TAP.COM - IMPLEMENTASI BANTUAN HUKUM PADA MASYARAKAT MISKIN ... 255 694 1 PB

IMPLEMENTASI BANTUAN HUKUM PADA MASYARAKAT MISKIN
DI KOTA BANDAR LAMPUNG
(Studi Di Lembaga Bantuan Hukum Bandar Lampung)
Andan Adi Satriawan, Upik Hamidah.SH.MH dan
Satria Prayoga.SH.MH.
email: adi_fatha@yahoo.com.

ABSTRAK
Bantuan hukum merupakan hak konstitusional setiap warga Negara atas jaminan
perlindungan hukum dan jaminan persamaan di depan hukum yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011, khususnya bagi masyarakat miskin.
Permasalahan: Bagaimanakah Implementasi Bantuan Hukum Pada Masyarakat Miskin
Di Kota Bandar Lampung dan Apa sajakah yang menjadi faktor-faktor penghambat
Implementasi Bantuan Hukum Pada Masyarakat Miskin Di Kota Bandar Lampung.
Penelitian menggunakan pendekatan normatif dan empiris. Hasil penelitian:
Implementasi Bantuan Hukum Pada Masyarakat Miskin Di Kota Bandar Lampung
sampai saat ini belum optimal karena belum bisa dirasakan oleh seluruh lapisan
masyarakat khususnya masyarakat miskin di Bandar Lampung. Faktor-Faktor yang
menjadi Penghambat Implementasi Bantuan Hukum Pada Masyarakat Miskin Di Kota
Bandar Lampung antara lain yaitu, (a) Faktor hukum sendiri meliputi masih minimnya
payung hukum untuk masalah bantuan hukum, (b) Faktor SDM yang berkaitan dengan

kualitas dan kuantitas pemberi bantuan hokum, (c) Faktor dari kebudayaan masyarakat
sendiri berkaitan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bantuan hukum
dan masih malasnya masyarakat untuk melapor pada Lembaga Bantuan Hukum. Saran
yang dapat disampaikan adalah.(1) Pemberian bantuan hukum bagi masyarakat miskin
di Bandar Lampung seharusnya harus mendapatkan perhatian lebih, perbaikan dari segi
peraturan atau perundangan khususnya yang mengatur APBD harus lebih di kuatkan
kembali untuk mewjudukan kesamaan dihadapan hukum (equality before law).(2) perlu
ada perbaikan dari segi jumlah petugas pemberi bantuan hukum agar lebih merata
dibidang bantuan hukum lebih menyebar luas dan memberikan pemikiran baru pada
masyarakat miskin yang tersangkut masalah hukum.
Kata Kunci: Implementasi, LBH, Bantuan Hukum.

ABSTRACT
Legal aid is the constitutional right of every citizen above the legal safeguards and
guarantees equality before the law are regulated in the Law No.16 of 2011, especially
for the poor. Problem: How Implementation of Legal Aid On the Poor in Bandar
Lampung and What are the factors inhibiting implementation of the Public Legal Aid
Poor in Bandar Lampung. Research using normative and empirical approaches.
Results of the study: Implementation of Legal Aid On the Poor in Bandar Lampung to
date has been optimized and can be felt by the whole society, especially the poor in


Dublin. Factors Inhibiting Implementation into Legal Aid On the Poor in Dublin City,
among others, namely, (a) factors include the law itself is still a lack of legal protection
for legal aid issues, (b) factors related to human resources quality and quantity of legal
aid . (c) factors of the community's own culture associated with the lack of public
knowledge about legal aid and still lazy people to report on Legal Aid. Suggestions that
can be delivered is. (1) Provision of legal aid for the poor in Dublin supposed to be
getting more attention, improvement in terms of regulations or laws specifically
governing the budget must be in the brace back to mewjudukan sameness before the
law (equality before law). (2) there needs to be improvement in terms of the number of
legal aid officers to be more evenly spread in the field of legal aid more widely and
provide new thinking on the poor, who snagged a matter of law.
Keywords: Implementation, Legal Aid, Legal Aid.

I.

PENDAHULUAN

Negara Indonesia merupakan negara
yang berdasarkan atas pancasila dan

Undang-Undang
Dasar
1945,
pengakuan terhadap HAM terkait
dengan equality before the law
(persamaan di depan hukum) yang
dijamin dalam sistem hukum Indonesia
sebagaimana telah diatur dalam Pasal
28D ayat (1) amandemen ke-2 UUD
1945 yang memberikan jaminan
terhadap pengakuan, perlindungan dan
kepastian hukum yang adil dan
perlakuan yang sama bagi setiap orang.
Pelaksanaan
otonomi
daerah
sebagaimana
diamanatkan
dalam
Undang-Undang 32 Tahun 2004 dan 33

Tahun 2004 diharapkan mampu
memacu tiap pemerintah daerah
kabupaten/kota
guna
melakukan
percepatan kesejahteraan masyarakat
serta meningkatkan efisiensi dan
efektivitas
pemerintahan
daerah.
Percepatan kesejahteraan masyarakat
memiliki dua tujuan utama, yakni
dalam rangka menglibatkan masyarakat
dalam pembangunan dan meningkatkan
daya saing daerah. Efisiensi dan
efektivitas
pemerintahan
daerah
berkenaan
kepada

bagaimana

kelembagaan
didaerah
mampu
melakukan
fungsi-fungsi
penyelenggaraan dengan responsif
sesuai dinamika di masyarakat secara
transparan. Peningkatan pelayanan
kepada masyarakat, upaya menarik
investor ke daerah serta kejelasan
pembagian antara kewenangan pusat
dan daerah merupakan hal-hal nyata
yang coba dicapai dari pelaksanaan
otonomi daerah.1
Bantuan hukum merupakan hak
konstitusional setiap warga negara atas
jaminan perlindungan hukum dan
jaminan persamaan di depan hukum,

sebagai sarana pengakuan HAM.
Mendapatkan bantuan hukum bagi
setiap orang adalah perwujudan acces
to justice (akses terhadap keadilan)
sebagai implementasi dari jaminan
perlindungan hukum, dan jaminan
persamaan di depan hukum. Hal ini
sesuai dengan konsep bantuan hukum
yang dihubungkan dengan cita-cita
negara kesejahteraan (welfare state).

1

Mochammad Jasin Dkk. 2007. Implementasi
Layanan Terpadu di
Kabupaten.KPK:Jakarta.hlm.3

Istilah
bantuan
Hukum

sendiri
dipergunakan sebagai terjemahan dari
dua istilah yang berbeda yaitu “Legal
Aid” dan “Legal Assistance”. Istilah
Legal Aid biasanya digunakan untuk
pengertian bantuan hukum dalam arti
sempit berupa pemberian jasa-jasa
dibidang hukum kepada seseorang
dalam suatu perkara secara cuma-cuma
khususnya bagi mereka yang tidak
mampu. Legal Assistence dipergunakan
untuk menunjukkan pengertian bantuan
hukum kepada mereka yang tidak
mampu maupun pemberian bantuan
hukum oleh para advokat yang
menggunakan honorarium.2
Bantuan hukum yang berkembang di
Indonesia pada hakikatnya tidak luput
dari perkembangan bantuan hukum
yang terdapat pada negara-negara yang

telah maju. Pengertian bantuan hukum
mempunyai ciri dan istilah yang
berbeda, antara lain:
Menurut Adnan Buyung Nasution
bantuan hukum adalah:3
Legal aid, yang berarti pemberian jasa
dibidang hukum kepada seseorang yang
terlibat dalam suatu kasus atau perkara:
1) Pemberian jasa bantuan hukum
dilakukan dengan cuma-cuma,
2) Bantuan jasa hukum dalam legal aid
lebih dikhususkan bagi yang tidak
mampu dalam lapisan masyarakat
miskin,
3) Dengan demikian motifasi utama
konsep
legal
aid
adalah
menegakkan hukum dengan jalan

membela kepentingan hak asasi

2

Abdurrahman. 1983. Aspek-Aspek Bantuan
Hukum di Indonesia. Jakarta: Penerbit Cendana
Press. Hlm.17-18.
3
Adnan Buyung Nasution, dkk.2007 Bantuan
Hukum Akses Masyarakat Marginal terhadap
Keadilan, Tinjauan Sejarah, Konsep,
Kebijakan, Penerapan dan Perbandingan.
Jakarta: LBH Jakarta.hlm.13

rakyat kecil yang tak punya dan
buta hukum.
Permasalahan untuk mendapatkan
keadilan meskipun terbatas pada
bantuan hukum, sebenarnya adalah
masalah yang tidak mudah diuraikan.

Hal ini disebabkan karena masalah
akses mendapatkan keadilan bukan
hanya
masalah
hukum
semata
melainkan juga masalah politik, bahkan
lebih jauh lagi adalah masalah budaya.
Persoalannya bertambah rumit apabila
kita melihatnya dari sudut ekonomi,
disebabkan oleh kemiskinan yang
semakin meluas, tingkat buta huruf
yang tinggi dan keadaan kesehatan
yang memburuk.4
Terkait dengan permasalahan dari
kebijakan hukum mengenai bantuan
hukum untuk rakyat miskin khususnya
dilampung sendiri tergolong provinsi
yang memiliki kasus pelanggaran hak
asasi manusia (HAM) cukup tinggi.

Berdasarkan hasil inventarisasi LBH
Bandar Lampung, kasus pelanggaran
HAM selama tiga tahun terakhir
mencapai 69 kasus.5
Berdasarkan data dari Lembaga
Bantuan Hukum (LBH) pada Tahun
2010 terdapat 21 kasus dengan jumlah
korban 765 kepala keluarga (KK) dan
53 individu. Kemudian pada Tahun
2011 terjadi 10 kasus pelanggaran
HAM dengan korban 590 KK dan 28
individu. Sedangkan pada Tahun 2012
terdapat 38 kasus dengan jumlah
korban 376 KK dan 43 individu.
Sementara itu, untuk konflik tanah
sejak Tahun 2004 terdapat 82 kasus
atau melibatkan sekitar 312.389,77
hektare tanah dengan korban sebanyak
4

Ibid hlm.3
Wahrul Fauzi Silalahi,direktur LBH
Lampung, http://www.radarlampung.co.id
(13/02/2014)
5

157.136 orang. Sejak Tahun 2010
hingga sekarang LBH Bandar Lampung
telah melakukan 873 upaya advokasi,
baik litigasi maupun non litigasi.
Permasalahan dalam skripsi ini
dirumuskan sebagai berikut :
1) Bagaimanakah Implementasi Bantuan
Hukum Pada Masyarakat Miskin Di
Kota Bandar Lampung
2)
Faktor-faktor
penghambat
Implementasi Bantuan Hukum Pada
Masyarakat Miskin Di Kota Bandar
Lampung
Pendekatan masalah yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Pendekatan
yuridis normatif yaitu pendekatan yang
dilakukan dengan cara menelaah
kaidah-kaidah, norma-norma, aturanaturan yang berhubungan dengan
masalah yang akan diteliti. Data terdiri
dari data langsung yang diperoleh dari
lapangan dan data yang diperoleh dari
studi pustaka. Prosedur pengumpulan
data dilakukan dengan studi wawancara
dan
studi
kepustakaan.
Dalam
menganalisis data diperlukan pendapat
beberapa narasumber penelitian, yaitu 2
(dua) orang anggota LBH, 1 (satu)
orang anggota Kemenkumham.
Analisis
data
dilakukan
secara
kualitatif,
yaitu
dengan
cara
menguraikan data-data yang diperoleh
dari hasil penelitian dalam bentuk
kalimat-kalimat yang tersusun secara
sistematis, kemudian data dilanjutkan
dengan pengambilan kesimpulan yang
didasarkan fakta-fakta yang bersifat
umum untuk pengambilan kesimpulan
secara khusus, selanjutnya dapat
diajukan saran.
II. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Masalah

Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini dilakukan dengan dua
cara yaitu meliputi:
1. Pendekatan normatif
Pendekatan normatif adalah pendekatan
yang penulis lakukan dalam bentuk
usaha mencari kebenaran dengan
melihat asas-asas yang terdapat dalam
berbagai peraturan undang-undang
yang berhubungan atau ada kaitannya
dengan implementasi bantuan hukum
pada masyarakat miskin di kota Bandar
Lampung.
2. Pendekatan empiris
Pendekatan empiris yaitu menelaah
hukum sebagai pola perilaku yang
ditujukan pada penerapan peraturan
hukum. Pendekatan yuridis empiris
dilakukan dengan cara mengumpulkan
informasi-informasi dilapangan yang
yang ditujukan kepada Lembaga
Bantuan Hukum (LBH) atau orang
yang berhubungan atau ada kaitanya
implementasi bantuan hukum pada
masyarakat miskin di kota Bandar
Lampung.
Penggunaan kedua macam pendekatan
tersebut
dimaksudkan
untuk
memperoleh gambaran dan pemahaman
yang jelas dan benar terhadap
permasalahan yang akan dibahas dalam
penelitian guna penulisan skripsi ini.
B. Data dan Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini berupa data:
-Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh
penulis dari hasil studi dan penelitian di
lapangan. Data primer ini didapat dari
analisis implementasi bantuan hukum
pada masyarakat miskin di kota Bandar
Lampung. Data primer ini akan
diambil dari hasil wawancara yaitu:
Anggota Lembaga Bantuan Hukum
(LBH) Bandar Lampung serta Dosen
Universitas Lampung untuk mencari
masukan-masukan, atau saran, dan

tanggapan mengenai permasalahan
tersebut.
-Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang
diperoleh dari bahan yang bersifat
mengikat yang berupa perundangundangan antara lain terdiri dari:
a. Bahan hukum primer:
Undang-Undang
Dasar
Republik
Indonesia 1945
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
Tentang Hukum Acara Pidana atau
Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP)
Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Perdata (HIR/RBG)
Undang-Undang 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintah Daerah
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
Tentang Hak Asasi Manusia
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000
Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004
Tentang Kekuasaan Kehakiman
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003
Tentang Advokat
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011
Tentang Bantuan Hukum
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2013 Tentang Syarat Dan Tata Cara
Pemberian Bantuan Hukum Dan
Penyaluran Dana Bantuan Hukum
Bahan hukum sekunder, yaitu bahan
hukum yang memberikan penjelasan
yang erat kaitannya dengan bahan
hukum primer. Seperti, sumber yang di
peroleh dari studi kepustakaan yang
terdiri
dari
buku-buku
ilmu
pengetahuan yang mencakup dokumen
resmi.
Bahan hukum tersier, seperti kamuskamus yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer dan
bahan hukum sekunder.
C. Prosedur Pengumpulan Data dan
Pengolahan Data
Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan melalui cara sebagai berikut:
a. Studi Kepustakaan
untuk memperoleh data sekunder,
penulis lakukan dengan cara membaca,
mencatat atau mengutip data yang
berkaitan
dengan
Implementasi
Bantuan Hukum pada Masyarakat
Miskin di Kota Bandar Lampung.
b. Studi Lapangan
untuk memperoleh data primer, studi
lapangan ditempuh dengan cara
melakukan teknik wawancara kepada
narasumber
untuk
mendapatkan
gambaran
yang
jelas
tentang
permasalahan yang penulis kaji.
Wawancara ditujukan kepada anggota
LBH Bandar Lampung dan Dosen
Hukum UNILA.
Metode Pengolahan Data
Setelah
data
yang
dikehendaki
terkumpul baik dari studi kepustakaan
maupun dari studi lapangan, maka data
diproses melalui pengolahan data
dengan
langkah-langkah
sebagai
berikut:
a. Seleksi Data
seleksi
data
dilakukan
untuk
mengetahui
apakah
data
yang
diperlukan sudah mancakup atau belum
dan data tersebut berhubungan atau
tidak berhubungan dengan pokok
permasalahan yang dibahas.
b. Klasifikasi Data
klasifikasi data yang telah diperoleh
disusun menurut klasifikasi yang telah
ditentukan.
c. Penyusunan Data
penyusunan data dimaksudkan untuk
mendapatkan data dalam susunan yang
sistematis dan logis serta berdasarkan
kerangka fikir.
Analisis Data
Data yang diolah kemudian dianalisis
dengan menggunakan cara deskritif
kualitatif,
yaitu
dengan
cara
menginterprestasikan
data
dan

memaparkan dalam bentuk kalimat
untuk menjawab permasalahan pada
bab-bab
selanjutnya
melalui
pembahasan
tersebut
diharapkan
permasalahan tersebut dapat terjawab
sehingga memudahkan untuk ditarik
kesimpulan dari permasalahan tersebut.
III. PEMBAHASAN
A. Implementasi Bantuan Hukum
Pada Masyarakat Miskin Di Kota
Bandar Lampung
Berdasarkan Pasal 34 ayat (1) UUD
1945 ditegaskan bahwa “Fakir miskin
dan anak-anak yang terlantar dipelihara
oleh negara”. Berdasarkan ketentuan
Pasal 34 ayat (1) UUD 1945 tersebut
negara mengakui hak ekonomi, sosial,
budaya, sipil dan politik dari fakir
miskin. Atas dasar pertimbangan
tersebut, fakir miskin memiliki hak
untuk diwakili dan dibela oleh advokat
baik di dalam maupun di luar
pengadilan (legal aid) sama seperti
orang mampu yang mendapatkan jasa
hukum dari advokat (legal service).
Penegasan sebagaimana diambil dari
Pasal 34 ayat (1) UUD 1945
memberikan implikasi bahwa bantuan
hukum bagi fakir miskin pun
merupakan tugas dan tanggung jawab
negara
dan
merupakan
hak
konstitusional.
Berdasarkan laporan Panitia Verifikasi
dan Akreditasi ada sekitar 300 lembaga
pemberi bantuan hukum di seluruh
Indonesia.
Lembaga
ini
diberi
kesempatan untuk mendaftar. Setelah
mendaftar, mereka diverifikasi oleh
Panitia Verifikasi dan Akreditasi yang
dipimpin oleh Kemenkumham. Dalam
menjalankan tugasnya, Panitia dibantu
kelompok
kerja
verifikasi
dan
akreditasi. Pembentukan kelompok
kerja
ini
dimaksudkan
untuk

memudahkan kerja Panitia hingga ke
daerah-daerah. Wicipto menegaskan
Kanwil Hukum dan HAM di daerah
bakal dilibatkan dalam proses verifikasi
dan akreditasi.6 Dengan hasil sebanyak
310 Organisasi Bantuan Hukum yang
berhasil lolos Verifikasi/Akreditasi
Organisasi Bantuan Hukum yang
terbagi menjadi 3 kategori yaitu
kategori A, B dan C sesuai dengan yang
ada di Peraturan Menteri Hukum dan
HAM Nomor 3 Tahun 2013 tentang
Tata Cara Verifikasi dan Akreditasi.
Untuk Provinsi Lampung, berdasarkan
hasil verifikasi/akreditasi organisasi
bantuan hukum oleh Kementerian
Hukum dan HAM terbagi dalam tiga
kategori yaitu A, B dan C. Di Lampung
terdapat tujuh organisasi bantuan
hukum (OBH) yang semuanya masuk
dalam kategori C termasuk Bantuan
Hukum Fakultas Hukum Universitas
Lampung (BKBH FH UNILA) dan
YLBHI LBH Bandar Lampung yang
didasarkan pada Peraturan Menteri
Hukum dan HAM Nomor 3 Tahun
2013 tentang tata cara Verifikasi dan
Akreditasi.7
Berdasarkan
wawancara
peneliti
(tanggal 9 Mei 2014) dengan Depri
Liber Sonata selaku tim pelaksana
Bantuan Hukum Fakultas Hukum
Universitas Lampung (BKBH FH
UNILA) mengatakan untuk kasus
dilampung sampai dengan 2014 saat ini
banyak didominasi oleh perkara
sengketa dan perdata seperti masalah
sengketa tanah untuk yang lainnya lebih

6

LBH Tak Berbadan Hukum Boleh Ikut
Verifikasi.Http//HukumOnline.Com/akses
(03/03/2014)
7 Hanya 91 Kasus di Lampung Dapat Bantuan
Hukum.Tribunnews.Com /akses
(03/03/2014)

cenderung
dalam
pendampingan kasus pidana.

masalah

Bantuan Hukum Fakultas Hukum
Universitas Lampung (BKBH FH
UNILA) sebagai fungsi dari legal dan
paralegal, Dosen dan Mahasiswa yang
dapat ikut andil bagian dari pemberian
bantuan hukum bagi masyarakat miskin
dalam hal litigasi dilakukan oleh
advokat
yang berstatus sebagai
pengurus Pemberi Bantuan Hukum
dan/atau advokat yang direkrut oleh
Pemberi Bantuan Hukum. Sedangkan
ketentuan jumlah advokat yang
terhimpun dalam wadah pemberi
bantuan hukum tidak memadai dengan
banyaknya jumlah penerima bantuan
hukum, sehingga
pemberi bantuan
hukum dapat merekrut paralegal, dosen,
dan mahasiswa fakultas hukum.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap
Implementasi Bantuan Hukum Pada
Masyarakat Miskin Di Kota Bandar
Lampung sampai sejauh ini belum
optimal dan belum bisa dirasakan oleh
seluruh lapisan masyarakat khususnya
masyarakat miskin di Bandar Lampung,
susahnya akses masyarakat miskin
untuk mendapatkan bantuan hukum
secara gratis atau cuma-cuma masih
menjadi
pekerjaan rumah bagi
pemerintah tak terkecuali pihak-pihak
pemberi bantuan hukum dan Lembaga
Bantuan Hukum.
B. Faktor-faktor
Penghambat
Implementasi Bantuan Hukum
Pada Masyarakat Miskin Di Kota
Bandar Lampung
Komponen struktur adalah bagianbagian yang bergerak dalam mekanisme
misalnya
pengadilan.
Komponen
substansi merupakan hasil actual yang
diterbitkan oleh system hukum dan
meliputi pula kaidah-kaidah hukum

yang
tidak
tertulis.
Sedangkan
komponen struktur nilai dan sikap yang
mengikat system hukum itu secara
bersamaan dan menghasilkan suatu
bentuk penyelenggaraan hukum dalam
budaya masyarakat secara keseluruhan
yang
menganut
sistem
keadilan,kepastian hukum serta segi
kemanfaatan. Penegakan hukum
bukan
semata-mata
perundangundangan saja, terdapat faktor-faktor
yang
mempengaruhinya.
Selain
perundang-undangan,
faktor-faktor
yang mempengaruhi penegakan hukum.
Penegakan hukum bukan semata-mata
perundang-undangan saja, terdapat
faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Selain perundangundangan,
faktor-faktor
yang
mempengaruhi penegakan hukum.
Faktor-faktor penghambat sebagai
dalam upaya penegakan hukum adalah
sebagai berikut :8
1. Faktor hukumnya sendiri, yaitu
berkaitan dengan undang-Undang
dan regulasi yang mengatur secara
jelas.
2. Faktor penegak hukum, yakni
pihak-pihak
yang
membantu
maupun menerapkan hukum, dalam
hal ini penegak hukum belum
berani melakukan terobosan serta
segu kualitas yang belum memadai.
3. Faktor sarana atau fasilitas yang
mendukung penegakan hukum
dapat berupa operasional dsb.
4. Faktor
masyarakat,
yakni
lingkungan dimana hukum tersebut
berlaku atau diterapkan disesuaikan
dengan
faktor-faktor
yang
mempengaruhinya.
8

Soerjono Soekanto, Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta :
Rajawali Pers, 2008, hal.15

5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai
hasil karya, cipta, dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia
didalam pergaulan hidup.
Pemberian bantuan hukum pada saat ini
realitas yang ada yaitu pelaku utama
bantuan hukum bagi masyarakat miskin
adalah Lembaga Bantuan Hukum,
Lembaga Bantuan Hukum Kampus,
Organisasi-Organisasi
Masyarakat,
Partai Politik dan Organisasi Non
Pemerintah lainnya. Sehingga kalau
kita berbicara tentang perluasan akses
prinsip ”equality before the law” dan
“justice for all”, kebijakan pemerintah
melalui regulasi dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 83 Tahun 2008
tentang Persyaratan dan Tata Cara
Pemberian Bantuan Hukum CumaCuma (PP Bantuan Hukum) jauh dari
memadai
karena
disamping
mempersempit ruang lingkup bantuan
hukum, pelaksanaannya di lapangan
juga tidak optimal, jumlah advokad
sangat tidak memadai dibanding jumlah
penduduk (miskin) Indonesia dan
kebanyakan
advokad
berdomisili
dipusat kota besar.
Berdasarkan
wawancara
peneliti
(tanggal 9 Mei 2014) dengan Depri
Liber Sonata selaku tim pelaksana
Bantuan Hukum Fakultas Hukum
Universitas Lampung terkait dengan
hambatan dan kendala yang dihadapi
dalam implementasi bantuan hukum
bagi masyarakat miskin lampung
adalah, hampir semua LBH kantor
menampilkan hambatan khususnya
minimnya sumber daya manusia dan
sumber daya keuangan sebagai
penghambat utama untuk dapat bekerja
secara maksimal.
Selain itu juga permasalahan yang
mengakibatkan
terhambatnya
implementasi bantuan hukum bagi

masyarakat miskin di bandar lampung
dipengaruhi pada segi kuantitas atau
jumlah dari para advokat atau para
pemberi bantuan hukum yang masih
sangat sedikit jumlahnya, selain itu
tidak dapat dipungkiri lagi adalah
permasalahan anggaran bagi setiap
kasus yang saat ini, setiap kasus bagi
masyarakat miskin harus mengajukan
anggaran APBN ke Depkumham
padahal seharusnya ada payung hukum
lebih jelas melalui perda khusus yang
mengatur tentang bantuan hukum bagi
masyarakat miskin di Bandar Lampung
serta
Provinsi
Lampung
pada
umumnya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
para responden serta melihat realita
yang ada maka dapat penulis garis
bawahi bahwa faktor-faktor yang
menghambat implementasi bantuan
hukum bagi masyarakat miskin
dilampung khususnya meliputi banyak
faktor, antara masih sulitnya akses
bantuan hukum bagi masyarakat Bandar
Lampung karena masih kurangnya
pengetahuan mengenai bantuan hukum
sehingga dalam hal ini masyarakat
miskin yang tersangkut masalah hukum
lebih cenderung pasrah dan tidak
melapor, mengenai jumlah dari petugas
pemberi bantuan hukum juga sangat
berpengaruh karena minimnya jumlah
petugas mengakibatkan banyak kasus
yang kurang efektif untuk ditangani,
selain itu hambatan yang juga sangat
vital sekali yaitu mengenai anggaran
untuk proses pemberian bantuan hukum
kepada masyarakat miskin karena harus
melalui prosedur karena selama ini
masih berasal dari dana APBN
sehingga perlu lebih lagi adanya
payung hukum seperti Perda yang
mengatur masalah bantuan hukum bagi
masyarakat miskin di Bandar Lampung
sehingga
lebih
mempermudah
informasi dan akses bagi masyarakat

miskin di Bandar Lampung yang
tersangkut masalah hukum.

Lembaga Bantuan Hukum untuk
mendapatkan
jaminan
dan
perlindungan hukum.

IV. SIMPULAN
Setelah melakukan penelitian dan
pembahasan data yang diperoleh dalam
penelitian ini, maka sebagai penutup
dari pembahasan atas permasalahan
skripsi ini, penulis menarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Implementasi Bantuan Hukum Pada
Masyarakat Miskin Di Kota Bandar
Lampung sampai sejauh ini sudah
cukup optimal meskipun belum bisa
dirasakan oleh seluruh lapisan
masyarakat khususnya masyarakat
miskin di Bandar Lampung,
susahnya akses masyarakat miskin
untuk mendapatkan bantuan hukum
secara gratis atau cuma-cuma masih
menjadi
pekerjaan rumah bagi
pemerintah tak terkecuali pihakpihak pemberi bantuan hukum dan
Lembaga Bantuan Hukum
2. Faktor-Faktor
Penghambat
Implementasi Bantuan Hukum Pada
Masyarakat Miskin Di Kota Bandar
Lampung antara lain yaitu:
a) Faktor hukum sendiri meliputi
masih minimnya payung hukum
untuk masalah bantuan hukum
khususnya dalam hal anggaran
pemberian bantuan hukum.
b) Faktor SDM yang berkaitan
dengan kualitas dan kuantitas
pemberi bantuan hukum, dalam
hal kuantitas jumlah dari
petugas atau pemberi bantuan
hukum masih sangat sedikit.
c) Faktor
dari
kebudayaan
masyarakat sendiri berkaitan
dengan kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang bantuan
hukum dan masih malasnya
masyarakat untuk melapor pada

Saran dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Dalam rangka pemberian bantuan
hukum bagi masyarakat miskin di
Bandar Lampung seharusnya harus
mendapatkan perhatian lebih ini
dikarenakan paradigma masyarakat
yang sejauh ini melihat Hukum
terkesan masih tebang pilih antara si
kaya dan si miskin, perbaikan dari
segi peraturan atau perundangan
khususnya yang mengatur APBD
harus lebih di kuatkan kembali
untuk
mewjudukan
kesamaan
dihadapan hukum (equality before
law).
2. Dari segi kekurangan yang dihadapi
maka perlu ada perbaikan dari segi
jumlah petugas pemberi bantuan
hukum agar lebih merata untuk
selanjutnya melakukan langkahlangkah
baru
dengan
terus
menyampaikan informasi kepada
masyarakat
pada
umumnya
mengenai bantuan hukum agar
pemerataan
dibidang
bantuan
hukum lebih menyebar luas dan
memberikan pemikiran baru pada
masyarakat miskin yang tersangkut
masalah hukum.
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur
Abdurrahman. 1983. Aspek-Aspek
Bantuan Hukum di Indonesia.
Jakarta: Penerbit Cendana Press.
Asshiddiqie, Jimly. 2002. Konsolidasi
Naskah UUD 1945 setelah

perubahan keempat. Depok:
Pusat Studi Hukum Tata Negara
FHUI.

Petrus L. Tjahjadi. Simon. 2004.
Petualangan Intelektual. Yogyakarta:
Kanisius.

Gea, Yuni Wulandari, Babari. 2001. In
Character Building II: Relasi
dengan Sesama. Jakarta: PT.
Elex Media Komputerindo.

Redaksi Sinar Grafika, 2005. UUD
1945 Hasil Amandemen &
Proses Amandemen UUD 1945
Secara Lengkap (Pertama 1999Keempat 2002), Jakarta, Sinar
Grafika.

Hadiwijono. Harun. 1983. Sari Sejarah
Filsafat Barat 2. Yogyakarta: Kanisius.
Harahap, M.Yahya. 2002. Pembahasan
permasalahan dan penerapan
KUHAP, Ed.2, cet.4 Jakarta:
Sinar Grafika.
Harianto,
Aries
dan
Bambang
Sunggono.
1994.
Bantuan
hukum dan hak asasi manusia,
cet.1.
Bandung:
CV.
Mandarmaju.
Jamali, Abdoel. 1993. Hukum
Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers.
Jasim, Mochammad. Dkk. 2007.
Implementasi Layanan Terpadu di
Kabupaten. KPK:
Jakarta .

Salim.H. 2010. Perkembangan Teori
dalam Ilmu Hukum, Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
Singarimbun, Masri. 1989. Metode
Penelitian survei, jakarta. LP3ES.
Soekanto, Soerjono. 1983. Bantuan
hukum suatu tinjauan sosio
yuridis.
Jakarta:
Ghalia
Indonesia.
Soekanto, Soerjono dan Purnadi
Purbacaraka.1993. Sendi-sendi
Ilmu Hukum dan Tata Hukum,
Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti.

Mahmud Marzuki. Peter. 2009.
Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta:
Prenada Midia Group

Soekanto, Soerjono. 2011. FaktorFaktor yang Mempengaruhi
Penegakan Hukum, Cet. Ke-10,
Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.

Nasution, Adnan Buyung. 1988.
Bantuan Hukum di Indonesia, Ce.3.
Jakarta: LP3ES.

B. Perundang-Undangan

Nasution, Adnan Buyung. Dkk. 2007.
Bantuan
Hukum
Akses
Masyarakat Marginal terhadap
Keadilan, Tinjauan Sejarah,
Konsep, Kebijakan, Penerapan
dan Perbandingan. Jakarta:
LBH Jakarta.

Undang-Undang
Dasar
Republik
Indonesia 1945.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana atau
Kitab. Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP).
Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Perdata (HIR/RBG).

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia (HAM).
Undang-Undang Nomor 26 tahun 2000
tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004
tentang Kekuasaan Kehakiman.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003
tentang Advokat.
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011
tentang Bantuan Hukum.
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2013 tentang Syarat dan Tata Cara
Pemberian Bantuan Hukum dan
Penyaluran Dana Bantuan Hukum.
Artikel,
Makalah
Peranan
dan
Tanggung Jawab Konstitusional Negar.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25