MATERI STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMB

MATERI STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN
PETA KONSEP

A. Jaringan Tumbuhan
Ketika duduk di SMA kelas X, Anda telah mempelajari berbagai macam
tumbuhan, dari tumbuhan tingkat rendah sampai tumbuhan tingkat tinggi. Tumbuhan
tingkat tinggi telah memiliki akar, batang, dan daun sejati serta menghasilkan biji
sebagai alat perkembangbiakan.
Pada dasarnya jaringan pada tumbuhan ada dua macam, yaitu jaringan
meristem (embrional) dan jaringan permanen (dewasa). Jaringan meristem tersusun
oleh sel-sel muda sehingga selalu membelah dan belum terdiferensiasi.
Sel-sel penyusun jaringan permanen sudah tidak membelah, tetapi telah
terdiferensiasi sehingga membentuk berbagai jaringan yang lebih kompleks.
Diferensiasi adalah proses perubahan jaringan meristem menjadi jaringan-jaringan
lain. Hasil diferensiasi jaringan meristem antara lain jaringan epidermis, parenkim,
kolenkim, klorenkim, sklerenkim, xilem, dan floem.
Berbagai macam jaringan tumbuhan, letak, dan fungsinya dijelaskan dalam
uraian berikut.

1. Jaringan Meristem (Embrional)
Meristem merupakan istilah dari kata Yunani, meristes, yang berarti

”terbelah”. Jaringan meristem disebut juga jaringan muda karena terdiri dari selsel yang masih muda (embrional) dan belum mengalami diferensiasi atau
spesialisasi. Jadi, jaringan meristem adalah jaringan yang sel penyusunnya
bersifat embrional, artinya sel-selnya senantiasa aktif membelah diri untuk
menambah jumlah sel tubuh. Sel-sel jaringan meristem biasanya berdinding
tipis, vakuola banyak dan ukurannya kecil, mengandung banyak protoplasma,
plastida belum matang, dan inti besar. Bentuk sel penyusun jaringan meristem
umumnya sama ke segala arah.
Perhatikan Gambar 2.1 di samping. Berdasarkan letaknya pada batang, jaringan
meristem dibedakan menjadi tiga sebagai berikut.
a. Meristem lateral (lateral meristem)
atau meristem samping, terdapat di
kambium

dan

kambium

gabus

(felogen).

b. Meristem

interkalar

(intercalary

meristem) atau meristem antara,
terdapat di antara jaringan dewasa,
misalnya di pangkal ruas batang.
c. Meristem apikal (apical meristem)
atau meristem ujung, terdapat di
ujung batang dan ujung akar.
Gambar. 2.1 letak jaringan meristem

Perhatikan Gambar 2.2 agar Anda dapat mengetahui struktur jaringan meristem
yang terletak di ujung batang tumbuhan.

Gambar. 2.2 Struktur jaringan meristem pada ujung batang tumbuhan

Sementara itu, jaringan meristem dibedakan menjadi meristem primer dan

meristem sekunder berdasarkan asal terbentuknya.
a. Meristem Primer
Meristem primer adalah jaringan muda yang berasal dari sel-sel
embrional. Meristem primer merupakan kelanjutan dari kegiatan embrio
atau lembaga yang terdapat pada kuncup ujung batang dan ujung akar. Hal
inilah yang memungkinkan akar dan batang bertambah panjang sehingga
tumbuhan dapat bertambah tinggi. Perhatikan Gambar 2.3 untuk
mengetahui letak meristem pada akar.

Gambar. 2.3 Meristem primer pada akar

Daerah-daerah

pada

meristem

primer

mempunyai


tingkat

perkembangan sel berbeda-beda. Meristem ujung terdapat pada ujung
batang. Di dekat meristem ujung terdapat promeristem dan daerah
meristematik lain. Daerah ini terdiri dari sekelompok sel yang telah

mengalami diferensiasi sampai tingkat tertentu dan terdiri dari tiga jenis
jaringan (meristem primer) sebagai berikut.
1)

Protoderma, bagian ini merupakan asal-usul jaringan kulit
(epidermis).

2) Prokambium, bagian ini akan membentuk jaringan ikat pembuluh
primer (xilem primer dan floem primer) dan kambium.
3) Meristem dasar, bagian ini akan membentuk jaringan dasar
(parenkim) tumbuhan.

b. Meristem Sekunder

Meristem sekunder terbentuk dari jaringan dewasa yang telah
terhenti pertumbuhannya, tetapi menjadi embrional kembali. Kambium
gabus pada batang Dicotyledoneae dan Gymnospermae terbentuk dari selsel korteks di bawah epidermis. Bagian ini merupakan salah satu contoh
meristem sekunder.
Sel-sel kambium tumbuh dan membelah sepanjang hidup tumbuhan,
sehingga batang tumbuhan tumbuh menjadi lebih besar. Jaringan kambium
yang terletak di antara xilem dan floem disebut meristem sekunder.
Pertumbuhan sel kambium ke arah dalam akan membentuk xilem sekunder
dan ke arah luar membentuk floem sekunder.Jaringan kambium dijumpai
pada batang tumbuhan anggota kelas Dicotyledoneae. Sementara itu,
tumbuhan kelas Monocotyledoneae tidak mempunyai jaringan kambium
(meristem sekunder) sehingga batangnya tidak mengalami pertumbuhan
sekunder.
2. Jaringan Dewasa
Di halaman depan telah disebutkan bahwa jaringan dewasa merupakan
jaringan yang sel-selnya sudah tidak membelah, tetapi telah mengalami
diferensiasi dan spesialisasi fungsi dari sel-sel hasil pembelahan meristem.
Diferensiasi ini merupakan proses perubahan jaringan meristem menjadi
jaringan-jaringan lain yang lebih kompleks. Jaringan dewasa meliputi jaringan
pelindung (epidermis dan jaringan gabus), jaringan dasar (parenkim), jaringan

penguat (kolenkim dan sklerenkim), dan jaringan pengangkut (xilem dan
floem).

a.

Jaringan Pelindung
Tumbuh-tumbuhan memerlukan perlindungan dari semua pengaruh
luar yang merugikan pertumbuhannya, misalnya kekurangan air,
kerusakan mekanis, suhu udara yang terlalu tinggi atau rendah, kehilangan
zat-zat makanan, serta perlindungan terhadap serangan penyakit dan
hama. Jaringan pelindung pada tumbuhan berupa jaringan epidermis dan
jaringan gabus.
1) Jaringan Epidermis
Jaringan epidermis merupakan jaringan terluar tumbuhan yang
berasal dari jaringan protoderma dan menutupi seluruh tubuh
tumbuhan. Jaringan epidermis biasanya terdiri dari satu lapisan sel
yang masih hidup dan terletak pada permukaan luar organ tumbuhan.
Bentuk selnya bermacam-macam dan susunannya rapat sehingga tidak
terdapat ruang-ruang antarsel (non intercellular spaces). Vakuolanya
yang besar terdapat di bagian tengah, berisi cairan sel yang berwarna

(antosianin) atau dapat pula tidak berwarna.
Jaringan epidermis selain berfungsi sebagai jaringan pelindung
juga berfungsi sebagai tempat pertukaran zat. Epidermis terdapat pada
batang, akar, dan daun. Epidermis pada permukaan daun dan batang
biasanya dilapisi semacam zat lemak yang disebut kutikula, misalnya
pada daun nangka. Sementara itu, pada daun pisang dan daun keladi,
epidermisnya membentuk lapisan lilin yang kedap air. Sebagian sel-sel
epidermis dapat berkembang menjadi alat-alat tambahan lain yang
disebut derivat epidermis, misalnya stomata dan trikomata.

Gambar 2.4
Jaringan pada potongan melintang batang muda tumbuhan Dicotyledoneae

a) Stomata (Mulut Daun)
Stomata merupakan derivat jaringan epidermis pada daun.
Stomata berupa lubang-lubang yang masing-masing dibatasi oleh sel
penutup, yaitu selsel epidermis yang telah mengalami perubahan
bentuk dan fungsi. Perhatikan Gambar 2.5. Stomata berfungsi untuk
pertukaran gas. Adapun bagianbagian stomata sebagai berikut.


Gambar. 2.5 Epidermis pada daun

(1) Sel Penutup (Guard Cell)
Sel penutup disebut juga sel penjaga. Sel penutup terdiri dari
sepasang sel yang kelihatannya simetris dan umumnya berbentuk
ginjal. Sel-sel penutup merupakan sel-sel aktif (hidup). Pada selsel penutup terdapat kloroplas.
(2) Celah (Aperture = porus)
Di antara kedua sel penutup terdapat celah (porus) yang
berupa lubang kecil. Sel penutup dapat mengatur menutup atau
membukanya porus berdasarkan perubahan osmosisnya.
(3) Sel Tetangga (Subsidiary Cell)
Sel tetangga merupakan sel-sel yang berdampingan atau
yang berada di sekitar sel-sel penutup. Sel-sel tetangga dapat
terdiri

dari

dua

buah


atau

lebih

yang

secara

khusus

melangsungkan fungsinya secara berasosiasi dengan selsel
penutup.
(4) Ruang Udara Dalam (Substomata Chamber)
Ruang udara merupakan suatu ruang antarsel yang besar dan
berfungsi ganda dalam fotosintesis, transpirasi, dan juga respirasi.

Keadaan keempat bagian tersebut berbeda pada saat stomata
terbuka dan tertutup. Perhatikan Gambar 2.6 berikut.


Gambar. 2.6 Stomata terbuka dan tertutup

Berdasarkan letak sel penutupnya, stomata dapat dibedakan
menjadi dua macam sebagai berikut.
(1) Stomata fanerofor, yaitu stomata yang sel-sel penutupnya terletak
pada

permukaan

daun

(menonjol)

sehingga

memudahkan

pengeluaran air, misalnya pada tumbuhan hidrofit.
(2) Stomata kriptofor, yaitu stomata yang sel-sel penutupnya berada
jauh di bawah permukaan daun (tersembunyi), fungsinya untuk

mengurangi penguapan yang berlebihan. Contohnya pada
tumbuhan xerofit.
b) Trikomata
Trikomata merupakan derivat epidermis yang membentuk
struktur beragam seperti rambut, sisik, rambut kelenjar, tonjolan, dan
lain-lain. Trikomata terdapat hampir pada semua organ tumbuhan.
Terkadang trikomata berbentuk pendek yang tampak berupa
penonjolan-penonjolan (seperti bukit-bukit kecil) pada permukaan
epidermis. Papilla merupakan alat sekresi yang mengeluarkan
semacam lendir. Papilla yang tidak mengeluarkan sejenis lendir,
tetapi hanya mengeluarkan air disebut papullae. Trikomata
mempunyai fungsi sebagai berikut.
(1) Memperbesar fungsi epidermis sebagai jaringan pelindung
terutama mencegah penguapan yang berlebihan. Misalnya
trikomata pada daun, tulang daun, dan batang.

(2) Sebagai alat pengisap air dan garam-garam tanah, misalnya bulu
akar.
(3) Membantu penyebaran biji dan memungkinkan biji-biji itu
tumbuh.
(4) Melindungi tumbuhan dari gangguan luar. Misalnya rambutrambut penyengat (pneumatokist).
(5) Sebagai alat penerus rangsang yang datang dari luar. Misalnya
trikomata pada daun tembikar.
(6) Sebagai alat sekresi.
Berdasarkan ada tidaknya fungsi sekret, trikomata dapat
dibedakan menjadi dua sebagai berikut.
(1) Trikomata

yang

tidak

menghasilkan

sekret

(trikomata

nonglandular). Beberapa macam trikomata nonglandular sebagai
berikut.
(a) Rambut bersel satu atau bersel banyak dan tidak pipih,
contohnya pada Lauraceae dan Moraceae.
(b) Rambut sisik yang memipih dan bersel banyak, contohnya
pada daun durian (Durio zibetinus).
(c) Rambut bercabang dan bersel banyak, contohnya pada daun
waru (Hibiscus tiliaceus).
(2) Trikomata yang menghasilkan sekret (trikomata glandular).
Trikomata pada daun tembakau (Nicotiana tabacum) merupakan
trikomata glandular yang sederhana, memiliki tangkai dengan
kepala bersel satu atau bersel banyak. Pada tumbuhan sering
dijumpai berbagai macam trikomata glandular, yaitu sebagai
berikut.
(a) Trikomata hidatoda, terdiri dari sel tangkai dan beberapa sel
kepala dan mengeluarkan larutan. Misalnya pada keluarga
keladi (Araceae).
(b) Kelenjar garam, terdiri dari sebuah sel kelenjar besar dengan
tangkai yang pendek, misalnya pada tumbuhan bakau.

(c) Kelenjar madu, berupa rambut bersel satu atau lebih dengan
plasma yang kental dan mampu mengeluarkan madu ke
permukaan sel, misalnya pada tanaman pisang.
(d) Rambut gatal, berupa sel tunggal dengan pangkal berbentuk
kantung dan ujung runcing. Isi sel menyebabkan rasa gatal.
Misalnya pada rambut sengat kemaduh (Laportea stimulans).
2) Jaringan Gabus
Selain epidermis ada sejenis jaringan tertentu yang sifatnya
lebih kuat dari epidermis, jaringan ini dikenal sebagai jaringan gabus
(cork tissue). Perhatikan Gambar 2.8. Biasanya jaringan ini berada di
bagian tepi, meskipun tidak mutlak dan banyak terdapat pada
tumbuhan yang berumur panjang. Dalam hal ini, biasanya epidermis
tumbuhan telah mati atau tidak aktif lagi sebelum terjadi penggabusan
itu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa jaringan gabus ini
menggantikan fungsi epidermis. Selain itu, jaringan gabus juga
berfungsi sebagai pembatas antara jaringan-jaringan di dalam
tumbuhan. Jaringan gabus dibedakan menjadi 3 macam yaitu
eksodermis, endodermis, dan kulit gabus (peridermis).
Jika epidermis hilang atau rusak, lapisan sel di bawahnya akan
berubah menjadi jaringan pelindung dan bergabus yang mengandung
suberin. Jaringan inilah yang dinamakan eksodermis. Endodermis
adalah lapisan sel yang terdapat dalam akar yang dinding selnya
bergabus. Lapisan sel ini sering dianggap sebagai lapisan sel yang
paling dalam dari korteks (kulit kayu) atau lapisan sel paling luar dari
silinder pusat (stele). Sementara itu, kulit gabus atau peridermis
mempunyai bagian-bagian sebagai berikut.
a) Felogen (cork cambium) yaitu kambium gabus yang merupakan
suatu lapisan sel meristematis.
b) Felem (cork) yaitu gabus sebagai produk dari felogen yang
terbentuk ke arah luar.
c) Feloderma yaitu suatu parenkim gabus yang dapat dikatakan
hampir homogen dengan parenkim korteks yang terbentuk ke arah
dalam.
b. Jaringan Dasar (Parenkim)

Jaringan parenkim atau jaringan dasar (ground tissue) merupakan
suatu jaringan yang terbentuk dari sel-sel hidup dengan struktur morfologi
serta fisiologi yang bervariasi dan masih melakukan segala kegiatan
proses fisiologis. Disebut sebagai jaringan dasar karena hampir setiap
bagian tumbuhan mempunyai jaringan ini. Parenkim terdapat pada akar,
batang, daun, dan melingkupi jaringan lainnya, misalnya pada xilem dan
floem.
Perhatikan Gambar 2.9. Parenkim mempunyai dinding sel tipis dan
jika mengalami penebalan biasanya terdiri dari selulosa yang masih lentur.
Dinding selnya jarang sekali mengandung lignin, kecuali organ yang telah
tua.

Dinding

sel

yang

telah

menebal

umumnya

mempunyai

plasmodesmata yang dapat membantu kelancaran pertukaran zat. Jaringan
parenkim mempunyai sel-sel yang masih hidup. Di bagian tengah ruang
selnya terdapat sentra vakuola besar berisi zat-zat makanan cadangan.
Dalam protoplasma biasanya terdapat plastida baik leukoplas, kloroplas,
maupun kromoplas. Di antara sel-sel parenkim, terdapat ruang antarsel
(intercellular spaces) yang berperan dalam pertukaran atau peredaran gasgas. Kebanyakan sel parenkim berbentuk segi banyak (polihedral).
Selain sebagai jaringan dasar, jaringan parenkim juga berfungsi
sebagai jaringan penghasil dan penyimpan cadangan makanan. Parenkim
penghasil makanan adalah parenkim yang digunakan sebagai tempat
fotosintesis, misalnya pada mesofil daun. Hasil-hasil fotosintesis akan
disimpan dalam parenkim. Parenkim batang dan akar pada beberapa
tumbuhan berfungsi untuk menyimpan pati sebagai cadangan makanan,
misalnya pada ubi jalar (Ipomea batatas). Selain itu, epidermis juga
berfungsi sebagai penyokong tubuh apabila vakuolanya berisi air, seperti
pada tumbuhan lunak (bayam).
Terdapat berbagai macam jaringan parenkim antara lain parenkim
asimilasi, parenkim makanan, parenkim air, parenkim udara, dan
parenkim pengangkut. Parenkim asimilasi terdiri dari sel-sel yang
mengandung banyak plastida kloroplas sehingga disebut juga klorenkim,
misalnya pada daun. Parenkim ini bermanfaat bagi berlangsungnya
fotosintesis (sintesis karbohidrat).

Parenkim makanan mengandung plastida amiloplas yang berfungsi
sebagai tempat penyimpanan makanan cadangan, misalnya pada akar,
umbi, umbi lapis, dan akar rimpang. Parenkim air digunakan sebagai
jaringan penyimpan air, di mana air ini terikat dalam vakuola dari
selselnya secara aktif, misalnya pada batang yang bersifat succulent
(mampu menyimpan air dalam jaringan sehingga tampak berdaging)
seperti pada tumbuhan kaktus.
Parenkim udara mempunyai ruang-ruang antarsel yang cukup besar
dan di dalamnya terdapat udara, misalnya pada alat pengapung tumbuhan
dan tangkai daun Canna sp. Sementara itu, parenkim pengangkut terdiri
atas sel-sel memanjang dengan letak menurut arah pengangkutan,
misalnya pada xilem dan floem.

c. Jaringan Penguat
Di dalam tubuh tumbuhan diperlukan adanya jaringan penguat untuk
memperkokoh tubuh. Oleh karena itu, tumbuhan memerlukan jaringan
penguat atau penunjang yang disebut juga jaringan mekanik. Jaringan
mekanik ini umumnya terdiri dari sel-sel berdinding tebal serta
mengandung lignin dan zat-zat lainnya. Zat-zat tersebut memberi sifat
keras pada dinding selnya. Berdasarkan bentuk dan sifatnya, jaringan
mekanik dibagi atas kolenkim dan sklerenkim.
1) Jaringan Kolenkim
Jaringan ini menjadi penguat utama organ-organ tumbuhan
yang masih aktif mengadakan pertumbuhan dan perkembangan.
Kolenkim merupakan jaringan homogen yang tersusun atas sel-sel
kolenkim. Kolenkim umumnya terletak di bawah epidermis batang,
tangkai daun, tangkai bunga, dan ibu tulang daun. Kolenkim jarang
terdapat pada akar. Sel kolenkim biasanya memanjang sejajar dengan
pusat organ tempat kolenkim itu terdapat. Perhatikan Gambar 2.10.
Gambar 2.10. Struktur jaringan kolenkim

Dinding sel kolenkim tidak mengandung lignin, tetapi
mengandung selulosa, pektin, dan hemiselulosa. Adakalanya dalam
sel kolenkim terdapat kloroplas sehingga juga berfungsi dalam
fotosintesis.
Sel-sel kolenkim biasanya mengalami penebalan setempat pada
dinding selnya. Berdasarkan letak dan bentuk penebalan, kolenkim
dibedakan menjadi tiga macam yaitu kolenkim angular, kolenkim
lamellar,

dan

kolenkim

lacunate.

Kolenkim

angular

(sudut)

mengalami penebalan pada bagian-bagian sudutnya. Kolenkim
lamellar (papan) mengalami penebalan pada dindingdinding sel yang
tangensial saja. Sementara itu, kolenkim lacunate (lakuna) mengalami
penebalan pada permukaan ruang antarsel.
2) Jaringan Sklerenkim
Jaringan ini juga merupakan jaringan penguat, tetapi hanya
terdapat pada jaringan tumbuhan yang tidak lagi mengadakan
pertumbuhan dan perkembangan. Jaringan sklerenkim terdiri atas selsel mati. Dinding selnya sangat tebal dan kuat karena mengandung
lignin (komponen utama kayu). Dinding selnya mengalami penebalan
primer dan penebalan sekunder oleh zat lignin Perhatikan Gambar
2.11.
Berdasarkan bentuknya, sklerenkim dibagi menjadi dua, yaitu
serabut sklerenkim yang berbentuk seperti benang panjang, dan
sklereid (sel batu). Sklereid terdapat pada berkas pengangkut, di
antara sel-sel parenkim, korteks batang, tangkai daun, akar, buah, dan
biji. Sklerenkim berfungsi menguatkan bagian tumbuhan yang sudah
dewasa. Sklerenkim juga berfungsi untuk melindungi bagian-bagian

Gambar 2.11. Struktur jaringan
sklerenkim

lunak yang berada di bagian
lebih dalam misalnya pada
kulit biji jarak, tempurung
kelapa, dan buah kenari.
d. Jaringan Pengangkut
Jaringan

pengangkut

berfungsi untuk mengangkut zatzat
mineral (unsur hara dan air) yang
diserap oleh akar dari tanah. Selain
itu,

jaringan

sebagai

pengangkut

pengangkut

juga
zat-zat

makanan hasil fotosintesis untuk
disalurkan ke bagian-bagian lain.
Berdasarkan bentuk dan sifatnya,
jaringan ini dibedakan menjadi
jaringan floem dan jaringan xilem.
1) Floem
Floem

berfungsi

mengangkut dan mengedarkan
zatzat makanan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian
tumbuhan. Floem tersusun atas sel-sel yang masih aktif atau hidup
dan yang telah mati. Floem merupakan suatu jaringan dewasa yang
kompleks.

Pelaksanaan

fungsi

floem

didukung

oleh

sel-sel

penyusunnya. Floem terdiri dari beberapa sel atau unsur yaitu unsurunsur kibral, sel pengantar, sel albumen, parenkim floem, dan seratserat floem. Perhatikan Gambar 2.12 berikut.

Gambar. 2.12 Jaringan floem Monocotyledoneae terdiri atas buluh tapis,
sel pengantar, parenkim, dan serabut floem

Unsur-unsur kibral atau tapis terdiri atas dua macam, yaitu selsel tapis dan komponen buluh tapis. Sel-sel penyusun buluh tapis
mempunyai dinding melintang yang berfungsi sebagai sekat-sekat.
Sekatsekat ini mempunyai pori-pori dan berfungsi sebagai tapisan
atau saringan.
Parenkim floem merupakan jaringan parenkim yang terdapat di
bagian pembuluh tapis (floem). Pada bagian ini terdapat sel-sel
pengantar dan sel-sel albumen. Sel albumen merupakan sel jari-jari
empulur dan sel-sel parenkim pembuluh tapis. Sel-sel ini kaya akan
zat putih telur. Jaringan parenkim pada floem terdiri dari sel-sel yang
masih hidup dan melakukan kegiatan-kegiatan tertentu. Parenkim
floem berfungsi untuk menyimpan zat-zat tepung, lemak, dan zat
organik lainnya serta merupakan tempat akumulasi beberapa zat,
misalnya tanin dan resin.
Sel pengantar atau pengiring terdiri dari sel-sel masih hidup
dan bersifat meristematis. Fungsi sel-sel pengantar belum diketahui
secara pasti. Namun, diperkirakan bahwa sel pengantar berfungsi
sebagai pembawa hormon-hormon bagi penyembuhan luka dan
menyalurkan zat-zat makanan bagi sel-sel tapis.
Serat-serat floem terdiri atas floem primer maupun sekunder.
Floem primer terbentuk dalam organ-organ tumbuhan yang masih
mengadakan pertumbuhan memanjang. Adapun serat-serat floem
sekunder terbentuk dari sel-sel kambium.
2) Xilem

Jaringan xilem merupakan jaringan dewasa yang kompleks
dan tersusun dari berbagai macam sel. Pada umumnya, sel-sel
penyusun xilem telah mati dengan dinding sel yang tebal dan
mengandung lignin. Xilem berfungsi mengangkut air dan zat-zat
mineral (hara) dari akar ke daun serta sebagai jaringan penguat.
Xilem terdiri atas beberapa unsur atau sel-sel yaitu unsur trakeal
(trakea dan trakeida), serat xilem, dan parenkim xilem.
Trakea merupakan bagian terpenting pada xilem tumbuhan
bunga (Anthophyta). Trakea tersusun atas tabung-tabung yang
berdinding tebal karena adanya lapisan selulosa sekunder dan
diperkuat lignin sebagai bahan pengikat. Lubang atau noktah
yang terdapat di ujung-ujung sel trakea disebut perforasi. Trakea
hanya terdapat pada Angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup)
dan tidak terdapat pada Gymnospermae (tumbuhan berbiji
terbuka), kecuali anggota Gnetaceae (golongan belinjo).
Trakeida mempunyai diameter lebih kecil dibandingkan
trakea, walaupun dinding selnya juga tebal dan berkayu. Ratarata diameter trakeida 30 milimeter dan panjangnya beberapa
milimeter.

Trakeida

terdapat

pada

semua

tumbuhan

Spermatophyta (tumbuhan berbiji). Pada ujung sel trakeida
terdapat lubang seperti saringan.
Pada batang anggota tumbuhan Dicotyledoneae, jika dilihat
dari arah luar letak xilem berada pada bagian dalam sesudah
kambium. Sementara itu pada akar, xilem terletak di tengah dan
berbentuk menjari dikelilingi floem. Pada akar Monocotyledoneae, letak xilem berdampingan dengan floem dan xilem di
sebelah luar. Antara xilem dan floem tidak dibatasi oleh
kambium.