Penetuan Bilangan Iodin pada Hydrogenated Palm Kernel Oil (HPKO) dan Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil (RBDPKO)

(1)

PENENTUAN BILANGAN IODIN PADA HYDROGENATED

PALM KERNEL OIL (HPKO) DAN REFINED BLEACHED

DEODORIZED PALM KERNEL OIL (RBD PKO)

KARYA ILMIAH

MONICA ANGELINA SITOMPUL

112401042

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

PENENTUAN BILANGAN IODIN PADA HYDROGENATED

PALM KERNEL OIL (HPKO) DAN REFINED BLEACHED

DEODORIZED PALM KERNEL OIL (RBD PKO)

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar ahli madya

MONICA ANGELINA SITOMPUL

112401042

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENENTUAN BILANGAN IODIN PADA

HYDROGENATED PALM KERNEL OIL

(HPKO) DAN REFINED BLEACHED

DEODORIZED PALM KERNEL OIL (RBDPKO)

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : MONICA ANGELINA SITOMPUL

Nomor Induk Mahasiswa : 112401042

Program Studi : DIPLOMA – 3 KIMIA

Departemen : KIMIA

Falkultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan, Juni 2014

Diketahui / Disetujui Oleh :

Ketua Program Studi D-3 Kimia Dosen Pembimbing

Dra.Emma Zaidar Nst, M. Si Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc., M.Phil NIP :19551218 198701 2001 NIP :19530817 198303 1002

Ketua Departemen Kimia FMIPA USU


(4)

PERNYATAAN

PENENTUAN BILANGAN IODIN PADA HYDROGENATED PALM KERNEL OIL (HPKO) DAN REFINED BLEACHED DEODORIZED

PALM KERNEL OIL (RBD PKO)

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa Karya Ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2014

MONICA ANGELINA SITOMPUL 112401042


(5)

PENGHARGAAN

Puji dan Syukur penulis panjatkan atas hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah mencurahkan berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Ahli Madya bidang Kimia Analis Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Karya Ilmiah ini berjudul “PENENTUAN BILANGAN IODIN PADA HYDROGENATED PALM KERNEL OIL

(HPKO) DAN REFINED BLEACHED DEODORIZED PALM KERNEL OIL

(RBD PKO)

Dalam penyusunan Karya Ilmiah ini penulis banyak memperoleh bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu DR. Rumondang Bulan Nst, M.S. selaku ketua Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Harry Agusnar, M.Sc., M.Phil selaku dosen pembimbing yang senantiasa sabar dan bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini.

3. Bapak Zul Alkaf BSc. selaku kepala laboratorium PT. PALMCOCO LABORATORIES yang senantiasa sabar mengajarkan penulis dan telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Ilmiah ini.

4. Bapak/Ibu Dosen serta Pegawai Program Studi Diploma III Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

5. Kakak-kakak Pegawai PT. PALMCOCO LABORATORIES kak Tari dan Kak Lya yang telah banyak membantu penulis dan memberikan semangat kepada penulis.

6. Teristimewa kepada Orang tua saya yang telah memberikan banyak dukungan baik moral maupun material kepada penulis dalam penulisan Karya Ilmiah ini.

7. Teman-teman semasa PKL (Dhesy dan Rika) yang senantiasa memberikan motivasi dan semangat kepada penulis.

8. Teman-teman Mahasiswa Diploma III FMIPA USU khususnya angkatan 2011.

Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah ini masih belum sempurna dalam materi serta penyajiannya . Untuk itu dengan segala kebesaran hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Karya Ilmiah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga Karya Ilmiah ini dapat menjadi suatu masukan dalam perkembangan dunia pendidikan terutama generasi penerus Kimia


(6)

PENENTUAN BILANGAN IODIN PADA HYDROGENATED PALM KERNEL OIL (HPKO) DAN REFINED BLEACHED DEODORIZED

PALM KERNEL OIL (RBD PKO)

ABSTRAK

Telah dilakukan Penentuan Bilangan Iodin dengan metode titrasi terhadap beberapa Hydrogenated Palm Kernel Oil (HPKO) dan Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil (RBDPKO). Dari hasil analisa diperoleh bilangan iodin dari Hydrogenated Palm Kernel Oil (A) = 0,16 gr I2/100gr, Hydrogenated Palm Kernel Oil (B) = 0,20 gr I2/100gr, Hydrogenated Palm Kernel Oil (C) = 0,24 gr I2/100gr, sedangkan bilangan iodin dari Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil (A) = 17,51 gr I2/100gr, Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil (B) = 18,10 gr I2/100gr, Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil (C) = 17,58 gr I2/100gr.


(7)

DETERMINATION OF IODIN VALUE IN HYDROGENATED PALM KERNEL OIL (HPKO) AND REFINED BLEACHED DEODORIZED

PALM KERNEL OIL (RBDPKO)

ABSTRACT

Have been conducted Determination of Iodin Value by method titration to some Hydrogenated Palm Kernel Oil (HPKO) and Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil (RBDPKO). The result of analysis obtained the Iodin Value in Hydrogenated Palm Kernel Oil (A) = 0,16 gr I2/100gr, Hydrogenated Palm Kernel Oil (B) = 0,20 gr I2/100gr, Hydrogenated Palm Kernel Oil (C) = 0,24 gr I2/100gr. And in Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil (A) = 17,51 gr I2/100gr, Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil (B) = 18,10 gr I2/100gr, Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil (C) = 17,58 gr I2/100gr.


(8)

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK iv

ABSTRACT v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang 1

1.2.Permasalahan 3

1.3.Tujuan 3

1.4.Manfaat 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Kelapa Sawit 4

2.1.1.Sejarah Kelapa Sawit 5

2.1.2.Varietas dan Bagian Tanaman Kelapa Sawit 6

2.2. Minyak Kelapa Sawit 8

2.2.1.Komposisi Minyak Kelapa Sawit 8

2.2.2.Pemurnian Minyak Sawit 9

2.2.3.Pemanfaatan Minyak Sawit 12

2.3. Minyak Inti Sawit 13

2.4. Hydrogenated PKO dan RBD Palm Kernel Oil 14

2.5. Standart Mutu 15

2.6. Bilangan Iodin 15

2.7. Titrasi Iodometri 16

BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan 18

3.1.1.Alat-alat 18

3.1.2.Bahan-bahan 19

3.2. Persiapan Analisa 19

3.2.1.Penyediaan Sampel 19

3.2.2.Pembuatan Larutan Pereaksi 20

3.2.2.1.Prosedur Pembuatan Larutan Indikator 20 Amilum 1%


(9)

3.2.2.3.Prosedur Pembuatan Larutan Na2S2O3 20 3.2.2.4.Prosedur Standarisasi Larutan Na2S2O3 20

3.3. Proses Analisa 21

3.3.1.Prosedur Penentuan Bilangan Iodin 21 BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Data Analisa 23

4.2.Perhitungan 24

4.3.Pembahasan 24

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan 26

5.2.Saran 26

DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dan minyak inti 9 kelapa sawit


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. Spesifikasi Hydrogenated Palm Kernel Oil 28 (STC-Spesification)

Lampiran II. Spesifikasi RBD Palm Kernel Oil 29


(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit (Elaesis guinensis jack) berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyatannya tanaman kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya seperti, Malaysia, Indonesia, Thailand dan Papua Nugini. Bahkan mampu memberikan hasil produksi per hektar yang lebih tinggi.

Bagi Indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan devisa negara. Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit (Fauzi, 2002).

Akhir-akhir ini minyak sawit berperan cukup penting dalam perdagangan dunia. Berbagai industri baik pangan maupun nonpangan, banyak yang menggunakannya sebagai bahan baku. Berdasarkan peranan dan kegunaan minyak sawit itu, maka mutu dan kualitasnya harus diperhatikan sebab sangat menentukan harga dan nilai komoditas ini (Tim Penulis PS, 1998).

Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil) dan sebagai hasil samping ialah bungkil


(13)

inti kelapa sawit (palm kernel meal atau pellet). Minyak sawit yang sekarang banyak ditemukan di pasar sebagai minyak goreng itu diperoleh dari daging buah dan inti (kernel sawit). Dengan demikian minyak sawit didapatkan dengan memproses daging buah beserta memecah tempurung inti atau kernel.

Mutu minyak sawit dalam arti yang pertama, yaitu mutu minyak sawit dalam arti benar-benar murni dan tidak bercampur dengan minyak nabati lain dapat ditentukan dengan menilai sifat-sifat fisiknya, antara lain titik lebur, angka penyabunan dan bilangan iodin. Bilangan iodin adalah gram iodin yang diserap oleh 100 gram minyak dan lemak. Angka iod mencerminkan ketidakjenuhan asam lemak penyusun minyak dan lemak. Asam lemak tidak jenuh mampu mengikat iod dan membentuk senyawaan yang jenuh. Banyaknya iod yang diikat menunjukkan banyaknya ikatan rangkap. I2 akan mengadisi ikatan rangkap asam lemak tidak jenuh maupun yang dalam bentuk ester. Bilangan iodin tergantung pada jumlah asam lemak tidak jenuh dalam lemak. Minyak yang akan diperiksa dilarutkan dengan kloroform kemudian ditambahkan iodin berlebih. Sisa iodin yang tidak bereaksi dititrasi dengan natrium tiosulfat. Tingginya bilangan iodin merupakan salah satu penentu kualitas minyak kelapa sawit (Ketaren, 2005).

Dalam pengolahan minyak inti kelapa sawit diperoleh beberapa turunan yaitu salah satunya adalah RBD Palm Kernel Oil. Minyak dapat dihidrogenasi dengan tujuan mengurangi ketidakjenuhan minyak tersebut yang dapat menyebabkan perubahan pada bilangan iodinnya.


(14)

Dalam hal itu penulis tertarik untuk memilih judul “PENENTUAN BILANGAN IODIN PADA HYDROGENATED PALM KERNEL OIL (HPKO) DAN REFINED BLEACHED DEODORIZED PALM KERNEL OIL (RBD PKO)”.

1.1. Permasalahan

Apakah kadar bilangan iodin dalam Hydrogenated Palm Kernel Oil dan RBD Palm Kernel Oil telah memenuhi standar mutu.

1.2. Tujuan

1. Untuk mengetahui bilangan iodin dari Hydrogenated RBD Palm Kernel Oil 2. Untuk mengetahui bilangan iodin dari RBD Palm Kernel Oil

1.3. Manfaat

Dengan dilakukannya penentuan bilangan iodin dengan metode titrasi terhadap Hydrogenated Palm Kernel Oil dan RBD Palm Kernel Oil, kita dapat mengetahui tingkat kejenuhan minyak tersebut.


(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis) berasal dari Guinea di pesisir Afrika Barat, kemudian diperkenalkan ke bagian Afrika lainnya, Asia Tenggara dan Amerika Latin sepanjang garis equator (antara garis lintang utara 150 dan lintang selatan 120). Kelapa sawit tumbuh baik pada daerah iklim tropis, dengan suhu antara 240C - 320C dengan kelembaban yang tinggi dan curah hujan 200 mm per tahun. Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80% perikarp dan 20% buah yang dilapisi kulit yang tipis. Kandungan minyak dalam perikarp sekitar 30% - 40%. Kelapa sawit menghasilkan dua macam minyak yang sangat berlainan sifatnya, yaitu :

1. Minyak sawit (CPO), yaitu minyak yang berasal dari sabut kelapa sawit

2. Minyak inti sawit (CPKO), yaitu minyak yang berasal dari inti kelapa sawit

Pada umumnya minyak sawit mengandung lebih banyak asam-asam palmitat, oleat dan linoleat jika dibandingkan dengan minyak inti sawit. Minyak sawit merupakan gliserida yang terdiri dari berbagai asam lemak, sehingga titik lebur dari gliserida tersebut tergantung pada kejenuhan asam lemaknya. Semakin jenuh asam lemaknya semakin tinggi titik lebur dari minyak tersebut. Komponen penyusun minyak sawit terdiri trigliserida dan non trigliserida. Asam-asam lemak penyusun trigliserida terdiri dari asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh (Tambun, 2006).


(16)

2.1.1. Sejarah Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elais Guinensis Jacq) berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyatannya tanaman kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya seperti, Malaysia, Indonesia, Thailand dan Papua Nugini.

Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintahan kolonial Belanda pada tahun 1948. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet, seorang Belgia yang telah banyak belajar tentang kelapa sawit di Afrika. Budidaya yang dilakukan diikuti oleh K.Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang. Perkebunan kelapa sawit pertama kali berlokasi di pantai timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 ha. Indonesia mulai mengekspor minyak sawit pada tahun 1911 sebesar 576 ton ke Negara Eropa, kemudian tahun 1923 mulai mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton (Fauzy, 2002).


(17)

2.1.2. Varietas dan Bagian Tanaman Kelapa Sawit

Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, dikenalkan varietas kelapa sawit, yaitu :

1. Dura

Tempurung cukup tebal antara 2-8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis dengan persentase daging buah terhadap buah bervariasi antara 35-50% kernel (daging biji) biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah.

Dari empat pohon induk yang tumbuh di Kebun Raya Bogor, varietas ini kemudian menyebar ketempat lain, antara lain ke negara Timur Jauh. Dalam persilangan, varietas Dura dipakai sebagai pohon induk betina.

2. Pisifera

Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada tetapi daging buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan daging buah tipis. Jenis Pisifera tidak dapat diperbanyak tanpa menghilangkan dengan jenis yang lain. Varietas ini dikenal sebagai tanaman batina yang steril sebab bungan betina gugur pada fase dini. Oleh sebab itu, dalam persilangan dipakai sebagai pohon induk jantan. Penyerbukan silang antara Pisifera dengan Dura akan menghasilkan varietas Tenera.


(18)

3. Tenera

Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu Dura dan Pisifera. Varietas inilah yang banyak ditanam diperkebunan-perkebunan pada saat ini. Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,5-4 mm, dan terdapat lingkaran serabut disekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah tinggi antara 60-96%. Tandan buah yang dihasilkan oleh Tenera lebih banyak daripada Dura, tetapi ukuran tandannya relatif lebih kecil.

4. Macro Carya

Tempurung sangat tebal sekitar 5 mm, sedangkan daging buahnya tipis sekali.

5. Diwikka-wakka

Varietas ini mempunyai cirri khas dengan adanya dua lapisan daging buah. Diwikka-wakka dapat dibedakan menjadi wakkadura, Diwikka-wakkafera dan Diwikka-wakkatenera. Dua varietas kelapa sawit yang disebutkan terakhir ini jarang dijumpai dan kurang begitu dikenal di Indonesia.

Perbedaan ketebalan daging buah kelapa sawit menyebabkan perbedaan persentase atau rendemen minyak yang dikandungnya. Rendemen minyak tinggi terdapat pada varietas Tenera yaitu sekitar 22-24%, sedangkan pada varietas Dura antara 16-18%. Jenis kelap sawit yang diusahakan tentu saja yang mengandung rendemen minyak tinggi sebab minyak sawit merupakan hasil olahan yang utama. Sehingga tidak mengherankan jika lebih banyak perkebunan yang menanam kelapa sawit dari varietas Tenera (Tim Penulis PS, 1998).


(19)

2.2. Minyak Kelapa Sawit

Minyak sawit yang sekarang banyak ditemukan di pasar sebagai minyak goreng itu diperoleh dari daging buah dan inti (kernel sawit). Dengan demikian minyak sawit didapatkan dengan memproses daging buah beserta memecah tempurung inti atau kernel.

2.2.1. Komposisi Minyak Kelapa Sawit

Kelapa sawit mengandung kurang kebih 80% dan 20% buah yang dilapisi kulit yang tipis; kadar minyak dalam prikarp sekitar 34-40%. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap.

Perbedaan jenis asam lemak penyusunnya dan jumlah rantai asam lemak dalam minyak sawit dan minyak inti sawit menyebabkan kedua jenis minyak tersebut mempunyai sifat yang berbeda dalam kepadatan. Minyak sawit dalam suhu kamar bersifat setengah padat, sedangkan pada suhu yang sama minyak inti sawit berbentuk cair. Jika terjadi penguraian minyak sawit, misalnya dalam proses pengolahan makan akan didapatkan berbagai jenis asam lemak. Masing-masing bahan kimia tersebut mempunyai ruang lingkup penggunaan yang tidak sama, sehingga dari bahan itu dapat dikembangkan menjadi produk yang siap pakai atau bahan setengah jadi.


(20)

Tabel.2.1. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa sawit

Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit

(persen)

Minyak Inti Sawit (persen)

Asam kaprilat - 3 – 4

Asam kaproat - 3 – 7

Asam laurat - 46 – 52

Asam miristat 1,1 – 2,5 14 – 17

Asam palmitat 40 – 46 6,5 – 9

Asam stearat 3,6 – 4,7 1 – 2,5

Asam oleat 39 – 45 13 – 19

Asam linoleat 7 - 11 0,5 - 2

Sumber: Ketaren 1986

2.2.2. Pemurnian Minyak Sawit

Tujuan utama dari proses pemurnian minyak adalah untuk menghilangkan rasa serta bau yang tidak enak, warna yang tidak menarik dan memperpanjang masa simpan minyak sebelum dikonsumsi atau digunakan sebagai bahan mentah dalam industri.

Pada umumnya minyak untuk tujuan bahan pangan dimurnikan melalui tahap proses sebagai berikut :

1. Netralisasi

Netralisasi ialah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari minyak atau lemak, dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa atau pereaksi lainnya sehingga membentuk sabun (soap stock).


(21)

Pemisahan asam lemak bebas dapat juga dilakukan dengan cara penyulingan yang dikenal dengan istilah de-asidifikasi.

2. Pemucatan (Bleaching)

Pemucatan ialah suatu tahap proses pemurnian untuk menghilangkan zat-zat warna yang tidak disukai dalam minyak. Pemucatan ini dilakukan dengan mencampur minyak dengan sejumlah kecil adsorben, seperti tanah serap (fuller earth), lempung aktif (activated clay) dan arang aktif atau dapat juga menggunakan bahan kimia.

Pemucatan minyak dengan bahan kimia banyak digunakan terhadap minyak untuk tujuan bahan pangan. Keuntungan penggunaan bahan kimia sebagai bahan pemucat adalah karena hilangnya sebagian minyak dapat dihindarkan dan zat warna diubah menjadi zat tidak berwarna yang tetap tinggal dalam minyak. Kerugiannya ialah karena kemungkinan terjadi reaksi antara bahan kimia dan trigliserida sehingga menurunkan flavor minyak.

3. Deodorisasi

Deodorisasi adalah suatu tahap proses pemurnian minyak yang bertujuan untuk menghilangkan bau dan rasa (flavor) yang tidak enak dalam minyak. Prinsip proses deodorisasi yaitu penyulingan minyak dengan uap panas dalam tekanan atmosfer atau keadaan vakum. Proses deodorisasi perlu dilakukan terhadap minyak yang digunakan untuk bahan pangan. Beberapa jenis minyak yang baru diekstrak mengandung flavor yang baik untuk tujuan bahan pangan, sehingga tidak memerlukan proses deodorisasi; misalnya lemak susu,


(22)

Proses deodorisasi pada suhu tinggi, komponen yang menimbulkan bau dalam minyak akan lebih menguap sehingga komponen tersebut diangkut dari minyak bersama-sama uap panas. Kerusakan minyak yang telah mengalami proses deodorisasi dapat disebabkan oleh proses oksidasi, mikroba dan ion logam yang merupakan katalisator dalam proses oksidasi minyak.

4. Hidrogenasi

Hidrogenasi adalah proses pengolahan minyak atau lemak dengan jalan menambahkan hydrogen pada ikatan rangkap dari asam lemak, sehingga akan mengurangi tingkat ketidakjenuhan minyak atau lemak. Proses hidrogenasi, terutama bertujuan untuk membuat minyak atau lemak bersifat plastis. Adanya penambahan hydrogen pada ikatan rangkap minyak atau lemak dengan bantuan katalisator akan mengakibatkan kenaikan titik cair. Juga dengan hilangnya ikatan rangkap akan menjadikan minyak atau lemak tersebut tahan terhadap proses oksidasi.

Proses hidrogenasi sebagai suatu proses industri bertujuan untuk menjenuhkan ikatan rangkap dari rantai karbon asam lemak pada minyak atau lemak. Reaksi hidrogenasi ini dilakukan dengan menggunakan hidrogen murni dan ditambahkan serbuk nikel sebagai katalisator. Setelah proses hidrogenasi selesai, minyak didinginkan dan katalisator dipisahkan dengan cara penyaringan. Hasilnya adalah minyak yang bersifat plastis atau keras, tergantung pada derajat kejenuhannya. Reaksi pada proses hidrogenasi terjadi pada permukaan katalis yang mengakibatkan reaksi antara molekul-molekul minyak dengan gas hidrogen. Hidrogen akan diikat oleh asam lemak yang


(23)

tidak jenuh, yaitu pada ikatan rangkap, membentuk radikal kompleks antara hidrogen, nikel dan asam lemak tak jenuh. Setelah terjadi penguraian nikel dan radikal asam lemak, akan dihasilkan suatu tingkat kejenuhan yang lebih tinggi. Radikal asam lemak dapat terus bereaksi dengan hidrogen, membentuk asam lemak yang jenuh (Ketaren, 1986).

2.2.3. Pemanfaatan Minyak Sawit

Minyak sawit dapat dimanfaatkan diberbagai industri karena memiliki susunan dan kandungan gizi yang cukup lengkap. Industri yang banyak menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku adalah industri pangan serta industri non pangan seperti kosmetik dan farmasi. Minyak sawit yang digunakan sebagai produk pangan dihasilkan dari minyak sawit maupun inti sawit.

Kebutuhan mutu minyak sawit yang digunakan sebagai bahan baku industri pangan dan non pangan masing-masing berbeda. Oleh karena itu keaslian, kemurnian, kesegaran maupun aspek higienisnya harus lebih diperhatikan. Rendahnya mutu minyak sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat langsung dari sifat induk pohonnya, penanganan atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan.

Sebagai bahan baku untuk minyak makan, minyak sawit antara lain digunakan dalam bentuk minyak goreng, margarin, butter dan bahan untuk membuat kue-kue. Sebagai bahan pangan, minyak sawit mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan minyak goreng lain, antara lain mengandung karoten yang diketahui berfungsi sebagai anti kanker. Disamping itu, minyak goreng yang


(24)

teroksidasi. Oleh karena itu, minyak sawit sebagai minyak goreng bersifat lebih awet dan makanan yang digoreng dengan menggunakan minyak sawit tidak cepat tengik.

Bentuk olahan pangan lain yang menggunakan bahan baku minyak sawit adalah margarin. Margarin ini dibuat dari campuran olein, minyak inti sawit dan stearin. Di Indonesia, kualitas margarin yang dibuat dari seluruh komponen minyak sawit tergolong masih rendah. Margarin yang berkualitas seperti itu digunakan untuk pabrik roti. Dalam penggunaanya sebagai bahan margarin, minyak sawit masih memiliki kekurangan terutama bila dikonsumsi di daerah dingin.

Minyak sawit mempunyai potensi yang cukup besar untuk digunakan di industri non pangan. Produk non pangan yang dihasilkan dari minyak sawit dan minyak inti sawit diproses melalui proses hidrolisis untuk menghasilkan asam lemak dan gliserin (Fauzi, 2002).

2.3. Minyak Inti Sawit

Minyak inti sawit (PKO) dihasilkan dari inti kelapa sawit. Minyak inti sawit memiliki rasa dan bau sangat kuat dan khas sekali. Minyak inti sawit berasal dari biji dalam buah kelapa sawit. Inti sawit merupakan buah tanaman kelapa sawit yang dipisahkan dari daging buah dan tempurungnya serta selanjutnya dikeringkan. Kandungan minyak yang terkandung di dalam inti sekitar 50%. Bentuk inti sawit bulat padat atau agak gepeng berwarna coklat hitam. Inti sawit mengandung lemak, protein, serat dan air. Inti kelapa sawit terdapat dalam kulit keras sehingga memudahkan pemisahannya dari buah terluar. Minyak


(25)

inti sawit lebih padat dibandingkan dengan minyak kelapa dan difraksinasi untuk hasil yang keras. Minyak inti sawit mampu dihidrogenasi lebih jauh dari pada minyak kelapa sejak tidak dijenuhkan. Ini menjadikan minyak inti sawit sangat berguna untuk persiapan dari spesialisasi konveksioner mentega yang mana memiliki karakter berbeda dari minyak kelapa (Weiss, 1983).

2.4. Hydrogenated Palm Kernel Oil dan RBD Palm Kernel Oil

Kelapa sawit selain menghasilkan minyak sawit mentah (CPO) dan minyak inti sawit (PKO) juga menghasilkan berbagai produk turunan yang dapat dikembangkan sebagai produk setengah jadi dan produk jadi. Produk setengah jadi meliputi Oleopangan (minyak goreng dan maragarin) dan Oleokimia (fatty acids, fatty alkohol dan glyserin). Produk jadi terdiri dari sabun dan kosmetik (Basyar, 1999).

Produk turunan kelapa sawit merupakan manfaat yang didapat dari pengolahan lebih lanjut dari kelapa sawit yaitu minyak dasar yang dihasilkannya dari kelapa sawit (Crude Palm Oil). Dari hasil olahan selanjutnya dapat berupa RBD Palm Oil, RBD Stearin, Palm Kernel Oil, dam RBD Palm Kernel Oil.

Minyak kelapa sawit juga dapat dihidrogenasi dengan tujuan untuk mengurangi tingkat kejenuhan dari minyak tersebut. Penambahan hidrogen pada ikatan rangkap minyak dengan bantuan katalisator akan mengakibatkan kenaikan titik cair. Contoh hasil olahannya yaitu Hydrogenated Palm Kernel Oil.


(26)

2.5. Standar Mutu

Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang bermutu baik. Minyak sawit memegang peranan penting dalam perdagangan dunia, oleh karena itu syarat mutu harus menjadi perhatian utama dalam perdagangannya. Istilah mutu minyak sawit dapat dibedakan menjadi dua arti yang sangat penting yaitu : pertama, benar-benar murni dan tidak bercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak sawit tersebut dapat ditentukan dengan menilai sifat-sifat fisiknya, yaitu dengan mengukur nilai titik lebur angka penyabunan dan bilangan iodium. Kedua, pengertian mutu sawit berdasarkan ukuran. Dalam hal ini syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi standard mutu internasional yang meliputi kadar asam lemak bebas, air, kotoran, logam, tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan (Fauzi, 2003).

Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1 persen dan kadar kotoran lebih kecil dari 0,01 persen, kandungan asam lemak bebas serendah mungkin (lebih kurang 2 persen atau kurang), bilangan peroksida dibawah 2, bebas dari warna merah dan kuning (harus berwarna pucat) tidak berwarna hijau, jernih, dan kandungan logam berat serendah mungkin atau bebas dari ion (Ketaren, 1986).

2.6. Bilangan Iodin

Bilangan iod adalah sejumlah (gram) iod yang dapat diikat oleh 100 gram lemak. Ikatan rangkap yang terdapat pada asam lemak yang tidak jenuh akan bereaksi dengan iod atau senyawa-senyawa iod. Gliserida dengan tingkat ketidakjenuhan yang tinggi, akan mengikat iod dalam jumlah yang lebih besar.


(27)

Titik akhir titrasi dinyatakan dengan hilangnya warna biru dengan indikator amilum.

Bilangan iod dapat menyatakan derajat ketidakjenuhan dari minyak atau lemak dan dapat juga dipergunakan untuk menggolongkan jenis minyak

“pengering” dan minyak “bukan pengering”. Minyak “pengering” mempunyai

bilangan iod yang lebih dari 130. Minyak yang mempunyai bilangan iod antara 100 sampai 130 bersifat “setengah mengering”. Asam lemak yang tidak jenuh dalam minyak dan lemak mampu menyerap sejumlah iod dan membentuk senyawa yang jenuh (Ketaren, 1986).

Bilangan iodin berbanding langsung dengan derajat ketidakjenuhan. Bilangan iodin yang tinggi diindikasikan ketidakjenuhan yang tinggi pula. Ini juga berguna sebagai indikator dari bentuk lemak, bilangan iodin lemak yang tinggi biasanya berupa cairan, sedangkan bilangan iodin yang rendah biasanya berupa padatan. Selama pemrosesan minyak dan lemak, sebagai derajat dari pertambahan hidrogenasi, bilangan iodin berkurang (Lawson, 1985).

2.7. Titrasi Iodometri

Titrasi iodometri dapat dilakukan tanpa indikator dari luar karena warna I2 yang dititrasi itu akan lenyap bila titik akhir tercapai, warna itu mula-mula cokelat agak tua, menjadi lebih muda, lalu kuning, kuning-muda, dan seterusnya, sampai akhirnya lenyap. Namun lebih mudah dan lebih tegas bila ditambahkan amilum ke dalam larutan sebagai indikator. Amilum dengan I2 membentuk suatu kompleks berwarna biru tua yang masih sangat jelas sekalipun I2 sedikit sekali. Pada titik akhir, yod yang terikat itupun hilang bereaksi dengan titran sehingga warna biru


(28)

lenyap mendadak dan perubahan warnanya tampak sangat jelas. Penambahan amilum ini harus menunggu sampai mendekati titik akhir titrasi (bila yod sudah tinggal sedikit yang tampak dari warnanya yang kuning-muda). Maksudnya ialah agar amilum tidak membungkus yod dan menyebabkannya sukar lepas kembali. Hal itu akan berakibat warna biru sulit sekali lenyap sehingga titik akhir tidak kelihatan tajam lagi. Bila yod masih banyak sekali bahkan dapat menguraikan amilum dan hasil penguraian ini mengganggu perubahan warna pada titik akhir (Harjadi, 1993).


(29)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat-alat

1. Neraca Analitik Sartorius

2. Gelas beaker 100 ml pyrex

3. Gelas beaker 50 ml pyrex

4. Oven Memmert 30 – 2300C

5. Spatula -

6. Labu ukur 50 ml pyrex

7. Labu ukur 100 ml pyrex

8. Labu ukur 250 ml pyrex

9. Labu ukur 500 ml pyrex

10. Botol aquades -

11. Hot plate stirrer HJ-3

12. Magnetic strirrer spinbarr

13. Botol gelap penutup -

14. Gelas erlenmeyer 250 ml pyrex

15. Pipet volume 20 ml pyrex


(30)

18. Buret 50 ml duran

19. Statif dan klem -

20. Karet penghisap -

3.1.2 Bahan – Bahan 1. Sampel HPKO 2. Sampel RBD PKO 3. Aquadest

4. Tiosulfat (Na2S2O3) 5. HCl (p)

6. Kalium Iodida (KI) 7. Indikator Amilum

8. Kristal Kalium dikromat (K2Cr2O7) 9. Larutan Wijs

10. Larutan sikloheksana

11. Larutan Asam Asetat Glasial

3.2. Persiapan Analisa 3.2.1. Penyediaan Sampel

Sampel yang diperlukan untuk analisa Bilangan Iodin adalah Hydrogenated PKO dan RBD PKO. Sebelum dilakukan analisa, maka sampel Hydrogenated PKO dipersiapkan terlebih dahulu dengan cara memanaskan


(31)

sampel didalam oven pada suhu 800C selama 15 menit agar sampel homogen dan mudah dalam melakukan penimbangan.

3.2.2. Pembuatan Larutan Pereaksi

3.2.2.1. Prosedur Pembuatan Larutan Indikator Amilum 1%

- Ditimbang sebanyak 0,5 gr serbuk amilum kedalam beaker glass 100 ml - Dilarutkan dengan aquadest hingga 50 ml

- Dipanaskan dengan menggunakan hotplate sambil diaduk dengan magnetic stirrer hingga menjadi 50 ml

3.2.2.2. Prosedur Pembuatan Larutan KI 15%

- Ditimbang sebanyak 7,5 gr serbuk KI dalam beaker glass 50 ml - Dilarutkan dengan aquadest dan diaduk hingga larut sempurna - Dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml kemudian diencerkan dengan

aquadest sampai garis tanda -Dihomogenkan

3.2.2.3. Prosedur Pembuatan Larutan Na2S2O3 0,1 N

- Ditimbang sebanyak 12,41 gr kristal Na2S2O3 kedalam beaker glass - Dilarutkan dengan aquadest dan diaduk hingga larut sempurna - Dimasukkan kedalam labu ukur 500 ml

- Diencerkan dengan aquadest sampai garis batas - Dihomogenkan

3.2.2.4. Prosedur Standarisasi Larutan Na2S2O3 0,1 N - Ditimbang sebanyak 1,5 gr K2Cr2O7 dalam beaker glass - Dilarutkan dengan aquadest lalu dihomogenkan


(32)

- Dihomogenkan dengan magnetic stirrer - Dipipet 25 ml K2Cr2O7

- Dimasukkan kedalam Erlenmeyer 250 ml

- Ditambahkan 20 ml KI 15% dengan menggunakan pipet volume - Ditambahkan 10 ml HCl (p) dengan menggunakan pipet volume - Dihomogenkan

- Didiamkan selama 5 menit dalam ruang gelap

- Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N hingga menjadi warna hijau tua - Ditambahkan 1 ml amilum 1%

- Dilanjutkan titrasi dengan Na2S2O3 hingga terjadi perubahan menjadi hijau muda

- Dicatat volume Na2S2O3 0,1 N yang terpakai

- Dihitung normalitas aktual larutan Na2S2O3 dengan menggunakan rumus berikut :

Ntiosulfat = 20,395 x W V

Keterangan: W= gram K2Cr2O7 V= ml titrasi Na2S2O3

3.3. Proses Analisa

3.3.1. Prosedur Penentuan Bilangan Iodin - Ditimbang sampel dalam Erlenmeyer ± 0,5 gr

- Ditambahkan 20 ml larutan sikloheksana – asam asetat glasial (1:1) dengan menggunakan pipet volume

- Ditambahkan 25 ml larutan wijs dengan menggunakan pipet volume - Ditutup Erlenmeyer


(33)

- Disimpan dalam ruang gelap selama 30 menit

- Ditambahkan 20 ml larutan KI 15% dengan menggunakan pipet volume - Ditambahkan 40 ml aquadest dengan menggunakan gelas ukur

- Diaduk

- Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N hingga terjadi perubahan warna menjadi kuning

- Ditambahkan ± 2 ml amilum 1%

- Dilanjutkan titrasi dengan Na2S2O3 0,1 N hingga bening - Dicatat volume Na2S2O3 0,1 N pada titik akhir titrasi

- Dilakukan prosedur yang sama untuk larutan blanko tanpa adanya penambahan sampel

- Dihitung bilangan iodinnya dengan rumus sebagai berikut :

Bilangan iodin = Volume titrasi blanko – Volume titrasi sampel x N X 12,692 Berat sampel


(34)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Analisa

Tabel 4.1. Data Analisa Bilangan Iodin pada Hydrogenated Palm Kernel Oil

Nama Sampel Berat Sampel (gr) Vol. Titrasi Blanko (ml) Vol. Titrasi Sampel (ml) Normalitas Na2S2O3 (N) IV (gr I2/100gr) Rata-Rata IV HPKO

0,5231 41,60 41,55 0,0993 0,12

0,16

0,5287 41,60 41,55 0,0993 0,12

0,5438 41,60 41,50 0,0993 0,23

HPKO

0,5221 41,60 41,55 0,0993 0,12

0,20

0,5243 41,60 41,50 0,0993 0,24

0,5288 41,60 41,50 0,0993 0,24

HPKO

0,5317 41,60 41,55 0,0993 0,12

0,24

0,5299 41,60 41,50 0,0993 0,24

0,5333 41,60 41,45 0,0993 0,35

Tabel 4.2. Data Analisa Bilangan Iodin pada RBD Palm Kernel Oil

Nama Sampel Berat Sampel (gr) Vol. Titrasi Blanko (ml) Vol. Titrasi Sampel (ml) Normalitas Na2S2O3 (N) IV (gr I2/100gr) Rata-Rata IV RBD PKO

0,5153 41,60 34,50 0,0993 17,37

17,51

0,5346 41,60 34,00 0,0993 17,92

0,5187 41,60 34,50 0,0993 17,25

RBD PKO

0,5094 41,60 34,50 0,0993 17,57

18,10

0,5231 41,60 34,00 0,0993 18,31

0,5199 41,60 34,00 0,0993 18,42

RBD PKO

0,5266 41,60 34,50 0,0993 16,99

17,58

0,5164 41,60 34,50 0,0993 17,33


(35)

4.2. Perhitungan

Bilangan iodin (gr I2/100gr) = x 12,692

Keterangan :

A = V.Na2S2O3 Titrasi Blanko (ml)

B = V.Na2S2O3 Titrasi Sampel (ml)

N = Normalitas Na2S2O3 (N)

W = Berat Sampel (gr)

Contoh perhitungan:

= 12,692

= 0,16 gr I2/100gr

Dilakukan perhitungan yang sama untuk semua sampel.

4.3. Pembahasan

Bilangan iodin adalah sejumlah (gram) iod yang dapat diikat oleh 100 gram lemak. Bilangan iod dapat menyatakan derajat ketidakjenuhan dari minyak.


(36)

Dari data Tabel.4.1. dan Tabel.4.2. diperoleh rata-rata bilangan iodin dalam sampel Hydrogenated Palm Kernel Oil (0,16 gr I2/100gr sampai 0,24 gr I2/100gr) yang lebih rendah daripada rata-rata bilangan iodin dalam RBD Palm Kernel Oil (17,51 gr I2/100gr sampai 18,10 gr I2/100gr).

Standart mutu minyak untuk Hydogenated Palm Kernel Oil untuk parameter bilangan iodin adalah maksimum 8 gr I2/100gr. Sedangkan standart mutu minyak untuk RBD Palm Kernel Oil untuk parameter bilangan iodin adalah maksimum 19 gr I2/100gr.

Bilangan iod ditetapkan dengan melarutkan sejumlah contoh minyak atau lemak (0,1 sampai 0,5 gram) dalam kloroform atau karbon tetraklorida, kemudian ditambahkan halogen secara berlebihan. Jumlah katan rangkap dalam minyak inti sawit ditentukan dengan bilangan iodin. Makin besar bilangan iodin maka jumlah ikatan rangkap semakin besar dan titik cair semakin rendah. Bilangan iod

dipergunakan juga untuk menggolongkan jenis minyak “pengering” dan minyak “bukan pengering”. Bilangan iodin yang tinggi diindikasikan ketidakjenuhan yang tinggi pula. Ini juga berguna sebagai indikator dari bentuk lemak, bilangan iodin lemak yang tinggi biasanya berupa cairan, sedangkan bilangan iodin yang rendah biasanya berupa padatan. Rendahnya mutu minyak sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor yang menyebabkan perbedaan bilangan iodin dalam sampel adalah ikatan rangkap yang lebih banyak dalam RBD Palm Kernel Oil dibandingkan ikatan rangkap yang terdapat dalam sampel Hydrogenated Palm Kernel Oil.


(37)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Bilangan Iodin yang terdapat dalam sampel HPKO (A) = 0,16 gr I2/100gr, (B) = 0,20 gr I2/100gr, (C) = 0,24 gr I2/100gr dan dalam sampel RBD PKO (A) = 17,51 gr I2/100gr, (B) = 18,10 gr I2/100gr, (C) = 17,58 gr I2/100gr. 2. Bilangan Iodin yang diperoleh pada penelitian sesuai dengan standard

mutu yaitu: HPKO maks 8 gr I2/100gr ; RBD PKO max 18 gr I2/100gr.

5.2. Saran

1. Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian penentuan bilangan asam, asam lemak bebas, kadar air pada sampel Hydrogenated Palm Kernel Oil dan Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil.

2. Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian penentuan bilangan iodin pada sampel Hydrogenated Palm Kernel Stearin dan Refined Bleached Deodorized Palm Stearin.


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Basyar, A.H. 1999. Perkebunan Besar Kelapa Sawit. Indonesia : E-law dan Cepas.

Fauzi, Y. 2002. Kelapa Sawit Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisa Usaha dan Pemasaran. Jakarta : Penebar swadaya.

Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.

Lawson, H.W. 1985. Standard for Food and Oils. Volume 5. Connecticut : Avi Publishing Company.

Tambun, R. 2006. Buku Ajar Teknologi Oleokimia. Medan : Universitas Sumatera Utara

Tim Penulis PS. 1998. Kelapa Sawit Usaha Budidaya, Pemanfatan Hasil, dan Aspek Pemasaran. Jakarta : Penebar swadaya.

Weiss, T.J. 1983. Food Oil and Their Uses. Second Edition. USA : Avi PublishingCompany Inc.


(39)

(40)

LAMPIRAN 1

Spesifikasi Hydrogenated Palm Kernel Oil (STC – Spesification)

Free Fatty Acid (FFA %) As Lauric max 0.1

Moisture and volatile matters (weight %) in 103 ± 1 ˚ C Max 0.1

Iodine value (wijs) 0-5

Colour (5 ¼ inch lovibond cell) Max 10 yellow and 1 red

Peroxide value( milliequivalent per kg oil ) Max 1

Saponification value (mg KOH/ 1gr Oil) 220-225

Slip melting point 33-35

Unsaponification matter % Max 0.6

Insoluble impurities (weight %) Max 0.05

Soap value (ppm) Max 5

Flavour and odour Free of any exotic and spicy odour

Stability in 110 degree Celsius and 2.5 gr specimen Min 40

Solid fat content (SFC) at 35 deg C Max 5

Type of contaminants (ppm) max

Residual of soluble 0

Benzene Non

Ferro (Fe) 0.5

Cupper (Cu) 0.1

Lead (Pb) 0.01

Arsenic (As) 0.1


(41)

LAMPIRAN 2

Spesifikasi RBD Palm Kernel Oil ( PORAM/SNI – Spesification) Free Fatty Acids (as lauric) (AOCS Ca 5a-40) 0.1% max

Moisture and Impurities (AOCS Ca 2c-25) 0.1%max

Iodine Value (Wijs) (AOCS Cd 1-25) 19 max

Colour (Lovibond 5.25 cell) (model AF 900E) 1.5 R; 15 Y max

Peroxide Value 1 max

Saponification Value (AOCS Cd 3-25) 230- 260 Fatty Acid Content

C8 4.4

C10 3.7

C12 48.3

C14 15.6

C16 7.8

C18:0 2.0

C18:1 15.1


(1)

Dari data Tabel.4.1. dan Tabel.4.2. diperoleh rata-rata bilangan iodin dalam sampel Hydrogenated Palm Kernel Oil (0,16 gr I2/100gr sampai 0,24 gr I2/100gr) yang lebih rendah daripada rata-rata bilangan iodin dalam RBD Palm Kernel Oil (17,51 gr I2/100gr sampai 18,10 gr I2/100gr).

Standart mutu minyak untuk Hydogenated Palm Kernel Oil untuk parameter bilangan iodin adalah maksimum 8 gr I2/100gr. Sedangkan standart mutu minyak untuk RBD Palm Kernel Oil untuk parameter bilangan iodin adalah maksimum 19 gr I2/100gr.

Bilangan iod ditetapkan dengan melarutkan sejumlah contoh minyak atau lemak (0,1 sampai 0,5 gram) dalam kloroform atau karbon tetraklorida, kemudian ditambahkan halogen secara berlebihan. Jumlah katan rangkap dalam minyak inti sawit ditentukan dengan bilangan iodin. Makin besar bilangan iodin maka jumlah ikatan rangkap semakin besar dan titik cair semakin rendah. Bilangan iod dipergunakan juga untuk menggolongkan jenis minyak “pengering” dan minyak “bukan pengering”. Bilangan iodin yang tinggi diindikasikan ketidakjenuhan yang tinggi pula. Ini juga berguna sebagai indikator dari bentuk lemak, bilangan iodin lemak yang tinggi biasanya berupa cairan, sedangkan bilangan iodin yang rendah biasanya berupa padatan. Rendahnya mutu minyak sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor yang menyebabkan perbedaan bilangan iodin dalam sampel adalah ikatan rangkap yang lebih banyak dalam RBD Palm Kernel Oil dibandingkan ikatan rangkap yang terdapat dalam sampel Hydrogenated Palm Kernel Oil.


(2)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Bilangan Iodin yang terdapat dalam sampel HPKO (A) = 0,16 gr I2/100gr, (B) = 0,20 gr I2/100gr, (C) = 0,24 gr I2/100gr dan dalam sampel RBD PKO (A) = 17,51 gr I2/100gr, (B) = 18,10 gr I2/100gr, (C) = 17,58 gr I2/100gr. 2. Bilangan Iodin yang diperoleh pada penelitian sesuai dengan standard

mutu yaitu: HPKO maks 8 gr I2/100gr ; RBD PKO max 18 gr I2/100gr.

5.2. Saran

1. Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian penentuan bilangan asam, asam lemak bebas, kadar air pada sampel Hydrogenated Palm Kernel Oil dan Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil.

2. Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian penentuan bilangan iodin pada sampel Hydrogenated Palm Kernel Stearin dan Refined Bleached Deodorized Palm Stearin.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Basyar, A.H. 1999. Perkebunan Besar Kelapa Sawit. Indonesia : E-law dan Cepas.

Fauzi, Y. 2002. Kelapa Sawit Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisa Usaha dan Pemasaran. Jakarta : Penebar swadaya.

Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.

Lawson, H.W. 1985. Standard for Food and Oils. Volume 5. Connecticut : Avi Publishing Company.

Tambun, R. 2006. Buku Ajar Teknologi Oleokimia. Medan : Universitas Sumatera Utara

Tim Penulis PS. 1998. Kelapa Sawit Usaha Budidaya, Pemanfatan Hasil, dan Aspek Pemasaran. Jakarta : Penebar swadaya.

Weiss, T.J. 1983. Food Oil and Their Uses. Second Edition. USA : Avi PublishingCompany Inc.


(4)

(5)

LAMPIRAN 1

Spesifikasi Hydrogenated Palm Kernel Oil (STC – Spesification)

Free Fatty Acid (FFA %) As Lauric max 0.1

Moisture and volatile matters (weight %) in 103 ± 1 ˚ C Max 0.1 Iodine value (wijs) 0-5

Colour (5 ¼ inch lovibond cell) Max 10 yellow and 1 red Peroxide value( milliequivalent per kg oil ) Max 1

Saponification value (mg KOH/ 1gr Oil) 220-225 Slip melting point 33-35 Unsaponification matter % Max 0.6 Insoluble impurities (weight %) Max 0.05 Soap value (ppm) Max 5

Flavour and odour Free of any exotic and spicy odour Stability in 110 degree Celsius and 2.5 gr specimen Min 40

Solid fat content (SFC) at 35 deg C Max 5 Type of contaminants (ppm) max Residual of soluble 0 Benzene Non Ferro (Fe) 0.5 Cupper (Cu) 0.1 Lead (Pb) 0.01 Arsenic (As) 0.1 Nickel (Ni) 1


(6)

LAMPIRAN 2

Spesifikasi RBD Palm Kernel Oil ( PORAM/SNI – Spesification) Free Fatty Acids (as lauric) (AOCS Ca 5a-40) 0.1% max

Moisture and Impurities (AOCS Ca 2c-25) 0.1%max Iodine Value (Wijs) (AOCS Cd 1-25) 19 max

Colour (Lovibond 5.25 cell) (model AF 900E) 1.5 R; 15 Y max

Peroxide Value 1 max

Saponification Value (AOCS Cd 3-25) 230- 260 Fatty Acid Content

C8 4.4

C10 3.7

C12 48.3

C14 15.6

C16 7.8

C18:0 2.0

C18:1 15.1


Dokumen yang terkait

Optimising Refined Bleached Deodorized Palm Stearin For Its Crude Stearic Acid Iodine Value To Provide The Stable Specification Of Blended Stearic Acid Distillate Iodine Value

1 63 10

Penentuan Bilangan Penyabunan dalam Crude Palm Stearin (CPS) dan Refined Bleached Deodorized Palm Stearin (RBDPS) di PT. Palmcoco Laboratories

6 74 42

Studi Analisis Beberapa Parameter Mutu Refined Bleaching Deodorized Coconut Oil (Rbd.Cno) Dan Virgin Coconut Oil(VCO)

10 85 36

Penentuan Bilangan Iodin Dalam Refined Bleached Deodorized Coconut Oil (RBD CNO) Dan Virgin Coconut Oil (VCO)

0 35 51

Optimasi Pembuatan Asam Stearat Berbasis Refined Bleached Deodorized Palm Stearin (RBDPS)Yang Stabil Sesuai Standar Mutu

2 59 397

Pengaruh Pemanasan RBD Olein (Refined Bleached Deodorized Olein) Terhadap Bilangan Peroksida (Peroxide Value)

4 42 54

Optimasi Transesterifikasi Refinery Bleached Deodorized palm Oil Menjadi Metil Estes Menggunakan Katalis Lithium Hidroksida

1 33 97

Perbandingan Bilangan Iodin Pada Crude Palm Kernel Oil (CPKO) dan Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil (RBD PKO) Dengan Pelarut Tunggal dan Pelarut Campuran Di PT.Palmcoco Laboratories

2 14 42

Perbandingan Bilangan Iodin Pada Crude Palm Kernel Oil (CPKO) dan Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil (RBD PKO) Dengan Pelarut Tunggal dan Pelarut Campuran Di PT.Palmcoco Laboratories

0 0 12

Perbandingan Bilangan Iodin Pada Crude Palm Kernel Oil (CPKO) dan Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil (RBD PKO) Dengan Pelarut Tunggal dan Pelarut Campuran Di PT.Palmcoco Laboratories

0 1 2