PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DALAM KOMUNIKASI (1)

PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DALAM KOMUNIKASI ORGANISASI
AKADEMI BERBAGI NASIONAL
Azila Prabaningtyas Utami
Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Brawijaya
Malang 2014
Email : azilaprabaningtyas@gmail.com
Abstract
The study discusses about the social media usage in AkademiBerbagi organizational
communication. The purpose of this study is to describe the usage of social media usage in
organizational communication and the types of social media that have beenused by Akademi
Berbagi for communicating. This study uses qualitative as a research method and descriptive as
the data analysis. This study involves a few theories i.e organizational information theory and
organizational culture theory. The researcher of this study chose an in-depth interview and an
observation as data gathering techniques.
The result of this study shows that Akademi Berbagi uses a few social media applications
for communicating, which are facebook, twitter,email, mailing list, website, and whatsapp. Each
division has different needs of informations which shared through different social media
applications, depending on each of the social media applications characteristic.
The data shows that social media becomes the media of organizational communication.
The features offered by social media in order to share informations can be adapted very well for

the needs of organization. Social media have created the new form of organization, which is
called semi-virtual organization. Semi-virtual organization is an organization where people meet
each other in the real world but communicate, move, and develop themselves through social
media. Thus, that is what develops AkademiBerbagi so quickly.
Keywords: Social Media, Organization Communication, AkademiBerbagi.
Pendahuluan
Pada Januari 2009, facebook digunakan lebih dari 175 miliar user yang aktif.pada saat
yang bersamaan. Setiap menit 10 jam

konten video telah diunduh di youtube dan flickr

menyediakan akses sampai lebih dari 3 trilyun unggahan foto (Kaplan&Haenlain,2010,h.1).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Forrester pada pertengahan tahun 2008, 75 persen
pengguna internet telah menggunakan “social media”, jumlah pengguna media sosial naik
sebanyak 56 persen dari tahun 2007. Munculnya social media seperti facebook, twitter dan
youtube menjadi popular dikarenakan situs ini tidak berbayar atau gratis dan dapat membangun
interaktivitas antar penggunanya (Lovejoy&Saxton,2011,h.2).
Perkembangan internet tidak hanya didominasi oleh anak muda, tetapi diikuti juga oleh
generasi dewasa akhir yaitu umur 35-44 tahun, dengan beragamnya populasi pengguna social
media, ini menjadi satu alasan bahwa social media merepresentasikan suatu revolusi baru yang

harusnya menjadi pertimbangan oleh suatu perusahaan untuk tertarik beroperasi didunia online
(Kaplan&Haenlain, 2010,h.1). Era halaman web perusahaan dan e-commerce relatif baru yaitu
sejak tahun 1995 ketika amazon dan ebay muncul dan kemudian lama-lama menjadi redup ketika
dot com keluar di tahun 2001 (Kaplan&haenlain,2010,h.2).
Penyebaran media baru secara signifikan dapat meningkatkan kemampuan organisasi
nirlaba untuk berkomunikasi dengan klien sebagai regulator, relawan, media dan masyarakat
umum (e.g.,Waters,dalam Lovejoy&Saxton,2011,h.3). Melalui

konten, suatu lembaga dapat

memobilisasi stakeholder, membangun hubungan satu sama lain sehingga mendorong
peningkatan akuntabilitas dan kepercayaan publik (Saxton & Guo, 2011).
Tahun 2012 merupakan tahun social media berkembang dengan pesat, social media
memberikan dampak yang signifikan terhadap berbagai macam bidang seperti pendidikan
,politik, bisnis, job market, revolutionary waves. Social media menjadi sangat popular karena
memberikan kesempatan kepada orang-orang untuk terhubung dengan dunia online dalam
bentuk personal, politik maupun kegiatan bisnis (Setiawan,2013). Menurut Kaplain&Haenlein
(2010,h.61), social media adalah sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun di

atas dasar ideology dan teknologi web 2.0, dan memungkinkan penciptaan dan pertukaran

content.
Saat ini tidak perlu dilakukan dengan berpindah tempat dan menghabiskan waktu tempuh
berjam-jam. Informasi dari belahan dunia lain dapat dengan mudah diakses melalui perangkat
elektronik yang terhubung dengan internet

sepertihandphone, tablet dan dapat langsung

terkoneksi dengan layanan social media. Seperti yang dinyatakan oleh McLuhan bahwa“the
medium is the message”, social media dapat dianggap menjadi perpanjangan indra manusia
untuk berkomunikasi dengan orang lain (Mcluhan,1994,h.7) .
Menurut ainun (2013) Akademi berbagi merupakan suatu virtual organization yang saat
ini sedang berkembang, Organisasi itu sendiri berdasarkan Suatu pendekatan subjektif
memandang sebagai kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang. Organisasi diciptakan dan
dipupuk melalui hubungan yang terus menerus berubah yang dilakukan orang-orang antara yang
satu dengan yang lain (Pace&Faulels,2010,h.11). Sedangkan organisasi virtual adalah organisasi
yang tidak memiliki gedung fisik sedangkan pekerjaan virtual dapat dilakukan di waktu dan
tempat yang berbeda melalui penggunaan berbagai teknologi informasi dan perangkat
Komputer.Dengan meningkatnya portabilitas dan konektivitas teknologi, dapat diprediksi bahwa
suatu pekerjaan dapat dilakukan dimanapun.Internet sebagai medium komunikasi telah
memasuki fase baru, dimana menjadikan berbagai hal interaktif dan menjadikan suatu area untuk

semua orang, tidak hanya beberapa orang saja.Akademi berbagi menggunakan social media
sebagai media dalam berkomunikasi antar anggota serta penyebarannya.
Social media mempunyai andil besar dalam komunikasi organisasi akademi berbagi,
media ini memfasilitasi komunikasi antar anggota organisasi akademi berbagi nasional
(Chomsun,2013). Akademi berbagi nasional adalah organisasi induk dari akademi berbagi yang
ada didaerah-daerah, terletak di Jakarta. Orang-orang yang berkontribusi dalam akademi berbagi
nasional tidak mejadikan akademi berbagi sebagai fokus pekerjaan mereka. Mereka adalah

orang-orang yang memiliki tanggung jawab terhadap pekerjaan masing-masing (Chomsun,
2013).Dikarenakan kesibukan dari masing-masing anggota organisasi, mereka hanya
mengadakan rapat rutin setiap 2 bulan sekali dan beberapa kali rapat insidental. Untuk
mempermudah dalam berkomunikasi biasanya mereka menggunakan social media seperti
twitter, milis, facebook dll (Chomsun,2013), dari sini mereka dapat mengulas dan membahas
segala macam hal yang berhubungan dengan organisasi.
Fokus penelitian ini melihat komunikasi organisasi dengan menggunakan social media
sebagai sarana untuk berinteraksi dan berbagi informasi serta untuk mendapatkan
informasi.Informasi dapat diperoleh dari luar maupun dari dalam organisasi.Pengolahan
informasi ini berfungsi untuk menyamakan pemahaman, menjawab pertanyaan dan ketidak
pastian yang muncul serta menjawab tantangan dan upaya untuk pengembangan dari organisasi
itu sendiri. Proses komunikasi organisasi dalam akademi berbagi membutuhkan media atau

channel untuk menjembatani informasi dari komunikan ke komunikator. Media yang digunakan
tidak hanya satu yaitu dapat berupa komunikasi langsung maupun komunikasi yang termediasi,
penelitian ini mecoba melihat bagaimana informasi atau pesan-pesan yang termediasi
melaluisocial

media,Karena

akademi

berbagi

merupakan

suatu

organisasi

virtual

(Ainun,2013).Komunikasi yang dilakukan oleh akademi berbagi lebih intens menggunakan

social media, Media sosial memiliki karakteristiknya yang berbeda-beda dan tidak sama
sehingga akan ada social media tertentu yang dipakai untuk membagikan suatu informasi
tertentu.
Dari karakteristik tersebut anggota organisasi harus mengetahui siapa penerima pesan
yang akan disampaikan, bagaimana strategi dari penyampaian pesan, media apa yang paling
efisien. Ada dua sifat media yang pertama massa yaitu media yang dapat menjangkau banyak

orang atau secara luas yang satu adalah media nirmassa yaitu media yang penyampainnya hanya
untuk satu atau sejumlah orang, dari sini anggota organisasi dapat memilih media sosial yang
digunakan berdasarkan dari informasi yang ingin disampaikan, seperti apabila terdapat informasi
yang sifatnya privat mereka menggunakan media sosial yang sifatnya personal sedangkan untuk
informasi yang bersifat umum dapat disampaikan menggunakan media sosial yang bersifat
massa.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti merumuskan masalah sebagai
berikut: Bagaimana Penggunaan Social Media Dalam Komunikasi Organisasi Akademi Berbagi
Nasional.
Tinjauan Pustaka
Komunikasi Organisasi
Suatu pendekatan subjektif memandang organisasi sebagai kegiatan yang dilakukan oleh

orang-orang. Organisasi diciptakan dan dipupuk melalu kontak-kontak yang terus menerus
berubah

yang

dilakukan

orang-orang

antara

yang

satu

dengan

yang

lain


(Pace&Faulels,2010.h.11). Sebuah organisasi memang dibentuk sebagai wadah yang didalamnya
bekumpul sejumlah orang yang menjalankan serangkaian aktifitas tertentu secara teratur guna
tercapainya tujuan yang telah disepakati bersama.
Dalam setiap organisasi ada yang berperan sebagai pemimpin, dan sebagian lainnya
sebagai anggota, semua orang yang terlibat dalam organisasi tersebut akan melakukan
komunikasi. Tidak ada organisasi tanpa komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian dari
organisasi.Komunikasi ibarat sistem yang menghubungkan antar individu, antar bagian dalam
organisasi, atau sebagian aliran yang mampu membangkitkan kinerja orang-orang yang terlibat
dalam organisasi tersebut.
Teori Informasi Organisasi
“on the process of organizing members of an organization to manage information rather
than on the structure of the organization itself”.(west and turner, h.246).

Teori informasi ini sebagian besar mengenai pesan serta saluran-saluran yang di terima
oleh suatu organisasi.Sebuah oragnisasi tidak hanya menerima dan mengirimkan pesan atau
mengartikan isi dari pesan tetapi juga menentukan siapa yang harus menerima informasi tersebut
agar tercapainya tujuan dari organisasi itu sendiri. Karl Weick (dalam Morissan, 2009, h. 37)
mengembangkan sebuah pendekatan untuk mengembangkan proses dimana organisasi
mengumpulkan, mengelola dan menggunakan informasi yang mereka dapatkan. Organisasi

adalah suatu sistem yang diharapkan dapat mengambil dan menerjemahkan informasi ambigu
yang berada diluar lingkungan menjadi informasi yang dapat dicerna.
New Media Sebagai Komunikasi Organisasi
Menurut Mcquail dalam (Jankowski,h.21), media baru adalah tempat dimana saluran
pesan komunikasi terdesentralisasi; terdistrubisi pesan lewat satellite meningkat penggunaan
jaringan kabel dan komputer; keterlibatan audiens dalam proses komunikasi yang semakin
meningkat; adanya komunikasi interaktif dan juga meningkatnya derajat fleksibilitas untuk
menentukan bentuk dan konten melalui digitalisasi pesan.
Sosial Media dan Komunikasi Organisasi
Di ranah media baru, terdapat beberapa situs sosial media yang kontennya diciptakan dan
didistribusikan melalui interaksi sosial.Sosial media bisa diterjemahkan menjadi komunikasi dari
banyak orang ke banyak orang sejak penggunanya juga merupakan sumber konten informasi.
“Social media is only a new set of tools, new technology that allows us to more efficiently
connect and build relationship with our customers and prospect. It’s doing what the
telephone, direct mail, print advertising, raidio, television and billbiard did for us up
until now. But social meia is esponentially more effective”(Safko, 2010).
.
Pada tahun 1990, Mark Poster meluncurkan buku besarnya, The Second Media Age, yang
menandai periode baru di mana teknologi interaktif dan komunikasi jaringan, khususnya dunia
maya akan mengubah masyarakat. Era media pertama digambarkan oleh sentralisasi produksi,

komunikasi satu arah, kendali situasi untuk sebagian besar, reproduksi stratifikasi sosial dan
perbedaan melalui media, audiens massa yang terpecah dan pembentukan kesadaran sosial. Era
media kedua digambarkan sebagai desentralisasi, dua arah, di luar kendali situasi, demokratisasi,
mengangkat kesadaran individu dan orientasi individu. Kekuatan media dalam dan dari media itu

sendiri kembali menjadi focus, termasuk sebuah minat baru dalam karakteristik penyebaran dan
menyiaran media.
Tipe Teknologi Komunikasi Organisasi
Ada banyak teknologi yang digunakan di dalam organisasi, yaitu electronic mail dan
world wide web. Electronic mail telah merubah kehidupan personal dan organisasi di dua puluh
tahun terakhir (Miller, 2011, h. 238). Jones (dalam Miller, 2011, h. 238) melaporkan bahwa ada
sekitar 400 juta pesan e-mail yang dikirim setiap hari di tahun 1995 dan hamper 16 milyar e-mail
dikirim setiap hari di tahun 2001.

E-mail adalah bentuk komunikasi organisasi yang bisa

digunakan untuk mengirim pesan instant ke individu target, untuk menyebarkan informasi ke
kelompok-kelompok atau organisasi besar, dan untuk bertukar dan merevisi dokumen yang
panjang dan kompleks.
Metode Penelitian

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian
kualitatif bertujuan

untuk menjelaskan

fenomena

dengan sedalam-dalamnya

melalui

pengumpulan data sedalam-dalamnya (Kriyantono, 2006, h.56). Penelitian ini tidak
mengutamakan besarnya populasi atau sampling bahkan populasi atau

samplingnya sangat

terbatas. Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti,
maka tidak perlu mencari sampling lainnya. Disini yang lebih ditekankan adalah persoalan
kedalaman (kualitas) data bukan banyaknya (kuantitas) data (Kriyantono, 2012, h. 56). Dari
kajian-kajian definisi yang telah dijelaskan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian
kualitatif

adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subjek penelitian dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada
suatu

konteks

khusus

yang

alamiah

dan

dengan

memanfaatkan

berbagai

metode

alamiah(Moleng, 2011, h.6).
Pada penelitian ini, peneliti mencoba untuk menggambarkan penggunaan media sosial
dalam komunikasi organisasi yang digunakan oleh anggota organisasi akademi berbagi nasional.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan nonprobability sampling dengan teknik purposive
sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu. (Sugiyono: 218-219). Maksud dari pertimbangan tertentu ini adalah

sampel yang mengerti dan dianggap paling tahu tentang apa yang peneliti harapkan atau
mungkin sampel adalah orang yang paling berkuasa (pemimpin) sehingga peneliti dapat dengan
mudah menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti.
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara secara mendalam
dan observasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Trustworthiness untuk menguji
kredibilitas atau keabsahan data.
Hasil dan Pembahasan
Dewasa ini komunikasi organisasi dapat menggunakan bermacam media tidak hanya
media cetak.Kesempatan yang lebih luas untuk melakukan komunikasi organisasi mulai
berkembang dengan munculnya media baru. Media baru memberikan fasilitas yang banyak
berupa e-mail, chatting dan world wide web (www). Beberapa karakterisktik new media yang
dapat organisasi gunakan untuk terhubung satu sama lain yaitu digital, interactivity, hypertext,
dispersal, virtual cyberspace (lister, h.13).
Beberapa peneliti menyatakan jika sebuah organisasi tidak berpartisipasi dalam facebook,
youtube

dan

second

life,

anda

tidak

menjadi

bagian

dari

dunia

maya

lagi

(Kaplan&Haenlain,2010;67). Media sosial memungkinkan suatu organisasi untuk terlibat dapat
berhubungan secara langsung dengan orang lain setiap waktu dan langsung dengan biaya yang
rendah dan dengan tingkat efisiensi yang lebih tinggi. Hal ini membuat sosial media tidak hanya
digunakan oleh organisasi besar tetapi dapat digunakan oleh berbagai macam organisasi,
terutama organisasi nirlaba yang letaknya tidak hanya disatu tempat saja.
Seperti yang dinyatakan oleh Ainun bahwa karena social media gerakan ini dapat
diduplikasi dengan cepat dikota-kota lain.
“Kalo tidak ada sosial media saya tidak yakin akan secepat ini sosial
media menjangkau banyak orang dengan mudah.Orang-orang dapat
membaca, mendengar, melihat dengan cepat.Sehingga gerakan ini benarbenar dijalankan oleh media baru.” (wawancara dengan founder akademi
berbagi ainun chomsun, 2013).
Dapat dilihat bahwa media sosial mempunyai peran dalam berkembangnya suatu
organisasi virtual, akademi berbagi berhasil memanfaatkan secara ma ksimal kelebihankelebihan dari social media dan berusaha mengatasi kekurangan dari social media. Hal ini dapat

dilihat dari perkembangan jumlah kota akademi berbagi yaitu yang pada tahun pertamanya ada
sekitar 17 kota yang bergabung hingga sampai saat ini di tahun ketiganya ada sekitar 35 kota di
Indonesia. (akademiberbagi,2014).
. Penggunaan social media sebagai media untuk berkomunikasi, masing-masing individu
tidaklah sama. Social media yang dipilih oleh masing-masing anggota organisasi berdasarkan
dari pesan yang akan disampaikan. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti,
peneliti menemukan bahwa anggota organisasi akademi berbagi sangat tergantung dengan
adanya social media, selain karena gratis dan cepat media sosial mampu memuat berbagai
macam karakter pesan mulai dari teks, gambar, dan video yang memungkinkan pengguna dapat
dengan bebas melakukan kegiatan berkomunikasi mereka dengan berbagai cara.
Munculnya media sosial telah membuka kemungkinan yang lebih besar untuk komunikasi
interpersonal dan komunikasi organisasi.teknologi ini memberikan kesempatan orang-orang
untuk terkoneksi satu sama lain. Organisasi berada dalam suatu lingkungan informasi, yang
berarti bahwa organisasi bergantung pada informasi untuk dapat berfungsi secara efektif dan
untuk dapat mencapai tujuannya.Suatu informasi dapat memiliki lebih dari satu makna sehingga
dapat menimbulkan multitafsir. Organisasi selalu bergantung kepada informasi , tantangannya
terletak dari bagaimana suatu organisasi dapat memahami pesan yang diterima. Tidak hanya
memahami pesan tetapi organisasi juga harus dapat menentukan siapa yang paling dapat
memahami dan menangani informasi tertentu yang diterima organisasi.
Begitupun dengan akademi berbagi memerlukan informasi untuk perkembangan
organisasi, informasi yang dibutuhkan oleh akademi berbagi berbeda-beda sesuai dengan divisi
dan tugas anggota organisasi, seperti yang dinyatakan oleh ainun berikut:
“di akber ada sekretaris yang tugasnya semua kontak akademi berbagi
masuk ke dia dulu, dari sekretaris itu kemudian didistribusikan sesuai
dengan kebutuhan masing-masing divisi.” (wawancara dengan ainun
chomsun pada bulan januari 2014)
akademi berbagi memiliki struktur organisasi tetapi struktur itu tidak membatasi anggota
untuk berkomunikasi satu sama lain. semua anggota organisasi mempunyai kesempatan yang
sama untuk mengakses anggota organisasi lainnya, hal ini tentu berbeda dengan organisasi
biasanya dimana organisasi pada umumnya harus mengikuti struktur dan aturan tertentu untuk
mengakses atasan atau bawahannya.

Data temuan menunjukkan bahwa sosial media mempunyai kelebihan lain yaitu
jangkauannya yang luas. Contohnya Hal ini terjadi ketika baru-baru ini Riau , setelah
berminggu-minggu langit riau diselimuti oleh asap, beberapa anak muda melakukan suatu
gerakan yaitu untuk mengumpulkan petisi online melalui twitter dan beberapa social media
lainnya seperti website dan facebook. Disini yang ikut berperan tak hanya orang-orang Riau
tetapi orang dari daerah lainpun ikut menyebarkan isu ini melalui twitter dan menyebarkan petisi
online. Gerakan ini berhasil mencuri perhatian presiden dan yang membuat presiden
mengeluarkan pernyataan melalui twitter pribadinya bahwa akan segera menuntaskan kabut asap
di Riau, secara tidak langsung social media telah menjangkau dan menggerakkan orang-orang
untuk ikut serta bergabung dalam suatu gerakan dan mereka dapat menjangkau jutaan orang
dalam hitungan menit
Hal ini juga terjadi di akademi berbagi dengan menggunakan media sosial, orang-orang
dapat menemukan berbagai macam kegiatan sosial yang sesuai dengan keinginannya. Proses
penyebaran akademi berbagi semua dilakukan melalui social media. Ainun Chomsun selaku
founder melihat kesempatan bahwa dengan memaksimalkan penggunaan media sosial dia dapat
menjangkau banyak orang secara massa atau secara individu. Dengan mengefektifkan jarak dan
waktu melalui media sosial, akademi berbagi dapat berkembang sebesar ini.
Kehidupan seorang aktivis sebelum adanya teknologi internet, akan sulit sekali untuk
menjangkau orang-orang yang ada diluar lingkungan kita. Pada saat jaman sebelum reformasi
untuk menggerakkan orang secara sosial dalam rangka menolak kebijakan pemerintah atau
mensuarakan hal-hal yang tidak sesuai keinginan rakyat dilakukan dengan cara menghimpun
massa, menemui mereka secara personal dan kemudian langsung turun kejalan. Hal ini terjadi
karena tidak adanya media yang dapat mengumpulkan orang banyak dalam satu forum.Sehingga
segala sesuatunya dilakukan secara manual dan tradisional.Bahkan kita tidak dapat mengetahui
kabar atau berita terbaru mengenai hal-hal yang sedang terjadi didunia.Akan sangat sulit sekali
untuk mengumpulkan orang-orang yang mempunyai satu visi, dibutuhkan media yang untuk
menghubungkan orang-orang.
Dengan menggunakan media sosial, akademi berbagi menghilangkan batasan ruang dan
waktu.Sehingga munculah gerakan sosial semi virtual, yaitu gerakan yang anggotanya nyata
adanya tetapi bertemu dan berkomunikasi melalui dunia maya. Seperti yang dinyatakan oleh

Nurudin (2013;h.10), bahwa

ada istilah komunitas virtual karena anggotanya berhadapan

dengan ilusi. Anggota tidak berhadapan dengan anggota secara fisik sebagaimana masyarakat
nyata.Mereka hanya berhadapan dengan layar komputer (misalnya), seolah berbicara, tertawa,
tersenyum, sedih sendiri.Jika dilihat sekilas seperti orang gila. Tetapi mereka ini sedang berada
dalam sebuah ruang imajinasi yang bisa berhubungan satu sama lain. Jangan heran pula jika
komunitas virtual juga disebut komunitas semu ( pseudo community).
Gerakan ini berkembang makin besar lagi karena menggunakan media sosial untuk
komunikasi organisasi dan penyebarannya. Orang-orang diluar sana yang tidak mengetahui
tentang akademi berbagi dapat menemukan informasi mengenai keberadaan akademi berbagi
melalui media sosial dan juga dapat bergabung dalam gerakan ini. Kita dapat menemukan
komunitas, gerakan , atau kelompok yang kita ingin kan dan sesuai dengan minat. Inilah yang
membuat akademi berbagi berkembang tambah besar.
Sehingga sebenarnya gerakan ini adalah suatu gerakan nyata, karena kita dapat
menemukan orang-orang yang bergerak dibelakangnya didunia nyata.Tetapi kegiatanya yang
kemudian semi virtual.Anggota organisasi menggunakan media sosial untuk memediasi apapun
dan juga mengembangkan dirinya melalui media baru.Banyak orang-orang yang bergabung
dalam gerakan ini dan menggerakkan secara nyata didunia nyata.Tetapi mengatahui informasi
mengenai akademi berbagi didunia maya yaitu melalui media sosial.Kegiatan yang dilakukan
pun

dapat

ditemukan

didunia

nyata

dan

dunia

maya.

Seperti

Akademi

berbagi

mengkolaborasikan kegiatan online dan offline, kegiatan offline berupa kelas-kelas yang
diajarkan oleh para ahli dan praktisi di bidangnya masing-masing. Sedangkan kegiatan online
berupa live twit yang diberikan di twitter akademi berbagi saat kelas berlangsung, sehingga tidak
hanya teman-teman

yang datang saat kelas belangsung yang dapat menikmati ilmu yang

diberikan tetapi mereka-mereka yang tidak dapat datang dikelas dapat melihat langsung di
twitter akademi berbagi

Simpulan
Penelitian ini mengungkapkan bahwa social media menjadi media komunikasi pada
organisasi virtual seperti akademi berbagi.Fitur yang disediakan oleh social media dalam
menyampaikan informasi dapat diadaptasi dengan baik untuk keperluan organisasi.Social media

digunakan sebagai pengganti komunikasi yang terjadi antar anggota organisasi, yaitu
penyampaian informasi secara umum maupun informasi yang sifatnya teknis; brief tugas dan
kewajiban anggota organisasi, reminder anggota lainnya untuk datang rapat, koordinasi detail
tugas antar anggota ataupun ketika ada informasi yang ditujukan untuk orang tertentu hal ini
dimediasi oleh media sosial. Dengan adanya media sosialtidak hanya membantu komunikasi
akademi berbagi tetapi juga dapat mengembangkan organisasi dengan cepat sehingga dapat
diduplikasi di kota-kota lain di Indonesia. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dan hasil
wawancara yang telah dilakukan dengan anggota organisasi akademi berbagi.
Media sosial yang digunakan akademi berbagi tidak hanya dalam satu kanal; ada
facebook, twitter, mailing list, website, e-maildan application messanger whatsapp, berikut
adalah penggunaan masing-masing media berdasarkan penyebaran pesannya dibagi 2 yaitu :
a. Media sosial yang dinamis:

Media sosial dinamis adalah media sosial yang responnya lebih cepat, feedback yang
diterima juga lebih cepat.Penggunaannya seperti menggantikan diskusi tatap muka,
bergantian menyampaikan informasi. Karena responnya lebih cepat media ini biasanya
dapat digunakan untuk menggantikan rapat secara langsung, media sosial dinamis yang
digunakan oleh akademi berbagi adalah :
1. Application messenger whatsapp digunakan untuk mendiskusikan dan menyebarkan

informasi yang telah diterima di media yang sebelumnya. Whatsapp menyediakan
fitur untuk membuat grup yang didalamnya kita dapat memilih orang-orang yang
ingin kita bagi informasinya.
2. Twitter digunakan untuk koordinasi seperti memastikan kedatangan anggota dalam

rapat yang akan diadakan, mengingatkan agenda atau tugas yang akan dikerjakan,
sebagai media untuk saling sapa antar anggota organisasi
b. Media sosial yang kurang dinamis:

Media sosial yang kurang dinamis adalah media sosial yang responnya lebih lama, dan
delay feedbacknya lebih terasa. Informasi yang dibagikan melalui media ini lebih
lengkap, atau grand informasi mengenai organisasi dapat ditemukan dimedia ini, media
sosial yang tidak dinamis yang digunakan oleh akademi berbagi adalah :
1. Facebook digunakan

untuk informasi yang bersifat publik seperti update informasi

mengenai kelas yang diadakan oleh akademi berbagi diseluruh Indonesia, sharing
foto dan beberapa notes mengenai kelas yang pernah diadakan, di facebook anggota
organisasi dapat memanfaat fitur yang telah disediakan untuk berkomunikasi satu
sama lain yaitu seperti chat room dan comment di post yang

ada di timeline

facebook.
2. E-mail dan mailing list digunakan memberikan gambaran umum dan lengkap

mengenai suatu informasi seperti, invitation meeting, update jadwal kelas tiap kota
dan segala macam hal mengenai organisasi.
3. Website digunakan untuk memperkenalkan profil akademi berbagi, jadwal kelas

akademi berbagi seluruh Indonesia dan beberapa tulisan mengenai akademi berbagi
daerah,
Masing-masing divisi organisasi akademi berbagi memiliki kebutuhan informasi yang
berbeda yang dibagikan atau disampaikan melalui media sosial yang berbeda pula, disesuaikan
dengan karakteristik masing-masing media sosial.Media sosial dalam akademi berbagi telah
menggantikan posisi komunikasi langsung seperti rapat serta koordinasi antar anggota yang
biasanya diadakan secara tatap muka, dengan adanya media sosial akademi berbagi tetap dapat
berhubungan dengan anggota dimanapun dan kapanpun.
Media sosial telah menciptakan suatu bentuk organisasi baru yaitu ,organisasisemi
virtual.Organisasi semi virtual adalah organisasi yang orang-orangnya dapat kita temui didunia
nyata tetabi berkomunikasi, bergerak dan mengembangkan diri melalui media sosial.Orangorang dapat menemui mereka didunia nyata maupun didunia maya hal ini yang menyebabkan
akademi berbagi dapat berkembang dengan cepat.

Saran
1. Bentuk organisasi virtual menjadi sebuah alternatif bentuk organisasi didalam
pembuatan suatu organisasi sosial dimasyarakat. Muncul dan menggunakan media
sosial sebagai alat penyebarannya, suatu organisasi virtual dapat menjangkau banyak
orang dari berbagai macam tempat.
2. Penelitian ini dapat dilanjutkan dan dikembangkan dengan melakukan penelitian
mengenai budaya organisasi yang terbentuk melalui penggunaan media sosial.

Daftar Pustaka
Buku
Kriyantono, R. (2006). Teknik praktis riset komunikasi.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Lister, M., Dovey, J., Giddings, S., Grant, I., Kieran, K. (2003). New Media: A Critical
Introduction. New York: Routledge.
Littlejohn, S. W., & Foss, K. A. (2008).Teori komunikasi theorist of human
communication.Jakarta: Salemba Humanika.
Mcluhan,M. (1994). Understanding media: the extensions of man. USA: The MIT press
Miller, K. (2011). Organizational communication : Approaches and processes. Boston:
Wadsworth.
Moleong, J. L. (2011). Metode penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Pace, R. W., & Faulels, D. F. (2010).Komunikasi organisasi ; Strategi meningkatkan kinerja
perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tapscott, Don. (2009). Grown up digital. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
West, Richard.,& Turner, Lynn. H. (2008).Pengantar teori komunikasi analisis dan aplikasi.
Jakarta: Salemba Humanika.
Jurnal
Clark, E. (2012). Social Movement & Social Media: A qualitative study of Occupy wall Street.
Media, Communication and Cultural analysis
Kaplan, A. M. & Haenlein, M. (2011).Users of the world, unite! The challenges and
opportunities of Social Media.
Lovejoy, K., & Saxton, G. D. (2011). Information, community and action : How nonprofit
organization use social media. Computer – Mediated Communication.
Nurudin, (2013). Media sosial baru dan munculnya revolusi proses komunikasi. Jurnal
Komunikator UMY : Vol. 5, no. 2, 127-142.
Website
Akademiberbagi.(2013). Kegiatan.Tersedia dari AkademiBerbagi database
Akademiberbagi.(2012). Profil akademi berbagi.Tersedia dari AkademiBerbagi database

Akademiberbagi.(2012). Tentang akademi.Tersedia dari AkademiBerbagi database
Chomsun, A. (2013). 2 mei: Belajar hingga akhir hayat.Tersedia dari Aihun database.
Setiawan, D. (2013). Perkembangan dan peran social media sebagai new media.
Media.kompasiana.com: http://media.kompasiana.com/new-media/2013/04/02/perkembangandan-peran-social-media-sebagai-new-media-542264.html