ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PEMBERIAN KREDIT USAHA
MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) PADA
BANK PERSERO DI INDONESIA TAHUN 2008 –
2012
Ressa Hesti Dwika1
Universitas Bina Nusantara, Jakarta Barat
Phone : +62.81.2853.5460
rhdwika@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor faktor yang mempengaruhi pemberian kredit Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM) pada Bank Persero di Indonesia tahun 2008-2012. Variabel dalam penelitian ini adalah
Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Biaya Operasional terhadap pendapatan Operasional
(BOPO) sebagai variabel bebas dan kredit UMKM sebagai variabel terikat. Metode analisis yang digunakan adalah
regresi linier berganda, uji hipotesis menggunakan uji - t untuk menguji pengaruh variabel secara parsial serta uji –
F untuk menguji pengaruh variabel secara serempak dengan tingkat signifikansi 5%. Hasil dari penelitian ini
menunjukan bahwa DPK, CAR dan BOPO berpengaruh secara signifikan terhadap kredit UMKM hal ini dapat
dilihat dari signifikansi masing masing variabel sebesar 0,006, 0,005 dan 0,000 lebih kecil dari 0,005. DPK memiliki
signifikansi ke arah positif terhadap kredit UMKM , sedangkan CAR dan BOPO memiliki signifikansi ke arah negatif
terhadap kredit UMKM. (RHD)

Kata Kunci : Bank, DPK, CAR, BOPO, kredit UMKM
Abstract
This research is to aimed to analize the factors that influence SMEs loan disbursement in Indonesian state owned
banks from 2008 to 2012.The dependent variabel is SMEs loan disbursement and the independent variable is third
party funds (DPK), capital adequacy ratio (CAR) and operating expense to operating revenue ratio (BOPO), The test
is done by quantitative analysis method with multiple linear regression. Hypothesis testing using t - test to test the
effect of partial variables and F- test to test the effect of variables simultaneously with a significance level of 5%. The
result showed that DPK, CAR and BOPO significantly affect SMEs loans disbursement, this can be seen from the
significance of each variable was 0.006, 0.005 and 0.000 less than 0.005. DPK has positive significance to SMEs loan
disbursement, while CAR and BOPO have negative significance to the SMEs loan disbursement.(RHD)
Keywords : Bank, SMEs loan, DPK, CAR, BOPO
1

Makalah ini merupakan bagian dari skripsi yang ditulis oleh Ressa Hesti Dwika dengan supervisor Armanto
Witjaksono, pada Jurusan Akuntansi dan Keuangan, Fakultas Ekonomi dan Komunikasi, Universitas Bina Nusantara,
Jakarta.

PENDAHULUAN
Tidak dapat di pungkiri Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu penggerak
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ditengah krisis global yang menempa banyak negara di dunia, Indonesia terbukti

mampu terus bertahan dari gejolak ekonomi. Bahkan di tahun 2011 Indonesia pada mencatat pertumbuhan
perekonomian yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara maju, yaitu 6,5%. Angka tersebut terbilang tinggi
bila dibandingkan dengan negara maju yang hanya tumbuh berkisar 2% hingga 3% pada tahun 2011 dan tahun lalu
(2012) perekonomian Indonesia masih mampu tumbuh sebesar 6,23%. UMKM hadir sebagai suatu solusi dari sistem
perekonomian yang sehat. UMKM terbukti dapat diperhitungkan dalam meningkatkan kekompetitifan pasar dan
stabilisasi sistem ekonomi yang ada sekaligus menjadi salah satu pilar ekonomi nasional yang tangguh dalam
menghadapi krisis ekonomi global.
Sektor UMKM merupakan penggerak utama perekonomian Indonesia, hal ini dapat dilihat dari fungsi
UMKM itu sendiri. Fungsi UMKM bagi perekonomian Indonesia antara lain sebagai penyedia lapangan kerja bagi
jutaan orang yang tidak dapat tertampung di sektor formal, sektor UMKM memiliki kontribusi terhadap pembentukan
Produk Domestik Bruto (PDB), dan sektor UMKM merupakan sumber penghasil devisa negara melalui ekspor
berbagai jenis produk yang dihasilkan sektor ini.
UMKM memiliki peran strategis dalam pendapatan nasional dan pengurangan pengangguran, sesuai dengan
UU.no 20 th 2008 bab III pasal V yang berbunyi “meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam
pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan
rakyat dari kemiskinan”. Dalam hal ini UMKM memainkan perannya, diantaranya dalam mengurangi pengangguran
UMKM telah berperan aktif menyerap tenaga kerja yang tidak dapat di tampung oleh sektor lain, yang secara tidak
langsung mengurangi tingkat pengangguran di indonesia. Sehingga UMKM dapat menjadi solusi untuk mengurangi
tingkat kemiskinan, menyerap pengangguran, dan meningkatan pendapatan masyarakat. UMKM juga memiliki
kontribusi dalam pendapatan nasional yaitu melalui pajak yang harus dibayarkan oleh UMKM. Dengan demikian

UMKM dapat berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, penyediaan lapangan kerja, dan
berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional.
UMKM merupakan pelaku usaha mayoritas di Indonesia yang mampu memberikan peran dan kontribusi
yang signifikan dalam perekonomian nasional, pada saat normal maupun pada saat krisis ekonomi. Meskipun UMKM
telah menunjukkan peranannya dalam perekonomian nasional, namun masih menghadapi berbagai hambatan iklim
usaha, baik yang bersifat internal maupun eksternal, contohnya produksi, pengolahan, pemasaran, sumber daya
manusia, desain dan teknologi, dan permodalan.
Permodalan adalah satu kendala utama yang menghambat akses perkembangan UMKM di Indonesia.
UMKM memiliki karakteristik dimana usaha yang mereka jalankan mampu berdiri di sendiri dan bersifat mandiri
tanpa memiliki grup atau di bawah grup perusahaan lain namun biasanya modal yang mereka miliki sangat terbatas.
Sehingga permodalan yang bersumber dari kredit yang diberikan oleh bank menjadi kebutuhan yang sangat penting
dalam menutupi hambatan pengembangan sektor UMKM. Seiring dengan anjuran Bank Indonesia kepada perbankan
untuk memasukan rencana pemberian kredit UMKM ke dalam business plan perbankan, dunia perbankan Indonesia
mulai menambah jumlah pemberian kreditnya kepada sektor UMKM. Pada tahun 2012 hal ini juga di dukung oleh
Peraturan Bank Indonesia (PBI) No 14/22/PBI/2012 yang menyatakan bahwa bank - bank di Indonesia diwajibkan
memberikan kredit atau pembiayaan usaha mikro kecil menengah (UMKM) minimal 20% dari total kredit nya.
Sebagaimana diatur dalam undang-undang, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkan dana tersebut kembali kepada
masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Dengan
kata lain bank merupakan lembaga keuangan yang memiliki fungsi intermediasi yaitu menjembatani kepentingan

pihak yang kelebihan dana (penyimpanan dana atau kreditur) dengan pihak yang membutuhkan dana (peminjam atau
debitur). Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama bank, oleh karena itu pengelolaan kredit harus dilakukan
dengan sebaik-baiknya. Ketika bank berhasil menghimpun dana dari masyarakat (funding), dana tersebut justru akan
menjadi beban apabila dibiarkan begitu saja dan tidak dialokasi untuk tujuan yang produktif. Dana yang telah
dihimpun sebagian besar adalah dana dari deposan yang menimbulkan kewajiban bagi bank untuk membayar imbal
jasa berupa bunga. Berdasarkan hal tersebut maka bank berusaha mengalokasikan dananya dalam berbagai bentuk
yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan, pendapatan bank dan menutup biaya.
Sampai tahun 2012 pangsa pasar kredit mikro masih dikuasai oleh Bank Persero. Berdasarkan data Bank
Indonesia, pada 2011 penyaluran kredit UMKM kelompok bank persero mencapai Rp 222,64 triliun atau 46,4%

terhadap total kredit UMKM industri yang sebesar Rp 479,89 triliun. Pada 2012, pangsa pasar kredit UMKM bank
persero sedikit menurun menjadi 43,98% atau Rp 242,86 triliun dari Rp 552,23 triliun. Besar nya kredit yang
diberikan oleh bank-bank ini diharapkan dapat mengembangkan sektor UMKM. Dengan adanya pembiayaan ini,
diharapkan akan meningkatkan kinerja usaha mikro dan pada akhirnya berdampak pada mendukung upaya pemerintah
dalam penyediaan lapangan pekerjaan serta penanggulangan kemiskinan. Industri sektor mikro, kecil, dan menengah
memiliki potensi besar untuk dikembangkan karena jumlah nasabahnya banyak dan tersebar di seluruh Indonesia,
sehingga pangsa kredit UMKM dapat manjadi salah satu pendorong pertumbuhan kredit perbankan secara
keseluruhan.
Perilaku perbankan dalam penawaran atau pemberian kredit nya dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk
kondisi perbankan itu sendiri. Salah satu faktor penting bagi bank dalam menjalankan operasi nya adalah dana pihak

ketiga (DPK). Dendawijaya (2009) mendefinisikan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebagai dana berupa simpanan dari
masyarakat. DPK ini lah sumber pengahasilan dari bank. Bank dapat memanfaatkan dana dari pihak ketiga ini untuk
ditempatkan pada pos-pos yang menghasilkan pendapatan bagi bank, salah satunya yaitu dalam bentuk kredit.
Pemberian kredit merupakan aktivitas bank yang paling utama dalam menghasilkan keuntungan, sehingga
pertumbuhan dana pihak ketiga akan mengakibatkan pertumbuhan kredit meningkat.
Modal merupakan suatu faktor penting agar suatu bank dapat beroperasi, dalam menyalurkan kredit kepada
masyarakat juga memerlukan modal. Modal bank harus dapat menjaga kemungkinan timbulnya risiko, diantaranya
risiko yang timbul dari kredit itu sendiri. Untuk menanggulangi kemungkinan risiko yang terjadi, maka suatu bank
harus menyediakan penyediaan modal minimum. Menurut Dendawijaya (2009), Capital Adequacy Ratio (CAR)
adalah rasio yang menjelaskan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat
berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari
sumber-sumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman, dan sebagainya. semakin tinggi nilai CAR
mengindikasikan bahwa bank telah mempunyai modal yang cukup baik dalam menunjang kebutuhannya serta
menanggung risiko-risiko yang ditimbulkan termasuk di dalamnya risiko kredit. Dengan modal yang besar maka suatu
bank dapat menyalurkan kredit lebih banyak.
Efisiensi suatu bank dapat diukur dengan membandingkan total biaya operasional dengan total pendapatan
operasional atau yang sering disebut BOPO. Rasio BOPO ini bertujuan untuk mengukur kemampuan pendapatan
operasional dalam menutup biaya operasional. Efisiensi operasi dilakukan oleh bank dalam rangka untuk mengetahui
apakah bank dalam operasinya yang berhubungan dengan usaha pokok bank, dilakukan dengan benar (sesuai dengan
harapan pihak manajemen dan pemegang saham) serta digunakan untuk menunjukkan apakah bank telah

menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat guna dan berhasil guna (Mawardi, 2005). Rasio BOPO yang
semakin meningkat mencerminkan kurangnya kemampuan bank dalam menekan biaya operasional dan meningkatkan
pendapatan operasionalnya yang dapat menimbulkan kerugian karena bank kurang efisien dalam mengelola usahanya.
Jika suatu bank dalam kondisi bermasalah maka kegiatan operasional bank dalam menyalurkan kreditnya akan
terhambat. Menurut Kusnandar (2012) semakin tidak efisien bank dalam pengelolaan operasionalnya maka akan
semain tinggi beban operasional bank, sehingga menurunkan laba bank yang pada akhirnya berdampak pada
penurunan kredit UMKM.
Mengacu pada latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya, maka masalah yang dapat diidentifikasi
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh DPK terhadap pemberian kredit UMKM pada Bank Persero ?
2. Bagaimana pengaruh CAR terhadap pemberian kredit UMKM pada Bank Persero ?
3. Bagaimana pengaruh BOPO terhadap pemberian kredit UMKM pada Bank Persero ?
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi pemberian kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) pada bank persero di Indonesia pada
periode 2008-2012.

METODE PENELITIAN
Desain penelitian digunakan untuk menjelaskan tentang jenis dan sumber data, jumlah sampel, metode analisis dan
variabel penelitian yang digunakan serta metode yang akan digunakan dalam pengolahan data


Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder Bank Persero di Indonesia yang meliputi Dana
Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO),
dan pemberian kredit UMKM, yang diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia periode tahun 2008 - 2012
(bulanan).

Populasi dan Sampel
Penelitian ini menggunakan metode sensus dimana keseluruhan Bank Persero yang terdapat dalam periode penelitian
dijadikan sebagai obyek penelitian. Penelitian menggunakan 60 waktu amatan (N = 60) (bulan Januari - Desember
periode tahun 2008 - 2012). Bank persero yang dimaksudkan dalam penelitian ini yaitu Bank Rakyat Indonesia (BRI),
Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Tabungan Negara (BTN) dan Bank Mandiri.

Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan variabel - variabel independen Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio
(CAR), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), sebagai variabel bebas dan pemberian kredit
UMKM sebagai variabel terikat.

Uji Statistik
Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.


Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang terlihat dari nilai rata-rata (mean),
standar deviasi, maksimum, dan minimum.

2.

Uji Asumsi Klasik
Pada dasarnya penyusunan model regresi berganda harus menguji asumsi-asumsi yang ada pada regresi
linear berganda (Singgih Santoso,2012). Uji tersebut berupa normalitas, multikolinearitas, heterokedastisitas,
dan autokorelasi
a) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak.
Dalam penelitian ini akan digunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan taraf
signifikansi 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 5% atau
0,05.
b) Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel independen. Metode untuk mendiagnosa adanya multicollinearity adalah
dengan menganalisis nilai tolerance dan lawannya variance inflation factor (VIF). Nilai cut off yang

dipakai untuk menunjukan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance kurang dari 0,1 atau sama
dengan nilai VIF lebih dari 10.
c) Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear telah
terjadi perbedaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Dalam penelitian ini
akan digunakan uji dengan menggunakan grafik scatter plot dan juga uji glejser. Dalam grafik
scatter plot apabila penyebaran data terlihat acak dan tidak membentuk pola khusus maka dapat
dikatakan bahwa tidak terjadi gejala heterokedastik dan pada uji glejser jika probabilitas
signifikansinya diatas tingkat kepercayaan 5% maka tidak terdapat heteroskedastisitas.
d) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terdapat korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (t-1).
Uji autkorelasi dapat dilakukan dengan melakukan uji Durbin-Watson atau juga disebut DW test.

Bila nilai DW terletak diantara batas atas atau upper bound (du) dan (4–du) maka koefisien
autokorelasi = 0, berarti tidak ada autokorelasi. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah
atau lower bound (dl) maka koefisien autokorelasi > 0, berarti ada autokorelasi positif. Bila nilai
DW lebih besar dari (4-dl) maka koefisien autokorelasi < 0, berarti ada autokorelasi negatif. Bila
nilai DW terletak antara du dan dl atau DW terletak antara (4- du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak
dapat disimpulkan.

3.

Uji Regresi Liniear Berganda
Uji Regresi Linear Berganda hampir sama dengan Uji Regresi Linear sederhana perbedaannya Uji linear
berganda memasukan beberapa variabel bebas yang relevan dengan penelitian,dalam hal ini ada 3 variabel
bebas yang akan diteliti oleh penulis. Penulis merumuskan model linear regresi berganda sebagai berikut :
Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3
Keterangan :
Y : Pemberian kredit UMKM
a : Penduga bagi a intersep
b1: Penduga Bagi Koefisien Regresi Dana Pihak Ketiga (DPK)
b2:Penduga Bagi Koefisien Regresi Capital Adequacy Ratio (CAR)
b3:Penduga Bagi Koefisien Regresi Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
X1: Dana Pihak Ketiga (DPK)
X2: Capital Adequacy Ratio (CAR)
X3: Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

4.

Uji Hipotesis

Uji hipotesis untuk melihat signifikansi pengaruh variabel bebas (X) terhadap (Y) akan dilakukan dengan
menggunakan uji-t untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial dan uji-f
untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat simultan.
a) Uji-F
Uji F berfungsi untuk menguji pengaruh simultan (bersamaan) dari masing masing variabel bebas
apakah berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat. Untuk melihat pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat parsial atau tidak dapat dilihat dari pembandingan F hitung terhadap
F tabel. Apabila F hitung lebih besar dari (>) F tabel maka dapat dikatakan maka variabel bebas
tersebut pengaruhnya signifikan secara simultan (bersamaan) terhadap variabel terikat dan
sebaliknya. Derajat error signifikansi (α) yang ditolerir adalah sebesar 0,05. Hipotesis untuk uji-F
tersebut adalah sebagai berikut :
H01 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara DPK, CAR, dan BOPO terhadap pemberian kredit
UMKM secara simultan .
Ha1 : Ada hubungan yang signifikan antara DPK, CAR, dan BOPO terhadap pemberian kredit
UMKM secara simultan .
b) Uji-t
Uji t berfungsi untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat apakah variabel
tersebut secara parsial (terpisah) memiliki signifikansi yang tinggi atau tidak. Uji t dapat dilakukan
dengan membandingkan antara t hitung terhadap t tabel. Apabila t hitung lebih besar (>) daripada t
tabel maka variabel bebas secara simultan (bersamaan) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel terikat dan sebaliknya. Derajat error signifikansi (α) yang ditolerir adalah sebesar 0,05.
Hipotesis untuk uji t tersebut adalah sebagai berikut:
H02 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara DPK terhadap pemberian kredit UMKM parsial.
Ha2 : Ada hubungan yang signifikan antara DPK terhadap pemberian kredit UMKM parsial.
H03 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara CAR terhadap pemberian kredit UMKM parsial.
Ha3 : Ada hubungan yang signifikan antara CAR terhadap pemberian kredit UMKM parsial.
H04 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara BOPO terhadap pemberian kredit UMKM parsial.
Ha4 : Ada hubungan yang signifikan antara BOPO terhadap pemberian kredit UMKM parsial.

5.

Uji Koefesien Determinasi

Koefisien determinasi merupakan alat statistik yang bertujuan untuk melihat seberapa baik variabel bebas
dalam menerangkan variabel terikat. Seberapa baiknya variabel bebas dalam menerangkan variabel terikat
dapat diketahui dari nilai koefisien determinasi yang tinggi, semakin tinggi nilai koefisien determinasi maka
semakin tinggi juga kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat. Nilai R berkisar antara
0-1, jika nilai R=1 maka variabel bebas menjelaskan secara sempurna variabel terikat, dan jika nilai R=0
maka tidak ada penjelasan atau tidak ada kaitan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

HASIL DAN BAHASAN
1.

Uji–F
Berdasarkan uji – F Didapatkan nilai t hitung sebesar 22,567 dan tingkat signifikasi 0,000. Nilai signifikansi
lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 (0,000