Perbedaan Zona Hambat Ekstrak Kayu Siwak (Salvadora persica) dan Ekstrak Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) terhadap pertumbuhan Candida albicans
PERBEDAAN ZONA HAMBAT EKSTRAK KAYU
SIWAK (Salvadora persica) DAN TEMULAWAK
(Curcuma xanthorrhiza Roxb.) TERHADAP
PERTUMBUHAN Candida albicans
SKRIPSI
Ditujukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
AGNES F R P MENDROFA
NIM : 120600101
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2016
Universitas Sumatera Utara
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Biologi Oral
Tahun 2016
Agnes F R P Mendrofa
Perbedaan Zona Hambat Ekstrak Kayu Siwak (Salvadora persica) dan
Ekstrak Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) terhadap pertumbuhan Candida
albicans
x + 51 halaman
Tanaman obat telah banyak digunakan di negara-negara berkembang dalam
bentuk antifungal, diantaranya kayu siwak dan temulawak yang memiliki senyawa
tanin, alkaloid, flavonoid dan minyak atsiri. Salah satu jamur yang dapat dihambat
oleh kedua ekstrak ini adalah Candida albicans. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui perbedaan zona hambat ekstrak kayu siwak dan ekstrak temulawak pada
beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan Candida albicans. Jenis penelitian ini
adalah eksperimental laboratorium dengan rancangan penelitian Posttest Control
Group Design. Sampel yang digunakan adalah jamur Candida albicans (ATCC®
10231™). Pengujian zona hambat ekstrak kayu siwak dan ekstrak temulawak terhadap
Candida albicans dilakukan dengan metode difusi disk dengan meletakkan disk yang
telah direndam pada media agar yang berisi suspensi jamur dan dilakukan
pengamatan. Hasil penelitian dengan empat kali pengulangan zona hambat ekstrak
kayu siwak pada konsentrasi 6,25%, 12,5%, 25% dan 50% terhadap Candida
albicans adalah 8,37 mm, 10,37 mm, 12,50 mm dan 14,75 mm. Zona hambat ekstrak
temulawak pada konsentrasi 6,25%, 12,5%, 25% dan 50% terhadap Candida albicans
adalah 0, 5,00 mm, 8,50 mm dan 11,25 mm. Hasil uji T tidak berpasangan
menunjukkan adanya perbedaan signifikan (p
SIWAK (Salvadora persica) DAN TEMULAWAK
(Curcuma xanthorrhiza Roxb.) TERHADAP
PERTUMBUHAN Candida albicans
SKRIPSI
Ditujukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
AGNES F R P MENDROFA
NIM : 120600101
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2016
Universitas Sumatera Utara
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Biologi Oral
Tahun 2016
Agnes F R P Mendrofa
Perbedaan Zona Hambat Ekstrak Kayu Siwak (Salvadora persica) dan
Ekstrak Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) terhadap pertumbuhan Candida
albicans
x + 51 halaman
Tanaman obat telah banyak digunakan di negara-negara berkembang dalam
bentuk antifungal, diantaranya kayu siwak dan temulawak yang memiliki senyawa
tanin, alkaloid, flavonoid dan minyak atsiri. Salah satu jamur yang dapat dihambat
oleh kedua ekstrak ini adalah Candida albicans. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui perbedaan zona hambat ekstrak kayu siwak dan ekstrak temulawak pada
beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan Candida albicans. Jenis penelitian ini
adalah eksperimental laboratorium dengan rancangan penelitian Posttest Control
Group Design. Sampel yang digunakan adalah jamur Candida albicans (ATCC®
10231™). Pengujian zona hambat ekstrak kayu siwak dan ekstrak temulawak terhadap
Candida albicans dilakukan dengan metode difusi disk dengan meletakkan disk yang
telah direndam pada media agar yang berisi suspensi jamur dan dilakukan
pengamatan. Hasil penelitian dengan empat kali pengulangan zona hambat ekstrak
kayu siwak pada konsentrasi 6,25%, 12,5%, 25% dan 50% terhadap Candida
albicans adalah 8,37 mm, 10,37 mm, 12,50 mm dan 14,75 mm. Zona hambat ekstrak
temulawak pada konsentrasi 6,25%, 12,5%, 25% dan 50% terhadap Candida albicans
adalah 0, 5,00 mm, 8,50 mm dan 11,25 mm. Hasil uji T tidak berpasangan
menunjukkan adanya perbedaan signifikan (p