PENGARUH TRANSPARANSI LAPORAN KEUANGAN, PENGELOLAAN ZAKAT, DAN REPUTASI ORGANISASI TERHADAP KEPERCAYAAN DONATUR DI YAYASAN DANA SOSIAL AL FALAH (YDSF)SURABAYA.

(1)

PENGARUH TRANSPARANSI LAPORAN KEUANGAN,

PENGELOLAAN ZAKAT, DAN REPUTASI ORGANISASI

TERHADAP KEPERCAYAAN DONATUR DI YAYASAN

DANA SOSIAL AL FALAH (YDSF) SURABAYA

SKRIPSI

Oleh:

BELLA ARIFIANTI PERTIWI NIM : C74212117

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SURABAYA


(2)

PENGARUH TRANSPARANSI LAPORAN KEUANGAN,

PENGELOLAAN ZAKAT, DAN REPUTASI ORGANISASI

TERHADAP KEPERCAYAAN DONATUR DI YAYASAN

DANA SOSIAL AL FALAH (YDSF) SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu

Ilmu Ekonomi Syariah

Oleh :

BELLA ARIFIANTI PERTIWI NIM : C74212117

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Program Studi Ekonomi Syariah Surabaya


(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Transparansi Laporan Keuangan, Pengelolaan Zakat, dan Reputasi Organisasi Terhadap Kepercayaan Donatur di Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF) Surabaya” ini merupakan penelitian yang menjawab pertanyaan apakah terdapat pengaruh antara transparansi laporan keuangan, pengelolaan zakat, dan reputasi organisasi secara simultan terhadap kepercayaan donatur di YDSF Surabaya, apakah terdapat pengaruh antara transparansi laporan keuangan, pengelolaan zakat, dan reputasi organisasi secara parsial terhadap kepercayaan donatur di YDSF Surabaya, dan variabel manakah yang paling berpengaruh terhadap kepercayaan donatur di YDSF Surabaya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan analisis regresi linier berganda sebagai alat analisisnya. Untuk membuktikan hipotesis digunakan analisis regresi linier berganda dengan uji signifikan f dan t. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 100 responden dengan menggunakan teknik simple random sampling. Teknik pengumpulan data dengan penyebaran kuesioner dan wawancara. Sedangkan untuk pengujian instrumen menggunakan uji validitas, uji reliabilitas, dan uji asumsi klasik.

Berdasarkan hasil analisis pada penelitian ini, diperoleh nilai koefisien determinasi (Adj. R Square) sebesar 0,443 yang berarti bahwa besarnya proporsi X1, X2, dan X3 terhadap Y sebesar 44,3%, sedangkan sisanya 55,7% dipengaruhi

oleh faktor lain yang tidak diteliti. Selain itu, diketahui bahwa koefisien korelasi berganda (R) sebesar 0,678 dengan nilai uji f 0,000 < 0,05 dengan demikian hipotesis pertama dapat diterima, yaitu transparansi laporan keuangan, pengelolaan zakat, dan reputasi organisasi secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepercayaan donatur. Untuk hipotesis kedua diperoleh nilai signifikansi untuk transparansi laporan keuangan sebesar 0,033 < 0,05, pengelolaan zakat sebesar 0,548 > 0,05, dan reputasi organisasi sebesar 0,000 < 0,05. Maka, untuk hipotesis kedua hanya transparansi laporan keuangan dan reputasi organisasi yang secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepercayaan donatur sedangkan untuk pengelolaan zakat tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepercayaan donatur. Jadi, dapat disimpulkan untuk hipotesis kedua terdapat pengaruh secara parsial tetapi tidak signifikan karena nilai signifikansi variabel pengelolaan zakat t>0,05. Untuk hasil hipotesis ketiga diperoleh hasil bahwa reputasi organisasi merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap kepercayaan donatur di YDSF Surabaya.

Saran bagi YDSF Surabaya, penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam kebijakan lembaga dalam upaya meningkatkan kepercayaan donatur melalui transparannya laporan keuangan pada lembaga, mengelola zakat, dan reputasi organisasi. Bagi peneliti selanjutnya, dapat dimanfaatkan sebagai rujukan dalam melakukan penelitian dengan mengembangkan variabel yang lebih bervariatif sehingga dapat memperoleh hasil yang lebih baik dari penelitian sebelumnya.

Kata kunci : Transparansi Laporan Keuangan, Pengelolaan Zakat, Reputasi Organisasi, dan Kepercayaan Donatur.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ...xvi

DAFTAR TRANSLITERASI ...xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 14

C.Tujuan Penelitian ... 14

D.Kegunaan Hasil Penelitian... 15

E. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 17

A.Landasan Teori ... 17

1. Transparansi laporan keuangan ... 17


(8)

b. Laporan keuangan ... 21

1) Pengertian laporan keuangan ... 21

2) Laporan keuangan sebagai alat komunikasi ... 22

3) Karakteristik kualitatif laporan keuangan ... 23

4) Tujuan laporan keuangan ... 24

5) Jenis-jenis laporan keuangan ... 25

6) Masa depan pelaporan keuangan ... 27

2. Pengelolaan zakat ... 29

a. Pengertian pengelolaan zakat ... 29

b. Zakat ... 35

1) Definisi zakat ... 35

2) Dasar hukum zakat ... 36

3) Model zakat ... 37

4) Syarat zakat ... 38

5) Objek zakat ... 39

6) Golongan yang berhak menerima zakat ... 40

7) Hikmah, tujuan, dan manfaat zakat ... 41

3. Reputasi organisasi ... 43

4. Kepercayaan donatur ... 45

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 48

C.Kerangka Konseptual ... 52

D.Hipotesis ... 52

BAB III METODE PENELITIAN ... 54


(9)

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 54

C.Populasi dan Sampel Penelitian ... 55

D.Variabel Penelitian ... 56

E. Definisi Operasional ... 56

F. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 60

G.Data dan Sumber Data ... 61

H.Teknik Pengumpulan Data ... 62

I. Teknik Analisis Data ... 63

1. Uji asumsi klasik ... 63

2. Regresi linier berganda ... 65

3. Koefisien korelasi dan determinasi ... 66

4. Uji hipotesis ... 67

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 69

A.Deskripsi Objek Penelitian ... 69

1. Gambaran umum objek penelitian ... 69

a. Sejarah berdirinya Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF) Surabaya ... 69

b. Visi dan Misi YDSF Surabaya ... 71

c. Prinsip-prinsip umum YDSF Surabaya ... 72

d. Alamat kantor ... 73

e. Struktur organisasi ... 74

f. Deskripsi tugas ... 74

g. Program-program YDSF Surabaya ... 76

h. Bentuk transparansi laporan keuangan dan pengelolaan zakat di YDSF Surabaya ... 82


(10)

2. Gambaran umum responden ... 85

a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ... 85

b. Karakteristik responden berdasarkan usia ... 86

c. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir ... 87

d. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan... 87

B. Analisis Data ... 88

1. Deskripsi hasil penelitian ... 88

a. Variabel bebas transparansi laporan keuangan (X1) ... 88

b. Variabel bebas pengelolaan zakat (X2) ... 90

c. Variabel bebas reputasi organisasi (X3) ... 92

d. Variabel terikat kepercayaan donatur (Y) ... 95

2. Uji kualitas data ... 96

a. Uji validitas ... 96

b. Uji reliabilitas ... 98

3. Uji asumsi klasik ... 99

a. Uji normalitas ... 99

b. Uji multikolinearitas...100

c. Uji heteroskedastisitas ...101

4. Analisis regresi linier berganda ...102

5. Koefisien korelasi dan determinasi ...104

6. Uji Hipotesis ...106

a. Uji simultan (uji f) ...106

b. Uji parsial (uji t) ...107


(11)

A.Pembahasan Hasil Penelitian ...109

1. Pengaruh transparansi laporan keuangan, pengelolaan zakat, dan reputasi organisasi terhadap kepercayaan donatur secara simultan (bersama-sama) ...109

2. Pengaruh transparansi laporan keuangan terhadap kepercayaan donatur ...112

3. Pengaruh pengelolaan zakat terhadap kepercayaan donatur ...114

4. Pengaruh reputasi organisasi terhadap kepercayaan donatur ...116

5. Variabel yang paling mempengaruhi kepercayaan donatur ...118

BAB VI PENUTUP ...119

A.Kesimpulan ...119

B. Saran ...120

DAFTAR PUSTAKA ...121 LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Jumlah Donatur YDSF Surabaya ... 13

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 86

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 86

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 87

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 88

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Variabel Transparansi Laporan Keuangan (X1) .. 88

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Variabel Pengelolaan Zakat (X2) ... 90

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Variabel Reputasi Organisasi (X3) ... 92

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Variabel Kepercayaan Donatur (Y) ... 95

Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Transparansi Laporan Keuangan ... 97

Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas Pengelolaan Zakat ... 97

Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas Reputasi Organisasi ... 97

Tabel 4.12 Hasil Uji Validitas Kepercayaan Donatur ... 98

Tabel 4.13 Hasil Uji Reliabilitas ... 99

Tabel 4.14 Hasil Uji Normalitas ...100

Tabel 4.15 Hasil Uji Multikolinearitas...101

Tabel 4.16 Hasil Uji Heteroskedastisitas ...102

Tabel 4.17 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ...103

Tabel 4.18 Hasil Koefisien Determinasi ...105

Tabel 4.19 Hasil Uji F ...106


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 52 Gambar 4.1 Struktur Organisasi YDSF Surabaya... 74


(14)

DAFTAR TRANSLITERASI

Di dalam naskah skripsi ini banyak dijumpai nama dan istilah teknis (technical term) yang berasal dari bahasa Arab ditulis dengan huruf latin. Pedoman transliterasi yang digunakan untuk penulisan tersebut adalah sebagai berikut:

A. Konsonan

No Arab Indonesia Arab Indonesia

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. ا ث ج خ ر س ص ض ’ b t th j ḥ kh d dh r z s sh ṣ ḍ ط ظ ع ف ق ك ل م و ء ي ṭ ẓ ‘ gh f q k l m n w h ’ y

Sumber: Kate L.Turabian. A Manual of Writers of Term Papers, Disertations (Chicago and London: The University of Chicago Press, 1987).

B. Vokal

1. Vokal Tunggal (monoftong)

Tanda dan

Huruf Arab Nama Indonesia

ــــــــ

fatḥah a

ــــــــ

kasrah i

ــــــــ

ḍamah u

Catatan: Khusus untuk hamzah, penggunaan apostrof hanya berlaku jika

hamzah berh}arakat sukun atau didahului oleh huruf yang ber ḥarakat

sukun. Contoh: iqtiḍā’

(

ءاضتقا

)

Al-An’am(م ناا) 2. Vokal Rangkap (diftong)

Tanda dan Huruf Arab

Nama Indonesia Ket.

ْ ــــ

fatḥah dan ya’ ay a dan y


(15)

Contoh : bayna ( نيب ) : mawḍū‘ ( عـضـم ) 3. Vokal Panjang (mad)

Tanda dan Huruf

Arab

Nama Indonesia Keterangan

ــــ

fatḥah dan alif ā a dan garis di atas

ـــ

kasrah dan ya’ ī i dan garis di

atas

ـــــ

ḍamah dan wawu ū u dan garis di

atas

Contoh : An-Nisā (ء ّ لا) : al jamā’ah ( ع م لا ) : takhyīr ( يي ت ) : yadūru ( رو ي )

C. Ta’ Marbuṭah

Transliterasi untuk tā’ marbūṭah ada dua :

1. Jikahidup (menjadi muḍāf) transliterasinya adalah t. 2. Jikamati atau sukun, transliterasinya adalah h.

Contoh : sharī‘at al-Islām (ماساا ي ش) :sharī‘ah islāmīyah ( يماسإ ي ش) D. Penulisan Huruf Kapital

Penulisan huruf besar dan kecil pada kata, phrase (ungkapan) atau kalimat yang ditulis dengan translitersi Arab-Indonesia mengikuti ketentuan penulisan yang berlaku dalam tulisan. Huruf awal (initial latter) untuk nama diri, tempat, judul buku, lembaga dan yang lain ditulis dengan huruf besar.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Salah satu sunatullah yang sudah menjadi ketentuan Yang Maha Kuasa adalah perbedaan yang terdapat pada setiap diri manusia. Setiap orang yang hidup di dunia memiliki kondisi yang berbeda-beda dalam segala aspek mulai dari aspek ekonomi, budaya, sosial, dan kultur. Salah satu perbedaan yang mudah terlihat adalah perbedaan dari segi ekonomi. Sebagai manusia ada yang menjadi orang kaya dan berada tetapi juga ada yang hidup miskin dan serba kekurangan. Namun di balik semua itu terdapat rahasia Allah SWT yang dapat membuat manusia menyadari bahwa dirinya bukanlah apa-apa. Selain itu, Allah SWT ingin menguji manusia apakah mampu mengoptimalkan segala potensi kebaikan yang diberikan kepadanya atau tidak.1

Perbedaan yang ada sering menjadi masalah bagi manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, sering timbul gejolak-gejolak akibat kesenjangan di antara manusia yang sulit dikontrol. Salah satu ajaran Islam yang bertujuan mengatasi kesenjangan tersebut adalah zakat. Zakat yang menjadi salah satu tiang penyangga bagi tegaknya Islam serta menjadi kewajiban bagi pemeluknya membawa misi memperbaiki hubungan horizontal antara sesama manusia, sehingga pada akhirnya mampu mengurangi gejolak akibat

1


(17)

2

problematika kesenjangan dalam hidup. Selain itu zakat juga dapat memperkuat hubungan vertikal antara manusia dengan Allah SWT.2

Allah SWT mensyariatkan zakat sebagai penyuci jiwa dari sifat kikir dan egois serta sebagai bentuk perhatian terhadap orang-orang miskin dan bernasib buruk serta untuk kemaslahatan umum. Barangsiapa menolak membayarnya karena zuhud (mengingkari dan menolaknya), maka ia telah kafir. Dan barangsiapa menolaknya karena kikir, maka wajib diambil dengan paksa dan diberi hukuman (ta’zir) atas perbuatannya.3

Kewajiban zakat telah ada sejak masa pra Islam, yaitu sejak masa nabi-nabi terdahulu. Dalam al-Qur’an diceritakan bahwa perintah zakat merupakan salah satu risalah Allah SWT kepada para rasul terdahulu yang wajib mereka sampaikan dan tunaikan kepada umatnya. Risalah Islam yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad SAW meneruskan ajaran zakat yang pernah dibawa oleh rasul-rasul terdahulu. Di samping itu, Islam juga melakukan penyempurnaan terhadap kewajiban tersebut.4

Pada tahun kedua setelah Hijriah, sedekah fitrah diwajibkan. Sedekah ini diwajibkan setiap bulan Ramadhan. Semua zakat adalah sedekah, sedangkan sedekah wajib disebut zakat. Zakat mulai diwajibkan pembayarannya pada tahun ke sembilan Hijriah. Dengan adanya perintah wajib ini mulai ditentukan

2

Ibid., 56. 3

Abdullah Al-Mushlih dan Shalah Ash-Shawi, Menjadi Muslim Kaffah: Hal-hal Mendasar yang Wajib Diketahui Oleh Setiap Muslim,(Abu Hanan Dzakiya), (Surakarta: Al-Qowam, 2009), 315. 4


(18)

3

para pegawai pengelolanya yang mana mereka tidak digaji secara resmi tetapi mereka mendapatkan bayaran tertentu dari dana zakat.5

Zakat merupakan sebuah potensi besar yang dapat menjadi modal pembangunan negara. Sebagai sebuah negara yang memiliki populasi muslim terbesar di dunia persoalan zakat pun menjadi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Sejarah perkembangan zakat di Indonesia mengalami perjalanan yang panjang hingga saat ini. Sejak Islam masuk ke Indonesia, secara otomatis ajaran zakat langsung berakumulasi dengan kehidupan masyarakat.6

Saat ini, persoalan yang menjadi problematika zakat adalah rendahnya tingkat kepercayaan umat Islam tentang zakat. Banyak orang yang beranggapan bahwa pengetahuan tentang zakat hanya dibebankan kepada orang-orang tertentu saja. Lembaga-lembaga konsultasi zakat yang ada belum sepenuhnya mampu mensosialisasikan pengetahuan tentang zakat kepada masyarakat. Sementara perkembangan sistem ekonomi setiap hari terus berkembang dan bervariasi. Hal ini menuntut agar visi-visi tentang zakat juga harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan yang ada.7

Pada tahun 1905, Menteri Keuangan saat itu, Mr. Jusuf Wibisono menulis sebuah kolom di majalah Hikmah tentang gagasannya untuk memasukkan zakat sebagai salah satu komponen sistem ekonomi keuangan di Indonesia. Perkembangan selanjutnya, pada masa awal pemerintahan orde baru, Menteri

5

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Ekonomi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), 487.

6

Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam…, 68. 7


(19)

4

Agama mengeluarkan peraturan nomor 4 dan 5 tahun 1968 tentang pembentukan Badan Amil Zakat (BAZ) dan Baitul Mal. Hal ini menjadi instrumen baru dalam kebijakan zakat secara nasional.8

Pada era reformasi, zakat semakin mendapat tempat dalam tatanan hukum Indonesia. Hal ini ditandai dengan dikeluarkannya Undang-Undang, Keputusan Presiden, dan Keputusan Menteri. Salah satunya adalah pada tanggal 23 September 1999, disahkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat. Dengan dikeluarkannya undang-undang tersebut, maka kedudukan zakat sudah mencapai posisi formal dan memiliki payung hukum.9 Pada tahun 2001, Presiden RI mengeluarkan Keputusan Nomor 8 Tahun 2001 tentang dibentuknya Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). BAZNAS memiliki misi, yaitu: (1) meningkatkan kesadaran umat untuk berzakat; (2) mengarahkan masyarakat mencapai kesejahteraan baik fisik maupun non fisik melalui pendayagunaan zakat; (3) meningkatkan status mustahiq menjadi

muzakki melalui pemulihan, peningkatan kualitas SDM, dan pengembangan ekonomi masyarakat; (4) mengembangkan budaya memberi lebih baik dari menerima; (5) mengembangkan manajemen yang amanah, profesional, dan transparan dalam mengelola zakat; (6) menjangkau muzakki dan mustahiq

seluas-luasnya; (7) memperkuat jaringan antarorganisasi pengelola zakat.10 Perhatian pemerintah terhadap sebuah organisasi pengelola zakat cukup besar. Setelah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999,

8

Ibid., 70. 9

Ibid., 71. 10


(20)

5

pemerintah kembali mengeluarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 terdapat dua badan yang berhak untuk mengelola zakat, yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). Bagi kaum dhuafa, lembaga amil zakat ini dapat dijadikan sebagai perantara dalam hal peningkatan kesejahteraan kehidupan kaum dhuafa. Tujuan pengelolaan zakat menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 adalah meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat dan meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan. Agar tujuan tersebut dapat terlaksana maka lembaga amil zakat harus mendapatkan kepercayaan dari masyarakat sehingga masyarakat akan membayarkan zakatnya pada lembaga amil zakat.

Kepercayaan adalah hal paling utama yang dimiliki oleh setiap muslim, terutama dalam hal percaya terhadap seseorang atau pihak yang mengurusi kepentingan umat Islam. Kepercayaan dapat timbul dari adanya kepuasan yang dirasakan oleh muzakki saat membayarkan zakatnya pada sebuah lembaga amil zakat. Muzakki yang merasa puas dan percaya kepada lembaga tersebut akan berkomitmen untuk selalu membayarkan zakatnya pada lembaga tersebut. Kepercayaan muzakki sangat penting untuk lembaga amil zakat, agar dana dari para muzakki dapat tersalurkan dengan baik kepada mustahiq. Namun, terkadang masyarakat masih meragukan atau kurang percaya terhadap sebuah lembaga amil zakat. Kurangnya kepercayaan dari muzakki terhadap lembaga amil zakat salah satunya diakibatkan oleh pandangan masyarakat atau muzakki


(21)

6

mengenai transparansi dari lembaga amil zakat. Tugas dari lembaga amil zakat saat ini adalah mereka harus dapat menghilangkan keraguan para muzakki

tentang pengelolaan zakat dengan cara meningkatkan transparansi laporan keuangannya.

Transparansi adalah keterbukaan informasi kepada pihak stakeholder

perusahaan. Manajemen perusahaan harus dapat memberikan informasi terkait dengan kondisi keuangan dan operasional perusahaan secara akurat (accuracy), benar (truth), dan tepat waktu (timeliness). Dengan adanya prinsip keterbukaan informasi tersebut, para stakeholder perusahaan yang melakukan pengambilan keputusan diharapkan tidak tersesat.11 Selain itu, transparansi laporan keuangan sangat dibutuhkan oleh muzakki dalam hal pengambilan keputusan untuk membayarkan zakatnya pada sebuah lembaga amil zakat yang bersangkutan. Transparansi laporan keuangan dalam sebuah lembaga amil zakat menunjukkan dana yang dikumpulkan dari masyarakat untuk disalurkan kepada masyarakat. Karena dana tersebut dana publik, maka dengan demikian publik harus dapat mengetahui kemana dana tersebut disalurkan dan dimanfaatkan.

Muzakki harus mengetahui bagaimana sistem pengelolaan dana zakat tersebut. Mulai dari penghimpunan dana zakat sampai dengan pendistribusian dana zakat. Pada Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 bab III pasal 6 ayat 1 disebutkan bahwa pengelolaan zakat dilakukan oleh badan amil zakat yang dibentuk oleh pemerintah. Menurut Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999

11


(22)

7

yang dimaksud dengan pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat.12

Pengelolaan zakat bertujuan untuk meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan tuntutan agama, meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial, dan meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat.13 Namun, saat ini masih ada sebagian wajib zakat (muzzaki) yang memberikan zakatnya kepada selain lembaga pengelola zakat. Biasanya muzzaki memberikan zakatnya dengan cara langsung memberikannya kepada mustahiq atau lewat masjid. Proses pemberian langsung kepada mustahiq sangatlah beresiko, seperti saat ini banyak terjadi pemberian dana zakat secara langsung kepada mustahiq yang dilakukan oleh para pengusaha dan telah merenggut nyawa banyak orang karena pembagiannya yang tidak terorganisir.

Selain transparansi laporan keuangan dan pengelolaan zakat, reputasi dari sebuah lembaga amil zakat juga dapat menjadi bahan pertimbangan bagi seorang muzakki dalam hal membayarkan zakat. Sebuah lembaga amil zakat yang memiliki reputasi baik di mata masyarakat akan memiliki daya tarik yang lebih dibandingkan dengan lembaga lain yang reputasinya kurang baik. Baik

12“Undang

-Undang Nomor 38 Tahun 1999”, http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_38_90.htm, diakses pada 25 September 2015.

13 Ahmad Ifham, “Definisi Pengelolaan Zakat”,

http://sharianomics.wordpress.com/2011/01/01/ definisi-pengelolaan-zakat/ 2011, diakses pada 25 September 2015.


(23)

8

buruknya reputasi sebuah lembaga berkaitan dengan bagaimana lembaga tersebut membangunnya.

Aaker dan Keller menyatakan bahwa reputasi perusahaan (corporate reputation) adalah persepsi pelanggan mengenai kualitas yang dihubungkan dengan nama perusahaan. Sedangkan, menurut Gaotsi dan Wilson reputasi adalah evaluasi semua stakeholder terhadap organisasi sepanjang waktu yang didasarkan atas pengalaman stakeholder tersebut dengan organisasi.14 Reputasi dapat dilihat dari ukuran besarnya, kepribadian pendirinya, bagaimana produk dan kualitasnya dikenal masyarakat, lokasinya, dan bagaimana cara memperlakukan karyawan dan pelanggan.15

Berdasarkan paparan di atas, baik transparansi laporan keuangan, pengelolaan zakat, dan reputasi organisasi memiliki keterkaitan dalam hal menimbulkan rasa kepuasan donatur atau muzakki yang pada akhirnya akan meningkatkan kepercayaan donatur. Akan tetapi masih terdapat perdebatan teoretis di antara para ahli.

Menurut Muhammad Rizqi Syahri Romdhon (2014), menunjukkan bahwa transparansi laporan keuangan dan pengelolaan zakat berpengaruh secara signifikan terhadap kepercayaan muzakki. Berbeda dengan pendapat Eha Nugraha (2015), yang menunjukkan bahwa transparansi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepercayaan muzakki.

14

Yosal Iriantara, Media Relations: Konsep, Pendekatan, dan Praktik, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005), 102.

15

Colin Coulson dan Thomas, Public Relations: Panduan Praktis Untuk PR, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002), 22.


(24)

9

I’ah Robiah (2010), dalam penelitiannya menyatakan bahwa reputasi berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan. Sedangkan menurut Hana Dian Pratiwi (2013), menyatakan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara reputasi perusahaan terhadap tingkat kepercayaan konsumen.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat diketahui bahwa baik transparansi, pengelolaan zakat, dan reputasi organisasi memiliki hubungan yang positif terhadap peningkatan kepercayaan donatur. Akan tetapi jika dibandingkan antar studi tersebut, maka dapat terlihat perbedaan bahwa hasil dari penelitian terkait pengaruh transaparansi laporan keuangan, pengelolaan zakat, dan reputasi organisasi tersebut adalah berbeda, yaitu ada yang berpengaruh secara signifikan dan tidak berpengaruh sama sekali terhadap kepercayaan donatur. Dari perbedaan itulah dipandang penting untuk menguji kembali pengaruh transparansi laporan keuangan, pengelolaan zakat, dan reputasi organisasi baik secara simultan maupun parsial terhadap kepercayaan donatur.

Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF) Surabaya. YDSF Surabaya dikukuhkan menjadi Lembaga Amil Zakat Nasional oleh Menteri Agama Republik Indonesia dengan SK No.523 tanggal 10 Desember 2001 dan kini telah menjadi entitas yang menaruh perhatian mendalam pada kemanusiaan yang universal.16 Kehadiran Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF) Surabaya didasari pada kewajiban dan

16 Yayasan Dana Sosial Al Falah, “Tentang Kami”, http//www.ydsf.org/tentang

-kami, diakses pada 13 November 2015.


(25)

10

pentingnya menunaikan zakat, infaq dan sedekah yang memang sebaiknya dibayarkan oleh tiap-tiap muslim, dan dibutuhkan wadah khusus sebagai tempat penghimpun dan penyalur dana zakat, infaq, dan sedekah yang amanah dan profesional.

Yayasan Dana Sosial Al Falah adalah lembaga yang bergerak dalam bidang sosial dan keagamaan dengan cara mengumpulkan dana dari umat Islam dan membagikannya untuk kepentingan pendidikan, pembangunan masjid, santunan anak yatim piatu, merealisasikan dakwah Islamiyah, dan peduli kemanusiaan. Oleh karena itu, YDSF Surabaya memegang prinsip-prinsip sebagai berikut amanah, profesional, transparan, independen, adil, responsif dan kooperatif.

Sebagai organisasi sektor publik YDSF Surabaya dituntut dapat memberikan informasi mengenai pengelolaan kepada seluruh pihak yang berkepentingan. Kemampuan untuk memberikan informasi yang terbuka, seimbang, dan merata terutama mengenai laporan pengelolaan keuangan adalah salah satu kriteria yang menentukan tingkat transparansi lembaga. Sesuai dengan salah satu prinsipnya yaitu transparan, laporan keuangan di YDSF Surabaya dilaporkan melalui majalah Al Falah baik berupa majalah

digital maupun printout yang terbit pada setiap bulannya dan dapat dilihat pula melalui website resmi YDSF. Laporan keuangan yang ditunjukkan setiap bulan berupa laporan penerimaan dan pengeluaran. Selain laporan penerimaan dan pengeluaran setiap bulan, YDSF Surabaya juga melaporkan laporan tahunan yang berupa laporan posisi keuangan / neraca, laporan arus kas, dan laporan


(26)

11

perubahan dana. Laporan tahunan di YDSF Surabaya dilaporkan melalui majalah, website, dan surat kabar Surya, Republika, dan Sindo.17

Pengelolaan dana zakat di YDSF Surabaya meliputi kegiatan penghimpunan hingga penyaluran dana zakat. Dari segi penghimpunan dana zakat, pihak YDSF Surabaya memberikan beberapa pilihan untuk donatur yaitu dengan cara donatur langsung datang ke kantor YDSF Surabaya, diambil oleh juru pungut (jungut) dari YDSF Surabaya, dan melalui transfer ke rekening YDSF Surabaya. Ada beberapa strategi yang dilakukan oleh YDSF Surabaya dalam hal penghimpunan yaitu dengan cara memberikan fasilitas pengembangan spiritual donatur, peningkatan donatur dan jumlah donasi yang disebut dengan ekstensifikasi dan intensifikasi donatur, dan mempertahankan donatur. Dana yang sudah terhimpun di YDSF Surabaya sebesar 1,757 milyar.18

Pendistribusian dana zakat di YDSF Surabaya memiliki perencanaan yang disebut dengan Rencana Keuangan Anggaran Yayasan (RKAY) yang disusun selama satu tahun. YDSF Surabaya akan menyalurkan dana zakat kepada 8 asnaf. Mekanisme penyaluran dilakukan melalui dua cara yaitu dengan cara penerimaan proposal oleh mustahiq yang diawali dengan survey dan cara kedua adalah melalui program yang sudah direncanakan YDSF Surabaya. Dalam kebijakan dari YDSF Surabaya dana zakat dalam satu tahun harus dapat habis tersalurkan karena jumlah dana zakat tidak lebih banyak dibandingkan

17

Wawancara dengan Ibu Enik, manajer keuangan tanggal 22 Oktober 2015. 18


(27)

12

dengan dana infaq. Kegiatan penyaluran dana zakat di YDSF Surabaya akan dipublikasikan kepada donatur melalui majalah Al Falah dan website YDSF.19 Yayasan Dana Sosial Al Falah didirikan pada 1 Maret 1987 dan telah dirasakan manfaatnya di lebih dari 25 propinsi di Indonesia. Paradigma prestasi YDSF sebagai lembaga pendayagunaan dana yang amanah dan profesional menjadikannya sebagai lembaga pengelola zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) yang terpercaya di Indonesia. Hingga saat ini bersama donatur rutin yang terus bertambah setiap bulannya dengan berbagai potensi, kompetensi, fasilitas, dan otoritas dari kalangan birokrasi profesional, swasta, dan masyarakat umum telah terajut bersama YDSF membentuk komunitas peduli dhuafa.20

Berdasarkan survey Majalah SWA edisi 27/XXVI/Desember 2010-Januari 2011 yang mengupas tentang lembaga-lembaga pengelola dana umat, YDSF masuk di dalam 4 besar sebagai pengelola dana umat terbaik. Survey ini dilakukan di tiga kota yaitu, Jakarta, Bandung, dan Surabaya pada bulan September-Oktober 2010 terhadap 29 lembaga amil zakat yang terdaftar secara nasional, dengan melibatkan 676 responden yang tersebar di ketiga kota tersebut. Aspek yang ditekankan adalah kepercayaaan (trust), pelayanan, dan rekomendasi yang diberikan. Aspek kepercayaan dinilai dari atribut transparansi pengelolaan keuangan, reputasi, dan transparansi penyaluran. Sedangkan aspek pelayanan dinilai dari atribut jangkauan distribusi

19

Wawancara dengan Bapak Anwar, staff pendayagunaan tanggal 22 Oktober 2015. 20


(28)

13

penyaluran, keragaman produk dan layanan, kemudahan melakukan pembayaran, layanan pelanggan, dan komunikasi.21

Lembaga amil zakat bukan merupakan lembaga profit, dana yang terhimpun adalah dana yang berasal dari umat. Lembaga amil zakat harus terbuka untuk dipandang oleh publik sebagai bagian yang secara optimal mengelola dana yang terhimpun. Apabila sebuah lembaga amil zakat menerapkan sistem transparansi terhadap keuangan dan pengelolaan zakat serta reputasi yang baik maka, para donatur merasa puas dan meningkatkan kepercayaan pada lembaga tersebut karena mereka tidak akan merasa khawatir tentang dana yang mereka keluarkan.

Dengan melihat data yang menunjukkan jumlah donatur pada Yayasan Dana Sosial Al Falah Surabaya, dapat membuktikan bahwa YDSF dapat merebut hati para donatur.

Tabel 1.1 Jumlah Donatur YDSF Surabaya

Bulan Juli-15 Agustus-15 September-15 Jumlah

donatur

63.265 63.575 63.647

Sumber: Olahan data donatur YDSF Surabaya

Data jumlah donatur di atas menjelaskan bahwa terdapat kenaikan jumlah donatur YDSF Surabaya mulai dari bulan Juli 2015 berjumlah 63.265 hingga bulan September 2015 berjumlah 63.647. Hal ini dapat menunjukkan bahwa meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF) Surabaya.

21

Yayasan Dana Sosial Al Falah, “YDSF 4 Besar Laz Terbaik”, http://www.ydsf.org/blog/kabar-ydsf/ydsf-4-besar-laz-terbaik, diakses pada 23 November 2015.


(29)

14

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti ingin meneliti dan mengkaji lebih lanjut mengenai “Pengaruh Transparansi Laporan Keuangan, Pengelolaan Zakat, dan Reputasi Organisasi terhadap Kepercayaan Donatur di Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF) Surabaya.”

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Apakah terdapat pengaruh antara transparansi laporan keuangan,

pengelolaan zakat, dan reputasi organisasi secara simultan terhadap kepercayaan donatur di YDSF Surabaya?

2. Apakah terdapat pengaruh antara transparansi laporan keuangan, pengelolaan zakat, dan reputasi organisasi secara parsial terhadap kepercayaan donatur di YDSF Surabaya?

3. Variabel manakah yang paling berpengaruh terhadap kepercayaan donatur di YDSF Surabaya?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui dan menganalisis pengaruh antara transparansi laporan keuangan, pengelolaan zakat, dan reputasi organisasi secara simultan terhadap kepercayaan donatur di YDSF Surabaya.


(30)

15

2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh antara transparansi laporan keuangan, pengelolaan zakat, dan reputasi organisasi secara parsial terhadap kepercayaan donatur di YDSF Surabaya.

3. Mengetahui variabel manakah yang paling berpengaruh terhadap kepercayaan donatur di YDSF Surabaya.

D.Kegunaan Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat teoretis, yaitu sebagai tambahan referensi dan wawasan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan tentang manajemen lembaga keuangan syariah khususnya mengenai transparansi laporan keuangan pengelolaan zakat, reputasi organisasi dan kepercayaan donatur.

2. Manfaat praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan penelitian dan informasi bagi Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF) Surabaya dalam mengambil keputusan dan kebijakan terkait transparansi laporan keuangan, pengelolaan zakat, dan reputasi organisasi sehingga dapat meningkatkan kepercayaan donatur.

E.Sistematika Penulisan

Bab pertama berisi pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab kedua berisikan kajian pustaka yang mengemukakan landasan teori dimulai dari transparansi laporan keuangan, pengelolaan zakat, reputasi


(31)

16

organisasi, dan kepercayaan donatur. Kemudian beberapa penelitian terdahulu yang relevan, kerangka konseptual, dan hipotesis.

Bab ketiga berisi metode penelitian yang memuat jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, definisi operasional, uji validitas dan reliabilitas, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab keempat berisi hasil penelitian yang menjabarkan deskripsi umum objek penelitian berupa pemaparan data yang memuat informasi tentang lokasi atau institusi yang menjadi objek penelitian serta karakteristik responden yang dijadikan sampel dalam penelitian dan analisis data yang memuat data penelitian yang relevan dengan tujuan penelitian.

Bab kelima berisi pembahasan yang terdiri dari temuan hasil penelitian berisi gagasan peneliti, keterkaitan antara pola-pola, kategori-kategori dan dimensi-dimensi, posisi temuan terhadap teori-teori dan temuan-temuan sebelumnya serta penafsiran dan penjelasan terkait temuan di lapangan yang menjawab hipotesis (jawaban sementara) sebelumnya.


(32)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Landasan Teori

1. Transparansi laporan keuangan a. Transparansi

Sebuah organisasi yang berhubungan dengan publik atau masyarakat diperlukan adanya keterbukaan informasi yang dapat diakses oleh masyarakat sebagai bentuk pengawasan masyarakat terhadap organisasi yang bersangkutan. Dalam kerangka kebebasan pers dan upaya menciptakan masyarakat informasi yang memiliki hak dalam mengawasi jalannya pemerintahan, maka dikeluarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP). Melalui Undang-Undang tersebut, berbagai masalah transparansi informasi, khususnya yang terkait ataupun dikuasai oleh badan-badan publik harus dibuka untuk masyarakat sebagai pemohon atau pengguna informasi publik.1 Adapun dalam UUD 1945 Pasal 28 F, menyebutkan bahwa setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.2

1

Farid Hamid dan Heri Budianto, Ilmu Komunikasi: Sekarang dan Tantangan Masa Depan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), 331.

2


(33)

18

Transparansi merupakan salah satu karakteristik dari Good Governance. Transparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi yang berlaku dengan kepentingan publik secara langsung dapat diperoleh mereka yang membutuhkan.3 Menurut Standar Akuntansi Pemerintah dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005, transparansi adalah memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.4 Pendapat lain mengatakan transparansi adalah keterbukaan informasi baik dalam pengambilan keputusan maupun pengungkapan informasi yang material yang relevan dengan perusahaan.5

Transparansi dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu adanya kebijakan terbuka terhadap pengawasan, adanya akses informasi sehingga masyarakat dapat menjangkau setiap segi kebijakan pemerintah, dan berlakunya prinsip check and balance (antar lembaga eksekutif dan legislatif). Tujuan dari transparansi adalah membangun rasa saling

3

Muindro Renyowijoyo, Akuntansi Sektor Publik: Organisasi Non Laba, Edisi 2, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2010), 14.

4

Tim Penyusun, Standar Akuntansi Pemerintah:Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005, (Bandung: Fokus Media, 2009 ), 23.

5


(34)

19

percaya antara pemerintah dengan publik di mana pemerintah harus memberikan informasi akurat bagi publik yang membutuhkan.6

Dalam pandangan Islam, transparansi merupakan shiddiq (jujur). Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-An’am ayat 152, yang berbunyi:



























Artinya:

Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat. (QS. Al-An’am: 152) 7

Menurut Mardiasmo dalam Muhammad Rizqi Syahri Romdhon indikator dari transparansi adalah:8

1) Terdapat pengumuman kebijakan mengenai pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset.

6

Sedarmayanti, Reformasi Administrasi Publik, Reformasi, dan Kepemimpinan Masa Depan, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2009), 289-290.

7

Ahmad Hatta, Tafsir Qur’an Per Kata: Dilengkapi Dengan Asbabun Nuzul & Terjemah, (Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2009), 149.

8 Muhammad Rizqi Syahri Romdhon, “Pengaruh Laporan

Transparansi Laporan Keuangan, Pengelolaan Zakat, dan Sikap Pengelola Terhadap Tingkat Kepercayaan Muzakki (Studi Kasus Pada Lembaga Amil Zakat di Kota Bandung)” (Skripsi -- Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 2014), 40.


(35)

20

2) Tersedia laporan mengenai pendapatan, pengelolaan keuangan, dan aset yang mudah diakses.

3) Tersedia laporan pertanggungjawaban yang tepat waktu. 4) Tersedia sarana untuk suara dan usulan rakyat.

5) Terdapat sistem pemberian informasi pada publik.

Jika dilihat dari definisi dan kriteria, tidak ada kriteria yang jelas mengenai seperti apa bentuk laporan keuangan itu sehingga sebuah laporan keuangan dapat disebut sebagai laporan keuangan yang transparan. Definisi dan kriteria tersebut hanya mencakup transparansi dalam pengelolaan keuangan, bukan laporan keuangan. Laporan keuangan memang merupakan salah satu hasil dari transparansi dan akuntabilitas keuangan publik. Hal ini berarti laporan keuangan yang disusun pun harus memenuhi syarat transparansi.9 Kriteria dari transparansi ini adalah adanya pertanggungjawaban terbuka, adanya aksesibilitas terhadap terhadap laporan keuangan serta adanya publikasi laporan keuangan, hak untuk tahu hasil audit dan ketersediaan informasi kinerja.

Agar laporan keuangan menjadi lebih efektif dan tidak menyesatkan, seluruh informasi yang relevan seharusnya disajikan dengan cara yang tidak memihak, dapat dipahami, dan tepat waktu. Inilah yang dikenal dengan prinsip pengungkapan penuh (full disclosure principle).10 Semua

9 Annisa Ningrum, “Akuntabilitas dan Transparansi Dalam Laporan Keuangan?”, http://annisaningrum.blogspot.co.id/2010/07/akuntabilitas-dan-transparansi-dalam.html, diakses pada 21 Februari 2016.

10


(36)

21

fakta-fakta perlu diungkapkan secara terbuka agar laporan keuangan sebisa mungkin bersifat informatif dan memberi arti bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Pengungkapan fakta-fakta dilakukan guna menghindari adanya laporan keuangan yang menyesatkan. Di samping laporan utama, terkadang perlu adanya catatan kaki yang memberi deskripsi lebih jauh sehubungan dengan laporan keuangan itu.11 Dengan prinsip pengungkapan ini diharapkan agar investor yang memiliki pengetahuan rata-rata tidak menjadi keliru dalam menafsir isi laporan keuangan. Oleh karena itu, tidak boleh ada informasi penting atau kebutuhan informasi rata-rata investor yang hilang atau disembunyikan.12 b. Laporan keuangan

1) Pengertian laporan keuangan

Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Di samping itu, laporan keuangan juga dapat digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar perusahaan.13 Bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap posisi dan kondisi keuangan, sangat membutuhkan informasi keuangan yang dapat diperoleh dari laporan

11

Djarwanto, Pokok-pokok Analisa Laporan Keuangan, (Yogyakarta: BPFE, 1997),10. 12

Hery, Teori…, 114. 13


(37)

22

keuangan. Informasi tersebut disusun dan disajikan perusahaan dalam bentuk neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan modal dan laporan arus kas. Informasi tersebut sangat diperlukan oleh pihak-pihak yang go public dalam persiapannya untuk melakukan penawaran umum karena salah satu syarat perusahaan yang go public

adalah harus menyerahkan laporan keuangannya selama dua tahun terakhir yang sudah diperiksa oleh akuntan publik.14

Walaupun periode akuntansi tahun buku yang digunakan adalah tahunan, manajemen masih dapat menyusun laporan keuangan untuk periode yang lebih pendek, misalnya bulanan, triwulan, atau kuartal. Laporan keuangan yang dibuat untuk periode yang lebih pendek dari satu tahun disebut laporan interim.15

2) Laporan keuangan sebagai alat komunikasi

Analisa laporan keuangan berkaitan erat dengan bidang akuntansi. Akuntansi dapat memberikan informasi tentang kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan seperti tercermin pada laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu akuntansi (laporan keuangan) dapat dipakai sebagai alat untuk berkomunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data keuangan perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan tersebut adalah manajemen, pemilik, kreditur, investor, penyalur, karyawan, lembaga pemerintah,

14

Denny Bagus, “Laporan Keuangan: Pengertian dan Dasar-Dasar Penyusunan Laporan Keuangan”,http://jurnal-sdm.blogspot.co.id/2009/07/laporan-keuangan-pengertian-dan-dasar.html, diakses pada 21 Februari 2016.

15


(38)

23

dan masyarakat umum. Khusus untuk kepentingan pimpinan perusahaan (manajemen) umumnya diperlukan sejumlah laporan akuntansi yang lebih terperinci beserta ikhtisarnya yang memperhatikan aktivitas dari bagian-bagian yang ada dalam perusahan.16

3) Karakteristik kualitatif laporan keuangan

Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), terdapat empat karakteristik kualitatif pokok:17

a) Dapat dipahami

Informasi yang berkualitas adalah informasi yang dengan mudah dan segera dapat dipahami oleh pemakainya.

b) Relevan

Informasi mempunyai kualitas yang relevan bila dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai, yaitu dengan cara dapat digunakan untuk evaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegasakan, atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.

c) Keandalan

Informasi memiliki kualitas andal bila bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan

16

Djarwanto, Pokok-pokok Analisa…, 1-3. 17


(39)

24

pemakainya sebagai penyajian yang jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. d) Dapat dibandingkan

Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif.

4) Tujuan laporan keuangan

Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.18 Selain itu, tujuannya bagi entitas syariah adalah:19

a) Kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam kegiatan usaha.

b) Membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab entitas

syariah terhadap amanah dalam mengamankan dan

menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak.

c) Informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh penanam modal dan pemilik dana syirkah temporer.

18

Ibid., 3. 19


(40)

25

d) Informasi mengenai pemenuhan kewajiban fungsi sosial entitas syariah, termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah, dan wakaf.

5) Jenis-jenis laporan keuangan a) Laporan laba rugi

Laporan laba rugi adalah suatu laporan yang menunjukkan pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya dari suatu unit usaha untuk suatu periode tertentu.20 Laporan laba rugi melaporkan kelebihan pendapatan terhadap biaya-biaya yang terjadi. Kelebihan ini disebut dengan laba bersih (net income) dan jika biaya melebihi pendapatan maka disebut dengan rugi bersih (net loss).

Laporan laba rugi dapat disusun dalam dua bentuk yaitu secara

multiple step dan single step. Pada laporan laba rugi bentuk

multiple step terdapat pengelompokan terhadap pendapatan dan biaya. Sedangkan dalam laporan laba rugi bentuk single step tidak dilakukan pengelompokan terhadap pendapatan dan biaya.

b) Laporan perubahan modal

Laporan perubahan modal melaporkan perubahan modal pemilik selama jangka waktu tertentu. Laporan ini dibuat setelah laporan laba rugi, karena laba bersih atau rugi bersih periode berjalan harus dilaporkan pada laporan ini. Laporan ini juga dibuat sebelum neraca karena jumlah modal pemilik pada akhir periode

20


(41)

26

harus dilaporkan ke dalam neraca. Oleh karena itu, laporan perubahan modal ini seringkali dipandang sebagai penghubung antara laporan laba rugi dengan neraca.21

c) Neraca

Neraca adalah laporan yang menunjukkan keadaan suatu unit usaha pada tanggal tertentu. Dalam neraca dapat dilihat bahwa jumlah aktiva akan sama besar dengan jumlah pasiva, di mana pasiva terdiri dari dua golongan kewajiban yaitu kewajiban pada pihak luar yang disebut dengan utang dan kewajiban terhadap pemilik perusahaan yang disebut modal. Aktiva dan utang pada neraca akan dikelompokkan menjadi kelompok lancar (jangka pendek) dan tidak lancar (jangka panjang).22

Neraca dapat disusun dalam beberapa bentuk dan bentuk neraca yang biasa digunakan adalah neraca bentuk rekening T di mana aktiva disusun di bagian kiri dan pasiva di bagian kanan dengan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu utang dan modal. Bentuk lainnya yang biasa digunakan adalah neraca bentuk laporan di mana aktiva, utang, dan modal disusun dengan urutan ke bawah (vertikal). 23

21

Carl S. Warren, et al, Pengantar Akuntansi, (Aria Farahmita), Edisi 21, (Jakarta: Salemba Empat, 2008), 25.

22

Zaki Baridwan, Intermediate Accounting…, 19. 23


(42)

27

d) Laporan arus kas

Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas dan setara kas. Kas meliputi uang tunai (cash on hand) dan rekening giro, sedangkan setara kas adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek, dan dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan nilai. Tujuan utama laporan arus kas adalah untuk menyajikan informasi relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas selama suatu periode tertentu.24

Laporan arus kas terdiri atas tiga bagian:25

(1) Arus kas dari aktivitas operasi yang melaporakan ikhtisar penerimaan dan pengeluaran kas yang menyangkut operasi perusahaan.

(2) Arus kas dari aktivitas investasi yang melaporkan transaksi kas untuk pembelian atau penjualan aset tetap atau permanen. (3) Arus kas dari aktivitas pendanaan yang melaporkan transaksi

kas yang berhubungan dengan investasi pemilik, pinjaman dana, dan pengambilan uang oleh pemilik.

6) Masa depan pelaporan keuangan

Terdapat tiga hal yang penting bagi masa depan pelaporan keuangan yang perlu dicermati, yaitu:26

24

Ibid., 40. 25

Carl S. Warren, et al, Pengantar Akuntansi…, 27. 26


(43)

28

a) Masalah pengakuan (recognition) dan pengukuran (measurement) atas aktiva dan kewajiban perusahaan; dengan kata lain apa yang seharusnya dilaporkan dalam laporan keuangan (neraca)

Neraca harus dapat secara akurat menceminkan aktiva dan kewajiban perusahaan. Pengguna laporan keuangan seharusnya dapat memanfaatkan neraca untuk memperoleh gambaran yang cukup mengenai suatu perusahaan.

b) Masalah ketepatan waktu (timeliness) pelaporan keungan; dengan kata lain kapan seharusnya akun-akun dilaporkan

Saat ini, laporan tahunan bahkan laporan kwartalan sudah tidak lagi memenuhi arus kebutuhan informasi yang semakin mendesak. Sistem pelaporan keuangan secara periodik (berkala) telah berlangsung selama ini. Dalam hal ini users tentu membutuhkan informasi yang lebih dan segera. Sistem pelaporan keuangan mau tidak mau harus dapat mengikuti perubahan ini agar dapat memenuhi kebutuhan users di masa mendatang.

c) Masalah pendistribusian informasi keuangan (distribution of financial information); dengan kata lain bagaimana informasi keuangan didistribusikan kepada users

Melalui pertimbangan bahwa beberapa pemakai laporan keuangan dapat mengambil lebih banyak keuntungan dari akses langsung ke rincian data mentah, maka di masa mendatang pemakai jelas akan lebih banyak akses ke elektronik database yang


(44)

29

telah dianalisis dan akan membuat informasi tersebut menjadi sangat berguna dan tepat bagi mereka.

2. Pengelolaan zakat

a. Pengertian pengelolaan zakat

Menurut Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat.27 Definisi dari pengelolaan zakat tersebut sesuai dengan fungsi manajemen yaitu planning (perencanaan), organizing

(pengorganisasian), actuating (penggerakan), dan controlling

(pengawasan). Dengan menggunakan fungsi manajemen, maka pengelolaan zakat dapat dilakukan secara terprogram dan terencana termasuk ditentukan jadwalnya dengan jelas, dan tetap berlandaskan untuk beribadah kepada Allah secara ikhlas. Bagian terpenting dalam proses manajemen pengelolaan zakat adalah tahap alokasi dan pendistribusian dana zakat. Karena proses inilah yang langsung bersentuhan dengan sasaran penerima zakat. Dalam Islam, asas pelaksanaan pengelolaan zakat didasarkan pada firman Allah SWT pada surat At Taubah ayat 60 yang berbunyi:

27“Undang

-Undang Nomor 38 Tahun 1999”, http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_38_90.htm, diakses pada 25 September 2015.


(45)

30







































Artinya:

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. At-Taubah: 60)28 Ernie Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah dalam Muhammad Rizqi Syahri Romdhon mengemukakan indikator dari pengelolaan zakat menggunakan fungsi dari manajemen, yaitu:29

1) Planning (Perencanaan)

Perencanaan menentukan di mana organisasi ingin berada di masa depan dan bagaimana agar dapat sampai ke sana. Perencanaan berarti menentukan tujuan untuk kinerja organisasi di masa depan serta memutuskan tugas dan penggunaan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.30 Salah satu cara yang paling sering dikemukakan dalam penyusunan suatu rencana adalah dengan mengatakan bahwa perencanaan berarti mencari dan menemukan

28

Ahmad Hatta, Tafsir Qur’an…, 196.

29 Muhammad Rizqi Syahri Romdhon, “Pengaruh Laporan Transparansi Laporan Keuangan, Pengelolaan Zakat, dan Sikap Pengelola Terhadap Tingkat Kepercayaan Muzakki (Studi Kasus Pada Lembaga Amil Zakat di Kota Bandung)” (Skripsi -- Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung), 2014, 40.

30


(46)

31

jawaban terhadap enam pertanyaan, yaitu apa, di mana, bilamana, bagaimana, siapa, dan mengapa.

Penyusunan sebuah rencana dapat pula didekati dengan berusaha mengenali, memahami, dan memenuhi ciri-ciri rencana yang baik, yaitu:31

a) Rencana harus mempermudah tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

b) Perencana sungguh-sungguh memahami hakikat tujuan yang ingin dicapai.

c) Pemenuhan persyaratan keahlian teknis.

d) Rencana harus disertai oleh suatu rincian yang cermat. e) Keterkaitan rencana dengan pelaksanaan.

f) Kesederhanaan. g) Fleksibilitas.

h) Rencana memberikan tempat pada pengambilan risiko. i) Rencana yang pragmatik.

j) Rencana sebagai instrumen peramalan masa depan.

Sebuah rencana harus benar-benar disusun berdasarkan kenyataan dan perhitungan yang matang agar diperoleh hasil yang optimal bahkan jika mungkin yang maksimal. Kurangnya perencanaan atau perencanaan yang buruk dapat menghancurkan kinerja organisasi. 2) Organizing (Pengorganisasian)

31


(47)

32

Pengorganisasian umumnya dilakukan setelah perencanaan dan mencerminkan bagaimana perusahaan mencoba untuk mencapai rencananya. Pengorganisasian meliputi penentuan dan pengelompokan tugas ke dalam departemen, penentuan otoritas, serta alokasi sumber daya di antara organisasi.32 Definisi sederhana pengorganisasian adalah keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, serta wewenang dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan yang utuh dan bulat dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Hasil dari pengorganisasian adalah organisasi. Definisi dari organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk pencapaian tujuan bersama dan terikat secara formal yang tercermin pada hubungan sekelompok orang yang disebut pimpinan dan sekelompok orang yang disebut bawahan.33

Menurut Ernest Dale, pengorganisasian penting karena sebagai proses yang bermulti langkah berusaha untuk:34

a) Memperinci seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi.

b) Membagi beban pekerjaan dalam aktivitas-aktivitas yang secara logis dapat dilakukan oleh sekelompok orang.

32

Richard L. Daft, Manajemen…, 8. 33

Sondang P. Siagian, Fungsi-Fungsi Manajerial…, 60-61. 34


(48)

33

c) Mengkombinasikan pekerjaan anggota organisasi dalam cara yang logis dan efisien.

d) Menetapkan mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjan anggota organisasi dalam satu kesatuan yang harmonis.

e) Mengawasi seberapa jauh organisasi tersebut mengambil langkah-langkah penyesuaian untuk mempertahankan dan meningkatkan efektivitas organisasi.

3) Actuating (Penggerakan)

Penggerakan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan usaha, cara, teknik, dan metode untuk mendorong para anggota organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien, efektif, dan ekonomis.35 Fungsi penggerakan ini harus dilaksanakan oleh pimpinan atau manajer untuk mempengaruhi orang lain agar bertindak sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Di samping itu fungsi ini juga meliputi upaya yang harus dilakukan oleh pimpinan dalam menyatukan keinginan yang bermacam-macam dari anggota organisasi sehingga tujuan dapat tercapai. Dalam fungsi ini masalah kepemimpinan menjadi hal yang sangat penting.36 Kepemimpinan mencakup kegiatan-kegiatan seperti mengambil keputusan, mengadakan komunikasi, memberikan dorongan, memilih orang-orang untuk keperluan lingkungannya dan

35

Sondang P. Siagian, Fungsi-Fungsi Manajerial…, 95. 36


(49)

34

sekaligus mengembangkannya sehingga cocok dengan sikap yang dituntut oleh organisasi tempat mereka bekerja.37

4) Controlling (Pengawasan)

Pengawasan adalah proses pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna lebih menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Pengawasan merupakan salah satu tugas yang mutlak diselenggarakan oleh seluruh orang yang menduduki jabatan manajerial, mulai dari manajer puncak hingga manajer rendah yang secara langsung mengendalikan kegiatan-kegiatan teknis yang diselenggarakan oleh semua petugas operasional.38

Pengawasan bukanlah fungsi terakhir dari manajemen, melainkan pengawasan itu harus dilakukan sejak perencanaan ditetapkan. Oleh karena itu, antara perencanaan dan pengawasan merupakan dua fungsi yang tidak dapat dipisahkan. Berakhirnya suatu pengawasan berarti mulainya suatu perencanaan baru. Berakhirnya perencanaan berarti pengawasan telah mulai di dalamya. Ditinjau dari sifatnya pengawasan dilakukan dalam dua bentuk, yaitu pengawasan ke luar (external control) dan pengawasan ke dalam (internal control). Tujuan dari pengawasan membuat penyelenggaraan dan hasilnya sesuai dengan rencana. Akan tetapi di samping itu, terdapat

37

Komaruddin Sastradipoera, Pengantar Manajemen Perusahaan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1994), 13.

38


(50)

35

pengawasan yang tujuan dan sifanya adalah problem solving

(memecahkan masalah), misalnya meningkatkan keamanan, meningkatkan disiplin, meningkatkan kebersihan, dan meningkatkan

hygiene pekerja.39 b. Zakat

1) Definisi zakat

Makna zakat menurut bahasa artinya tumbuh dan berkembang, bisa juga bermakna menyucikan harta karena zakat akan mengembangkan pahala pelakunya dan membersihkannya dari dosa. Menurut syariat, zakat ialah hak wajib dari harta tertentu pada waktu tertentu. Sedangkan menurut istilah, zakat adalah sejumlah harta yang khusus diberikan kepada kelompok-kelompok tertentu, dan dibagikan dengan syarat-syarat tertentu pula.40

Menurut Sulaiman Rasyid (2005), zakat adalah kadar harta tertentu yang diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan beberapa syarat. Dari segi hukumnya zakat adalah salah satu rukun Islam yang merupakan fardhu „ain atas tiap-tiap orang yang cukup syarat-syaratnya. Dari segi kebaikan rezeki zakat akan mensucikan harta orang beriman, karena rezeki yang diperolehnya terkadang tercampur dengan masalah-masalah yang syubhat.41

39

Tony Waworuntu, Manajemen untuk Sekretaris…, 35-36. 40

Fahrur Muiz, Zakat A-Z: Panduan Mudah, Lengkap, Praktis Tentang Zakat, (Solo: Tinta Medina, 2011), 22.

41


(51)

36

Menurut ulama dalam lingkungan mazhab Syafi’i mendefinisikan zakat sebagai suatu istilah tentang suatu ukuran tertentu dari harta yang telah ditentukan, yang wajib dibagikan kepada golongan tertentu serta dengan syarat-syarat yang telah ditentukan. Sedangkan menurut ahli fikih kontemporer, Yusuf Al-Qardhawi mendefinisikan zakat, yaitu bagian tertentu dari harta yang diwajibkan Allah SWT untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak.42

2) Dasar hukum zakat

Agama Islam telah menyatakan dengan tegas bahwa zakat merupakan rukun dan fardhu yang wajib ditunaikan oleh setiap muslim yang hartanya telah memenuhi kriteria dan syarat tertentu. Jumhur ulama pun telah sepakat bahwa zakat merupakan suatu kewajiban dalam agama yang tidak boleh diingkari. Banyak ayat al-Qur’an dan Hadits yang menjadi dalil pensyariatan zakat. Salah satunya adalah firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 43:























Artinya:

Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’. (QS. Al-Baqarah: 43) 43

Begitupula dalam sebuah Hadits diriwayatkan, Dari Ibn Umar r.a berkata: Islam itu didirikan atas lima perkara. Syahadat bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu adalah Rasul Allah,

42

Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam…, 57-58. 43


(52)

37

mendirikan shalat, menunaikan zakat, melakasanakan ibadah haji, serta berpuasa pada bulan Ramadhan.44

Kewajiban zakat tidak hanya diserahkan kepada pemilik harta, tetapi pemerintah harus turun tangan memungut langsung dari mereka walau dengan paksaan. Hal ini dinyatakan secara tegas pada QS At-Taubah ayat 103:

















Artinya:

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendo’alah untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. At-Taubah: 103) 45

Kata-kata ambillah dalam ayat tersebut mengisyaratkan bahwa pemerintah yang berkuasa di suatu negeri harus memungut zakat dari rakyat yang mampu dan mendistribusikannya sekaligus kepada mereka yang berhak.46

3) Model zakat

Ada dua model zakat yang wajib dikeluarkan oleh umat Islam, yaitu:47

44

Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam…, 58. 45

Ahmad Hatta, Tafsir Qur’an…, 203. 46

Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam…, 59. 47


(53)

38

a) Zakat fitrah, adalah zakat yang wajib dikeluarkan setelah pelaksanaan puasa ramadhan sebagai bentuk penyucian diri. Para ulama sepakat bahwa hukum zakat fitrah adalah wajib.

b) Zakat mal adalah zakat harta benda yang dikeluarkan dalam rangka penyucian terhadap harta tersebut. Ada beberapa harta yang wajib dikeluarkan, seperti harta perniagaan, harta terpendam (rikaz), buah-buahan, dan peternakan.

4) Syarat zakat

Terdapat persamaan dan perbedaan di kalangan imam mazhab tentang syarat-syarat zakat:48

a) Berakal, mazhab Hanafi mensyaratkan pelaku zakat harus berakal dan balig. Adapun Imam Malik, Imam Hanbali, dan Imam Syafi’i tidak mensyaratkan berakal dan balig sehingga harta orang gila dan anak-anak wajib dizakati dan walinya harus mengeluarkan zakatnya.

b) Islam, Imam Hanafi, Imam Syafi’i, Imam Hanbali menyatakan bahwa zakat tidak wajib bagi non muslim. Sementara Imam Malik berpendapat bahwa zakat juga wajib bagi non muslim.

c) Harta tersebut dimiliki penuh seseorang, bukan pinjaman, sewa, atau yang lainnya. Imam mazhab menyatakan bahwa yang disebut pemilik adalah orang yang menguasai hartanya secara utuh dan bisa dikeluarkan kapan pun tanpa adanya ikatan dari orang lain.

48


(54)

39

d) Harta tersebut mencapai hitungan satu tahun, berdasarkan hitungan tahun Qamariyah.

e) Harta tersebut telah mencapai nishab (kadar ketentuan zakat). 5) Objek zakat

Menurut Al-Ghazali dalam kitabnya Asrar ash-Shaum dan Asrar az-Zakat, bahwa zakat terdiri dari enam jenis, antara lain:49

a) Binatang ternak. Para ulama sepakat hewan ternak yang wajib dizakati antara lain unta, sapi, kerbau dan kambing.

b) Zakat emas dan perak. Emas dan perak wajib dizakati apabila bersihnya cukup satu nishab. Nishab emas adalah 20 misqal, berat timbangannya 93,6 gram maka zakatnya 1/40 (2,5% = ½ misqal = 2,125 gram). Nishab perak 200 dirham (624 gram) zakatnya 2 1/25 = 5 dirham (15,6 gram).

c) Zakat pertanian. Objek zakat ini dikenakan terutama terhadap biji-bijian yang mengenyangkan, seperti beras, jagung, gandum, adas.

Nishab zakat pertanian adalah 300 sha’ (± 930 liter) bersih dari kulitnya dan ini berlaku bagi biji-bijian yang mengenyangkan. Terhadap pertanian yang airnya berasal dari sungai atau air hujan adalah 10%, tetapi jika airnya berasal dari kincir air yang ditarik oleh binatang atau pemakaian pompa atau diesel maka zakatnya adalah 5%.

49


(1)

118

maupun swasta di Indonesia serta lembaga mancanegara. Selain itu, YDSF juga menjadi 4 besar lembaga amil zakat terbaik dalam survey Majalah SWA edisi 27/XXVI/Desember 2010-Januari 2011. Survey ini dilakukan di tiga kota yaitu, Jakarta, Bandung, dan Surabaya pada bulan September-Oktober 2010 terhadap 29 lembaga amil zakat yang terdaftar secara nasional, dengan melibatkan 676 responden yang tersebar di ketiga kota tersebut.

5. Variabel yang paling mempengaruhi kepercayaan donatur

Berdasarkan hasil pengujian regresi linier berganda diperoleh hasil beta untuk variabel transparansi laporan keuangan sebesar 0,199 dan untuk reputasi organisasi diperoleh nilai sebesar 0,528. Karena nilai beta yang paling besar adalah variabel reputasi organisasi maka dapat diartikan bahwa variabel yang paling mempengaruhi kepercayaan donatur di YDSF Surabaya adalah variabel reputasi organisasi.


(2)

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian serta pembahasan tentang pengaruh transparansi laporan keuangan, pengelolaan zakat, dan reputasi organisasi di Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF) Surabaya dapat disimpulkan bahwa:

1. Hasil pengujian secara simultan diketahui bahwa transparansi laporan keuangan, pengelolaan zakat, dan reputasi organisasi secara simultan (bersama-sama) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepercayaan donatur di Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF) Surabaya. Dengan demikian hipotesis terbukti.

2. Hasil pengujian secara parsial diketahui bahwa transparansi laporan keuangan dan reputasi organisasi secara parsial berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepercayaan donatur di Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF) Surabaya. Sedangkan untuk pengelolaan zakat tidak berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan donatur di Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF) Surabaya.

3. Adapun variabel yang paling berpengaruh terhadap kepercayaan donatur di Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF) Surabaya adalah variabel reputasi organisasi dengan nilai beta sebesar 0,528.


(3)

120

B. Saran

1. Bagi Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF) Surabaya

Penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam kebijakan lembaga dalam upaya yang dilakukan Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF) Surabaya dalam meningkatkan kepercayaan donatur melalui transparannya laporan keuangan pada lembaga, mengelola zakat, dan reputasi organisasi. Selain itu diharapkan untuk terus menjaga reputasi yang telah dimiliki oleh YDSF Surabaya. Karena dari hasil penelitian donatur percaya terhadap YDSF Surabaya disebabkan reputasi yang baik dari YDSF Surabaya. Kemudian, pihak YDSF Surabaya diharapkan dapat lebih menarik kepercayaan donatur melalui pengelolaan zakat yang dilakukan agar mereka tidak hanya melihat dari segi reputasi dan transparannya saja.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai rujukan dalam melakukan penelitian khususnya yang berhubungan dengan pengaruh transparansi laporan keuangan, pengelolaan zakat, dan reputasi organisasi terhadap kepercayaan donatur dengan mengembangkan variabel yang lebih bervariatif sehingga dapat memperoleh hasil yang lebih baik dari penelitian sebelumnya.


(4)

121

DAFTAR PUSTAKA

Al-Mushlih, Abdullah dan Shalah Ash-Shawi. Menjadi Muslim Kaffah: Hal-hal Mendasar yang Wajib Diketahui Oleh Setiap Muslim, Abu Hanan Dzakiya. Surakarta: Al-Qowam, 2009.

Anam, Aris Khoirul. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Masyarakat Terhadap BAZ Kecamatan Karangruyung. Semarang: Fakultas Syari’ah, Institut Agama Islam Negeri Walisongo, 2012.

Baridwan, Zaki. Intermediate Accounting. Yogyakarta: BPFE, 2008.

Coulson, Colin dan Thomas. Public Relations: Panduan Praktis Untuk PR. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002.

Daft, Richard L. Manajemen, Edward Tanujaya,Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat, 2004.

Djarwanto. Pokok-pokok Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: BPFE, 1997. Fauzia, Ika Yunia. Etika Bisnis dalam Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2013.

Hakim, Lukman. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012.

Hamid, Farid dan Heri Budianto. Ilmu Komunikasi: Sekarang dan Tantangan Masa Depan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.

Hatta, Ahmad. Tafsir Qur’an Per Kata: Dilengkapi Dengan Asbabun Nuzul & Terjemah. Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2009.

Hery. Teori Akuntansi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009.

Hidayat, Dasrun. Media Public Relations: Pendekatan Studi Kasus Cyber Public Relations Sebagai Metode Kerja PR Digital. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014. Huda, M. Mansur. Syubhat Seputar Zakat. Solo: Tim Medina, 2012.

Iriantara, Yosal. Media Relations: Konsep, Pendekatan, dan Praktik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005.

Jamilatun. Pengaruh Kualitas Jasa (Pelayanan) Terhadap Kepuasan dan Kepercayaan Muzakki di Lembaga Pengembangan Dana Umat Sultan Agung (LPDU-sa) Semarang. Semarang: Fakultas Syari’ah, Institut Agama Islam Negeri Walisongo, 2011.


(5)

122

Lattimore, Dan, et al. Public Relations: Profesi dan Praktik. Jakarta: Salemba Humanika, 2010.

Muiz, Fahrur. Zakat A-Z: Panduan Mudah, Lengkap, Praktis Tentang Zakat. Solo: Tinta Medina, 2011.

Mujahidin, Akhmad. Ekonomi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007. Pratiwi, Hana Dian. Pengaruh Reputasi Perusahaan Dan Kualitas Website

Terhadap Tingkat Kepercayaan Konsumen Dalam Bertransaksi Secara Online. Malang: Fakultas Psikologi, Universitas Brawijaya, 2013.

Purba, Mardi P. Profesi Akuntan Publik di Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.

Renyowijoyo, Muindro. Akuntansi Sektor Publik: Organisasi Non Laba, Edisi 2. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2010.

Romdhon, Muhammad Rizqi Syahri. Pengaruh Laporan Transparansi Laporan Keuangan, Pengelolaan Zakat, dan Sikap Pengelola Terhadap Tingkat Kepercayaan Muzakki (Studi Kasus Pada Lembaga Amil Zakat di Kota Bandung). Bandung: Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis, Universitas Pendidikan Indonesia, 2014.

Sastradipoera, Komaruddin. Pengantar Manajemen Perusahaan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1994.

Sedarmayanti. Reformasi Administrasi Publik, Reformasi, dan Kepemimpinan Masa Depan.Bandung: PT. Refika Aditama, 2009.

Siagian, Sondang P. Fungsi-Fungsi Manajerial.(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012. Siregar, Sofyan. Statistika Deskriptif Untuk Penelitian: Dilengkapi Perhitungan

Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010.

Suharjo,Bambang. Statistika Terapan:Disertai Contoh Aplikasi Dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013.

Warren, Carl S., et al. Pengantar Akuntansi, Aria Farahmita, Edisi 21. Jakarta: Salemba Empat, 2008.

Waworuntu, Tony. Manajemen untuk Sekretaris. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991.


(6)

123

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Ekonomi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008.

Tim Penyusun. Standar Akuntansi Pemerintah:Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005. Bandung: Fokus Media, 2009.

Bagus, Denny. “Laporan Keuangan: Pengertian dan Dasar-Dasar Penyusunan

Laporan Keuangan”.

http://jurnal-sdm.blogspot.co.id/2009/07/laporan-keuangan-pengertian-dan-dasar.html, diakses pada 21 Februari 2016.

Ifham, Ahmad. “Definisi Pegelolaan Zakat”. http://sharianomics.wordpress. com/2011/01/01/definisi-pengelolaan-zakat/2011, diakses pada 25 September 2015.

Ningrum, Annisa. “Akuntabilitas dan Transparansi Dalam Laporan Keuangan?”. http://annisaningrum.blogspot.co.id/2010/07/akuntabilitas-dan-transparansi-dalam.html, diakses pada 21 Februari 2016.

Saleh, Akh. Muwafik. “Citra dan Reputasi”.

http://muwafikcenter.lecture.ub.ac.id/2014/04/citra-dan-reputasi/ , diakses pada 04 Januari 2016.

UNSRAT. “Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999”. http://hukum.

unsrat.ac.id/uu/uu_38_90.htm. diakses pada 25 September 2015.

Yayasan Dana Sosial Al Falah. “Tentang Kami”. http://www.ydsf.org/tentang-kami. diakses pada 13 November 2015.

---. “YDSF 4 Besar LAZ Terbaik”. http://www.ydsf.org/kabar-ydsf/ydsf-4-besar-laz-terbaik. diakses pada 23 November 2015.

Anwar. Staff Pendayagunaan. Wawancara. 22 Oktober 2015. Enik. Manajer Keuangan. Wawancara. 22 Oktober 2015.