Identifikasi Pewarna Sintesis Pada Permen Padat Secara Kromatografi Kertas Di Balai Besar Pengawas Obat Dan Makanan

4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Permen sediaan padat

Permen atau Kembang gula
gula pasir dengan pewarna sintetis

adalah produk yang merupakan campuran
(alami, identik alami, tiruan) dan bahan

tambahan makanan lainnya yang di izinkan (SNI 01-3722-1995).
Umumnya warna yang ditambahknan disesuaikan dengan cita rasa produk yang
akan dibuat. Misalnya untuk rasa jeruk diberi warna orange.Warna dan rasa
ditambahkan agar ada kesan dari buah asli.
Bahan pewarna sintesis yang boleh digunakan untuk minuman harus dibatasi
jumlahnya karena pada dasarnya setiap benda sintesis yang masuk kedalam tubuh
kita akan mempengaruhi kesehatan jika digunakan dalam dosis tertentu dalam
jangka waktu tertentu, untuk itu kita harus memperhatikan ADI(Acceptable Daily

Intake). ADI dinyatakan dalam mg/kg berat badan jumlah zat kimia yang masuk
dalam setiap harinya (Yuliarti, 2007).

2.2 Bahan Tambahan Pangan
Penentuan mutu bahan pangan pada umumnya sangat bergantung pada
beberapa faktor seperti cita rasa, tekstur, nilai gizinya juga sifat mikrobiologisnya.
berdasarkan sumbernya dikenal dua jenis zat pewarna yang temasuk dalam
golongan Bahan Tambahan Pangan (BTP), yaitu pewarna alami dan pewarna
sintetis (Cahyadi, 2009).

Universitas Sumatera Utara

5

Bahan tambahan pangan yang digunakan hanya dapat dibenarkan apabila :
1. Dimakasudkan untuk mencapai masing-masing tujuan penggunaan dalam
pengolahan
2. Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah
atau yang tidak memenuhi persyaratan.
3. Tidak digunakan untuk menyembunyikan cara kerja yang bertentangan

dengan cara produksi yang baik untuk pangan
4. Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan
Pengertian Bahan Tambahan Pangan dalam Peraturan Menteri Kesehatan
RI No. 772/Menkes/Per/IX/88No.1168/menkes/PER/X/1999secara umum
adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan
biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau
tidak mempunyai nilai gizi, yang sengaja ditambahkan kedalam makanan
untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan,
perlakuan, pengepakan, pengemasan dan penyimpanan.
Terdiri dari golongan BTP yang diizinkan diantaranya sebagai berikut.
1. Antioksidan (antioxidant)
2. Antikempal (anticacking agent)
3. Pengatur keasaman (acidity regulator )
4. Pemanis buatan (artificial sweetener )
5. Pemutih dan pematang telur (flour treatment agent)
6. Pengemulsi, pemantap dan pengental (emulsifier, stabilizer, thickener )
7. Pengawet (preservative)
8. Pengeras (firming agent)

Universitas Sumatera Utara


6

9. Pewarna (colour )
10. Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa (flavor, flavor enhancer )
11. Sekuestran (sequestrant)
Tujuan Penggunaan bahan tambahan pangan adalah dapat meningkatkan
atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan
lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan lebih
mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan. Pada umumnya
bahan tambahan pangan dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu sebagai
berikut
1.

Bahan tambahan pangan yang ditambahkan dengan sengaja kedalam
makanan, dengan mengetahui komposisi bahan tersebut dan maksud
penambahan itu dapat mempertahankan kesegaran, cita rasa, dan
membantu pengolahan , sebagai contoh pengawet, pewarna, dan pengeras.

2.


Bahan tambahan pangan yang tidak sengaja ditambahkan, yaitu bahan
yang tidak mempunyai fungsi dalam makanan tersebut, terdapat secara
tidak sengaja, baik dalam jumlah sedikit atau cukup banyak akibat
perlakuan selama proses produksi, pengolahan, dan pengemasan. Bahan
ini dapat pula merupakan residua tau kontaminan dari bahan yang sengaja
ditambahkan untuk tujuan produksi bahan mentah atau penanganannya
yang masih terus terbawa kedalam makanan yang akan dikonsumsi.
(Cahyadi, 2006).

Universitas Sumatera Utara

7

2.3

Pewarna Pangan
Pewarna makanan banyak digunakan untuk berbagai jenis makanan,

terutama berbagai produk jajanan pasar serta berbagai makanan olahan yang

dibuat oleh industri kecil ataupun industri rumah tangga meskipun pewarna
buatan juga ditemukan pada berbagai jenis makanan yang dibuat oleh industri
besar. Yang terakhir ini biasanya sengaja dilakukan oleh pabrik untuk membuat
makanan atau minuman berkalori rendah yang ditujukan untuk penderita diabetes
melitus. Hampir setiap makanan dan minuman olahan telah dicampur dengan
pewarna sintetis. Penggunaannya secara terus menerus (berlebihan) dapat
membahayakan kesehatan. Penggunaan pewarna sebenarnya boleh saja selama
dalam jumlah terbatas. Namun demikian, apabila pewarna yang digunakan adalah
pewarna nonmakanan, misalnya pewarna tekstil atau kertas ataupun pewarna
makanan, tetapi dalam jumlah yang berlebihan, tentulah akan membahayakan
kesehatan konsumen (Yuliarti, 2007).
Warna merupakan salah satu aspek yang penting terhadap kualitas suatu
produk pada makanan. Kualitas warna dianggap sangat penting menunjukkan
kualitas rasa dan tekstur dari suatu makanan agar makanan tersebut dapat diterima
di masyarakat. Warna juga mengindikasikan bahwa telah terjadi reaksi kimia pada
makanan (Deman, 1980).
Ada lima sebab yang dapat menyebabkan suatu bahan makanan berwarna, yaitu :
1. Pigmen yang secara alami terdapat pada tanaman dan hewan. Misalnya
klorofil berwarna hijau, karoten berwarna jingga, dan mioglobin
menyebabkan warnamerah pada daging.


Universitas Sumatera Utara

8

2. Reaksi karamelisasi yang timbul bila gula dipanasknan membentuk warna
cokelat. Misalnya warna cokelat pada kembang gula karamel atau roti yang
dibakar.
3. Warna gelap yang timbul karena adanya reaksi Mailard, yaitu antara gugus
aminoprotein dengan gugus karbonil gula pereduksi. Misalnya susu bubuk
yang disimpan lama akan berwarna gelap.
4. Reaksi antara senyawa organik dengan udara akan menghasilkan warna
hitam atau cokelat gelap. Reaksi oksidasi ini dipercepat oleh adanya logam
serta enzim, mislanya warna gelap permukaan apel atau kentang yang
dipotong.
5. Penambahan zat warna, baik zat warna alami maupun zat warna sintetik,
yangtermasuk dalam golongan bahan aditif makanan (Winarno, 1992).
2.3.1.Tujuan Penggunaan Pewarna Pangan
Berdasarkan survai yang telah dilakukan Walford (1980), ada beberapa
tujuan penggunaan pewarna pangan, yaitu :

-

Untuk memberikan penampilan yang menarik dari produk makanan
yang telah berubah warna ketika proses pembuatan.

-

memberikan warna kepada produk makanan sesuai dengan sifat
makanan tersebut.

-

menguatkan warna suatu produk makanan yang memiliki warna
yang lemah.

-

Untuk memastikan keseragaman suatu bets dari sumber yang
berbeda


Universitas Sumatera Utara

9

2.3.2.Klasifikasi Zat Pewarna Makanan
1.Pewarna Alami
Zat pewarna yang termasuk dalam uncertified color ini adalah zat
pewarna alami (ekstrak pigmen dari tumbuh-tumbuhan) dan zat pewarna mineral,
walaupun ada juga beberapa zat pewarna seperti β-karoten dan kantaxantin yang
telah dapat dibuat secara sintetik. Untuk penggunaannya, zat pewarna ini bebas
dari prosedur sertifikasi dan termasuk daftar yang telah tetap (Winarno, 1992).
Tabel 1.Sifat-sifat Bahan Pewarna Alami
Kelompok
Karamel

Warna
cokelat

Antosianin


jingga,
biru

Flavonoid

Sumber
gula dipanaskan

Kelarutan
air

Stabilitas
Stabil

merah, tanaman

air

kuning


tanaman

air

Batalain

kuning, merah

tanaman

air

Quinon

kuning-hitam

tanaman

air


peka
terhadap
panas dan Ph
stabil
terhadap
panas
sensitif
terhadap
panas

Xanthon

kuning

tanaman

air

`Karotenoid

kuning, merah

tanaman/hewan

air

Klorofil

hijau

tanaman

lipid
air

Heme

merah, cokelat

hewan

air

Stabil
terhadap
panas
sensitif
terhadap
panas
sensitif
terhadap
panas

Sumber : Cahyadi (2006)

Universitas Sumatera Utara

10

Banyak warna cemerlang yang dipunyai oleh tanaman dan hewan dapat
digunakan sebagai pewarna untuk makanan. Beberapa pewarna alami yang
berasal dari tanaman dan hewan, diantaranya adalah klorofil, mioglobin dan
hemoglobin, antosianin, flavonoid, tannin, quinon dan xanton, serta karotenoid
seperti table diatas (Cahyadi, 2009)

Banyak sekali bahan alami yang dapat digunakan sebagai pewarna
makanan, umumnya pewarna alami aman untuk digunakan dalam jumlah yang
besar sekalipun, berbeda dengan pewarna sintesis yang demi keamanan
penggunaanya harus dibatasi dengan melihat ADI-nya (Yuliarti, 2007)

2.Pewarna Sintetis

Zat pewarna ditambahkan kedalam makanan bertujuan untuk menarik
selera dan keinginan konsumen. Zat-zat Pewarna alam yang sering digunakan
misalnya, karoten, kunyit dan daun-daun pandan. Dibandingkan dengan bahan
pewarna alami, maka bahan pewarna buatan mempunyai banyak kelebihan yaitu
dalam hal aneka ragam warnanya, keseragaman warna, kestabilan warna, dan
penyimpanannya lebih mudah dan lebih tahan lama. Selain dari pada itu bahan
pewarna alami biasanya warnanya jarang yang sesuai dengan warna yang di
ingini. (Winarno, 1980)

Universitas Sumatera Utara

11

2.Kestabilan Beberapa Pewarna Tabel Sintetis
Perwarna
Amaran

Nomor Indeks Warna
(C.I.No)

Batas Maksimum
Penggunaan

Amaranth: CI Food
Red 9

16185

Brilliant Blue FCF:
CI

42090

Food red 2
Eritrosin: CI

45430

Food red 14 Fast
green FCF: CI

42053

Secukupnya

Food green 3 Green
S: CI Food

44090

Secukupnya

Green 4 Indigotin:
CI Food

73015

Secukupnya

Blue I

16255

Secukupnya

Secukupnya

Biru Berlian

Eritrosin

Secukupnya

Secukupnya

Hijau FCF

Hijau S

Indigotin

Ponceau 4R

Ponceau 4R: CI

Kuning
Karmoisin

Secukupnya
Food red 7

74005

Carmoisine; CI
Food Red 3;

14720

Secukupnya

Di Indonesia, peraturan mengenai penggunaan zat pewarna yang diizinkan
dan dilarang untuk pangan diatur melalui SK Menteri Kesehatan RI Nomor
722/Menkes/Per/IX/88 mengenai Bahan Tambahan Pangan (BTP). Akan tetapi,
seringkali terjadi penyalahgunaan pemakaian zat pewarna untuk sembarang bahan
pangan, misalnya zat pewarna untuk tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai
bahan pangan. Hal ini jelas sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu
logam berat pada zat pewarna tersebut (Yuliarti, 2007)

Universitas Sumatera Utara

12

Struktur beberapa pewarna sintetik terlihat pada gambar 2.1

a. Tartrazine

b. Sunset Yellow

c.Briliant Blue

d. Allura Red

Tabel 3.Kestabilan Beberapa Pewarna Sintetis
Pewarna

Kestabilan terhadap
Cahaya

Oksidasi

pH

Eritrosin

Sangat baik

Rendah

Sangat rendah

Merah

Sangat baik

Rendah

Baik

Sedang

Rendah

Baik

Hijau FCF

Rendah

Sangat rendah

Baik

Biru Berlian

Rendah

Sangat rendah

Baik

Indigotin

Sangat rendah

Sangat rendah

Baik

Tartrazin

Baik

Rendah

Baik

Allura
Kuning
FCF

Universitas Sumatera Utara

13

Zat warna yang termasuk golongan dyes telah melalui prosedur sertifikasi
yang ditetapkan oleh US-FDA. Sedangkan zat pewarna lakes yang hanya terdiri
dari satu warna, tidak merupakan campuran, juga harus mendapat sertifikat.
Dalam certified colour terdapat spesifikasi yang mencantumkan keterangan yang
penting mengenai zat pewarna tertentu, misalnya bentuk garam, kelarutan, dan
residu yang terdapat didalamnya. Pada umumnya pewarna sintetis lebih stabil
terhadap pH, cahaya, dan faktor lainnya selama pengolahan dan penyimpanan
(Cahyadi, 2008).
Tabel 4.Golongan Pewarna Sintetik

Golongan

Contoh Pewarna

Azo Dyes

Allura Red (Merah Allura)
Amaranth, Azorubin (Carmoisin), Briliant Black,
Brown FK, Brown HT, Litol Rubin BK, Ponceau
4R, Merah 2G, Sunst Yellow, Tartrazine

Triarylmethane Dyes

Briliant Blue FCF, Fast Green FCF, Green S,
Patent Blue V

Quinophthalon Dyes

Quinoline Yellow (Kuning Kuinelin)

Xanthene Dyes

Erythrosine (Eritrosin)

Indigo Dyes

Indigotine (Indigotin)

Universitas Sumatera Utara

14

Tabel 5. Pewarna Sintetik yang diizinkan dan yang dilarang di Indonesia
Pewarna yang Diizinkan
Pewarna
Amaran
Biru Berlian
Eritrosin
Hijau FCF
Hijau S
Indigotin
Ponceau 4R
Kuning Kuinelin
Sunset Yellow
Tartrazin
Carmoisin

Nomor Indeks Warna (C.I. No)
16185
42090
45430
42053
44090
73015
16255
15980
15985
19140
14720
Pewarna yang Dilarang

Citrus Red
Ponceau 3R
Ponceau SX
Rhodamin B
Buinea Green B
Magentha
Chrysoidine
Butter Yellow
Sudan I
Methanil Yellow
Auramine
Oil Orange SS
Oil Orange XO
Oil Yellow AB
Oil Yellow OB

12156
16155
14700
45170
42085
42510
11270
11020
12055
13065
41000
12100
12140
11380
11390

Sumber : Cahyadi (2008)

Ada dua macam yang tergolong certified color yaitu dye dan lake. Keduanya
adalah zat pewarna buatan. Zat warna yang termasuk golongan dye telah melalui
prosedur sertifikasi dan spesifikasi yang ditetapkan oleh FDA (Food and Drug
Administration) Dye adalah zat pewarna yang umumnya bersifat larut dalam air,

Universitas Sumatera Utara

15

sehingga larutannya menjadi berwarna dan dapat digunakan untuk mewarnai
bahan. Pelarut yang dapat digunakan selain air adalah propilen glikol, gliserin
atau alkohol, sedangkan dalam semua jenis pelarut organik, dye tidak dapat larut.
(Winarno,1992).

2.4. Efek Bahan Pewarna Terhadap Kesehatan
Sejumlah makanan yang kita konsumsi tidak mengandung zat berbahaya
menurut daftar zat warna yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya (Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722/Menkes/Per/IX/88). Namun
demikian, penggunaan pewarna tersebut hendaknya dibatasi karena meskipun
relatif aman, penggunaannya dalam jumlah yang besar tetap dapat membahayakan
kesehatan masyarakat. Menurut Cahyadi (2009), zat warna diabsorbsi dari dalam
saluran pencernaan makanan dan sebagian dapat mengalami metabolisme oleh
mikroorganisme dalam usus. Dari saluran pencernaan dibawa langsung ke hati,
melalui vena portal atau melalui sistem limpatik ke vena superior. Zat warna yang
dimetabolisme dan dikonjugasi di hati, selanjutnya ada juga yang ke empedu
memasuki jalur sirkulasi enterohepatik. Zat warna azo yang larut dalam air
diekskresi secara kuantitatif melalui empedu, sedangkan yang larut dalam lemak
diabsorpsi sempurna tanpa metabolisme dalam usus, melainkan dimetabolisme
dalam hati oleh azo-reduktase membentuk amin primer yang sesuai, atau dapat
juga dihidrolisis, atau diikat oleh protein-protein hati. Senyawa yang merupakan
metabolit polar cepat dieliminasi lewat urine. Beberapa senyawa azo, terurai pada
ikatan azo-nya membentuk aminonaftol.

Universitas Sumatera Utara

16

Efek kronis yang disebabkan oleh zat warna azo yang dimakan dalam
jangka waktu lama menyebabkan kanker hati. Selain senyawa-senyawa azo lain
mengakibatkan kanker walaupun efeknya lebih kecil dan waktunya lebih lama.
Para ilmuwan pada umumnya mempergunakan zat warna azo dalam
penelitiannya, karena hampir 90% dari bahan pewarna pangan terdiri dari zat
warna azo (Cahyadi, 2006).
2.5.Kromatografi
Kromatografi adalah suatu tehnik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan
pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen
(berupa molekul) yang berada pada larutan.
Pembagian Kromatografi Fase Gerak dan Fase Diam sebagai berikut;
1.Kromatografi kertas

Kromatografi kertas menggunakan fase diam kertas, yakni kandungan selulosa di
dalamnya, sedangkan untuk fase gerak yang digunakan adalah pelarut atau
campuran pelarut yang sesuai. Kertas sebagai fase diam akan dicelupkan ke dalam
sampel dan pelarut, selanjutnya sampel dan pelarut berdasarkan gaya kapilaritas
akan terserap dan bergerak ke atas. Perbandingan jarak relatif antara senyawa
(sampel) dengan jarak pelarut dihitung sebagai nilai Rf. Aplikasi penggunaan dari
kromatografi kertas sendiri adalah untuk memisahkan diantaranya adalah tinta, zat
pewarna, senyawa tumbuhan seperti klorofil , make up dan berbagai zat lainnya.
Mekanisme kerja dari kromatografi kertas cukup sederhana, di laboratorium kita
sering melakukan percobaan menggunaan teknik kromatografi kertas tersebut.

Universitas Sumatera Utara

17

Prinsip Kromatografi Kertas
Senyawa partisi antara dua cairan yang saling tidak bercampur. Jadi partisi suatu
senyawa terjadi antara kompleks selulosa-air dan fase gerak yang melewatinya
berupa pelarut organik yang sudah dijenuhkan dengan air atau campuran pelarut.
2.Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipis biasa menggunakan sebuah lempengan tipis yang
berbalut tipis gel silica atau alumina. Silika atau alumina tersebut berfungsi
sebagai fase diam materi juga digunakan sebagai fase diam asalkan mampu
mengalami pendaflour (fluorsence) dalam sinar ultraviolet sementara untuk fase
gerak yang digunakan adalah pelarut atau campuran pelarut yang digunakan untuk
mengetahui jenis pada campuran asam amino tertentu.
Prinsip Kromatografi Lapis Tipis
Prinsipnya didasarkan atas partisi dan adsorpsi. Zat penyerap merupakan fase
stasioner, berupa bubuk halus dibuat serba rata dan tipis diatas lempeng kaca.
Fase diam yang umum digunakan adalah silika gel, baik yang fase normal
maupun fase terbalik

3.GC ( Gas chromatography)

Kromatografi gas adalah proses pemisahan campuran menjadi komponenkomponennya dengan menggunakan gas sebagai fase bergerak yang melewati
suatu lapisan serapan (sorben) yang diam.

Universitas Sumatera Utara

18

Prinsip Kerja Kromatografi Gas
Gas pembawa (biasanya menggunakan helium, argon / nitrogen) dengan tekanan
tertentun dialirkan secara konstan melalui kolom yang berisi fase diam.

4.HPLC(High Performance Liquid Chromatography) atau Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi

Tehnik Pemisahan HPLC memiliki banyak keunggulan di banding dengan
kromatografi lainnya, diantaranya adalah cepat dalam proses dalam analisa,
resolusi yang lebih tinggi, sentivitas detector yang lebih tinggi, kolom yang
dipakai dapat digunakan kembali, ideal dan cocok untuk zat bermolekul besar
berionik dan mudah untuk rekoveri sampel. HPLC boleh di bilang sebagai tehnik
tercanggih dalam metode kromatografi. HPLC juga menggunakan sistem
instrumen seperti pada kromatografi gas. Didalam ini juga digunakan tekanan dan
kecepatan yang cukup tinggi sehingga mampu dihasilkan resolusi yang lebih baik.
5.Kromatografi kolom

Kromatografi kolom menjadi tipe yang paling umum digunakan. Ciri khas dari
tipe ini adalah penggunaan sebuah tabung kaca kolom dengan diameter 5 hingga
50 mm dan tinggi 5 cm hingga 1 meter sebagai wadah bahan fase stasioner. Bahan
campuran (larutan) masuk melalui sisi atas tabung dan mengalir perlahan
melewati bahan stasioner. Zat-zat penyusun campuran akan terpisah berdasarkan
kecepatannya mengalir di dalam bahan stasioner. Zat yang paling cepat mengalir
akan mencapai bagian outlet tabung terlebih dahulu, dan diikuti dengan zat-zat
yang lainnya.

Universitas Sumatera Utara

19

Prinsip Kerja Kromatografi Kolom
Pada bahan stasioner yang digunakan, yaitu berupa silica gel atau juga alumina.
Serupa dengan alumina(silica gel) memiliki struktur kimia inti silikon dioksida,
dimana atom silikon berikatan dengan oksigen dan membentuk struktur kovalen
besar. Selanjutnya pada sisi permukaan struktur silica, setiap atom silikon terikat
dengan molekul OH–. (Gritter, 1991).
Kromatografi Kertas dan Kromatografi Lapis Tipis merupakan metode
kromatografi yang sederhana.Kromatografi Kertas merupakan jenis kromatografi
partisi, dimana fasa diam adalah air yang disokong oleh molekul-molekul selulosa
dari kertas, dan fasa gerak merupakan campuran dari satu atau lebih pelarutpelarut organik dan air.Kromatografi Kertas sudah sering digunakan untuk
mengidentifikasi pewarna sintetik pada makanan.Bahkan metode ini hingga saat
ini masih digunakan oleh Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (POM)
(Gritter, 1991).
Prosedur penyiapan sampel dari kedua metode kromatografi ini sama
yakni, sejumlah cuplikan ditambahkan asam asetat encer kemudian masukkan
benang wool bebas lemak secukupnya, lalu dipanaskan diatas nyala api kecil
selama 30 menit sambil diaduk. Benang wool dicuci dengan air hingga bersih.
Pewarna dilarutkan dari benang wool dengan penambahan ammonia 10% diatas
penangas air hingga sempurna. Totolkan pada kertas kromatografi (pada
Kromatografi Kertas) ataupun plat lapis tipis (pada Kromatografi Lapis Tipis),
juga totolkan baku pembanding. Elusi dengan eluen yang sesuai pada suhu kamar
(Cahyadi, 2009).

Universitas Sumatera Utara

20

Menurut Sastrohamidjojo, H (1991) menyatakan bahwa apabila akan
melakukan pemisahan dengan kromatografi kertas maka hal-hal seperti berikut
perlu mendapatkan perhatian.

2.5.1. Metode Pemisahan
Ada beberapa metode dalam pemisahan dengan kromatografi kertas
diantaranya :
- Metode penurunan yaitu berupa bejana yang terbuat dari gelas, platina atau
logam tahan karat yang di atasnya ditutup untuk mencegah dari pelarut. Untuk
menyangga agar kertas tak lepas perlu diberi penahan dari batang gelas. Untuk
beberapa centimeter pelarut mengalir oleh gaya kapiler dan mengalir oleh
gravitasi setelah permukaan pelarut melintasi batang gelas.
- Metode penaikan. Bejana yang digunakan untuk kromatografi penaikan sama
seperti untuk kromatografi penurunan, tetapi pelarut diletak dibagian bawah
bejana dan kertas dicelupkan di atasnya.
- Metode mendatar. Dalam cara ini kertas dibentuk bulat ditengahnya diberi
lubang sebagai tempat untuk meletakkan sumbu yang terbuat baik dari gulungan
kertas atau dari benang dimana melalui ini pelarut akan naik yang kemudian akan
membesahikertas untuk kemudian mengembang, melingkar, membawa senyawa
yang dipisahkan.

2. 5.2. Secara Kromatografi Kertas
Kromatografi kertas menggunakan kertas saring whatman no. 1 dan
sampai saat ini masih dipakai.Kertas dalam pemisahan terutama mempunyai

Universitas Sumatera Utara

21

pengaruh pada kecepatan alir pelarut.Sedangkan fungsi dari kertas sendiri sangat
kompleks.Efek-efek serapan disebabkan oleh sifat polar dari gugus-gugus
hidroksil dimana ini kemungkinan sangat penting dan sejumlah kecil dari gugus
karboksil dalam selulosa dapat menaikkan terhadap efek-efek pertukaran
ion.Kecepatan aliran naik dengan penurunan kekentalan dari pelarut (dengan
kenaikan dalam suhu), tetapi aliran pelarut pada suhu yang tertentu, ditentukan
oleh kerapatan dan tebalnya kertas.
2.5.3. Pelarut
Fase bergerak biasanya merupakan campuran yang terdiri atas satu
komponen organik yang utama, air dan berbagai tambahan seperti asam-asam,
basa atau pereaksi-pereaksi kompleks untuk memperbesar kelarutan dari beberapa
senyawa atauuntuk mengurangi yang lainnya.Anti oksidan sering digunakan juga
dan harus didapati dengan kemurnian yang tinggi.Pelarut harus sangat mudah
menguap, karena terlampau cepat mengadakan kesetimbangan, pada keadaan
yang lain volalitas yang tinggi mengakibatkan lebih cepat hilang meninggalkan
lembaran kertas setelah bergerak. Kecepatan bergeraknya harus tidak cepat
dipengaruhi oleh perubahanperubahan suhu. Contoh penggunaan dari pelarut yang
dipilih untuk senyawa- senyawa organik yang polar akan lebih mudah larut dalam
air dari pada dalam zat –zat cair organic akan terjadi gerakan-gerakan yang lambat
jika fase bergerak anhidrida digunakan, penambahan air terhadap pelarut akan
menyebabkan senyawa-senyawa tersebut untuk bergerak. Jadi n-butanol bukan
merupakan suatu pelarut untuk asam-asam amino jika tidak dijenuhkan dengan air
penambahan asam cuka disertai dengan pemberian lebih banyak air akan menjadi
baik, yaitu akan menaikkan kelarutan dari asam-asam amino terutama yang

Universitas Sumatera Utara

22

bersifat basa, campuran tiga komponen ini sangat baik untuk senyawa senyawa
asam amino.
2.5.4. Cara Penempatan Cuplikan Pada Kertas
Larutan campuran yang akan dipisahkan ditempatkan pada kertas yang
berupa noda. Biasanya dibiarkan untuk berkembang membentuk suatu bulatan.
Bagian kertas yang ditetesi dibiarkan dalam keadaan mendatar, sehingga larutan
pada keadaan kompak dalam bentuk bulatan. Dan jangan biarkan kertas tersentuh
zat-zat yang lain. Biasanya diameter dari noda yang digunakan adalah 0,5 cm
(Sastrohamidjojo, 1991).

2.5.5 Identifikasi Dari Senyawa-Senyawa
Menurut Sastrohamidjojo, H (1991) menyatakan bahwa dalam
mengidentifikasi noda noda dalam kertas sangat lazim menggunakan harga Rf
(retordation factor) yang didefenisikan sebagai :
Rf =

� �





� � �





Nilai maksimum Rf adalah 1 dan ini dicapai ketika solut mempunyai
perbandingan distribusi dan faktor retensi sama dengan 0 yang berarti senyawa
bermigrasi dengan kecepatan yang sama dengan fase gerak. Nilai minimum Rf
adalah 0 dan ini teramati jika senyawa tertahan pada posisi titik awal dipermukaan
fase diam (Rohman, 2007).
Ada beberapa faktor yang menentukan harga Rf yaitu diantaranya adalah :
1. Pelarut, disebabkan pentingnya koefisien partisi, maka perubahan-perubahan
yang sangat kecil dalam komposisi pelarut dapat menyebabkan perubahanperubahan harga Rf.

Universitas Sumatera Utara

23

2. Suhu, perubahan dalam suhu merubah koefisien partisi dan juga kecepatan
aliran.
3. Ukuran dari bejana, volume dari bejana mempengaruhi homogenitas dari
atmosfer jadi mempengaruhi kecepatan penguapan dari komponen-komponen
pelarut dari kertas.
4. Kertas. Pengaruh utama kertas pada harga Rf timbul dari perubahan ion dan
serapan, yang berbeda untuk macam-macam kertas. Kertas mempengaruhi
kecepatan aliran.ia akan juga mempengaruhi pada kesetimbangan partisi.
5. Sifat dari campuran. Berbagai senyawa mengalami partisi dan antara volumevolume yang sama dari fase tetap dan bergerak. Mereka hampir selalu
mempengaruhi karakteristik dari kelarutan satu terhadap yang lainnya hingga
harga Rfnya.

Universitas Sumatera Utara