Perbandingan Bilangan Iodin Pada Crude Palm Kernel Oil (CPKO) dan Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil (RBD PKO) Dengan Pelarut Tunggal dan Pelarut Campuran Di PT.Palmcoco Laboratories
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis Guinensis Jacq) berasal dari Nigeria, Afrika Barat meskipun
ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena
banyak ditemukan species kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan Afrika. Pada
kenyataanya tanaman kelapa sawit hidup subur diluar daerah asalnya, seperti Malasya,
Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini.
Kelapa Sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah Kolonial
Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada 4 batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari
Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai
diusahakan dan dibudidayakan secara komersil pada tahun 1911. Perintis usaha perkebunan
kelapa sawit di Afrika. Budidaya yang dilakukan diikuti oleh K. Schadt yang menandai
lahirnya perkebunsn kelapa sawit di Indonesia.
Sejak saaat itu perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang. Perkebunan
kelapa sawit pertama kali berlokasi di pantai timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas Areal
perkebunan mencapai 5.123 Ha. Indonesia mulai mengekspor minyak sawit pada tahun 1919
sebesar 576 ton kenegara Eropa. Kemudian tahun 1923 mulai mulai mengekspor minyak inti
sawit sebesar 850 ton.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Varietas Kelapa Sawit
Dikenal banyak jenis kelapa sawit di Indonesia. Varietas-varietas tersebut dapat dibedakan
berdasarkan morfologinya. Namun diantara varietas tersebut terdapat varietas unggul yang
mempunyai beberapa keistimewaan dibandingkan dengan varietas lainnya, diantaranya
terhadap hama dan penyakit, produksi tinggi serta kandungan minyak yang dihasilkan tinggi
(Fauzi, 2003).
Berikut ini beberapa jenis varietas yang banyak digunakan oleh para petani dan perusahaan
perkebunan kelapa sawit Indonesia.
1. Varietas berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah
Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, beberapa varietas kelapa sawit
diantaranya Dura, Psifera, Tenera, Maccrocarya dan Dwikka-wakka.
2. Varietas berdasarkan warna buah
Berdasarkan ketebalan warna kulit buah, beberapa varietas kelapa sawit diantaranya
Nigrescens, Virescens dan Albescens.
3. Varietas Unggul
Varietas unggul dihasilkan dengan melakukan persilangan antar aDura dan Psifera
sehingga memiliki kualitas dan kuantitas yang lebih baik dibandingkan dengan
varietas yang lain.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Proses Pengolahan Kelapa Sawit
Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak sawit
yang berkualitas baik. Proses tersebut berlangsung cukup dan memerlukan control yang
cermat, dimulai dari pengangkutan TBS atau brondolnya dari tempat pengumpulan hasil ke
pabrik sampai dihasilkannya minyak sawit dan hasil sampingnya (Fauzi, 2003).
2.4 Komposisi Kimia Minyak Kelapa Sawit
Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80% perikarp dan 20% buah yang dilapisi kulit yang
tipis, kadar minyak dalam perikarb sekitar 34-40%. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi
padat yang mempunyai komposisi yang tetap. Rata-rata komposisi asam lemak minyak
kelapa sawit dapat dilihat pada tabel berikut ini, bahan yang tidak dapat disabunkan
jumlahnya sekitar 0,3%.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa sawit
Asam Lemak
Minyak Kelapa Sawit (%)
Minyak inti sawit (%)
Asam Kaprilat
-
3–7
Asam Kaproat
-
3–7
Asam Laurat
-
46 – 52
Asam Miristat
1,1 – 2,5
14 – 17
Asam Palmitat
40 – 46
6,5 – 9
Asam Stearat
3,6 – 4,7
1 - 2,5
Asam Oleat
39 – 45
13 – 19
Asam Linoeat
7 – 11
0,5 - 2
(Eckey, 1955).
Tabel 2. 2 Sifat fisika kimia dari kelapa sawit
Sifat
Minyak Sawit
Minyak inti sawit
Bobot jenis pada suhu kamar
0,900
0,900
Indeks bias D 400C
1,4565 – 1,4585
1,4565 – 1,4585
Bilangan Iodin
48 – 56
14 – 20
Bilangan Penyabunan
196 – 205
244 – 254
(Ketaren,1986).
Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses
pemucatat karena asam – asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna orange dan kuning
disebabkan adanya pigmen karoten yang larut dalam minyak. Bau dan flavor dalam minyak
terdapat secara alami, jika terjadi akibat adanya asam-asam lemak berantai pendek akibat
Universitas Sumatera Utara
kerusakan minyak, sedangkan bau yang khas dari minyak kelapa sawit ditimbulkan oleh
persenyawaan titik cair yang berbeda-beda (Ketaren,1986 ).
2.5. Standar Mutu Minyak
Minyak kelapa sawit merupakan salah satu bahan baku utama minyak goreng. Minyak sawit
terutama dikenal sebagai bahan mentah dan lemak pangan yang digunakan untuk
menghasilkan minyak goring, shortening, margarine, dan minyak makan lainnya (Amang,
1996).
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3 Standar Mutu Minyak Sawit, Minyak Inti Sawit dan Inti Sawit
Karakteristik
Minyak
Inti Sawit
Sawit
Minyak Inti
Keterangan
Sawit
Asam Lemak Bebas
5%
3,5 %
3,5 %
Maksimal
Kadar Kotoran
0,5 %
0,02 %
0,02 %
Maksimal
Kadar Zat Menguap
0,5 %
7,5 %
0,2 %
Maksimal
Bilangan Peroksida
0,5 %
-
2,2 meq
Maksimal
Bilangan Iodin
6 meq
-
10,5 – 18,5
-
Logam (Fe,Cu)
44 – 58
-
-
-
Lovibond
mg/g
-
-
-
Kadar Minyak
3– 4
47 %
-
Maksimal
Kontaminasi
-
6%
-
Maksimal
Kadar Pecah
-
15 %
-
Maksimal
-
(Ketaren, 1986).
Minyak sawit diperoleh dari lapisan serabut atau kulit buah melalui proses
pengolahan yang disebut dengan minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) yang
berwarna kuning kecoklatan. Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal.
Varietas – varietas tersebut dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging
buah,varietas tersebut antara lain :
Universitas Sumatera Utara
1. Dura
2. Psifera
3. Maco carya
4. Tenera
5. Dwikka – wakka (Ketaren, 1998).
Minyak sawit memagang peranan penting dalam perdagangan dunia. Oleh karena itu,
syarat mutu harus menjadi perhatian utama dalam perdagangannya. Istilah mutu minyak
dapat dibedakan menjadi dua arti . pertama, banar-benar murni dan tidak bercampur dengan
minyak nabati lain.
Mutu minyak sawit tersebut dapat ditentukan dengan menilai sifat-sifat fisiknya, yaitu
dengan mengukur nilai titik lebur, angka penyabunan, dan bilangan iodium. Kedua
pengertian mutu sawit berdasarkan spesifikasi standart mutu internasional yang meliputi
kadar asam lemak bebas, kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran
pemucatan
Kebutuhan mutu minyak sawit yang digunakan sebagai bahan baku industry pangan
dan non pangan masing-masing berbeda. Oleh Karen itu kemurniannya harus diperhatikan.
Ada beberapa Faktor yang secara langsung berkaitan dengan standard minyak sawit seperti
dalam lampiran 1 (Fauzi, 2003).
Kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak, yakni: minyak kelapa sawit mentah
Crude Palm Oil (CPO) yang diekstraksi dari mesokrap buah kelapa sawit dan minyak inti
sawit Palm Kernel Oil (PKO) yang diektraksi dari biji atau inti kelapa sawit.
Minyak CPO adalah minyak kelapa sawit yang diperoleh dari mesokarp buah kelapa
sawit, melalui ekstraksi dan mengandung sedikit air serta serat halus yang berwarna kuning
sampai merah dan berbentuk semi solid pada suhu ruang yang disebabkan oleh kandungan
Universitas Sumatera Utara
asam lemak jenuh yang tinggi. Dengan adanya air dan serat halus tersebut menyebabkan
minyak kelapa sawit mentah ini tidak dapat langsung digunakan sebagai bahan pangan
maupun nonpangan.
2.5.1 Crude Palm Kernel Oil
Buah kelapa sawit merupakan buah yang kaya dengan minyak. Dalam tandan buah sawit
yang dipanen, terdiri dari kulit dan tandan (29%), biji atau inti sawit (11%), dan daging buah
(60%).
Hal ini merupakan karakteristik unik dan unggul dari buah kelapa sawit jika
dibandingkan dengan jenis tanaman penghasil minyak lainnya, karena kelapa sawit bisa
menghasilkan 2 (dua) jenis minyak dari buah yang sama. Proses pengepresan (1) daging buah
sawit akan menghasilkan minyak sawit kasar (crude palm oil) dan (2) inti sawit akan
menghasilkan minyak inti sawit kasar (crude palm kernel oil)
Gambar 2.1 Buah kelapa sawit akan menghasilkan dua jenis minyak yang berbeda;
yaitu CPO dan CPKO.
Universitas Sumatera Utara
Kedua jenis minyak ini CPO dan CPKO bisa diproses dan diolah menjadi aneka jenis produk
turunannya. Lebih lanjut, CPO dan CPKO mempunyai karakteristik kimia, fisik dan gizi unik
yang berbeda. CPO kaya dengan asam palmitat (C16) sedangkan CPKO kaya dengan asam
laurat (C12) dan asam miristat (C14). Pada prakteknya, dibandingkan CPKO, CPO lebih
banyak diproses lanjut menjadi minyak goreng, yang sering disebut sebagai minyak sawit.
Mutu minyak sawit dipengaruhi oleh kadar asam lemak bebasnya, karena jika kadar
asam lemak bebasnya tinggi, maka akan timbul bau tengik. Kadar air dapat mengakibatkan
naiknya kadar asam lemak bebas karena air pada CPKO dapat menyebabkan terjadi hidrolisa
pada trigliserida dengan bantuan enzim lipase dalam CPKO tersebut. Selama ini pengujian
mutu CPKO di lapangan masih menghadapi beberapa kendala teknis antara lain
ketersediaaan dan keterbatasan instrument analisis, serta waktu pelaksanaan analisis mutu
yang cukup panjang.
Dalam penelitian ini diajukan hipotesis bahwa terdapat hubungan antara kadar air
dengan asam lemak bebas sehingga diharapkan dapat dihasilkan persamaan yang dapat
digunakan untuk memprediksi parameter mutu minyak berdasarkan parameter mutu yang
dimilikinya.
2.5.2 Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil
Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil (RBD PKO) dan Cernel Palm Oil (CPO)
adalah bagian dari proses inti kelapa sawit yang diolah menjadi minyak clenganmenggunakan
proses elcstraksi. Untuk mendapatkan inti dengan cara memisahkan hasil pengempaan antara
ampas dan biji.
Beberapa bagian dari proses pengolahan inti kelapa sawit ban yak digunakan oleh
industri untuk membuat margarin, dalam pembuatan kawat dan kabel sebagai pelumas, dalam
industri kulit sebagai pelentur kulit, dan untuk bahan kosmetik dan farmasi.
Universitas Sumatera Utara
2.6 Bilangan Iodin
2.6.1 Pengertian Bilangan Iodin
Bilangan Iodin adalah jumlah (gram) iodin yang dapat diikat oleh 100 g minyak atau lemak.
Ikatan rangkap yang terdapat pada asam lemak yang tidak jenuh akan bereaksi dengan iodine.
Gliserida dengan tingkat kejenuhan yang akan mengikat iodin dalam julah yang besar.
Bilangan Iodin ditetapkan dengan melarutkan sejumlah contoh minyak atau lemak
(0.1 sampai 0.5 g) dalam kloroform atau karbon tetra klorida. Kemudian ditambahkan
kolagen secara berlebihan. Setelah didiamkan pada tempat yang gelap dengan periode waktu
yang dikonrol, kelebihan dari iodine yang tidak bereaksi diukur dengan jalan menitrasi
larutan-larutan campuran tadi dengan natrium tiosulfat. Reaksi dari ion yang berlebihan
tersebut adalah sebagai berikut:
2Na2S2O3 + I2
2NaI + Na2S4O6……………………………………………... ( 2.1)
Titik akhir dapat dinyatakan dengan hilangnya warna biru dengan indikator amilum.
Bilangan Iodin dapat menyatakan derajat ketidakjenuhan dari minyak atau lemak dan juga
dapat digunakan menggolongkan jenis minyak pengering dan minyakbukan pengering.
Minyak mongering memiliki bilangan iodine yang lebih dari 130. Minyak yang mempunyai
bilangan iodine antara 100 sampai 130 bersifat setengah mongering.
Asam lemak yang tidak jenuh dalam minyak dan lemak mampu menyerap sejumlah
iodin dan membentuk senyawa yang
jenuh. Besarnya jumlah iodin yang diserap
menunjukkan banyaknya ikatan rangkap atau ikatan tidak jenuh. Bilanggan iodin dinyatakan
sebagai jumlah g iodin yang diserap oleh 100 g lemak/minyak.
Kecepatan reaksi antara asam lemak tidak jenuh dengan halogen tergantung pada
macam halogen dan struktur dari asm lemak. Dalm urutan iod > brom > flour > Klor,
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa semakin kekanan reaktivitasnya semakin
bertambah. Penentuan
bilangan iodin biasanya menggunakan cara Hanus, Kaufmann, dan Wijs. Perhitungan
bilangan iodin dari masing-masing cara tersebut adalah sama. Semua cara ini berdasarkan
atas prinsip titrasi, dimana pereaksi halogen berlebih ditambahkan pada contoh yang diuji.
Setelah reaksi sempurna, kelebihan reaksi ditetapkan jumlahnya dengan titrasi (Ketaren,
2012).
Angka iodin mencerminkan ketidak jenuhan asam penyusun minyak dan lemak.
Asam lemak tidak jenuh mampu mengikat iodin dan membentuk senyawaan yang jenuh.
Banyaknya iodin yang diikat menunjukkan banyaknya ikatan rangkap.
Angka Iodin dinyatakan sebagai banyaknya g Iodin yang diikat oleh 100 g minyak atau
lemak.
Penentuan angka Iodin dapat dilakukan dengan cara Hanus atau cara Kaufmann dan
Von Hulb atau cara Wijs (Sudarmadji, 1996).
Bilangan iodin berbanding langsung dngan derajat ketidakjenuhan. Bilangan iodin
yang tinggi diidikasikan ketidakjenuhan
yang tinggi pulak. Ini juga berguna sebagai
indikator dari bentuk lemak, bilangan iodin lemak yang lemak, sebagai derajat dari
pertambahan hidrogenasi, bilangan iodin berkurang (Lawson, 1985).
Universitas Sumatera Utara
2.6.2. Cara Wijs
Pembuatan Larutan Wijs
Pereaksi Wijs yang terdiri dari larutan 16 g iodium monoklorida dalam 1000 ml asam asetat
glasial. Cara lain yang lebih baik untuk membuat larutan ini yaitu dengan melarutkan 13 g
iodium dalam 1000 ml asam asetat glasial, kemudian dialirkan gas klor sampai terlihat
perubahan warna yang menunjukkan bahwa jumlah gas klor yang dimasukkan sudah cukup.
Pembuatan larutan ini agak sukar, dan bersifat tidak tahan lama. Larutan ini sangat peka
terhadap cahaya dan panas serta udara sehingga harus disimpan ditempat yang gelap, sejuk
dan tertutup rapat.
Prosedur:
Contoh minyak telah disaring ditimbang sebanyak 0,1– 0,5 g di dalam Erlenmeyer 500 ml
yang bertutup, kemudian ditimbahkan 20 ml karbon tetraklorida sebagai pelarut.
Ditambahkan 25 ml larutan Wijs dengan pipet, dengan kelebihan volume pereaksi sekitar 5060%. Dengan cara yang sama dibuat juga larutan blanko. Erlenmeyer disimpan ditempat
gelap pada suhu 250C selama 30 menit. Akhirnya ditambahkan 25 ml larutan kalium Iodida
15% dan 100 ml air. Kemudian, botol ditutup serta dikocok dengan
hati-hati. Titrasi
dilakukan dengan larutan Natrium Thiosulfat 0,1 N dengan menggunakan indikator larutan
pati.
Dari berbagai percobaan ternyata cara Wijs dan Kaufmann hasilnya lebih spesifik
(Ketaren, 2012).
2.6.3 Cara Hanus
Minyak sebanyak 0,1 sampai 0,5 g dilarutkan dalam 10 ml khloroform atau karbon tetra
klorida kemudian ditambahkan 25 ml larutan iodin
bramida dalam asam aseat glasial.
Universitas Sumatera Utara
Dibiarkan selama 1 jam maka akan terjadi pengikatan iodin
oleh minyak pada ikatan
rangkapnya selama ini dibiarkan ditempat gelap. Iodin sisa dititrasi
dengan Natrium
Thiosulfat 0,1 N menggunakan indikator amilum, akhir titrasi ditandai dengan hilangnya
warna biru, dan hasil titrasi sampel yang dapat ditulis (ts) ml. Untuk mengetahui iodin mulamula dalam reagen maka dilakukan perlakuan blanko dengan prosedur yang sama maka dapat
(tb) dituliskan dalam rumus sebagai berikut ( Sudarmadji, 1996).
Angka Iodin =
……………………
( 2.2)
=
Keterangan :
Ts = Titrasi sampel
Tb = Titrasi balanko
2.6.4 Titrasi Iodometri
Titrasi iodometri dapat dilakukan tanpa indikator dari luar karena warna I2 yang dititrasi itu
akan lenyap bila titik akhir tercapai, warna itu mula-mula cokelat agak tua, menjadi lebih
muda, lalu kuning, kuning-muda, dan seterusnya, sampai akhirnya lenyap.
Namun lebih mudah dan lebih tegas bila ditambahkan amilum ke dalam larutan
sebagai indikator. Amilum dengan I2 membentuk suatu kompleks berwarna biru tua yang
masih sangat jelas sekalipun I2 sedikit sekali. Pada titik akhir, iodin yang terikat itupun
hilang bereaksi dengan titran sehingga warna biru lenyap mendadak dan perubahan warnanya
tampak sangat jelas.
Penambahan amilum ini harus menunggu sampai mendekati titik akhir titrasi (bila
Iodin sudah tinggal sedikit yang tampak dari warnanya yang kuning- muda). Maksudnya
Universitas Sumatera Utara
ialah agar amilum tidak membungkus Iodin dan menyebabkannya sukar lepas kembali. Hal
itu akan berakibat warna biru sulit sekali lenyap sehingga titik akhir tidak kelihatan tajam
lagi. Bila Iodin masih banyak sekali bahkan dapat menguraikan amilum dan hasil penguraian
ini mengganggu perubahan warna pada titik akhir titrasi (Harjadi, 1993).
2.6.5. Pengaruh Bilangan Iodin Terhadap Mutu Minyak Kelapa Sawit
Bilangan Iodin menyatakan derajat ketidakjenuhan asam lemak penyusun minyak. Asam
lemak tidak jenuh mampu mengikat iodium dan membentuk persenyawaan yang jenuh.
Banyak iodium yang diikat menunjukkan banyaknya ikatan rangkap dimana asam
lemak tidak jenuh mampu mengikat iodium dan membentuk persenyawaan yang jenuh.
Adanya ikatan rangkap pada asam lemak tidak jenuh akan memudahkan terjadinya oksidasi
di udara atau jika ada air dan dipanaskan (Shahidi, 2005).
2.7 Pelarut
Pelarut adalah benda cair atau gas yang melarutkan benda padat, cair atau gas, yang
menghasilkan sebuah larutan. Pelarut paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari
adalah air. Pelarut lain yang juga umum digunakan adalah bahan kimia organic (mengandung
karbon) biasanya disebut pelarut organik.
Pelarut campuran adalah pelarut yang harus saling bercampur dalam segala
perbandingan dan juga salah satu pelarut harus sukar melarutkan zat sedangkan pelarut
tunggal adalah zat yang mudah larut dalam keadaan panas (daya melarutkan zat tinggi dalam
keadaan panas dan memiliki titik didih rendah).
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis Guinensis Jacq) berasal dari Nigeria, Afrika Barat meskipun
ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena
banyak ditemukan species kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan Afrika. Pada
kenyataanya tanaman kelapa sawit hidup subur diluar daerah asalnya, seperti Malasya,
Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini.
Kelapa Sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah Kolonial
Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada 4 batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari
Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai
diusahakan dan dibudidayakan secara komersil pada tahun 1911. Perintis usaha perkebunan
kelapa sawit di Afrika. Budidaya yang dilakukan diikuti oleh K. Schadt yang menandai
lahirnya perkebunsn kelapa sawit di Indonesia.
Sejak saaat itu perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang. Perkebunan
kelapa sawit pertama kali berlokasi di pantai timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas Areal
perkebunan mencapai 5.123 Ha. Indonesia mulai mengekspor minyak sawit pada tahun 1919
sebesar 576 ton kenegara Eropa. Kemudian tahun 1923 mulai mulai mengekspor minyak inti
sawit sebesar 850 ton.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Varietas Kelapa Sawit
Dikenal banyak jenis kelapa sawit di Indonesia. Varietas-varietas tersebut dapat dibedakan
berdasarkan morfologinya. Namun diantara varietas tersebut terdapat varietas unggul yang
mempunyai beberapa keistimewaan dibandingkan dengan varietas lainnya, diantaranya
terhadap hama dan penyakit, produksi tinggi serta kandungan minyak yang dihasilkan tinggi
(Fauzi, 2003).
Berikut ini beberapa jenis varietas yang banyak digunakan oleh para petani dan perusahaan
perkebunan kelapa sawit Indonesia.
1. Varietas berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah
Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, beberapa varietas kelapa sawit
diantaranya Dura, Psifera, Tenera, Maccrocarya dan Dwikka-wakka.
2. Varietas berdasarkan warna buah
Berdasarkan ketebalan warna kulit buah, beberapa varietas kelapa sawit diantaranya
Nigrescens, Virescens dan Albescens.
3. Varietas Unggul
Varietas unggul dihasilkan dengan melakukan persilangan antar aDura dan Psifera
sehingga memiliki kualitas dan kuantitas yang lebih baik dibandingkan dengan
varietas yang lain.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Proses Pengolahan Kelapa Sawit
Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak sawit
yang berkualitas baik. Proses tersebut berlangsung cukup dan memerlukan control yang
cermat, dimulai dari pengangkutan TBS atau brondolnya dari tempat pengumpulan hasil ke
pabrik sampai dihasilkannya minyak sawit dan hasil sampingnya (Fauzi, 2003).
2.4 Komposisi Kimia Minyak Kelapa Sawit
Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80% perikarp dan 20% buah yang dilapisi kulit yang
tipis, kadar minyak dalam perikarb sekitar 34-40%. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi
padat yang mempunyai komposisi yang tetap. Rata-rata komposisi asam lemak minyak
kelapa sawit dapat dilihat pada tabel berikut ini, bahan yang tidak dapat disabunkan
jumlahnya sekitar 0,3%.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa sawit
Asam Lemak
Minyak Kelapa Sawit (%)
Minyak inti sawit (%)
Asam Kaprilat
-
3–7
Asam Kaproat
-
3–7
Asam Laurat
-
46 – 52
Asam Miristat
1,1 – 2,5
14 – 17
Asam Palmitat
40 – 46
6,5 – 9
Asam Stearat
3,6 – 4,7
1 - 2,5
Asam Oleat
39 – 45
13 – 19
Asam Linoeat
7 – 11
0,5 - 2
(Eckey, 1955).
Tabel 2. 2 Sifat fisika kimia dari kelapa sawit
Sifat
Minyak Sawit
Minyak inti sawit
Bobot jenis pada suhu kamar
0,900
0,900
Indeks bias D 400C
1,4565 – 1,4585
1,4565 – 1,4585
Bilangan Iodin
48 – 56
14 – 20
Bilangan Penyabunan
196 – 205
244 – 254
(Ketaren,1986).
Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses
pemucatat karena asam – asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna orange dan kuning
disebabkan adanya pigmen karoten yang larut dalam minyak. Bau dan flavor dalam minyak
terdapat secara alami, jika terjadi akibat adanya asam-asam lemak berantai pendek akibat
Universitas Sumatera Utara
kerusakan minyak, sedangkan bau yang khas dari minyak kelapa sawit ditimbulkan oleh
persenyawaan titik cair yang berbeda-beda (Ketaren,1986 ).
2.5. Standar Mutu Minyak
Minyak kelapa sawit merupakan salah satu bahan baku utama minyak goreng. Minyak sawit
terutama dikenal sebagai bahan mentah dan lemak pangan yang digunakan untuk
menghasilkan minyak goring, shortening, margarine, dan minyak makan lainnya (Amang,
1996).
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3 Standar Mutu Minyak Sawit, Minyak Inti Sawit dan Inti Sawit
Karakteristik
Minyak
Inti Sawit
Sawit
Minyak Inti
Keterangan
Sawit
Asam Lemak Bebas
5%
3,5 %
3,5 %
Maksimal
Kadar Kotoran
0,5 %
0,02 %
0,02 %
Maksimal
Kadar Zat Menguap
0,5 %
7,5 %
0,2 %
Maksimal
Bilangan Peroksida
0,5 %
-
2,2 meq
Maksimal
Bilangan Iodin
6 meq
-
10,5 – 18,5
-
Logam (Fe,Cu)
44 – 58
-
-
-
Lovibond
mg/g
-
-
-
Kadar Minyak
3– 4
47 %
-
Maksimal
Kontaminasi
-
6%
-
Maksimal
Kadar Pecah
-
15 %
-
Maksimal
-
(Ketaren, 1986).
Minyak sawit diperoleh dari lapisan serabut atau kulit buah melalui proses
pengolahan yang disebut dengan minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) yang
berwarna kuning kecoklatan. Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal.
Varietas – varietas tersebut dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging
buah,varietas tersebut antara lain :
Universitas Sumatera Utara
1. Dura
2. Psifera
3. Maco carya
4. Tenera
5. Dwikka – wakka (Ketaren, 1998).
Minyak sawit memagang peranan penting dalam perdagangan dunia. Oleh karena itu,
syarat mutu harus menjadi perhatian utama dalam perdagangannya. Istilah mutu minyak
dapat dibedakan menjadi dua arti . pertama, banar-benar murni dan tidak bercampur dengan
minyak nabati lain.
Mutu minyak sawit tersebut dapat ditentukan dengan menilai sifat-sifat fisiknya, yaitu
dengan mengukur nilai titik lebur, angka penyabunan, dan bilangan iodium. Kedua
pengertian mutu sawit berdasarkan spesifikasi standart mutu internasional yang meliputi
kadar asam lemak bebas, kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran
pemucatan
Kebutuhan mutu minyak sawit yang digunakan sebagai bahan baku industry pangan
dan non pangan masing-masing berbeda. Oleh Karen itu kemurniannya harus diperhatikan.
Ada beberapa Faktor yang secara langsung berkaitan dengan standard minyak sawit seperti
dalam lampiran 1 (Fauzi, 2003).
Kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak, yakni: minyak kelapa sawit mentah
Crude Palm Oil (CPO) yang diekstraksi dari mesokrap buah kelapa sawit dan minyak inti
sawit Palm Kernel Oil (PKO) yang diektraksi dari biji atau inti kelapa sawit.
Minyak CPO adalah minyak kelapa sawit yang diperoleh dari mesokarp buah kelapa
sawit, melalui ekstraksi dan mengandung sedikit air serta serat halus yang berwarna kuning
sampai merah dan berbentuk semi solid pada suhu ruang yang disebabkan oleh kandungan
Universitas Sumatera Utara
asam lemak jenuh yang tinggi. Dengan adanya air dan serat halus tersebut menyebabkan
minyak kelapa sawit mentah ini tidak dapat langsung digunakan sebagai bahan pangan
maupun nonpangan.
2.5.1 Crude Palm Kernel Oil
Buah kelapa sawit merupakan buah yang kaya dengan minyak. Dalam tandan buah sawit
yang dipanen, terdiri dari kulit dan tandan (29%), biji atau inti sawit (11%), dan daging buah
(60%).
Hal ini merupakan karakteristik unik dan unggul dari buah kelapa sawit jika
dibandingkan dengan jenis tanaman penghasil minyak lainnya, karena kelapa sawit bisa
menghasilkan 2 (dua) jenis minyak dari buah yang sama. Proses pengepresan (1) daging buah
sawit akan menghasilkan minyak sawit kasar (crude palm oil) dan (2) inti sawit akan
menghasilkan minyak inti sawit kasar (crude palm kernel oil)
Gambar 2.1 Buah kelapa sawit akan menghasilkan dua jenis minyak yang berbeda;
yaitu CPO dan CPKO.
Universitas Sumatera Utara
Kedua jenis minyak ini CPO dan CPKO bisa diproses dan diolah menjadi aneka jenis produk
turunannya. Lebih lanjut, CPO dan CPKO mempunyai karakteristik kimia, fisik dan gizi unik
yang berbeda. CPO kaya dengan asam palmitat (C16) sedangkan CPKO kaya dengan asam
laurat (C12) dan asam miristat (C14). Pada prakteknya, dibandingkan CPKO, CPO lebih
banyak diproses lanjut menjadi minyak goreng, yang sering disebut sebagai minyak sawit.
Mutu minyak sawit dipengaruhi oleh kadar asam lemak bebasnya, karena jika kadar
asam lemak bebasnya tinggi, maka akan timbul bau tengik. Kadar air dapat mengakibatkan
naiknya kadar asam lemak bebas karena air pada CPKO dapat menyebabkan terjadi hidrolisa
pada trigliserida dengan bantuan enzim lipase dalam CPKO tersebut. Selama ini pengujian
mutu CPKO di lapangan masih menghadapi beberapa kendala teknis antara lain
ketersediaaan dan keterbatasan instrument analisis, serta waktu pelaksanaan analisis mutu
yang cukup panjang.
Dalam penelitian ini diajukan hipotesis bahwa terdapat hubungan antara kadar air
dengan asam lemak bebas sehingga diharapkan dapat dihasilkan persamaan yang dapat
digunakan untuk memprediksi parameter mutu minyak berdasarkan parameter mutu yang
dimilikinya.
2.5.2 Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil
Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil (RBD PKO) dan Cernel Palm Oil (CPO)
adalah bagian dari proses inti kelapa sawit yang diolah menjadi minyak clenganmenggunakan
proses elcstraksi. Untuk mendapatkan inti dengan cara memisahkan hasil pengempaan antara
ampas dan biji.
Beberapa bagian dari proses pengolahan inti kelapa sawit ban yak digunakan oleh
industri untuk membuat margarin, dalam pembuatan kawat dan kabel sebagai pelumas, dalam
industri kulit sebagai pelentur kulit, dan untuk bahan kosmetik dan farmasi.
Universitas Sumatera Utara
2.6 Bilangan Iodin
2.6.1 Pengertian Bilangan Iodin
Bilangan Iodin adalah jumlah (gram) iodin yang dapat diikat oleh 100 g minyak atau lemak.
Ikatan rangkap yang terdapat pada asam lemak yang tidak jenuh akan bereaksi dengan iodine.
Gliserida dengan tingkat kejenuhan yang akan mengikat iodin dalam julah yang besar.
Bilangan Iodin ditetapkan dengan melarutkan sejumlah contoh minyak atau lemak
(0.1 sampai 0.5 g) dalam kloroform atau karbon tetra klorida. Kemudian ditambahkan
kolagen secara berlebihan. Setelah didiamkan pada tempat yang gelap dengan periode waktu
yang dikonrol, kelebihan dari iodine yang tidak bereaksi diukur dengan jalan menitrasi
larutan-larutan campuran tadi dengan natrium tiosulfat. Reaksi dari ion yang berlebihan
tersebut adalah sebagai berikut:
2Na2S2O3 + I2
2NaI + Na2S4O6……………………………………………... ( 2.1)
Titik akhir dapat dinyatakan dengan hilangnya warna biru dengan indikator amilum.
Bilangan Iodin dapat menyatakan derajat ketidakjenuhan dari minyak atau lemak dan juga
dapat digunakan menggolongkan jenis minyak pengering dan minyakbukan pengering.
Minyak mongering memiliki bilangan iodine yang lebih dari 130. Minyak yang mempunyai
bilangan iodine antara 100 sampai 130 bersifat setengah mongering.
Asam lemak yang tidak jenuh dalam minyak dan lemak mampu menyerap sejumlah
iodin dan membentuk senyawa yang
jenuh. Besarnya jumlah iodin yang diserap
menunjukkan banyaknya ikatan rangkap atau ikatan tidak jenuh. Bilanggan iodin dinyatakan
sebagai jumlah g iodin yang diserap oleh 100 g lemak/minyak.
Kecepatan reaksi antara asam lemak tidak jenuh dengan halogen tergantung pada
macam halogen dan struktur dari asm lemak. Dalm urutan iod > brom > flour > Klor,
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa semakin kekanan reaktivitasnya semakin
bertambah. Penentuan
bilangan iodin biasanya menggunakan cara Hanus, Kaufmann, dan Wijs. Perhitungan
bilangan iodin dari masing-masing cara tersebut adalah sama. Semua cara ini berdasarkan
atas prinsip titrasi, dimana pereaksi halogen berlebih ditambahkan pada contoh yang diuji.
Setelah reaksi sempurna, kelebihan reaksi ditetapkan jumlahnya dengan titrasi (Ketaren,
2012).
Angka iodin mencerminkan ketidak jenuhan asam penyusun minyak dan lemak.
Asam lemak tidak jenuh mampu mengikat iodin dan membentuk senyawaan yang jenuh.
Banyaknya iodin yang diikat menunjukkan banyaknya ikatan rangkap.
Angka Iodin dinyatakan sebagai banyaknya g Iodin yang diikat oleh 100 g minyak atau
lemak.
Penentuan angka Iodin dapat dilakukan dengan cara Hanus atau cara Kaufmann dan
Von Hulb atau cara Wijs (Sudarmadji, 1996).
Bilangan iodin berbanding langsung dngan derajat ketidakjenuhan. Bilangan iodin
yang tinggi diidikasikan ketidakjenuhan
yang tinggi pulak. Ini juga berguna sebagai
indikator dari bentuk lemak, bilangan iodin lemak yang lemak, sebagai derajat dari
pertambahan hidrogenasi, bilangan iodin berkurang (Lawson, 1985).
Universitas Sumatera Utara
2.6.2. Cara Wijs
Pembuatan Larutan Wijs
Pereaksi Wijs yang terdiri dari larutan 16 g iodium monoklorida dalam 1000 ml asam asetat
glasial. Cara lain yang lebih baik untuk membuat larutan ini yaitu dengan melarutkan 13 g
iodium dalam 1000 ml asam asetat glasial, kemudian dialirkan gas klor sampai terlihat
perubahan warna yang menunjukkan bahwa jumlah gas klor yang dimasukkan sudah cukup.
Pembuatan larutan ini agak sukar, dan bersifat tidak tahan lama. Larutan ini sangat peka
terhadap cahaya dan panas serta udara sehingga harus disimpan ditempat yang gelap, sejuk
dan tertutup rapat.
Prosedur:
Contoh minyak telah disaring ditimbang sebanyak 0,1– 0,5 g di dalam Erlenmeyer 500 ml
yang bertutup, kemudian ditimbahkan 20 ml karbon tetraklorida sebagai pelarut.
Ditambahkan 25 ml larutan Wijs dengan pipet, dengan kelebihan volume pereaksi sekitar 5060%. Dengan cara yang sama dibuat juga larutan blanko. Erlenmeyer disimpan ditempat
gelap pada suhu 250C selama 30 menit. Akhirnya ditambahkan 25 ml larutan kalium Iodida
15% dan 100 ml air. Kemudian, botol ditutup serta dikocok dengan
hati-hati. Titrasi
dilakukan dengan larutan Natrium Thiosulfat 0,1 N dengan menggunakan indikator larutan
pati.
Dari berbagai percobaan ternyata cara Wijs dan Kaufmann hasilnya lebih spesifik
(Ketaren, 2012).
2.6.3 Cara Hanus
Minyak sebanyak 0,1 sampai 0,5 g dilarutkan dalam 10 ml khloroform atau karbon tetra
klorida kemudian ditambahkan 25 ml larutan iodin
bramida dalam asam aseat glasial.
Universitas Sumatera Utara
Dibiarkan selama 1 jam maka akan terjadi pengikatan iodin
oleh minyak pada ikatan
rangkapnya selama ini dibiarkan ditempat gelap. Iodin sisa dititrasi
dengan Natrium
Thiosulfat 0,1 N menggunakan indikator amilum, akhir titrasi ditandai dengan hilangnya
warna biru, dan hasil titrasi sampel yang dapat ditulis (ts) ml. Untuk mengetahui iodin mulamula dalam reagen maka dilakukan perlakuan blanko dengan prosedur yang sama maka dapat
(tb) dituliskan dalam rumus sebagai berikut ( Sudarmadji, 1996).
Angka Iodin =
……………………
( 2.2)
=
Keterangan :
Ts = Titrasi sampel
Tb = Titrasi balanko
2.6.4 Titrasi Iodometri
Titrasi iodometri dapat dilakukan tanpa indikator dari luar karena warna I2 yang dititrasi itu
akan lenyap bila titik akhir tercapai, warna itu mula-mula cokelat agak tua, menjadi lebih
muda, lalu kuning, kuning-muda, dan seterusnya, sampai akhirnya lenyap.
Namun lebih mudah dan lebih tegas bila ditambahkan amilum ke dalam larutan
sebagai indikator. Amilum dengan I2 membentuk suatu kompleks berwarna biru tua yang
masih sangat jelas sekalipun I2 sedikit sekali. Pada titik akhir, iodin yang terikat itupun
hilang bereaksi dengan titran sehingga warna biru lenyap mendadak dan perubahan warnanya
tampak sangat jelas.
Penambahan amilum ini harus menunggu sampai mendekati titik akhir titrasi (bila
Iodin sudah tinggal sedikit yang tampak dari warnanya yang kuning- muda). Maksudnya
Universitas Sumatera Utara
ialah agar amilum tidak membungkus Iodin dan menyebabkannya sukar lepas kembali. Hal
itu akan berakibat warna biru sulit sekali lenyap sehingga titik akhir tidak kelihatan tajam
lagi. Bila Iodin masih banyak sekali bahkan dapat menguraikan amilum dan hasil penguraian
ini mengganggu perubahan warna pada titik akhir titrasi (Harjadi, 1993).
2.6.5. Pengaruh Bilangan Iodin Terhadap Mutu Minyak Kelapa Sawit
Bilangan Iodin menyatakan derajat ketidakjenuhan asam lemak penyusun minyak. Asam
lemak tidak jenuh mampu mengikat iodium dan membentuk persenyawaan yang jenuh.
Banyak iodium yang diikat menunjukkan banyaknya ikatan rangkap dimana asam
lemak tidak jenuh mampu mengikat iodium dan membentuk persenyawaan yang jenuh.
Adanya ikatan rangkap pada asam lemak tidak jenuh akan memudahkan terjadinya oksidasi
di udara atau jika ada air dan dipanaskan (Shahidi, 2005).
2.7 Pelarut
Pelarut adalah benda cair atau gas yang melarutkan benda padat, cair atau gas, yang
menghasilkan sebuah larutan. Pelarut paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari
adalah air. Pelarut lain yang juga umum digunakan adalah bahan kimia organic (mengandung
karbon) biasanya disebut pelarut organik.
Pelarut campuran adalah pelarut yang harus saling bercampur dalam segala
perbandingan dan juga salah satu pelarut harus sukar melarutkan zat sedangkan pelarut
tunggal adalah zat yang mudah larut dalam keadaan panas (daya melarutkan zat tinggi dalam
keadaan panas dan memiliki titik didih rendah).
Universitas Sumatera Utara