MAKALAH TENTANG DEMOKRASI DI INDONESIA

MAKALAH TENTANG DEMOKRASI DI INDONESIA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,karena atas rahmat-Nya saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini.Di dalam makalah yang berjudul DEMOKRASI DI
INDONESIA ini akan dibahas bagaimana perkembangan demokrasi di Indonesia.
Saya jugak mengucapkan trimakasih kepada bapak karena telah mengarahkan saya
dalampenyusuna makalah melalui penyampaian materi tentang demokrasi.
Dalam penyusunan makalah ini tak luput dari kesalahan,untuk itu saya mohon maaf atas
kesalahan dalam penyusunan makalah ini.Dan demi menghasilkan makalah yang lebih baik,saya
mengharapakan kritik dan saran dari para pembaca.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua,dalam mempelajari perkembngan
demokrasi di Indonesia.
Terimakasih..!

Palangkaraya,Oktober 2014
Penyusun

(M R ROBIHARTO PURBA)

DAFTAR ISI


Kata Pengantar............................................................1
Daftar Isi.....................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..........................................3
A.Latar Belakang...........................................3
B.Identifikasi Masalah...................................4
C.Batasan Masalah.........................................4
D.Rumusan Masalah......................................4
E.Tujuan Penulisan....................................... 5
F.Sistematika Penulisan.................................5
BAB II LANDASAN TEORI....................................7
A.Konsep Demokrasi.....................................7
B.Pengertian Demokrasi................................7
C.Prinsip Demokrasi......................................10
D.Ciri-ciri Demokrasi....................................12
BAB III PEMBAHASAN..........................................16
A.Pilar Demokrasi di Indonesia.....................16
B.Perkembangan Demokrasi di Indon............18
BAB IV PENUTUP....................................................25


BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Dewasa ini, hampir seluruh warga di dunia mengaku menjadi penganut paham
demokrasi. Demokrasi dipraktekkan di seluruh dunia secara berbeda-beda dari satu negara ke
negara lain. Konsep demokrasi diterima oleh hampir seluruh negara di dunia. Diterimanya
konsep demokrasi disebabkan oleh keyakinanmereka bahwa konsep ini merupakan tata
pemerintahan yang paling unggul menganut sistem demokrasi, demokrasi harus berdasarkan
pada suatu kedaulatan rakyat, artinya kekuasaan negara itu dikelola oleh rakyat, dari rakyat dan
untuk rakyat.
Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang berusaha untuk membangun
sistem politik demokrasi sejak menyatakan kemerdekaan dan kedaulatannya pada tahun 1945.
Sebagai sebuah gagasan, demokrasi sebenarnya sudah banyak dibahas atau bahkan dicoba
diterapkan di Indonesia. Pada awal kemerdekaan Indonesia berbagai hal dengan
negaramasyarakat telah diatur dalam UUD 1945.
Para pendiri bangsa berharap agar terwujudnya pemerintahan yang melindungi bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial. Semua itu merupakan gagasan-gagasan dasar yang
melandasi kehidupan negara yang demokratis.

Sebagai bentuk kesungguhan negara Indonesia, landasan tentang demokrasi telah tertuang dalam
Pembukaan UUD 1945 maupun Batang Tubuh UUD 1945. Seluruh pernyataan dalam UUD 1945
dilandasi oleh jiwa dan semangat demokrasi. Penyusunan naskah UUD 1945 itu sendiri juga
dilakukan secara demokratis. UUD 1945 merangkum semua golongan dan kepentingan dalam
masyarakat Indonesia. Dengan demikian, demokrasi bagi bangsa Indonesia adalah konsep yang
tidak dapat dipisahkan.Budaya demokrasi di Indonesia perlu dikembangkan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta hendaknya mengacu kepada akar budaya
nasionalisme yang memiliki nilai gotong royong atau kebersamaan dan mementingkan
kepentingan umum. Namun, budaya individualisme dan budaya liberal yang masuk melanda
masyarakat dengan melalui arus globalisasi tidak mungkin bisa dibendung karena kemajuan
teknologi.

B.Identifikasi Masalah
Sehungan dengan latar belakang masalah diatas,maka dapat di identifikasikan beberapa
masalah berikut:
§

Kurangnya pemahaman masyatrakat Indonesia terhadap demokrasi;

§


Kurangnya pemahaman masyarakat dalam pelaksanaan demokrasi;

§

Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap pelaksanaan demokrasi di pemerintahan;

§

Perkembangan demokrasi di Indonesia yang banyak berubah,mengakibatan perubahan

dalam tatanan pemerintahan di Indonesia;
§

Pelaksanaan demokrasi di Indonesia yang tidak sempurna berjalan sebagaimana mestinya.

C.Batasan Masalah
Didalam makalah ini dibatasi pembahasan mengenai prinsip demokrasi di Indonesia,konsep
partisipasi demokrasi,dan situasi demokrasi di Indonesia saat ini.
D.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang,identifikasi masalah pembatasan masalah maka di dalam makalah ini
akan membahas:
1.Apa pengertian demokrasi?
2.Bagamaimana perkembangan/pelaksanaan demokrasi di Indonesia?
3.Bagaimana kehidupan bernegara yang demokrasi ?
4.Apa manfaat demokrasi ?
5.Bagaimana situasi demokrasi di Indonesia saat ini?
E.Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
Ø Untuk mengetahui apa yang di maksud demokrasi
Ø Untuk mengetahui perkembangan demokrasi di Indonesia

Ø Untuk mengetahui bentuk kehidupan bernegara yang demokrasi
Ø Untuk mengetahui manfaat dari demokrasi
Ø Untuk mengetahui situasi demokrasi demokrasi di Indonesia saat ini
F.Sistematika Penulisan
Adapun sistematika dalam penulisan makalah ini sebagai berikuit:
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

Didalam pendahuluan ini akan dijelaskan latar belakang penulisan makalah,identifikasi
masalah,batasan masalah,rumusan masalah,dan tujuan penulisan
BAB II LANDASAN TEORI
Pada landasan teori ini kita akan membahas tentang ,konsep dasar demokrasi,pengertian
demokrasi,prinsip demokrasi,ciri-ciri demokrasi,dan nilai-nilai demokrasi

BAB III PEMBAHASAN
Di pembahasan ini kita akan membahas tentang pilar demokrasi di Indonesia,dan perkembangan
demokrasi di Indonesia
BAB IV PENUTUP
Pada halaman penutup ini akan disimpulkan bagaimana pelaksanaan demokrasi di Indonesia saat
ini,melalaui peninjauan terhadap indeks demokrasi Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Tinjauan Pustaka
A.Konsep Dasar Demokrasi
Sulit mencari kesepakatan dari semua pihak tentang pengertian atau definisi demokrasi.
Ketika ada yang mendefinisikan demokrasi secara ideal atau juga disebut sebagai

definisi populistik tentang demokrasi, yakni sebuah sistem pemerintahan ”dari, oleh, dan untuk
rakyat” maka pengertian demokrasi demikiantidak pernah ada dalam sejarah umat manusia.
Tidak pernah ada pemerintahandijalankan secara langsung oleh semua rakyat; dan tidak
pernah ada pemerintahan sepenuhnya untuk semua rakyat (Dahl 1971; Coppedge dan Reinicke
1993).
Dalam praktiknya, yang menjalankan pemerintahan bukan rakyat, tapi elite yang jumlahnya jauh
lebih sedikit. Juga tidak pernah ada hasil dari pemerintahan itu untuk rakyat semuanya secara
merata, tapi selalu ada perbedaan antara yang mendapat jauh lebih banyak dan yang mendapat
jauh lebih sedikit. Karena itu, ketika pengertian”demokrasi populistik” hendak tetap

dipertahankan, Dahl mengusulkan konsep ”poliarki” sebagai pengganti dari konsep ”demokrasi
populistik”tersebut. Poliarki dinilai lebih realistik untuk menggambarkan tentang sebuah
fenomena politik tertentu dalam sejarah peradaban manusia sebab poliarki mengacu pada sebuah
sistem pemerintahan oleh ”banyak rakyat” bukan oleh ”semua rakyat”,oleh”banyak orang”
bukan oleh”semua orang.”

B.Pengertian Demokrasi
Kebanyakan orang mungkin sudah terbiasa dengan istilah demokrasi. Secara etimologis, kata
demokrasi berasal dari bahasa Yunani “demos” berarti rakyat dan “kratos” berarti kekuasaan atau
berkuasa. Dengan demikian, demokrasi artinya pemerintahan oleh rakyat, dimana kekuasaan

tertinggi berada di tangan rakyat dan dijalankan langsung oleh mereka atau oleh wakil-wakil
yang mereka pilih di bawah sistem pemilihan bebas. Dalam ucapan Abraham Lincoln, Presiden
Amerika Serikat ke-16 (periode 1861-1865) demokrasi secara sederhana diartikan sebagai “the
government from the people, by the people, and for the people”, yaitu pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat. Kebebasan dan demokrasi sering dipakai secara timbal balik,
tetapi keduanya tidak sama.
Menurut Alamudi (1991) demokrasi sesungguhnya adalah seperangkat gagasan dan prinsip
tentang kebebasan, tetapi juga mencakup seperangkat praktik dan prosedur yang terbentuk
melalui sejarah panjang dan sering berliku-liku, sehingga demokrasi sering disebut suatu
pelembagaan dari kebebasan. Karena itu, mungkin saja mengenali dasar-dasar pemerintahan
konstitusional yang sudah teruji oleh zaman, yakni hak asasi dan persamaan di depan hukum
yang harus dimiliki setiap masyarakat untuk secara pantas disebut demokrasi.
Menurut International Commision of Jurist (ICJ), demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan
dimana hak untuk membuat keputusankeputusan politik diselenggarakan oleh wn melalui wakilwakil yg dipilih oleh mereka dan bertanggung jawab kepada mereka melalui suatu proses
pemilihan yg bebas.
Sedangkan menurur Henry B Mayo yang dikutip oleh Azyumardi Azra menyatakan bahwa:

Demokrasi sebagai sistem politik merupakan suatu sistem yang menunjukkan bahwa kebijakan
umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat
dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan plotik dan

diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik. (Azyumardi Azra, 2003: 110)
Dari beberapa pendapat di atas diperoleh kesimpulan bahwa demokrasi sebagai suatu sistem
bermasyarakat dan bernegara serta pemerintahan, yang memberikan penekanan pada keberadaan
kekuasaan di tangan rakyat baik penyelenggaraan negara maupun pemerintahan.
Demokrasi bertujuan mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara)

atas negara

untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut.
Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya dengan pembagian kekuasaan dalam
suatu negara (umumnya berdasarkan konsep dan prinsip trias politica),yaitu kekuasaan yang
diperoleh dari rakyat harus digunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.Prinsip
semacam trias politica ini menjadi sangat penting untuk diperhitungkan ketika fakta-fakta sejarah
mencatat kekuasaaan pemerintah (eksekutif) yang begitu besar ternyata tidak mampu
membentuk masyarakat yang adil dan beradaab,bahkan kekuasaan absolut pemerintah sering
menimbulkan pelanggaran terhadap hak asasi manusia.
Demokrasi tidak akan datang,tumbuh,dan berkembang dengan sendirinya dalam
kehidupan bermasyarakat,berbangsa,dan bernegara.Oleh karena itu,demokrasi memerlukan
usaha nyata setiap warga dan perangkat pendukungnya,yaitu budaya yang kondusif sebagai
manifestasi dari suatu mind set(kerangka berpikir) dan setting social (rancangan

masyarakat).Bentuk konkret manifestasi tersebut adalah demokrasi menjadi way of
life (pandangan hidup) dalam seluk beluk sendi bernegara ,baik masyarakat maupun oleh
pemerintah.
Menurut Nurcholich Madjid,demokrasi dalam kerangka diatas berarti proses
melaksanakan nilai-nilai civility (keadaban) dalam bernegara dan bermasyarakat.Demokrasi
merupakan proses menuju dan menjaga civil societyyang menghormati dan berupaya
merealisasikan nilai-nilai demokrasi(Sukron,2002).Menurut Nurcholish Madjid (Gak
Nur),pandangan hidup demokratis berdasarkan bahan-bahan telah berkembang, baik secara
teoritis maupun pengalaman praktis di negeri-negeri yang demokrasinya cukup mapan.

Negara atau pemerintah dalam menjalankan tata pemerintahan-nya dikatakan demokratis
dapat dilihat dari empat aspek (Tim ICCE UIN Jakarta,2005:123),yaitu:
1.Masalah pembentukan negara;
2.Dasar kekuasaan negara;
3.Susunan kekuasaan negara;
4.Masalah kontrol rakyat.

C.Prinsip Demokrasi Di Indonesia
Salah satu pilar demokrasi adalah trias politica yang membagi ketiga kekuasaan politik
negara (eksekutif,yudikatif,dan legislatif) untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara

yang saling lepas (independen ) dalam berada dalam peringkat yang sejajar satu sama
lain.Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar ketiga
lembaga negara ini dapat saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip cheks and
balances.
Ketiga lembaga negara tersebut adalah lembaga pemerintah yang memiliki kewenangan
untuk mewujudkan dan melaksanakan kewenangan eksekutif , lembaga pengadilan yang
berwenang menyelenggarakan kekuasaan yudikatif dan lembaga perwakilan rakyat (DPR,untuk
Indonesia) yang memiliki kewenangan menjalankan kekuasan legislatif .Di bawah sistem
ini,keputusan legislatif dibuat oleh masyarakat atau oleh wakil yang wajib bekerja dan bertindak
sesuai dengan aspirasi masyarakat yang diwakilinya (konstituen) dan yang memilihnya melalui
proses pemilian umum legislatif,selain sesuai dengan hukum dan peraturan.
Selain pemlihan umum legislatif , banyak keputusan atau hasil- hasil penting,misalnya
pemilihan presiden suatu negara ,diperoleh melalui pemilihan umum.Di Indonesia , hak pilih
hanya diberikan kepada warga negara yang telah melewati umur tertentu ,misalnya umur 18
tahun , dan yang tidak memiliki catatan criminal (misalnya,narapidana atau bekas
narapidana).Pada dasarnya prinsip demokrasi itu sebagai berikut:
a. Kedaulatan di tangan rakyat

Kedaulatan rakyat maksudnya kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat.
Ini berarti kehendak rakyat merupakan kehendak tertinggi. Apabila setiap warga negara mampu
memahami arti dan makna dari prinsip demokrasi
b. Pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia
Pengakuan bahwa semua manusia memiliki harkat dan martabat yang sama, dengan tidak
membeda-bedakan baik atas jenis kelamin, agama, suku dan sebagainya. Pengakuan akan hak
asasi manusia di Indonesia telah tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang sebenarnya
terlebih dahulu ada dibanding dengan Deklarasi Universal PBB yang lahir pada tanggal 24
Desember 1945. Peraturan tentang hak asasi manusia
Undang-Undang Dasar 1945 dimuat dalam: Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea
pertama dan empat, Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945, Ketetapan MPR mengenai hak
asasi manusia Indonesia telah tertuang dalam ketetapan MPR No.XVII/MPR/1998. Setelah itu,
dibentuk Undang-Undang No.39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia, Undang-Undang yang
mengatur dan menjadi hak asasi manusia di Indonesia adalah Undang-Undang No.39 Tahun
1999 tentang hak asasi manusia.
c. Pemerintahan berdasar hukum (konstitusi)
Pemerintah berdasarkan sistem konstitusional (hukum dasar) dan tidak
bersifat absolutisme (kekuasaan yang mutlak tidak terbatas). Sistem konstitusional ini lebih
menegaskan bahwa pemerintah dalam melaksanakan tugasnya dikendalikan atau dibatasi oleh
ketentuan konstitusi.
d. Peradilan yang bebas dan tidak memihak
Setiap warga negara Indonesia memiliki hak untuk diperlakukan sama di
depan hukum, pengadilan, dan pemerintahan tanpa membedakan jenis kelamin, ras, suku, agama,
kekayaan, pangkat, dan jabatan. Dalam persidangan di pengadilan, hakim tidak membedabedakan perlakuan dan tidak memihak si kaya, pejabat, dan orang yang berpangkat. Jika
merekabersalah, hakim harus mengadilinya dan memberikan hukuman sesuai dengan
kesalahannya.

e. Pengambilan keputusan atas musyawarah
Bahwa dalam setiap pengambilan keputusan itu harus dilaksanakan sesuai
keputusan bersama(musyawarah) untuk mencapai mufakat.
f. Adanya partai plitik dan organisasi sosial politik
Bahwa dengan adanya partai politik dan dan organisasi sosial politik ini
berfungsi untuk menyalurkan aspirasi rakyat.
g. Pemilu yang demkratis
Pemilihan Umum merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945.

D. Ciri-ciri Demokrasi.
Menurut Henry B. Mayo dalam Miriam Budiarjo (1990: 62 ) dalam bukunya ”Introduction to
Democratic Theory“, memberikan ciri-ciri demokrasi dari sejumlah nilai yaitu:
1) Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga.
2) Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang sedang
berubah.
3) Menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur.
4) Membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum.
5) Mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman dalam masyarakat.
6) Menjamin tegaknya keadilan.
Beberapa ciri pokok demokrasi menurut Syahrial Sarbini (2006 : 122) antara lain :
1) Keputusan diambil berdasarkan suara rakyat atau kehendak rakyat.

2) Kebebasan individu dibatasi oleh kepentingan bersama, kepentingan bersama lebih penting
daripada kepentingan individu atau golongan.
3) Kekuasaan merupakan amanat rakyat, segala sesuatu yang dijalankan pemerintah adalah untuk
kepentingan rakyat.
4) Kedaulatan ada ditangan rakyat, lembaga perwakilan rakyat mempunyai kedudukan penting
dalam system kekuasaan negara.
E. Nilai-Nilai Demokrasi
Mengutip pendapatnya Zamroni dalam Winarno (2007: 98), nilai-nilai demokrasi meliputi :
1) Toleransi.
Bersikap toleran artinya bersikap menenggang (menghargai,membiarkan dan membolehkan)
pendirian (pendapat, pandangan,kepercayaan, kebiasaan kelakuan dan sebagainya) yang
bertentangan atau berbeda dengan pendirian sendiri. Dalam mayarakat demokratis seorang
berhak memiliki pandangannya sendiri, tetapi ia akan memegang teguh pendiriannya itu dengan
cara yang toleranterhadap pandangan orang lain yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan
pendirianya. Sebagai nilai, toleransi dapat mendorong tumbuhnya sikap toleran terhadap
keanekaragamaan, sikap saling percaya dan kesediaan untuk bekerjasama antarpihak yang
berbeda-beda keyakinan, prinsip,
pandangan dan kepentingan.
2) Kebebasan mengemukakan pendapat.
Mengeluarkan pikiran secara bebas adalah mengeluarkan pendapat,pandangan, kehendak, atau
perasaan yang bebas dari tekanan fisik,psikis, atau pembatasan yang bertentangab dengan tujuan
pengaturan tentan kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum. Warga negara yang
menyampaikan pendapatnya di muka umum berhak untuk mengeluarkan pikiran secar bebas dan
memperoleh perlindungan hukum. Dengan demikian, orang bebas mengeluarkan pendapat tetapi
perlu pengaturan dalam mengeluarkan pendapat tersebut agar tidak menimbulkan konflik yang
berkepanjangan antar-anggota masyarakat.
3) Menghormati perbedaan pendapat.

Warga negara yang menyampaikan pendapatnya di muka umum berhak
untuk mengeluarkan pikiran secar bebas dan orang lain harus bisa
menghormati perbedaan pendapat orang tersebut.
4) Memahami keanekaragaman dalam masyarakat.
Perubahan Dinamis dan arus Globalisasi yang tinggi menyebabkan masyarakat yang memiliki
banyak dan beragam kebudayaan kurang memiliki kesadaran akan pentingnya peranan budaya
lokal kita ini dalam memperkokoh ketahanan Budaya Bangsa. Oleh karena itu kita harus
memahami arti kebudayaan serta menjadikan keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia
sebagai sumber kekuatan untuk ketahanan budaya bangsa.Agar budaya kita tetap terjaga dan
tidak diambil oleh bangsa lain.
5) Terbuka dan komunikasi.
Demokrasi termasuk bersikap setara pada sesama warga ataupun terbuka
terhadap kritik, masukan, dan perbedaan pendapat, bukanlah sekadar sebuah keputusan politik,
apalagi kemauan pribadi perorangan belaka. Demokrasi adalah sebuah proses panjang kebiasaan
dan pembiasaan bersama yang terus-menerus. Demokrasi pada dasarnya adalah sebuah
kepercayaan akan kebijakan orang banyak. Jauh dalam lubuknya, lebih dari sekadar
kepercayaannya akan kebebasan sebagai fitrah manusia,
demokrasi adalah haluan yang berusaha menempatkan kesetaraan manusia di atas segalanya.
6) Menjunjung nilai dan martabat kemanusiaan.
Setiap manusia mempunyai hak yakni hak dasar yang dimiliki manusia
sejak lahir sebagai kodrat dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang wajib untuk dilindungi
dan dihargai oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan dan
perlindungan harkat dan martabat manusia. Pengakuan bahwa semua manusia memiliki harkat
dan martabat yang sama, dengan tidak membeda-bedakan baik atas jenis kelamin, agama, suku.
7) Percaya diri.

Rasa percaya diri adalah sikap yang dapat di tumbuhkan dari sikap sanggup berdiri sndiri,
sanggup menguasai diri sendiri dan bebas dari pengendalian orang lain dan bagaimana kita
menilai diri sendiri maupun orang lain menilai kita.sehingga kita mampu menghadapi situasi
apapun. Individu yang mempunyai rasa percaya diri adalah
mengatur dirinya sendiri,dapat mengarahkan,mengambil inisiatif,memahami dan mengatasi
kesulitan-kesulitan sendiri,dan dapat melakukan hal-hal untuk dirinya sendiri.
8) Tidak menggantungkan pada orang lain.
Kekuasaan yang diberikan rakyat melalui satu proses demokratis dan dilaksanakan secara benar
bersifat mengikat semua warga. Tetapi warga tetap memiliki kewenangan untuk melakukan
kontrol atas penyelenggaraan kekuasaan. Hal ini hanya dapat tercapai apabila semua orang yang
terlibat Di dalam aksi massa itu adalah warga yang berpikir mandiri dan serius. Rakyat yang
menjadi pendukung utama demokrasi
adalah rakyat yang madani, yang mandiri dalam pemikirannya. Dia mesti menjadi orang yang
mengetahui apa yang dilakukannya dan mempunyai tanggung jawab terhadap perbuatannya.
9) Saling menghargai.
Salah satu sifat yang mesti diwujuddkan dalam kehidupan sehari-hari ialah saling menghargai
kepada sesama manusia dengan berlaku sopan,tawadhu, tasamuh, muru‟ah (menjaga harga diri),
pemaaf, menepati janji, berlaku „adil dan lain- lain. sebagainya. Harga menghargai ditengah
pergaulan hidup, setiap anggota masyarakat mempunyai tanggung jawab moral untuk
mempertahankan dan mewujudkan citra
baik dalam masyarakat dengan menampakkan tutur kata, sikap dan tingkah laku, cara
berpakaian, cara bergaul, lebih bagus daripada orang lain.
10) Mampu mengekang diri.
Dengan kemampuan mengekang diri, maka hidup akan lebih tertata, dan
lebih memungkinkan baginya mencapai sukses. Sebagai orang yang mampu mengekang diri,
maka ia akan: Pertama, membangun komitmen yang kuat untuk tidak berpikir, bertindak,
bersikap, dan berperilaku yang bertentangan dengan firman Allah SWT. Kedua, karena Allah

SWT juga memerintahkan agar setiap manusia mampu memberi manfaat optimal bagi
lingkungannya, maka ia berkomitmen untuk menjadikan pikiran,
sikap, tindakan, dan perilakunya bermanfaat optimal bagi lingkungannya. Ketiga, ia bersungguhsungguh mewujudkan komitmennya agar ia dapat mewujudkan komitmennya.
11) Kebersamaan.
Manusia adl makhluk sosial yang tdk bisa hidup sendiri. Manusia membutuhkan kebersamaan
dlm kehidupannya. Tuhan menciptakan manusia beraneka ragam dan berbeda-beda tingkat
sosialnya. Ada yang kuat ada yang lemah ada yang kaya ada yang miskin dan seterusnya.
Demikian pula Tuhan ciptakan manusia dengan keahlian dan kepandaian yang berbeda-beda
pula. Semua itu adalah dalam rangka saling memberi dan saling mengambil manfaat.
12) Keseimbangan
Satu hal yang juga hampir boleh dikatakan tidak dapat lepas dari diri kita
adalah kenyataan bahwa kita juga menjadi bagian dari kelompok kemasyarakatan dimanapun
lingkungan kita berada, otomatis semua orang mempunyai fungsi dan peran sosialnya masingmasing dalam struktur kemasyarakatan tersebut, walau sekecil apapun peranan tersebut.
Kehidupan masyarakat yang seimbang dapat dibayangka sebagai kehidupan masyarakat yang
tumbuh secara bebas dan positif, penuh dengan variasi dan dinamikanya dalam suatu keteraturan
uang serasi dan harmonis.

BAB III PEMBAHASAN

A..Pilar Demokrasi di Indonesia
Dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia, Sanusi (2006) mengetengahkan sepuluh
pilar demokrasi yang dipesankan oleh para pembentuk negara (the founding fathers)
sebagaimana diletakkan di dalam UUD 1945 sebagai berikut:
1.Demokrasi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa

Esensinya adalah seluruh sistem serta perilaku dalam menyelenggarakan kenegaraan RI haruslah
taat asas, konsisten, atau sesuai dengan nilai-nilai dan kaidah-kaidah dasar Ketuhanan Yang
Maha Esa.
2.Demokrasi dengan kecerdasan
Demokrasi harus dirancang dan dilaksanakan oleh segenap rakyat dengan pengertianpengertiannya yang jelas, dimana rakyat sendiri turut terlibat langsung merumuskan
substansinya, mengujicobakan disainnya, menilai dan menguji keabsahannya. Sebab UUD 1945
dan demokrasinya bukanlah seumpama final product yang tinggal mengkonsumsi saja, tetapi
mengandung nilai-nilai dasar dan kaidah-kaidah dasar untuk supra-struktur dan infra-struktur
sistem kehidupan bernegara bangsa Indonesia. Nilai-nilai dan kaidah-kaidah dasar ini
memerlukan pengolahan secara seksama. Rujukan yang mengenai kehidupan bernegara dan
berbangsa tidak dimaksudkan untuk diperlakukan hanya sebagai kumpulan dogma-dogma saja,
melainkan harus ditata dengan menggunakan akal budi dan akal pikiran yang sehat. Pengolahan
itu harus dilakukan dengan cerdas.
3. Demokrasi yang berkedaulatan rakyat
Demokrasi menurut UUD 1945 ialah demokrasi yang berkedaulatan rakyat, yaitu kekuasaan
tertinggi ada di tangan rakyat. Secara prinsip, rakyatlah yang memiliki atau memegang
kedaulatan itu. Kedaulatan itu kemudian dilaksanakan menurut undang-undang dasar.
4. Demokrasi dengan rule of law
Negara adalah organisasi kekuasaan, artinya organisasi yang memiliki kekuasaan dan dapat
menggunakan kekuasaan itu dengan paksa. Dalam negara hukum, kekuasaan dan hukum itu
merupakan kesatuan konsep yang integral dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Implikasinya adalah
kekuasaan negara harus punya legitimasi hukum. Esensi dari demokrasi dengan rule of
law adalah bahwa kekuasaan negara harus mengandung, melindungi, serta mengembangkan
kebenaran hukum (legal truth). Kekuasaan negara memberikan keadilan hukum (legal justice)
bukan demokrasi yang terbatas pada keadilan formal dan kepura-puraan. Kekuasaan negara
menjamin kepastian hukum (legal security), dan kekuasaan ini mengembangkan manfaat atau
kepentingan hukum (legal interest) seperti kedamaian dan pembangunan. Esensi lainnya adalah
bahwa seluruh warga negara memiliki kedudukan yang sama di hadapan hukum, memiliki akses

yang sama kepada layanan hukum. sebaliknya, seluruh warga negara berkewajiban mentaati
semua peraturah hukum.
5. Demokrasi dengan pembagian kekuasaan negara
Demokrasi dikuatkan dengan pembagian kekuasaan negara dan diserahkan kepada badan-badan
negara yang bertanggung jawab menurut undang-undang dasar.
6. Demokrasi dengan hak azasi manusia
Demokrasi menurut UUD 1945 mengakui hak asasi manusia yang tujuannya bukan saja
menghormati hak-hak asasi, melainkan untuk meningkatkan martabat dan derajat manusia
seutuhnya. Hak asasi manusia bersumber pada sifat hakikat manusia yang diberikan oleh Tuhan
Yang Maha Esa. Hak asasi manusia bukan diberikan oleh negara atau pemerintah. Hak ini tidak
boleh dirampas atau diasingkan oleh negara dan atau oleh siapapun.
7. Demokrasi dengan peradilan yang merdeka
Lembaga peradilan merupakan lembaga tertinggi yang menyuarakan kebenaran, keadilan, dan
kepastian hukum. Lembaga ini merupakan pelaksana kekuasaan kehakiman yang merdeka
(independent). Ia tidak boleh diintervensi oleh kekuasaan apapun. Kekuasaan yang merdeka ini
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada semua pihak yang berkepentingan untuk
mencari dan menemukan hukum yang seadil-adilnya. Di muka pengadilan, semua pihak
mempunyai hak dan kedudukan yang sama. 8. Demokrasi dengan otonomi daerah
Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Hal ini merupakan pelaksanaan amanat UUD 1945 yang
mengatur bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan
daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota yang masing-masing mempunyai
pemerintahan daerah (Pasal 18 UUD 1945).
9. Demokrasi dengan kemakmuran
Demokrasi bukan sekedar soal kebebasan dan hak, bukan sekedar soal kewajiban dan tanggung
jawab, bukan pula sekedar soal mengorganisir kedaulatan rakyat atau pembagian kekuasaan.
Demokrasi bukan pula sekedar soal otonomi daerah dan keadilan hukum. sebab berbarengan

dengan itu semua, demokrasi menurut UUD 1945 ternyata ditujukan untuk membangun negara
berkemakmuran/kesejahteraan (welfare state) oleh dan untuk sebesar-besarnya rakyat Indonesia.
10. Demokrasi yang berkeadilan sosial
Demokrasi menurut UUD 1945 menggariskan keadilan sosial diantara berbagai kelompok,
golongan, dan lapisan masyarakat. Keadilan sosial bukan soal kesamarataan dalam pembagian
output materi dan sistem kemasyarakatan. Keadilan sosial justru lebih merujuk pada keadilan
peraturan dan tatanan kemasyarakatan yang tidak diskriminatif untuk memperoleh kesempatan
atau peluang hidup, tempat tinggal, pendidikan, pekerjaan, politik, administrasi pemerintahan,
layanan birokrasi, bisnis, dan lain-lain.

B.Perkembangan Demokrasi Di Indonesia
Setelah Orde Baru tumbang yang ditandai oleh turunnya Soeharto dari kursi kepresidenan pada
bulan Mei 1998 terbuka kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk kembali menggunakan
demokrasi. Demokrasi merupakan pilihan satu-satunya bagi
bangsa Indonesia karena memang tidak ada bentuk pemerintahan atau sistem politik lainnya
yang lebih baik yang dapat dipakai untuk menggantikan sistem politik Orde Baru yang otoriter.
Oleh karena itu ada konsensus nasional tentang perlunya
digunakan demokrasi setelah Orde Baru tumbang. Gerakan demokratisasi setelah Orde Baru
dimulai dengan gerakan yang dilakukan oleh massa rakyat secara spontan. Segera setelah
Soeharto menyatakan pengunduran dirinya, para tokoh masyarakat membentuk sejumlah partai
politik dan melaksanakan kebebasan berbicara danberserikat/berkumpul sesuai dengan nilai-nilai
demokrasi tanpa mendapat halangan dari pemerintah. Pemerintah tidak melarang demokratisasi
tersebut meskipun peraturan perundangan yang berlaku bias digunakan untuk itu. Pemerintah
bisa saja, umpamanya, melarang pembentukan partai politik karena bertentangan dengan UU
Partai Politik dan Golongan Karya yanghanya mengakui dua partai politik dan satu Golongan
Karya. Tentu saja pemerintah tidak mau mengambil resiko bertentangan dengan rakyat sehingga
pemerintah membiarkan demokratisasi bergerak sesuai dengan keinginan rakyat.
Pemerintah kemudian membuka peluang yang lebih luas untuk melakukan

demokratisasi dengan mengeluarkan tiga UU politik baru yang lebih demokratis pada awal 1999.
Langkah selanjutnya adalah amandemen UUD 1945 yang bertujuan untuk menegakkan
demokrasi secara nyata dalam sistem politik Indonesia.Demokratisasi pada tingkat pemerintah
pusat dilakukan bersamaan dengan demokratisasi pada tingkat pemerintah daerah
(provinsi,kabupaten, dan kota). Tidak lama setelah UU Politik dikeluarkan,diterbitkan pula UU
Pemerintahan Daerah yang memberikan otonomi
yang luas kepada daerah-daerah.Suasana bebebasan dan keterbukaan yang terbentuk pada tingkat
pusat dengan segera diikuti oleh daerahdaerah.
Oleh karena itu beralasan untuk mengatakan, demokratisasi di Indonesia semenjak 1998 juga
telah menghasilkan demokratisasi pada tingkat pemerintah daerah.Sesuai dengan perkembangan
demokratisasi di tingkat pusat, di tingkat provinsi (juga di tingkat kabupaten dan kota) dilakukan
penguatan kedudukan dan fungsi tersebut mempunyai kedudukan yang sama dengan gubernur.
Gubernur tidak lagi merupakan “penguasa tunggal” seperti yang disebutkan dalam UU Pemda
yang dihasilkan selama masa Orde Baru.DPRD telah mendapatkan perannya sebagai lembaga
legislatif daerah yang bersama-sama dengan gubernur sebagai kepala eksekutif membuat
peraturan daerah (perda). DPRD Provinsi menjadi lebih mandiri karena dipilih melalui pemilihan
umum (pemilu) yang demokratis. Melalui pemilu tersebut, para pemilih mempunyai kesempatan
menggunakan hak politik mereka untuk menentukan partai politik yang akan duduk di DPRD.
Suasana kebebasan yang tercipta di tingkat pusat sebagai akibat dari demokratisasi juga tercipta
di daerah. Partisipasi masyarakat dalam memperjuangkan
tuntutan mereka dan mengawasi jalannya pemerintahan telah menjadi gejala umum di seluruh
provinsi di Indonesia. Berbagai demonstrasi dilakukan oleh kelompokkelompok masyarakat, tidak hanya di kota-kota besar, tetapi juga di pelosok-pelosok desa di
Indonesia.Rakyat semakin menyadari hak-hak mereka sehingga mereka semakin
peka terhadap praktek-praktek penyelenggaraan pemerintahan yang tidak benar dan merugikan
rakyat.Hal ini mengharuskan pemerintah bersikap lebih peka terhadap aspirasi yang berkembang
di dalam masyarakat. Demokratisasi telah membawa

perubahan-perubahan politik baik di tingkat pusat maupun daerah. Apa yang terjadi di tingkat
pusat dengan cepat ditiru oleh daerahdaerah. Demokratisasi merupakan
sarana untuk membentuk system politik demokratis yang memberikan hak-hak yang luas kepada
rakyat sehingga pemerintah dapat diawasi untuk mencegah terjadinya
penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power).
Dalam perkembangan-nya demokrasi di Indonesia,demokrasi dibagi dalam beberapa periode
berikut:
1.Pelakasanaaan Demokrasi pada Masa Revolusioner (1945-1950)
Tahun 1945-1950,Indonesia masih berjuang menghadapi Belanda yang ingin kembali ke
Indonesia.Pada saat itu pelaksanaan demokrasi belum berjalan dengan baik karena masih adanya
revolusi fisik.Pada awalnya kemerdekaan masih terdapat sentralisasi kekuasaan.Hal itu terlihat
pada pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945 yang menyebutkan bahwa sebelum MPR ,DPR dan
DPA dibentuk menurut UU ini ,segala kekuasaan dijalankan oleh Presiden dengan dibantu oleh
KNIP.Untuk menghindari bahwa negara Indonesia adalah negara yang absolute ,pemerintah
mengeluarkan:
a.Maklumat Wakil Presiden No.X tanggal 16 oktober 1945,KNIP berubah menjadi lembaga
legislatif;
b.Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945 tentang Pembentuksn Partai Politik;
c.Maklumat Pemmerintah tangaal 14 november 1945 tentang perubahan sistem pemerintahan
presidensial menjadi parlementer .

2.Pelaksanaan Demokrasi pada Masa Orde Lama
a) Masa Demokrasi Liberal 1950-1959
Pada masa demokrasi ini peranan parlemen ,akuntabilitas politik sangat tinggi dan
berkembangnya partai-partai politik.Akan tetapi ,praktik demokrasi pada masa ini dinilai gagal
disebabkan :

1)

Dominannya partai politik ;

2)

Lanadasan social ekonomi yang masih lemah ;

3)

Tidak mampunya konstituante bersidang untuk mengganti UUDS 1945.

Atas dasar kegagalan itu,Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5 juli 1959 yanag isinya:
ü Bubarkan konstituante
ü Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUDS 1950
ü Pembentukan MPRS dan DPAS.
b) Masa Demokrasi Terpimpin
Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No.VII/MPRS/1965 adalah
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan yang
berintikan musyawarah untuk mufakat secara gotong royong di antara semua kekuatan nasional
yang progresif revolusioner dengan berporoskan nasakom.Ciri-cirinya adalah:
v Tingginya dominasi presiden
v Terbatasnya peran partai politik
v Berkembangya pengaruh PKI
Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antaara lain:
Ø Sistem kepartaian menjadi tidak jelas ,dan para pemimpin partai banyak yang dipenjarakan;
Ø Peranan parlemen lemah,bahkan akhirnya dibubarkan oleh presiden dan presiden
membentuk DPRGR ;
Ø Jaminan HAM lemah;
Ø Terbatasnya peran pers;
Ø Kebijakan politik luar negeri memihak ke RRC (blok timur) yang memicu terjadinya
peristiwa pemberontakan G 30 S PKI .
3.Pelaksanaan Demokrasi pada Masa Orde Baru 1966-1998

Pelaksanaan demokrasi Orde Baru ditandai dengan keluarnya Surat Perintah 11 maret
1996.Orde Baru bertekad akan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen .Awal Orde Baru member harapan baru kepada rakyat pemnbangunan di segala
bidang melalui Pelita I,II,III,IV,V dan masa Orde Baru berhasil menyelenggarakan Pemilihan
Umun tahun 1971,1977,1782 ,1987,1992,dan 1997.Meskipun demikian pelaksanaan demokrasi
pada masa Orde Baru ini dianggap gagal dengan alsan:
§ Tidak addanya rotasi kekuaan eksekutif;
§ Rekrutmen politik yang tertutup;
§ Pemilu yang jauh dari semangat demokrasi ;
§ Pengakuan HAM yang terbatas;
§ Tumbuhnya KKN yang merajalela.
4.Pelaksaan Demokrasi Orde Reformasi 1998- Sekarang
Demokrasi pada masa reformasi pada dasanrnya merupakan demokrasi dengan
pernbaikan peraturan yang tidak demokratis,dengan meningkatkan peran lembaga tinggi dan
tertinggi negara dengan menegaskan fungsi,wewenang,dan tanggung jawab yang mengacu pada
prinsip pemisahan kekuasaan dan tata hubungan yang jelas antara lembaga-lembaga
eksekutif,legislative,dan yudikatif.

Masa reformasi berusaha membangun kehidupan yang demokratis antara lain dengan:
Keluarnya Ketetapan MPR RI No.X/MPR/1998 tentang pokok-pokok reformasi;
Ketetapan No.VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang Referendum;
Tap MPR RI No.XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang bebas dari KKN;
Tap MPR RI No.XIII/MPR/1998 tentang ppembatasan Masa Jabatan Presiden dan Wakil
Presiden RI;

Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I,II,III,IV.
Disisi lain ada jugak ahli yang berpendapat tentang pelaksanaaan demokrasi di Indonesia yaitu
Menurut Azyumardi Azra (2000: 130-141) Perkembangan demokrasi
di Indonesia dari segi waktu dapat dibagi dalam empat periode, yaitu :
1) Periode 1945-1959 Demokrasi Parlementer.
Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan demokrasi parlementer. Sistem parlementer ini
mulai berlaku sebulan setelah kemerdekaan diproklamasikan. Sistem ini kemudian diperkuat
dalam Undang-Undang Dasar 1949 (Konstitusi RIS) dan Undang-Undang Dasar Sementara
(UUDS) 1950. Meskipun sistem ini dapat berjalan dengan memuaskan di beberapa negara Asia
lain, sistem ini ternyata kurang cocok diterapkan di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan
melemahnya persatuan bangsa. Dalam UUDS 1950, badan eksekutif terdiri dari Presiden sebagai
kepala negara konstitusional (constitutional head) dan perdana menteri sebagai kepala
pemerintahan.
2) Periode 1959-1965 (Orde Lama)Demokrasi Terpimpin.
Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan demokrasi terpimpin. Dalam demokrasi
terpimpin ditandai oleh tindakan yang menyimpang dari atau menyeleweng terhadap ketentuan
Undangundang Dasar. Dan didalam demokrasi terpimpin terdapat ciri-ciri yaitu adanya dominasi
dari Presiden, terbatasnya peranan partai politik, berkembangnya pengaruh komunis dan
meluasnya peranan ABRI sebagai unsur sosial politik. Dekrit Presiden 5 Juli dapat dipandang
sebagai suatu usaha untuk mencari jalan keluar dari kemacetan politik melalui pembentukan
kepemimpinan yang kuat.
Misalnya berdasarkan ketetapan MPRS No. III/1963 yang mengangkat Ir. Soekarno sebagai
Presiden seumur hidup. Selain itu, terjadi penyelewengan dibidang perundang-undangan dimana
pelbagai tindakan pemerintah dilaksanakan melalui Penetapan
Presiden (Penpres) yang memakai Dekrit 5 Juli sebagai sumber hukum, dan sebagainya.
3) Periode 1965-1998 (Orde Baru) Demokrasi Pancasila.

Demokrasi pada masa ini dinamakan demokrasi pancasila. Demokrasi Pancasila dalam rezim
Orde Baru hanya sebagai retorika dan gagasan belum sampai pada tataran praksis atau
penerapan. Karena dalam praktik kenegaraan dan pemerintahan,rezim ini sangat tidak
memberikan ruang bagi kehidupan berdemokrasi. Menurut M. Rusli Karim, rezim Orde Baru
ditandai oleh; dominannya peranan ABRI, birokratisasi dan sentralisasi pengambilan keputusan
politik, pembatasan peran dan fungsi partai politik, campur tangan pemerintah dalam persoalan
partai politik dan publik, masa mengambang, monolitisasi ideologi negara, dan inkorporasi
lembaga nonpemerintah
4) Periode 1998-sekarang ( Reformasi ).
Orde reformasi ditandai dengan turunnya Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998. Jabatan
presiden kemudian diisi oleh wakil presiden, Prof. DR. Ir. Ing. B.J. Habibie. Turunnya presiden
Soeharto disebabkan karena tidak adanya lagi kepercayaan dari rakyat terhadap pemerintahan
Orde Baru. Bergulirnya reformasi yang mengiringi keruntuhan rezim tersebut menandakan tahap
awal bagi transisi demokrasi Indonesia. Transisi demokrasi merupakan fase krusial yang kritis
karena dalam fase ini akan ditentukan ke mana arah demokrasi akan dibangun.

BAB IV PENUTUP

Dalam mempelajari bagaimana sesungguhnya perkembangan demokrasi di Indonesia saat
ini maka kita memerlukan data tentang perkembangan demokrasi di Indonesia yang bisa ketahui
melalui pengamatan terhadap indeks demokrasi Indonesia.
Untuk mengetahui bagaimana

Demokrasi Indonesia (IDI) dioperasikan ke dalam

tiga aspek kinerja demokrasi, yaitu: Kebebasan Sipil, Hak-hak Politik, dan Lembaga Demokrasi.
Distribusi indeks dari ketiga aspek IDI adalah:
86,97 untuk aspek Kebebasan Sipil;
54,60,untuk aspek Hak-Hak Politik; dan
62,72 untuk aspek Lembaga Demokrasi.
Distribusi indeks tiga aspek ini sekaligus memperlihatkan kontribusi dari masing-masing aspek
terhadap indeks keseluruhan pada skala nasional,dimana aspek Kebebasan Sipil memberikan
kontribusi paling tinggi,disusul oleh Lembaga Demokrasi,dan yang paling kecil memberikan
kontribusi adalah aspek Hak-Hak Politik. Kontribusi indeks tiga aspek ini sangat jelas
menggambarkan meskipun aspek Kebebasan Sipil menyokong indeks sangat tinggi (86,97)
namun indeks secara keseluruhan yang dapat dicapai hanya sebesar 67,30 dikarenakan dua aspek
lainnya memberikan kontribusi indeks relatif rendah.Indeks aspek Kebebasan Sipil yang relatif
tinggi tersebut dihasilkan dari agregasi indeks empat variable yang yang dimiliki yaitu:
(1) Kebebasan Berkumpul dan Berserikat,
(2) Kebebasan Berkeyakinan,
(3)Kebebasan dari Diskriminasi, dan
4) Kebebasan Berpendapat;
Dimana seluruhnya memberikan kontribusi indeks yang tinggi.
Sedangkan rendahnya indeks aspek Hak-Hak Politik disebabkan kontribusi indeks dua variabel
yang dimiliki, yakni:
(1) Partisipasi Politik dalam Pengambilan Keputusan dan Pengawasan

Pemerintahan, serta
(2) Hak Memilih dan Dipilih (kurang dari 60).
Sementara untuk aspek Lembaga Demokrasi, kendati tiga dari lima varibel yang dimiliki yakni:
(1) Peran Peradilan yang Independen,
(2) Peran Birokrasi Pemerintah, dan
(3) Pemilu yang Bebas dan Adil memberikan kontribusi indeks tinggi,
namun dua variabel yang lain yaitu
(4) Peran DPRD, dan
(5) Peran Partai Politik memberikan kontribusi indeks sangat rendah.
Agregasi dari indeks lima variabel ini pada akhirnya telah memosisikan indeks nasional untuk
aspek Lembaga Demokrasi berada pada angka 62,72.
Sehingga dapat di simpulkan perkembangan demokrasi di Indonesia saat ini beranjak dari indeks
nasional tiga aspek di antara proposisi yang dapat dikemukakan sebagai jawaban adalah,sejauh
ini Indonesia relatif sangat berhasil dalam membangun kebebasan sipil, dan cukup berhasil
dalam membangun lembaga demokrasi,namun pada sisi lain relatif tertinggal dalam hal hak-hak
Politik.

DAFTAR PUSTAKA
Arif Dikdik Baehaqi.2012.Diktat Mta Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.Universitas Ahmad
Dahlan:Yogyakarta

Dr.Sahya Anggara,M.Si.2013.Sistem Politik Indonesia.CV PUSTAKA SETIA:Bandung

Rauf Maswadi,dkk.2009.Manakar Demokrasi di Indonesia’Indeks Demokrasi di Indonesia
2009’.UNDP:Jakarta

Septilina Ninis Ristina.2011.Hubungan Antara Pemahaman Demokrasi dan Budaya Demokrasi
dengan Sikap Demokrasi.uns:Surakarta