Identifikasi Pewarna Sintesis Pada Permen Padat Secara Kromatografi Kertas Di Balai Besar Pengawas Obat Dan Makanan

(1)

(2)

LAMPIRAN

Lampiran 1.


(3)

Lampiran2.


(4)

Lampiran 3


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.(2008). Mengenal Bahan Kimia Pengawet dan Bahan tambahan Pangan Badan POM.(2007). Intruksi Kerja Pengujian Bidang 1 Laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya. Departemen Kesehatan RI Jakarta Hal.3

Buckle,K.A.,(1987). Ilmu Pangan. Universitas Indonesia. Pres.Jakarta

Cahyadi, Wisnu.(2006). Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Edisi Kedua. PT Bumi Aksara. Jakarta Hal 1,3; Hal 54-56; Hal 63;Hal 66 Cahyadi, Wisnu. (2009). Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Edisi Kedua. PT Bumi Aksara Jakarta. Hal 61-62

Deman, John M (1980). Principles Of FoodChemistry Van Nostrand Reinhold Company. New York. Hal 189

Gritter,R. J. Schawting, A.E., dan Bobbit,J.M,(1991) Pengantar Kromatografi penerbit ITB. Bandung Hal 6

Rohman, Abdul(2007). Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Hal 328

Sastromidjojo,hardjono.(1985). Kromatografi. Penerbit liberty. Yogyakarta. Hal 13

Winarno,F.G.(1992). Kimia Pandandan Gizi. Jakarta; PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal 172

Yuliarti,Nurheti.(2007), Awas Bahaya di Balik Lezatnya Makanan. CP Anaioffset. Yogyakarta. Hal 79


(6)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Alat danBahan 3.1.1. Alat

Adapun alat-alat yang digunakan antara lain :

a. Gelas Piala 200ml Pyrex b. Pengaduk Kaca Pyrex c. Kertas Saring biasa

d. Kertas saringWhatman No.1 e. Bejana Kromatografi

f. Penangas Air

g. Benang Wol Bebas Lemak

3.1.2. Bahan-bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan antaralain : a. Asam Asetat Glasial p.a

b. Asam Asetat 10 % c. Amonia NH4OH 10%

d. Larutan Baku Zat Warna Makanan e. Isobutanol p.a

f. Etanol 70 % g. Akuades

h. Amonia pekat 25% i. Trinatrium sitrat 2 gram


(7)

3.1.3. Sampel

Sampel yang digunakan pada pengujian ini adalah sampel yang diperoleh dari Balai Besar POM di Medan tahun anggaran 2015. Berikut data lengkap mengenai sampel :

Nama Sampel : Permen Jari No. Kode Contoh : 327/IL/MM/115 Wadah Kemasan : Bungkus plastik

Pabrik : PT. Tri Naga Tunggal Putra Jaya

Komposisi : Gula putih, Sirup glukosa, garam asam sitrat, asam malat,pewarna makanan (merah alura, trartazine,biru berlian,kuning,merah tua)

No. Bets : -

3.3. Prosedur Percobaan 3.3.1 Pembuatan Larutan Eluen

a. Larutan eluen I : Campuran perbandingan isobutanol, etanol, dan akuades (3:2:2)

b. Larutan eluen II : Encerkan 5 ml amonia pekat dengan air hingga 100 ml, tambahkan 2 g trinatrium sitrat kedalam larutan ammonium tersebut.

3.3.2 Pembuatan Larutan Uji

- dimasukkan Secukupnya permen padat kedalam Erlenmeyer

- diasamkan sedikit dengan penambahan asam asetat atau kalium hidrogen sulfat (KHSO4)


(8)

- dimasukkan benang wol secukupnya kedalam sampel yang sudah dipersiapkan tadi

-dipanaskan diatas api sambil diaduk-aduk selama 10 menit

-diambil benang wol, cuci berulang-ulang dengan air hingga bersih -dimasukkan benang wol kedalam gelas piala 100 ml

-ditambahkan larutan ammonia encer

-dipanaskan diatas penangas air hingga zat warna pada benang wol luntur

-diambil benang wol nya, saring larutan berwarna tersebut dan dipekatkan diatas penangas air (Badan POM, 2007).

3.3.3. Prosedur Kerja Secara Kromatografi Kertas

Metode Kromatografi Kertas yang digunakan sesuai dengan prosedur yang tercantum pada Instruksi Kerja Pengujian Bidang II Laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya BBPOM (2007).

- Dibuat Kertas Kromatografi yang digunakan adalah kertas Whatmann No. 1 dengan ukuran 20 x 20 cm.

- Dibuat Larutan uji dan zat warna pembanding, yaitu; Kuning FCF, Sunset Yellow, Ponceau 4R, Tartrazin, Allura Red, Hijau S, Carmoisin, Eritrosin, dan Brilian Blue

- Ditotolkan pada plat dengan menggunakan pipa kapiler pada jarak 2 cm dari bagian bawah kertas dan jarak antar noda adalah 2 cm.

- Dibiarkan beberapa saat hingga mengering. Kertas Whatmann No. 1 yang telah mengandung cuplikan dimasukkan kedalam chamber yang


(9)

terlebih dahulu telah dijenuhkan dengan fasa gerak berupa isobutanol, etanol, dan akuades (3:2:2)danTrinatrium.

- Dibiarkan fasa gerak naik sampai jarak rambat yang telah ditetapkan, yakni 12 cm.

- diangkat Kertas Whatmann dan dibiarkan kering pada suhu kamar. - Diamati noda yang diperoleh secara visual, kemudian dihitung harga

Rf-nya. Bandingkan harga Rf bercak larutan uji dengan Rf bercak zat warna pembanding (Badan POM, 2007).

Metode ini dapat digunakan untutk identifikasi pewarna a. Ponceau 4R Ci 16225 LOD 1,67 ug/ml

b. Sunset Yellow Ci. 15985 LOD 0,83 ug/ml

c. Tartazin Ci. 19140 LOD 5 ug/gram

d. Allura Red Ci. 16035 LOD 0,83 ug/ml

e. Carmoisin Ci.14720 LOD 1,67 ug/ml

f. Eritrosin Ci. 45430 LOD 1,67 ug/ml


(10)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengolahan Data

Hasil identifikasi zat pewarna makanan pada Permen sediaan Padat secara kromatografi kertas diperoleh empat pewarna sintetik (Tabel 6), yakni Tartrazine, Allura Red, Briliant Blue, dan Kuning FCF/Sunset Yellow. Kromatogram hasil identifikasi dapat dilihat pada lampiran 1 dan 2.

Tabel 6.Hasil identifikasi pewarna makanan pada permen sediaan padat secara KromatografiKertas

Larutan Elusi I : Isobutanol : Etanol: Air Nama Rf

Biru berlian Ponceau 4R Hijau .S Tartazin e Sunset Yellow Allura red Eritrosin

Baku 0,74 0,392 0,75 0,74 0,55 0,6 0,733

Sampel 0,75 - - 0,383 0,63 0,68 -

Larutan Elusi II : Encerkan 5ml amonia pekat dengan air hingga 100ml, tambahkan 2 gr Tri Natrium Sitrat kedalam Larutan amonia tersebut.

Nama Rf Biru

berlian

Ponceau 4R Hijau.S Tartazine Sunset Yellow

Allura red

Karmoisin Eritrosin

Baku 0,924 0,385 0,92 0,53 0,27 0,15 0,092 0,023


(11)

4.2. Perhitungan

Lampiran 1.Perhitungan Harga Rf

HargaRf = � � � ℎ ℎ

� � ℎ � �

Jarak yang digerakkan oleh pelarut dari titik asal = 12 cm Harga Rf Baku Pembanding dan Bercak Sampel :

4.2.1 Trinatrium

Ponceau 4R = = 0,385

Briliant blue = = 0,924

Hijau s = = 0,924

Tartazine = , = 0,531

Sunset Yellow = , = 0,27

Allura Red = = 0,154

Carmoisin = , = 0,092


(12)

Bercak I (Allura Red) = , = 0,062

Bercak II (Sunset Yellow) = = 0,231

Bercak III (Tartazine ) = , = 0,492

Bercak IV (Briliant Blue) = , = 0,908

4.2.2 Isobutanol

Ponceau 4R = , = 0,392

Hijau s = = 0,75

Briliant blue = , = 0,74

Tartrazine = , = 0,4

Sunset Yellow = , = 0,55

Allura Red = , = 0,6

Eritrosin = , = 0,733


(13)

Bercak II (Sunset Yellow) = , = 0,633

Bercak III (Tartazine) = , = 0,383

Bercak IV (Briliant Blue) = = 0,75

4.3 Pembahasan

Pemilihan metode kromatografi kertas pada identifikasi ini karena dari sekian banyak metode pengujian kualitatif untuk zat pewarna sintetis, metode kromatografi kertas yang paling sederhana dan memeberikan hasil yang baik (Walford, 1984).

Disamping itu, pada pengujian dilakukan dengan metode kromatografi kertas karena acuan dari Laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya Balai Besar POM di Medan adalah SNI 01-2895-1992, yang menyebutkan bahwa identifikasi zat pewarna dilakukan dengan metode kromatografi kertas (Badan POM,2007).

Pemilihan larutan eluen isobutanol:etanol:akuades (3:2:2) dan Larutan eluen Tritantrium sebagai eluen karena petunjuk dari Metode Analisa Laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya BBPOM. Sementara itu apabila digunakan larutan eluen lain bisa juga, seperti yang telah dikemukakan Gritter (1991) bahwa larutan elusi untuk pewarna makanan dapat juga digunakan Metil etil keton:Asam Asetat:Metanol (40:5:5). Sedangkan menurut Charles (1990) dan Indraswari (2002) larutan elusi yang dapat digunakan untuk pewarna makanan adalah etilmetalketon:aseton:air (70:30:30). Sementara itu menurut Walford (1984) larutan elusi yang dapat digunakan cukup beragam, diantaranya adalah


(14)

butanon:aseton:air (70:30:30) (Cahyadi, 2008; Badan POM, 2007; Gritter, 1991; Walford, 1984).

Dari hasil identifikasi zat pewarna pada Permen padat secara kromatografi kertas diketahui bahwa zat pewarna yang digunakan pada MinumanSerbuk Rasa Jeruktersebut memenuhi persyaratan Permenkes 722, yakni Biru Berlin CI 42090,Merah Allura CI 16035,Tartrazin CI 19140, dan kuning FCF CI 15985 (Cahyadi, 2008).

Hasil ini diperoleh dengan cara membandingkan harga Rf dari pembanding dengan harga Rf sampel yang ditotolkan. Oleh sebab harga Rf antara pembanding dengan harga Rf sampel identik sama maka dapat dikatakan bahwa sampel tersebut mangandung zat pewarna yang sama dengan pembanding (Walford, 1984).

Berdasarkan komposisi yang terdapat pada Permen padat, bahwa pewarna yang digunakan ada empat, yakni. Merah Allura Ci.16035 Biru Berlin Ci.42090, Kuning FCF Ci. 13065, Tartazin Ci. 19140,akan tetapi hasil yang diperoleh semuanya, Hal ini disebabkan oleh sampel yang diterima dari pihak Balai Besar POM hanya satu kotak permen padat dengan warna yang berbeda, sehingga pewarna sintetik yang diperoleh dari identifikasi terdapat semua, yakni Sunset Yellow (Orange),Merah Allura(merah),Biru berlin( biru) dan Tartrazin (Kuning).


(15)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil identifikasi zat pewarna tambahan makanan permen padat secara kromatografi kertas bahwa pewarna yang digunakan ada empat yakni; Kuning FCF, Sunset Yellow, Ponceau 4R, Tartrazin, Allura Red, Hijau S, Carmoisin, Eritrosin, dan Brilian Blue, Tartazin,Menurut SK menteri Kesehatan RI Nomor 722/Menkes/Per/88 pewarna sintetis Sunset Yellow dan Tartrazine merupakan pewarna yang dizinkan.

5.2. Saran

- Dari pihak BBPOM sendiri hendaknya terus melakukan pengujian terhadap produk-produk makanan dan jajanan yang beredar di pasaran untuk menjaga keselamatan masyarakat dari produk-produk makanan yang dapat merusak kesehatan.

- Perlu dilakukan pengawasan untuk makanan dan minuman yang beredar di pasaran sehingga tidak mengandung bahan Pewarna Sintesis yang aman dikonsumsi masyarakat.


(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Permen sediaan padat

Permen atau Kembang gula adalah produk yang merupakan campuran gula pasir dengan pewarna sintetis (alami, identik alami, tiruan) dan bahan tambahan makanan lainnya yang di izinkan (SNI 01-3722-1995).

Umumnya warna yang ditambahknan disesuaikan dengan cita rasa produk yang akan dibuat. Misalnya untuk rasa jeruk diberi warna orange.Warna dan rasa ditambahkan agar ada kesan dari buah asli.

Bahan pewarna sintesis yang boleh digunakan untuk minuman harus dibatasi jumlahnya karena pada dasarnya setiap benda sintesis yang masuk kedalam tubuh kita akan mempengaruhi kesehatan jika digunakan dalam dosis tertentu dalam jangka waktu tertentu, untuk itu kita harus memperhatikan ADI(Acceptable Daily Intake). ADI dinyatakan dalam mg/kg berat badan jumlah zat kimia yang masuk dalam setiap harinya (Yuliarti, 2007).

2.2 Bahan Tambahan Pangan

Penentuan mutu bahan pangan pada umumnya sangat bergantung pada beberapa faktor seperti cita rasa, tekstur, nilai gizinya juga sifat mikrobiologisnya. berdasarkan sumbernya dikenal dua jenis zat pewarna yang temasuk dalam golongan Bahan Tambahan Pangan (BTP), yaitu pewarna alami dan pewarna sintetis (Cahyadi, 2009).


(17)

Bahan tambahan pangan yang digunakan hanya dapat dibenarkan apabila :

1. Dimakasudkan untuk mencapai masing-masing tujuan penggunaan dalam pengolahan

2. Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau yang tidak memenuhi persyaratan.

3. Tidak digunakan untuk menyembunyikan cara kerja yang bertentangan dengan cara produksi yang baik untuk pangan

4. Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan

Pengertian Bahan Tambahan Pangan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 772/Menkes/Per/IX/88No.1168/menkes/PER/X/1999secara umum adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang sengaja ditambahkan kedalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan dan penyimpanan.

Terdiri dari golongan BTP yang diizinkan diantaranya sebagai berikut. 1. Antioksidan (antioxidant)

2. Antikempal (anticacking agent) 3. Pengatur keasaman (acidity regulator) 4. Pemanis buatan (artificial sweetener)

5. Pemutih dan pematang telur (flour treatment agent)

6. Pengemulsi, pemantap dan pengental (emulsifier, stabilizer, thickener) 7. Pengawet (preservative)


(18)

9. Pewarna (colour)

10. Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa (flavor, flavor enhancer) 11. Sekuestran (sequestrant)

Tujuan Penggunaan bahan tambahan pangan adalah dapat meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan. Pada umumnya bahan tambahan pangan dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu sebagai berikut

1. Bahan tambahan pangan yang ditambahkan dengan sengaja kedalam makanan, dengan mengetahui komposisi bahan tersebut dan maksud penambahan itu dapat mempertahankan kesegaran, cita rasa, dan membantu pengolahan , sebagai contoh pengawet, pewarna, dan pengeras. 2. Bahan tambahan pangan yang tidak sengaja ditambahkan, yaitu bahan yang tidak mempunyai fungsi dalam makanan tersebut, terdapat secara tidak sengaja, baik dalam jumlah sedikit atau cukup banyak akibat perlakuan selama proses produksi, pengolahan, dan pengemasan. Bahan ini dapat pula merupakan residua tau kontaminan dari bahan yang sengaja ditambahkan untuk tujuan produksi bahan mentah atau penanganannya yang masih terus terbawa kedalam makanan yang akan dikonsumsi. (Cahyadi, 2006).


(19)

2.3 Pewarna Pangan

Pewarna makanan banyak digunakan untuk berbagai jenis makanan, terutama berbagai produk jajanan pasar serta berbagai makanan olahan yang dibuat oleh industri kecil ataupun industri rumah tangga meskipun pewarna buatan juga ditemukan pada berbagai jenis makanan yang dibuat oleh industri besar. Yang terakhir ini biasanya sengaja dilakukan oleh pabrik untuk membuat makanan atau minuman berkalori rendah yang ditujukan untuk penderita diabetes melitus. Hampir setiap makanan dan minuman olahan telah dicampur dengan pewarna sintetis. Penggunaannya secara terus menerus (berlebihan) dapat membahayakan kesehatan. Penggunaan pewarna sebenarnya boleh saja selama dalam jumlah terbatas. Namun demikian, apabila pewarna yang digunakan adalah pewarna nonmakanan, misalnya pewarna tekstil atau kertas ataupun pewarna makanan, tetapi dalam jumlah yang berlebihan, tentulah akan membahayakan kesehatan konsumen (Yuliarti, 2007).

Warna merupakan salah satu aspek yang penting terhadap kualitas suatu produk pada makanan. Kualitas warna dianggap sangat penting menunjukkan kualitas rasa dan tekstur dari suatu makanan agar makanan tersebut dapat diterima di masyarakat. Warna juga mengindikasikan bahwa telah terjadi reaksi kimia pada makanan (Deman, 1980).

Ada lima sebab yang dapat menyebabkan suatu bahan makanan berwarna, yaitu : 1. Pigmen yang secara alami terdapat pada tanaman dan hewan. Misalnya

klorofil berwarna hijau, karoten berwarna jingga, dan mioglobin menyebabkan warnamerah pada daging.


(20)

2. Reaksi karamelisasi yang timbul bila gula dipanasknan membentuk warna cokelat. Misalnya warna cokelat pada kembang gula karamel atau roti yang dibakar.

3. Warna gelap yang timbul karena adanya reaksi Mailard, yaitu antara gugus aminoprotein dengan gugus karbonil gula pereduksi. Misalnya susu bubuk yang disimpan lama akan berwarna gelap.

4. Reaksi antara senyawa organik dengan udara akan menghasilkan warna hitam atau cokelat gelap. Reaksi oksidasi ini dipercepat oleh adanya logam serta enzim, mislanya warna gelap permukaan apel atau kentang yang dipotong.

5. Penambahan zat warna, baik zat warna alami maupun zat warna sintetik, yangtermasuk dalam golongan bahan aditif makanan (Winarno, 1992). 2.3.1.Tujuan Penggunaan Pewarna Pangan

Berdasarkan survai yang telah dilakukan Walford (1980), ada beberapa tujuan penggunaan pewarna pangan, yaitu :

- Untuk memberikan penampilan yang menarik dari produk makanan yang telah berubah warna ketika proses pembuatan.

- memberikan warna kepada produk makanan sesuai dengan sifat makanan tersebut.

- menguatkan warna suatu produk makanan yang memiliki warna yang lemah.

- Untuk memastikan keseragaman suatu bets dari sumber yang berbeda


(21)

2.3.2.Klasifikasi Zat Pewarna Makanan 1.Pewarna Alami

Zat pewarna yang termasuk dalam uncertified color ini adalah zat pewarna alami (ekstrak pigmen dari tumbuh-tumbuhan) dan zat pewarna mineral,

walaupun ada juga beberapa zat pewarna seperti β-karoten dan kantaxantin yang telah dapat dibuat secara sintetik. Untuk penggunaannya, zat pewarna ini bebas dari prosedur sertifikasi dan termasuk daftar yang telah tetap (Winarno, 1992). Tabel 1.Sifat-sifat Bahan Pewarna Alami

Kelompok Warna Sumber Kelarutan Stabilitas Karamel cokelat gula dipanaskan air Stabil Antosianin jingga, merah,

biru

tanaman air peka

terhadap panas dan Ph

Flavonoid kuning tanaman air stabil

terhadap panas Batalain Quinon Xanthon kuning, merah kuning-hitam kuning tanaman tanaman tanaman air air air sensitif terhadap panas

`Karotenoid kuning, merah tanaman/hewan air Stabil terhadap panas

Klorofil hijau tanaman lipid

air

sensitif terhadap panas

Heme merah, cokelat hewan air sensitif

terhadap panas Sumber : Cahyadi (2006)


(22)

Banyak warna cemerlang yang dipunyai oleh tanaman dan hewan dapat digunakan sebagai pewarna untuk makanan. Beberapa pewarna alami yang berasal dari tanaman dan hewan, diantaranya adalah klorofil, mioglobin dan hemoglobin, antosianin, flavonoid, tannin, quinon dan xanton, serta karotenoid seperti table diatas (Cahyadi, 2009)

Banyak sekali bahan alami yang dapat digunakan sebagai pewarna makanan, umumnya pewarna alami aman untuk digunakan dalam jumlah yang besar sekalipun, berbeda dengan pewarna sintesis yang demi keamanan penggunaanya harus dibatasi dengan melihat ADI-nya (Yuliarti, 2007)

2.Pewarna Sintetis

Zat pewarna ditambahkan kedalam makanan bertujuan untuk menarik selera dan keinginan konsumen. Zat-zat Pewarna alam yang sering digunakan misalnya, karoten, kunyit dan daun-daun pandan. Dibandingkan dengan bahan pewarna alami, maka bahan pewarna buatan mempunyai banyak kelebihan yaitu dalam hal aneka ragam warnanya, keseragaman warna, kestabilan warna, dan penyimpanannya lebih mudah dan lebih tahan lama. Selain dari pada itu bahan pewarna alami biasanya warnanya jarang yang sesuai dengan warna yang di ingini. (Winarno, 1980)


(23)

2.Kestabilan Beberapa Pewarna Tabel Sintetis

Perwarna Nomor Indeks Warna (C.I.No)

Batas Maksimum Penggunaan Amaran Amaranth: CI Food

Red 9

16185

Secukupnya Biru Berlian

Brilliant Blue FCF: CI

42090

Secukupnya

Eritrosin Food red 2 Eritrosin: CI

45430

Secukupnya Hijau FCF

Food red 14 Fast green FCF: CI

42053 Secukupnya

Hijau S

Food green 3 Green S: CI Food

44090 Secukupnya

Indigotin

Green 4 Indigotin: CI Food

73015 Secukupnya

Ponceau 4R

Blue I

Ponceau 4R: CI

16255

Secukupnya

Kuning

Food red 7 74005

Secukupnya

Karmoisin Carmoisine; CI Food Red 3;

14720

Secukupnya

Di Indonesia, peraturan mengenai penggunaan zat pewarna yang diizinkan dan dilarang untuk pangan diatur melalui SK Menteri Kesehatan RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 mengenai Bahan Tambahan Pangan (BTP). Akan tetapi, seringkali terjadi penyalahgunaan pemakaian zat pewarna untuk sembarang bahan pangan, misalnya zat pewarna untuk tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai bahan pangan. Hal ini jelas sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu logam berat pada zat pewarna tersebut (Yuliarti, 2007)


(24)

Struktur beberapa pewarna sintetik terlihat pada gambar 2.1

a. Tartrazine

c.Briliant Blue d. Allura Red Tabel 3.Kestabilan Beberapa Pewarna Sintetis

Pewarna Kestabilan terhadap

Cahaya Oksidasi pH

Eritrosin Sangat baik Rendah Sangat rendah Merah

Allura

Sangat baik Rendah Baik

Kuning FCF

Sedang Rendah Baik

Hijau FCF Rendah Sangat rendah Baik

Biru Berlian Rendah Sangat rendah Baik Indigotin Sangat rendah Sangat rendah Baik

Tartrazin Baik Rendah Baik


(25)

Zat warna yang termasuk golongan dyes telah melalui prosedur sertifikasi yang ditetapkan oleh US-FDA. Sedangkan zat pewarna lakes yang hanya terdiri dari satu warna, tidak merupakan campuran, juga harus mendapat sertifikat. Dalam certified colour terdapat spesifikasi yang mencantumkan keterangan yang penting mengenai zat pewarna tertentu, misalnya bentuk garam, kelarutan, dan residu yang terdapat didalamnya. Pada umumnya pewarna sintetis lebih stabil terhadap pH, cahaya, dan faktor lainnya selama pengolahan dan penyimpanan (Cahyadi, 2008).

Tabel 4.Golongan Pewarna Sintetik

Golongan Contoh Pewarna

Azo Dyes Allura Red (Merah Allura)

Amaranth, Azorubin (Carmoisin), Briliant Black, Brown FK, Brown HT, Litol Rubin BK, Ponceau 4R, Merah 2G, Sunst Yellow, Tartrazine

Triarylmethane Dyes Briliant Blue FCF, Fast Green FCF, Green S, Patent Blue V

Quinophthalon Dyes Quinoline Yellow (Kuning Kuinelin)

Xanthene Dyes

Indigo Dyes

Erythrosine (Eritrosin)


(26)

Tabel 5. Pewarna Sintetik yang diizinkan dan yang dilarang di Indonesia Pewarna yang Diizinkan

Pewarna Nomor Indeks Warna (C.I. No)

Amaran 16185

Biru Berlian 42090

Eritrosin 45430

Hijau FCF 42053

Hijau S 44090

Indigotin 73015

Ponceau 4R 16255

Kuning Kuinelin 15980

Sunset Yellow 15985

Tartrazin 19140

Carmoisin 14720

Pewarna yang Dilarang

Citrus Red 12156

Ponceau 3R 16155

Ponceau SX 14700

Rhodamin B 45170

Buinea Green B 42085

Magentha 42510

Chrysoidine 11270

Butter Yellow 11020

Sudan I 12055

Methanil Yellow 13065

Auramine 41000

Oil Orange SS 12100

Oil Orange XO 12140

Oil Yellow AB 11380

Oil Yellow OB 11390

Sumber : Cahyadi (2008)

Ada dua macam yang tergolong certified color yaitu dye dan lake. Keduanya adalah zat pewarna buatan. Zat warna yang termasuk golongan dye telah melalui prosedur sertifikasi dan spesifikasi yang ditetapkan oleh FDA (Food and Drug


(27)

sehingga larutannya menjadi berwarna dan dapat digunakan untuk mewarnai bahan. Pelarut yang dapat digunakan selain air adalah propilen glikol, gliserin atau alkohol, sedangkan dalam semua jenis pelarut organik, dye tidak dapat larut. (Winarno,1992).

2.4. Efek Bahan Pewarna Terhadap Kesehatan

Sejumlah makanan yang kita konsumsi tidak mengandung zat berbahaya menurut daftar zat warna yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722/Menkes/Per/IX/88). Namun demikian, penggunaan pewarna tersebut hendaknya dibatasi karena meskipun relatif aman, penggunaannya dalam jumlah yang besar tetap dapat membahayakan kesehatan masyarakat. Menurut Cahyadi (2009), zat warna diabsorbsi dari dalam saluran pencernaan makanan dan sebagian dapat mengalami metabolisme oleh mikroorganisme dalam usus. Dari saluran pencernaan dibawa langsung ke hati, melalui vena portal atau melalui sistem limpatik ke vena superior. Zat warna yang dimetabolisme dan dikonjugasi di hati, selanjutnya ada juga yang ke empedu memasuki jalur sirkulasi enterohepatik. Zat warna azo yang larut dalam air diekskresi secara kuantitatif melalui empedu, sedangkan yang larut dalam lemak diabsorpsi sempurna tanpa metabolisme dalam usus, melainkan dimetabolisme dalam hati oleh azo-reduktase membentuk amin primer yang sesuai, atau dapat juga dihidrolisis, atau diikat oleh protein-protein hati. Senyawa yang merupakan metabolit polar cepat dieliminasi lewat urine. Beberapa senyawa azo, terurai pada ikatan azo-nya membentuk aminonaftol.


(28)

Efek kronis yang disebabkan oleh zat warna azo yang dimakan dalam jangka waktu lama menyebabkan kanker hati. Selain senyawa-senyawa azo lain mengakibatkan kanker walaupun efeknya lebih kecil dan waktunya lebih lama. Para ilmuwan pada umumnya mempergunakan zat warna azo dalam penelitiannya, karena hampir 90% dari bahan pewarna pangan terdiri dari zat warna azo (Cahyadi, 2006).

2.5.Kromatografi

Kromatografi adalah suatu tehnik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan.

Pembagian Kromatografi Fase Gerak dan Fase Diam sebagai berikut; 1.Kromatografi kertas

Kromatografi kertas menggunakan fase diam kertas, yakni kandungan selulosa di dalamnya, sedangkan untuk fase gerak yang digunakan adalah pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Kertas sebagai fase diam akan dicelupkan ke dalam sampel dan pelarut, selanjutnya sampel dan pelarut berdasarkan gaya kapilaritas akan terserap dan bergerak ke atas. Perbandingan jarak relatif antara senyawa (sampel) dengan jarak pelarut dihitung sebagai nilai Rf. Aplikasi penggunaan dari kromatografi kertas sendiri adalah untuk memisahkan diantaranya adalah tinta, zat pewarna, senyawa tumbuhan seperti klorofil , make up dan berbagai zat lainnya. Mekanisme kerja dari kromatografi kertas cukup sederhana, di laboratorium kita sering melakukan percobaan menggunaan teknik kromatografi kertas tersebut.


(29)

Prinsip Kromatografi Kertas

Senyawa partisi antara dua cairan yang saling tidak bercampur. Jadi partisi suatu senyawa terjadi antara kompleks selulosa-air dan fase gerak yang melewatinya berupa pelarut organik yang sudah dijenuhkan dengan air atau campuran pelarut.

2.Kromatografi lapis tipis

Kromatografi lapis tipis biasa menggunakan sebuah lempengan tipis yang berbalut tipis gel silica atau alumina. Silika atau alumina tersebut berfungsi sebagai fase diam materi juga digunakan sebagai fase diam asalkan mampu mengalami pendaflour (fluorsence) dalam sinar ultraviolet sementara untuk fase gerak yang digunakan adalah pelarut atau campuran pelarut yang digunakan untuk mengetahui jenis pada campuran asam amino tertentu.

Prinsip Kromatografi Lapis Tipis

Prinsipnya didasarkan atas partisi dan adsorpsi. Zat penyerap merupakan fase stasioner, berupa bubuk halus dibuat serba rata dan tipis diatas lempeng kaca. Fase diam yang umum digunakan adalah silika gel, baik yang fase normal maupun fase terbalik

3.GC ( Gas chromatography)

Kromatografi gas adalah proses pemisahan campuran menjadi komponen- komponennya dengan menggunakan gas sebagai fase bergerak yang melewati suatu lapisan serapan (sorben) yang diam.


(30)

Prinsip Kerja Kromatografi Gas

Gas pembawa (biasanya menggunakan helium, argon / nitrogen) dengan tekanan tertentun dialirkan secara konstan melalui kolom yang berisi fase diam.

4.HPLC(High Performance Liquid Chromatography) atau Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Tehnik Pemisahan HPLC memiliki banyak keunggulan di banding dengan kromatografi lainnya, diantaranya adalah cepat dalam proses dalam analisa, resolusi yang lebih tinggi, sentivitas detector yang lebih tinggi, kolom yang dipakai dapat digunakan kembali, ideal dan cocok untuk zat bermolekul besar berionik dan mudah untuk rekoveri sampel. HPLC boleh di bilang sebagai tehnik tercanggih dalam metode kromatografi. HPLC juga menggunakan sistem instrumen seperti pada kromatografi gas. Didalam ini juga digunakan tekanan dan

kecepatan yang cukup tinggi sehingga mampu dihasilkan resolusi yang lebih baik. 5.Kromatografi kolom

Kromatografi kolom menjadi tipe yang paling umum digunakan. Ciri khas dari tipe ini adalah penggunaan sebuah tabung kaca kolom dengan diameter 5 hingga 50 mm dan tinggi 5 cm hingga 1 meter sebagai wadah bahan fase stasioner. Bahan campuran (larutan) masuk melalui sisi atas tabung dan mengalir perlahan melewati bahan stasioner. Zat-zat penyusun campuran akan terpisah berdasarkan kecepatannya mengalir di dalam bahan stasioner. Zat yang paling cepat mengalir akan mencapai bagian outlet tabung terlebih dahulu, dan diikuti dengan zat-zat yang lainnya.


(31)

Prinsip Kerja Kromatografi Kolom

Pada bahan stasioner yang digunakan, yaitu berupa silica gel atau juga alumina. Serupa dengan alumina(silica gel) memiliki struktur kimia inti silikon dioksida, dimana atom silikon berikatan dengan oksigen dan membentuk struktur kovalen besar. Selanjutnya pada sisi permukaan struktur silica, setiap atom silikon terikat dengan molekul OH–. (Gritter, 1991).

Kromatografi Kertas dan Kromatografi Lapis Tipis merupakan metode kromatografi yang sederhana.Kromatografi Kertas merupakan jenis kromatografi partisi, dimana fasa diam adalah air yang disokong oleh molekul-molekul selulosa dari kertas, dan fasa gerak merupakan campuran dari satu atau lebih pelarut-pelarut organik dan air.Kromatografi Kertas sudah sering digunakan untuk mengidentifikasi pewarna sintetik pada makanan.Bahkan metode ini hingga saat ini masih digunakan oleh Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (POM) (Gritter, 1991).

Prosedur penyiapan sampel dari kedua metode kromatografi ini sama yakni, sejumlah cuplikan ditambahkan asam asetat encer kemudian masukkan benang wool bebas lemak secukupnya, lalu dipanaskan diatas nyala api kecil selama 30 menit sambil diaduk. Benang wool dicuci dengan air hingga bersih. Pewarna dilarutkan dari benang wool dengan penambahan ammonia 10% diatas penangas air hingga sempurna. Totolkan pada kertas kromatografi (pada Kromatografi Kertas) ataupun plat lapis tipis (pada Kromatografi Lapis Tipis), juga totolkan baku pembanding. Elusi dengan eluen yang sesuai pada suhu kamar (Cahyadi, 2009).


(32)

Menurut Sastrohamidjojo, H (1991) menyatakan bahwa apabila akan melakukan pemisahan dengan kromatografi kertas maka hal-hal seperti berikut perlu mendapatkan perhatian.

2.5.1. Metode Pemisahan

Ada beberapa metode dalam pemisahan dengan kromatografi kertas diantaranya :

- Metode penurunan yaitu berupa bejana yang terbuat dari gelas, platina atau logam tahan karat yang di atasnya ditutup untuk mencegah dari pelarut. Untuk menyangga agar kertas tak lepas perlu diberi penahan dari batang gelas. Untuk beberapa centimeter pelarut mengalir oleh gaya kapiler dan mengalir oleh gravitasi setelah permukaan pelarut melintasi batang gelas.

- Metode penaikan. Bejana yang digunakan untuk kromatografi penaikan sama seperti untuk kromatografi penurunan, tetapi pelarut diletak dibagian bawah bejana dan kertas dicelupkan di atasnya.

- Metode mendatar. Dalam cara ini kertas dibentuk bulat ditengahnya diberi lubang sebagai tempat untuk meletakkan sumbu yang terbuat baik dari gulungan kertas atau dari benang dimana melalui ini pelarut akan naik yang kemudian akan membesahikertas untuk kemudian mengembang, melingkar, membawa senyawa yang dipisahkan.

2. 5.2. Secara Kromatografi Kertas

Kromatografi kertas menggunakan kertas saring whatman no. 1 dan sampai saat ini masih dipakai.Kertas dalam pemisahan terutama mempunyai


(33)

pengaruh pada kecepatan alir pelarut.Sedangkan fungsi dari kertas sendiri sangat kompleks.Efek-efek serapan disebabkan oleh sifat polar dari gugus-gugus hidroksil dimana ini kemungkinan sangat penting dan sejumlah kecil dari gugus karboksil dalam selulosa dapat menaikkan terhadap efek-efek pertukaran ion.Kecepatan aliran naik dengan penurunan kekentalan dari pelarut (dengan kenaikan dalam suhu), tetapi aliran pelarut pada suhu yang tertentu, ditentukan oleh kerapatan dan tebalnya kertas.

2.5.3. Pelarut

Fase bergerak biasanya merupakan campuran yang terdiri atas satu komponen organik yang utama, air dan berbagai tambahan seperti asam-asam, basa atau pereaksi-pereaksi kompleks untuk memperbesar kelarutan dari beberapa senyawa atauuntuk mengurangi yang lainnya.Anti oksidan sering digunakan juga dan harus didapati dengan kemurnian yang tinggi.Pelarut harus sangat mudah menguap, karena terlampau cepat mengadakan kesetimbangan, pada keadaan yang lain volalitas yang tinggi mengakibatkan lebih cepat hilang meninggalkan lembaran kertas setelah bergerak. Kecepatan bergeraknya harus tidak cepat dipengaruhi oleh perubahanperubahan suhu. Contoh penggunaan dari pelarut yang dipilih untuk senyawa- senyawa organik yang polar akan lebih mudah larut dalam air dari pada dalam zat –zat cair organic akan terjadi gerakan-gerakan yang lambat jika fase bergerak anhidrida digunakan, penambahan air terhadap pelarut akan menyebabkan senyawa-senyawa tersebut untuk bergerak. Jadi n-butanol bukan merupakan suatu pelarut untuk asam-asam amino jika tidak dijenuhkan dengan air penambahan asam cuka disertai dengan pemberian lebih banyak air akan menjadi baik, yaitu akan menaikkan kelarutan dari asam-asam amino terutama yang


(34)

bersifat basa, campuran tiga komponen ini sangat baik untuk senyawa senyawa asam amino.

2.5.4. Cara Penempatan Cuplikan Pada Kertas

Larutan campuran yang akan dipisahkan ditempatkan pada kertas yang berupa noda. Biasanya dibiarkan untuk berkembang membentuk suatu bulatan. Bagian kertas yang ditetesi dibiarkan dalam keadaan mendatar, sehingga larutan pada keadaan kompak dalam bentuk bulatan. Dan jangan biarkan kertas tersentuh zat-zat yang lain. Biasanya diameter dari noda yang digunakan adalah 0,5 cm (Sastrohamidjojo, 1991).

2.5.5 Identifikasi Dari Senyawa-Senyawa

Menurut Sastrohamidjojo, H (1991) menyatakan bahwa dalam mengidentifikasi noda noda dalam kertas sangat lazim menggunakan harga Rf (retordation factor) yang didefenisikan sebagai :

Rf = � � � � � �

� � �

Nilai maksimum Rf adalah 1 dan ini dicapai ketika solut mempunyai perbandingan distribusi dan faktor retensi sama dengan 0 yang berarti senyawa bermigrasi dengan kecepatan yang sama dengan fase gerak. Nilai minimum Rf adalah 0 dan ini teramati jika senyawa tertahan pada posisi titik awal dipermukaan fase diam (Rohman, 2007).

Ada beberapa faktor yang menentukan harga Rf yaitu diantaranya adalah :

1. Pelarut, disebabkan pentingnya koefisien partisi, maka perubahan-perubahan yang sangat kecil dalam komposisi pelarut dapat menyebabkan


(35)

perubahan-2. Suhu, perubahan dalam suhu merubah koefisien partisi dan juga kecepatan aliran.

3. Ukuran dari bejana, volume dari bejana mempengaruhi homogenitas dari atmosfer jadi mempengaruhi kecepatan penguapan dari komponen-komponen pelarut dari kertas.

4. Kertas. Pengaruh utama kertas pada harga Rf timbul dari perubahan ion dan serapan, yang berbeda untuk macam-macam kertas. Kertas mempengaruhi kecepatan aliran.ia akan juga mempengaruhi pada kesetimbangan partisi.

5. Sifat dari campuran. Berbagai senyawa mengalami partisi dan antara volume-volume yang sama dari fase tetap dan bergerak. Mereka hampir selalu

mempengaruhi karakteristik dari kelarutan satu terhadap yang lainnya hingga harga Rfnya.


(36)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Permen adalah produk pangan yang banyak di gemari. Permen atau kembang gula merupakan produk sejenis gula-gula (confectionery) yang di buat dengan mendidihkan campuran gula dan air bersama dengan bahan pewarna dan pemberi rasa sampai mencapai kadar air kira-kira 3% (Buckle et al.,1987).

Menurut SII (standar Industri Indonesia), permen atau kembang gula adalah jenis makanan selingan berbentuk padat dari gula atau pemanis lainnya atau campuran gula dengan pemanis lain,dengan atau tanpa pembuatan bahan makanan lain yang lazim dan bahan makanan yang di ijinkan (Anonim,1994). Zat warna yang sudah sejak lama dikenal dan digunakan, misalnya daun pandan atau daun suji untuk warna hijau dan kunyit untuk warna kuning. Kini dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi telah ditemukan zat warna sintesis, karena penggunaanya lebih praktis dan harganya lebih murah. (Cahyadi, 2006 dan Buckle, 1985).

Penggunaan pewarna diperbolehkan, selama penggunaanya tidak melebihi kadar yang telah ditetapkan. Namun demikian, apabila pewarna yang digunakan adalah pewarna non-makanan,misalnya pewarna tekstil atau kertas ataupun pewarna makanan tetapi dalam jumlah yang berlebihan, tentulah dilarang penggunaannya, sebab akan membahayakan kesehatan konsumen (Yuliarti, 2007). Menyadari hal itu, bahwa terdapatnya bahan pewarna yang tidak diizinkan baik dalam makanan ataupun dalam minuman dapat membahayakan kesehatan


(37)

konsumen. Ada beberapa yang dapat untuk analisa yaitu; kromatografi lapis tipis yang menggunakan silica atau alumina sebagai adsorben, Kromatografi lapis tipis di dalam pemisahan campuran bedasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Kromatografi lapis tipis lebih rumit, membutuhkan banyak bahan, tidak sederhana, mengandung substansi yang mana dapat berflouresensi di dalam sinar ultraviolet, jika menentukan pewarna sintesis hanya tertentu contohnya pewarna obat, dan mengisolasi pigmen tanaman yang berwarna hijau dan kuning. Yang kedua kromatografi kertas biasa dipakai dalam menganalisa senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam simplisia (bahan alami) ataupun bahan lainnya. Keuntungan utama kromatografi kertas ialah dari proses mudah dan sederhana dalam pelaksanaan pemisahan yaitu hanya pada lembaran kertas. Metode pemisahan ini merupakan aspek yang sangat penting di dalam bidang kimia karena kebanyakan bahan campuran pewarna di dalamnya dapat ditentukan melalui kromatografi kertas. Berdasarkan hal tersebut maka saya ingin “mengidentifikasi Bahan Pewarna Sintetis pada Permen padat secara Kromatografi Kertas.Adapun pengujian dilakukan selama penulis melakukan praktek kerja lapangan di Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan di Medan.


(38)

1.2. Rumusan Masalah

Permasalahan dalam percobaan ini adalah :

1. Zat pewarna sintetis apa saja yang terkandung pada permen padat. 2. Apakah zat pewarna digunakan itu di izinkan

1.3. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan percobaan ini adalah :

1. Untuk mengetahui zat warna apa yang terkandung pada permen padat 2. Untuk mengetahui zat pewarna digunakan itu di izinkan

1.4. Manfaat Percobaan

Adapun manfaat dari percobaan ini adalah dapat menambah pengetahuan dan pengalaman penulis juga dapat untuk memberi informasi kepada para pembaca, Di dalam permen padat terdapat zat pewarna sintetis jika mengkomsumsi permen secara berlebihan dapat berbahayacontohnya merusak fungsi organ-organ tertentu, terutama hat dan ginjal, zat-zat warna sintetik tertentu juga bersifat karsinogen atau bias menyebabkan penyakit kanker.


(39)

IDENTIFIKASI PEWARNA SINTETIS PADA PERMEN PADAT SECARA KROMATOGRAFI KERTAS DI

BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN MEDAN

ABSTRAK

Telah dilakukan Identifikasi zat pewarna sintesis dalam permen padat secara Kromatografi Kertas di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan. Pelarut yang digunakan adalah asam asetat glasial untuk mengikat zat warna pada sampel dan sebagai pengelusi ada dua yaitu pertama campuran isobutanol : etanol : air (3 : 2 :2), kedua Trinatrium dan sebagai zat pewarna pembanding yang digunakan Methilen Yellow, Ponceau 4R, Briliat Blue,Hijau S, Allura Red, Eritrosin, Tartrazine, dan Kuning FCF/Sunset Yellow. Dari hasil analisis tersebut terdapat zat pewarna Sunset yellow,Briliant Blue, Allura Red dan Tartrazine. Dan zat pewarna ini adalah zat pewarna sintesis yang diizinkan untuk makanan sesuai dengan aturan berlaku dibalai besar pengawas obat dan makanan.


(40)

IDENTIFICATION OF SYNTHETIC DYES IN CANDY SOLID PAPER IN CHROMATOGRAPHY

CENTER OF DRUG AND FOOD FIELD

ABSTRACT

The Identification has been made in the synthesis of dyes in candy solid Chromatography

Paper at the Center for Food and Drug Administration. Solvents used are glacial acetic acid to bind the dye in the sample and as elution there are two: first a mixture of isobutanol: ethanol: water (3: 2: 2), both trisodium and as a coloring agent comparator used Methilen Yellow, Ponceau 4R, Briliat Blue, Green S, Allura Red, Eritrosin, Tartrazine, and Yellow FCF / Sunset Yellow. From the analysis, there is a coloring agent Sunset Yellow, Brilliant Blue, Allura Red and Tartrazine. And dyes are synthetic dyes are allowed for food in accordance with the applicable rules of a large hall Food and Drug Administration.


(41)

IDENTIFIKASI PEWARNA SINTETIS PADA PERMEN PADAT SECARA KROMATOGRAFI KERTAS DI BALAI

BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN MEDAN

TUGAS AKHIR

JERNITA MESTAULI PARHUSIP 132401130

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016


(42)

IDENTIFIKASI PEWARNA SINTETIS PADA PERMEN PADAT SECARA KROMATOGRAFI KERTAS DI BALAI

BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN MEDAN

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya

JERNITA MESTAULI PARHUSIP 132401130

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016


(43)

PERSETUJUAN

Judul : Identifikasi Pewarna Sintesis Pada Permen Padat Secara Kromatografi Kertas Di Balai Besar Pengawas Obat Dan Makanan

Kategori : Tugas Akhir

Nama : Jernita Mestauli Parhusip Nomor Induk Mahasiswa : 132401130

Program Studi : D-3 Kimia

Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Agustus 2016

Program Studi D-3 Kima FMIPA USU Pembimbing, Ketua,

Dra. Emma Zaidar, M.Si Dr. Herlince Sihotang, M.Si NIP. 195512181987012001 NIP. 195503251986012002

Disetujui Oleh,

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

Dr. Rumondang Bulan, MS NIP. 195408301985032001


(44)

PERNYATAAN

IDENTIFIKASI PEWARNA SINTETIS PADA PERMEN PADAT SECARA KROMATOGRAFI KERTAS DI

BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN MEDAN

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, juli 2016

JERNITA MESTAULI PARHUSIP 132401130


(45)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan cinta kasih-Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini tepat pada waktunya. Tugas Akhir ini disusun sebagai persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi D-3 Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu PengetahuanAlam, Universitas Sumatera Utara dengan judul ”Identifikasi Pewarna Sintesis Pada Pemen Padat Secara Kromatografi Kertas Di Balai Besar Pengawas Obat Dan Makanan”.

Dalampenyusunan tugas akhir ini penulis banyak menemukan kendala. Namun berkat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat mengatasi berbagai kendala tersebut dengan baik.Atasbantuanbimbingandandukungandariberbagaipihakmakapada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Herlince Sihotang, M.Si selaku pembimbing pada penyelesaian Karya Ilmiah ini yang telah member panduan dan meluangkan waktu serta pikirannya dalam member petunjuk, saran dan bimbingan untuk menyempurnakan karya ilmiah ini.

2. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU.

3. Ibu Dra. Emma Zaidar Nst, M.Si selaku Ketua Program Studi D-3 Kimia FMIPA USU.

4. Bapak Dr. Sutarman, M.Sc selaku Dekan FMIPA USU.

5. Seluruh staff dan karyawan D-3 Kimia yang telah membantu dan memberikan dukungan, semangat dan ilmu kepada penulis

6. Bapak Drs. M.Ali Bata Harahap, Apt, M.Kes selaku Kepala Besar Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan yang telah memberikan tempat untuk melaksanakan PKL.


(46)

7. Ibu Lambok Oktavia SR, M kes, Apt selaku Koordinator pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan membimbing penulis selama pelaksanaan PKL diBalai Besar Pengawas Obat dan Makanan.

8. Seluruh staff dan karyawan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Medan yang telah membantu dan memberikan dukungan, semangat dan ilmu baru kepada penulis.

9. Teman-teman seperjuangan D-3 Kimia stambuk 2013 dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut ambil dalam membantu penulis sehingga selesainya tugas akhir ini.

10. Secara khusus yang tak terhingga kepada kedua Orang Tua Penulis yang telah membesarkan, mendidik, memberi dukungan, motivasi dan doa selama ini. Beserta adik penulis, dan keluarga penulis. Tanpa mereka Penulis tidak dapat sampai pada saat ini.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca untuk kesempurnaan Tugas Akhir ini.Segala bentuk masukan yang diberikan akan penulis terima dengan senang hati dan penulis ucapkan terimakasih.Harapan penulis, semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.

Medan, Juli 2016


(47)

IDENTIFIKASI PEWARNA SINTETIS PADA PERMEN PADAT SECARA KROMATOGRAFI KERTAS DI

BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN MEDAN

ABSTRAK

Telah dilakukan Identifikasi zat pewarna sintesis dalam permen padat secara Kromatografi Kertas di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan. Pelarut yang digunakan adalah asam asetat glasial untuk mengikat zat warna pada sampel dan sebagai pengelusi ada dua yaitu pertama campuran isobutanol : etanol : air (3 : 2 :2), kedua Trinatrium dan sebagai zat pewarna pembanding yang digunakan Methilen Yellow, Ponceau 4R, Briliat Blue,Hijau S, Allura Red, Eritrosin, Tartrazine, dan Kuning FCF/Sunset Yellow. Dari hasil analisis tersebut terdapat zat pewarna Sunset yellow,Briliant Blue, Allura Red dan Tartrazine. Dan zat pewarna ini adalah zat pewarna sintesis yang diizinkan untuk makanan sesuai dengan aturan berlaku dibalai besar pengawas obat dan makanan.


(48)

IDENTIFICATION OF SYNTHETIC DYES IN CANDY SOLID PAPER IN CHROMATOGRAPHY

CENTER OF DRUG AND FOOD FIELD

ABSTRACT

The Identification has been made in the synthesis of dyes in candy solid Chromatography

Paper at the Center for Food and Drug Administration. Solvents used are glacial acetic acid to bind the dye in the sample and as elution there are two: first a mixture of isobutanol: ethanol: water (3: 2: 2), both trisodium and as a coloring agent comparator used Methilen Yellow, Ponceau 4R, Briliat Blue, Green S, Allura Red, Eritrosin, Tartrazine, and Yellow FCF / Sunset Yellow. From the analysis, there is a coloring agent Sunset Yellow, Brilliant Blue, Allura Red and Tartrazine. And dyes are synthetic dyes are allowed for food in accordance with the applicable rules of a large hall Food and Drug Administration.


(49)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 3

1.3. Tujuan Percobaan 3

1.4. Manfaat Percobaan 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Permen padat 4

2.2. Bahan Tambahan Pangan 4

2.3. Pewarna Pangan 7

2.3.1. Tujuan Penggunaan Pewarna Pangan 8 2.3.2. Klasifikasi Zat Pewarna Makanan 9 2.4. Efek Bahan Pewarna Terhadap Kesehatan 15

2.5. Kromatografi 16

2.5.1. . MetodePemisahan 20

2.5.2. Secara Kromatografi Kertas 20


(50)

2.5.5. Identifikasi dari senyawa-senyawa 22 BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan 24

3.1.1. Alat 24

3.1.2. Bahan-bahan 24

3.2. Sampel 25

3.3. Prosedur Percobaan 25

3.3.1. Pembuatan Larutan Elusi 25

3.3.2. Pembuatan Larutan Uji 25

3.3.3. Prosedur Kerja Secara Kromatografi Kertas 25 BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengolahan Data 28

4.2. Perhitungan 29

4.2.1. Trinatrium 29

4.2.2. Isobutanol 30

4.3. Pembahasan 31

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 33

5.2. Saran 33

DAFTAR PUSTAKA 34


(51)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel

1. Sifat-sifat Bahan Pewarna Alami 9

2. Kestabilan Beberapa Pewarna Sintetis 11

3. Golongan Pewarna Sintetik 13

4. Pewarna Sintetik yang diizinkan dan yang dilarang di Indonesia 14


(52)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar


(53)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran

1. KromatogramTrinatrium 36


(1)

vi

IDENTIFICATION OF SYNTHETIC DYES IN CANDY SOLID PAPER IN CHROMATOGRAPHY

CENTER OF DRUG AND FOOD FIELD

ABSTRACT

The Identification has been made in the synthesis of dyes in candy solid Chromatography Paper at the Center for Food and Drug Administration. Solvents used are glacial acetic acid to bind the dye in the sample and as elution there are two: first a mixture of isobutanol: ethanol: water (3: 2: 2), both trisodium and as a coloring agent comparator used Methilen Yellow, Ponceau 4R, Briliat Blue, Green S, Allura Red, Eritrosin, Tartrazine, and Yellow FCF / Sunset Yellow. From the analysis, there is a coloring agent Sunset Yellow, Brilliant Blue, Allura Red and Tartrazine. And dyes are synthetic dyes are allowed for food in accordance with the applicable rules of a large hall Food and Drug Administration.


(2)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 3

1.3. Tujuan Percobaan 3

1.4. Manfaat Percobaan 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Permen padat 4

2.2. Bahan Tambahan Pangan 4

2.3. Pewarna Pangan 7

2.3.1. Tujuan Penggunaan Pewarna Pangan 8 2.3.2. Klasifikasi Zat Pewarna Makanan 9 2.4. Efek Bahan Pewarna Terhadap Kesehatan 15

2.5. Kromatografi 16 2.5.1. . MetodePemisahan 20

2.5.2. Secara Kromatografi Kertas 20 2.5.3. Pelarut 21 2.5.4. Cara Penempatan cuplikan pda kertas 22


(3)

viii

2.5.5. Identifikasi dari senyawa-senyawa 22

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan 24

3.1.1. Alat 24

3.1.2. Bahan-bahan 24

3.2. Sampel 25

3.3. Prosedur Percobaan 25

3.3.1. Pembuatan Larutan Elusi 25 3.3.2. Pembuatan Larutan Uji 25 3.3.3. Prosedur Kerja Secara Kromatografi Kertas 25

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengolahan Data 28

4.2. Perhitungan 29

4.2.1. Trinatrium 29

4.2.2. Isobutanol 30

4.3. Pembahasan 31

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 33

5.2. Saran 33

DAFTAR PUSTAKA 34


(4)

ix

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel

1. Sifat-sifat Bahan Pewarna Alami 9 2. Kestabilan Beberapa Pewarna Sintetis 11

3. Golongan Pewarna Sintetik 13

4. Pewarna Sintetik yang diizinkan dan yang dilarang di Indonesia 14


(5)

x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar


(6)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran

1. KromatogramTrinatrium 36

2. KromatogramIsobutanol 37