T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Wacana Kritis Gaya Kepemimpinan Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo dalam Program Talkshow Mata Najwa Episode Pejabat Kekinian T1 BAB V

BAB V PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN

  Penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis Teun A. Van Dijk, yang berpendapat bahwa suatu teks terdiri atas beberapa struktur atau tingkatan, dengan masing–masing bagian saling mendukung. Analisis wacana dibagi menjadi tiga struktur atau tingkatan menurut Van Dijk, pertama adalah struktur makro. Struktur makro adalah makna umum atau global yang dapat terlihat dengan mengamati topik atau tema sebuah wacana berita. Struktur yang kedua adalah superstruktur. Superstruktur merupakan salah satu struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks dengan melihat bagian pendahuluan, isi, penutup, dan juga kesimpulan untuk mengetahui bagaimana terbentuknya suatu teks. Struktur wacana yang terakhir adalah struktur mikro, yaitu makna yang dapat diamati dari bagian kecil teks seperti kata, kalimat, proposisi, juga anak kalimat.

  Meskipun terdiri dari berbagai struktur dan elemen, semua struktur dan elemen tersebut merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dan saling mendukung satu sama lain. Untuk menunjukkan wacana apa yang ditonjolkan dan wacana yang terpinggirkan, serta untuk melihat ideologi yang dipakai oleh pembuat teks, serta posisi pembuat teks dalam suatu peristiwaberita maka dilakukan dengan cara membedah satu persatu, mulai dari bahasa dan bentuk teks yang ada dengan menggunakan elemen wacana menurut Teun A. Van Dijk.

  Berdasarkan cara pandang yang demikian, wacana gaya kepemimpinan Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo dapat dilihat dengan cara menganalisis dimensi teks, kognisi Berdasarkan cara pandang yang demikian, wacana gaya kepemimpinan Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo dapat dilihat dengan cara menganalisis dimensi teks, kognisi

  Setelah melakukan pengamatan terhadap ketiga elemen ini, barulah peneliti melakukan analisis ketiga elemen tersebut sehingga ditemukannya hubungan antara setiap elemen serta melihat wacana apa muncul dan bagaimana wacana itu dibangun dalam ketiga elemen tersebut, dalam program talks show Mata Najwa episode Pejabat Kekinian

5.1 Analisis Dimensi Teks Program Talkshow Mata Najwa Episode Pejabat Kekinian

  Dimensi teks pada program talkshow Mata Najwa episode “Pejabat Kekinian” dianalisis dengan cara mengamati percakapan antara Najwa Shihab sebagai pembawa acara dengan Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo sebagai narasumber melalui struktur makro yang meliputi elemen tematik (tematopik), superstruktur meliputi skematik (skema),

  stilistik, retoris).

  5.1.1 Analisis Program Talkshow Mata Najwa Episode “Pejabat Kekinian” (Segmen Ridwan Kamil) yang Ditinjau Dari Struktur Makro, Super Struktur Dan Struktur Mikro

  Tabel 5.1.1.

  Analisis Elemen Struktur Percakapan Najwa Shihab Dengan Ridwan Kamil Sebagai Narasumber Pertama

  pada Program Talkshow Mata Najwa Episode “Pejabat Kekinian”

  Struktur Wacana

  Elemen Yang Diamati

  Kesimpulan

  Struktur Makro

  Tematik (Topik)

   “Pejabat Kekinian” (pemanfaatan media sosial oleh pejabat dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab).

   Tema yang diangkat pada episode ini ingin menyoroti tentang pemanfaatan media sosial oleh pejabat dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab.

  Super Struktur

  Skematik (Alur)

   Pada tahap awal pembawa acara mengajak penonton untuk terlebih dahulu mengenal sosok narasumber pertama yakni Ridwan Kamil sebagai Walikota Bandung. Jika dihubungkan dengan tema utama dari episode ini, maka pengenalan ini ingin membentuk suatu gagasan bagi penonton bahwa Ridwan Kamil merupakan salah satu “Pejabat Kekinian”.

   Pada tahap selanjutnya perbincangan tidak secara langsung diarahkan pada tema utama, tapi diarahkan pada sepak terjang dan karir Ridwan Kamil dalam bidang politik. Disini peneliti melihat bahwa pembahasan ini mencoba mengarahkan penonton untuk mengetahui secara langsung bagaimana sepak terjang dunia politik Ridwan Kamil dengan gaya kekiniannya.

   Ketika pembahasan diarahkan pada topik atau tema utama, peneliti melihat bahwa pada sesi ini pembawa acara mulai mengarahkan perhatian serta pandangan penonton untuk melihat dan mengerti bagaimana dengan gaya kekinian, atau pejabat yang aktif bersosial media memanfaatkan media sosialnya untuk menunjang tugas serta tanggung jawab sebagai seorang pejabat.

   Pada akhir percakapan ditutup dengan menampilkan tanggapan masyarakat Bandung terhadap Walikotanya. Disini peneliti melihat bahwa akhir dari episode “Pejabat Kekinian” ini dikemas dengan tujuan ingin menunjukkan pada penonton bahwa dengan gaya kekinian, aktif bersosial media bukan berarti bahwa seorang pejabat tidak produktif dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya atau sebaliknya.

  Struktur Mikro

  Semantik (Latar)

   Hal pertama yang muncul sebagai latar adalah posisi Ridwan Kamil sebagai Walikota (Bandung) yang eksis menggunakan media sosial. Pada latar ini dijelaskan bahwa Ridwan Kamil aktif bersosial media serta memiliki beberapa akun dan memiliki banyak followers dari setiap akun yang ia miliki.

   Latar berikutnya adalah keterlibatan Ridwan Kamil dalam dunia politik. Pada latar ini menjelaskan tentang pernyataan Ridwan untuk tidak ikut dalam Pilkada DKI Jakarta 2017. Selain itu pada latar ini juga menggali tentang kedekatan Ridwan Kamil dengan beberapa partai politik tertentu, serta rencana ke depannya dalam dunia politik.

   Hal berikutnya yang adalah pemanfaatan media sosial untuk menunjang tugas dan tanggung jawab sebagai Walikota. Pada bagian ini menguraikan bagaimana Ridwan Kamil memanfaatkan media sosial  Hal berikutnya yang adalah pemanfaatan media sosial untuk menunjang tugas dan tanggung jawab sebagai Walikota. Pada bagian ini menguraikan bagaimana Ridwan Kamil memanfaatkan media sosial

  Semantik (Detail)

   Detail yang muncul dalam segmen antara Najwa Shihab dengan Ridwan Kamil lebih banyak memunculkan gaya kekinian Ridwan Kamil sebagai Walikota Bandung yang aktif menggunakan media sosial dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, serta dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat kota Bandung melalui gaya kekinian Ridwan Kamil yang aktif bersosial media untuk melayani kebutuhan serta memecahkan permasalahan umum di tengah masyarakat yang dipimpin.

   Elemen detail juga menunjukkan sejumlah perubahan positif serta sejumlah prestasi yang diraih oleh kota Bandung melalui gaya kekinian Ridwan Kamil yang aktif bersosial media dalam membangun sarana dan infrastruktur fisik Kota Bandung.

  Sintaksis (Bentuk Kalimat)

   Bahasa yang digunakan merupakan bahasa sehari-hari.  Penggunaan tata bahasa formal ini bertujuan untuk menekankan situasi

  yang benar-benar formal dan juga sebagai bentuk komunikasi untuk menekankan hal-hal yang dianggap penting dari sebuah topik yang dibahas oleh Najwa dan Ridwan Kamil.

   Peneliti juga menemukan bahwa sebagian besar kalimat dalam percakapan ini secara umum didominasi oleh kalimat dengan bentuk deduktif. Hal ini dimaksudkan oleh Ridwan Kamil untuk menempatkan dirinya sebagai pihak yang menjadi pusat atau objek terkait dengan tema atau topik yang dibahas dalam episode ini. Melalui penempatan posisi seperti ini, penulis melihat bahwa pembicara ingin memberikan penegasan terhadap penonton tentang keterkaitan dirinya dengan hal-hal  Peneliti juga menemukan bahwa sebagian besar kalimat dalam percakapan ini secara umum didominasi oleh kalimat dengan bentuk deduktif. Hal ini dimaksudkan oleh Ridwan Kamil untuk menempatkan dirinya sebagai pihak yang menjadi pusat atau objek terkait dengan tema atau topik yang dibahas dalam episode ini. Melalui penempatan posisi seperti ini, penulis melihat bahwa pembicara ingin memberikan penegasan terhadap penonton tentang keterkaitan dirinya dengan hal-hal

  Sintaksis (Koherensi)

   Fakta pertama yang ditunjukkan adalah Ridwan Kamil merupakan pejabat yang eksis di media sosial, serta menggunakannya untuk menjalin komunikasi dengan warga.

   Fakta kedua yang ditampilkan mengenai hal yang bersifat politik, dimana Ridwan Kamil menyatakan dirinya tidak turut serta dalam Pilkada DKI Jakarta 2017, setelah sebelumnya dikabarkan bahwa Ridwan Kamil akan turut menjadi salah satu penantang Ahok pada Pilkada DKI Jakarta 2017 mendatang.

   Merujuk pada kedua fakta yang berbeda ini, peneliti melihat bahwa fakta yang memiliki hubungan dengan tematopik dari episode ini adalah fakta yang pertama, sedangkan bagi peneliti, fakta kedua yang diungkap tidak memiliki hubungan yang erat dengan tematopik utama dari episode ini. Kedua fakta ini pada akhirnya menjadi berhubungan karena dalam episode ini ketika Najwa Shihab menyatakan bahwa pernyataan Ridwan Kamil untuk tidak ikut dalam Pilkada DKI Jakarta merupakan hal yang terkini, yang ramai diperbincangkan publik.  Merujuk pada kata “kekinian” dari episode ini, penulis melihat bahwa kata kekinian mengandung arti sebagai sesuatu yang lagi trend atau sesuatu yang menjadi gaya hidup, perbincangan serta konsumsi publik secara umum. Gaya Ridwan Kamil sebagai seorang pejabat yang eksis menggunakan media sosial merupakan trend saat ini dan juga pernyataannya untuk tidak ikut dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 mendatang juga menjadi isu atau berita yang trend dan menjadi perbincangan masyarakat luas, terlebih lagi hal tersebut kemudian  Merujuk pada kedua fakta yang berbeda ini, peneliti melihat bahwa fakta yang memiliki hubungan dengan tematopik dari episode ini adalah fakta yang pertama, sedangkan bagi peneliti, fakta kedua yang diungkap tidak memiliki hubungan yang erat dengan tematopik utama dari episode ini. Kedua fakta ini pada akhirnya menjadi berhubungan karena dalam episode ini ketika Najwa Shihab menyatakan bahwa pernyataan Ridwan Kamil untuk tidak ikut dalam Pilkada DKI Jakarta merupakan hal yang terkini, yang ramai diperbincangkan publik.  Merujuk pada kata “kekinian” dari episode ini, penulis melihat bahwa kata kekinian mengandung arti sebagai sesuatu yang lagi trend atau sesuatu yang menjadi gaya hidup, perbincangan serta konsumsi publik secara umum. Gaya Ridwan Kamil sebagai seorang pejabat yang eksis menggunakan media sosial merupakan trend saat ini dan juga pernyataannya untuk tidak ikut dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 mendatang juga menjadi isu atau berita yang trend dan menjadi perbincangan masyarakat luas, terlebih lagi hal tersebut kemudian

  Sintaksis (Kata Ganti)

   Peneliti menemukan adanya penggunaan kata “kami” oleh Ridwan Kamil. Peneliti melihat bahwa penggunaan kata “kami” oleh Ridwan Kamil sebenarnya ingin menunjukkan adanya kedekatan hubungan serta kebersamaan yang dibangun antara Ridwan Kamil sebagai Walikota dengan warganya. Kata ini juga menunjukkan bahwa serangkaian prestasi yang diraih oleh kota Bandung dan juga dampak positif yang dirasakan oleh warga bukanlah usaha Ridwan Kamil sebagai Walikota, tetapi semua itu diraih atas kerja sama dan kolaborasi antara dirinya dengan masyarakat yang dipimpin. Berikut adalah salah satu penggalan pernyataan Ridwan Kamil ketika menggunakan kata “kami”  Kata ganti selanjutnya yang peneliti temukan adalah kata “pasukan”. Melalui kata ini penulis menginterpretasikan bahwa dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya Ridwan Kamil tidak merasa sendirian, karena ada warga yang bersedia bekerja sama, sekaligus menyatakan dirinya sebagai pemimpin yang posisinya berada di tengah-tengah masyarakat sebagai pemimpin yang juga selalu berkolaborasi dan bekerja sama dengan masyarakat untuk mencapai tujuan bersama.

  Stilistik (Leksikon)

   Penggunaan kata “Pejabat Kekinian” sebagai tema utama dari episode ini ingin menunjukkan fakta bahwa pada saat ini banyak pejabat yang mulai memanfaatkan media sosial untuk berbagai kepentingan.  Selain itu peneliti juga menemukan adanya penggunaan kata “pejabat  Penggunaan kata “Pejabat Kekinian” sebagai tema utama dari episode ini ingin menunjukkan fakta bahwa pada saat ini banyak pejabat yang mulai memanfaatkan media sosial untuk berbagai kepentingan.  Selain itu peneliti juga menemukan adanya penggunaan kata “pejabat

  Retoris (Grafis)

   Penekanan terhadap hal-hal penting yang dibahas selalu disertakan dengan cuplikan video yang berhubungan dengan pembahasan- pembahasan penting tersebut.

   Cuplikan setiap video merupakan sebuah bukti yang mendukung bahwa hal-hal penting yang dibicarakan bukanlah sebuah wacana atau isu semata, melainkan fakta.

   Salah satu contoh screen shoot dari cplikan video (tanggapan warga Bandung tentang kinerja Ridwan Kamil sebagai Walikota)

  Retoris (Metafora)

  Beberapa istilah yang penulis temukan dalam percakapan antara Ridwan Kamil dengan Najwa Shihab dalam episode “Pejabat Kekinian”

   Multi tasking, track record, modal jempol, positif news, quick clean,  Multi tasking, track record, modal jempol, positif news, quick clean,

  

   Penggunaan istilah-istilah sebagaimana di atas, secara strategis sebagai landasan berpikir untuk menunjukkan maksud juga makna tertentu yang pastinya tidak terlepas dari hal-hal utama yang dibahas dalam episode “Pejabat Kekinian” ini.

5.1.1.1 Analisis Struktur Makro (Tematik)

  Struktur makro (tematik) hadir sebagai elemen pertama dari sebuah teks dengan tujuan untuk memberikan gambaran umum, makna secara global atau umum dari suatu teks yang dapat dilihat dengan mengamati topiktema yang diangkat pada suatu teks. Topik sendiri merupakan elemen dari tematik. Tema merupakan pokok pembicaraan dalam sebuah diskusi, ceramah atau karangan, juga kerap disandingkan dengan kata tema. Tema bisa disimpulkan setelah kita selesai mengamati secara tuntas dan menyeluruh sebuah teks. Karena menggambarkan ide umum dari keseluruhan isi teks, maka tema didukung oleh beberapa subtema yang saling mendukung satu sama lain. Dengan demikian teks atau naskah dapat menjadi koheren dan utuh.

  Tema umum ini dapat dilihat pada segmen awal melalui kalimat yang diucapkan oleh Najwa Shihab sebagai pembawa acara saat membuka episode ini, sebagai berikut :

  “Menjadi pejabat hari ini memang mesti menyesuaikan diri dan kondisi. Piawai memanfaatkan media sosial sebagai alat paling aktual agar sosok dapat terus dijual. Tapi kerja sebenar-benarnya butuh pembuktian, menghasilkan karya nyata tak sekedar duduk manis di belakang meja. Jika pemimpin mau menyerap aspirasi, tentu rakyat juga yang akan mengapresiasi. Karena menjadi gaul saja tidak mencukupi, kepemimpinan harus tahan banting dan uji. Inilah Mata Najwa, “Pejabat Kekinian””.

  Dibalik penggunaan kata “Pejabat Kekinian”, tema besar ini sebenarnya ingin menyiratkan tentang gaya kepemimpinan para pejabat daerah yang sedang trend saat ini. Kepemimpinan yang disinggung oleh Dibalik penggunaan kata “Pejabat Kekinian”, tema besar ini sebenarnya ingin menyiratkan tentang gaya kepemimpinan para pejabat daerah yang sedang trend saat ini. Kepemimpinan yang disinggung oleh

  

  Tema dari sebuah teks tidak hanya dilihat dari sisi tertentu saja, karena topik atau tema dipahami sebagai mental atau kognisi pembuat teks, tidak mengherankan jika semua elemen dalam teks mengacu dan mendukung tema dalam teks, sehingga tema dapat juga dilihat dari keseluruhan teks yang ada. Pada akhir dari segmen, tema besar episode ini yakni “Pejabat Kekinian” kembali ditonjolkan. Penonjolan kembali ini dapat dilihat dari percakapan berikut ini :

  Najwa Shihab : “Kang Emil, ini keaktifan anda di media sosial entah lewat twitter, facebook, lewat instagram, dari mulai ngomongin jomblo, ngomongin macam-macam, itu channel-channelnya dibagi seperti apa? Apa ada yang khusus instagram atau apa?

  Ridwan Kamil : “Semua saya pegang sendiri, karena sebelum saya jadi Walikota saya sudah terbiasa multi tasking, kerjaan beres, media sosial juga beres. Jadi Walikota juga sama, ada waktu kosong saya bisa media sosial, di jalan tol juga saya bisa.”

  Najwa Shihab : “Jadi anda memanfaatkannya untuk apa saja?” Ridwan Kamil : “Saya mengkhususkannya untuk good news, jadi saya gak

  akan galau-galau yang lebai gitu ya. Jadi intinya saya selalu positif news. Dan yang menarik temuannya satu, contoh ya kalau saya posting serius yang komen dikit. Nih contohnya kalau saya posting “hei warga Bandung tahun ini kita menang adipura” yang komen cuman 500 tapi kalau saya posting “hei jomblo-jomblo marilah kita menikah sebelum terlambat”, yang komen 5000.

  Penonjolan kembali tema utama dari episode ini dikemas dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyoroti keaktifan Ridwan Kamil dalam menggunakan akun dari berbagai media sosialnya. Penulis juga melihat bahwa dari jawaban yang diberikan, menunjukkan bahwa eksistensi seorang pejabat dalam menggunakan media sosial tidak selamanya mengandung arti negatif, artinya bahwa ketika seorang pejabat menjadi kekinian dengan eksis di media sosial belum tentu kinerja dari pejabat tersebut dapat dikatakan buruk atau sebaliknya. Dari jawaban yang diberikan, peneliti menemukan fakta bahwa ketika seorang pejabat eksis menggunakan media sosial untuk menunjang tugas dan tanggung jawabnya, hal tersebut akan sangat menolong. Terbukti bahwa dengan gaya kepemimpinan Ridwan Kamil yang eksis menggunakan media sosial dalam menunjang tugas dan tanggung jawabnya memberikan hasil yang positif, membawa perubahan positif yang dampaknya dapat dirasakan langsung oleh masyarakatnya. Banyak komplain dapat langsung ditangani, masyarakat merasa lebih mudah melakukan interaksi serta komunikasi dengan pemimpinnya.

5.1.1.2 Analisis Super Struktur (Skematik)

  Struktur pendukung teks yang kedua adalah Super Sruktur (alur skema sebuah teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian- bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti.

  Pada sesi awal pembawa acara memperkenalkan narasumber pertama yakni bapak Ridwan Kamil atau yang akrab disapa dengan sebutan Kang Emil yang adalah Walikota Bandung. Diskusi dengan Kang Emil diawali dengan membahas seputar pernyataan Kang Emil mengenai keputusannya untuk tidak ambil bagian dalam pilkada DKI Jakarta, karena sebelumnya Kang Emil sempat diisukan akan maju untuk bertarung melawan Ahok pada pilkada DKI Jakarta 2017 mendatang. Selanjutnya kang Emil dikejar dengan pertanyaan yang meliputi ambisinya menjadi Walikota Bandung saat itu dan juga masalah kedekatannya dengan partai tertentu yang mendukungnya bahkan pertanyaan seputar ambisinya untuk maju pada pertaruhan yang lebih besar kelasnya dibanding Walikota.

  Pembahasan selanjutnya bersama Kang Emil mulai masuk pada tema “Pejabat Kekinian”. Dimana Najwa sebagai pembawa acara menyatakan bahwa Kang Emil adalah salah satu pejabat yang eksis dengan media sosial, bahkan lewat media sosial Kang Emil pernah mengajak warga Bandung untuk menjadi Walikota. Diskusi selanjutnya adalah tentang keaktifan Kang Emil pada media sosial. Bagaimana mengelolanya serta apa manfaat yang dirasakan dan kemudian ditutup dengan menampilkan cuplikan video tentang tanggapan masyarakat terhadap Kang Emil selaku Walikota Bandung.

  Mengamati keseluruhan alur, peneliti melihat bahwa pada tahap awal pembawa acara mengajak penonton untuk terlebih dahulu mengenal sosok narasumber pertama yakni Ridwan Kamil sebagai Walikota. Jika dihubungkan Mengamati keseluruhan alur, peneliti melihat bahwa pada tahap awal pembawa acara mengajak penonton untuk terlebih dahulu mengenal sosok narasumber pertama yakni Ridwan Kamil sebagai Walikota. Jika dihubungkan

5.1.1.3 Analisis Struktur Mikro (Semantik, Sintaksis, Stilistik dan

  Retoris)

  Struktur Mikro merupakan struktur ketiga dari sebuah teks. Keberadaan Struktur Mikro berfungsi untuk menjelaskan secara rinci serta detail mengenai hal-hal penting yang berhubungan dengan tema utama dari sebuah teks. Penjelasan secara mendetail suatu teks dalam Srtuktur Mikro sendiri dapat dilihat dari beberapa elemen yaitu :

  Elemen Semantik, dimana elemen ini mengulas tentang makna-makna yang ingin disampaikan melalui sebuah teks. Pengulasan ini meliputi beberapa bagian seperti latar. Latar sendiri merupakan bagian dari teks yang dapat menuntun pikiran orang lain yang membaca atau menyimak sebuah teks. Dalam percakapan dengan Ridwan Kamil peneliti melihat adanya beberapa hal yang muncul sebagai latar. Pertama adalah posisi Ridwan Kamil sebagai Elemen Semantik, dimana elemen ini mengulas tentang makna-makna yang ingin disampaikan melalui sebuah teks. Pengulasan ini meliputi beberapa bagian seperti latar. Latar sendiri merupakan bagian dari teks yang dapat menuntun pikiran orang lain yang membaca atau menyimak sebuah teks. Dalam percakapan dengan Ridwan Kamil peneliti melihat adanya beberapa hal yang muncul sebagai latar. Pertama adalah posisi Ridwan Kamil sebagai

  Penjelasan mendalam selanjutnya dari sebuah teks juga dapat dilihat dari maksud, dimana maksud merupakan bagian dari elemen semantik yang melihat bagaimana penampilan informasi tentang seseorang atau kelompok dalam sebuah teks.

  Pada elemen maksud menunjukkan bagaimana seorang pejabat memiliki kepekaan pada perkembangan teknologi, sehingga memanfatkan media sosial sebagai bentuk perkembangan tersebut untuk menunjang berbagai kegiatan yang berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang pejabat. Pada bagian ini juga ingin menunjukkan bahwa ketika pejabat sadar dan mampu memanfaatkan teknologi dengan baik untuk kepentingan umum, maka hal tersebut akan memberikan perubahan serta dampak positif. Selanjutnya, bagian ini juga menunjukkan bahwa media sosial dapat menjadi wadah untuk menampung aspirasi, menjadi jembatan atau perekat hubungan antara pejabat dengan masyarakatnya, apabila mampu

  Ridwan Kamil : “Nilai paling hebat orang Indonesia, khususnya orang Bandung adalah kolaborasi semangat ingin berbagi. Waktu KAA tahun lalu saya minta relawan 3000 yang daftar 15000. Jadi saya sedang memanen nilai- nilai pancasila orang-orang Bandung yaitu berbagi untuk kepentingan kotanya.”

  Peneliti melihat bahwa penggunaan tata bahasa ini sebagai bentuk komunikasi untuk menekankan hal-hal yang dianggap penting dari sebuah topik yang dibahas oleh Najwa dan Ridwan Kamil. Peneliti juga menemukan bahwa sebagian besar kalimat dalam percakapan ini secara umum didominasi oleh kalimat dengan bentuk deduktif. Hal ini dimaksudkan oleh pembicara untuk menempatkan dirinya sebagai pihak yang menjadi pusat atau objek terkait dengan tema atau topik yang dibahas dalam episode ini. Melalui penempatan posisi seperti ini, penulis melihat bahwa pembicara ingin memberikan penegasan terhadap penonton tentang keterkaitan dirinya dengan hal-hal yang menjadi pembahasan dalam episode ini . Berikut adalah contoh percakapan yang menunjukkan hal tersebut:

  Najwa Shihab : “Apakah anda merasakan betul manfaat menggunakan media sosial paling tidak untuk berkomunikasi menampung aspirasi?”

  Ridwan Kamil : “Oh banyak sekali, komplain warga sekarang bisa ditampung di media sosial. Sekarang Bandung adalah salah satu kota pertama yang dinas-dinasnya harus punya twitter. Sebelum dinasnya menggunakan twitter, itu komplainnya ke saya ribuan. Sekarang sudah terdistribusi dengan baik. Setiap komplain ada media sosialnya, jadi saya bisa cek. Keefektifan ini menunjukkan kalau berinovasi memanage kota atau negara ini dengan komunikasi yang interaktif itu jauh lebih efektif. Mending punya pejabat yang mudah dihubungi atau pejabat yang susah dikontak atau dihubungi ?” Ridwan Kamil : “Oh banyak sekali, komplain warga sekarang bisa ditampung di media sosial. Sekarang Bandung adalah salah satu kota pertama yang dinas-dinasnya harus punya twitter. Sebelum dinasnya menggunakan twitter, itu komplainnya ke saya ribuan. Sekarang sudah terdistribusi dengan baik. Setiap komplain ada media sosialnya, jadi saya bisa cek. Keefektifan ini menunjukkan kalau berinovasi memanage kota atau negara ini dengan komunikasi yang interaktif itu jauh lebih efektif. Mending punya pejabat yang mudah dihubungi atau pejabat yang susah dikontak atau dihubungi ?”

  Fakta kedua yang ditampilkan mengenai hal yang bersifat politik, dimana Ridwan Kamil menyatakan dirinya tidak turut serta dalam Pilkada DKI Jakarta 2017, setelah sebelumnya dikabarkan bahwa Ridwan Kamil akan turut menjadi salah satu penantang Ahok pada Pilkada DKI Jakarta 2017 mendatang. Hal ini ditunjukkan melalui kalimat berikut :

  Najwa Shihab : ““Pejabat Kekinian”, itu topik Mata Najwa ini. Dan saya mengundang anda, Kang Emil. Bicara soal kekinian, yang jelas yang paling kini, yang paling banyak dibahas orang adalah ketika minggu lalu Kang Emil konferensi pers, memutuskan tidak akan maju bertarung di Pilkada DKI.”

  Peneliti melihat bahwa fakta yang memiliki hubungan dengan tematopik dari episode ini adalah fakta yang pertama, sedangkan bagi peneliti, fakta kedua yang diungkap tidak memiliki hubungan yang erat dengan tematopik utama dari episode ini. Merujuk pada kata “kekinian” dari episode ini, penulis melihat bahwa kata kekinian mengandung arti sebagai sesuatu yang lagi trend atau sesuatu yang menjadi gaya hidup, perbincangan serta konsumsi publik secara umum. Gaya Ridwan Kamil sebagai seorang pejabat yang eksis menggunakan media sosial merupakan trend saat ini dan juga pernyataannya untuk tidak ikut dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 mendatang juga menjadi isu atau berita yang trend dan menjadi perbincangan masyarakat luas, terlebih lagi hal tersebut kemudian diunggah Ridwan Kamil pada salah satu akun media sosialnya. Hal inilah yang kemudian menjadikan Peneliti melihat bahwa fakta yang memiliki hubungan dengan tematopik dari episode ini adalah fakta yang pertama, sedangkan bagi peneliti, fakta kedua yang diungkap tidak memiliki hubungan yang erat dengan tematopik utama dari episode ini. Merujuk pada kata “kekinian” dari episode ini, penulis melihat bahwa kata kekinian mengandung arti sebagai sesuatu yang lagi trend atau sesuatu yang menjadi gaya hidup, perbincangan serta konsumsi publik secara umum. Gaya Ridwan Kamil sebagai seorang pejabat yang eksis menggunakan media sosial merupakan trend saat ini dan juga pernyataannya untuk tidak ikut dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 mendatang juga menjadi isu atau berita yang trend dan menjadi perbincangan masyarakat luas, terlebih lagi hal tersebut kemudian diunggah Ridwan Kamil pada salah satu akun media sosialnya. Hal inilah yang kemudian menjadikan

  Ridwan Kamil : “Warga Bandung sekarang saya rubah pola pikirnya. Kalau ada sampah harus dipungut, makanya “kami” ada gerakan pungut sampah setiap Senin, Rabu, Jumat.”

  Kata ganti selanjutnya yang peneliti temukan adalah kata “pasukan”. Kata tersebut bahwa dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya Ridwan Kamil tidak merasa sendirian, karena ada warga yang bersedia bekerja sama, sekaligus menyatakan dirinya sebagai pemimpin yang posisinya berada di tengah-tengah masyarakat, sebagai pemimpin yang juga selalu berkolaborasi dan bekerja sama dengan masyarakat untuk mencapai tujuan bersama. Berikut salah satu penggalan pernyataan Ridwan Kamil yang menggunakan kata “Pasukan” :

  Ridwan Kamil : “Jadi poinnya, mereformasi di Indonesia butuh pemimpin yang ada di lapangan. Butuh pemimpin yang ada di tengah-tengah “pasukan”.”

  Elemen berikutnya dari Struktur Mikro yang menjelaskan hal-hal penting dari sebuah teks adalah elemen Stilistik, dimana elemen ini melihat bagaimana pembuat teks mengungkapkan makna-makna tertentu melalui gaya bahasa tertentu. Elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata, karena pilihan kata yang dipakai bukan suatu kebetulan, tetapi juga secara menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap realitas yang ada, hal ini disebut dengan Leksikon. Penggunaan kata “Pejabat

  Grafis, yaitu merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau tonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh komunikator yang dapat diamati dari suatu teks. Penekanan terhadap hal-hal penting yang dibahas selalu disertakan dengan cuplikan video yang berhubungan dengan pembahasan-pembahasan penting tersebut. Hal – hal penting yang dibuktikan lewat cuplikan video yaitu profil dan tindakan nyata Ridwan Kamil dalam membangun kota Bandung, dibukanya beberapa ruang publik bagi warga kota Bandung, iklan yang mengajak warga Bandung untuk menjadi Walikota sehari, pernyataan tidak ikut dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 dan komentar warga Bandung tentang kinerja Ridwan Kamil sebagai Walikota

  Selain grafis, ada juga Metafora. Dalam suatu wacana, seorang komunikator tidak hanya menyampaikan pesan pokok bahasa formal semata, tetapi juga kiasan, ungkapan yang dimaksudkan sebagai bumbu dari suatu teks. Pemakaian metafora tertentu bisa jadi menjadi petunjuk utama untuk mengerti makna tertentu dalam sebuah teks. Adapun beberapa metafora yang penulis temukan dalam percakapan antara Ridwan Kamil dengan Najwa Shihab dalam episode “Pejabat Kekinian” :

  Multi tasking, track record, modal jempol, positif news, quick clean, akal sehat, reformasi birokrasi, political power, capital power, social power, information power, going digital, leadership in the middle .

  Peneliti memahami bahwa penggunaan metafora sebagaimana di atas, secara strategis sebagai landasan berpikir, alasan pembenar atas pendapat atau gagasan tertentu kepada penonton, dimana hal-hal tersebut mengandung

  Ridwan Kamil : “Mending punya pejabat yang mudah dihubungi atau pejabat yang susah dikontak atau dihubungi?” Najwa Shihab : “Dan anda mudah dihubungi lewat jalur-jalur yang tadi?” Ridwan Kamil : “Modal jempol aja.”

  5.1.2 Analisis Program Talkshow Mata Najwa Episode “Pejabat Kekinian” (Segmen Ganjar Pranowo) yang Ditinjau Dari Struktur Makro, Super Struktur Dan Struktur Mikro

  Tabel 5.1.2.

  Analisis Elemen Struktur Percakapan Najwa Shihab Dengan Ganjar Pranowo Sebagai Narasumber Kedua

  pada Program Talkshow Mata Najwa Episode “Pejabat Kekinian”

  Struktur Wacana

  Elemen Yang Diamati

  Kesimpulan

   “Pejabat Kekinian” (pemanfaatan media sosial oleh pejabat dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab).

  Struktur Makro

  Tematik (Topik)

   Tema yang diangkat pada episode ini ingin menyoroti tentang pemanfaatan media sosial oleh pejabat dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab.

   Pembahasan awal ini mencoba mengarahkan penonton untuk mengetahui secara langsung sosok Ganjar Pranowo, serta kedekatannya dengan Ridwan Kamil dan Ahok sebagai salah satu hal terkini, sehingga dibahas dalam episode “Pejabat Kekinian”.

  Super Struktur

  Skematik (Alur)

   Sesi selanjutnya dikemas dengan tujuan ingin menunjukkan pada penonton bahwa dengan gaya kekinian, aktif bersosial media bukan berarti bahwa seorang pejabat tidak produktif dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya atau sebaliknya.

   Sesi terakhir yang ditutup dengan penilaian terhadap gaya kepemimpinan Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo tentang gaya kepemimpinan mereka yang kekinian, sebenarnya ingin  Sesi terakhir yang ditutup dengan penilaian terhadap gaya kepemimpinan Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo tentang gaya kepemimpinan mereka yang kekinian, sebenarnya ingin

   Penilaian ini juga ingin menunjukkan sisi positif dari pejabat yang memanfaatkan media sosial dengan baik untuk menunjang tugas dan tanggung jawab mereka.

   Ganjar Pranowo merupakan Gubernur yang dekat dengan warganya, salah satunya dengan menggunakan media sosial.  Hubungan antara Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil dan juga Pak

  Struktur Mikro

  Semantik (Latar)

  Ahok sebagai suatu isu terkini.  Bagaimana Ganjar Pranowo memanfaatkan media sosial untuk mendukung tugas dan tanggung jawabnya sebagai Gubernur Jawa

  Tengah.

   Ganjar Pranowo lebih banyak memunculkan gaya kekinian. Ganjar Pranowo sebagai Gubernur Jawa Tengah yang aktif menggunakan media sosial dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.

  Semantik (Detail)

   Dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat Jawa Tengah melalui gaya kekinian Ganjar Pranowo yang aktif bersosial media untuk melayani kebutuhan serta memecahkan permasalahan umum di tengah masyarakat yang dipimpin.

   Menunjukkan sejumlah perubahan positif serta sejumlah prestasi yang diraih melalui gaya kekinian Ganjar Pranowo yang aktif bersosial media dalam membangun sarana dan infrastruktur, serta  Menunjukkan sejumlah perubahan positif serta sejumlah prestasi yang diraih melalui gaya kekinian Ganjar Pranowo yang aktif bersosial media dalam membangun sarana dan infrastruktur, serta

   Menunjukkan bagaimana seorang pejabat memiliki kepekaan pada perkembangan teknologi, sehingga memanfatkan media sosial sebagai bentuk perkembangan tersebut untuk menunjang berbagai kegiatan yang berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang pejabat.

  Semantik (Maksud)

   Menunjukkan bahwa ketika pejabat sadar dan mampu memanfaatkan teknologi dengan baik untuk kepentingan umum, maka hal tersebut akan memberikan perubahan serta dampak positif.

   Menunjukkan bahwa media sosial dapat menjadi wadah untuk menampung aspirasi, menjadi jembatan atau perekat hubungan antara pejabat dengan masyarakatnya, serta menjadi media pengontrol antara masyarakat dengan pelaksana-pelaksana tugas yang ada di lapangan apabila mampu dimanfaatkan serta dikelola oleh dengan baik oleh pejabat yang menggunakannya maupun masyarakat yang berinteraksi di dalamnya.

   Mengamati percakapan antara Najwa Shihab dengan Ganjar Pranowo pada episode ini, peneliti melihat bahwa tata bahasa yang digunakan merupakan bahasa sehari-hari (bahasa non formal).

  Sintaksis (Bentuk Kalimat)

   Percakapan didominasi oleh kalimat bentuk deduktif.  Pembicara ingin memberikan penegasan terhadap penonton tentang

  keterkaitan dirinya dengan hal-hal yang menjadi pembahasan dalam keterkaitan dirinya dengan hal-hal yang menjadi pembahasan dalam

   Peneliti melihat bahwa penggunaan kata “kita” oleh Ganjar Pranowo sebenarnya ingin menunjukkan adanya kedekatan hubungan serta kebersamaan yang dibangun antara Ganjar Pranowo sebagai Gubernur dengan setiap Kepala Daerah yang ada di wilayah Jawa Tengah serta masyarakat.

  Sintaksis (Kata Ganti)

   Kata ini juga menunjukkan bahwa serangkaian usaha yang dilakukan secara bersama-sama untuk membangun Jawa Tengah dan juga dampak positif yang dirasakan oleh warga bukanlah usaha Ganjar Pranowo semata sebagai Gubernur.  Kata ganti selanjutnya yang peneliti temukan adalah kata “mereka”. Melalui kata ini penulis menginterpretasikan bahwa mereka yang dimaksud adalah para pejabat daerah (Bupati dan Walikota) yang ada di bawah kepemimpinan Ganjar Pranowo sebagai Gubernur.

   Penggunaan kata “Pejabat Kekinian” sebagai tema utama dari episode ini ingin menunjukkan fakta bahwa pada saat ini banyak pejabat yang mulai memanfaatkan media sosial untuk berbagai kepentingan.  Penggunaan kata “Inovasi”. Kata ini ingin menunjukkan adanya perubahan-perubahan sebagai hasil aatau dampak dari tingkat keterlibatan atau keaktifan pejabat saat ini dalam menggunakan akun media sosial maupun mengikuti hal-hal yang menjadi trend saat ini, ataupun terlibat pada hal-hal serta isu-isu menarik yang sedang ramai diperbincangkan oleh khalayak luas.

  Stilistik (Leksikon)

   Penekanan terhadap hal-hal penting yang dibahas selalu disertakan dengan cuplikan video yang berhubungan dengan pembahasan- pembahasan penting tersebut.

  Retoris (Grafis)

   Cuplikan setiap video merupakan sebuah bukti yang mendukung bahwa hal-hal penting yang dibicarakan bukanlah sebuah wacana atau isu semata, melainkan fakta.

   Salah satu contoh screen shoot dari cuplikan video (Saat Ganjar Pranowo melakukan sidak pada salah satu dinas di Jawa Tengah).

  Retoris (Metafora)

  Adapun beberapa metafora yang penulis temukan dalam segmen Ganjar Pranowo dalam episode “Pejabat Kekinian” :

   haters, multi platform, media genic, baju safari, cacat, dilempar ke

  publik, dicopot.  Penggunaan istilah-istilah secara strategis sebagai landasan berpikir, publik, dicopot.  Penggunaan istilah-istilah secara strategis sebagai landasan berpikir,

  

5.1.2.1 Analisis Struktur Makro (Tematik)

  Setelah penulis mengamati keseluruhan percakapan Najwa Shihab dengan Ganjar Pranowo sebagai narasumber kedua pada program talkshow Mata Najwa episode ini, peneliti melihat bahwa secara umum tema yang diangkat secara umum adalah “Pejabat Kekinian”. Tema umum ini dapat dilihat melalui kalimat yang diucapkan oleh Najwa Shihab sebagai pembawa acara saat membuka episode ini, sebagai berikut :

  Najwa Shihab : “Pemirsa mari kita ke Jawa Tengah. Ada Gubernur yang kerap menyita perhatian dengan gayanya yang dekat dengan warga. Media sosial ia jadikan salah satu sarana.”

  Menyoroti kalimat yang diucapkan oleh Najwa Shihab untuk membuka sesi diskusi dengan Ganjar Pranowo sebagai narasumber kedua, peneliti melihat bahwa disini pembawa acara secara tidak langsung ingin menyatakan bahwa Ganjar Pranowo merupakan salah satu “Pejabat Kekinian”. Hal ini ditandai dengan kalimat “media sosial ia jadikan salah satu sarana”. Peneliti juga melihat bahwa kalimat pembuka ini sebenarnya ingin menyiratkan tentang gaya kepemimpinan Ganjar Pranowo yang ditandai melalui kalimat pertama “Ada Gubernur yang kerap menyita perhatian dengan gayanya yang dekat dengan warga”. Peneliti melihat bahwa kata “gaya” yang terdapat dalam kalimat ini, merujuk kepada bagaimana gaya atau cara seorang pejabat dalam melayani masyarakatnya, melakukan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang pejabat daerah. Hal ini bagi penulis menyinggung Menyoroti kalimat yang diucapkan oleh Najwa Shihab untuk membuka sesi diskusi dengan Ganjar Pranowo sebagai narasumber kedua, peneliti melihat bahwa disini pembawa acara secara tidak langsung ingin menyatakan bahwa Ganjar Pranowo merupakan salah satu “Pejabat Kekinian”. Hal ini ditandai dengan kalimat “media sosial ia jadikan salah satu sarana”. Peneliti juga melihat bahwa kalimat pembuka ini sebenarnya ingin menyiratkan tentang gaya kepemimpinan Ganjar Pranowo yang ditandai melalui kalimat pertama “Ada Gubernur yang kerap menyita perhatian dengan gayanya yang dekat dengan warga”. Peneliti melihat bahwa kata “gaya” yang terdapat dalam kalimat ini, merujuk kepada bagaimana gaya atau cara seorang pejabat dalam melayani masyarakatnya, melakukan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang pejabat daerah. Hal ini bagi penulis menyinggung

  Ganjar Pranowo : “Iya lah, kita ngobrol sebelumnya ya, tapi rahasia ya.”

  Najwa Shihab : “Apa yang rahasia? Saya mau tau yang rahasia.” Ganjar Pranowo : “Nggak, masa rahasia diomongin? Jadi di dalam, kita

  sebelumnya bicara, share apa yang sebelumnya menjadi pengalaman masing-masing. Kita belajar dari teman- teman yang punya nilai kompetisi untuk memperbaiki republik itu kan baik kan. Kita melihat pengalaman teman-teman dan kemudian kita berbagi. Sebelum kita bertiga diluar, kita ngobrolin soal itu.”

  Mengamati percakapan di atas penulis melihat bahwa percakapan ini menunjukkan sebuah ciri kepemimpinan atau lebih tepatnya sikap seorang pemimpin. Sekalipun sempat disinggung mengenai unsur kompetisi antar pejabat, namun dari jawaban yang diberikan baik oleh Ganjar Pranowo maupun Ridwan Kamil menunjukkan bahwa kompetisi antar pejabat tidak selalu bermakna negatif, melainkan suatu motivasi untuk saling berkembang. Selain itu sikap kepemimpinan juga peneliti lihat dari kata bersahabat dan kalimat belajar dari teman-teman yang di ucapkan oleh Ganjar Pranowo.

  Kata bersahabat menunjukkan bahwa seorang pemimpin harus mampu menjalin hubungan baik dengan pimpinan lainnya, sedangkan kalimat belajar dari teman-teman menunjukkan bahwa dengan adanya hubungan baik antar sesama pemimpin, hal ini dapat menjadi jembatan untuk saling mempelajari hal-hal positif, serta pengalaman positif antara satu dengan yang lainnya, dimana hal-hal yang dipelajari dapat menjadi masukan serta bahan Kata bersahabat menunjukkan bahwa seorang pemimpin harus mampu menjalin hubungan baik dengan pimpinan lainnya, sedangkan kalimat belajar dari teman-teman menunjukkan bahwa dengan adanya hubungan baik antar sesama pemimpin, hal ini dapat menjadi jembatan untuk saling mempelajari hal-hal positif, serta pengalaman positif antara satu dengan yang lainnya, dimana hal-hal yang dipelajari dapat menjadi masukan serta bahan

  Najwa Shihab : “Mas PR besar itu tantangan. Kalo kita kaitkan dengan gaya memimpin Ganjar Pranowo apakah di media sosial, apa di keseharian, seberapa jauh anda dikenal atau terkenal itu membantu anda dalam menjalankan tugas-tugas ini?”

  Ganjar Pranowo : “Dikenal atau tidak saya rasa itu bukan urusan ya. Kalau kemudian dalam konteks bekerja ya, saya meminta kepada SKPD saya, walaupun ini memang barang baru tapi biasanya birokrasi itu lebih kepada memakai baju safari, kemana- mana cacat karena gak bisa buka pintu sendiri, selalu minta dibukain, terus kalau datang di sambut rombongan, orang datang berbondong-bondong. Kalau saya nggak, saya bilang saya nggak mau diaterin, saya bilang saya mau sendiri. Nah ternyata ini merubah sikap, merubah perilaku, terus kemudian mereka mulai mengikuti gaya saya. Ketika mereka mengikuti gaya saya, harapan saya mereka lebih dekat dengan masyarakat dan mereka harus terlibat dengan segala persoalannya. Nah repotnya nanti kalau kita sudah berhubungan dengan kawan-kawan di kabupaten-kota. Kalau sudah begitu saya harus mau untuk membuka komunikasi, membuka ruang, membuka waktu untuk menyampaikan kepada mereka dan kita menunggu jawabannya. Supaya seluruh persoalan hari ini, misalnya Walikotannya Kang Emil, maka lapornya langsung ke Kang Emil. Itu ada masyarakat yang bilang, lah pak saya mau ketemu Bupati, takut sama satpol PP, mau lewat media sosial Bupatinya gaptek, lah paling gampang ketemu Gubernur.”

  Dari transkrip pembicaraan di atas, menunjukkan adanya upaya yang dilakukan untuk membuka ruang interaksi antara pejabat dengan masyarakat yang dilakukan oleh Ganjar Pranowo selaku Gubernur. Percakapan di atas juga menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Ganjar Pranowo dengan gaya

  Najwa Shihab : “Saya mau ke Mbak Tika dulu. “Pejabat Kekinian”. Apa sih yang kekinian dari kedua “Pejabat Kekinian” kita ini ?”

  Tika Herlambang : “Ya “Pejabat Kekinian”. Pertama, Mas Ridwan Kamil dan Mas Ganjar memiliki satu fenomena yang cukup menarik. Yang kedua, keduanya adalah orang yang sangat sadar dengan media, berikutnya keduanya bisa menggunakan media sebagai sarana untuk berpartisipasi atau mengajak partisipasi masyarakat. Yang ketiga Mas Ganjar dan Pak Ridwan Kamil itu memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik di depan publik.”

  Najwa Shihab : “Pemimpin sadar media itu penting nggak mbak Tika? Ini dua-duanya sangat sadar media?”

  Tika Herlambang : “Betul, sangat sadar media dan jangkauan pemberitaannya tidak hanya di wilayah mereka tapi sudah be on the region jadi kalau mereka mau naik pangkat atau naik tingkat, nah mereka sudah punya potensi disitu.”

  Najwa Shihab : “Jadi misalnya Kang Emil tidak hanya ngetop di Bandung Jawa Barat,tapi juga di luar. Mas Ganjar juga seperti itu.”

  Tika Herlambang : Demikian juga. Jadi keduanya memiliki jangkauan persebaran berita sehingga daerah-daerah lain suka mengutip atau mengintip apa yang dilakukan oleh Ridwan Kamil, apa yang dilakukan Mas Ganjar, menirunya atau membicarakannya di daerah sana, begitu. Dan satu hal lagi yang paling menarik dari keduanya adalah kalau dalam istilah teman saya Iwan Sugema namanya media genic. Itu kalau ada di media tuh selalu amazing, itu gak tau kenapa gitu. Nah itu yang menyebabkan kalau kita berbicara soal Mas Emil atau Mas Ganjar pemberitaan negatifnya kecil dibandingkan dengan pemberitaan lainnya, itu dia media genic kalau menurut saya.”

  “Pejabat Kekinian” sebagai tema utama dari episode ini dikemas dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyoroti keaktifan Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo dalam menggunakan akun dari berbagai media sosial mereka. Dari percakapan tersebut penulis juga melihat bahwa dari pertanyaan-

5.1.2.2 Analisis Super Struktur (Skematik)

  Mengamati keseluruhan alur pada segmen Ganjar Pranowo, peneliti melihat bahwa pada tahap awal pembawa acara mengajak penonton untuk terlebih dahulu mengenal sosok narasumber kedua yakni Ganjar Pranowo. Jika dihubungkan dengan tema utama dari episode ini, maka pengenalan ini ingin membentuk suatu gagasan bagi penonton bahwa Ganjar Pranowo merupakan salah satu “Pejabat Kekinian”. Pada tahap selanjutnya perbincangan tidak secara langsung diarahkan pada tema utama, tapi diarahkan pada kedekatannya dengan Ridwan Kamil dan Ahok, melalui pertemuan mereka beberapa waktu sebelumnya. Disini peneliti melihat bahwa pembahasan ini mencoba mengarahkan penonton untuk mengetahui secara langsung bahwa pertemuan ketiga pejabat ini merupakan salah satu hal terkini, sehingga dibahas dalam episode “Pejabat Kekinian”.

  Ketika pembahasan diarahkan pada topik atau tema utama dari episode ini, peneliti melihat bahwa pada sesi ini pembawa acara mulai mengarahkan perhatian serta pandangan penonton untuk melihat dan mengerti bagaimana dengan gaya kekinian, atau pejabat yang aktif bersosial media memanfaatkan media sosialnya sebagai seorang pejabat. Pada akhir segmen ditutup dengan menampilkan tanggapan masyarakat Jawa Tengah terhadap Gubernurnya. Disini peneliti melihat bahwa episode “Pejabat Kekinian” ini dikemas dengan tujuan ingin menunjukkan pada penonton bahwa dengan gaya kekinian, aktif bersosial media bukan berarti bahwa seorang pejabat tidak produktif dalam

5.1.2.3 Analisis Struktur Mikro (Semantik, Sintaksis, Stilistik dan

  Retoris)

  a) Semantik

 Latar

  Hal pertama yang muncul sebagai latar adalah posisi Ganjar Pranowo sebagai Gubernur Jawa Tengah yang eksis menggunakan media sosial. Pada latar ini dijelaskan bahwa Ganjar Pranowo merupakan Gubernur yang dekat dengan warganya, salah satunya dengan menggunakan media sosial.

  Latar berikutnya adalah pertemuan antara Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil dan juga Ahok. Pada latar ini menjelaskan tentang pertemuan ketiga pejabat ini sebagai suatu isu terkini, sekaligus juga mengangkat tentang hubungan antara ketiga pejabat daerah ini.

  Hal berikutnya yang adalah pemanfaatan media sosial untuk menunjang tugas dan tanggung jawab sebagai Gubernur. Pada bagian ini menguraikan bagaimana Ganjar Pranowo memanfaatkan media sosial untuk mendukung tugas dan tanggung jawabnya sebagai Gubernur Jawa Tengah.

 Detail

  Detail yang muncul dalam segmen antara Najwa Shihab dengan Ganjar Pranowo lebih banyak memunculkan gaya Detail yang muncul dalam segmen antara Najwa Shihab dengan Ganjar Pranowo lebih banyak memunculkan gaya

 Maksud

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65