MANAJEMEN PROYEK DAN METODE KONSTRUKSI D

MANAJEMEN PROYEK DAN METODE
KONSTRUKSI

“DOKUMEN KONTRAK”

OLEH

MUH. HANDY DWI A.
LA RAHMAN
AKSAN
KHAERUL IKSAN

E1A1 10 012
E1A1 10 014
E1A1 10 054
E1A1 10 066

JURUSAN S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI

2014

A. EVALUASI PENAWARAN PESERTA LELANG PROYEK
Evaluasi penawaran harus dilakukan oleh panitia tender yang memiliki tugas untuk
memeriksa, menilai, dan melakukan analisis seluruh penawaran ( Administrasi, Teknis,
dan harga) yang masuk, yang telah diusulkan oleh calon kontraktor atau konsultan peserta
tender.
Pada tahap awal, panitia tender dapat melakukan koreksi aritmatik terhadap semua
penawaran yang masuk dan melakukan evaluasi sekurang-kurangnya tiga penawaran
terendah setelah koreksi aritmatik.

Sistem atau metode penilaian yang dapat panitia pakai adalah :
1. Sistem Gugur
Sistem ini dapat dilakukan untuk hampir seluruh pengadaan barang dan jasa
pemborong atau jasa lainnya.

2. Sistem Nilai ( Merit Point System)
Sistem ini digunakan untuk pengadaan barang atau jasa pemborong atau jasa lainnya
yang memperhitungkan keunggulan teknis sepadan dengan harganya ( Mengingat
penawaran harga sangat dipengaruhi oleh kualitas teknis)


3. sistem Penilaian Biaya selama Umur ekonomi ( Economi Life ycle cost.)
Sistem ini dilakukan untuk pengadaan barang ( Peralatan) yang memperhitungkan
faktor-faktor umur ekonomi, harga, biaya operasional, dan pemeliharaan dalam
jangkan waktu operasi tertentu.

4. Berdasarkan kualitas
Sistem atau metode ini digunakan untuk pengadaan jasa konsultan yang kompleks dan
menggunakan teknologi tinggi. Kualitas usulan merupakan faktor yang menentukan
terhadap outcome secara keseluruhan dan lingkup pekerjaan sulit ditetapkan dalam
KAK.

5. Berdasarkan Kualitas Teknis dan Biaya
Evaluasi penilaian ini digunakan untuk pengadaan jasa Konsultasi yang lingkup,
output, waktu penugasan, dan lain-lainnya dapat diperkirakan dengan baik di KAK,
serta besar biaya dapat ditentukan dengan tepat.

6. Pagu anggaran

Evaluasi penawaran yang menggunakan metode pagu anggaran ini digunakan untuk

pengadaan jasa konsultasi yang pekerjaannya sederhana, dapat didefinisikan, diperinci
dengan tepat, dan anggarannya tidak melampui pagu tertentu.

7. Biaya terendah
Pengadaan jasa konsultasi yang bersifat sederhana dan standar.

8. Penunjukan langsung
Metode ini digunakan untuk evaluasi yang hanya terdiri dari satu penawaran jasa
konsultasi berdasarkan kualitas teknis yang dapat dipertanggungjawabkan dan
memiliki pembiayaan yang wajar.

B. EVALUASI SISTEM PENAWARAN
Dibawah ini akan membahas beberapa metode yang digunakan oleh Owner untuk
meng-evaluasi penawaran yang diajukan oleh para bidder dalam tender proyek
konstruksi. Proyek konstruksi diawali dengan proses tender yang dilakukan oleh Owner.
Ada beberapa cara untuk memilih peserta tender :
1. competitive bidding / tender terbuka
2. negotiated bidding / hanya kontraktor tertentu yang diundang
3. kombinasi dari kedua metode di atas Setelah melalui beberapa tahapan,
akhirnya Owner akan sampai pada evaluasi penawaran untuk menentukan pemenang

tender.
Berikut akan dibahas metode evaluasi penawaran dengan menggunakan sistem lowest
bid, non lowest bid dan sistem best value. Yang disebut terakhir baru dikembangkan dua
dasawarsa belakangan ini.
1. Lowest Bid System
Sesuai namanya, lowest bid system akan memenangkan bidder yang mengajukan harga
penawaran paling rendah. Sistem ini didasarkan pada asumsi bahwa para bidder
mengajukan penawaran terhadap detailed plan, spesifikasi, schedule dan kondisi kontrak
yang sama. Kadang begitu detailnya dokumen kontrak sehingga tender dokumen tidak
hanya memberi rincian apa yang harus di bangun, tetapi juga memberi rincian bagaimana
cara membangunnya. Dengan demikian, maka penawaran komersial merupakan satusatunya faktor yang perlu di-evaluasi oleh Owner dari berbagai bid offer yang diterima.
Harga penawaran terendah menunjukkan bahwa bidder tersebut paling efektif dan
inovatif dalam mengelola biaya proyek dibanding bidder lain. Tetapi juga dimungkinkan
bahwa harga penawaran rendah disebabkan oleh faktor lain, seperti keuntungan geografis

dari bidder terhadap lokasi proyek, sehingga mobilisasi lebih dekat dan lebih murah. Atau
juga dimungkinkan ada bidder yang tim proyek-nya sedang bekerja di lokasi, jika tender
tersebut adalah untuk perluasan fasilitas.
Keuntungan dari sistem lowest bid adalah :
1. Proses persiapan tender-nya relatif sederhana, walaupun butuh banyak waktu untuk

menyiapkan dan me-review dokumen tender yang lengkap.
2. Proses seleksinya sederhana, pemenang adalah penawar paling rendah.
3. Keputusan akhir tidak mudah di-protes oleh peserta tender.

Kerugian dari sistem ini adalah :
1. Keputusan pemenang tender murni berdasarkan penawaran harga, bukan berdasar
atas pertimbangan kualitas.
2. Penawaran diajukan dengan asumsi bahwa design & spesifikasi dari Owner
sempurna.
3. Kontraktor pemenang tender akan bekerja untuk memenuhi kebutuhan minimum
yang diminta oleh Owner. Memberikan hasil kerja yang lebih baik dari spesifikasi /
waktu yang diminta, tidak akan memberikan keuntungan apapun bagi Kontraktor.
4. Sistem ini bisa memenangkan bidder yang under estimate pekerjaan, atau bidder
yang “belanja pekerjaan / bid shopping ” dengan cara memberikan harga penawaran
rendah di berbagai tender. Resikonya, pada saat pelaksanaan kerja bisa terjadi
banyak perselisihan mengenai permintaan variation work / pengajuan claim atau
waktu penyelesaian proyek terlambat.

2. Non Lowest Bid System
Memperhatikan kelemahan sistem lowest bidder, terutama untuk menghindari under

estimate offer, maka dikembangkan sistem non lowest bid. Keputusan pemenang tender
masih tetap berdasarkan kepada penawaran komersial.
Ada berbagai sistem non lowest bid, dua diantaranya dibahas dibawah ini :




Nearest to the average of all bids received. Owner akan menghitung nilai rata-rata
dari seluruh penawaran yang diterima. Pemenang tender adalah yang nilai
penawarannya terdekat diatas nilai rata-rata.
Danish system. Dalam sistem ini, Owner akan mencoret penawaran terendah dan
penawaran tertinggi. Kemudian dihitung nilai rata-rata dari semua penawaran
tersisa. Selanjutnya dihitung nilai rata-rata baru berdasarkan persamaan berikut :
NA = ( NH+4A+NL) / 6
dimana :

NA : new average / nilai rata rata baru
NH : new highest offer / harga tertinggi dari penawaran tersisa
NL : new lowest offer / harga tertendah dari penawaran tersisa
A : average / nilai rata-rata dari penawaran tersisa

Pemenang tender adalah yang nilai penawarannya terdekat diatas nilai rata-rata
baru ini.

3. Best Value System.
Sistem ini dikembangkan tahun 1992 oleh US Army Corps of Engineers – Europe
District (EUD) untuk menggantikan system lowest bidder yang biasanya mereka
gunakan. Pengamatan terhadap 4 proyek bermasalah di Germany & Turkey menunjukkan
hal berikut :

1. semua proyek behind schedule
2. semua proyek melebihi nilai kontrak awal
3. kualitas pekerjaan menurun selama proses pekerjaan konstruksi
4. semua proyek dimenangkan oleh “marginal contractors” yang menawarkan harga
rendah.
Penelitian terhadap proses tender pada proyek-proyek bermasalah tersebut
menunjukkan bahwa kontraktor-kontraktor pemenang tender seharusnya bisa dicoret dari
daftar peserta, seandainya saja EUD menggunakan kriteria & strategi bidding yang lebih
tepat. Salah satu kontraktor bermasalah diketahui mempunyai problem finansial dan
dikenal sebagai bid shopper, walaupun secara teknis baik. Kontraktor lain ternyata belum
pernah mengerjakan proyek internasional. Juga ditemui kontraktor yang over loaded,

pekerjaan yang ditangani melebihi kapasitas finansial dan management mereka.
EUD kemudian mengembangkan best value contracting system. Sistem yang quality
based ini memilih bidder yang memberikan penawaran paling menguntungkan bagi
Owner. Selain pertimbangan harga proyek, kriteria pemilihan pemenang tender antara
lain juga akan didasarkan pada hal berikut :
1. kemampuan teknis
2. kemampuan management
3. kemampuan finansial
4. kualifikasi personil

5. pengalaman di proyek sejenis
6. prestasi di proyek-proyek sebelumnya
7. jadwal penyelesaian proyek yang ditawarkan
8. aspek lain yang ditawarkan
9. resiko terhadap Owner.

Untuk mendukung keberhasilan sistem best value, Owner perlu melakukan hal berikut :
1. Menentukan dari awal key parameter dari proyek Performance / kualitas proyek,
tanggal penyelesaian, security requirement ( jaminan keamanan), dst. ditentukan
secara dini.

2. Menyusun performance requirements. Owner hanya menyusun key project criteria.
Dengan meminimalkan project requirements, bidder yang berpengalaman akan
mendapat kesempatan untuk mengajukan usulan inovatif atau pilihan alternatif yang
menguntungkan.
3. Menyusun kriteria evaluasi tender Owner harus menyusun kriteria penilaian
pemenang yang mengacu pada hasil akhir proyek dan memberi kesempatan untuk
mengkalkulasikan antara keuntungan teknis yang didapat dengan biaya proyek.
Biaya proyek yang lebih tinggi harus memberikan nilai lebih kepada proyek tersebut.
Keuntungan dari sistem best value :
1. Owner & Kontraktor memahami secara dini tentang kriteria penting dari proyek
yang akan dilaksanakan.
2. Hubungan kontraktual berfokus terhadap kualitas dan “nilai proyek”, tidak sekedar
mempertimbangkan biaya konstruksi.
3. Sistem ini memungkinkan bidder untuk memberikan usulan inovatif atau
menawarkan proposal alternatif.
4. Sistem ini memilih bidder yang paling mampu memenuhi requirements Owner.

Kerugian dari sistem best value :
1. Persiapan dokumen tender butuh waktu lama dan usaha lebih banyak.
2. Proses evaluasi lebih rumit dan membutuhkan ketelitian.

3. Hasil keputusan mungkin mengundang protes dari peserta tender, sehingga contract
award (penyerahan kontrak) menjadi terlambat.

Untuk menghindari kemungkinan protes terhadap keputusan pemenang tender,
disarankan agar kriteria penilaian juga diketahui oleh peserta tender. Secara umum,
kriteria penilaian akan dipusatkan pada :

1. technical evaluation
2. project execution plan
3. commercial evaluation
Biasanya evaluasi teknis dan komersial dilakukan terpisah. Evaluasi teknis dilakukan
terlebih dahulu, agar anggota tim evaluasi tidak terpengaruh dengan harga penawaran
yang diajukan. Weight factor yang diterapkan untuk setiap item akan tergantung pada
kondisi spesifik proyek. Pemenang tender adalah bidder yang meraih skor tertinggi.

A. PEDOMAN PENTING DALAM EVALUASI PENAWARAN
PEKERJAAN KONSTRUKSI
Saat ini masih banyak panitia lelang atau Pokja ULP ( Kelompok Kerja Unit
Layanan Pengadaan) yang belum memahami tata cara evaluasi penawaran. Panitia
lelang atau Pokja ULP yang demikian paling sering menggugurkan penawaran

peserta lelang karena kesalahan-kesalahan yang tidak substansial. Bagi mereka,
semua kesalahan akan menggugurkan. Padahal, yang benarnya tidak demikian.
Terhadap kesalahan atau penyimpangan, ketentuannya masih diberikan toleransi,
asalkan kesalahan tersebut tidak bersifat substansial.
Berikut ini akan dijelaskan tata cara evaluasi dokumen penawaran untuk katagori
pekerjaan konstruksi pada Pelelangan Umum Secara Pascakualifikasi Metode Satu
Sampul dan Evaluasi Sistem Gugur:
Lampiran III Perpres 54/2010 menyebutkan:
Ketentuan umum dalam melakukan evaluasi sebagai berikut :
Penawaran yang memenuhi syarat adalah penawaran yang sesuai dengan ketentuan,
syarat-syarat, dan spesifikasi teknis yang ditetapkan dalam Dokumen
Pemilihan, tanpa ada penyimpangan yang bersifat penting/pokok atau penawaran
bersyarat. Penyimpangan yang bersifat penting/pokok atau penawaran bersyarat
adalah penyimpangan dari Dokumen Pemilihan yang mempengaruhi lingkup,
kualitas dan hasil/kinerja pekerjaan.
Jika penyimpangan atau kesalahan yang ditemukan pada saat evaluasi dokumen
penawaran, yang ketentuan tentang penyimpangan tersebut cukup jelas dinyatakan
dalam peraturan perundang-undang, penyimpangan yang demikian merupakan
penyimpangan yang bersifat penting/pokok, meskipun penyimpangan tersebut
tidak mempengaruhi lingkup, kualitas dan hasil/kinerja pekerjaan.
Sifat
penting/pokok tersebut karena terkait dengan asas kepastian hukum.
Berikut ini merupakan penyimpangan yang
menyimpang dari ketentuan Perpres 54/2010:
Pada Tahap Evaluasi Administrasi:
1. Terkait dengan surat penawaran:

bersifat

penting/pokok

karena

1. Surat penawaran ditanda tangani oleh orang yang namanya tidak
disebutkan dalam akte pendirian atau perubahannya;
2.
Jangka waktu berlakunya surat penawaran kurang dari waktu yang
ditetapkan dalam Dokumen Pemilihan;
3. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan yang ditawarkan melebihi jangka waktu
yang ditetapkan dalam Dokumen Pemilihan;
4. Surat penawaran tidak ada tanggal.
2. Terkait dengan jaminan penawaran:
1. Surat jaminan penawaran diterbitkan oleh bukan bank umum atau diterbitkan
oleh perusahaan asuransi yang tidak mempunyai program asuransi kerugian
(suretyship) yang sebagaimana ditetapkan oleh Menteri Keuangan;
2. Masa laku surat jaminan penawaran kurang dari waktu yang ditetapkan
dalam Dokumen Pemilihan;
3. Nama peserta tidak sama dengan nama yang tercantum dalam surat Jaminan
Penawaran;
4. Nilai Jaminan Penawaran kurang dari nilai jaminan yang ditetapkan dalam
Dokumen Pemilihan;
5. Besaran nilai Jaminan Penawaran tidak dicantumkan angka, atau tidak
dicantumkan huruf;
6. Nama ULP yang menerima Jaminan Penawaran tidak sama dengan nama
ULP yang mengadakan pelelangan; dan
7. Paket pekerjaan yang dijamin tidak sama dengan paket pekerjaan yang
dilelangkan.

Pada Tahap Evaluasi Teknis:
2.

3.
4.
5.
6.

Metode pelaksanaan pekerjaan yang ditawarkan tidak memenuhi persyaratan
substantif
yang
ditetapkan
dalam Dokumen
Pemilihan,
atau tidak
menggambarkan penguasaan dalam penyelesaian pekerjaan;
Jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan yang ditawarkan melampaui batas
waktu yang ditetapkan dalam Dokumen Pemilihan;
Jenis, kapasitas, komposisi dan jumlah peralatan minimal yang disediakan tidak
sesuai dengan yang ditetapkan dalam Dokumen Pemilihan;
Spesifikasi teknis tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Dokumen
Pemilihan;
personil inti yang akan ditempatkan secara penuh tidak sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan dalam Dokumen Pemilihan, atau posisinya dalam manajemen
pelaksanaan pekerjaan tidak sesuai dengan organisasi pelaksanaan yang diajukan;

7.

Bagian pekerjaan yang akan disubkontrakkan tidak sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan dalam Dokumen Pemilihan.

Pada Tahap Evaluasi Harga:
1. Ditemukan harga yang tidak wajar pada dokumen penawaran peserta yang
menawar di bawah 80% HPS (Harga Perkiraan Sendiri) .
Pada Tahap Evaluasi Kualifikasi:
1. Formulir isian kualifikasi ditandatangani oleh orang yang namanya tidak
disebutkan dalam akte pendirian atau perubahannya;
2. Izin usaha pekerjaan konstruksi tidak sesuai dengan peraturan perundangundangan;
3. Tidak menyampaikan pernyataan/pengakuan tertulis bahwa perusahaan yang
bersangkutan dan manajemennya tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak
bangkrut dan tidak sedang dihentikan kegiatan usahanya;
4. Salah satu dan/atau semua pengurus atau badan usahanya atau peserta
perorangan masuk dalam Daftar Hitam;
5. Tidak memiliki NPWP atau tidak memenuhi kewajiban perpajakan tahun pajak
terakhir (SPT Tahunan), atau 3 (tiga) bulan terakhir tidak melaporankan pajak
bulanan PPh atau PPN (bagi Pengusaha Kena Pajak);
6. Tidak memperoleh pekerjaan sebagai penyedia dalam kurun waktu 4 (empat)
tahun terakhir. Ketentuan ini dikecualikan bagi perusahaan baru yang belum
mencapai 3 (tiga) tahun;
7. Tidak memiliki kemampuan pada sub bidang pekerjaan yang sesuai untuk usaha
non kecil, atau tidak memiliki kemampuan pada bidang pekerjaan yang sesuai
untuk usaha kecil;
8. Tidak memiliki kemampuan menyediakan fasilitas dan peralatan serta personil
yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan;
9. Sedang mengerjakan pekerjaan tetapi tidak menyampaikan daftar perolehan
pekerjaan yang sedang dikerjakan;
10. Tidak
memiliki surat
keterangan
dukungan
keuangan dari
bank pemerintah/swasta untuk mengikuti pengadaan pekerjaan konstruksi;
11. Peserta tidak mempunyai perjanjian Kerja Sama Operasi/kemitraan, sementara
peserta tersebut melakukan kemitraan;
12. Tidak memiliki Kemampuan Dasar (KD) pada pekerjaan yang sejenis dan
kompleksitas yang setara bagi usaha non kecil.

Jika dalam evaluasi dokumen penawaran Pokja ULP menemukan penyimpangan atau
kesalahan seperti yang tersebut diatas, maka dokumen penawaran yang demikian
akan dinyatakan gugur. Selain itu, bila menyimpang dari ketentuan peraturan perundangundangan yang lebih tinggi dari Perpres 54/2010, dokumen penawarannya juga
dinyatakan gugur.
Sementara penyimpangan dari ketentuan yang telah ditetapkan dalam dokumen pemilihan
selain yang disebutkan diatas, tidak akan menggugurkan penawarannya, kecuali jika
penyimpangan tersebut akan mempengaruhi lingkup, kualitas dan hasil/kinerja pekerjaan.

Penyimpangan yang tidak substansif/pokok
Penawaran yang memenuhi syarat adalah penawaran yang sesuai dengan ketentuan,
syarat-syarat dan spesifikasi teknis yang ditetapkan dalam Dokumen Pemilihan, tanpa ada
penyimpangan yang bersifat penting/pokok atau penawaran bersyarat. Dengan demikian
peserta tidak dinyatakan gugur jika penyimpangan yang dilakukan bukan merupakan
penyimpangan yang substantif (penting/pokok).
1. Peserta yang tidak menyampaikan data yang sudah disampaikan pada dokumen
kualifikasi tidak perlu diminta kembali sebagai persyaratan teknis. Hal itu bukan
merupakan penyimpangan yang substantif karena tidak mempengaruhi pencapaian
output dari pekerjaan itu. Karena menggunakan sistem satu sampul, semua dokumen
dimaksud menjadi satu kesatuan.
2. Kesalahan penulisan nomor atau hal yang kurang jelas dapat diklarifikasi dengan
tidak merubah substansi penawaran. Misalnya kekeliruan penulisan nomor
pengumuman di surat penawaran didukung dengan data lain pada dokumen
penawaran yang dapat digunakan untuk memperjelas maksud penawaran tersebut.
3. Salah ketik tanggal pengumuman pada surat penawaran bukan penyimpangan yang
substansial bila data lainnya mendukung maksud penawaran
4. Kesalahan lokasi paket pekerjaan pada lampiran surat penawaran (pada jadwal
pelaksanaan) tetapi benar pada dokumen lainnya, dapat dilakukan klarifikasi tanpa
mengubah substansi penawaran.
5. Kekurangan dalam penulisan data penyedia pada sampul luar dokumen penawaran
bukan merupakan penyimpangan yang substantif mengenai tata cara evaluasi
penawaran. Demikian pula halnya dengan peserta yang tidak melakukan pemisahan
antara dokumen rekaman dan dokumen asli, maupun peserta yang hanya
memasukkan dokumen asli. Kedua hal tersebut tidak menggugurkan penawaran,
namun bila dokumen yang disampaikan semuanya adalah rekaman tanpa disertai
dokumen asli, maka penawaran dinyatakan gugur.
6. Dalam hal Penyedia menjadikan rumah menjadi kantor bukan merupakan
pelanggaran yang substansial yang dapat menggugurkan, sepanjang ijin usaha yang
berlokasi pada alamat tersebut sudah diterbitkan oleh instansi yang berwenang.
7. Jika peserta yang mengirimkan dokumen yang salah alamat tersebut sudah mendaftar
dan hadir pada saat pembukaan penawaran, maka Panitia dapat membuka amplop
tersebut dan mengecek, apakah penawaran tersebut memang ditujukan kepada Panitia
yang bersangkutan. dengan demikian kesalahan penulisan alamat pada amplop luar
dapat dikategorikan sebagai penyimpangan yang tidak substantif.
8. Jika perbedaan penulisan alamat ULP dalam surat penawaran tersebut tidak
signifikan, maka peserta dimaksud tidak digugurkan. Mengingat penawaran tersebut
sudah diterima oleh ULP, meskipun terdapat perbedaan alamat.
9. Kesalahan penulisan angka/huruf dalam jaminan penawaran bukan merupakan hal
yang substantif. Mengingat kesalahan tersebut kemungkinan dilakukan oleh penerbit
jaminan. Oleh karena itu Pokja ULP melakukan klarifikasi kepada penerbit jaminan
terhadap hal yang kurang jelas dan meragukan tersebut. Jika penerbit jaminan
bersedia memberikan jaminan sesuai dengan ketentuan dokumen pengadaan, maka
penawaran tidak dinyatakan gugur.

10. Penulisan nama APIP (Aparat Pengawas Internal Pemerintah) dalam Pakta Integritas
seharusnya diisi oleh Pokja ULP dalam format Pakta Integritas yang terdapat dalam
dokumen pengadaan. Penyedia yang salah dalam menuliskan nama APIP untuk
tempat penyampaian sanggah banding tidak dinyatakan gugur, karena bukan
merupakan penyimpangan yang substantif.
11. Apakah peserta seleksi yang tidak mencantumkan nama paket pekerjaan dan nama
panitia seleksi pada surat penawaran dapat dinyatakan gugur?
Jika penawaran tersebut disertai dengan surat jamninan penawaran yang sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, dan dokumen lainnya yang dapat memperjelas
maksud pertanyaan, maka evaluasi administrasi dapat dilanjutkan kepada tahap
berikutnya. Namun jika jaminan penawaran tidak sesuai dengan ketentuan yang
berlaku (tidak sah), maka penawaran dinyatakan gagal.
12. Jika persyaratan peralatan tetentu merupakan persyaratan yang wajib dipenuhi dan
berpengaruh terhadap pencapaian output pekerjaan nantinya, maka persyaratan
tersebut harus dipenuhi oleh peserta jika sudah dicantumkan dalam dokumen
pengadaan.
13. Dalam hal penawaran peserta terdapat hal yang kurang jelas, maka pokja ULP dapat
melakukan klarifikasi tanpa mengubah substansi penawaran.
Penyedia yang tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai ketentuan dalam kontrak dikenai
sanksi sesuai ketentuan pasal 93 ayat (2), setelah terlebih dahulu dilakukan pemutusan
kontrak.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.konsultasi.lkpp.go.id/index.php?mod=browseP&pid=34

Assaf, Sadi & Bubshait, Abdulaziz, Bid Awarding Systems : An Overview, Cost
Engineering, 1998
Gransberg, Douglas & Ellicot, Michael E., Best Value Contracting : Breaking the Low
Bid Paradigm, AACE Transactions, 1996
Chen, Mark T., Selecting the Right Engineer, Contractor and Supplier, AACE
Transactions, 2000