FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT D

JURNAL PENELITIAN
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT DEPRESI
PADA PASIEN POST PARTUM DI RSIA
SITI FATIMAH MAKASSAR

Oleh
Idel Riani1, Dahrianis2, Muhammad Nur3

1

Mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar
Dosen tetap Program Studi S1 Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar
3
Dosen tetap Program Studi S1 Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar
2

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2012


1

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT DEPRESI
PADA PASIEN POST PARTUM DI RSIA
SITI FATIMAH MAKASSAR
Idel Riani1, Dahrianis2, Muhammad Nur3
ABSTRAK
Idel Riani “Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Depresi pada Pasien Post
Partum di RSIA Siti Fatimah Makassar” Dibimbing Oleh Dahrianis dan
Muhammad Nur.
Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan
dan kesedihan yang mendalam dan bekelanjutan sehingga hilangnya kegairahan
hidup, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing
Ability/RTA, masih baik), kepribadian tetap utuh (tidak mengalami keretakan
kepribadian/ splitting of personality) perilaku dapat terganggu tetapi dalam batasbatas normal. Post partum adalah lepasnya plasenta dari dinding rahim, sehingga ibu
akan mengalami perubahan sesuai dengan jumlah hormon, seingga ibu
memebutuhkan waktu untuk menyesuaikan dirinya. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan tingkat depresi pada pasien post
partum di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar. Jenis penelitian ini

adalah Survey Analitik dengan desain penelitian Cross Cestional Syudy dan Desain
Uji menggunakan uji Chi Square dengan nilai maksimal kesalahan α 0.05. Sampel
terdiri atas 32 orang responden yang diambil dari ibu dalam masa Post Partum.
Metode penarikan sampel menggunakan Aksidental Sampling. Hasil analisa data
menunjukkan bahwa ada hubungan antara kesiapan merawat bayi dengan tingkat
depresi pada pasien post partum dengan nilai p = 0.001. Ada hubungan antara
dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada pasien post partum dengan nilai p =
0.00. Ada hubungan antara status ekonomi dengan tingkat depresi pada pasien post
partum dengan nilai p = 0.001.
Kata Kunci : Depresi, Post Partum

2

PENDAHULUAN
Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan adalah
peristiwa kodrati yang harus dilalui, tetapi sebagian wanita menganggap sebagai
peristiwa khusus yang sangat menentukan selanjutnya (Iskandar, 2007).
Melahirkan merupakan suatu peristiwa penting yang di nantikan oleh
sebagian besar perempuan karena membuat ibu menjadi seorang perempuan yang
telah berfungsi utuh dalam kehidupanya (Sylvia, 2006).

Beberapa penyesuaian di butuhkan oleh beberapa wanita dalam
menghadapi aktivitas dan peran baru sebagai ibu pada minggu-minggu pertama
setelah melahirkan baik dari segi fisik maupun psikolog (Leeindra, 2012).
Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik seorang ibu akan
bersemangat mengasuh bayinya tetapi sebagian lagi tidak berhasil menyesuaikan
diri dan mengalami gangguan psikologis seperti merasa sedih, jengkel, lelah,
marah dan putus asa dan perasaan itulah yang membuat seorang ibu enggan
mengurus bayinya yang oleh para peneliti di sebut depresi post partum.
Depresi post partum adalah perasaan sedih dan gundah yang dialami oleh
sekitar 50-80% wanita setelah melahirkan bayinya. Umumnya terjadi dalam 14
hari pertama setelah melahirkan, dan cenderung lebih buruk sekitar hari ke tiga
atau empat setelah persalinan (Syahrir, 2008)
Depresi pasca melahirkan merupakan masalah yang signifikan dan menjadi
perhatian masyarakat sejak lama. Walaupun terkadang sering tidak terdeteksi
karena minimnya pelaporan, penelitian menyebutkan bahwa sekitar 10%-20%
wanita yang melahirkan menderita depresi. Depresi pasca melahirkan selain
membuat penderitaan batin untuk si ibu, juga membuat renggangnya perkawinan
dan dapat menyebabkan menurunnya fungsi sosial ibu dan kualitas hidupnya.
Penelitian terbaru juga mengatakan bahwa ibu yang depresi dapat menyebabkan
gangguan emosional dan kognitif pada bayinya yang baru lahir. Suatu penelitian

mengatakan bahwa depresi terjadi dua kali lipat lebih tinggi pada wanita yang
hidupnya dalam kemiskinan, sekitar 22%-34% dari populasi (Andry, 2012).
Menurut Ann Dunnewold,seorang ahli jiwa di dallas mengatakaan bahwa
10-20% perempuan yang baru melahirkan mengalami depresi, yang mucul dalam
beragam bentuk bias merupakan kesedihan mendalam, sering menangis,
insomnia (susah tidur) atau tidur tidak nyenyak, mudah tersinggung kurang minat
terhadap bayi, kurang berminat pada kegiatan sehari-hari. Bisa juga berupa
persaan ketakutan, hilangnya nafsu makan, lesu atau bahkan tidur yang berlebih.
kondisi ini berlangsung hingga tiga sampai enam bulan,bahkan terkadang sampai
delapan bulan. Sayangnya banyak ibu yang tidak menyadarinya, demikian juga
dengan mereka yang ada di sekitarnya, termasuk suaminya (Yoseph I, 2009).
TNMHA (The National Mental Health Assoociation), (2003)
mengemukakan bahwa sekitar 80% ibu yang melahirkan bayi untuk pertama
kalinya mengalami gejala tersebut (Syahrir, 2008).

3

Wanita yang baru melahirkan kadang mengalami perasaan yang tak
menentu. Satu waktu wanita tersebut merasa senang, tiba-tiba perasaannya
berubah menjadi sedih. Kadang hal tersebut disertai oleh turunnya nafsu makan,

sulit tidur, bahkan sulit berkonsentrasi. Gejala ini biasanya muncul 3-4 hari
setelah melahirkan dan bisa berlangsung selama beberapa hari.
Pada ibu yang mengalami depresi pasca persalinan, minat dan ketertarikan
terhadap bayinya menjadi berkurang. Ibu sering tidak berespon positif
(menyambut dengan hangat komunikasi yang dilakukan oleh bayinya, baik
melalui suara tangis, tatapan mata, ataupun gerak tubuh) sehingga bayi akan
berusaha lebih keras untuk menarik perhatian ibunya. Misalnya pada saat merasa
bingung, bayi memerlukan kenyamanan atau penentraman, maka biasanya ia
akan menangis. Bila ibu juga bingung atau marah atau sedih, maka bayi akan
menangis dengan suara lebih keras atau mungkin disertai gerakan tubuh tertentu
agar ibunya bisa menolongnya. Namun, ibu yang sedang depresi tidak mampu
mengenali kebutuhan bayinya sehingga tidak dapat berespon seperti yang
diharapkan dan dibutuhkan.
Ibu yang depresi juga tidak mampu merawat bayinya secara optimal,
karena merasa tidak berdaya atau tidak mampu sehingga akan menghindar dari
tanggung jawabnya. Akibatnya, kondisi kebersihan dan kesehatan bayinya pun
menjadi tidak optimal. Ibu juga tidak bersemangat menyusui bayinya sehingga
pertumbuhan dan perkembangan bayinya tidak seperti bayi-bayi yang ibunya
tidak mengalami depresi (Andryani. A, 2012).
Berdasarkan data Propinsi Sulawesi Selatan kejadian depresi post partum

pada tahun 2010 adalah 66 kasus dari 125 per 100.000 persalinan (Profil Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan 2012).
Dari hasil pengambilan data awal yang di peroleh di RSIA Siti Fatimah
Makassar tahun 2012 di bulan januari ibu post partum normal adalah 237 pasien,
di bulan februari meningkat sebanyak 242 pasien, sedangkan jumlah ibu post
partum yang mengalami komplikasi di bulan januari sebanyak 5 pasien,dan di
bulan februari menurun menjadi 4 pasien (Rekam Medis RSIA Siti Fatimah
Makassar 2012).
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih
lanjut tentang “Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Depresi Pada Pasien
Post Partum Di RSIA Siti Fatimah Makassar”
BAHAN DAN METODE
Lokasi, Populasi dan Sampel
Berdasarkan masalah penelitian, maka jenis penelitian ini adalah Survey
Deskriptif dengan pendekatan Correlation Study. Penelitian ini dilaksanakan di RSIA
Siti Fatimah Makassar pada tanggal 18 Mei sampai dengan 11 Juli 2012.

4

Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien yang akan menjalani proses

persalinan di RSIA Siti Fatimah Makassar. Penarikan sampel menggunakan Total
Sampling, maka didapatkan sampel sebanyak 32 orang responden.
Sampel tersebut kemudian dipilah berdasarkan karakteristik dan kriteria sampel
berdasarkan :
1. Kriteria Inklusi
a. Pasien yang bersedia untuk diteliti sampai penelitian ini selesai
b. Pasien yang berusia 18 tahun ke atas.
2. Kriteria Eksklusi
a. Pasien yang pada saat dilakukan penelitian tiba-tiba sakit dan tidak
memungkinkan lagi untuk diteliti
b. Pasien yang pada saat dilakukan penelitian tiba-tiba pulang
Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan informasi yang diinginkan peneliti menggunakan
kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data yang dikembangkan oleh peneliti
menurut variabel yang akan diteliti dan berdasarkan tinjauan literatur.
Untuk pertanyaan tentang faktor yang berhubungan dengan tingkat depresi pada
pada pasien post partum menggunakan kuisioner depresi Back Depression Scale. Dan
untuk pertanyaan tingkat depresi pada ibu post partum menggunakan Rating scale
dimana alternatife jawaban yaitu : 0 – 9 memiliki derajat depresi minimal, 10 – 16
memiliki derajat depresi ringan, 17 – 29 memiliki derajat depresi sedang, dan 30 – 63

memiliki derajat depresi berat. Pengolahan data dilakukan dengan :
1. Editing
Memeriksa kembali kebenaran pengisian data dan melihat kembali apakah data
telah terisi dengan lengkap.
2. Coding
Mengelompokkan jawaban responden menurut jenisnya dan memberi kode pada
masing-masing jawaban menurut item pada lembar instrumen.
3. Tabulasi
Memasukkan data dalam tabel distribusi frekuensi untuk memudahkan analisa
data
Analisis Data
Dalam penelitian ini, setelah data terkumpul dan telah diberikan skoring
maka dilakukan analisa data dengan menggunakan komputerisasi program SPSS.
a. Analisa univariat
Analisa dilakukan terhadap tiap-tiap variabel penelitian terutama untuk melihat
tampilan distribusi frekuensi dan presentasi dari tiap-tiap variabel.
b. Analisa bivariat
Analisa dilakukan untuk melihat hubungan dari variabel independen dan variabel
dependen dengan menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kemaknaan α 0,05
dengan penilaian sebagai berikut :


5

1) Dikatakan tidak ada hubungan jika ρ ≥ α 0,05
2) Dikatakan ada hubungan jika ρ ≤ α 0,05
HASIL PENELITIAN
1. Analisa Univariat
Tabel 1 : Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di RSIA Siti
Fatimah Makassar Tahun 2012
Kelompok Umur

Frekuensi

%

15 s/d 24 tahun
25 s/d 40 tahun
40 Tahun ke Atas
Jumlah


9
19
4
32

28.1
59.4
12.5
100%

Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa kelompok umur
responden terbanyak adalah 25 s/d 40 Tahun dengan jumlah 19 orang
(59.4%), sedangkan kelompok umur responden paling sedikit adalah
40 tahun ke atas dengan jumlah 4 orang (12.5%).
Tabel 2 : Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di RSIA Siti Fatimah
Makassar Tahun 2012
Pekerjaan Responden
PNS
Pedagang
Swasta

Ibu Rumah Tangga
Jumlah

Frekuensi
5
5
8
14
32

%
15.6
15.6
25
43.8
100%

Berdasarkan Tabel 2, maka diketahui bahwa pekerjaan
responden paling banyak adalah Ibu Rumah Tangga dengan jumlah 14
orang responden (43.8%), sedangkan pekerjaan yang paling sedikit
adalah PNS dan Pedagang yang masing-masing berjumlah 5 orang
responden (15.6%).

6

Tabel 3 : Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di RSIA Siti
Fatimah Makassar Tahun 2012
Pendidikan

Frekuensi
2
3

SD
SLTP
SLTA
Diploma/ Sarjana
Jumlah

13
14
32

%
6.2
9.4
40.6
43.8
100%

Berdasarkan Tabel 3, maka diketahui bahwa kelompok
pendidikan tertinggi responden adalah Diploma/ Sarjana dengan
jumlah 14 orang responden (43.8%), sedangkan kelompok pendidikan
terendah adalah SD dan Lainnya yang masing-masing berjumlah 2
orang responden (6.2%).
Tabel 4 : Distribusi Responden Berdasarkan Kesiapan Merawat bayi di RSIA Siti
Fatimah Makassar Tahun 2012
Kesiapan Merawat Bayi
Siap
Tidak Siap
Jumlah

Frekuensi
26
6
32

%
81.2
18.8
100%

Berdasarkan Tabel 4, maka diketahui bahwa responden yang
siap merawat bayi sebanyak 26 orang (81.2%), sedangkan yang tidak
siap merawat bayi sebanyak 6 orang (18.8%).
Tabel 5 : Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga di RSIA Siti
Fatimah Makassar Tahun 2012
Dukungan Keluarga
Mendukung
Tidak Mendukung
Jumlah

Frekuensi
24
8
32

%
75
25
100%

Berdasarkan Tabel 5, maka diketahui bahwa responden yang
mendapatkan dukungan dari keluarga sebayak 24 orang (75%)
sedangkan yang tidak mendapatkan dukungan dari keluarga sebanyak
8 orang (25%).

7

Tabel 6 : Distribusi responden Berdasarkan Status Ekonomi di RSIA Siti Fatimah
Makassar Tahun 2012
Status Ekonomi
Mampu
Tidak mampu
Jumlah

Frekuensi
17
15
32

%
53.1
46.9
100

Berdasarkan Tabel 6, maka diketahui bahwa responden yang
memiliki status ekonomi kategori mampu sebanyak 17 orang (53.1%),
sedangkan responden dengan kategori tidak mampu sebanyak 15
orang (46.9%).
Tabel 7 : Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Depresi di RSIA Siti Fatimah
Makassar Tahun 2012
Tingkat Depresi
Minimal/Tidak Depresi
Ringan
Sedang
Berat
Jumlah

Frekuensi
3
13
14
2
32

%
9.4
40.6
43.8
6.2
100%

Berdasarkan Tabel 7, maka diketahui bahwa responden dengan
tingkat depresi paling banyak adalah kategori sedang dengan jumlah
14 orang (43.8%), sedangkan tingkat depresi paling sedikit adalah
kategori berat 2 orang (6.2%).

8

2. Analisa Bivariat
a. Hubungan antara Kesiapan Merawat Bayi dengan Tingkat Depresi pada Ibu
Post Partum
Tabel 8 : Hubungan antara Kesiapan Merawat Bayi dengan Tingkat Depresi
pada Ibu Post Partum di RSIA Siti Fatimah Makassar Tahun 2012
Tingkat Depresi
Kesiapan
Merawat Minimal
Ringan
Sedang
Berat
Bayi
n
%
n
%
n
%
n %
3 9.4 13 40.6 10 31.2 0
0
Siap
Tidak
Siap
0 0
0
0
4
12.5 2 6.2
Total
3 9,4 13 40.6 14 43.7 2 6.2

Total
n
26

%
81.2

6
32

18.8
100

p

α

0.001 0.05

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan
responden yang siap merawat bayi sebanyak 26 orang (81.2%) dimana 3
orang (9.4%) mengalami depresi minimal, 13 orang (40.6%) depresi ringan
dan 10 orang (31.2%) depresi sedang. Sedangkan responden yang tidak siap
merawat bayi sebanyak 6 orang (18.8%) responden, dimana 4 orang (12.5%)
mengalami depresi sedang dan 2 orang (6.2%) depresi berat.
Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai ρ = 0.001
yang jika dibandingkan dengan nilai α 0.05, maka diperoleh ρ < α. Hal ini
menunjukkah bahwa ada hubungan antara kesiapan merawat bayi dengan
tingkat depresi pada pasien post partum di RSIA Siti Fatimah Makassar.
b. Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Depresi pada Ibu Post
Partum
Tabel 9 : Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Depresi pada
Ibu Post Partum di RSIA Siti Fatimah Makassar Tahun 2012
Tingkat Depresi
Dukungan
Keluarga

Minima
l
n
%

Mendukung
Tidak
Mendukung

3

9.4

0

0

Total

3

9.4

Total

Ringan
n
%
40.
13
6

Sedang
n
%

Berat
n %

n

%

8

25

0

0

24

75

0

6

18.8 2

6.
2

8

0
40.
13 6

14 43.8

9

2

6.2

25
10
32 0

p

α

0.00

0.05

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan
responden yang mendapatkan dukungan keluarga sebanyak 24 orang
(75%), dimana 3 orang (9.4%) menderita depresi tingkat minimal, 13
orang (40.6%) depresi ringan dan 8 orang (25%) depresi sedang.
Sedangkan responden yang tidak mendapatkan dukungan keluarga
sebanyak 8 orang (25%), dimana 6 orang (18.8%) menderita depresi
sedang dan 2 orang (6.2%) depresi berat.
Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai ρ = 0.000
yang jika dibandingkan dengan nilai α 0.05, maka diperoleh ρ < α. Hal ini
menunjukkah bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan
tingkat depresi pada pasien post partum di RSIA Siti Fatimah Makassar.
c. Hubungan antara Status Ekonomi dengan Tingkat Depresi pada Ibu Post
Partum
Tabel 10 : Hubungan antara Status Ekonomi dengan Tingkat Depresi Pada
Ibu Post Partum di RSIA Siti Fatimah Makassar Tahun 2012
Status
Ekonom
i

Tingkat Depresi
Minima
l
n
%

Mampu
Tidak
Mampu

3

9.4

0

0

Total

3

9.4

Ringan
n
%
1 31.
0
2
3
1
3

9.4
40.
6

Total

Sedang
n
%

Berat
n %

n

4

12.5

0

0

17

1
0
1
4

31.
2

2

43.7

2

6.
2
6.
2

1
5
3
2

%
53.
1
46.
9
10
0

p

α

0.001

0.0
5

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan
responden dengan status ekonomi yang mampu sebanyak 17 orang
(53.1%), dimana yang menderita depresi tingkat minimal sebanyak 3 orang
(9.4%), depresi ringan sebanyak 10 orang (31.2%) dan depresi sedang
sebanyak 4 orang (12.5%). Sedangkan responden dalam status ekonomi
tidak mampu sebanyak 15 orang (46.9%), dimana yang menderita depresi
tingkat ringan sebanyak 3 orang (9.4%), depresi sedang sebanyak 10 orang
(31.2%) dan depresi tingkat berat sebanyak 2 orang (6.2%).
Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai ρ =
0.001 yang jika dibandingkan dengan nilai α 0.05, maka diperoleh ρ < α.
Hal ini menunjukkah bahwa ada hubungan antara status ekonomi dengan
tingkat depresi pada pasien post partum di RSIA Siti Fatimah Makassar.

10

PEMBAHASAN
1. Hubungan antara Kesiapan Merawat bayi dengan Tingkat Depresi pada Ibu Post
Partum
Ada hubungan antara kesiapan merawat bayi dengan tingkat depresi pada
ibu post partum. Hal ini dibuktikan dengan data hasil penelitian yang secara
kuantitatif menunjukkan bahwa responden yang siap merawat bayi sebanyak 26
orang (81.2%) dimana 3 orang responden (9.4%) mengalami depresi minimal, 13
orang (40.6%) depresi ringan dan 10 orang (31.2%) depresi sedang. Sedangkan
responden yang tidak siap merawat bayi sebanyak 6 orang (18.8%) responden,
dimana 4 orang (12.5%) mengalami depresi sedang dan 2 orang (6.2%) depresi
berat.
Hal ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur Rahmah (2006)
dalam Jurnal Ilmiahnya yang berjudul “Depresi Nifas”, mengemukakan bahwa
salah satu faktor pencetus terjadinya depresi pasca persalinan adalah kesiapan
mental perempuan untuk menjadi seorang ibu yang dalam kondisi apapun harus
siap merawat anak. Juga dalam penelitian yang dilakukan oleh Paykel dan
Inwood (2001) dalam Nur Rahma (Depresi Nifas, 2006) mengatakan bahwa
depresi pascasalin ini lebih banyak ditemukan pada perempuan primipara,
mengingat bahwa peran seorang ibu dan segala yang berkaitan dengan bayinya
merupakan situasi yang sama sekali baru bagi dirinya dan dapat menimbulkan
stress. Seorang ibu baru akan merasa benar-benar tidak berdaya dan merasa serba
kurang mampu, tertindih oleh beban tanggung jawab terhadap bayi dan
keluarganya, tidak bisa melakukan apapun untuk menghilangkan perasaan itu.
Dalam Jurnal Ilmiah Elvira (2006) yang berjudul “Depresi Pasca
Melahirkan” mengemukakan dalam penelitiannya bahwa kesiapan menjadi
seorang ibu juga mempengaruhi terjadinya depresi post partum. Pada perempuan
yang hamil tidak direncanakan (belum menikah atau pada ibu yang menikah
namun sudah tidak menginginkan anak lagi karena berbagai alasan),
kemungkinan mengalami depresi post partum lebih tinggi dibandingkan dengan
perempuan yang siap dan amat menantikan kelahiran bayinya.
Menurut Avi Andriany (2012), Ibu yang depresi tidak mampu merawat
bayinya secara optimal, karena merasa tidak berdaya atau tidak mampu sehingga
akan menghindar dari tanggung jawabnya. Akibatnya, kondisi kebersihan dan
kesehatan bayinya pun menjadi tidak optimal. Ibu juga tidak bersemangat
menyusui bayinya sehingga pertumbuhan dan perkembangan bayinya tidak
seperti bayi-bayi yang ibunya tidak mengalami depresi.
Peneliti berasumsi bahwa kesiapan merawat bayi sangatlah erat
hubungannya dengan depresi pasca melahirkan. Hal ini dikarenakan apabila

11

seorang ibu tidak siap untuk merawat bayinya, maka ini akan menjadi beban atau
masalah bagi sang ibu setelah proses persalinannya. Dan apabila masalah itu
dibiarkan terus menerus, maka akan berdampak kepada kondisi psikologis ibu itu
sendiri.
2. Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Depresi pada Ibu Post
Partum
Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada ibu
post partum, hal ini terlihat dari data hasil penelitian yang secara kuantitatif
menunjukkan bahwa responden yang mendapatkan dukungan keluarga sebanyak
24 orang (75%), dimana 3 orang (9.4%) menderita depresi tingkat minimal, 13
orang (40.6%) depresi ringan dan 8 orang (25%) depresi sedang. Sedangkan
responden yang tidak mendapatkan dukungan keluarga sebanyak 8 orang (25%),
dimana 6 orang (18.8%) menderita depresi sedang dan 2 orang (6.2%) depresi
berat.
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Llewellyn dan Jones (1994)
dalam jurnal ilmiah Nur Rahmah (Depresi Nifas, 2006) mengatakan bahwa
karakteristik wanita yang berisiko mengalami depresi post partum adalah wanita
yang mempunyai sejarah pernah mengalami depresi, wanita yang berasal dari
keluarga yang kurang harmonis, wanita yang kurang mendapatkan dukungan dari
suami atau orang-orang terdekatnya selama masa kehamilan dan setelah
melahirkan.
Menurut Destriyana (2012), dukungan keluarga merupakan cara terbaik
untuk membantu ibu yang terkena depresi pasca melahirkan karena perhartian
dari orang terkasih menguatkan mereka melewati masa-masa sulit pasca
melahirkan.
Menurut Samiaji (2012), sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa faktor
yang paling menentukan kadar depresi seorang ibu pasca melahirkan adalah
hubungannya dengan pasangan. Pasangan atau suami yang tidak mendukung
sangat terkait dengan kondisi depresi pada ibu, sedangkan suami yang
mendukung akan membuat ibu lebih bisa menghadapi semua tekanan yang ada.
Jika ibu tidak mendapatkan dukungan dari pasangan maka ia harus menghadapi
sendiri segala tekanan dan perubahan yang terjadi selama kehamilannya. Hal ini
akan mempengaruhi pikiran dan suasana hatinya yang memicu stres tingkat tinggi
atau depresi.
Peneliti berasumsi bahwa peran keluarga dalam proses persalinan seorang
ibu sangatlah penting. Seorang yang mendapatkan dukungan dari keluarga
mempunyai tingkat depresi yang berbeda dengan orang yang tidak mendapatkan
dukungan dari keluarganya. Semakin baik dukungan keluarga yang ibu dapatkan
maka semakin rendah kecenderungan depresi post partum, dan semakin rendah
dukungan keluarga yang ibu dapatkan maka semakin tinggi kecenderungan
depresi post partum.
3. Hubungan antara Status Ekonomi dengan Tingkat Depresi pada Ibu Post Partum

12

Ada hubungan antara status ekonomi dengan tingkat depresi pada ibu post
partum, hal ini terlihat dari data hasil penelitian yang secara kuantitatif
menunjukkan bahwa responden yang dalam status ekonomi yang mampu
sebanyak 17 orang (53.1%), dimana yang menderita depresi tingkat minimal
sebanyak 3 orang (9.4%), depresi ringan sebanyak 10 orang (31.2%) dan depresi
sedang sebanyak 4 orang (12.5%). Sedangkan responden dalam status ekonomi
tidak mampu sebanyak 15 orang (46.9%), dimana yang menderita depresi tingkat
ringan sebanyak 3 orang (9.4%), depresi sedang sebanyak 10 orang (31.2%) dan
depresi tingkat berat sebanyak 2 orang (6.2%).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Syahrir, S
(2008) dalam skripsinya yang berjudul “Faktor Risiko Baby Blues di Rumah Sakit
Bersalin Pertiwi Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2007”, mengemukakan bahwa
status ekonomi yang baik akan mengurangi terjadinya kecenderungan seorang ibu
menderita baby blues, dan juga sebaliknya, status ekonomi yang kurang baik akan
berdampak kepada kecenderungan seorang ibu menderita baby blues setelah
proses persalinan.
Menurut Ummu Muhammad (2009), Agar depresi pasca melahirkan dapat
diminimalisir maka yang pertama harus dipersiapkan oleh sebuah keluarga yang
akan menginginkan seorang anak adalah kehamilan yang terencana yang
didukung oleh kesiapan mental, finansial (ekonomi) dan sosial dari ayah dan ibu.
Persiapkan pula pengetahuan dasar orang tua tentang kehamilan, proses
melahirkan, sampai dengan cara merawat sikecil. Sebaiknya diskusikan juga
tentang pembagian kerja anata ibu dan ayah pada saat kehamilan hingga si kecil
dilahirkan sehingga ibu mempunyai waktu yang cukup untuk beristirahat.
Menurut Andry (2012), salah satu hal yang sangat berhubungan dengan
depresi pasca melahirkan adalah tingkat ekonomi yang rendah. Kondisi ekonomi
dalam keluarga pada saat ibu dalam proses persalinan kurang, akan berdampak
pada kondisi psikologis ibu tersebut. Hal ini erat hubungannya dengan depresi
pasca melahirkan, karena tidak dapat dinafikan bahwa seorang ibu akan
memikirkan biaya persalinannya dan kebutuhan lain yang dia perlukan sebelum
dan sesudah proses persalinan. Selain itu rendahnya status sosial ekonomi juga
menjadi masalah tersendiri, disamping karena faktor dekatnya tempat pelayanan
kesehatan dan perawatan anak.
Peneliti berasumsi bahwa kondisi ekonomi yang baik sangat erat
hubungannya dengan depresi post partum. Semakin baik kondisi ekonomi seorang
ibu maka kecenderungan depresinya akan semakin minimal, dan juga sebaliknya
apabila kondisi ekonomi seorang ibu dalam keadaan yang kurang maka
kecenderungan depresinya akan semakin tinggi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan

13

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Ruang Mawar RSIA Siti
Fatimah Makassar pada tanggal 18 Mei sampai dengan 11 Juli 2012 tentang Faktor
Yang Berhubungan Dengan Tingkat Depresi Pada Pasien Post Partum di RSIA Siti
Fatimah Makassar, maka dapat ditarik kesimpulan penelitian antara lain sebagai
berikut :
1. Ada hubungan antara kesiapan merawat bayi dengan tingkat depresi pada pasien
post partum di RSIA Siti Fatimah Makassar.
2. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada pasien post
partum di RSIA Siti Fatimah Makassar.
3. Ada hubungan antara status ekonomi dengan tingkat depresi pada pasien post
partum di RSIA Siti Fatimah Makassar.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan kesimpulan penelitian,
maka peneliti menyarankan beberapa hal, antara lain sebagai berikut :
1. Kepada instansi terkait untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada pasien post
partum agar pasien yang menjalani proses persalinan dapat lebih dini terhindar
dari resiko depresi post partum.
2. Kepada pemberi pelayana kesehatan seperti dokter, perawat, bidan dan tenaga
kesehatan lainnya agar tetap meningkatkan pemberian informasi kepada pasien
khususnya dan masyarakat pada umumnya tentang kejadian depresi post partum
agar masyarakat lebih mengerti dan memahami tentang hal ini.
3. Untuk penelitian selanjutnya agar lebih mengkaji lebih dalam lagi tentang
masalah depresi post partum guna kemajuan ilmu pengetahuan di masa
mendatang.

14

DAFTAR PUSTAKA
Ade, B. B. 2011, Psikologi Ibu, Bayi Dan Anak. Yogyakarta: Muha Medika
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
Andriani, A.
2012.
Depresi
Pasca
Melahirkan.
(http://www.muslimah.or.id, di akses 07 Juli 2012)

Jakarta.

(online)

Andry,

Jakarta.

(online)

Adjustment

(online)

Sp.KJ 2012. Depresi Pasca Melahirkan.
(http://www.kompasiana.com, di akses 07 Juli 2012)

Barsky,

I. 2006. The Center for Postpartum
(http://www.geocities.com, di akses 2 april 2012)

Dewi, 2009. Proses Adaptasi Psikologis Ibu Dalam Masa Nifas. (online)
(www.leindraanindiya.psikiologibu.com, diakses 25 april 2012).
Destriyana, 2012. Faktor Genetik Perbesar Resiko Depresi Pasca Melahirkan.
(online) (http://www.merdeka.com, di akses 07 Juli 2012)
Drahani, 2008. Penyebab Depresi (online) (http://RSPMIBogor.com, diakses 14
April, 2011).
Elvira S. 2006. Depresi Pasca Persalinan. Balai Penerbit FKUI ; Jakarta.
Hawari, D, 2008. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. FKUI : Jakarta.
Herizen, 2010. Pengantar Psikogi Kebidanan. Salemba Medika : Jakarta.
Iskandar, S, S, 2007. Post Partum Blues. (online) (http://www.mitrakeluarga.net, di
akses 29 maret 2012).
Kasdu, D. 2005. Solusi Problem Persalinan. Jakarta: Puspa Swara
Lubis, N. L, 2009. Depresi : Tinjauan Psikologis. Kencana: Jakarta.
Marshall, dkk. 2009. Depresi Pasca Melahirkan . Arcan; Jakarta.

15

Nur Rahmah, 2006. Depresi Nifas. (Online) (http://www.scribd.com, di akses 21 Juli
2012)
Nursalam, 2009, Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Salemba Medika : Jakarta.
Rebecca, 2010, Mengenali Mengatasi & Mengantisipasi Depresi. Gramedia : Jakarta
Riyanto, A, 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Nuha Medika : Jakarta
Samiaji, 2012. Ibu & Depresi. (online) (http:www.mediabangsa.com, di akses 07 Juli
2012)
Sylvia.D.E., 2006. Depresi Pasca Persalinan. FK UI : Jakarta
Syahrir, S. 2008. Faktor Risiko Baby Blues di Rumah Sakit Bersalin Pertiwi Propinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2007. Program Studi Epidemiologi : Makassar.
Sulistyawati ,A , 2009 Buku Ajar Asuhan kebidanan Pada Ibu Nifas Edisi I. Andi
Offset : Yogyakarta
Zikra, 2010. Proses Adaptasi Psikologis Ibu. (online) (zikra-myblog.blogspot.com, di
akses 29 maret 2012).

16