. Haryono, Bekasi 13 Juni 2010.


(47)

menyadarkan segenap umat muslim bahwasanya dunia hanyalah perantara untuk menuju kehidupan yang lebih kekal dan abadi dengan bersenjatakan dzikir.

Seorang ahli sufi pernah mengatakan, “Sesungguhnya cinta selain kepada -Nya adalah fana, dan seharusnya Ia menjadi sungai-sungai kecil yang bermuara menuju samudera cinta-Nya.”3 Perkataan ini sangat mengandung makna yang dalam dan tersirat secara rahasia didalam program dzikir yang diadakan oleh Ust. Haryono dan tim kreatif/crew. Karena dakwah tidak hanya melalui lisan secara langsung akan tetapi memanfaatkan berbagai macam media dengan menyiarkan program-program dakwah salah satunya adalah dzikir akbar yang disiarkan oleh JakTV, karena lebih menyeluruh dan bisa dinikmati oleh khalayak masyarakat muslim di Indonesia.

3

Musthafa muhammad abdul A'l, hiwar ma'a majlis sufi, madinah nasr, 2007. (Majalah


(48)

40 A. Pembentukan Program Siaran Dakwah 1. Mekanisme kerja pada praproduksi

Bagan 2 mekanisme kerja praproduksi program Ust. Haryono:

Praproduksi (perencanaan) adalah semua kegiatan sampai dengan pelaksanaan (shooting). Yang termasuk kegiatan praproduksi antara lain penuangan ide (gagasan) kedalam out line, pembuatan format scenario, treatment,

script, story board, program meeting, production meeting, dan lain-lain hingga pelaksanaan pengambilan gambar atau shooting.

Perencanaan suatu program secara umum melahirkan kebijakan umum seminggu atau setahun. Perencanaan program televisi juga diarahkan untuk dapat memilih dan menjadwalkan penayangan suatu program yang dapat menarik sebanyak mungkin penonton.

Praproduksi/Pembentukan

Program Ide/Gagasan

Penentuan Tempat

Pembuatan Naskah


(49)

Tahapan praproduksi sangat penting dalam produksi suatu acara. Sebab, dalam perencanaan ini terjadi proses interaksi antara kreativitas manusia dengan peralatan pendukung yang tersedia. Baik buruknya proses produksi akan sangat ditentukan oleh perencanaan di atas kertas yang merupakan imajinasi yang dituangkan di atas kertas yang nantinya akan diproduksi di lapangan.

Bentuk mekanisme kerja pada praproduksi Ust. Haryono adalah mengemas dari suatu acara yang akan disiarkan, format acara merupakan kemasan acara yang akan memuat nilai-nilai atau pesan-pesan menarik, suatu ide diharapkan akan sampai kepada khalayak penonton secara tepat sesuai dengan yang diharapkan dari tujuan acara yang disiarkan.

Dalam menyusun format program acara Ust. Haryono, naskah merupakan unsur penunjang dari keberhasilan suatu program dan langkah-langkah dalam penulisan naskah program televisi dengan urutan sebagi berikut:

a. Ide/Gagasan

Gagasan dapat disebut juga sebagai asal mula lahirnya sebuah program acara. Program acara Ust. Haryono lahir dari sebuah ide yang dibahas tim kreatif/assistant production Ust. Haryono. Tim kreatif akan membahas konsep hal-hal yang dianggap menarik dari segi tayangan setelah terlebih dahulu dilakukan rapat/meeting.

Semua siaran televisi baik dari bentuk sederhana hingga yang rumit sekalipun, selalu didahului oleh timbulnya sebuah ide atau gagasan. Sesuai dengan teori komunikasi, ide merupakan rencana pesan yang akan disampaikan kepada khalayak penonton, melalui medium televisi dengan maksud dan tujuan


(50)

tertentu.1 Karena sewaktu akan menuangkan ide dalam sebuah naskah atau script, harus memperhatikan faktor penonton dan waktu siaran serta selera dan kebutuhan penonton, agar apa yang akan disajikan dalam bentuk acara siaran dapat mencapai sasarannya.

Ide merupakan buah pikiran dari seseorang perencana acara siaran, dalam hal ini adalah seorang produser, ide juga dapat timbul dari kerabat kerja lainnya. Tapi ide bisa saja tidak timbul dari satuan kerja produksi, tetapi dapat timbul dari pihak luar seperti narasumber sendiri, event organizer, maupun production house. Dalam mencari ide gagasan untuk diselenggarakan seorang produser memperhatikan beberapa hal, antara lain:

1. Apakah ide atau gagasan tersebut cukup menarik.

2. Apakah kekuatan yang tersembunyi dalam ide atau gagasan tadi.

3. Apabila ide atau gagasan tadi dapat dirubah menjadi program siaran, sekiranya apa manfaat bagi khalayak dan bagaimana dampaknya. 4. Kalau ide tadi akan diangkat menjadi program siaran, harus ada alasan

yang meyakinkan.2

Perencanaan ide pada program Ust. Haryono adalah Ust. H. Muhammad Haryono sebagai talent/narasumber tetap pada program tersebut dan orang-orang yang terlibat dalam produksi (crew) adalah PT. IMRON PANGESTU GROUP.3

1

Darwanto Sastro Soebroto, Produksi Acara Televisi, (Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 1994), h. 48.

2

Darwanto Sastro Soebroto, Produksi Acara Televisi, (Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 1994), h. 176

3

Wawancara Pribadi dengan Nugroho, Manager Program Siaran Ust. Haryono, Bekasi, 13 Juni 2010.


(51)

b. Format program Ust. Haryono

Format yang digunakan dalam program Ust. Haryono di JakTV adalah

typing (rekaman) yang berbentuk Video On Sound yang menampilkan sajian visual diiringi audio seperti narasi, dialog, sound effect, dan musik dengan narasumber tetap yaitu Ust. Haryono.

Program Ust. Haryono tayang setiap hari pukul 06.00-07.30. dalam formatnya, program ini menggunakan blocking time yang berdurasi 30 menit dengan dibagi 3 segmen, dan tidak ada commercial break.

Table 1 Roundown Blocking Time Program Ust. Haryono

No Acara Durasi

1 Opening Presenter 30 Detik 2 OBB (Opening Bumper) 30 Detik 3 Presenter Program 20 Detik 4 Program Segment I 11 Menit

5 Bumper Out 5 Detik

6 Presenter Program 20 Detik

7 Bumper In 5 Detik

8 Program Segment II 8 Menit

9 Bumper Out 5 Detik

10 Presenter Program 20 Detik

11 Bumper In 5 Detik

12 Program Segment III 8 Menit

13 Bumper Out 5 Detik


(52)

15 Rolling Tittle 15 Detik

Jumlah 30 Menit

Diagram Diagram Roundown Blocking Time Program Ust. Haryono:

Keterangan :

- Opening Presenter: pada opening presenter dalam program ini, presenter studio memulai membuka acara program Ust. Haryono.


(53)

- OBB Opening Break Bumper: pada opening awal dalam program ini adalah dengan menggunakan opening bumper yang berupa siaran musik dokumenter menggambarkan tentang bentuk program ini.

- Presenter Program: kemudian pada tahapan ini presenter memulai untuk membawakan program dari setiap segment.

- Program Segment I: pada segment ini menampilkan bentuk dzikir dan pengobatan yang dilakukan oleh Ust. Haryono yang berdurasi cukup lama yaitu 11 menit, karena bertujuan untuk perkenalan lebih awal kepada para penontonnya.

- Bumper In / Out: Bumper merupakan penanda singkat mengenai sebuah program acara. Durasinya cukup singkat, sekitar 2 - 15 detik. Bumper bisa menjadi penanda saat sebuah program akan dimulai (Bumper In) atau penanda bahwa program acara telah berakhir (Bumper Out). Isinya merupakan penjelasan singkat. Dan bumper ini berfungsi sebagai pengganti iklan, karena pada program Ust. Haryono tidak menggunakan iklan.

- Program Segment II: dalam segment II menyiarkan lebih spesifik lagi tentang program ini, dan ditambahkan dengan komentar-komentar para pasien atau para peserta dzikir mengenai acara dzikir akbar dan pengobatan bersama Ust. Haryono yang memiliki durasi 8 menit.

- Program Segment III: siaran dalam program segment III tidak jauh berbeda dengan program segment II.

- Presenter Closing: pada segment ini adalah sebagai penutupan acara ini yang disampaikan oleh presenter program berdurasi 20 detik.


(54)

- Rolling Text: rangkaian atau susunan nama-nama tim kreatif program Ust. Haryono yang berjalan dari bawah ke atas layar televisi.

2. Tim praproduksi

Dalam hal ini perlu perencanaan dari kru acara Ust. Haryono, orang-orang yang terlibat adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Tim praproduksi acara Ust. Haryono

Nomor Nama Bagian Produksi

1 2 3

Hj. Nurul Aini H. Hartono Champlenk’s

Executive Produser Produser

Sutradara

Keterangan:

Pada proses awal yaitu pasca produski hanya diperankan oleh executive produser, producer dan sutradara. Karena mereka sebagai penentuan awal dari proses pembuatan suatu program acara.

B. Pengemasan Program Siaran Dakwah 1. Mekanisme kerja pada produksi

Bagan 3 mekanisme kerja produksi program Ust. Haryono:

Shooting/Rekam

Gambar dan Suara (Audio Visual)


(55)

Produksi adalah seluruh kegiatan liputan/pengambilan gambar (shooting) baik di studio (interior), maupun di luar studio/lapangan (exterior). Pada proses pengambilan gambar (shooting) mengacu pada naskah/scenario yang di dalamnya terdapat adegan-adegan (scene). Pada tahap pelaksanaannya pengambilan gambar (shooting) ada beberapa sudut pandang, lalu dikenal istilah full shoot, medium close up dan two shoot.

I. Shooting/Rekam

Pelaksanaan pengambilan gambar atau shooting merupakan kreatif yang merubah naskah menjadi bentuk audio visual yang memegang peranan penting dalam proses ini adalah tim kreatif dan juga kru-kru yang bekerja dalam program Ust. Haryono.

Dalam tahapan pelaksanaan produksinya, tim kreatif dan asisten produksi harus terlebih dahulu membereskan semua kontrak, perizinan dan surat menyurat untuk keperluan shooting. Setelah semua selesai baru melakukan liputan dan melakukan preview hasil liputan setelah semuanya selesai diproduksi.4

II. Gambar dan Suara (Audio Visual)

a. Materi produksi

Dalam produksi tentunya ada suatu pesan atau ide yang akan disampaikan kepada khalayak penonton, ide itu tentunya tidak akan menarik jika dikemas

4

Wawancara Pribadi dengan Nugroho, Manager Program Siaran Ust. Haryono, Bekasi, 13 Juni 2010.

Mencatat Time Code


(56)

sebaik mungkin. Dengan format yang baik maka tentunya sebuah ide akan dapat diminati, dinikmati dan diterima penonton.

Materi produksi merupakan sebuah ide yang akan di rubah menjadi suatu karya produksi berbentuk audio visual. Dimana ide yang muncul dibuatkan konsep dan format programnya, kemudian di buatlah script atau roundown yang merupakan rangkaian dari sebuah acara tayangan yang akan dibuat. Dalam hal ini materi produksi program Ust. Haryono membuat ide yang kemudian setelah dibuat lalu dibuatkan roundown kemudian dilakukannya breafing dengan pengisi acara agar sesuai dengan format tayangan cerita dan mencapai tujuan yang diharapkan.

b. Sarana dan prasarana

Sarana produksi yang menjadi penunjang terwujudnya sebuah ide menjadi konkrit yaitu hasil produksi adalah peralatan yang memadai, tentu saja diperlukan kualitas alat sesuai standard broadcast yang mampu menghasilkan gambar dan suara secara bagus. Kepastian adanya peralatan itu mendorong kelancaran seluruh proses produksi. Dimana perkembangan penggunaan peralatan dan jumlahnya tergantung pada program yang akan diproduksi.

Adapun sarana pendukung yang digunakan dalam produksi Ust. Haryono adalah:

1. Kamera (alat pengambil gambar) 2. Switcher (alat pemandu gambar) 3. Audio Mixer (alat pengatur suara)


(57)

5. Lighting (alat pencahayaan yang digunakan dalam produksi program ini untuk menshooting pembawa acara dan pelaksanaan liputan)

Dalam produksi program ini yang menggambarkan format Video On Sound

maka prasarana yang dibutuhkan hanya:

1. Ruang visual penyuntingan/editing gambar 2. Property

c. Organisasi Pelaksanaan Produksi

Pelaksana produksi merupakan satuan kerja yang akan menangani proses produksi secara bersama-sama (kolektif) sampai hasilnya ditayangkan. Meskipun mereka bertugas dibidang yang berbead tetapi semuanya memiliki tujuan yang sama, yaitu menghasilkan produksi yang ditayangkan sesuai dengan recana yang telah ditetapkan. Untuk menghasilkan produksi acara yang berkualitas baik, memerlukan engorganisasian sumber daya manusia dan pekerja yang sistematis. Untuk memudahkan pekerjaan dilapangan dilakukan pembagian tugas dan tanggung jawab masing-masing. Adapun struktur organisasi produksi program Ust. Haryono adalah sebagai berikut:

1. Eksekutif Produser (penanggung jawab dari program Ust. Haryono) 2. Produser (orang yang mampu berfikir dan menuangkan idenya untuk

suatu program dan mempunyai kemampuan untuk memimpin dan bekerja sama)

3. Sutradara (orang yang memimpin pelaksanaan produksi dilapangan yang berhak mengembakan ide/gagasan untuk kemudian diaplikasikan) 4. Asisten Sutradara (membantu dan mendampingi sutradara dalam


(1)

kekurangan-kekurangan agar tidak terjadi lagi ketika pembuatan program selanjutnya.

Kekurangan-kekurangan atau kesalahan-kesalahan yang terjadi pada program Ust. Haryono tidak terlalu fatal yang mengakibatkan batalnya sebuah produksi, karena hanya beberapa faktor kecil seperti halnya terdapat miss communication antar tim ketika produksi yang mengakibatkan kesalahan kecil. Begitupula pula kadang terdapat kesalahan pada saat pengambilan gambar oleh kamera yang membuat blurnya gambar tersebut.

Disinilah gunanya evaluasi untuk menjadikan pelajaran bagi setiap tim yang bertanggung jawab atas keberhasilan pada program ini, karena kesuksesan sebuah program acara khususnya pada program “Ust. Haryono” adalah dari kinerja para tim kreatif.

Program Ust. Haryono memiliki keunggulan penyampaian tayangan yang baik, yang mana tayangan-tayangan tersebut dibutuhkan oleh semua lapisan masyarakat yang dikemas secara menarik. Sehingga program ini sangat berbeda dengan program-program agama yang ditayangkan pada stasiun-stasiun televisi swasta lainnya.

Sedangkan penghambat program ini adalah karena ini sifatnya rekaman (recording) atau siaran tunda membuat para tim produksi acara ini ekstra hati-hati dalam proses perekaman berlangsung, sebab jika ada kesalahan akan sulit diperbaiki karena faktor sulit untuk tayangan ulang kembali. Namun hal ini dapat dirasakan begitu berarti bagi program Ust. Haryono karena program ini merupakan siaran yang disajikan secara recording, namun bila tetap menjadi keadaan semacam ini, proses produksi biasanya menggunakan siaran sebelumnya.


(2)

59 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian ini dan pembahasan skripsi ini yang merujuk pada permasalahan dan tujuan penelitian yang telah diuraikan peneliti pada bab sebelumnya sebagai berikut:

1. Teori yang digunankan pada penelitian ini adalah P.C.S Sutisno dalam bukunya Pedoman Praktik Penulisan Skenario Televisi dan Video (1993), yang mendefinisikan program televisi ialah bahan yang telah disusun dalam satu format sajian dengan unsur video yang ditunjang unsur audio standar estetika dan artistik yang berlaku. Dan mengenai program siaran, bahwa stasiun TV dalam membuat suatu program acara terdiri dari para artis pendukung acara dan para kerabat kerja. Ide merupakan sebuah inti pesan yang akan disampaikan kepada khalayak, di tuangkan menjadi suatu naskah yang disesuaikan dengan format program siaran yang akan dibuat, kemudian di produksi hingga menjadi suatu paket program siaran. Paket program siaran itulah yang kemudian di tayangkan melalui stasiun televisi dan di salurkan ke seluruh pelosok melalui jaringan satelit komunikasi, stasiun penghubung dan pemancar. Akhirnya paket program acara itu dapat didengar, di lihat oleh pemirsa di rumah.

2. Lahirnya program “Ust. Haryono” diawali sebuah ide dari Ust. H. M. Haryono sendiri, karena sosok seorang ustad yang memiliki kelebihan dalam penyembuhan segala penyakit dengan dzikir, sehingga seluruh


(3)

tim Ust. Haryono mempunyai suatu inisiatif agar dapat menjual dari apa yang telah diberikan Allah kepada seorang ustad Haryono dengan menciptaka suatu gagasan dengan membuat suatu program acara dakwah yang berhubungan dengan dzikir dan pengobatan alternative. 3. Dalam pelaksanaannya, program Ust. Haryono memiliki tahapan yaitu

praproduksi, produksi dan pasca produksi. Dimana setiap tahap memiliki keterkaitan yang bekesinambungan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Dalam tahapan praproduksi Ust. Haryono tim produksi meriset bahan-bahan yang akan ditayangkan, membuat roundown dan script sementara.

4. Pada tahapan pelaksanaan produksi, sebelum melakukan liputan tim produksi mempersiapkan hal-hal yang diperlukan terlebih dahulu seperti membereskan semua kontrak, perizinan dan surat menyurat untuk keperluan shooting. Setelah semua selesai barulah melakukan produksi atau liputan hingga melakukan preview (melihat hasil kembali) ketika selesai meliput, tim kreatif dan tim produksi bertugas mencatat time code yang nantinya dihunakan untuk roundown dan script acaranya. 5. Dan pada tahapan pasca produksi, tim Ust. Haryono bersama editor

melakukan proses editing, biasanya ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh tim produksi Ust. Haryono, terkait dengan pasca produksi siaran yaitu: melakukan penyuntingan suara maupun gambar, pengisian grafik baik yang berbentuk tulisan maupun berupa foto dan sebagainya, pengisian narasi, pengisian ilustrasi dan musik.


(4)

61

B. Saran

Dari uraian yang telah penulis kemukakan dan dari beberapa fakta yang penulis temukan, maka pada bab akhir ini penulis ingin memberikan saran-saran:

Kepada pihak pengelola program Ust. Haryono khususnya, yaitu:

a. Agar program Ust. Haryono lebih dikenalkan lagi kepada masyarakat, karena kebanyakan dari masyarakat belum mengenal acara tersebut. b. Hendaknya program Ust. Haryono ini ditambah durasi lagi dalam

penayangannya, karena durasi yang hanya 30 menit dirasa kurang. Sehingga apa yang disampaikan pada tayangan tersebut tentang indahnya berdzikir tidak mengenai sasaran dan kurang tersampaikan. c. Hendaknya program Ust. Haryono agar lebih bervariasi lagi dalam

liputan-liputannya, agar banyak menarik masyarakat untuk menoton acara ini.


(5)

62

Alfian, Ideologi, Idealisme dan Integrasi Nasional. Dalam Jurnal Prisma No. 8 Agustus 1986.

Arifin, M., Psikologi Dakwah, Jakarta: Bumi Aksara, 2000. Aqib Suminto, Problematika Dakwah, Jakarta: Panji Islam, 1993.

A.K. Muda, Ahmad, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Reality Publisher, 2006.

Keraff, Gorys, Komposisi, NTT: Nusa Indah, 2001.

Bachtiar, Wardi, Metodologi Penelitian Dakwah, Jakarta: Logos, 1997. Bakker, Anton, Metode-Metode Filsafat, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984. Copi, Irving, Introduction to Logic, New York: The Miridian Library, 1976. C. Solomon, Robert, Introducing Philosophy: A Text with Reading, (third

edition), New York: Hacourt Brace Jovanovich, 1985.

Subroto, Darwanto Sastro, Produksi Acara Televisi, Yogyakarta: Duta wacana University, Press, 1994.

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998.

Efendy, Onong Uchyana, Dinamika Komunikasi, Bandung: CV Remadja Karya, 1986.

F. Andrain, Charles, Kehidupan Politik dan Perubahan Sosial, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya

J. Moleong, Lexy, Metodologi Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002.

Junaidi, Manajemen E-Dakwah: Berdakwah melalui Saber, Banda Aceh: IAIN Banda Aceh, 2008.

Mubarak, Zakky, dkk., Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi, Buku Ajar II, Manusia, Akhlak, Budi Pekerti dan Masyarakat. Depok: Lembaga Penerbit FE UI, 2008.

Omar, Toha Yahya, Prof. Drs., M.A., Ilmu Dakwah, Jakarta: Wijaya, 1971.

Rakhmat, Jalaluddin, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996.


(6)

63

Soemandoyo, Priyo, Wacana Gender dan Layar Televisi: Study Perempuan Dalam Pemberitaan Televisi Swasta, Yogyakarta: LP3Y & Ford Foundation, 1999.

Suhaimi, dan Jumroni, Metode-metode penelitian Komunikasi, Ciputat: UIN Jakarta Press, 2006.

Syukir, Asmuni, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al Ikhlas, 1983. Van Peursen, C.A, Susunan Ilmu Pengetahuan J. Drost, Jakarta: Gramedia, 1980. Wahyudi, J.B, Teknologi Informasi dan Produksi Citra Bergerak, Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 1992.

Wibowo, Fred, Dasar-dasar Produksi Program Televisi, Yogyakarta: PT. Gramedia Widisarana Indonesia, 1997.