Penentuan Joint Lot Size Atas Pertimbangan Jumlah Produk Cacat Dengan Model Vendor Managed Inventory (VMI)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Dunia bisnis telah menjadi sensitif seiring dengan berjalannya waktu dan
persaingan pada saat ini dikarenakan banyaknya ketidakpastian informasi. Salah
satu ketidakpastian yang dihadapi adalah permintaan yang fluktuatif. Kondisi ini
dapat terjadi di rantai pasok suatu perusahaan yang menyebabkan perusahaan
salah dalam mengambil keputusan, seperti keputusan dalam jumlah persediaan
dan jumlah produksi suatu barang jadi. Hal ini dapat menyebabkan tingginya
persediaan produk jadi ataupun kekurangan persediaan.
Integrasi teknologi dan informasi memegang peranan yang sangat penting
dalam meningkatkan kemampuan perusahaan dalam bersaing di era globalisasi.
Perilaku konsumen seiring dengan kemajuan teknologi yang semakin inovatif
menuntut perhatian lebih dari perusahaan. Hal ini dikarenakan konsumen
menginginkan produk yang semakin berkualitas. Peranan informasi dalam
mengintegrasikan semua elemen sistem mulai dari supplier, perusahaan, dan
buyer sebagai satu kesatuan sangat menentukan keberhasilan dalam rantai pasok
perusahaan.
PT. Asia Bina Semesta Abadi merupakan perusahaan yang bergerak dalam
produksi air minum dalam kemasan. Produk perusahaan ini adalah air mineral
dalam kemasan 200 ml dan minuman variasi rasa dalam kemasan 200 ml. Data
Universitas Sumatera Utara
produksi PT Asia Bina Semesta Abadi pada tahun 2015 dapat dilihat pada tabel
1.1.
Tabel 1.1. Data Produksi PT Asia Bina Semesta Abadi Tahun 2015
No.
Jenis Produk
Jumlah Produksi (Box)
1.
Air mineral dalam kemasan cup 200 ml
269.485
2.
Apple Tea
90.468
3.
Extra Atos
110.089
4.
Grass Jelly
103.690
Sumber: PT. Asia Bina Semesta Abadi
Air mineral dalam kemasan cup 200 ml merupakan produk yang paling
banyak diproduksi oleh PT. Asia Bina Semesta Abadi dibandingkan minuman
variasi rasa sehingga produk air mineral dalam kemasan 200 ml dijadikan sebagai
objek penelitian.
Pada bulan tertentu terjadi penumpukan produk (over stock) ataupun
kekurangan produk (stock out) apabila perencanaan tidak akurat. Selama ini
perusahaan manufaktur (vendor) dan buyer menghitung lot produksi dan lot
pemesanan produk masing-masing dengan mempertimbangkan biaya yang
dikeluarkan oleh masing-masing pihak. Pada kenyataannya demand yang harus
dipenuhi selalu tidak pasti dan menyebabkan terjadinya kesulitan dalam
menentukan kebijakan ukuran lot produksi. Kekurangan informasi dapat
menimbulkan kekacauan di rantai supply.
Pengiriman barang dari vendor ke buyer dilakukan sekali seminggu dan
dilakukan pengiriman tiap hari sabtu. Proses pemesanan dilakukan dengan cara
Universitas Sumatera Utara
pihak buyer menghubungi vendor dan memberitahukan berapa jumlah permintaan
yang akan dipesan. Produk dikirim per minggu menggunakan 4 truk kontainer
sekali pengiriman kepada buyer.
Dalam memproduksi air mineral dalam kemasan 200 ml, PT. Asia Bina
Semesta Abadi mempunyai dua perusahaan buyer, yaitu CV. Tirata Cinta Alam
Indonesia dan CV.Saihati. Data persediaan, data permintaan, data jumlah produksi
dan selisih dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2. Data Persediaan, Data Permintaan, Data Jumlah Produksi dan Selisih
Jumlah Permintaan
(Box)
Total
CV. Tirata
Permintaan
Cinta Alam CV.Saihati
(Box)
Indonesia
(Box)
(Box)
11.535
12.479
24.014
Periode
JANUARI 2015
Persediaan
(Box)
Jumlah
Produksi
(Box)
Selisih
(Box)
650
22.494
-870
FEBRUARI 2015
10.117
10.250
20.367
0
21.544
307
MARET 2015
12.254
11.392
23.646
307
22.983
-356
APRIL 2015
10.241
11.121
21.362
0
22.446
728
MEI 2015
10.542
11.780
22.322
728
22.287
693
JUNI 2015
10.901
11.242
22.143
693
22.131
681
JULI 2015
11.512
12.621
24.133
681
22.367
-1.085
AGUSTUS 2015
10.342
11.202
21.544
0
23.221
592
SEPTEMBER 2015
10.282
11.902
22.184
592
22.604
1.012
OKTOBER 2015
11.388
11.272
22.660
1.012
22.332
684
NOVEMBER 2015
11.521
11.775
23.296
684
22.187
-425
DESEMBER 2015
10.222
11.121
21.343
0
22.889
1.121
Sumber: PT. Asia Bina Semesta Abadi
Dari hasil pengamatan di perusahaan, terjadinya over stock pada bulan
Februari 2015, April 2015, Mei 2015, Juni 2015,Agustus 2015, September 2015,
Universitas Sumatera Utara
Oktober 2015, dan Desember 2015 dan stock out pada bulan Januari 2015, Maret
2015, Juli 2015, dan November 2015. Terjadinya over stock dan stock out
disebabkan oleh permintaan yang cenderung berubah dan tidak adanya bagian
atau departemen khusus untuk perencanaan produksi dan persediaan dalam
penentuan lot order dengan jelas antara vendor dan buyer. Over stock
menimbulkan penambahan biaya penyimpanan dan biaya pengawasan pada
vendor yang terjadi karena vendor membuat persediaan yang berlebihan terhadap
produk air mineral, sedangkan stock out dapat mengakibatkan kekecewaan pada
pelanggan yang pada akhirnya dapat mengurangi jumlah permintaan yang terjadi
karena kapasitas produksi vendor tidak mampu memenuhi jumlah permintaan
daripada buyer dengan kapasitas produksi tiap mesin sekitar 5400 cup per jam
dengan 2 lini sekali produksi dengan total 10800 cup per jam.
Salah satu pendekatan yang dapat menentukan ukuran lot dan persediaan
yang terintegrasi antara perusahaan dan buyer adalah VMI (Vendor Managed
Inventory) dan penetapan ukuran lot gabungan dengan metode JELS (Joint
Economic Lot Sizing) yang banyak diterapkan pada perusahaan manufaktur dan
berdampak signifikan untuk menekan total biaya yang diperlukan.
Menurut Reza Hosseini Rad, et.al.1 Vendor Managed Inventory (VMI)
adalah program koordinasi antara vendor, seringkali produsen atau pemasok, dan
pembeli, mengambil kendali penuh dari manajemen persediaan dan keputusan
pengisian untuk pengecer. Dalam VMI, pembeli menyediakan informasi
persediaan kepada vendor dan vendor menggunakan informasi ini untuk
1
Reza Hosseini Rad, et. Al. “Optimizing an integrated vendor managed inventory system for a
single vendor two buyer supply chain with determining weighting factor for vendor’s ordering
cost”, International Journal Production Economics,2014, hlm.295
Universitas Sumatera Utara
memonitoring persediaan dan menempatkan pesanan. Maka lewat pengecer,
manajemen persediaan ini merupakan tugas dan tanggung jawab pembeli untuk
memberikan informasi kepada vendor yang merupakan landasan dari VMI.
Peranan dari pengecer dalam VMI bergeser dari mengelola persediaan menjadi
hanya menyewa vendor untuk mengatasi masalah persediaan.
Menurut Tahereh Poorbagheri dan Seyed Taghi Akhavan Niaki 2 VMI
adalah praktek yang terkenal sebagai kolaborasi supply chain, dimana vendor
mengelola persediaan dari pengecer dan menentukan kapan dan seberapa banyak
untuk pengisian kembali produk. Dalam kebijakan VMI, vendor menentukan
interval waktu dan jumlah dari pengisian produk dengan mengakses persediaan
pengecer dan juga data permintaan (Darwish & Odah 2010). Sistem VMI di
desain agar bisa mengurangi level persediaan dan meningkatkan integrasi supply
chain melalui pengurangan biaya sistem (Achabal et al. 2000; Angulo et al. 2004;
Cetinkaya & Lee 2000). Pada tahun 1980, ketika Walmart dan Procter dan
Gamble memulai kemitraan mereka dibawah kontrak VMI, banyak pengecer
lainnya seperti K-mart, Home Depot, dan JC Penny menjalankan kebijakan VMI
(Yao et al. 2007). Dalam persediaan rantai pasok tradisional, setiap pihak
mengupayakan minimisasi biaya. Namum, dengan menjalankan kebijakan VMI,
mereka bertujuan untuk menunjukkan bahwa dengan berkerjasama adalah cara
untuk mencapai koordinasi yang membantu mereka untuk mengambil keputusan
dan untuk mencapai biaya total yang minimum dalam supply chain (Cachon &
Fisher 2000).
2
Tahereh Poorbagheri dan Seyed Taghi Akhavan Niaki. “Vendor managed inventory of a supply
chain under stochastic demands”, Journal of Optimization in Industrial Engineering,2015,hlm.47
Universitas Sumatera Utara
Kenyataannya, pada industri manufaktur, produk cacat merupakan suatu
kejadian yang tidak dapat dihindarkan. Produk cacat yang dikirim oleh vendor
kepada buyer akan menimbulkan kerugian terhadap buyer. Oleh karena itu, buyer
perlu mengirimkan feedback kepada vendor tentang jumlah produk cacat agar
dilakukan pengembalian biaya terhadap produk cacat tersebut. Produk cacat yang
dihasilkan akan berpengaruh terhadap total cost yang didapatkan dari lot optimum
baik untuk vendor maupun untuk buyer.
Produk cacat yang terjadi dikarenakan material bahan baku yang kurang
baik, metode kerja yang tidak sesuai, kurang konsentrasi dalam bekerja dan faktor
mesin. Kecacatan dapat berupa cacat lid, pecah, dan volume tidak sesuai. Jumlah
kecacatan yang dapat diterima perusahaan buyer yaitu tidak melebihi 3,5 %. Pada
kenyataannya perusahaan mengirimkan produk beserta produk cacat yang
jumlahnya rata-rata 5,12%.
Dalam penelitian ini model matematis akan diterapkan untuk menentukan
ukuran lot yang optimal dengan mengintegrasikan lot produksi perusahaan dan lot
pengiriman produk ke buyer dengan mempertimbangkan adanya produk cacat dan
backorder.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi
perumusan masalah adalah tidak terintegrasinya sistem rantai pasok produk air
minum dalam kemasan dalam hal penentuan ukuran lot optimal antara lot
produksi dan lot pemesanan produk ke vendor dengan pertimbangan produk cacat
Universitas Sumatera Utara
dan backorder.
1.3.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan ukuran lot optimal
yang mengintegrasikan antara permintaan dan pengiriman produk
Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian tugas akhir ini adalah:
1. Mendapatkan Total cost yang minimum bagi vendor dengan buyer.
2. Melakukan analisis sensitivitas untuk melihat pengaruh perubahan parameter
terhadap model yang dihasilkan.
1.4.
Manfaat Penelitian
Manfaat – manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Perusahaan dapat memecahkan masalah persediaan dan mendapatkan ukuran
lot optimal dalam pemenuhan order air minum dalam kemasan.
2. Mahasiswa dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang telah dipelajari selama
kuliah dalam penelitian ini.
1.5.
Batasan Masalah dan Asumsi Penelitian
Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1.
Penelitian hanya dilakukan pada produk air mineral dalam kemasan 200 ml.
2.
Penelitian dibatasi hanya pada penentuan joint economic lot size pada PT.
Asia Bina Semesta Abadi
3.
Penelitian dibatasi hanya pada lot size bagian vendor dengan buyer
Universitas Sumatera Utara
4.
Adanya pertimbangan produk cacat dan kebijakan backorder dalam bentuk
biaya yang terletak pada vendor.
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.
Tidak terjadi perubahan struktur supply chain perusahaan selama penelitian
berlangsung.
2.
Produksi untuk kebijakan backorder dilakukan di akhir siklus.
3.
Perusahaan tidak melakukan penambahan atau pengurangan distributor atau
pembeli selama penelitian.
1.6.
Sistematika Penulisan Laporan
Sistematika yang digunakan dalam penulisan laporan tugas sarjana adalah
sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, menguraikan latar belakang masalah yang mendasari
penelitian dilakukan, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
batasan dan asumsi yang digunakan dalam penelitian serta sistematika penulisan
tugas akhir.
Bab II Gambaran Umum PT. Asia Bina Semesta Abadi yang menguraikan
sejarah perusahaan, visi dan misi perusahaan, proses produksi, struktur organisasi
dan uraian tugas.
Bab III Landasan Teori, menguraikan teori-teori yang digunakan dalam
analisis pemecahan masalah. Teori-teori ini meliputi teori mengenai supply chain,
konsep persediaan, penentuan lot sizing dengan metode joint economic lot sizing
Universitas Sumatera Utara
(JELS), dan vendor managed inventory (VMI). Sumber teori atau literatur yang
digunakan berupa buku, jurnal penelitian dan tugas sarjana mahasiswa yang
pernah mengangkat topik permasalahan yang sama.
Bab IV Metodologi Penelitian, menjelaskan langkah-langkah penelitian
yang dilaksanakan yaitu meliputi penentuan lokasi penelitian, jenis penelitian,
objek penelitian, variabel penelitian, kerangka konseptual, definisi variabel
penelitian, pengumpulan data sekunder, serta langkah-langkah penelitian meliputi,
pengolahan data, analisis pemecahan masalah, serta kesimpulan dan saran.
Bab V Pengumpulan dan Pengolahan Data, berisi tentang pengumpulan
data historis biaya pengiriman dan persediaan kemudian penetapan biaya total
yang optimum, penentuan ukuran lot gabungan dan analisis sensitivitas terhadap
beberapa parameter.
Bab VI Analisis Pemecahan Masalah, meliputi analisis perhitungan ukuran
lot optimum dan analisis sensitivitas terhadap beberapa parameter.
Bab VII Kesimpulan dan Saran, berisi kesimpulan dari analisis pemecahan
masalah saran berkaitan dengan penelitian yang dilaksanakan.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Dunia bisnis telah menjadi sensitif seiring dengan berjalannya waktu dan
persaingan pada saat ini dikarenakan banyaknya ketidakpastian informasi. Salah
satu ketidakpastian yang dihadapi adalah permintaan yang fluktuatif. Kondisi ini
dapat terjadi di rantai pasok suatu perusahaan yang menyebabkan perusahaan
salah dalam mengambil keputusan, seperti keputusan dalam jumlah persediaan
dan jumlah produksi suatu barang jadi. Hal ini dapat menyebabkan tingginya
persediaan produk jadi ataupun kekurangan persediaan.
Integrasi teknologi dan informasi memegang peranan yang sangat penting
dalam meningkatkan kemampuan perusahaan dalam bersaing di era globalisasi.
Perilaku konsumen seiring dengan kemajuan teknologi yang semakin inovatif
menuntut perhatian lebih dari perusahaan. Hal ini dikarenakan konsumen
menginginkan produk yang semakin berkualitas. Peranan informasi dalam
mengintegrasikan semua elemen sistem mulai dari supplier, perusahaan, dan
buyer sebagai satu kesatuan sangat menentukan keberhasilan dalam rantai pasok
perusahaan.
PT. Asia Bina Semesta Abadi merupakan perusahaan yang bergerak dalam
produksi air minum dalam kemasan. Produk perusahaan ini adalah air mineral
dalam kemasan 200 ml dan minuman variasi rasa dalam kemasan 200 ml. Data
Universitas Sumatera Utara
produksi PT Asia Bina Semesta Abadi pada tahun 2015 dapat dilihat pada tabel
1.1.
Tabel 1.1. Data Produksi PT Asia Bina Semesta Abadi Tahun 2015
No.
Jenis Produk
Jumlah Produksi (Box)
1.
Air mineral dalam kemasan cup 200 ml
269.485
2.
Apple Tea
90.468
3.
Extra Atos
110.089
4.
Grass Jelly
103.690
Sumber: PT. Asia Bina Semesta Abadi
Air mineral dalam kemasan cup 200 ml merupakan produk yang paling
banyak diproduksi oleh PT. Asia Bina Semesta Abadi dibandingkan minuman
variasi rasa sehingga produk air mineral dalam kemasan 200 ml dijadikan sebagai
objek penelitian.
Pada bulan tertentu terjadi penumpukan produk (over stock) ataupun
kekurangan produk (stock out) apabila perencanaan tidak akurat. Selama ini
perusahaan manufaktur (vendor) dan buyer menghitung lot produksi dan lot
pemesanan produk masing-masing dengan mempertimbangkan biaya yang
dikeluarkan oleh masing-masing pihak. Pada kenyataannya demand yang harus
dipenuhi selalu tidak pasti dan menyebabkan terjadinya kesulitan dalam
menentukan kebijakan ukuran lot produksi. Kekurangan informasi dapat
menimbulkan kekacauan di rantai supply.
Pengiriman barang dari vendor ke buyer dilakukan sekali seminggu dan
dilakukan pengiriman tiap hari sabtu. Proses pemesanan dilakukan dengan cara
Universitas Sumatera Utara
pihak buyer menghubungi vendor dan memberitahukan berapa jumlah permintaan
yang akan dipesan. Produk dikirim per minggu menggunakan 4 truk kontainer
sekali pengiriman kepada buyer.
Dalam memproduksi air mineral dalam kemasan 200 ml, PT. Asia Bina
Semesta Abadi mempunyai dua perusahaan buyer, yaitu CV. Tirata Cinta Alam
Indonesia dan CV.Saihati. Data persediaan, data permintaan, data jumlah produksi
dan selisih dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2. Data Persediaan, Data Permintaan, Data Jumlah Produksi dan Selisih
Jumlah Permintaan
(Box)
Total
CV. Tirata
Permintaan
Cinta Alam CV.Saihati
(Box)
Indonesia
(Box)
(Box)
11.535
12.479
24.014
Periode
JANUARI 2015
Persediaan
(Box)
Jumlah
Produksi
(Box)
Selisih
(Box)
650
22.494
-870
FEBRUARI 2015
10.117
10.250
20.367
0
21.544
307
MARET 2015
12.254
11.392
23.646
307
22.983
-356
APRIL 2015
10.241
11.121
21.362
0
22.446
728
MEI 2015
10.542
11.780
22.322
728
22.287
693
JUNI 2015
10.901
11.242
22.143
693
22.131
681
JULI 2015
11.512
12.621
24.133
681
22.367
-1.085
AGUSTUS 2015
10.342
11.202
21.544
0
23.221
592
SEPTEMBER 2015
10.282
11.902
22.184
592
22.604
1.012
OKTOBER 2015
11.388
11.272
22.660
1.012
22.332
684
NOVEMBER 2015
11.521
11.775
23.296
684
22.187
-425
DESEMBER 2015
10.222
11.121
21.343
0
22.889
1.121
Sumber: PT. Asia Bina Semesta Abadi
Dari hasil pengamatan di perusahaan, terjadinya over stock pada bulan
Februari 2015, April 2015, Mei 2015, Juni 2015,Agustus 2015, September 2015,
Universitas Sumatera Utara
Oktober 2015, dan Desember 2015 dan stock out pada bulan Januari 2015, Maret
2015, Juli 2015, dan November 2015. Terjadinya over stock dan stock out
disebabkan oleh permintaan yang cenderung berubah dan tidak adanya bagian
atau departemen khusus untuk perencanaan produksi dan persediaan dalam
penentuan lot order dengan jelas antara vendor dan buyer. Over stock
menimbulkan penambahan biaya penyimpanan dan biaya pengawasan pada
vendor yang terjadi karena vendor membuat persediaan yang berlebihan terhadap
produk air mineral, sedangkan stock out dapat mengakibatkan kekecewaan pada
pelanggan yang pada akhirnya dapat mengurangi jumlah permintaan yang terjadi
karena kapasitas produksi vendor tidak mampu memenuhi jumlah permintaan
daripada buyer dengan kapasitas produksi tiap mesin sekitar 5400 cup per jam
dengan 2 lini sekali produksi dengan total 10800 cup per jam.
Salah satu pendekatan yang dapat menentukan ukuran lot dan persediaan
yang terintegrasi antara perusahaan dan buyer adalah VMI (Vendor Managed
Inventory) dan penetapan ukuran lot gabungan dengan metode JELS (Joint
Economic Lot Sizing) yang banyak diterapkan pada perusahaan manufaktur dan
berdampak signifikan untuk menekan total biaya yang diperlukan.
Menurut Reza Hosseini Rad, et.al.1 Vendor Managed Inventory (VMI)
adalah program koordinasi antara vendor, seringkali produsen atau pemasok, dan
pembeli, mengambil kendali penuh dari manajemen persediaan dan keputusan
pengisian untuk pengecer. Dalam VMI, pembeli menyediakan informasi
persediaan kepada vendor dan vendor menggunakan informasi ini untuk
1
Reza Hosseini Rad, et. Al. “Optimizing an integrated vendor managed inventory system for a
single vendor two buyer supply chain with determining weighting factor for vendor’s ordering
cost”, International Journal Production Economics,2014, hlm.295
Universitas Sumatera Utara
memonitoring persediaan dan menempatkan pesanan. Maka lewat pengecer,
manajemen persediaan ini merupakan tugas dan tanggung jawab pembeli untuk
memberikan informasi kepada vendor yang merupakan landasan dari VMI.
Peranan dari pengecer dalam VMI bergeser dari mengelola persediaan menjadi
hanya menyewa vendor untuk mengatasi masalah persediaan.
Menurut Tahereh Poorbagheri dan Seyed Taghi Akhavan Niaki 2 VMI
adalah praktek yang terkenal sebagai kolaborasi supply chain, dimana vendor
mengelola persediaan dari pengecer dan menentukan kapan dan seberapa banyak
untuk pengisian kembali produk. Dalam kebijakan VMI, vendor menentukan
interval waktu dan jumlah dari pengisian produk dengan mengakses persediaan
pengecer dan juga data permintaan (Darwish & Odah 2010). Sistem VMI di
desain agar bisa mengurangi level persediaan dan meningkatkan integrasi supply
chain melalui pengurangan biaya sistem (Achabal et al. 2000; Angulo et al. 2004;
Cetinkaya & Lee 2000). Pada tahun 1980, ketika Walmart dan Procter dan
Gamble memulai kemitraan mereka dibawah kontrak VMI, banyak pengecer
lainnya seperti K-mart, Home Depot, dan JC Penny menjalankan kebijakan VMI
(Yao et al. 2007). Dalam persediaan rantai pasok tradisional, setiap pihak
mengupayakan minimisasi biaya. Namum, dengan menjalankan kebijakan VMI,
mereka bertujuan untuk menunjukkan bahwa dengan berkerjasama adalah cara
untuk mencapai koordinasi yang membantu mereka untuk mengambil keputusan
dan untuk mencapai biaya total yang minimum dalam supply chain (Cachon &
Fisher 2000).
2
Tahereh Poorbagheri dan Seyed Taghi Akhavan Niaki. “Vendor managed inventory of a supply
chain under stochastic demands”, Journal of Optimization in Industrial Engineering,2015,hlm.47
Universitas Sumatera Utara
Kenyataannya, pada industri manufaktur, produk cacat merupakan suatu
kejadian yang tidak dapat dihindarkan. Produk cacat yang dikirim oleh vendor
kepada buyer akan menimbulkan kerugian terhadap buyer. Oleh karena itu, buyer
perlu mengirimkan feedback kepada vendor tentang jumlah produk cacat agar
dilakukan pengembalian biaya terhadap produk cacat tersebut. Produk cacat yang
dihasilkan akan berpengaruh terhadap total cost yang didapatkan dari lot optimum
baik untuk vendor maupun untuk buyer.
Produk cacat yang terjadi dikarenakan material bahan baku yang kurang
baik, metode kerja yang tidak sesuai, kurang konsentrasi dalam bekerja dan faktor
mesin. Kecacatan dapat berupa cacat lid, pecah, dan volume tidak sesuai. Jumlah
kecacatan yang dapat diterima perusahaan buyer yaitu tidak melebihi 3,5 %. Pada
kenyataannya perusahaan mengirimkan produk beserta produk cacat yang
jumlahnya rata-rata 5,12%.
Dalam penelitian ini model matematis akan diterapkan untuk menentukan
ukuran lot yang optimal dengan mengintegrasikan lot produksi perusahaan dan lot
pengiriman produk ke buyer dengan mempertimbangkan adanya produk cacat dan
backorder.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi
perumusan masalah adalah tidak terintegrasinya sistem rantai pasok produk air
minum dalam kemasan dalam hal penentuan ukuran lot optimal antara lot
produksi dan lot pemesanan produk ke vendor dengan pertimbangan produk cacat
Universitas Sumatera Utara
dan backorder.
1.3.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan ukuran lot optimal
yang mengintegrasikan antara permintaan dan pengiriman produk
Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian tugas akhir ini adalah:
1. Mendapatkan Total cost yang minimum bagi vendor dengan buyer.
2. Melakukan analisis sensitivitas untuk melihat pengaruh perubahan parameter
terhadap model yang dihasilkan.
1.4.
Manfaat Penelitian
Manfaat – manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Perusahaan dapat memecahkan masalah persediaan dan mendapatkan ukuran
lot optimal dalam pemenuhan order air minum dalam kemasan.
2. Mahasiswa dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang telah dipelajari selama
kuliah dalam penelitian ini.
1.5.
Batasan Masalah dan Asumsi Penelitian
Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1.
Penelitian hanya dilakukan pada produk air mineral dalam kemasan 200 ml.
2.
Penelitian dibatasi hanya pada penentuan joint economic lot size pada PT.
Asia Bina Semesta Abadi
3.
Penelitian dibatasi hanya pada lot size bagian vendor dengan buyer
Universitas Sumatera Utara
4.
Adanya pertimbangan produk cacat dan kebijakan backorder dalam bentuk
biaya yang terletak pada vendor.
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.
Tidak terjadi perubahan struktur supply chain perusahaan selama penelitian
berlangsung.
2.
Produksi untuk kebijakan backorder dilakukan di akhir siklus.
3.
Perusahaan tidak melakukan penambahan atau pengurangan distributor atau
pembeli selama penelitian.
1.6.
Sistematika Penulisan Laporan
Sistematika yang digunakan dalam penulisan laporan tugas sarjana adalah
sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, menguraikan latar belakang masalah yang mendasari
penelitian dilakukan, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
batasan dan asumsi yang digunakan dalam penelitian serta sistematika penulisan
tugas akhir.
Bab II Gambaran Umum PT. Asia Bina Semesta Abadi yang menguraikan
sejarah perusahaan, visi dan misi perusahaan, proses produksi, struktur organisasi
dan uraian tugas.
Bab III Landasan Teori, menguraikan teori-teori yang digunakan dalam
analisis pemecahan masalah. Teori-teori ini meliputi teori mengenai supply chain,
konsep persediaan, penentuan lot sizing dengan metode joint economic lot sizing
Universitas Sumatera Utara
(JELS), dan vendor managed inventory (VMI). Sumber teori atau literatur yang
digunakan berupa buku, jurnal penelitian dan tugas sarjana mahasiswa yang
pernah mengangkat topik permasalahan yang sama.
Bab IV Metodologi Penelitian, menjelaskan langkah-langkah penelitian
yang dilaksanakan yaitu meliputi penentuan lokasi penelitian, jenis penelitian,
objek penelitian, variabel penelitian, kerangka konseptual, definisi variabel
penelitian, pengumpulan data sekunder, serta langkah-langkah penelitian meliputi,
pengolahan data, analisis pemecahan masalah, serta kesimpulan dan saran.
Bab V Pengumpulan dan Pengolahan Data, berisi tentang pengumpulan
data historis biaya pengiriman dan persediaan kemudian penetapan biaya total
yang optimum, penentuan ukuran lot gabungan dan analisis sensitivitas terhadap
beberapa parameter.
Bab VI Analisis Pemecahan Masalah, meliputi analisis perhitungan ukuran
lot optimum dan analisis sensitivitas terhadap beberapa parameter.
Bab VII Kesimpulan dan Saran, berisi kesimpulan dari analisis pemecahan
masalah saran berkaitan dengan penelitian yang dilaksanakan.
Universitas Sumatera Utara