EVOLUSI PERKEMBANGAN KOTA SURABAYA pdf

Fariz Rifqi Ihsan 
Tugas Kota dan Perkembangannya di 
Indonesia 
1306345144 
 

EVOLUSI PERKEMBANGAN KOTA SURABAYA
Kota Surabaya adalah kota yang menjadi tonggak sejarah berbagai budaya
dan kultur di daerah Jawa Timur. Banyak yang mengkaji tentang sejarah kota
pahlawan ini, akan tetapi masih belum banyak yang melihat perkembangan proses
perkotaan Surabaya berdasarkan peradaban zaman. Penulis mencoba menganalisa
kembali proses perkembangan kota di Kota Surabaya menurut sudut pandang
perkembangan peradaban masyarakat dalam membentuk sebuah kota.
Untuk melihat perkembangan kota Surabaya. Penulis membagi

tahapan

periode perkembangan berdasarkan hasil penelitian Peter J.M Nas tahun 1986 tentang
kajian perkembangan kota-kota di Indonesia. Pembagian tersebut dibagi menjadi 3
periode, yaitu periode kota Indonesia awal, periode kota colonial, dan periode kota
modern.


Periode Kota Indonesia Awal

Dalam fase ini peradaban manusia sudah mengenal perebutan wilayah
yang ditandai oleh adanya perperangan. Sebuah perperangan yang ahirnya
menimbulkan permukiman yang berasal dari markas pasukannya . Hal ini di
buktikan oleh hipotesis van faber tentang perkembangan kota Surabaya pada
jaman kerajaan yang menjelaskan pada tahun 1275 M , Raja Kertanegara
menggunakan wilayah ini sebagai tempat pemukiman baru bagi prajuritnya
yang berhasil menumpas pemberontakan Kemuruhan tahun 1270 M.
Selain itu pada tanggal 31 Mei 1293 Raden Wijaya (Pendiri Kerajaan
Majapahit) berhasil menghancurkan dan mengusir tentara Tar-Tar, pasukan
kaisar Mongolia dari bumi Majapahit. Hal ini tercatat pada prasasti Trowulan
I, berangka 1358 M bahwa Surabaya (churabhaya) masih berupa desa ditepian
sungai Brantas sebagai salah satu tempat penyeberangan penting sepanjang
sungai Brantas. Terlihat jelas pada hal di atas peradaban manusia sudah
mengenal pelayaran dibuktikan oleh adanya sebuah pelabuhan penyebrangan.
Pada periode kota awal ini setelah kerajaan majapahit hancur terjadi

berbagai macam gejolak perebutan wilayah kekuasaan oleh kerajaan yang ada

di Indonesia . Diawali dari kerajaan demak hingga kerajaan pajang. Dari sini
Surabaya mempunyai berberapa raja yang berganti-ganti . Setiap raja
mempunyai hak penuh dalam mengelola sebuah wilayah kekuasaannya .
Pada tahun 1612 Surabaya sudah merupakan bandar perdagangan
illegal yang ramai. Banyak pedagang Portugis membeli rempah-rempah dari
pedagang pribumi. Pedagang pribumi membeli rempah-rempah secara
sembunyi-sembunyi dari Banda, yang dilarang oleh VOC.
Setelah tahun 1625 Surabaya jatuh ke tangan kerajaan Mataram.
Setelah takluk dari kerajaan Mataram, tahun 1967 Surabaya mengalami
kekacauan akibat serangan para bajak laut yang berasal dari Makasar. Pada
kekacauan ini nama Trunojoyo muncul, sebagai orang yang memberontak
terhadap Raja Mataram. Dengan pertolongan orang-orang Makasar, Trunojoyo
berhasil menguasai Madura dan Surabaya. Di bawah kekuasaan Trunojoyo,
Surabaya menjadi pelabuhan transit dan tempat penimbunan barang-barang
dari daerah subur, yaitu delta Brantas. Kalimas menjadi sungai emas yang
membawa barang-barang berharga dari pedalaman sehingga terjadi ada arus
urbanisasi manusia pribumi dari daerah ini.
Terjadi pembagian wilayah secara kultural di periode awal Surabaya .
Hal ini jika dibandingkan dengan perkembangan kota-kota di Jawa secara
umum di bagi menjadi 2 tipologi wilayah,yaitu : 1.wilayah perdagangan

berada pada wilayah pesisir ; 2.Pusat-Pusat kerajaan berada di tengah-tengah
daerah pedalaman yang agraris. Akan tetapi kemunculan kerajaan pedalaman
yang bersifat agraris yaitu Mataram telah menggagalkan peran Surabaya
sebagai kota dagang. Dengan menurunnya peran Surabaya sebagai kota
dagang maka melambat pula proses evolusi peng-kota-an wilayah tersebut.
Walaupun penduduknya masih belum dapat dinamakan kota, embrio
perkembangan perkotaan di Surabaya sudah dimulai pada

periode ini

.

Dengan ditandai adanya interaksi antar kelompok manusia pribumi dan asing
yang dilakukan di daerah pelabuhan dan ditunjang oleh aliran sungai brantas
yang menghubungkan dengan pusat perdagangan semakin cepat mendorong
tumbuhnya wilayah perkotaan Surabaya.

Periode Kota Kolonial

Melihat posisi Surabaya yang strategis, yang menyebabkan belanda

menjadi ingin menguasai daerah ini. Pelayaran dan perdagangan di sekitar
Kalimas membuat wilayah Surabaya menjadi strategis. Sehingga belanda
memutuskan untuk melakukan peperangan terhadap Trunojoyo yang pada saat
itu menguasai wilayah ini. Peradaban wilayah ini sudah mulai mengenal
dengan ketahanan dikarenakan ancaman dari luar dibuktikan pada saat itu
Trunojoyo memiliki memiliki benteng dengan 10.000 orang dengan disertai
70-80 meriam. Yang ahirnya Benteng tersebut bisa dikuasai oleh belanda
melalui speelman.
Kedatangan

orang-orang

Eropa

(Belanda)

ke

Surabaya


pada

perkembangan selanjutnya berhasil mempertegas titik-titik tertentu di kota
tersebut menjadi pusat pertumbuhan. Menguatnya eksistensi para pendatang
dari Eropa di kota Surabaya mulai terjadi ketika pada tahun 1617, Jan
Pieterzon Coen mendirikan loji (loge) di kota ini. Loji tersebut telah menjadi
simbol bahwa kota Surabaya pada titik tertentu telah berada di bawah
kekuasaan bangsa Eropa. Loji tersebut menjadi modal bagi para pendatang
Eropa untuk mengembangkan kota ini menjadi basis yang strategis untuk
melakukan ekspansi ekonomi dan politik. Pada periode awal ini loji menjadi
orientasi utama pemukiman Eropa di kota Surabaya, artinya rumah-rumah
yang dibangun untuk tempat hunian berada di sekeliling loji. Namun
demikian, pada periode awal ini pemukiman Eropa belum menjadi titik
strategis untuk inti perkembangan perkotaan.
Setelah peperangan terus menerus, tanggal 11 Nopember 1743 Paku
Buwono II dari kerajaan Mataram dan Gubernur Jenderal Van Imhoff di
Surakarta menanda-tangani sebuah persetujuan yang menyatakan bahwa ia
menyerahkan haknya atas pantai utara Pulau Jawa dan Madura(termasuk
diantaranya diSurabaya) kepada pihak VOC yang telah memberikan bantuan
hingga ia berhasil naik tahta di kerajaan Mataram.Tetapi pasukan Hindia

Belanda baru mengunjungi Surabaya pada tanggal 11-April-1746. VOC
mendirikan struktur pemerintahan baru di daerah pantai utara Pulau Jawa dan
Madura dengan kedudukan gubernur di Semarang. Di Surabaya diangkat
seorang Gezaghebber in den Oostthoek (Penguasa Bagian Timur Pulau Jawa).

Pada tahun 1946 van imhoff yang ditunjuk menjadi Gezaghebber in
den Oostthoek pada saat itu memerintahkan ir. Muller untuk memetakan
daerah Surabaya. Dari sinilah awal peadaban perkotaan tentang peta pertama
di Surabaya di buat. van imhoff juga menguatkan system-sitem pertahanan
yang ada pada wilayah ini. Para kolonial ini merekrut paksa orang-orang
pribumi yang ada di wilayah ini. Maka orang-orang yang tidak setuju terhadap
paksaan belanda melakukan perpindahan ke daerah lain.
Dari pemerintahan inilah yang membuat perkembangan Surabaya
menjadi kota semakin pesat. Pada waktu itu sungai Kali Mas adalah orientasi
utama perkembangan kota Surabaya. Sungai itu mulai dari muara sampai ke
kawasan yang kemudian disebut Jembatan Merah. Dijembatan merah inilah
dibangun sebuah tempat pemerintahan sehingga dapat mengatur kegiatan
sebuah kota. Dan sungai Kalimas pun dapat dilayari perahu-perahu yang
membawa barang dagangan. Dengan demikian maka sungai Kali Mas
merupakan pintu masuk ke kota Surabaya dari arah laut.

Antara Tahun 1794-1798 Penguasa Bagian Timur Pulau Jawa adalah
Dirk van Hogendorp. Pada tanggal 6 September 1799, Fredrick Jacob
Rothenbuhler menggantikan Van Hogendorp berkuasa sampai tahun 1809.
Pada masalah inilah disepakati pembangunan pabrik senjata. Sehingga orangorang dari luar wilayah ini dan orang asing semakin banyak masuk ke wilayah
ini. Semakin banyak orang berinteraksi disini mengakibatkan munculnya
perumahan-perumahan yang menyebar di kota ini.
Setelah kebangkrutan VOC, Hindia Belanda diserahkan kepada
pemerintah Belanda. Tahun 1808-1811 Surabaya di bawah pemerintahan
langsung Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels yang menjadikan
Surabaya sebagai kota Eropa kecil. Semakin banyaknya pendatang yang ingin
berdagang di pelabuhan ini para pemerintah kolonial melihat ini sebagai
ancaman bagi mereka. Sehingga pemerintah ini mempunyai kebijakan untuk
menempatkan mereka pada benteng-benteng berdasarkan asal mereka.
Deandles juga perubahan melakukan perubahan besar tentang peradaban
pergerakan manusia yang ada disini. Pembuatan Jalan darat antara benteng ke
benteng dan jalan antar wilayah. Sehingga semakin banyaknya wilayahwilayah perdagangan pantai utara jawa yang muncul disini.
Tahun 1811-1816 Surabaya berada dibawah kekuasaan Inggris yang

dijabat oleh Raffles. Yang terpenting pada masa ini adalah sebuah sensus
penduduk yang menyatakan 50% orang lahir di hindia-belanda,19% yang

dilahirkan di kota Surabaya, dan kurang lebih 70% orang dilahirkan di luar
negri. Dari sinilah diketahui budaya indische yaitu sebuah percampuran
budaya antara belanda dan budaya lokal. Budaya ini berpengaruh ke cara
pandang hidup masyarakat yang ada di kota Surabaya.
Setelah itu Surabaya kembali dikuasai Belanda. Pada Tahun 18301850, Semakin strategisnya kota ini semakin besar pula ancaman yang ada.
Surabaya betul-betul berbentuk sebagai kota benteng dengan benteng Prins
Hendrik ada di muara Kalimas.Benteng ini sebagai benteng pertahanan dari
serangan musuh dan benteng-benteng ini sudah mulai mengenal system
pematusan.
Pada

tahun

ahir

tahun

1870,

semakin


banyaknya

tingkat

urbanisasi,tingkat kelahiran ,dan tingkat akulturasi di Surabaya mengakibatkan
benteng-benteng di kota ini sudah mulai diruntuhkan. Surabaya terus
berkembang ke selatan menjadi kota modern.

Periode Kota Moderen
Kota Surabaya tumbuh sangat pesat setelah terbentuknya Gemeente
Surabaya sebagai hasil Undang-undang Deesentralisasi pada tanggal 1 April
1896. di Surabaya pun berkembang pesat setelah tahun 1900 bersamaan
dengan kedatangan para praktisi professional yang berpendidikan akademis
dari Belanda
Sebelumnya pada tahun 1870 merupakan titik awal berkembangnya
kota Surabaya. Perkembangan ini dikarenakan adanya sebuah peraturan
tentang system pertanahan di Indonesia. Selain itu pencabutan system
culturestesel


yang

mengakibatkan

pihak

swasta

brehak

mengelola

menandakan semakin banyaknya perusahaan-perusahaan perkebunan .
Perusahaan ini semakin banyak menarik orang-orang yang ada di daerah
pedalaman.
Selain itu pesebaran penduduk etnis cina juga merupakan faktor
penting dalam perkembangan Kota Surabaya . Penduduk etnis cina ini
membangun berbagai macam bentuk pertokoan di daerah Surabaya. Mereka
berusaha membeli tanah di daerah dekat jalan, pinggir kota, dan tengah kota.


Pembangunan jalan pun juga semakin pesat ditandai dengan masuknya
kendaraan bermotor pada tahun 1900 .Hal ini makin mendesak para orangorang asli Surabaya yang berada di kampong untuk mempertahankan
tradisinya.
Pada masa 1900-1940 surabaya mendapatkan pengaruh hebat dari
sebuah kemajuan teknologi akibat revolusi indusri. Adanya media pergerakan
manusia yang maju dimulai dengan adanya penyedian kereta api di Surabaya.
Selain itu pertumbuhan kendaraan bermotor juga mempercepat pergerakan
manusia.

Pertumbuhan kota ini secara fisik yaitu jalan sangat cepat

dikarenakan percepatan teknologi seperti kendaraan dan kereta api yang ada
pada saat itu.
Selain itu munculnya sarana dan prasana yang menunjang semakin
banyak. Sarana dan prasarana ini dikarenakan faktor kependudukan yang juga
meledak di Surabaya. Demikian pula dengan Industri semakin banyak pula
para pemegang modal menanamkan modalnya pada Kota Surabaya. Ketidak
cukupan lahan industry pada tahun 1906 dikarenakan aglomerasi yang hebat
akibat undang-undang agraria. Aturan Hukum tersebut mengakibatkan
banyaknya jenis industry pertanian yang berkembang.
Dibalik cepatnya pertumbuhan Kota Surabaya ini, Sungai kalimas
sudah tidak menjadi wilayah tumpuan kota ini. Kota Surabaya ini sudah
bertumpu

pada sektor industry dan perdagangan. Sehingga yang sangat

berperan penting hanyalah sebuah pelabuhan yang di namakan Tanjung Perak.

Kesimpulan

Berdasarkan sejarah perkembangan perkotaan Kota Surabaya. Menurut penulis ada
bereberapa penyebab yang menyebabkan kota ini tumbuh dan maju diantaranya,yaitu:
-perebutan kekekuasaan:
Hal ini dilihat dari perang perebutan wilayah yang ada di Surabaya. Mulai dari
jaman kerajaan hingga di jaman colonial. Mereka saring berebut untuk
mengurus dan mengembangkan daerah strategis yang ada pada daerah
kalimas.

- Pemerintahan

Masuknya pemerintah belanda dengan membawa pemerintahan colonial yang
baru untuk mengatur kota. Pemerintahan ini sangat berpengaruh pada
pertumbuhan kota yang di sesuaikan dengan kebijakan-kebijakan colonial
secara utuh
- Perdagangan

Perdagangan antar penduduk local dan asing menarik berberapa orang untuk
tinggal dan berdagang pada daerah pelabuhan. Hal ini menimbulkan sebuah
interaksi social yang berada dalam perdagangan dalam membentuk usaha
baru.
- Alkulurasi
Percampuran budaya antara belanda dan budaya local dan antar budaya local
yang lain dikarenakan proses perdagangan dan pengembangan tempat tinggal.
Sehingga ada pertumbuhan kultur social masarakat dan perdagangan apalagi
semenjak benteng-benteng dirobohkan.
-hukum dan administrasi
Setelah terbentuknya Gemeente Surabaya sebagai hasil Undang-undang
Deesentralisasi pada tanggal 1 April 1896 . Kota Surabaya berhak menentukan
arah pembangunannya sendri. Selain itu UU tentang pencabutan culturestesel
dan

Agraria

menyebabkan

orang-orang

berbondong-bondong

untuk

mendirikan perumahan, toko-toko, dan industry untuk perdagangan tersebar.
Perkembangan teknologi
Perkembangan teknologi

pada revolusi indusri mempercepat pergerakan

manusia yang maju dimulai dengan adanya penyedian kereta api dan
Pertumbuhan kendaraan bermotor . Sehingga pembangunan jalan juga
semakin cepat disertai proses kepemilikan tanah yang semakin mudah.
industri
pada 1809. Pada masalah inilah disepakati pembangunan pabrik senjata.
Merupakan gerbang utama masuknya orang-orang kesurabaya dalam mencari
sebuah pekerjaan. Selain itu masuknya berbagai macam jenis industry akibat
UU agraria mengakibatkan semakin banyaknnya penduduk yang masuk ke
kota ini untuk bekerja.