PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AS

e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ASSURE
BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP
HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS V
SD GUGUS IV KEDIRI, TABANAN
Ni Gst. A. Md. Armita Jayanti1, Md. Putra2, I B. Gd. Suryaabadi3
1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail : armitajayanti@yahoo.com1, putra_made13@yahoo.com2,
suryaabadi31@yahoo.co.id3
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar
PKn antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran ASSURE
berbantuan media audiovisual dengan siswa yang dibelajarkan secara konvensional
berbantuan media audiovisual pada siswa kelas V SD Gugus IV Kediri, Tabanan

tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini dilaksanakan di SD No.1 Kediri, Tabanan
dengan menggunakan metode eksperimen semu dengan desain Nonequivalent
Kontrol Group Desain. Populasi penelitian berjumlah 248 siswa kelas V dan sampel
penelitian berjumlah 75 siswa yang diambil dengan menggunakan teknik purposive
sampling. Menghasilkan dua kelas sampel yang terdiri atas satu kelas sampel yang
dijadikan kelas eksperimen dan satu kelas dijadikan kelas kontrol yang ditentukan
dengan cara diundi. Data dianalisis dengan menggunkan uji-t, yaitu Polled Varians.
Hasil analisis data menunjukkan (thitung = 10,69 > ttabel = 2,00) berdasarkan taraf
signifikansi 5% dan dk = 73 (n1 +n2-2). Berdasarkan uji normalitas dan homogenitas
data nilai gain skor ternormalisasi (Normalized Gain Score) PKn siswa kelas V dari
kedua kelompok tersebut diperoleh data kedua kelompok normal dan homogen.
Didukung oleh adanya perbedaan nilai rata-rata kedua kelas, yaitu kelas eksperimen
= 0,20 > = 0,09 kelas kontrol. Berdasarkan hasil uji-t didukung oleh perbedaan
nilai rata-rata kedua kelas dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan
model pembelajaran ASSURE berbantuan media audiovisual terhadap hasil belajar
PKn siswa kelas V SD Gugus IV Kediri, Tabanan tahun ajaran 2013/2014.
Kata kunci: model pembelajaran ASSURE, hasil belajar
Abstract
The aimed of this research was to determine significant differences of PKn (civics)
result study between the student who‟s learned by practising ASSURE teaching

model in audiovisual media with student that learned according to conventional
cooperatively in audiovisual media for grade V cluster IV Kediri, Tabanan on year
2013/2014. This research was held in SD No.1 Kediri, Tabanan by applying quasi
experimental method with used Nonequivalent Control Group Desain. The research
population are 248 students of grade V which were taken by using purposive
sampling teachnique. Which finally produce two sample classes in which one class as
experiment class sample and one class as control class through random system. The
data were analyzed by using statistical analysis t-test, that‟s used Polled Varians
abreviation. The results of data analysis is showed (t-test = 10.69 > ttable = 2.00) in
significantly 5 % and dk = 73 (n1+n2 – 2). According to normalized test and
homogeneity data of Normalized Gain Score PKn (civics), the students grade V from
two groups found the data of two groups, normal group and homogeny group. That is

e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
supported by differences in the average value of the two classes, that is experimental
class = 0.20 > = 0.09 control class. Based on the results of t-test that is supported
by differences in the average value of the two classes it can be concluded that there
is an effect ASSURE teaching model in audiovisual media cooperatively method to
influence in result study of PKn (civics) student grade V cluster IV, Kediri, Tabanan on

year 2013/2014.
Keyword : ASSURE teaching model, result study

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan komponen
penting
dalam
membangun
dan
meningkatkan sumber daya manusia yang
berkualitas, berbudaya dan berkarakter. Hal
tersebut sejalan dengan fungsi dan tujuan
pendidikan
yang
dirumuskan
dalam
undang-undang No. 2 tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional yang kemudian
diamandemen dengan keluarnya UndangUndang No. 20 tahun 2003 Pasal 3 yang
mengungkapkan bahwa tujuan pendidikan

nasional adalah untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab (Hasbullah,
2009:174).
Sejalan dengan keadaan tersebut,
Suyatno (2011:135) menyatakan bahwa
pendidikan diselenggarakan sebagai proses
pembudayaan dan pemberdayaan peserta
didik yang berlangsung sepanjang hayat.
Proses tersebut diperlukan guru untuk
memberikan keteladanan, membangun
kemauan, dan mengembangkan potensi
dan kreativitas peserta didik. Implikasi dari
prinsip ini adalah pergeseran paradigma
pengajaran ke pembelajaran. Pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik

dengan guru dan sumber belajar pada
suatu
lingkungan
belajar.
Proses
pembelajaran
perlu
direncanakan,
dilaksanakan, dinilai dan diawasi agar
terlaksana secara efektif dan efisien.
Pendapat serupa disampaikan oleh Pribadi
(2011:15) yang menyatakan bahwa “proses
pembelajaran adalah suatu peristiwa yang
sengaja
direncanakan
agar
dapat
memudahkan individu dalam menempuh
suatu proses belajar”.
Berdasarkan

hal
tersebut
PKn
sebagai salah satu mata pelajaran yang

digunakan
sebagai
wahana
untuk
mengembangkan nilai luhur dan moral yang
berakar pada budaya bangsa Indonesia
dapat membentuk perilaku siswa dalam
kehidupan sehari-hari. Selain itu Pkn
dimaksudkan untuk membekali siswa
dengan budi pekerti, pengetahuan dan
kemampuan dasar berkenaan dengan
hubungan antara warga negara.
Berbagai upaya telah dilakukan
pemerintah untuk melakukan inovasi
pembelajaran dalam dunia pendidikan.

Inovasi pembelajaran yang dilakukan
biasanya memperhatikan tiga alasan
penting,
yaitu
pembelajaran
efektif,
pembelajaran efisien dan kenyamanan.
Pembelajaran
yang
efektif
adalah
pembelajaran yang mampu membawa
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran
atau
kompetensi
yang
diinginkan.
Pembelajaran yang efisien memiliki makna
adanya aktivitas pembelajaran yang
berlangsung dengan menggunakan waktu

dan sumber daya yang relatif sedikit,
namun
menghasilkan
hasil
yang
bermanfaat bagi siswa atau masyarakat,
sedangkan kenyamanan berarti sumber
belajar, media atau alat bantu belajar,
metode yang ditentukan sedemikian rupa
sehingga memberikan gairah belajar
mengajar bagi siswa dan guru (Pribadi,
2011:15).
Lebih
lanjut
Pribadi
(2011:1)
menyatakan
bahwa
untuk
dapat

memfasilitasi siswa dalam mencapai
kompetensi yang diinginkan, guru perlu
menguasai kemampuan dalam mendesain,
mengimplementasikan, dan mengevaluasi
pembelajaran, sehingga dapat menciptakan
pembelajaran yang efektif, efisien, dan
menarik.
Hal
ini
berarti
melalui
pembelajaran yang diperoleh di sekolah,
siswa dapat belajar mengenai berbagai
macam hal yang mencakup tentang
pengetahuan, sikap dan keterampilan.

e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Salah satu pembelajaran yang
diterapkan guru di sekolah dasar adalah

pembelajaran konvensional. Guru dapat
menggunakan media pembelajaran berupa
media
audiovisual.
Pembelajaran
konvensional berbantuan media audiovisual
merupakan pembelajaran yang sering
digunakan di sekolah dasar
yang
didominasi dengan penggunaan ceramah,
pemberian catatan kepada siswa, tanyajawab dan latihan soal serta lebih
melibatkan
guru
dalam
proses
penyampaian materinya.
Penyampaian
materi
dengan
pembelajaran konvensional diaplikasikan

dengan bantuan media audiovisual berupa
CD pembelajaran, sehingga melibatkan
indra penglihatan dan pendengaran berupa
suara dan gambar secara serempak.
Namun dalam pembelajaran konvensional
berbantuan media audiovisual, guru
memegang
peranan
utama
dalam
memanfaatkan media audiovisual dan
siswa mendengarkan penjelasan guru,
mencatat serta mengerjakan tugas yang
diberikan guru.
Tujuan
utama
pembelajaran
konvensional berbantuan media audiovisual
adalah penguasaan materi pelajaran,
membangkitkan minat akan informasi
melalui
suara
dan
gambar
serta
mempermudah
pemahaman
materi
pelajaran. Salah satu mata pelajaran yang
dapat diterapkan dengan menggunakan
pembelajaran konvensional berbantuan
media audiovisual adalah PKn dengan
Standar Kompetensi yaitu: Memahami
pentingnya keutuhan Negara Kesatuan
Republik
Indonesia
(NKRI)
serta
Kompetensi Dasar yang meliputi: (1)
Memahami Negara Kesatuan Republik
Indonesia
(NKRI);
(2)
Memahami
pentingnya keutuhan NKRI; (3) Memahami
contoh-contoh perilaku dalam menjaga
keutuhan NKRI.
Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara yang dilakukan pada sekolah
dasar di Gugus IV Kediri, Tabanan bersama
dengan kepala sekolah menyatakan bahwa
tiap-tiap sekolah pasti ada yang belum
mencapai ketuntasan minimal. Hal tersebut
terjadi karena perbedaan kemampuan yang
dimiliki oleh masing-masing siswa. Selain
itu,
dalam
penyampaian
materi

pembelajaran guru-guru lebih sering
menggunakan metode ceramah dan kurang
interaktif terhadap siswa serta penggunaan
media pembelajaran yang digunakan
kurang menarik dan kreatif.
Dengan adanya media pengajaran
yang
digunakan
guru
dapat
mengkonkretkan konsep-konsep abstrak
yang ada dalam materi pelajaran,
khususnya PKn, mengingat banyak materi
dalam mata pelajaran ini yang sifatnya
abstrak (Fathurrohman, 2011:44). Menurut
Wahab (2002:i) menyatakan bahwa “PKn
merupakan pendidikan yang memiliki misi
untuk mengembangkan nilai luhur dan
moral yang berakar pada budaya dan
keyakinan
bangsa
Indonesia
yang
memungkinkan dapat diwujudkan dalam
perilaku dalam kehidupan sehari-hari”.
Lebih lanjut Wahab (2007:1.7)
menyatakan bahwa “PKn adalah program
pendidikan yang bertolak dari dan
memusatkan perhatian pada konsep, nilai,
moral, norma dan perilaku sesuai Pancasila
dan UUD 1945 serta hak dan kewajiban
termasuk bela negara. Wahab (2007:2.5)
lebih jelas menuturkan bahwa PKn adalah
mata pelajaran yang digunakan sebagai
wahana untuk mengembangkan dan
melestarikan nilai luhur dan moral yang
berakar pada budaya bangsa Indonesia.
Nilai luhur dan moral tersebut dapat
diwujudkan
dalam
bentuk
perilaku
kehidupan sehar-hari siswa, baik sebagai
individu
maupun
sebagai
anggota
masyarakat, dan makhluk ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa. Selain itu PKn
dimaksudkan untuk membekali siswa
dengan budi pekerti, pengetahuan dan
kemampuan dasar berkenaan dengan
hubungan antara warga negara dan
negara.
Bunyamin
Maftuh dan Sapriya
(2005:321) menambahkan bahwa “PKn
sebagai pendidikan nilai (value education),
yang
berarti
melalui
pendidikan
kewarganegaraan dapat tertanam nilai,
moral dan norma yang dianggap baik oleh
bangsa dan negara kepada diri siswa,
sehingga mendukung bagi budaya bangsa
yang membangun karakter. Pada umumnya
pembelajaran PKn sebenarnya mempunyai
peran yang sangat penting dalam
kehidupan
sehari-hari
yang
dapat

e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
membentuk sikap serta akhlak dari masingmasing siswa. Mata pelajaran PKn mampu
membentuk siswa yang ideal memiliki
mental yang kuat, sehingga dapat
mengatasi permasalahan yang dihadapi.
Selain
itu,
pembelajaran
PKn
seharusnya dapat menumbuhkan gairah
atau semangat belajar yang dapat
membentuk kepribadian yang baik, mandiri,
dan bertanggung jawab. Tetapi, harapanharapan tersebut tidak sesuai dengan
kenyataan di sekolah dasar dan sudah
selayaknya dalam pembelajaran PKn
dilakukan suatu inovasi.
Berdasarkan permasalahan tersebut,
untuk menanggulangi masalah tersebut
perlu diadakan pembaharuan pembelajaran
yang dilaksanakan di kelas. Guru
hendaknya
merancang
pembelajaran
sedemikian
rupa
sehingga
proses
pembelajaran di kelas dapat berlangsung
dengan baik. Salah satu inovasi dalam
mendesain
pembelajaran
yang
bisa
dilakukan
adalah
penerapan
model
pembelajaran ASSURE berbantuan media
audiovisual.
Model
pembelajaran
merupakan
landasan praktik pembelajaran hasil
penurunan teori psikologi pendidikan dan
teori belajar yang dirancang berdasarkan
analisis terhadap implementasi kurikulum
dan implikasinya pada tingkat operasional
di kelas (Suprijono, 2009:45). Sedangkan
menurut Komalasari (2010:57) yang
menyatakan bahwa “model pembelajaran
pada
dasarnya
merupakan
bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan khas oleh
guru”. Hal ini berarti model pembelajaran
merupakan bungkus atau bingkai dari
penerapan suatu pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran. Menurut Hanafiah &
Suhana (2010:41) menyatakan bahwa
“model pembelajaran merupakan salah satu
pendekatan dalam rangka mensiasati
perubahan perilaku peserta didik secara
adaptif maupun generatif”.
Menurut Pribadi (2011:1) menyatakan
bahwa model pembelajaran ASSURE
adalah
model
pembelajaran
yang
prosedural untuk menjamin penggunaan
media secara efektif dalam pembelajaran
yang dirancang dengan baik mulai dengan
gairah kepentingan siswa dan kemudian

berpindah ke menyajikan materi baru,
melibatkan siswa dalam prakteknya, menilai
pemahaman siswa, dan pergi ke tindak
lanjut kegiatan.
Model pembelajaran ASSURE berisi
langkah-langkah yang sesuai dengan
namanya
yaitu:
(1)
menganalisis
karakteristik siswa; (2) menetapkan tujuan
pembelajaran atau kompetensi; (3) memilih
metode, media dan bahan ajar; (4)
menggunakan
materi
dan
media
pembelajaran; (5) melibatkan siswa dalam
proses belajar; dan (6) evaluasi dan revisi
(Pribadi, 2011:3-22).
Pembelajaran model ASSURE dapat
meningkatkan pemahaman siswa pada
mata pelajaran PKn serta melibatkan siswa
secara
langsung
dalam
proses
pembelajaran dan memotivasi siswa untuk
lebih mempelajari tentang materi PKn,
sehingga siswa dapat meningkatkan
pemahaman yang optimal terhadap mata
pelajaran PKn. Selain itu, di zaman yang
maju dengan adanya ilmu pengetahuan dan
teknologi, khususnya teknologi informasi,
sangat berpengaruh terhadap penyusunan
dan implementasi strategi pembelajaran.
Melalui kemajuan tersebut para guru dapat
menggunakan berbagai media sesuai
dengan
kebutuhan
dan
tujuan
pembelajaran.
Media adalah salah satu komponen
dalam proses belajar mengajar yang
kedudukannya tidak hanya sekedar sebagai
alat bantu mengajar, tetapi sebagai bagian
integral dalam proses belajar mengajar
(Soeharto,
2008:104).
Sedangkan
Prawiradilaga
(2008:64)
berpendapat
bahwa “media pembelajaran adalah media
yang
dapat
menyampaikan
pesan
pembelajaran atau mengandung muatan
untuk membelajarkan seseorang”.
Sedangkan Fathurrohman (2011:54)
menjelaskan bahwa “media audiovisual
merupakan media yang menyampaikan
pesan pembelajaran berupa suara dan
gambar. Salah satu contohnya adalah
televisi dan video. Media televisi dapat
dimanfaatkan dalam pembelajaran PKn
misalnya siswa diminta untuk melihat berita.
Sedangkan video dapat dimanfaatkan untuk
menampilkan gambar bergerak yang
dilengkapi dengan suara untuk menjelaskan
materi pembelajaran PKn.

e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Pendapat senada dikemukakan oleh
Asyhar (2011: 45) menyatakan bahwa
“media audiovisual adalah jenis media yang
digunakan dalam suatu proses atau
kegiatan, pesan dan informasi yang dapat
disalurkan melalui media ini dapat berupa
pesan verbal dan nonverbal yang
mengandalkan indra penglihatan maupun
pendengaran”.
Media
audiovisual
merupakan media pembelajaran yang
penyampaian pesan dan isi pelajaran
direkam untuk menyertai penjelasan isi
gambar yang ditampilkan (Sadiman,
2002:57).
Penggunakan
media
komunikasi
seperti media pembelajaran audiovisual,
tidak hanya dapat mempermudah dan
mengefektifkan proses pembelajaran, akan
tetapi juga dapat membuat proses
pembelajaran lebih menarik (Sanjaya,
2010:162). Hal ini berarti pendidikan melalui
media audiovisual seperti video dapat
menyajikan informasi, memaparkan proses,
dan menjelaskan konsep yang rumit. Media
audiovisual merupakan media perantara
atau
penggunaan
materi
melalui
pandangan dan pendengaran sehingga
membangun kondisi yang dapat membuat
siswa menjadi lebih aktif dalam belajar.
Berbeda dengan model pembelajaran
konvensional, menurut Trianto (2012:58)
dilakukan beberapa kegiatan sebagai
berikut. (1) Guru sering membiarkan
adanya siswa yang mendominasi kelompok
atau menggantungkan diri pada kelompok.
(2) Akuntabilitas individual sering diabaikan
sehingga tugas-tugas sering diborong oleh
salah seorang siswa anggota kelompok
sedangkan anggota kelompok lainnya
hanya
„mendompleng‟
keberhasilan
„pemborong‟.
(3)
Kelompok
belajar
biasanya homogen. (4) Pemimpin kelompok
sering ditentukan oleh guru atau kelompok
dibiarkan untuk memilih pemimpinnya
dengan
cara
masing-masing.
(5)
Keterampilan sosial sering tidak secara
langsung diajarkan. (6) Pemantauan
melalui observasi dan intervensi sering
tidak dilakukan oleh guru saat belajar
kelompok sedang berlangsung. (7) Guru
sering
tidak
memperhatikan
proses
kelompok yang terjadi dalam kelompokkelompok belajar. (8) Penekanan sering
hanya pada penyelesaian tugas.

Berdasarkan
paparan
tersebut,
dinyatakankan
bahwa
pembelajaran
dengan penerapan model pembelajaran
ASSURE berbantuan media audiovisual
mempengaruhi hasil belajar PKn yang
berbeda
dibandingkan
pembelajaran
dengan model pembelajaran konvensional
berbantuan media audiovisual. Berkaitan
dengan hal tersebut, maka dilakukan
penelitian dengan tujuan untuk mengetahui
perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn
antara siswa yang dibelajarkan dengan
menggunakan
model
pembelajaran
ASSURE berbantuan media audiovisual
dengan siswa yang dibelajarkan dengan
pembelajaran konvensional berbantuan
media audiovisual pada siswa Kelas V
Semester 1 SD Gugus IV Kediri, Tabanan
Tahun Ajaran 2013/2014.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan di SD
Gugus IV Kediri, Tabanan pada semester
ganjil tahun ajaran 2013/2014. Jenis
penelitian
ini
merupakan
penelitian
eksperimen semu (Quasi Experimental).
Hal ini dikarenakan praktek pendidikan
dengan para siswa di kelas atau ruangan
dalam situasi interaksi antara manusia
dengan
manusia,
manusia
dengan
lingkungan sulit dilakukan pengontrolan
yang
ketat
(Sudjana,
2004:43-44).
Rancangan penelitian yang digunakan
adalah “nonequivalent control group
design”. Pada penelitian ini melibatkan dua
variabel, yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas penelitian ini adalah
model pembelajaran ASSURE berbantuan
media audiovisual dan model pembelajaran
konvensional
berbantuan
media
audiovisual. Sedangkan yang menjadi
variabel terikat dalam penelitian ini adalah
hasil belajar PKn.
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas V Semester 1 yang ada
di SD Gugus IV Kediri, Tabanan. Tahun
Ajaran 2013/2014 yang berjumlah 7 kelas
yang terdiri dari 248 siswa. Populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek
atau subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik
kesimpulannya
(Sugiyono,
2012:117). Sedangkan menurut Sudjana

e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
(2004:84) menyebutkan bahwa “sampel
penelitian adalah sebagian dari populasi
yang memiliki sifat dan karakter yang sama
sehingga betul-betul mewakili populasinya”.
Berdasarkan
teknik
pengambilan
sampel ditentukan dengan teknik purposive
sampling, sampel yang diambil yaitu SD
No. 1 Kediri, Tabanan. Sedangkan untuk
penentuan kelas eksperimen dan kelas
kontrol dilakukan dengan cara undian,
sehingga diperoleh kelas VA sebagai kelas
eksperimen dan kelas VB sebagai kelas
kontrol.
Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah dengan tes objektif
bentuk soal pilihan ganda sebagai tes yang
digunakan untuk menentukan hasil belajar
yang dicapai siswa. Tes yang digunakan
dalam bentuk uraian yang berjumlah 30
soal. Tes yang digunakan telah diuji
validitas dan reliabilitas tes. Berdasarkan uji
validitas dari 65 soal yang diuji diperoleh 30
soal yang valid dan dalam kriteria
reliabilitas tinggi.
Uji coba instrument dilakukan dengan
menguji valididas, reliabilitas, tingkat
kesukaran dan daya beda tes. Uji Validitas
yang dilakukan terdiri dari uji validitas isi
dan uji validitas empirik. Sudijono
(2011:164) menyatakan bahwa validitas isi
adalah validitas yang ditilik dari segi isi tes
itu sendiri sebagai alat pengukur hasil
belajar yaitu sejauh mana tes hasil belajar
sebagai alat pengukur hasil belajar peserta
didik, isinya telah dapat mewakili secara
representatif terhadap keseluruhan materi
atau bahan pelajaran yang seharusnya
diteskan (diujikan). Uji validitas isi dilakukan
dengan cara menyesuaikan butir tes
dengan indikator, kompetensi dasar dan
standar kompetensi yang ditetapkan oleh
sekolah sebagai tempat penelitian.
Uji validitas isi dilakukan dengan
membuat tabel spesifikasi/blue print/kisi-kisi
soal. Sudijono (2011:167) menyatakan
bahwa validitas empirik adalah validitas
yang bersumber atau diperoleh atas dasar
pengamatan di lapangan. Diperoleh dari
hasil uji yang diberikan pada masingmasing siswa dalam kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol. Validitas empirik tes
objektif ditentukan melalui analisis butir soal
berdasarkan kooefisien korelasi point
biserial (rpbi), karena tes bersifat dikotomi

digunakan dalam mencari korelasi antara
variabel I dengan variabel II. Nilai yang
diperoleh kemudian dibandingkan dengan
nilai yang diperoleh dari r tabel, jika r hitung
> r tabel maka dalam kategori valid. Semua
komponen dalam menentukan koefisien
butir pilihan ganda biasa yang digunakan
adalah menggunakan korelasi point biserial,
yaitu dengan bantuan program Microsoft
Excel.
Menurut Koyan (2004:68) menyatakan
bahwa relibialitas alat penilaian adalah
ketepatan atau keajegan alat tersebut
dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya,
kapan pun alat penilaian tersebut
digunakan akan memberikan hasil yang
relatif sama. Uji reliabilitas dilakukan
terhadap butir soal yang valid saja. Dengan
demikian uji reliabilitas bisa dilakukan
setelah dilakukan uji validitas. Uji reliabilitas
tes yang bersifat dikotomi dan heterogen
ditentukan dengan rumus KR-20.
Menurut Sudijono (2011:209), dalam
pemberian interpretasi terhadap koefisien
pada
umumnya
reliabilitas
tes
digunakan patokan sebagai berikut (1)
Apabila
sama dengan atau lebih besar
daripada 0,70 berarti tes hasil belajar yang
sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan telah
lebih kecil daripada
reliable, (2) Apabila
0,70 berarti tes hasil belajar yang sedang
diuji reliabilitasnya dinyatakan unreliable.
Soal yang digunakan dalam uji coba
instrument menunjukkan reliabilitas yang
tinggi. Hal ini dikarenakan uji reliabilitas
soal bernilai lebih besar dari 0,70.
Menurut Koyan (2004:69) Tingkat
kesukaran merupakan kesanggupan atau
keterampilan siswa menjawab tes yang
diberikan atau tingkat kesukaran dapat juga
diartikan
sebagai
bilangan
yang
menunjukkan rata-rata proporsi peserta tes
yang menjawab benar butir soal yang
diberikan. Tingkat kesukaran butir soal
dinyatakan dengan bilangan yang disebut
indeks kesukaran (difficulty indexs). Indeks
kesukaran berkisar antara nilai 0,00 sampai
dengan 1,00. Soal dengan indeks
kesukaran 0,00 berarti butir soal tersebut
terlalu sukar, sebaliknya indeks kesukaran
soal mendekati 1,00 berarti soal tersebut
terlalu mudah.

e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Menurut Koyan (2004:70) daya beda
butir tes ialah kemampuan butir tes tersebut
membedakan antara testee kelompok atas
(pintar) dan testee kelompok bawah
(lemah). Dengan kata lain daya beda butir
tes adalah kemampuan butir tes untuk
membedakan antara siswa yang pandai
atau berketerampilan tinggi dengan siswa
yang berketerampilan rendah. Pada
penelitian ini menggunakan teknik statistik
parametrik yaitu analisis data uji-t (t-test)
dengan menggunakan rumus polled
varians, dengan rumus sebagai berikut.
t 

X1  X 2

s n1  1  s 22 (n2  1)  1 1 
  
n1  n2  2
 n1 n2 
2
1

(1)
(Sugiyono, 2012:273)

Sugiyono
(2012:210)
yang
menyatakan bahwa, “Statistik parametris
memerlukan terpenuhinya banyak asumsi.
Asusmsi yang utama adalah data yang
akan dianalisis harus berdistribusi normal.
Selanjutnya dalam penggunaan salah satu
test mengharuskan data dua kelompok atau
lebih
yang
diuji
harus
homogen”.
Sehubungan dengan persyaratan tersebut,
sebelum melakukan uji-t dilakukan uji
normalitas sebaran data menggunakan
rumus chi-kuadrat dan uji homogenitas
varians antar kelompok menggunakan
rumus Uji-F.
Nilai pre test yang sudah diperoleh
dari kedua kelompok, yaitu kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol tidak
hanya
dipergunakan
untuk
menguji
kesetaraan kelompok. Nilai
pre test
tersebut dilakukan normalisasi dengan nilai
post test yang juga dilakukan di kedua
kelompok. Nilai pre test dan nilai post test
tersebut dinormalisasikan dengan cara
menggunkan
rumus
gain
skor
ternormalisasi (normalized gain score) atau
g factor sebagai berikut.

g 

S p o st  S p r e
Smax  S p r e

(dalam Suma, 2003:3-4)

(2)

HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi umum yang dipaparkan pada
bagian ini meliputi deskripsi data dari hasil
belajar dari kelas VA SD No.1 Kediri,
Tabanan dan kelas VB SD No.1 Kediri,
Tabanan. Setelah memperoleh nilai pre test
dan nilai post test PKn Kelas V di kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol, maka
dilanjutkan dengan menormalisasikan nilai
pre test dan post test dari masing-masing
kelompok. Menormalisasikan nilai pre test
dan post test kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol, dilakukan dengan
menggunakan penghitungan Gain Skor
Ternormalisasi ( Normalized Gain Score)
nilai PKn siswa kelas V pada kelompok
eksperimen
dan
kelompok
kontrol.
Tujuannya adalah untuk mengetahui
kesetaraan kedua kelompok penelitian
tersebut.
Dari
tabel
Chi-Kuadrat
untuk
kelompok eksperimen diperoleh X2hit = 4,99.
Sedangkan X2tabel = X2(0,05;5) = 11, 07 dengan
taraf signifikansi 5% (α = 0,05) dan derajat
kebebasan (dk) = 6 - 1= 5. Oleh karena
X2tabel > X2hit maka H0 diterima (gagal
ditolak). Ini berarti sebaran data nilai Gain
Skor Ternormalisasi ( Normalized Gain
Score) PKn Kelas VA SD No. 1 Kediri,
Tabanan sebagai kelompok eksperimen
berdistribusi normal.
Sedangkan untuk kelompok kontrol
diperoleh X2hit= 10,72 < X2tabel = X2(0,05;5) =
11, 07 pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05)
dan derajat kebebasan (dk) =6 - 1= 5
diperoleh. Maka H0 diterima (gagal ditolak).
Ini berarti sebaran data nilai gain skor PKn
Kelas VB di SD No. 1 Kediri, Tabanan
berdistribusi normal. Dari penghitungan uji
normalitas Gain Skor Ternormalisasi
(Normalized Gain Score) nilai PKn siswa
Kelas VB SD No. 1 Kediri, Tabanan
sebagai kelompok kontrol berdistribusi
normal.
Sementara untuk uji homogenitas
dilakukan terhadap varians kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Uji
homogenitas varians dilakukan dengan
menggunakan uji F, yaitu Anava Havley,
dengan kriteria data homogen jika Fhitung<
Ftabel. Dari hasil penghitungan Fhitung = 1,2
nilai ini kemudian dibandingkan dengan
nilai Ftabel = 1,72 dengan derajat kebebasan
pembilang 38-1= 37 dan derajat kebebasan

e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
penyebut 37-1=36 dengan taraf signifikansi
5%. Sehingga nilai Fhitung< Ftabel, maka
varians data Gain Skor Ternormalisasi
(Normalized Gain Score) nilai PKn siswa
Kelas V kelompok eksperimen dan kontrol
adalah homogen.

Sementara
untuk
uji
hipotesis
dianalisis dengan uji-t dengan rumus polled
varians, digunakan rumus tersebut karena
kedua kelompok memiliki jumlah yang
berbeda dan bersifat homogen dengan
hasil penghitungan uji-t dapat disajikan
pada Tabel 1.

Tabel 1. Tabel Uji Hipotesis Penelitian antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Kelompok Penelitian

thitung

ttabel

Status

Hasil Belajar Pkn

10,69

2,00

H0 ditolak

Oleh karena itu nilai thitung>ttabel. Jadi
h0 ditolak dan ha diterima sehingga terdapat
perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn
antara siswa yang dibelajarkan dengan
penerapan model pembelajaran ASSURE
berbantuan media audiovisual dengan
siswa
yang
dibelajarkan
secara
konvensional berbantuan media audiovisual
pada siswa kelas V Semester 1 SD Gugus
IV Kediri, Tabanan tahun ajaran 2013/2014.
Berdasarkan
analisis
data
menggunakan uji-t, diperoleh thitung sebesar
10,69, sedangkan ttabel sebesar 2,00 pada
taraf signifikansi 5% dengan dk = (n1 +n2) -2
= 38+37-2=73. Oleh karena itu nilai
thitung>ttabel. Jadi h0 ditolak dan ha diterima.
Dengan
demikian
dapat
diinterpretasikan
bahwa
terdapat
perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn
siswa kelas V semester 1 SD Gugus IV
Kediri, Tabanan tahun ajaran 2013/2014
antara siswa yang dibelajarkan dengan
penerapan model pembelajaran ASSURE
berbantuan media audiovisual dengan
siswa
yang
dibelajarkan
secara
konvensional
berbantuan
media
audiovisual.
Jika dilihat dari perbandingan hasil
penghitungan nilai rata-rata Gain Skor
Ternormalisasi (Normalized Gian Score)
PKn siswa kelas VA kelompok eksperimen
adalah 0,22 lebih besar dari nilai rata-rata
Gain Skor Ternormalisasi (Normalized Gain
Score) PKn siswa kelas VB kelompok
kontrol sebesar 0,09.
Hal ini mengandung arti bahwa siswa
yang
dibelajarkan
dengan
model
pembelajaran ASSURE berbantuan media
audiovisual hasil belajarnya lebih baik dari

pada
siswa
yang
belajar
dengan
menggunakan
pembelajaran
secara
konvensional berbantuan media audiovisual
pada standar kompetensi memahami
pentingnya keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
Model
pembelajaran
ASSURE
merupakan salah satu model pembelajaran
yang didesain dengan lebih berorientasi
kepada pemanfaatan media dan teknologi
dalam menciptakan proses dan aktivitas
pembelajaran
yang
diinginkan
serta
disesuaikan dengan langkah-langkah yang
sistematis dan menyeluruh.
Model
pembelajaran ASSURE merupakan model
pembelajaran yang mengharapkan siswa
aktif di dalam kegiatan pembelajaran di
kelas.
Prawiradilaga
(2008:48),
mengemukakan keunggulan dari model
pembelajaran ASSURE serta keunggulan
yang dimiliki oleh media audiovisual
menurut
Asyhar
(2011:45),
dapat
dikemukakan keunggulan dari penerapan
model pembelajaran ASSURE berbantuan
media audiovisual yaitu sebagai berikut. (1)
Model Pembelajaran ASSURE sangat tepat
digunakan untuk menyampaikan materimateri yang berupa konsep-konsep,
definisi, kaidah-kaidah, dan pengetahuan
penerapan dalam kehidupan sehari-hari. (2)
Model pembelajaran ASSURE bersifat
sederhana dan relatif mudah untuk
diterapkan. (3) Karena sederhana, maka
model pembelajaran ASSURE dapat
dikembangkan sendiri oleh pengajar. (4)
Komponen
dalam
pembelajarannya
lengkap, sehingga dapat menjangkau
materi pelajaran dalam cakupan yang luas.
(5) Media audiovisual sangat bagus

e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
dipergunakan dalam proses pembelajaran
karena informasi atau materi pelajaran yang
berupa suara dan gambar dapat melibatkan
indra pendengaran dan penglihatan siswa
secara serempak sehingga mempermudah
untuk mengingat banyak materi yang
bersifat abstrak. (6) Peserta didik dapat
dilibatkan dalam penggunaan media
audiovisual untuk pembelajaran di kelas,
sehingga peserta didik dapat terlibat secara
aktif dan kreatif serta menimbulkan
pengalaman yang menyenangkan.
Proses
penerapan
model
pembelajaran
ASSURE
di
kelas
memanfaatkan media audiovisual berupa
CD pembelajaran. Model pembelajaran
ASSURE berbantuan media audiovisual
adalah model pembelajaran yang didesain
dengan
lebih
berorientasi
kepada
pemanfaatan media dan teknologi. Media
yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran dengan model ini seperti
media audiovisual berfungsi sebagai alat
bantu pelajaran yang digunakan untuk
menyampaikan
pesan
atau
materi
pembelajaran berupa suara dan gambar
yang mengandalkan indra penglihatan dan
indra pendengaran secara serempak.
Media tersebut dimanfaatkan untuk dapat
mengkonkretkan konsep-konsep abstrak
yang ada dalam materi pelajaran untuk
menciptakan
proses
dan
aktivitas
pembelajaran
yang
diinginkan
serta
disesuaikan dengan langkah-langkah yang
sistematis dan menyeluruh.
Langkah-langkah yang digunakan
sama dengan langkah-langkah yang
dikemukakan oleh Pribadi (2011:3-22) ,
yaitu: (1) analyze learner characteristics; (2)
state performance objectives; (3) select
methods, media and materials; (4) utilize
materials; (5) requires learner participation;
(6) evaluation and revision.
Sesuai
dengan
langkah-langkah
model pembelajaran ASSURE berbantuan
media audiovisual yang pertama adalah
langkah analyze learner characteristics,
yaitu guru menyiapkan peserta didik secara
psikis dan fisik dilanjutkan dengan
mengajukan beberapa pertanyaan yang
mengaitkan pengetahuan awal yang dimiliki
siswa dengan materi yang akan dipelajari.
Langkah
kedua
adalah
guru
menyampaikan
tujuan
pembelajaran

kepada siswa, langkah ini disebut dengan
langkah
state performance objectives.
Langkah ketiga adalah select methods,
media
and
materials,
yaitu
guru
memberikan penjelasan secara singkat
mengenai materi melalui media yang
disediakan dan menugaskan siswa untuk
mendiskusikan
secara
berkelompok.
Langkah keempat adalah utilize materials,
yaitu guru memilih media pembelajaran
yang tepat sesuai dengan pelajaran dan
menugaskan
siswa
untuk
dapat
memanfaatkan media pembelajaran berupa
CD pembelajaran.
Langkah
selanjutnya
setelah
memanfaatkan media pembelajaran, guru
menugaskan siswa untuk mengerjakan LKS
yang
telah
disiapkan
kemudian
menginformasikan hasil pekerjaan atau
jawaban yang akan ditanggapi oleh teman
kelompok lainnya, langkah ini disebut
langkah requires learner participation.
Langkah terakhir adalah evaluation and
revision, yaitu menugaskan siswa untuk
mengumpulkan hasil diskusi untuk diperiksa
lebih lanjut serta dilanjutkan dengan
memberikan soal evaluasi untuk dikerjakan
siswa.
Berbeda dengan pembelajaran PKn
yang disampaikan secara konvensional
berbantuan media audiovisual. Meskipun
dengan menggunkan media audiovisual,
guru
lebih
berperan
aktif
dalam
pembelajaran di kelas. Guru lebih banyak
memberikan ceramah dan memanfaatkan
media CD pembelajaran dari pada
melibatkan siswa secara aktif, sehingga
siswa lebih pasif dengan mendengarkan
dan mencatat apa yang disampaikan guru.
Hal ini mengakibatkan siswa kurang kreatif
dalam menyampaikan pertanyaan dan
jawaban dalam proses pembelajaran di
kelas, sehingga kurang dapat membangun
pengetahuannya lebih dalam. Pemberian
evaluasi yang diberikan hanya sebatas
pada menjawab pertanyaan pada buku
paket atau LKS yang digunakan di sekolah
tersebut. Perbedaan cara pembelajaran
antara pembelajaran dengan menerapkan
model pembelajaran ASSURE berbantuan
media audiovisual dengan pembelajaran
secara konvensional tentunya memberikan
dampak yang berbeda pula pada hasil
belajar siswa.

e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Hal ini mendukung hipotesis yang
menyatakan bahwa ada perbedaan yang
signifikan antara hasil belajar siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran
ASSURE berbantuan media audiovisual
dengan siswa yang dibelajarkan dengan
pembelajaran konvensional berbantuan
media audiovisual.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan dapat dikemukakan simpulan
yaitu terdapat perbedaan yang signifikan
hasil belajar PKn antara siswa yang
dibelajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran ASSURE berbantuan media
audiovisual dengan siswa yang dibelajarkan
dengan
pembelajaran
konvensional
berbantuan media audiovisual pada siswa
Kelas V Semester 1 SD Gugus IV Kediri,
Tabanan Tahun Ajaran 2013/2014. Dengan
demikian, dapat dinyatakan bahwa model
pembelajaran ASSURE berbantuan media
audiovisual berpengaruh terhadap hasil
belajar PKn siswa kelas V semester 1 SD
Gugus IV Kediri, Tabanan tahun ajaran
2013/2014.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka
dapat dikemukakan beberapa saran kepada
guru, sekolah, dan peneliti lain. Agar hasil
belajar
PKn
siswa
optimal
dalam
pembelajaran, guru hendaknya dapat
menerapkan model pembelajaran ASSURE
berbantuan media audiovisual sebagai
alternatif dalam membelajarkan siswa di
kelas. Sedangkan untuk menunjang proses
pembelajaran agar siswa bisa lebih
termotivasi untuk belajar pihak sekolah
hendaknya menyediakan sarana dan
prasarana yang maksimal. Sementara
untuk mengetahui kemungkinan hasil yang
berbeda pada pokok bahasan lainnya,
disarankan kepada peneliti selanjutnya
untuk melakukan penelitian yang sejenis
pada pokok bahasan yang lain.
DAFTAR RUJUKAN
Asyhar,
Rayandra.
Mengembangkan
Pembelajaran.
Persada Pers.

2011.
Jakarta:

Kreatif
Media
Gaung

Bunyamin Maftuh dan Sapriya. 2005. Jurnal
Civicus:Pembelajaran PKn melalui

Pemetaan Konsep.Bandung:Jurusan
PKn FPIPS.
Fathurrohman dan Wuri Wuryandani. 2011.
Pembelajaran PKN di Sekolah Dasar.
Yogyakarta: Nuha Litera.
Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana. 2010.
Konsep
Startegi
Pembelajaran.
Bandung: Refika Aditama.
Hasbullah. 2009. Dasar-dasar Pendidikan
(Umum dan agama Islam). Jakarta:
Rajawali Pers.
Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran
Kontekstual Konsep dan Aplikasi.
Bandung:PT. Refika Aditama.
Koyan, I Wayan. 2004. Konsep Dasar dan
Teknik
Evaluasi
Hasil
Belajar.
Singaraja: Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Negeri Singaraja.
Prawiradilaga, Dewi Salma. 2008. Prinsip
Disain
Pembelajaran.
Jakarta:
Prenada Media Group.
Pribadi, Benny. 2011. Model ASSURE
untuk
Mendesain
Pembelajaran
Sukses. Jakarta: Dian Rakyat.
Sadiman, dkk. 2002. Media Pendidikan:
Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Sanjaya,
Wina.
2010.
Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada
Media Group.
Soeharto, Karti, dkk. 2008. Teknologi
Pembelajaran. Surabaya: Surabaya
Intellectual Club.
Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Sudjana, Nana dan Ibrahim. 2004.
Penelitian dan Penilaian Pendidikan.
Bandung: Sinar Baru Algensindo

e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Penelitian
Bandung:

Wahab, Abdul Aziz, dkk. 2002. Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan.
Bandung: CV.Maulana.

Suprijono,
Agus.
2009.
Cooperative
Learning. Surabaya: Pustaka Belajar.

-------, 2007. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan.
Jakarta:Universitas Terbuka.

Sugiyono.
2012.
Metode
Kuantitatif dan R&D.
Alfabeta.

Suyatno. 2011. Menjelajah Pembelajaran
Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana
Pustaka.
Trianto.
2012.
Mendesain Model
pembelajaran
inovatif-Progresif
(konsep,
landasan,
dan
implementasinya
pada
kurikulum
tingkat satuan pendidikan). Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.