Membangun Karakter Sejak Pendidikan Anak (1)

Membangun Karakter Sejak Pendidikan
Anak Usia Dini

Kawan, jika saya ditanya kapan sih waktu yang tepat untuk menentukan kesuksesan dan
keberhasilan seseorang? Maka, jawabnya adalah saat masih usia dini. Benarkah? Baiklah
akan saya bagikan sebuah fakta yang telah banyak diteliti oleh para peneliti dunia.
Pada usia dini 0-6 tahun, otak berkembang sangat cepat hingga 80 persen. Pada usia tersebut
otak menerima dan menyerap berbagai macam informasi, tidak melihat baik dan buruk. Itulah
masa-masa yang dimana perkembangan fisik, mental maupun spiritual anak akan mulai
terbentuk. Karena itu, banyak yang menyebut masa tersebut sebagai masa-masa emas anak
(golden age).
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang ahli Perkembangan dan Perilaku Anak dari
Amerika bernama Brazelton menyebutkan bahwa pengalaman anak pada bulan dan tahun
pertama kehidupannya sangat menentukan apakah anak ini akan mampu menghadapi
tantangan dalam kehidupannya dan apakah ia akan menunjukkan semangat tinggi untuk
belajar dan berhasil dalam pekerjaannya.

Nah, oleh karena itu, kita sebagai orang tua hendaknya memanfaatkan masa emas anak untuk
memberikan pendidikan karakter yang baik bagi anak. Sehingga anak bisa meraih
keberhasilan dan kesuksesan dalam kehidupannya di masa mendatang. Kita sebagai orang tua
kadang tidak sadar, sikap kita pada anak justru akan menjatuhkan si anak. Misalnya, dengan

memukul, memberikan pressure yang pada akhirnya menjadikan anak bersikap negatif,
rendah diri atau minder, penakut dan tidak berani mengambil resiko, yang pada akhirnya
karakter-karakter tersebut akan dibawanya sampai ia dewasa. Ketika dewasa karakter
semacam itu akan menjadi penghambat baginya dalam meraih dan mewujudkan
keinginannya. Misalnya, tidak bisa menjadi seorang public speaker gara-gara ia minder atau
malu. Tidak berani mengambil peluang tertentu karena ia tidak mau mengambil resiko dan
takut gagal. Padahal, jika dia bersikap positif maka resiko bisa diubah sebagai tantangan
untuk meraih keberhasilan. Anda setuju kan?
Banyak yang mengatakan keberhasilan kita ditentukan oleh seberapa jenius otak kita.
Semakin kita jenius maka semakin sukses. Semakin kita meraih predikat juara kelas berturutturut, maka semakin sukseslah kita. Benarkah demikian? Eit tunggu dulu!
Saya sendiri kurang setuju dengan anggapan tersebut. Fakta membuktikan, banyak orang
sukses justru tidak mendapatkan prestasi gemilang di sekolahnya, mereka tidak mendapatkan
juara kelas atau menduduki posisi teratas di sekolahnya. Mengapa demikian? Karena
sebenarnya kesuksesan tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan otak kita saja. Namun
kesuksesan ternyata lebih dominan ditentukan oleh kecakapan membangung hubungan
emosional kita dengan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Selain itu, yang tidak boleh
ditinggalkan adalah hubungan spiritual kita dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Tahukah anda bahwa kecakapan membangun hubungan dengan tiga pilar (diri sendiri, sosial,
dan Tuhan) tersebut merupakan karakter-karakter yang dimiliki orang-orang sukses. Dan,
saya beritahukan pada anda bahwa karakter tidak sepenuhnya bawaan sejak lahir. Karakter

semacam itu bisa dibentuk. Wow, Benarkah? Saya katakan Benar! Dan pada saat anak berusia
dini-lah terbentuk karakter-karakter itu. Seperti yang kita bahas tadi, bahwa usia dini adalah
masa perkembangan karakter fisik, mental dan spiritual anak mulai terbentuk. Pada usia dini
inilah, karakter anak akan terbentuk dari hasil belajar dan menyerap dari perilaku kita sebagai
orang tua dan dari lingkungan sekitarnya. Pada usia ini perkembang mental berlangsung
sangat cepat. Pada usia itu pula anak menjadi sangat sensitif dan peka mempelajari dan
berlatih sesuatu yang dilihatnya, dirasakannya dan didengarkannya dari lingkungannya. Oleh
karena itu, lingkungan yang positif akan membentuk karakter yang positif dan sukses.

Lalu, bagaimana cara membangun karakter anak sejak usia dini?
Karakter akan terbentuk sebagai hasil pemahaman 3 hubungan yang pasti dialami setiap
manusia (triangle relationship), yaitu hubungan dengan diri sendiri (intrapersonal), dengan
lingkungan (hubungan sosial dan alam sekitar), dan hubungan dengan Tuhan YME (spiritual).
Setiap hasil hubungan tersebut akan memberikan pemaknaan/pemahaman yang pada
akhirnya menjadi nilai dan keyakinan anak. Cara anak memahami bentuk hubungan tersebut
akan menentukan cara anak memperlakukan dunianya. Pemahaman negatif akan berimbas
pada perlakuan yang negatif dan pemahaman yang positif akan memperlakukan dunianya
dengan positif. Untuk itu, Tumbuhkan pemahaman positif pada diri anak sejak usia dini,
salah satunya dengan cara memberikan kepercayaan pada anak untuk mengambil keputusan
untuk dirinya sendiri, membantu anak mengarahkan potensinya dengan begitu mereka lebih

mampu untuk bereksplorasi dengan sendirinya, tidak menekannya baik secara langsung atau

secara halus, dan seterusnya. Biasakan anak bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungan sekitar. Ingat pilihan terhadap lingkungan sangat menentukan pembentukan
karakter anak. Seperti kata pepatah bergaul dengan penjual minyak wangi akan ikut wangi,
bergaul dengan penjual ikan akan ikut amis. Seperti itulah, lingkungan baik dan sehat akan
menumbuhkan karakter sehat dan baik, begitu pula sebaliknya. Dan yang tidak bisa diabaikan
adalah membangun hubungan spiritual dengan Tuhan Yang Maha Esa. Hubungan
spiritual dengan Tuhan YME terbangun melalui pelaksanaan dan penghayatan ibadah ritual
yang terimplementasi pada kehidupan sosial.
Nah, sekarang kita memahami mengapa membangun pendidikan karakter anak sejak usia dini
itu penting. Usia dini adalah usia emas, maka manfaatkan usia emas itu sebaik-baiknya.

saya merasa terlanjur sering bersikap keras dan kasar pada anak, sekarang dia sudah
berusia 4 tahun.
apa yang bisa saya lakukan untuk membuatnya bisa lebih percaya diri?

Mintalah maaf kepada anak anda atas kelakuan anda. Sering-seringlah
memberikan sugesti kepada anak anda, “kamu anak hebat, kamu anak luar
biasa”.

Bagaimana cara yang efektif agar bisa mengendalikan emosi, jika anak usia dini
belum bisa menurut pada apa yang kita arahkan?

Berusahalah memiliki sudut pandang yang berbeda. Cobalah untuk melihat
dari sudut pandang anak, misal: jika anda jadi anak, mengapa asik sekali
bermain pasir yang kotor walau sudah mandi? Bisa jadi itu barang baru bagi
anak dan anak sedang belajar sesuatu disana. Dan seringkali kita orangtua
menganggap itu kotor. Jadi dengan melihat dari sudut pandang yang berbeda
kita bisa lebih sabar.
Jika kita baru sebagai orang tua, tentu belum banyak pengalaman dan memiliki
keinginan yang banyak untuk kecerdasan anak. Lalu yang menjadi pertanyaan, jika
anak usia emas di 2 tahun atau 3 tahun kita berikan banyak ilmu seperti mengenal
dunia air seperti kita ajak berenang, kemudian kita latih kembali dengna bahasa
inggris agar terbiasa nantinya, lalu kita tambah lagi dengan dunia musik yang intens.
Kegiatan tersebut dalam 1 minggu kita berikan 3 kali berenang, belajar bahasa inggris
dan musik. Apakah anak akan menjadi strees karena dididik seperti itu?
Terima Kasih

Tidak, ingat itu hanya stimulasi hanya pengenalan saja agar anak tidak jenuh.
Untuk usia seperti itu adalah usia anak bermain, fokuskan hanya untuk anak

senang bukan fokus pada belajar atau harus paham. Buatlah kesan semua ini
(belajar) adalah bermain agar mengasyikan bagi anak.
Mohon penjelasan untuk anak saya, Noel 3 tahun dan adiknya Joel 2 tahun,
setiap kali mereka bertemu dengan orang yang pernah mereka kenal sering
menutup muka dengan tangan, terkesan malu-malu. Bagaimana caranya bisa
mengatasi hal ini kepada kedua anak saya?
Untuk langkah awalnya, cobalah untuk melatih anak untuk bermain peran
bersama anda dahulu sebelum bersama orang lain. Hal ini dapat membantu
meningkatkan rasa percaya diri anak.

Anak saya umurnya 3 tahun 8 bulan, sekolah TK A (nol kecil). Mulai dari lahir anak
saya selalu ikut saya kerja, terus mulai sekolah nol kecil ini anak saya tinggal di
rumah karena haruss ikut les.
Terus pertanyaan saya, anak dengan umur 3 tahun 8 bulan itu sudah siapkah anak itu
untuk saya tinggal di rumah dan sudah siapkah anak itu untuk mengikuti berbagai
macam les?
Anak saya les menulis dan les menggambar.
Mulai umur berapa anak siap untuk mengikuti berbagai macam les?
Terima kasih
Anak pada seusia itu tidak perlu dipaksa belajar, lebih tepatnya dikenalkan.

Jika dikenalkan atau distimulasi bisa dari usia kapan saja. Apabila ingin
ditinggal di rumah, saat ini bukanlah saat yang tepat.

Assalamualaikum….
Saya seorang ibu rumah tangga, berusia tiga puluhan, sejak anak saya berusia 1-4
tahun saya membiarkan dia melakukan apa saja sepanjang itu tidak membuat dia
celaka dan luka, dari masak apa saja sampai main dipinggir sumur, artinya jika kita
memberikan kebebasan di sekitar kita, dengan sendirinya anak sejak usia 5 dan
seterusnya akan tumbuh kembang sendiri diluar dugaan saya sebagai ibunya.
Keunikan-keunikan terhadap prilaku anak akan membuat saya menjadi kagum dengan
cara dia sendiri. Dari sejak usia 5 tahun masuk SD sampai sekarang ke perguruan
tinggi dia melakukan sesuatu pekerjaan diurus sendiri, saya cuma memberikan
dukungan dana untuk kebutuhan sepanjang dia keperluan di bangku kuliah, dan
sekarang anak saya diterima di perguruan tinggi negeri favorit.
Demikian dari saya mohon maaf jika saya mengurui ibu-ibu yang lain.
Titip salam untuk semua ibu-ibu baik ibu muda, ibu yang sedang selalu konfik,

sampai kepada usia senja, berikan kepercayaan sepenuhnya kepada anak, sehingga dia
kelak kemudia hari akan berani bertanggungjawab terhadap diri sendiri.
Wasalam

Bu Zen di Malang
Assalamu’alaikum, mohon izin dan ikhlasnya mau copas artikelnya buat di blog saya,
biar teman-teman bisa baca juga
Terima kasih
Post a Reply

o
Pendidikan Karakter
August 29, 2012
Silahkan, senang bisa berbagi untuk sesama

2.
Bintang Lukitaningrum
September 20, 2012
Seringkali pendidikan karakter berbenturan dengan pendidikan akademis. Tuntutan
akan kemampuan calistung dan persaingan ketat dalam prestasi akademik di masa
sekolah kelak, menjadi penyebab orang tua mengabaikan pendidikan karakter
anaknya.
Bagaimana mengatasi persoalan ini?
Post a Reply


o
Pendidikan Karakter
September 20, 2012

Kembali lagi kepada kepbijakan di sekolah, visi dan misi sekolah tersebut. Ini
adalah masalah klasik yang sering dialami dalam mengembangkan pendidikan
karakter.

3.
Dzaky's mom
September 20, 2012
Saya memasukkan anak saya sekolah sejak umurnya 2,2 bulan, pikiran saya saat itu
adalah saya ingin agar anak saya belajar sedini mungkin di dalam kelompok bermain /
paud, karena pekerjaan saya saat ini sebagai pedagang, saya berpikir lebih baik anak
saya sekolah daripada dia main-main ditanah dengan anak-anak tetangga seusianya.
Sedangkan di lingkungan rumah kami itu masih awam kalau ada anak balita sebelum
berumur 4 tahun yang sekolah, mereka berpikir kasihan sekali anak saya, sekecil itu
sudah saya sekolahkan.
Tetapi sebenarnya dalam hati kecil saya agak sedikit merasa takut :

1. Takut anak saya dewasa sebelum waktunya (meskipun sekarang sudah sangat pintar
dan nyambung kalau diajak ngomong)
2. Takut masa bermainnya jadi tidak lagi selayaknya anak-anak balita seusianya
3. Takut dia bosan kelamaan sekolah jadi kurang lebih 4 tahun sebelum masuk SD
Selain itu ada beberapa kelebihan yang membuat saya yakin akan keputusan saya
menyekolahkan anak saya sedini mungkin, yaitu :
Sejak 2,2 bulan (sekarang sudah 3,5 bulan) anak saya sudah berani sekolah, tidak
menangis, tidak takut meski tidak pernah saya tungguin, mudah bersosialisasi, mudah
mengikuti gerakan atau lagu-lagu yang sering dinyanyikan di Paud, bahkan doa
sehari-hari.
Bagaimana menurut anda tentang pola pikir saya ini? Sudah benarkah atau masih ada
yang keliru?
Mohon pencerahannya
Terima kasih
Post a Reply

o
Pendidikan Karakter
September 20, 2012


Bagi saya terlalu dini untuk bersekolah. Ada masa (usia) anak main, belajar
dan kelak dewasa bekerja. Nah ada baiknya tahapan tersebut tidak ditukar.
Tetapi jika sekolah tersebut lebih ke arah menstimulasi akademis anak, saya
rasa tidak masalah dan jika anak tersebut suka sekolah bagus sekali.

Bagaimana cara menghadapi pola anak yang super aktif?

Berikan berbagai macam kegiatan positif untuk menyalurkan energinya,
seperti berenang, sepak bola, musik atau apapun yang positif.

Saya sekarang berumur 21 tahun sedang menuju skripsi. Saya punya anak asuh 2,
saya memang bukan orang tuanya tapi saya ingin belajar membangun karakteristiknya
itu seperti apa, sekarang anak itu berusia 3 tahun dan 7 tahun.
Apakah saya bisa membangun karakteristik anak itu karena orangtuanya sering
meninggalkannya?

Bisa, dengan kasih sayang dan berikan contoh yang tepat kepada mereka.
Serta bentuk lingkungan sesuai dengan karakter yang ingin dibentuk, misalnya
jika ingin anak mandiri untuk melakukan tugasnya maka berikan stimulasi
untuk mereka melakukan sendiri, bangun tidur biasakan membersihkan tempat

tidurnya, menyiapkan buku pelajaran sendiri dan lain-lain.

Anak saya umur 2 tahun 11 bulan, bagaimana caranya mengatasi anak yang nakal?
Semua keinginannya harus diikuti kalau tidak dia akan memberontak

Didik dengan disiplin, pahami panduan disiplin di e-book 6 Cara
Mendisplinkan Anak yang kami berikan secara gratis.
Anak masih sekecil itu tidak nakal hanya dia belum tahu aturan dan batasan,
yang kita perlukan adalah memberitahunya.
Assalamualaikum.
Saya ibu rumah tangga dengan 2 anak (5 tahun dan 1 tahun). Selama ini saya terlalu
keras pada anak pertama (sering memarahi dan membentak untuk hal-hal sepele
sekalipun). Saat ini anak pertama saya terlihat takut dan menjauhi saya, lebih pendiam
dan sering melamun. Saya khawatir dia mengalami stress sebagai dampak dari
perlakuan keras saya padanya. Apa yang harus saya lakukan untuk memperbaiki
keadaan ini semua?

Pertama pelajari mengenai tumbuh kembang anak, dan meminta maaf kepada
anak, serta tunjukan perubahan anda. Setelah minta maaf tunjukan sikap dan
perubahan anda yang konsisten.

Apakah dengan adanya PAUD masa depan anak bisa menjamin kesejahteraan
hidupnya?
Terima kasih
Tergantung pada apa yang ditanamkan pada saat PAUD.

Apakah saat kita mengajarinya belajar harus dengan tegas atau bagaimana supaya
anak mau mengerti?

Buatlah fun, seperti bermain game. Buatllah belajar adalah hal yang seru dan
menyenangkan.
Bagaimana cara agar kita sabar mengadapi anak yang dikatakan usia emas?
Mohon penjelasan untuk anak saya Rainer (laki-laki) 4 tahun (sekolah kindergarten
1), kalau di rumah anak saya periang, bercanda, (suka teriak dan bergaul), apalagi
sama teman sebayanya. Jiwa mengatur terhadap temannya tinggi, tetapi kenapa di
lingkungan sekolah berbalik. Menurut (miss-teacher) anak saya pemalu, disuruh diam,
disuapin teacher lama (padahal di rumah lahap makannya), disuruh bicara diam (di
rumah cerewet). Bahkan melotot, sampai teachernya menegur dan anak saya
menangis.
Dengan kejadian seperti itu anak saya malas sekolah. Anak saya sebenarnya senang
belajar. Saat awal sekolah semangat, tetapi seminggu ini malas, bahkan kalau
berangkat sekolah pakai menagis terus. Sebagai orang tua saya jujur sedih, apakah
cara mengajarnya terlalu keras atau bahkan sebaliknya anak saya tidak sanggup
mengikiuti.
Tetapi menurut teacher, anak saya sebenarnya pintar. Kalau soal ikutin pelajaran ok,
cuma saat disuruh menulis, bicara, susah. Malah bengong. Bagaimana caranya bisa
mengatasi hal ini kepada anak saya, sebenarnya saya ingin menghentikan sekolahnya,
tetapi menurut teachernya “JANGAN”. Tunggu saja, mungkin tidak mood. Anak saya
karakternya SENSINTIF, kalau dikerasi dia menangis, makanya saya kalau bicara
berusaha mengarahkan supaya tidak menangis. Menurut teacher, anak saya laki-laki
sangat halus, padahal di rumah dia sangat jagoan, sangat berbanding terbalik.
Mohon bagaimana ini? Terima kasih.

Coba diobservasi (diamati di sekolah), adakah teman yang mengaanggu atau
ada hal yang membuat dia tidak nyaman.
Pelajari tipe kepribadian melankolis agar anda memahami anak anda.

4.
yosi
September 15, 2013
Anak saya berusia 3 tahun, sudah punya adik sejak usia 2 tahun.
Sudah beberapa bulan ini dia minta sekolah tetapi saya masukin les baca tulis dan
baca iqro. Tidak lama-lama sih belajarnya cuma 1 jam, itu pun sudah saya bilangin
jangan dipaksakan pada gurunya. Kira-kira ada tidak efeknya nanti di usia
dewasakalau dia terlalu cepat belajar umum begitu?
Satu lagi anak saya kalau saya larang atau saya suruh sering bilang tidak mau. Saya
kadang kebawa kesel lalu saya pakai pemukul untuk mengancamnya sekedar agar dia
patuh aja. Kira-kira bagaimana ya?

Tidak perlu diancam, jika dia mau nya belajar dan tidak dipaksa tidak
masalah.
Anak saya laki-laki berusia 1,5 tahun. Saya memang mengajarkan kepada anak saya
untuk menunjukkan rasa sayangnya, salah satunya dengan mencium pipi. Seperti ke
orang tua, saudara sebayanya. Akan tetapi saya dan suami saya juga menunjukkan
ekspresi sayang kami didepan anak kami tersebut (seperti cium pipi, peluk, atau cium
bibir) suatu ketika saya mengajak anak saya ke tempat bermain, disana ada anak
perempuan kurang lebih berusia 2 tahun. Sebelumnya anak saya memperhatian anak
perempuan dan anak-anak lainnya sambil bermain di sekeliling, lalu tiba-tiba ketika
anak saya berpapasan dengan anak perempuan tersebut, anak saya mencium anak
perempuan tersebut sepertinya ingin mencium di pipi, tetapi karena tidak sampai jadi
hanya tercium lengan anak perempuan tersebut. Apakah cara mendidik kami
tergolong salah, mohon jawaban dan penjelasan pendidik karakter. Terima kasih.

Jarak kantor dengan rumah mertua saat itu membuat saya harus meninggalkan Nania
yang diasuh dengan mertua. Akhirnya Nania dimanja dan dituruti semua
keinginannya. Saat ini yang terjadi adalah apa yang jadi kehendaknya harus
terlaksana. Apalagi ayahnya selalu mengiyakan, tetapi seiring waktu Nania bisa juga
diajak kompromi tetapi selalu dengan persyaratan. Baguskah hal seperti itu?

Tidak, itu adalah awal yang buruk dan akan membuat anak bingung, “kenapa
nenek baik dan mama kok banyak aturan”.

Anak saya Rasya usianya baru 2 tahun. Pada saat 10 bulan adik saya melahirkan, dan
pada saat itu saya merasa kalau dia mempunyai rasa cemburu pada adik sepupunya
tersebut. Sampai sekarang jika dia bertemu dengan adik sepupunya selalu melakukan
hal-hal yang kadang membuat saya kesal dan tidak enak pada adik saya, seperti
memukul, menendang ataupun mengambil mainan adik sepupunya. Bagaimana cara
mengatasinya? Trima kasih atas balasannya.

Kalau bertemu hindari untuk membandingkan, kemungkinan anak anda
cemburu. Itu wajar dan normal, berikan kata-kata positif bahwa anda sangat
sayang kepada anak anda. Berikan kata-kata sugestif tentang hubungan dia
dengan sepupunya.
Anak saya berumur 4 tahun sudah sekolah TK kecil, kalau di sekolah dia tidak mau
blajar selalu ingin bermain, tetapi kalau di rumah mau belajar. Sudah mengenal huruf
dan angka, tetapi di sekolah susah tidak mau belajar. Bagaimana caranya agar dia di
sekolah mau mengikuti pelajaran dari gurunya?

Fokus TK memang tidak belajar, tetapi bermain. Anda bisa konsultasikan
masalah ini kepada gurunya, mungkin dia merasa anak anda sudah bisa dan
membiarkan saja dia bermain. Teman yang diajak bermain juga sudah bisa,
atau lebih jelasnya anda bisa berkonsultasi kepada guru tersebut.
Saya ibu 1 anak berumur 5 tahun 6 bulan, selama ini saya cenderung agak keras
mengasuh anak saya, seperti marah saat anak saya selalu berantakin semua
mainannya, atau misalnya selalu ingin bermain diluar rumah. Lingkungan perumahan
saya termasuk ramai anak-anak dari usia 0 bulan sampai 9 tahun. Saya kurang suka
jika anak saya bermain tidak mengenal waktu karena setelah bermain ada saja prilaku
baru yang ditiru anak saya.
Dalam waktu dekat saya dan suami berencana pindah rumah, di lingkungan yang baru
nantinya bisa dikatakan tidak ada anak-anak yang sebaya dengan anak saya.
Bagaimana cara mengajarkan pada anak untuk menghadapi lingkungan baru tersebut
untuk anak saya? Anak saya belajar di les calistung 1,5 jam dan sore di TPA utk
mengaji 1,5 jam. Apakah diwaktu tersebut sudah dikatakan cukup untuk anak saya
berinteraksi dengan teman sebayanya?
Dilema lain bagi saya, usia berapa yang paling pas utk masuk SD? Saat ini anak saya
sudah bisa menulis dan mengenal angka, tetapi untuk membaca masih belum.

Saya ibu usia 26 tahun dengan 1 anak usia 2,1 tahun dan sekarang sedang
mengandung anak kedua usia 4 bulan, karena saya dan suami bekerja maka saat pagi
anak kami titipkan ditempat mertua dan siangnya tinggal dengan orangtua saya.
Masalahnya cara kami mengasuh berbeda dengan kedua orangtua saya maupun
mertua sehingga saya takut anak saya akan bingung dengan metode 3 pengasuhan
(dari kami, dan kakek nenek baik dari orang tua saya maupun mertua). Dengan akan
lahir adiknya kami sekarang bingung mencari pengasuh karena kakek dan nenek
sudah tidak bisa menjaga 2 anak. Saya berpikir apa bagus jika dimasukkan ke PAUD
untuk si kakak, dan adik yang akan lahir dititipkan ke pengasuh? Saya masih bingung
apakah dengan usia kakak yang 2,6 tahun pada saat ajaran baru nanti sudah cukup
untuk dimasukkan diPAUD atau menunggu usia 3 tahun? Saya khawatir apakah anak
saya akan bosan jika masuk sekolah sekarang.

Tunggu usianya 3 tahun saja. Jika ada tempat penitipan anak akan jauh lebih
baik, jika diasuh oleh pemerhati anak dan anda bisa mendapat pengetahuan
lebih di tempat penitipan anak. Carilah TPA yang bisa diajak bekerja sama
untuk mendidik anak anda.
5.
Terima kasih telah berbagi ilmu pengasuhan kepada kami para orangtua.
Alhamdulillah saya telah membeli buku Pak Timothy, yang berjudul 7 Hari
Membentuk Karakter Anak. Alhamdulillah anak saya mengalami perubahan. Dulu
sering berkata kasar, kotor dan kata-kata tidak pantas lainnya. Anak saya juga suka
memukul dan pemarah. Setelah saya mempraktekkan dan berlatih, anak saya lebih
sopan kata-katanya, tidak mudah marah lagi.
Sekarang anak saya duduk di kelas 1 SD. Ketika segala sesuatunya berjalan baik,
setelah saya berlatih buku Pak Timothy, tiba-tiba anak saya berperlaku lagi seperti
dulu. Berkata kasar dan suka memukul. Padahal saya di rumah sudah berusaha sebaik
mungkin mengikuti apa yang ada di buku itu. Setelah saya amati, di kelasnya ada
temannya yang sering bicara kasar dan suka usil. Awalnya anak saya
mengabaikannya, entah bagaimana, lama-kelamaan dia berulah, seperti memukul dan
berkata kasar lagi. Anak saya juga memiliki hasrat yang sangat tinggi terhadap
sesuatu yang menjadi kesukaannya dan jika diingatkan untuk berhenti, maka dia akan
marah dan mengamuk. Misalnya di sekolah ada pelajaran merakit robot, selama
pelajaran itu, dia duduk tertib dan sangat menikmati. Lalu ketika waktunya habis, dan
berganti ke pelajaran lain, dia tidak mau, jika diingatkan, dia marah dan mengamuk.
Kemarin di sekolahnya dia membanting kursi, karena dia tidak mau berganti pelajaran
dan hanya mau merakit robot saja.
Pertanyaan saya:
1. Bagaimana agar anak saya bisa menahan hasratnya terhadap sesuatu yang sangat
disukai, agar dia lebih mengikuti aturan dimana pun dia berada. Terutama di sekolah?

2. Bagaimana agar anak saya tidak mudah terpengaruh (ikut-ikutan) oleh temantemannya yang berperilaku tidak baik tadi? Apakah perlu hypnosleep lagi? Kira-kira
redaksinya bagaimana ya Pak?
3. Beberapa hari yang lalu, gurunya baru saja pindah ke tempat lain. Apakah ini
karena gurunya yang pindah? Memang gurunya tidak sempat berpamitan dan di
sekolah yang gurunya pindah ini, cukup tegas dan konsisten dalam menerapkan
aturan, dibanding guru-guru yang lain.
Terima kasih atas jawabannya.
1. Dilatih, misalnya ini coklat buat kamu, kalau kamu tidak makan dalam
waktu 10 menit maka mama kasi 1 coklat lagi. Hal ini akan membantu dia
untuk latihan “mengerem”. Hypnosleep juga bisa dilakukan, dengan memberi
sugesti “kamu mampu hidup teratur dan fleksible”.
2. Boleh, tetapi lebih baik anda minta bantuan gurunya untuk lebih
menertibkan, karena pengaruh lingkungan jauh lebih kuat.
3. Bisa jadi karena hal itu.