SISTEM KOORDINASI DI LEMBAGA YATIM MANDIRI CABANG SURABAYA.

(1)

SISTEM KOORDINASI DI LEMBAGA YATIM MANDIRI CABANG SURABAYA

Skripsi

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos.I )

Oleh:

ABUYAMIN SIPUTRA NIM : B 74210074

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

PENGESAHAN TIM PENGUJI

Skripsi yang disusun oleh Abuyamin siputra ini telah dipertahankan didepan Tim penguji skipsi

Surabaya, 04 Februari 2016 Mengesahkan

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya kwah dan Komunikasi

Rr. Suhartini, M,Si

NIP. 19s801 13 1982032001

Penguji

II

Drs. H. A.Isa Anshori NIP: 1953042119790310,

Penguji

I

NIP : 19740'303200003 100

I

|NaH,^li

Arifin, MM NIP: 196212141993031002


(5)

ABSTRAK

Abuyamin Siputra 2016: Sistem Koordinasi di Lembaga Yatim Mandiri Cabang Surabaya.

Masalah ini diteliti disini adalah sebagaimana sistem koordinasi di Lembaga Yatim Mandiri Cabang Surabaya. Dalam menjawab permasalah tersebut ditas adalah menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif, serta analisis data yang digunakan adalah analisis domain yaitu menguraikan gambaran obyek penelitian secara umum atau tingkat permukaan namun relatif utuh tentang obyek penelitian tersebut. Hak ini digunakan untuk mengetahui sistem koordinasi yang dilakukan oleh lembaga Yatim Mandiri Cabang Surabaya. Jenis data yang digunakan adalah data yang berbentuk kata-kata dan tindakan serta sumber data tertulis. Sumber data berupa informan dan dokumentasi. Di samping itu tahap-tahap penelitian yang dilakukan meliputi tahap-tahap pra lapangan, tahap-tahap pekerjaan, dan tahap analisis data. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, dokumentasi dan observasi, sedangkan untuk keabsahan datanya menggunakan ketekunan pengalaman dan triangulasi.

Sistem Koordinasi adalah Alat kelengkapan kerja dalam proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien. Di lembaga yatim mandiri untuk bisa mencapai target-target yang ditentukan oleh kepala Yatim Mandiri Cabang Surabaya di semua unit dan sistem harus dibutuhkan bermanfaaat bagi kepala Cabang Yatim Mandiri Surabaya.


(6)

Yayasan Yatim Mandiri Cabang Surabaya memiliki Sistem Koordinasi meliputi struktur organisasi ada manajer, Devisi Program, Devisi Keuangan, Devisi Adminstrasi, Devisi Umum, Devisi Fundraising.

Di dalam Yatim Mandiri memiliki koordinasi dalam penyampaian informasi di Yatim Mandiri Cabang Surabaya yaitu memiliki: Sistem Informasi Vertikal, Sistem Informasi Lateral, Sistem Informasi Manajer Penghubung.


(7)

DAFTAR ISI

Persetujuan Dosen Pembimbing... i

Pengesahan Tim Penguji... ii

Motto... iii

Persembahan... iv

Pernyataan Pertanggungjawaban Otentisitas Skripsi... v

Abstrak... vi

Kata Pengantar... vii

Daftar Isi...…. x

Daftar Lampiran... xii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...4

C. Tujuan Penelitian……….….…...4

D. Manfaat Penelitian………..….4

E. Definisi Konsep...5

1. Sistem...5

2. Koordinasi...7

3. Panti Asuhan...8

F. Sistematika Pembahasan...10

BAB II : TEORI KOORDINASI A. Penelitian yang Relevan...12

B. Kerangka Teori...13

1. Sistem...13

2. Koordinasi...18

3. Fungsi Koordinasi...20

Masalah dalam pencapaian koordinasi yang efektif...22

4. Pendekatan terhadap tercapainya koordinasi yang efektif...23

5. Teknik Pengorganisasian...24

6. Sistem Koordinasi...26

7. Yatim Mandiri...28

8. Perspektif Islam...31

BAB III : METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian...39

B. Lokasi Penelitian...40

1. Profil...41

2. Visi dan Misi...42

C. Jenis Data dan Sumber Data...46

1. Data Primer...46


(8)

D. Tahap-Tahap Penelitian...50

E. Teknik Pengumpulan Data...52

1. Observasi...52

2. Wawancara...53

3. Dokumentasi...54

F. Teknik Validitas Data...55

G. Teknik Analisis Data...56

BAB IV : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum Objek Penelitian……….…57

1. Sejarah Berdirinya Yatim Mandiri Cabang Surabaya...57

2. Visi dan Misi Yatim Mandiri...60

3. Struktur Organisasi Yatim Mandiri……….……61

B. Penyajian Data Yatim Mandiri……….….. ..69

1. Sistem di Yatim Mandiri Cabang Surabaya...69

2. Koordinasi di Yatim Mandiri Cabang Surabaya...71

C. Pembahasan Hasil Penelitian (Analisis Data)...97

1. Sistem... ....97

2. Koordinasi...102

3. Sistem Koordinasi...104

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan...108

B. Saran dan Rekomendasi...109 C. Keterbatasan Penelitian...110


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan dan kesuksesan sebuah lembaga tidak lepas dari yang namanya koordinasi. Seperti yang diungkapkan oleh Kepala cabang Yayasan Yatim Mandiri Surabaya. Menurut salah satu staff program Yayasan Yatim Mandiri Cabang. Surabaya yang bernama Aan Khunaefi,

“keberhasilan koordinasi sebuah lembaga terutama lembaga Yatim Mandiri Cabang Surabaya adalah karena adanya satu kesatuan antara staff program, staff landing, dan marketing atau semua sistem yang ada di cabang Surabaya.”1

Di dalam sistem koordinasi sendiri adalah suatu kumpulan bagian saling berhubungan dan bergantungan serta diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu keseluruhan. Proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan dari satuan-satuan yang terpisah (unit-unit) suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan, dan jalan menghubung-hubungkan, menyatupadukan dan menyelaraskan pekerjaan-pekerjaan bawahan sehingg terdapat kerjasama yang terarah dalam usaha mencapai tujuan bersama atau tujuan organisasi. Usaha yang dapat dilakukan untuk mencapai maksud itu anatara lain dengan memberikan instruksi, perintah, mengadakan


(10)

pertemuan dalam mana diberikan penjelasan-penjelasan, bimbingan atau nasihat, mengadakan coaching dan bila perlu memberi teguran. Dalam sistem akan diterima masukkan (inputs) yang kemudian diubah atau diproses untuk menghasilkan keluaran (outputs).

Karakteristik pandangan sistem adalah saling berhubungan antara bagian-bagiannya. Organisasi yang lebih besar adalah suatu sistem yang terdiri dari subsistem-subsistem2. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem terbuka dan sistem tertutup.

Sistem terbuka mengakui adanya saling hubungan (interaction) yang dinamis antara sistem dengan lingkungan. Organisasi memperoleh bahan baku dan sumber daya manusia dari lingkungan, dan kehidupan organisasi tergantung pada langganan dan konsumen yang ada di lingkungan untuk menyerap hasil keluaran/outputs.

Pendekatan sistem koordinasi terdiri atas:

1. Pendekatan antardisiplin (interdisciplinary approach).

Pendekatan ini didasarkan pada prinsip pembagian habis tugas. Setiap satuan kerja mengembangkan satuan kerjanya sesuai dengan spesialisasinya, yang merupakan disiplin ilmuaih tersendiri. Berkat berkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi suatu spesialisasi yang merupakan suatu disiplin ilmiah tersendiri dapat maju dengan

2

A.M. Kadarman, Pengantar Ilmu Manajemen (Jakarta: Gramedia, 1996), hal 8-9 M. Manullang, Dasar-dasar manajemen (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1992), hal 23


(11)

pesatnya, sekalipun demikian sasaran yang akan dicapai tidak mungkin dapat diselesaikan sendiri tanpa bantuan disiplin-disiplin yang lain. Karena itu diperlukan koordinasi dan hubungan kerja yang bersifat antar atau multidisiplin.

2. Pendekatan multifungsional (multifunctional approach).

Pendekatan ini didasarkan pada “prinsip fungsional”. Setiap

instansi pemerintahan secara teknis fungsional di bidangnya. Wewenang dan tanggung jawab fungsional menggambarkan adanya kejelasan tentang setiap instansi pemerintah, siapakah yang harus bertanggung jawab dan siapa pula yang memprakarsai kerja sama dengan instansi pemerintah lainya. Prinsip fungsionalisasi mengimplikasikan bahwa suatu instansi pemerintah hanyalah

melakukan sebagian fungsi dibidangnya, sehingga dalam

menyelesaikan tugas-tugas umum pemerintah dan pembangunan diperlukan pendekatan sistem yang bersifat antarfungsi atau multifungsi.

3. Pendekatan lintas sektoral (cross sectoral approach).

Sebagaimana diketahui pembangunan nasional yang dilakukan adalah pembangunan masyarakat Indonesia. Dengan demikian pembangunan itu mencakup seluruh aspek kehidupan manusia Indonesia dengan berbagai masalahnya.3

3

I. GK. Manila, Praktek Manajemen Pemerintahan Dalam Negeri (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996), hal 47-50


(12)

Sistem koordinasi merupakan salah satu hal yang penting dalam suatu lembaga atau perusahaan. Jadi peneliti akan melakukan penelitian di Yayasan Yatim Mandiri Cabang Surabaya tentang bagaimana sistem koordinasi yang ada di dalamnya yang menjadikan keberhasilan sampai saat ini.

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini terfokus pada Sistem Koordinasi di lembaga Yatim Mandiri untuk mempertahankan tingkat koordinasi. Dari fokus ini, terumuskan masalah penelitian, yaitu:

1. Bagaimana sistem koordinasi di lembaga Yatim Mandiri Cabang Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui sistem koordinasi di lembaga Yatim Mandiri Cabang Surabaya itu sendiri

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoristis

a. Bagi penulis atau peneliti

1) Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang sistem koordinasi yang ada di Lembaga Yatim Mandiri Cabang Surabaya. Seperti yang telah dijelaskan dalam mata kuliah mengenai sistem koordinasi.


(13)

2) Untuk melatih cara berpikir yang praktis, sistematis, obyektif dan ilmiah serta sebagai sarana untuk memperluas

cakrawala ilmu penulis terhadap kesuksesan dan

keberhasilan lembaga atau perusahaan. b. Bagi Akademis

Hasil penelitian ini akan memperkaya pemikiran bagi lembaga akademis, untuk menambah bahan bacaan tentang sistem koordinasi di Lembaga Yatim Mandiri Cabang Surabaya serta dapat dipakai atau dijadikan refrensi bagi mahasiswa lain. 2. Manfaat Praktis

a. Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada Lembaga Yatim Mandiri Cabang Surabaya agar menjadikan lembaga menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi masyarakat. Dan selalu lebih baik dalam menerapkan sistem koordinasi di internal lembaga.

E. Definisi Konsep

1. Sistem

Pengertian sistem adalah pendekatan sistem terhadap manajemen memandang organisasi sebagai sistem yang merupakan satu kesatuan yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berkaitan. Pendekatan ini tidak melihat bagian ini satu persatu secara terpisah, tetapi memandang organisasi sebagai satu kesatuan yang menyeluruh dan sebagian dari sistem yang lebih besar yaitu lingkungan organisasi


(14)

itu. Teori sistem ini menyatakan satu kegiatan dari satu organisasi berpengaruh terhadap kegiatan dari setiap bagian lainnya. Untuk menerapkan konsep ini, seorang manajer harus berhubungan dengan pihak-pihak lain yang terkait dengan satuan dia bertugas.

Sebagai satu pendekatan, konsep teori sistem yang umum menampilkan berbagai konsep kunci yaitu:

a. Subsistem (Subsystems) yang merupakan bagian dari suatu sistem

yang selanjutnya merupakan “subsystems” pula dari satu sistem

yang lebih luas dan besar.

b. Sistem (System), yang berarti bahwa keseluruhan lebih besar dari tumpukan bagian-bagian.

c. Sinergi (Synergy) yaitu keseluruhan itu lebih besar daripada hasil

penjumlahan bagian-bagiannya. Kerjasama dan saling

berhubungan, bagian-bagian yang saling terpisah didalam suatu organisasi akan menjadi lebih produktif dibandingkan kalau mereka bertindak sendiri-sendiri.

d. Sistem terbuka dan tertutup (Open and Closed System) dipandang terbuka kalau sistem itu berhubungan dengan dunia luarnya dan dianggap tertutup kalau yang berlangsung sebaliknya.

e. Batas Sistem (System Boundary) dalam arti bahwa antara satu sistem dan sistem lain terdapat batas yang berbeda antara sistem


(15)

terbuka dan tertutup. Yang terbuka, batas itu lebih luwes dan kecenderungan setiap organisasi dewasa ini menuju ke situ.

f. Arus (Flow) yaitu terjadinya arus informasi, material dan energi termasuk manusia sebagai masukan kemudian diproses dengan transformasi sebagai througputs dan keluar menghasilkan keluaran berupa barang dan jasa.

g. Umpan balik (Feedback), yang penting bagi pengendalian sistem yaitu berupa informasi yang kembali kearah orang atau peralatan yang memulai arus jalannya proses sistem yang mungkin diperlukan untuk perbaikan selanjutnya.4

2. Koordinasi

Pengertian koordinasi adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien. Tanpa koordinasi, individu-individu dan departemen-departemen akan kehilangan pegangan atas peranan mereka dalam organisasi. Mereka akan mulai mengejar kepentingan sendiri, yang sering merugikan pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan.

4

Amin Widjaja Tunggal, Manajemen Suatu Pengantar (Jakarta: Rineka


(16)

Kegiatan-kegiatan dari satuan-satuan organisasi berbeda dalam kebutuhan integritas. Kebutuhan akan koordinasi tergantung pada sifat dan kebutuhan komunikasi dalam pelaksanaan tugas dan derajat saling ketergantungan bermacam-macam satuan pelaksanannya. Bila tugas-tugas tersebut memerlukan aliran informasi antar satuan, derajat koordinasi yang tinggi adalah paling baik. Derajat koordinasi yang tinggi ini sangat bermanfaat untuk pekerjaan yang tidak rutn dan tidak dapat diperkirakan, faktor-faktor lingkungan selalu berubah-ubah serta saling ketergantungan adalah tinggi. Koordinasi juga sangat dibutuhkan bagi organisasi-organisasi yang menerapkan tujuan yang tinggi.

3. Panti Asuhan

Pengertian Panti Asuhan adalah suatu lembaga pelayanan professional yang bertanggung jawab memberikan pengasuhan dari pelayanan pengganti fungsi orang tua kepada anak terlantar. Sedangkan anak terlantar itu sendiri adalah anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual maupun sosial.

a) Panti asuhan

Adapun tujuan panti asuhan sebagai berikut:

1. Terwujudnya hak atau kebutuhan anak yaitu kelangsungan hidup tumbuh kembang, perlindungan, dan partisipasi.


(17)

2. Terwujudnya kualitas pelayanan atas dasar standar professional.

a. Dikelola oleh tenaga pelaksanaan yang memenuhi standar profesi.

b. Terlaksananya manajemen kasus sebagai pendekatan

pelayanan yang memungkinkan anak memperoleh

pemenuhan kebutuhan yang berasal dari keanekaragaman.

c. Meningkatkannya kualitas kehidupan sehari-hari

dilingkungan panti yang memungkinkan anak berintegrasi dengan masyarakat secara serasi dan harmonis.

d. Meningkatkan kepedulian masyarakat sebagai melawan sosial.

3. Terwujudnya jaringan kerja dan informasi pelayanan kesejahteraan secara berkelanjutan baik horizontal maupun vertikal.

b) Fungsi Panti Asuhan

Panti Asuhan melaksanakan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak atas dasar pendekatan pekerjaan sosial. Atas dasar ini mereka funsi panti asuhan adalah.


(18)

1.Sebagai pelayanan kesejahteraan anak. Panti asuhan melaksanakan pelayanan pengganti fungsi orang tua.

2.Sebagai sumber data, informasi, dan konsultasi

kesejahteraan anak.

3.Sebagai lembaga rujukan. Panti asuhan melaksanakan rujukan baik bagi keluarga, masyarakat, pemerintah maupun pihak lain.

4.Sebagai lahan pengabdian masyarakat dibidang pelayanan kesejahteraan anak. Panti asuhan merupakan lembaga yang memberikan peluang kepada masyarakat untuk

melaksanakan pengabdian khususnya pelayanan

kesejahteraan anak.5

F. Sistematika Pembahasan

Sistem pembahasan dalam skripsi ini dapat di uraikan sebagai berikut: a. Pada BAB I ini berisi tentang pendahuluan yang mengenai latar

belakang masalah, fokus penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, dan sistematika pembahasan.

b. Pada BAB II yaitu penelitian terdahulu yang relevan dan Kerangka Teori, penelitian dimana di bahas mengenai kajian tentang sistem, koordinasi, sistem koordinasi di Yatim Mandiri Cabang Surabaya.

5

Departemen Sosial RI “Acuan Umum Pelayanan Sosial Anak di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA, 2004) hal 6


(19)

c. Pada BAB III ini akan di jelaskan mengenai metode penelitian yang meliputi pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, jenis dan sumber data, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, teknik validitas data, teknik analisis data.

d. Pada BAB IV berisikan hasil penelitian. Diantaranya adalah gambaran umum objek penelitian, penyajian data, pembahasan hasil penelitian (analisis data). Gambaran umum objek penelitian adalah menggambarkan tentang situasi dan kondisi di dalam lapangan. Penyajian Data adalah berisikan tentan data-data yang bersangkutan dengan jawaban dari rumusan masalah. Pada bab ini pembaca akan mengetahui hasil pembahasan penelitian tentang topik yang diteliti sedangkan analisis data yakni menganalisis dari data-data yang sudah terkumpul.

e. Pada BAB V berisikan tentang penutup. Terdiri dari beberapa sub bab yakni kesimpulan yang merupakan merumuskan ulang menyimpulkan jawaban rumusan masalah penelitian. Selain itu berisikan saran dan rekomendasi, juga penjelasan singkat tentang keterbatasan penelitian dan kemudian di lanjutkan dengan bagian akhir yang berisi daftar pustaka, lampiran-lampiran, pedoman wawancara dan lain-lainnya.


(20)

BAB II

TEORI KOORDINASI

A. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Ada tujuh kajian tentang koordinasi. Pertama, kajian fungsi koordinasi. Kajian ini diteliti oleh Wahyudi1, Setianingsih2, Rahmatullah3, Chusniati4, dan Nasukhah5. Kedua, kajian, tentang sistem koordinasi yang diteliti oleh Saputra6, Lailiyah7, Sianaga8, Lutfiyah9, Siregar10, Bakara11,

1

Didik Wahyudi “Fungsi Koordinasi dalam pengelolaan Zakat di Badan Amil Zakat”, Skripsi

(Surabaya: jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri)

2 Rahayu Setianingsih “Penerapan Fungsi Koordinasi dalam mewujudkan tujuan koperasi karyawan RSI Siti Hajar Sidoarjo”, Skripsi ( Surabaya: Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri)

3

Zainul Arif Rahmatullah “Manajemen Penyelenggaraan haji (studi Deskriptif tentang fungsi

koordinasi) Penyelenggaraan Haji di departemen Agama Kabupaten Probolinggo”, Skripsi

(Surabaya: Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri)

4 Lilik Chusniati “ M

anajemen Penyelenggaraan haji (Studi Analisis tentang fungsi koordinasi

penyelenggaraan haji di Departemen Agama Kabupaten Jombang)”, Skripsi (Surabaya: Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri)

5 Zuhan Nasukhah “Studi Tentang Koordinasi dalam KBIH Amanat Bangsa Surabaya”, Skripsi

(Surabaya: Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri)

6 Hendra Saputra “Sistem Koordinasi Kerja pada PT Perkebunan Nusantara II (PTPN) II kebun tandem” Jurnal Plans (Vol. III No. 1 Maret 2008)

7 Lilik Lailiyah “Sistem Koordinasi antara remaja masjid dan ta’mir dalam melaksanakaan aktivitas di Majid Subakir Geluran Sidoarjo”, Skripsi (Surabaya: Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri)

8

King Richter Sinaga “Sistem Koordinasi antara otoritas jasa keuangan dengan lembaga penanganan Bank gagal berdasarkan undang-undang nomor 21 tahun 2011 tentang otoritas jasa

keuangan”, Skripsi (Medan: Jurusan Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara)

9

Dewi Lutfiyah “Sistem Koordinasi (Studi Analisa Terhadap Organisasi Kormas (Koordinasi

Masjid) diwilayah Taman Kabupaten Sidoarjo)” Skripsi (Surabaya: Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri)


(21)

dan Abdulloh12. Kajian Ketiga, tentang Analisis Koordinasi yang diteliti oleh Hariyanto13, dan Bayasut14. Dan kelima, tentang Koordinasi Kerja yang ditulis oleh Yunita15. Keenam, tentang Studi Koordinasi yang ditulis oleh Widyadana16.

Skripsi ini menulis atau mengkaji tentang Sistem Koordinasi. Penelitian ini terfokus pada anak yatim/ yayasan anak yatim dengan demikian orisinalitas dapat dibuktikan dan diteruskan oleh literatur diatas.

B. Kerangka Teori

1. Sistem

Pengertian sistem adalah pendekatan sistem terhadap manajemen memandang organisasi sebagai sistem yang merupakan satu kesatuan

10

Bismar Nasution Mahmul Siregar, Rebekka Dosma Sinaga “Sistem Koordinasi antara bank Indonesia dan Otoritas Jasa keuangan dalam pengawasan Bank setelah lahirnya undang-undang

nomor 21 tahun 2011 tentang otoritas jasa keuangan” Jurnal Hukum Ekonomi (Vol. 1 No. 2 tahun 2013)

11 Jakondar Bakara “Suatu

Pemikiran tentang Sistem Koordinasi Pemanfaatan Industri Nasional

dalam Pengembangan tentang roket” Jurnal Analisis dan Informasi kedigantaraan (Vol. 1 No. 2 desember 2012)

12 Abdulloh “Sistem Koordinasi Ikatan Keluarga pondok pesantren Darul Ulum di Komis

ariat

Sidoarjo’’, Skripsi (Surabaya: Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri)

13Dwi Puji Hariyanto “Analisis Koordinasi overcurrent dan Recloser Nusantara Cilacap”, Jurnal Teknik Elektro (Vol. 1 No. 1 tahun 2009)

14

Emal Zain Muzambeh Tun Bayasut “Analisa dan Koordinasi sinyal antara simpang pada ruas

jalan Diponegoro”, Skripsi (Surabaya: Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember)

15 Veny Surya Yunita “Pengaruh komunikasi inter

personal antara atasan dan bawahann terhadap

koordinasi kerja di PT Taspen (persero) Surabaya”, Skripsi (Surabaya: Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri)

16I Gede Agus Widyadana, Felecia “Studi Koordinasi produksi penjua

lan dan sistem pembayaran


(22)

yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berkaitan. Pendekatan ini tidak melihat bagian ini satu persatu secara terpisah, tetapi memandang organisasi sebagai satu kesatuan yang menyeluruh dan sebagian dari sistem yang lebih besar yaitu lingkungan organisasi itu. Teori sistem ini menyatakan satu kegiatan dari satu organisasi berpengaruh terhadap kegiatan dari setiap bagian lainnya. Untuk menerapkan konsep ini, seorang manajer harus berhubungan dengan pihak-pihak lain yang terkait dengan satuan dia bertugas.

Sebagai satu pendekatan, konsep teori sistem yang umum menampilkan berbagai konsep kunci yaitu:

a. Subsistem (Subsystems) yang merupakan bagian dari suatu sistem

yang selanjutnya merupakan “subsystems” pula dari satu sistem

yang lebih luas dan besar.

b. Sistem (System), yang berarti bahwa keseluruhan lebih besar dari tumpukan bagian-bagian.

c. Sinergi (Synergy) yaitu keseluruhan itu lebih besar daripada hasil

penjumlahan bagian-bagiannya. Kerjasama dan saling

berhubungan, bagian-bagian yang saling terpisah didalam suatu organisasi akan menjadi lebih produktif dibandingkan kalau mereka bertindak sendiri-sendiri.


(23)

d. Sistem terbuka dan tertutup (Open and Closed System) dipandang terbuka kalau sistem itu berhubungan dengan dunia luarnya dan dianggap tertutup kalau yang berlangsung sebaliknya.

e. Batas Sistem (System Boundary) dalam arti bahwa antara satu sistem dan sistem lain terdapat batas yang berbeda antara sistem terbuka dan tertutup. Yang terbuka, batas itu lebih luwes dan kecenderungan setiap organisasi dewasa ini menuju ke situ.

f. Arus (Flow) yaitu terjadinya arus informasi, material dan energi termasuk manusia sebagai masukan kemudian diproses dengan transformasi sebagai througputs dan keluar menghasilkan keluaran berupa barang dan jasa.

g. Umpan balik (Feedback), yang penting bagi pengendalian sistem yaitu berupa informasi yang kembali kearah orang atau peralatan yang memulai arus jalannya proses sistem yang mungkin diperlukan untuk perbaikan selanjutnya.

Dengan teori ini manajer dipermudah untuk meramalkan apa yang mungkin atau tidak mungkin terjadi dan juga dapat memelihara keseimbangan antar bagian atau antar bagian dengan kepentingan organisasi keseluruhan.17

17

Amin Widjaja Tunggal, Manajemen Suatu Pengantar (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), 58-59


(24)

Agus Dharma mengatakan ada empat sistem yang diterapkan dalam organisasi-organisasi yaitu sebagai berikut:

a. Pimpinan dipandang tidak merasa yakin atau percaya terhadap bawahan, karena mereka jarang dilibatkan dalam setiap aspek proses pengampilan keputusan dan penyusunan tujuan organisasi dilakukan pada tingkat atas dan diumumkan ke bawah melalui garis komando. Bawahan dipaksa untuk bekerja dengan menimbulkan rasa takut, ancaman, hukuman, serta ganjaran temporer dan pemenuhan kebutuhan pada level fisiologis dan rasa aman. Interaksi atasan bawahan yang terjadi biasanya disertai dengan rasa takut dan tidak percaya. Meskipun proses pengendalian sangat dipusatkan pada pimpinan teras, pada umumnya berkembang organisasi informal yang tujuannya bertentangan dengan tujuan organisasi formal.

b. Pimpinan dipandang kurang memiliki rasa yakin dan kepercayaan terhadap bawahan, seperti halnya sikap majikan terhadap pelayan. Pengembalian keputusan dan penyusunan tujuan organisasi dilakukan pada tingkat ata, tetapi telah banyak keputusan yang diambil pada level yang lebih rendah. Ganjaran dan hukuman digunakan untuk memotivasi karyawan. Setiap interaksi atasan-bawahan yang terjadi dibarengi dengan sikap merendahkan dari pihak atasan dan rasa takut dan hati-hati dari bawahan. Meskipun


(25)

proses pengendalian masih dipusatkan pada pimpinan teras, sebagian dilimpahkan kepada level menengah dan level bawah. Biasanya timbul organisasi-organisasi informal, tetapi tidak selamnya menentang tujuan organisasi formal.

c. Pimpinan dipandang cukup sekalipun tidak sepenuhnya memiliki rasa yakin dan kepercayaan terhadap bawahan. Kebijaksanaan dan keputusan umum diambil pada tingkat atas organisasi, tetapi bawahan diperkenankan untuk mengambil keputusan-keputusan khusus pada level bawah. Arus komunikasi berlangsung ke atas dan bawah hirarki. Ganjaran, hukuman, dan keterlibatan tertentu digunakan untuk memotivasi karyawan. Terdapat adanya jumlah interaksi yang moderat antara atasan dengan bawahan, yang sering dibarengi dengan rasa yakin dan kepercayaan yang cukup. Aspek-aspek pengendalian yang signifikan dilimphakan kebawahan dengan perasaan tanggung jawab pada level atas dan level bawah. Organisasi informal dapat timbul, tetapi organisasi ini boleh jadi mendukung atau sedikit menentang tujuan organisasi formal.

d. Pimpinan dipandang memiliki rasa yakin dan kepercayaan penuh terhadap bawahan. Pengembalian kepetusan disebarluaskan diseluruh level organisasi, sekalipun dipadukan dengan baik. Arus komunikasi tidak hanya ke atas dan ke bawah hirarki, tetapi juga kesamping. Para karyawan termotivasi dengan keikutsertaan dan


(26)

keterlibatan dalam penetapan ganjaran ekonomi, penyusunan tujuan peningkatan metode, dan penilaian kemajuan kearah pencapaian tujuan. Terdapat adanya interaksi yang ekstensif dan bersahabat antara atasan dan bawahan yang dilandasi enggan rasa yakin dan kepercayaan yang tinggi. Tanggung jawab proses pengendalian tersebar diantara para anggota organisasi, dengan keterlibatan penuh unit-unit kerja pada level bawah. Organisasi informal dan formal sering menjadi satu dan tidak dipisahkan. Dengan demikian, semua kekuatan sosial mendukung upaya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah diterapkan.18

2. Koordinasi

Pengertian koordinasi adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien. Tanpa koordinasi, individu-individu dan departemen-departemen akan kehilangan pegangan atas peranan mereka dalam organisasi. Mereka akan mulai mengejar kepentingan sendiri, yang sering merugikan pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan.

18

Agus Dharma, Management of organizational Behavior (Jakarta: Gelora Aksara Pratama, 1995), 76-77


(27)

Kegiatan-kegiatan dari satuan-satuan organisasi berbeda dalam kebutuhan integritas. Kebutuhan akan koordinasi tergantung pada sifat dan kebutuhan komunikasi dalam pelaksanaan tugas dan derajat saling ketergantungan bermacam-macam satuan pelaksanannya. Bila tugas-tugas tersebut memerlukan aliran informasi antar satuan, derajat koordinasi yang tinggi adalah paling baik. Derajat koordinasi yang tinggi ini sangat bermanfaat untuk pekerjaan yang tidak rutn dan tidak dapat diperkirakan, faktor-faktor lingkungan selalu berubah-ubah serta saling ketergantungan adalah tinggi. Koordinasi juga sangat dibutuhkan bagi organisasi-organisasi yang menerapkan tujuan yang tinggi.

Ada tiga macam saling ketergantungan diantara satuan-satuan organisasi, yaitu:

a. Saling ketergantungan yang menyatu (Pooled Interdependence), bila satuan-satuan organisasi tidak saling tergantung satu dengan yang lain dalam melaksanakan kegiatan harian tetapi tergantung pada pelaksanaan kerja setiap satuan yang memuaskan untuk suatu hasil akhir.

b. Saling ketergantungan yang berurutan (Sequential

Interdependence), dimana suatu satuan organisasi harus melakukan pekerjaannya terlebih dahulu sebelum satuan yang lain dapat bekerja.


(28)

c. Saling timbal balik (reciprocal interdependence), merupakan hubungan memberikan dan menerima antar satuan organisasi.19

3. Fungsi Koordinasi

a. Koordinasi adalah salah satu fungsi manajemen dengan kata lain bahwa koordinasi adalah fungsi organik dari pimpinan. Sebagai fungsi organik, pimpinan memiliki kekhasan bila dibandingkan dengan fungsi-fungsi organik lainya. Dikatakan khas karena fungsi koordinasi mencakup pula fungsi-fungsi lainnya, seperti: perencanaan, staffing, motivasi, pengawasan dan lain sebagainya.

b. Koordinasi merupakan usaha untuk menjamin kelancaran

mekanisme prosedur kerja dari berbagai macam komponen dalam organisasi. Kelancaran mekanisme prosedur kerja harus dapat terjamin dalam rangka pencapaian tujuan organisasi dengan menghindari seminimal mungkin perselisihan (friction) yang timbul antara komponen dalam organisasi yang sama dan mengusahakan semaksimal mungkin kerja sama diantara komponen-komponen tersebut.

c. Koordinasi merupakan usaha mengarahkan dan menyatukan

kegiatan-kegiatan dari satuan-satuan kerja organisasi, sehingga organisasi dapat bergerak sebagai kesatuan yang bulat untuk

19


(29)

melaksanakan seluruh tugas organisasi yang diperlukan untuk mencapai tujuannya. Jelasnya koordinasi mengandung makna adanya keterpaduan (integrasi) dan keserasian serta kesimultanan (sinkronisasi) seluruh tindakan yang dijalankan oleh organisasi. Hal ini sesuai dengan prinsip; koordinasi, integrasi dan sinkronisasi.

d. Koordinasi adalah faktor dominan yang perlu diperhatikan bagi kelangsungan hidup suatu organisasi. Dikatakan sebagai faktor dominan karena kelangsungan hidup suatu organisasi pada tingkat tertentu ditentukan oleh kualitas usaha-usaha koordinasi yang dijalankan. Karena itu seorang pemimpin dikatakan sebagai pimpinan yang berhasil apabila ia dapat melakukan koordinasi dengan baik. Peningkatan kualitas koordinasi merupakan usaha yang perlu dilakukan terus-menerus, karena masalahnya bukan hanya masalah teknik semata-mata, tetapi juga tergantung dari sikap, tindakan dan langkah dari pemegang fungsi organik sebagaimana yang telah diuraikan diatas.

e. Koordinasi tetap memainkan peranan yang penting dalam merumuskan pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab.

Kebutuhan koordinasi berbeda dalam hal sejauh mana aktivitas-aktivitas itu perlu diintegrasikan dengan aktivitas unit-unit lainnya. Kebuthan koordinasi tergantung pada sifat dan perlunya


(30)

komunikasi dari tugas-tugas yang dilaksanakan serta tingkat kegiatan yang dikerjakan.

Kebutuhan koordinasi menurut Stoner dan Wankel dapat dibedakan menjadi 3 variasi yaitu:

a. Kebutuhan Koordinasi atas ketergantungan kelompok (pooled interdependence).

b. Kebutuhan Koordiansi atas ketergantungan sekuensial (pooled interdependence).

c. Kebutuhan Koordinasi atas ketergantungan timbal balik

(reciprocal interdependence).

4. Masalah dalam pencapaian koordinasi yang efektif

Demikian pula apabila prestasi spesialisasi meningkat, maka

akan memperbesar kebutuhan akan koordinasi. Sumber

ketidakefektifan tersebut dikarenakan munculnya perbedaan dalam sikap dan gaya kerja berbagai individu dan bagian/unit didalam organisasi.

Perbedaan-perbedaan yang mempersulit efektivitas koordinasi adalah: a. Perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan tertentu.

b. Perbedaan dalam orientasi waktu. c. Perbedaan orientasi antarpribadi. d. Perbedaan dalam formulasi struktur.


(31)

Pendekatan potensi koordinasi ini dikaitkan dengan pendapat yang mengatakan bahwa kunci koordinasi yang efektif adalah komunikasi. Pendekataan potensi koordinasi ini meliputi Sistem Informasi Vertikal, Sistem Informasi Lateral, dan Sistem Informasi Manajer Penghubung.

a. Sistem Informsi Vertikal

Sistem Informasi Vertikal adalah suatu sistem informasi dimana informasi dapat dikirimkan ke atas dan ke bawah jenjang organisasi.

b. Sistem Informasi Lateral.

Sistem Informasi Lateral adalah mengabaikan rantai komando. Hubungan lateral memungkinkan adanya pertukaran informasi yang dibutuhkan dapat dipertanggungjawabakan.

c. Sistem Informasi Manajer Penghubung

Manajer Penghubung mempunyai wewenang formal atas semua unit yang terlibat dalam sebuah proyek. Manajer penghubung perlu dimanfaatkan apabila diperkirakan koordinasi secara efektif tidak berhasil dilaksanakan.20

6. Teknik Pengkoordinasian

Koordinasi menjadi penting dalam rangka pencapaian efisiensi. Terciptanya efisiensi adalah karena adanya perpaduan arah dan

20

Dydiet Hardjito, Teori Organisasi dan Teknik Pengorganisasian (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997) hal 47-55


(32)

kegiatan dari penggunaan berbagai sumber. Ada lima cara menciptakan koordinasi, yaitu:

a. Koordinasi melalui kewenangan.

Wewenang dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk menciptakan koordinasi yang baik. Pada dasarnya cara ini efektif untuk menciptakan koordinasi yang seragam. Namun organisasi yang betul-betul seragam seratus persen jarang ada. Kebanyakan organisasi bersifat heterogen.

b. Koordinasi melalui konsensus. 1) Konsensus melalui motivasi.

Motivasi juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan usaha-usaha koordinasi, terutama dalam organisasi yang besar dan kompleks, yang mempunyai jenis dan fungsi yang beraneka ragam. Motivasi yang dimaksud antara lain dapat berupa kepentingan bersama, nilai-nilai yang dimiliki bersama, bahkan dalam situasi tertentu mempunyai perasaan solidaritas berdasarkan pada kesetiakawanan yang dapat dipergunakan dalam menjamin kelancaran koordinasi.

2) Konsensus melalui sistem saling membantu.

Sistem timbal balik/saling membantu dapat dipergunakan dalam meningkatkan usaha koordinasi.


(33)

a) Konsensus melalui ide.

Konsensus melalui ide adalah usaha setiap orang yang bekerja dalam organisasi untuk mengidentifikasikan dirinya dalam keseluruhan tujuan yang hendak dicapai oleh organisasi.

c. Koordinasi melalui pedoman kerja

Kebijaksanaan yang telah ditetapkan baik mengenai tugas, wewenang, hubungan, tata kerja serta prosedur kerja, agar terdapat kesatuan gerak dan kesatuan tindakan, sebaliknya dituangkan dlam suatu ketentuan atau petunjuk yang sifatnya baku.

d. Koordinasi melalui forum.

Yang dimaksud koordinasi melalui forum adalah

penggunaan suatu wadah tertentu yang dipergunakan sebagai cara mengadakan tukar-menukar informasi, konsultasi, memecahkan suatu masalah.

e. Koordinasi melalui konferensi.

Koordinasi melalui ini diartikan dengan siding-sidang yang dilakukan pada tingkat pimpinan maupun tingkat pelaksana dalam rangkaian pengambilan keputusan terhadap masalah yang timbul dalam pelaksanaan.

f. Jenis-jenis Koordinasi 1) Koordinasi vertikal. 2) Koordinasi horizontal.


(34)

3) Koordinasi diagonal.

7. Sistem Koordinasi

Pengertian Sistem Koordinasi adalah suatu kumpulan bagian yang saling berhubungan dan bergantung serta diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu keseluruhan. Proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen atau bidang-bidang fungsional), suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien. Tanpa koordinasi, individu-individu dan departemen-departemen akan kehilangan pegangan atas peranan mereka dalam organisasi. Mereka akan memulai mengejar kepentingan sendir, yang sering merugikan pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan.

Pendekatan sistem koordinasi terdiri atas:

 Pendekatan antardisiplin.

 Pendekatan multifungsional.

 Pendekatan lintas sektor.

a. Pendekatan antardisiplin (interdisciplinary approach).

Pendekatan ini didasarkan pada prinsip pembagian habis tugas. Setiap satuan kerja mengembangkan satuan kerjanya sesuai dengan spesialisasinya, yang merupakan disiplin ilmuaih tersendiri.


(35)

Berkat berkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi suatu spesialisasi yang merupakan suatu disiplin ilmiah tersendiri dapat maju dengan pesatnya, sekalipun demikian sasaran yang akan dicapai tidak mungkin dapat diselesaikan sendiri tanpa bantuan disiplin-disiplin yang lain. Karena itu diperlukan koordinasi dan hubungan kerja yang bersifat antar atau multidisiplin.

b. Pendekatan multifungsional (multifunctional approach).

Pendekatan ini didasarkan pada “prinsip fungsional”. Setiap

instansi pemerintahan secara teknis fungsional di bidangnya. Wewenang dan tanggung jawab fungsional menggambarkan adanya kejelasan tentang setiap instansi pemerintah, siapakah yang harus bertanggung jawab dan siapa pula yang memprakarsai kerja sama dengan instansi pemerintah lainya. Prinsip fungsionalisasi mengimplikasikan bahwa suatu instansi pemerintah hanyalah melakukan sebagian fungsi dibidangnya, sehingga dalam menyelesaikan tugas-tugas umum pemerintah dan pembangunan diperlukan pendekatan sistem yang bersifat antarfungsi atau multifungsi.


(36)

c. Pendekatan lintas sektoral (cross sectoral approach).

Sebagaimana diketahui pembangunan nasional yang dilakukan adalah pembangunan masyarakat Indonesia. Dengan demikian pembangunan itu mencakup seluruh aspek kehidupan manusia Indonesia dengan berbagai masalahnya.21

8. Yatim Mandiri

Yatim Mandiri adalah Lembaga nirlaba yang concern pada upaya memandirikan anak yatim dan janda dhuafa melalui pengelolaan zakat, infaq, sedekah dan waka Yatim Mandiri sebagai salah satu lembaga nirlaba yang mengemban visi daan misi untuk mendirikan anak yatim telah melakukan berbagai langkah dan stertegi, mulai dari kegiatan penghimpunan dan ZIS dan wakaf (Fundraising), serta penyaluran (Landing) yang dikemas dalam berbagai macam program dalam rangka memandirikan dan pemberdayaan anak yatim.

Selain aktivitas penghimpunan dana dan penyaluran melalui program-program tersebut, maka inovasi, penyempernaan dan penyesuaian dalam sisi operasional (back office) yayasan juga merupakan bagian penting untuk menunjang kedua kegiatan diatas.

21

I. GK. Manila, Praktek Manajemen Pemerintahan Dalam Negeri (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996), hal 47-50


(37)

Ketiga kegiatan tersebut merupakan satu kesatuan yang saling mendukung dan menunjang satu sama lain untuk mewujudkan tujuan akhir dari yayasan. Transparansi, ketepatan dan kenyamanan para donatur sangatlah penting, sehingga dari sisi operasional dituntut untuk melakukan inovasi secara terus-menerus dan penyempurnaan. Baik dari sisi Sumber Daya Manusia, Sistem Keuangan dan Information technology.

Sumber Daya Manusia merupakan salah satu aset terpenting dalam satu organisasi. Yatim Mandiri menerapkan strategi pengembangan SDM dengan peningkatan kualitas SDM secara terus-menerus. Sehingga memiliki tingkat kemampuan profesional yang lebih baik, melalui serangkaian pembinaan pelatihan secara berkesinambungan.

Sistem Finance and Accounting yang diterapkan sudah

terintegrasi dengan sistem donasi para donatur atau yang lebih dikenal dengan sebutan e-ZIS system. Dengan sistem tersebut dapat mempermudah akses informasi lain yang dibutuhkan. Saat ini, sistem tersebut dalam proses penyempurnaan dan pengembangan sesuai dengan kebutuhan yayasan untuk tetap menunjang transparansi, ketepatan dan kecepatan penyampaian informasi.

Dari sisi Information technology, secara terus-menerus memantapkan core System yang ada dan memanfaatkan Information


(38)

technology untuk aktifitas Fundraising, Media Informasi, Komunikasi dengan Stakeholder dan Database Management.

Rencana kedepan Information technology akan terus mengembangkan sistem yang ada guna memperlancar dan mempermudah untuk melakukan donasi, komunikasi dan sarana belajar seperti Portal ZISCO, Portal Muzaki, E-larning dan Human Resource Information System.

Dan bahkan untuk lebih memantapkan program yang ada, maka Yatim Mandiri ke depan akan mengintegrasikan Technology Information antara Yatim Mandiri dan Strategic Partnership. Tuntunan untuk selalu melakukan inovasi serta totalitas dalam pengelolaan yayasan (Fundrising, Landing, Operasional) baik dari sisi perencanaan (Plan), pelaksanaan (Do), evaluasi (Check) dan tindakan lanjutan (Action) terus harus dilakukan secara kesinambungan, karena kedua hal tersebut merupakan modal dasar tercapainya kemandirian yayasan dengan pengelolaan secara profesional dan amanah.

Tujuan Yatim Mandiri

a. Mengajak masyarakat untuk bersama-sama membina anak yatim b. Meningkatkan kualitas dan daya saing anak yatim


(39)

9. Perspektif Islam (Sub-bab Khusus)

Artinya: “Dan tolong-menolong kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pernusuhan. Dan bertakwawalah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras siksa-Nya.” (Surat Al-Mai’dah ayat 2).

Perintah bertolong-menolong dalam mengerjakan kebaikan dan takwa, adalah termasuk pokok-pokok petunjuk sosial dalam Al-Qur’an. Karena, ia mewajibkan kepada manusia agar saling memberi bantuan satu sama lain dalam mengerjakan apa saja yang berguna bagi umat manusia, baik pribadi maupun kelompok, baik dalam perkara agama maupun dunia, juga dalam melakukan setiap berbuat takwa, yang dengan itu mereka mencegah terjadinya kerusakan dan bahaya yang mengancam keselamatan mereka.

Kaum musimin, pada masa-masa pertama telah mampu bertolong-tolongan sesamanya dalam melakukan kebaikan dan takwa tanpa memerlukan suatu ikatan perjanjian, seperti halnya organisasi-organisasi dewasa ini. Pada waktu ini, mereka cukup


(40)

diikat dengan hanya janji dan sumpah Allah saja, tak perlu yang lain-lain.

Tetapi, setelah janji Allah itu pada perkembangannya banyak dilanggar orang, maka perlu diadakan organisasi-organisasi untuk menghimpun kelompok-kelompok kaum muslimin, dan mendorong mereka menegakkan kewajiban ini, yaitu bertolong-tolongan mengerjakan kebaikan dan takwa.

Sekarang ini, sudah jarang sekali melihat orang yang mau menolong suatu pekerjaan kebajikan, kecuali apabila orang itu ada ikatan janji untuk suatu tujuan tertentu. Oleh karena itu, diadakan organisasi-organisasi sekarang adalah termasuk syarat, yang padanya tergantung terlaksananya kewajiban ini pada umumnya.

Begitu pula, agar kamu tidak terkena hukuman Allah, lantaran kamu tidak memperhatikan sunnah-sunnah Allah. Karena, betapapun, Sunnah-sunnah Allah itu sangat berpengaruh terhadap penciptaan manusia, kepercayaan-kepercayaanmu dan perbuatan-perbuatanmu. Oleh Karena itu, bila tidak diperhatikan, maka bisa menyebabkan manusia terjerumus ke dalam kesesatan, dan berakhir dengan akibat yang buruk sekali.22

22

Ahmad Mustafa Al-Maragi, Terjemahan Tafsir Al-Maragi (Semarang: Toha Putra, 1993) hal 78-87


(41)

Menurut Muhammad Nasib Ar-Rifa’i dalam bukunya

menjelaskan bahwa. Maka para sahabat Nabi S.A.W. Berkata ‘Kita adang saja mereka sebagaimana sahabat mereka telah mengadang

kami. ‘Maka Allah menurunkan ayat ini. “Firman Allah, “Bekerja

samalah dalam kebaikan dan takwa dan janganlah bekerja sama

dalam berbuat dosa dan permusuhan. “Allah Ta’ala menyuruh

hamba-hamba-Nya yang beriman supaya tolong-menolong dalam mengerjakan berbagai kebaikan, yaitu kebaikan dan dalam meninggalkan aneka kemungkaran, yaitu ketakwaan, serta melarang mereka tolong-menolong dalam melakukan kebatilan dan bekerja sama dalam berbuat dosa dan keharaman.23

Menurut Abdulmalik Abdulkarim Amrullah dalam

tafsirnya maka dianjurkan supaya dalam pekerjaan-pekerjaan yang baik, atau kebajikan, yang di dalam Surat Al-Baqarah ayat 176 dahulu telah diterangkan panjang-lebar oleh Allah, mana-mana pekerjaan yang termasuk kebajikan itu. Mengeluarkan harta untuk pekerjaan yang mulia, menghormati ibu-bapa dan mengasihi keluarga, memelihara anak yatim dan menolong fakir-miskin, menegakkan sembahyang dan mengeluarkan zakat, semuanya telah dijelaskan sebagai perbuatan kebajikan. Peninjauan kepada maksud ayat ini bisa menjadi meluas kepada perkembangan lebih jauh.

23 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i,

Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir jilid 2 (Jakarta: Gema Insani Press, 2000) hal 10-14


(42)

Banyak pekerjaan kebajikan yang lain tidak dapat dipikul seorang diri, dengan tolong-menolong baru lancar. Mendirikan langgar atau mesjid, mendirikan rumah sekolah, mengatur pendidikan kanak-kanak, mendirikan rumah pemeliharaan orang miskin, mengadakan

Da’wah Agama dan 1001 macam pekerjaan kebajikan yang lain,

baru dapat diangkat dengan tolong-menolong. Maka timbullah fikiran mendirikan perkumpulan-perkumpulan Agama.

Maka ayat ini, menurut perkiraan penulis Tafsir ini, menjadi alasan kuat untuk menganjurkan adanya perkumpulan-perkumpulan dengan tujuan yang baik, laksana club-club persahabatan. Supaya disamping beribadat kepada Tuhan dilakukan pula dengan bertolong-tolongan segala urusan mengenai bersama.24

Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy mengungkapkan dalam Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur yaitu. Apalagi menganiaya sesuatu kaum tidak akan berhasil tanpa dibantu oleh banyak orang. Karena itu, Tuhan melarang mereka menganiaya kaum tersebut, sebab dengan itu berarti mereka saling menolong dalam melakukan kejahatan.

Bertolong-tolonglah kaum dalam kebaktian, yaitu segala

rupa kebajikan yang syara’ dan menumbuhkan ketenangan hati.

24

Abdulmalik Abdulkarim, Tafsir Al-Azhar Jilid 3 (Singapura: Pustaka Nasional, 1991) hal 1599-1601


(43)

Janganlah kamu bertolong-tolongan dalam perbuatan dosa, yaitu sesuatu yang membawa durhaka kepada Allah, sebagaimana kamu jangan bertolong-tolonglah dalam permusuhan.

Al-Qur’an menyuruh kita saling memberikan pertolongan dalam segala sesuatu yang memberikan manfaat kepada umat, baik mengenai dunia maupun akhirat. Inilah sebabnya, badan-badan sosial dan perkumpulan keagamaan sangat diperlukan dalam masa kini.

Kegiatan memberikan pertolongan pada awal kelahiran Islam dilakukan tanpa bentuk organisasi, karena mereka terikat dengan janji Allah. Pada masa sekarang kita perlu membentuk badan-badan sosial agar seruan itu mendatangkan hasil.25

Dari Abu Musa Al-Asy’ari, dia menceritakan, Rasulullah S.A.W. bersabda:

“Orang mukmin dengan orang mukmin lainnya laksana bangunan yang

masing-masing bagian saling memperkuat.”(HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi).26

25

Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur 2

(Semarang: Pustaka Riski Putra, 2000) hal 1028-1029

26


(44)

Penjelasan dari skripsi penulis yaitu Sistem koordinasi di yatim mandiri dilaksanakan secara individu dari tiap karyawan yatim mandiri, karena sistem koordinasi di yatim mandiri menggunakan sistem saling berhubungan dari staff dalam dan staff luar. Apabila sistem koordinasi dilakukan secara individu, maka tiap devisi dalam staff yatim mandiri tidak bisa melakukan aktivitas dengan maksimal atau gagalnya suatu pekerjaan tersebut, karena kurangnya sistem koordinasi di yatim mandiri cabang Surabaya. Kalau sistem koordinasi di yatim mandiri agar terciptanya suatu hubungan antara setiap devisi sehingga memudahkan setiap devisi untuk melakukan aktivitas dengan rapi, karena terbentuknya suatu koodinasi dalam setiap pekerjaan dan kalau ada koordinasi di yatim mandiri suatu pekerjaan akan menjadi mudah.

Setiap dari devisi melakukan koordinasi atau aktivitas pekerjaan. Dan wewenang seorang pemimpin ikut bergabung dan mau menjadi ayoman bagi setiap devisi, agar berhargalah seorang pemimpin berguna setiap para devisinya.

Koordinasi yatim mandiri, harus dilakukan mulai dari perkumpulan kecil maupun perkumpulan besar. Agar dengan mudah pihak yatim mandiri melakukan suatu pekerjaan dengan


(45)

mudah, karena tujuan koordinasi tertujuh pada semua pekerjaan dan semua karyawan Yatim Mandiri Cabang Surabaya tersebut.

Pada saat melakukan tujuan koordinasi disanalah terciptanya suatu ide-ide atau gagasan yang muncul dari tiap devisi sehingga terciptalah suasana yang sangat cemerlang dan ramai ketika mendapatkan jalan keluar saat ingin melaksanakan kegiatan. Sedangkan hubungan dengan anak yatim di yatim mandiri dan penerima manfaat untuk anak yatim, mulai dari anak-anak yatim sekolah dasar, sekolah lanjutan pertama, sekolah lanjutan atas, bahkan anak-anak yang sudah lulus sma, yatim mandiri ini masih memberikan programnya yaitu MEC, tidak hanya itu bunda-bunda yatim juga diberikan program yatim mandiri, bagaimana hubungannya yaitu harus baik antara manajemen yatim mandiri, pelaksana, dengan para donatur, harus sangat baik, harus berhubungan erat. Yatim Mandiri Cabang Surabaya dan beserta perusahaan lain juga mengajak anak-anak yatim buka puasa bersama pada saat bulan Muharram dan kalau yatim mandiri ada acara luar di Taman Remaja itu pak Mutrofin selaku manajer juga mengundang anak yatim. Yatim Mandiri berada untuk fokus

tingkat program pendidikan, program kesehatan, dan


(46)

Harta anak yatim di lembaga Yatim Mandiri Cabang Surabaya yaitu program-program yang ada yatim mandiri memberikan pelayanan yang terbaik kepada adik-adik yatim ya disini program-programnya yang begitu banyak contoh ada

program rumah kemandirian yatim ini fokus kepada

pendidikannya, program beasiswamya, program alat-alat

sekolahnya, nah disini yatim mandiri memberikan yang terbaik penerima manfaat tentunya dengan anak-anak yatim tingkat sekolah dasar, tingkat sekolah lanjutan pertama, juga tingkat sekolah lanjutan atas juga ada pendidikan khusus bagi program interpreuner bagi adik-adik yang telah lulus sma, diberikan program pendidikan lebih 1 tahun. Khusus komunitas bunda mandiri sejahtera, jadi bunda-bunda yatim berkumpul di kelompokkan berdasarkan masing-masing wilayah agar gampang untuk mengkontrol sekaligus juga pembinaan lebih gampang, agar harapan dari kelompok itu atau dari usaha kelompok itu bisa muncul ide-ide kreatif untuk membuat usaha.


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Penelitian kualitatif dinamakan sebagai metode baru karena populasinya belum lama, dinamakan metode postpositivistik karena berlandaskan pada filsafat postpositivistik.metode ini disebut juga sebagai metode artistik, karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola), dan disebut sebagai metode interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretive terhadap data yang ditemukandi lapangan, metode penelitian naturalistic karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode lebih digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya. Peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hsil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.1

1

Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif Kualitatif Dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2012) Hal 7-9


(48)

2. Jenis Penelitian

Triangulasi adalah pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.

Mengapa karena peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah dan tidak. Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan maka, peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.

Sebagai bekal peneliti untuk ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai refrensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan ini maka wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan itu benar/dipercaya atau tidak.2

B. Lokasi Penelitian

Dari jalan Wonocolo pabrik kulit melewati jalan Ahmad Yani kemudian jalan Margorejo Indah di sebelah kiri jalan ada Plasa Marina dan disebelah Plasa Marina terdapat Apartemen terletak di jalan Sidosermo, di perduaan kiri jalan terdapat Alfamart dan terdapat beberapa toko yang berjajar dan juga terdapat Masjid Nurul Iman dan di sebelah kanan jalan

2

Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif Kualitatif Dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2012) hal 272-273


(49)

terdapat rental mobi yang bernama Bismart Trans dan di sebelah kiri jalan terdapat gedung pertemuan, setelah melewati gedung pertemuan itu belok kanan terdapat gapura Bendul Merisi dan di sebelah kanan jalan sekolah MAN Surabaya dan di sebelah kiri jalan terdapat Indomart dan di sebelah kanan Jalan ada gedung pertemuan dan di sebelah ada masjid, belok kanan di sebelah kiri jalan terdapat rumah warga, setelah itu belok kiri ada beberapa rumah warga lurus sudah sampai ke tempat lokasi penelitian jalan Bendul Merisi Selatan Blok 1 No 2A.

1. Profil Yatim Mandiri

Yatim Mandiri adalah lembaga nirlaba yang berkhidmat dan

concern dalam upaya memandirikan anak yatim melalui pengelolaan dan zakat, infak, sedekah, wakaf, serta dana sosial lainnya baik secara individu, kelompok, maupun perusahaan yang halal dan tidak mengikat.

Saat ini, Yatim Mandiri memiliki jaringan layanan di 40 kantor cabang yang tersebar di 12 provinsi di Indonesia. Dengan dukungan kurang lebih 125.000 donatur loyal dari berbagai kalangan di tanah air, hingga saat ini Yatim Mandiri telah memberikan manfaat melalui program-program kemandirian kebapada lebih dari 40.000 anak yatim tidak mampu. Fokus program kami dalam bidang pendidikan, kesehatan pemberdayaan ekonomi, sosial kemanusiaan dan dakwah.3

3


(50)

2. Visi dan Misi Yatim Mandiri

Visi Yatim Mandiri menjadikan Lembaga terpercaya dalam membangun kemandirian Yatim

Misi

 Membangun nilai-nilai kemanusiaan

 Meningkatkan partisipasi masyarakat dan dukungan sumber daya untuk kemandirian Yatim

 Meningkatkan Capacity Building Organisasi

PROGRAM YATIM MANDIRI

1) KESEHATAN

MOBIL SEHAT

Yatim Mandiri mengambil porsi lembaga yang fokus

memandirikan anak yatim dan dhuafa mengadakan program layanan kesehatan keliling yang menjangkau daerah-daerah terpencil di Indonesia

dengan program “Layanan Kesehatan Keliling”. Tujuan

Layanan Kesehatan Keliling Yatim Mandiri bertujuaan untuk:

 Menyediakan layanan kesehatan gratis untuk yatim dan dhuafa.


(51)

RSM (Rumah Sehat Mandiri)

Layanan kesehatan bermutu dengan biaya terjangkau untuk

masyarakat umum dan gratis untuk Yatim Dhu’afa berupa klinik yang meliputi pemeriksaan dasar umum, laboratorium dasar, dan pemberian gizi kepada anak yatim.

2) Pendidikan

ICMBS ( Isan Cendekia Mandiri Boarding School)

Sekolah tingkat SMP, dan SMA berasrama dengan program

Tahfidhul Qur’an leadership, Akademik, Kurikulum Nasional untuk Yatim dhu’afa. Sehingga akan lahir lulusan yang terdidik, mandiri, dan berwawasan internasional.

MEC (Mandiri Entrepeneur Center)

Program diklat Profesi dan Entrepeneur setarra D1 bebas biaya untuk Yatim Dhuafa program ini memberikan keterampilan khusus guna mencetak tenaga ahli di bidangnya yang mempunyai karakter muslim dan jujur. Program ini meliputi pengetahuan akuntasi komputer, administrasi perkantoran, desain grafis, media komunikasi visual, manajemen zakat, otomotif, tata boga, diklat Guru Tk islam, peternakan dan akademik komunikasi.4

4


(52)

SUPERCAMP

Supercamp merupakan kegiatan untuk membentuk karakter kemandirian anak-anak yatim dhuafa. Karakter kemandirian yang dimaksud ialah leadhership, manajemen diri, dan sikap dasar muslim lainnya. Dengan mengikuti SUPERCAMP diharapkan akan lahir calon-calon pemimpin masa depan. Supercamp ini dikuti oleh anak yatim dhuafa tingkat SMP-SMA dan diselenggarakan saat liburan sekolah.

Asa (Alat sekolah)

Merupakan sebuah program untuk anak-anak yatim dhu’afa berupa alat-alat sekolah seperti buku tulis, tas sekolah, alat tulis dan yang lainnya. Program ini digulirkan setiap tahunnya kepada 15.000 anak.

Plus (Pembinaan Lulus Ujian Sekolah)

PLUS merupakan singkatan dari pembinaan Lulus Ujian Sekolah. Sebuah program pembinaan untuk yatim dhu’afa kelas 9 dan kelas 12. Program tersebut memberikan bekal-bekal persiapan ujian sekolah agar anak-anak yatim dhu’afa dapat lulus ujian sekolahnya dengan hasil yang memuaskan. Di samping itu, program PLUS juga memberikan

solusi-solusi kepada anak yatim dhu’afa untuk menyiapkan masa depannya

setelah lulus UNA. Program ini dilaksanakan setiap menjelang ujian nasional, yaitu bulan Februari dan Maret.


(53)

DUTA GURU

DUTA GURU adalah program pembinaan yatim dhu’afa dalam bidang Al-Qur’an dan diniyah yang didampingi oleh ustad/zah pilihan.

Melalui program ini harapannya anak yatim dhu’afa dapat membaca Al

-Qur’an dengan tartil dan memiliki sikap kepribadian muslim. Hingga saat

ini sudah tersebar 230 ustad/zah di seluruh pelosok Indonesia.

SANGGAR GENIUS

SANGGAR GENIUS adalah program bimbingan belajar yatim

dhu’afa yang fokus pada dua hal, yaitu matematika dan akhlak. Program

ini dimaksudkan untuk melengkapi kegiatan anak-anak di masyarakat di luar sekolah. Karena selama ini tidak banyak masyarakat yang mampu menyelenggarakan bimbel gratis kepada anak-anak lingkungannya. Yatim Mandiri hadir untuk memenuhi kebutuhan tersebut, gratis namun tetap berkualitas dengan guru-guru pilhan yang diterjunkan. Melalui program ini anak-anak yatim dhu’afa diharapkan mampu bersaing bidang akademiknya dan dapat mengembangkan potensi dirinya. Setiap tahunya Yatim Mandiri mengeluarkan ± 2 M untuk program tersebut. Hingga saat ini sudah tersebut sebanyak 240 sanggar di seluruh Indonesia.

RUMAH KEMANDIRIAN (RK)

Rumah kemandirian adalah program pemberdayaan anak yatim

berbasis ICD (Integrated Community Development). RK mengintegrasikan semua program di Yatim Mandiri. Beberapa program di lokasi RK ini,


(54)

yaitu Sanggar Genius, dan program pembinaan Bunda Yatim. Dengan pendekatan pemberdayaan komunikas antara anak yatim, keluarga dan masyarakat sekitar diharapkan akan lahir generasi-generasi yatim dhuafa yang mandiri dalam dilingkungan tersebut.

Saat ini Yatim Mandiri sudah memiliki RK di seluruh Indonesia. Yaitu Surabaya, Sidoarjo, Bojonegoro, Yogyakarta, Semarang, Palembang dan Bogor.

BESTARI (Beasiswa Yatim Prestasi)

Bestari merupakan bantuan biaya pendidikan untuk yatim dhu’afa tingkat SD-SMA se-Indonesia. Dengan bantuan ini diharapkan dapat memberikan semangat bagi anak-anak yatim dhu’afa untuk berprestasi dan tidak putus sekolah. Setiap tahun Yatim Mandiri mengeluarkan ± 10 M

untuk 15.000 anak yatim dhu’afa.5

C. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data ini tidak tersebut dalam bentuk terkompilas ataupun dalam bentuk file-file. Data ini harus dicari melalui nara sumber atau dalam istilah responden, yaitu orang yang kita jadikan obyek penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai sarana mendapatkan informasi

5


(55)

ataupun data. Untuk mengumpulkan data primer diperlukan metode yang disebut survei dan menggunakan instrument tertentu. Survei bermanfaat dalam menyediakan cara-cara yang cepat, efisien dan tepat dalam menilai informasi dan responden.

Merahasiakan tujuan penelitian dilakukan untuk agar para responden tidak memberikan jawaban-jawaban yang biasa dari apa yang kita harapkan, kedua struktur berkaitan dengan formalitas (resmi) atau pencarian data dilakukan secara terstruktur atau tidak terstruktur.6

Maka dari situ data primer harus dapat terjaring pada daftar-daftar isian dan questionnaire. Dengan perkataan ini suatu

questionnaire atau sebangsanya harus sungguh-sungguh

mencerminkan data primer yang dikehendaki atau dibutuhkan.7

Observasi adalah sebagai teknik pengumpulan data

mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.8

6

Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006) hal 129-130

7

Taliziduhu Ndraha, Research Metodologi Adminstrasi (Jakarta: Bina Aksara, 1985) hal 60

8

Sugiyono, Metode Penelitian kualitatif kuantitaif Dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2012) hal 145


(56)

Data primer dalam penelitian ini adalah nara sumber yang paham mengenai sistem koordinasi yang ada di Lembaga Yatim Mandiri, yaitu:

a. H. Mutrofin, SE selaku kepala cabang Yatim Mandiri Cabang Surabaya

b. Siti Maimunah selaku sekertaris. c. Laila selaku devisi keuangan

d. Binti Nur R selaku devisi administrasi e. Iskandar selaku staff devisi program.

2. Data Sekunder

Data Sekunder adalah hasil pengumpulan oleh orang lain dengan maksud tersendiri dan mempunyai kategorisasi atau klasifikasi menurut keperluan mereka. Klasifikasi itu mungkin tidak sesuai bagi keperluan peneliti dank arena itu harus menyusunnya kembali menurut kepentingan masalah yang dihadapi. Bila ini tidak mungkin atau kurang serasi maka ada kalanya peneliti merasa lebih baik mengumpulkan data sendiri. Karena sumber sekunder dikumpulkan oleh orang lain dengan tujuan yang berlainan dengan tujuan seorang peneliti tertentu, peneliti harus mempertimbangkan hingga mana dan bagaimana ia dapat memanfaatkan bahan itu guna keperluan penelitiannya sendiri. Data itu dapat digunakan memperoleh


(57)

generalisasi yang bersifat ilmiah yang baru, dan dapat pula berguna sebagai pelengkap informasi yang telah dikumpulkan sendiri oleh peneliti. Dan akhirnya data itu dapat juga memperkuat penemuan atau pengetahuan yang telah ada.9

Dalam hal ini data yang di himpun adalah tentang profil Yatim Mandiri Cabang Surabaya meliputi sejarah Yatim Mandiri dan Visi Misi, struktur organisasi. Data ini diperoleh dari manajer lembaga Yatim Mandiri Cabang Surabaya dan biasanya di peroleh dari dokumentasi.

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari dokumentasi. Dokumentasi adalah Teknik pengumpulan data melalui dokumen ini dipergunakan untuk mengetahui tentang tata cara perencanaan program kerja yang telah di rencanakan literature-literatur baik berupa buku, dokumen dan sebagainnya yang relevan dengan materi penelitian majalah, jurnal, dan sejenisnya.

Dengan menggunakan dokumentasi ini peneliti mendapatkan data tentang:

a. Sejarah berdirinya Yatim Mandiri Cabang Surabaya b. Struktur Organisasi Yatim Mandiri Cabang Surabaya c. Sistem Koordinasi Yatim Mandiri Cabang Surabaya

9


(58)

Data sekunder yang diperoleh terdiri dari: a. Struktur Organisasi

b. Foto kegiatan evaluasi mingguan c. Denah lokasi

d. Susunan program yatim mandiri

Hampir semua data-data dalam penelitian ini adalah data primer, karena digali langsung dari responden, kecuali data-data kepustakaan digali disesuaikan dengan fokus dan rumusan masalah. Uraian data juga disesuaikan dengan teori yang relevan. Karenanya, data-data dalam penelitian ini memiliki sinkronisasi. Data-data yang telah dikemukakan akan digali dengan wawancara terstruktur mendalam, observasi terlibat, dan dokumentasi. Wawancara digunakan untuk menggali data-data verbal dan menguak fenomean seperti Tanggung Jawab, kerja sama, Pengaturan Usaha Kelompok Secara Teratur, Kesatuan Tindakan, Tujuan Koordinasi.

Semua data akan digali Yatim Mandiri Cabang Surabaya, yaitu H. Mutrofin.

D. Tahap-Tahap Penelitian

Untuk mempelajari penelitian kualitatif kuantitatif tidak terlepas dari usaha mengenal tahap-tahap penelitian, yang nantinya memberikan kumpulan data, analisis, dan penanfiran data sampai ada penulisan laporan. Tahap-tahap penulisan ada dua yaitu:


(59)

1. Tahap Sebelum ke lapangan

Ada lima kegiatan harus dilakukan oleh peneliti dalam tahap tersebut dengan atau pertimbang yang perlu difahami yakni yaitu, ketika kegiatan tersebut adalah:

a. Penyusunan Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah usulan penelitian. Rancangan penelitian ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika pembahasan.

b. Memilih Lapangan Penelitian

Peneliti mengambil lokasi di Yatim Mandiri Cabang Surabaya.

c. Mengurus Perizinan

Pada tahap ini peneliti meminta perizinan dengan prosedur yang ditetapkan oleh fakultas.

d. Tinjauan Lapangan

Pada tahap ini peneliti meninjau langsung lapangan dengan gak-hal yang mengenai dan terkait dengan masalah-masalah penelitian.

e. Memanfaatkan Informan

Memanfaatkan informan melalui wawancara dengan bapak H. Mutrofin. SE dan karyawan d Yatim Mandiri Cabang Surabaya


(60)

Setelah tahap awal terlampau maka kedua adalah:

a. Memahami Latar Belakang Penelitian

Untuk memasuki pekerjaan lapangan, penelitian perlu memahami latar belakang penelitian terlebih dahulu. Di samping itu peneliti perlu mempersiapakan diri, baik secara fisik maupun mental agar kegiatan penelitian yang dilakukan peneliti berjalan dengan baik.

b. Memasuki Lapangan

Dalam lapangan penelitian, penelitian menempatkan diri dengan hubungan keakraban.

c. Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti akan terlibat langsung dalam kegiatan yang sedang terjadi dalam rangka mengumpulkan dan mencatat yang diperlukan, untuk selanjutnya dianalisis secara intensif.

E. Teknik Pengumpulan Data

Ada berbagai macam penelitian teknik pengumpulan data dalam proses penelitian, akan tetapi yang peneliti gunakan dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi atau pengamatan digunakan dalam rangka


(61)

penelitian, merupakan hasil penelitian jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya suatu rangsangan tertentu yang diinginkan atau gejalapsikis dengan jalan mengamati dan mencatat. Dengan menggunakan metode tersebut peneliti mendapatkan data tentang, lokasi penelitian, sejarah dan struktur organisasi di Yatim Mandiri Cabang Surabaya.10

Dalam penelitian ini penulis telah melakukan observasi lokasi penelitian, rapat mingguan dan bulanan.

2. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara bertanya dengan responden.

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang utama dalam penelitian deskriptif. Wawancara dengan orang yang terlibat dalam koordinasi di Yatim Mandiri Cabang Surabaya atau orang yang mempunyai kapasitas untuk menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan materi penelitian ini.11

Wawancara ini dapat di pakai untuk melengkapi data yang diperoleh melalui observasi. Dalam kajian ini peneliti berhasil

10

Sugiyono,Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif Dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2012) hal 145

11

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif Dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2012) hal 137


(62)

melakukan wawancara dengan manger Yatim Mandiri Cabang Surabaya.

Dengan ini penulis telah melakukan wawancara bersam H. Mutrofin, Iskandar, Chotieb, Laila, Aan khunaefi, Binti Nur R, Umi Lamrah, Siti Maimunah, Ahsanul Wahid

Teknik ini penulis pergunakan untuk melakukan wawancara dengan beberapa informan, diantaranya:

a. Karyawan dan Manager Yatim Mandiri Cabang Surabaya yaitu mengenai hal-hal peraturan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang berkenaan lapangan penelitian.

b. Manager perusahaan yang mempunyai tanggung jawab atas berlangsungnya koordinasi dengan para karyawan di Yatim Mandiri Cabang Surabaya.

3. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data melalui dokumentasi ini dipergunakan untuk mengetahui tentang tata cara perencanaan program kerja yang telah di rencanakan literatur-literatur baik berupa buku, dokumen, makalah dan sebagainya yang relevan dengan materi penelitian, majalah, jurnal dan sejenisnya.

Dengan menggunakan dokumentasi ini penelitian mendapatkan data tentang:


(63)

b. Struktur organisasi Lembaga Yatim Mandiri Cabang Surabaya c. Visi Misi Lembaga Yatim Mandiri Cabang Surabaya.

F. Teknik Validitas Data

Agar dan menjadi valid dan dinilai absah, perlu dilakukan perpanjangan penelitian, triangulasi, dan diskusi dengan para pakar. Perpanjangan penelitian dilakukan dengan memperbanyak intensitas kegiatan lapangan, termasuk keterlibatan penelitian dilokasi penelitian. Hal ini memungkinkan bagi peneliti, karena lokasi penelitian ini dekat dengan domisil peneliti.

Triangsulasi berarti meminta konfirmasi atas data yang telah diperoleh peneliti. Konfirmasi ini dilakukan peneliti dengan memberikan laporan penelitian terlebih dahulu kepada informan yang diteliti, agar mendapatkan koreksi. Setelah itu, laporan penelitian bisa di publikasikan.

Mendiskusi permasalahan penelitian dengan para pakar juga memperkuat suatu data. Upaya ini dilakukan saat melakukan penelitian hingga membuat laporan penelitian. Masukan-masukan penting di harapkan bisa menambahkan kualitas data.

G. Teknik Analisis Data

Dalam merencanakan data-data yang akan digali dilapangan digunakan teknik deskriptif, yaitu menguraikan dominan yang terfokus dan memilihnya menjadi beberapa sub-domain serta bagian-bagia khusus


(64)

yang lebih terperinci.12 Teknik ini berupa memecah konsep-konsep dalam permasalahan yang dibahas menjadi data-data paling kecil dan lebih konkrit.

Data-data yang telah terkumpul dianalisa dengan menggunakan tiga teknik yang biasa digunkan dalam penelitian kualitatif kuantitatif, yaitu reduct data, display data, dan conclusion drawing. Reduksi data adalah cara menguraikan dan menampilkan data-data secara sistematik dan apa adanya. Conclusion drawing adalah menarik suatu kesimpulan yang representative dan inhern dengan permasalahan yang dirumuskan. Dalam pembahasannya, metode induktif digunakan dalam penelitian ini, kemudian hasl penelitian dengan kajian teoritis untuk menemukan sisi ideaslitas dan realitas.

12


(65)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambar Umum Obyek Penelitian

1. Sejarah Berdirinya Yatim Mandiri Cabang Surabaya

Yayasan Yatim Mandiri (YYM) merupakan sebuah lembaga sosial masyarakat yang memfokuskan pada penghimpunan dan pengelolaan dana ZISWAF ( Zakat, Infaq, Shodaqoh, Wakaf ) serta dana lainnya yang halal dan legal dari perorangan, kelompok, perusahaan/ lembaga umat Islam dan menyalurkannya secara lebih professional dengan menitik beratkan program untuk kemandirian anak yatim sebagai penyaluran program unggulan.

Yayasan Yatim Mandiri berdiri pada tanggal 31 maret 1994 di Surabaya menggunakan nama Yayasan Pembinaan dan Pengembangan Panti Asuhan Islam dan Anak Purna Asuh (YP3IS) yang merupakan ide dari beberapa aktivis yang peduli terhadap kondisi panti asuhan di Surabaya.

Setelah mengalami perjalanan panjang selama 15 tahun menjadi penghubung antara mustahik dan muzaki, memberikan pelayanan gratis hingga pemberdayaan untuk anak yatim. Kini Yayasan Yatim Mandiri telah berkembang di berbagai kota di Indonesia dengan berbagai catatan yang telah terhimpun. Baik yang


(66)

berkaitan dengan legalitas maupun operasional kesehariannya. Di antaranya : sesuai dengan Undang-undang nomor 16 tahun 2000 tentang yayasan batas toleransi penyesuaiannya tahun 2005, sehinnga demi kepentingan publik yayasan harus melakukan pendaftaran ke Depkumham Pusat di Jakarta. Ternyata Depkumham menolak karna nama YP3IS tekah digunakan oleh pihak lain. Catatan yang lain, nama YP3IS terlalu panjang kurang bisa memberikan fungsi branding yang

marketable dalam pengembangan publikasi lembaga di masyarakat.

Maka dengan dorongan dan hasil analisa internal, diubahlah menjadi nama yang sederhana dan syarat dengan makna yaitu, Yayasan Yatim Mandiri, dengan akronim Yatim Mandiri. Dan dengan nama ini, telah terdaftar di Depkumham dengan nomor AHU-2413.AH.01.02.20.

Untuk memperkuat brand positioning sebagai lembaga yang konsen pada upaya memandirikan anak yatim dan janda dhuafa melalui dana ZISWAF, maka pada tahun 2012 ini Yatim Mandiri melakukan perubahan logo. Mengarah kekanan atas tak hanya menuju kebaikan tapi juga keberkahan.Digabungkan dengan bentuk seorang anak (jingga) yang meraih mimpi dan sosok donator (biru) yang senantiasa memberi dukungan.

Tanggal 31 Maret 1994 Yayasan Yatim Mandiri didirikan oleh beberapa orang yang peduli dengan anak-anak yatim, yaitu Almarhum


(1)

Bayasut, Tun Muzambeh Zain Emal “Analisa dan Koordinasi sinyal antara simpang pada ruas jalan Diponegoro”, Skripsi. Surabaya: Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Bungin, Burhan. AnalisisData Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali, 2003. Chusniati, Lilik “Manajemen Penyelenggaraan haji (Studi Analisis tentang fungsi

koordinasi penyelenggaraan haji di Departemen Agama Kabupaten Jombang)”, Skripsi. Surabaya: Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri.

Darma, Agus. Management of organizational Behavior. Jakarta: Gelora Aksara Pratama, 1995.

Felicia, Widyadana Agus Gede I. “Studi Koordinasi Penjualan dan Sistem

Pembayaran antara produsen dengan beberapa distributor”. Jurnal Teknik

Industri. Vol. 3 No. 2, Tahun 2001.

Gitosudarmo, Indriyo. Prinsip-prinsip Dasar Manajemen. Yogyakarta: BPFE, 2001.

Hadizah. “Sistem Koordinasi dalam Pelaksanaan Program Kerja di Panti Asuhan

Khoiriyah Hasyim Sidotopo Wetan Surabaya”, Skripsi. Surabaya: Fakultas Dakwah Jurusan Manajemen Dakwah Institut Agama Islam Negeri

Handoko, Hani. T . Manajemen. Yogyakarta: BPFE, 2003.


(2)

Hariyanto, Puji Dwi “Analisis Koordinasi Overcurrent dan Recloser Nusantara

Cilacap”, Jurnal Teknik Elektro. Vol. 1 No. 1, tahun 2009

http://www. Yatim Mandiri.org

Islamiyah, Nurul Indah “Koordinasi Pelaksanaan Program desa CYBER di BP Paudri”, Skripsi. Makassar: Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin.

Juhri, Muhammad “Aktivitas Yayasan Koordinasi Masjid Kodya Surabaya”,

Skripsi. Surabaya: Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas

Dakwah Institut Agama Islam Negeri.

Kadarman, M.A. Pengantar Ilmu Manajemen. Jakarta: Gramedia, 1991.

Kast, E. Freemont. Organisasi dan Manajemen Jilid 1. Jakarta: Bumi Aksara, 1995

Khasanah, Uswatun Umi “Sistem Koordinasi dalam proses Pengorganisasian

Lembaga Ikatan Da’i Muda Indonesia/ IDMI Surabaya”, Skripsi. Surabaya: Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri.

Kusumaatmadja, Sarwono. Jurnal Ilmu-ilmu Sosial 2. Jakarta: Gramedia Pustaka, 1992.

Lailiyah, Lilik “Sistem Koordinasi antara Remaja Masjid dan ta’mir dalam

melaksanakaan aktivitas di Majid Subakir Geluran Sidoarjo”, Skripsi. Surabaya: Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri.


(3)

Lutfiyah, Dewi “Sistem Koordinasi (Studi Analisa Terhadap Organisasi Kormas (Koordinasi Masjid) diwilayah Taman Kabupaten Sidoarjo)”, Skripsi. Surabaya: Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri.

Manila, Gk. I. Praktek Manajemen Pemerintahan Dalam Negeri. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996.

Manullang, M. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: Yudhistira, 1992.

Martoyo, Susilo. Pengetahuan Dasar Manajemen dan Kepemimpinan. Yogyakarta: BPFE, 1988.

Moekijat. Pengantar Sistem Informasi Manajemen. Bandung: Remaja Rosda Karya, 1996.

Moelong, J. Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007

Nasukhah, Zuhan “Studi Tentang Koordinasi dalam KBIH Amanat Bangsa Surabaya”, Skripsi. Surabaya: Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri.

Nasution, S. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara, 1996.

Ndraha, Taliziduhu. Research Teori Metodologi Administrasi. Jakarta: Bina Aksara, 1985.

Nugroho, Hibnu. Koordinasi: “Efektivitas Fungsi Koordinasi dan Supervisi Dalam Peyidikan Tindak Pidana Korupsi oleh Komisi Pemberantas


(4)

Pamoedji. Tata Kerja Organisasi. Jakarta: Bina Aksara, 1986.

Panglaykim. Manajemen Suatu Pengantar. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986.

Rahmat, Saepul “Koordinasi Hidro Thermal Unix Pembangkit Jawa-Bali

menggunakan Metode Dynamic Programming” Jurnal UPI. Vol. 13 No. 2, Tahun 2014.

Rahmatullah, Arif Zainul “Manajemen Penyelenggaraan haji (Studi Deskriptif tentang fungsi koordinasi) Penyelenggaraan Haji di departemen Agama

Kabupaten Probolinggo”, Skripsi. Surabaya: Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri.

Saputra, Hendra “Sistem Koordinasi Kerja pada PT. Perkebunan Nusantara II

(PTPN) II kebun tandem”Jurnal Plans. Vol. III No. 1, Maret 2008.

Sarwono, Jonathan. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006.

Setianingsih, Rahayu “Penerapan Fungsi Koordinasi dalam mewujudkan tujuan

koperasi karyawan RSI Siti Hajar Sidoarjo”, Skripsi. Surabaya: Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri.

Sinaga, Richter King “Sistem Koordinasi antara Otoritas Jasa Keuangan dengan Lembaga penanganan Bank gagal berdasarkan undang-undang nomor 21 tahun 2011 tentang otoritas jasa keuangan”, Skripsi. Medan: Jurusan Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


(5)

Siregar, Mahmul Nasution Bismar dan Sinaga, Dosma Rebekka “Sistem Koordinasi antara Bank Indonesia dan Otoritas Jasa keuangan dalam pengawasan Bank setelah lahirnya undang-undang nomor 21 tahun 2011

tentang otoritas jasa keuangan” Jurnal Hukum Ekonomi. Vol. 1 No. 2, tahun 2013.

Siswandi. Aplikasi Manajemen Perusahaan: Analisis Kasus dan Pemecahannya. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2001.

Suffriyanto, Hadi “Pelaksanaan Koordinasi Antara Penyidik dengan penuntut

umum dalam sistem peradilan pidana terpadu di Wilayah hukum Polres

Kompar”, Skripsi. Riau: Jurusan Hukum Fakultas Hukum Universitas Lancang Kuning.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2012.

Sukamdiyo, Manajemen Koperasi. Semarang: Erlangga, 1997.

Sule, Trisnawati Ernie dan Saefullah Kurniawan. Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009.

Syafi’i, Imam “Pemilihan Materi Dakwah Khotib Koordinasi Masjid Surabaya”,

Skripsi. Surabaya: Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas

Dakwah Institut Agama Islam Negeri.

Syam, Nur. Metodelogi Penelitian Dakwah. Solo: Ramadhani, 1996. Terry, R. George. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara, 1996


(6)

Tunggal, Widjaja Amin . Manajemen, Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta, 1993.

Uwaidah, Muhammad Kamil Syaikh. Fiqih Wanita. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001.

Wahyudi, Didik “Fungsi Koordinasi dalam Pengelolaan Zakat di Badan Amil

Zakat”, Skripsi. Surabaya: Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri.

Wiardi, J. Manajemen Prilaku Organisasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.

Widjaja, W. A. Perencanaan Sebagai Fungsi Manajemen. Jakarta: Bina Aksara, 1987.

Yulianto “Pola Koordinasi YP3IS dalam pengembangan Panti Asuhan Islam di

Surabaya”, Skripsi. Surabaya: Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri.

Yunita, Surya Veny “Pengaruh Komunikasi Interpersonal antara atasan dan bawahan Terhadap Koordinasi Kerja di PT Taspen (persero) Surabaya”,

Skripsi. Surabaya: Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah