LAPORAN HASIL PENELITIAN Penerapan Model

PENELITIAN INTERNAL LAPORAN HASIL PENELITIAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) UNTUK MENUNTASKAN PRESTASI BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA SUB POKOK BAHASAN RANGKAIAN LISTRIK DI MA AS- SYAFI’I BLABAN BATU MARMAR PAMEKASAN

Oleh : Ketua Tim Peneliti SUPRIANTO, S.Pd., M.Si (NIY. 130 488 248) Anggota Tim Peneliti HANIFAH (NPM. 2009.05.02.0.0021) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM MADURA 2013

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Penelitian : Penerapan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) Untuk Menuntaskan

Prestasi Belajar Dan Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Sub Pokok Bahasan Rangkaian Listrik Di MA As- Syafi’i Blaban Batu Marmar Pamekasan

2. Bidang Penelitian

: Pendidikan

3. Identitas Peneliti Nama Lengkap

: Suprianto, S.Pd., M.Si

Jenis Kelamin

: Laki-laki

NIP/NIY

NIDN

Disiplin Ilmu

: S-2 Fisika

Pangkat / Golongan : …………………………………………… Jabatan

: Dosen

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Alamat

: Jl. Pintu Gerbang VIII/137 B Telepon/HP

4. Nama Anggota Peneliti

a. Ketua Peneliti

: Suprianto, S.Pd.,M.Si

b. Anggota Peneliti

: Hanifah (Mahasiswa)

5. Lokasi Penelitian : MA As-Syafi’i Blaban Batu Marmar

6. Jumlah Biaya

: Rp. 5.000.000,00

Pamekasan, 20 Desember 2013 Mengetahui Ketua Jurusan/Program Studi

Peneliti/Ketua Peneliti

Herman Jufri Andi, S.Si., M.Si Suprianto, S.Pd.,M.Si NIY. 130 488 655

NIY. 130 488 248

Ketua Mengetahui Lembaga Penelitian dan Pengabdian

Dekan Kepada Masyarakat (LP2M) Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan

Drs. Akh. Syafiudin, M.Pd. Dr. H. Saiful Hadi., M.Pd NIY. 130 488 087

NIY. 130 472 008

APPLYING MODEL LEARNING TECHNOLOGICAL SCIENCE OF SOCIETY (STS) TO BE COMPLETE OF ACHIEVEMENT LEARN AND SKILL OF PROCESS SCIENCE FUNDAMENTAL SUB DISCUSSION NETWORK ELECTRICS CLASS STUDENT X MA AS-SYAFI’I BLABAN BATU MARMAR PAMEKASAN

ABSTRACT

Lower of achievement learn and skill of class X student science process MA As-Syafi'i Blaban Batu Marmar Pamekasan caused by the class X the student seldom be given on to the problem autentik that happened in society so that student think to learn the physics of no use and drag on, used method lose looks for student so that physics have the character of the abstraction and less application in everyday life. this Research purpose is to identify completely of achievement learn and skill of student science process after applying of study model STM at fundamental sub [of] electrics network discussion and also identify student activity the class X in MA. As-Syafi'I Blaban Batu Marmar Pamekasan school year of 2012/2013. This research is classroom action research. This research is executed by three cycle which is on cycle consist of the steps among its are planning, execution, perception, evaluation and refleksi. Is while data analysis the used is descriptive statistical.

From research result indicate that skill of natural student science process of improvement in each his cycle, at meeting I getting the value > 65 is 20% at cycle II 60%, and cycle III 100%. Is while at achievement learn the complete student at cycle I 50%, cycle II 85% is while at cycle III 100%. For the activity of student is also experience of the improvement aspect the questioning cycle 1 46,7% Cycle of 2 60,0%, and cycle 3 73,3%, answer to, Siklus 1 33,3%, Cycle of 2 60,0% and Siklus 3 73,3%, note, Siklus 1 56,7%, Cycle of 2 71,7% and Siklus 3 81,6%, pay attention, Siklus 1 66,7%, Cycle of 2 73,3% and Siklus 3 88,3%,. And result of from evaluation pretes and postes experience of improvement from 00,00% becoming 100%. This .

Keyword: science Approach process, achievement learn, model study of technological science of society

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan yang maha sempurna dan dengan rahmat, taufik serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian ini tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan laporan hasil penelitian ini, penuis mendapatkan bantuan, dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar - besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Saiful Hadi, M.Pd selaku dekan FKIP Universitas Islam Madura yang telah memberikan kemudahan administrasi.

2. Bapak Herman Jufri Andi, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Islam Madura yang telah membantu atas kelancaran penyusunan laporan hasil penelitian ini.

3. Bapak Kepala MA As-Syafi’i Blaban Batu Marmar Pamekasan yang sudah membantu dalam penelitian ini Segala kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata, penulis menyadari bahwa laporan hasil penelitian ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun akan sangat berguna dalam penyempurnaan laporan ini.

Pamekasan, 20 Desember 2013

Penulis

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat ..................................... 8

2.2 Hubungan Antara Sains dan Teknologi Masyarakat ................................... 9

3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas................................................................ 27

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan pada saat ini memiliki peran yang sangat penting untuk menjadikan sumber manusia yang berkualitas. Dengan adanya Perkembangan teknologi dan informasi yang sangat cepat dalam berbagai aspek kehidupan termasuk dalam bidang pendidikan, merupakan suatu upaya untuk menjembatani masa sekarang dan juga masa yang akan datang dengan jalan memperkenalkan pembaharuan yang cenderung mengejar efisiensi dan efektifitas. Oleh karena itu lembaga pendidikan harus mampu mengantisipasi perkembangan tersebut dengan terus menerus mengupayakan suatu program yang sesuai dengan perkembangan zaman, situasi, kondisi, dan kebutuhan peserta didik (Udin Saefudin Sa’ud: 2010).

Dalam perkembangan sains dan teknologi serta perubahan kondisi masyarakat yang sangat pesat ini mengharuskan para guru meningkatkan kemampuan dan mengembangkan keahliannya baik secara individu maupun kelompok. Tugas utama seorang guru adalah membantu siswa dalam belajar, yakni berupaya menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran.

Namun pada kenyataannya masih banyak guru tidak memperhatikan hal tersebut sehingga siswa tidak paham tentang materi yang dipelajari khususnya pada pelajaran fisika. Hal ini disebabkan oleh proses pembelajaran seorang guru yang hanya menjelaskan pelajaran fisika sebatas produk dan sedikit proses tanpa pembuktian. Rendahnya prestasi belajar siswa sebagai akibat penguasaan konsep sains siswa juga terlihat pada kelas X MA As-Syafi’I Blaban. Dari hasil observasi yang dilakukan ternyata penguasaan konsep sains siswa masih kurang sehingga mengakibatkan kemampuan siswa menurun/rendah yang pada akhirnya kualitas dan keterampilan proses sainsnya juga rendah. Salah satu alasan yang menyebabkan adalah siswa jarang dihadapkan pada masalah autentik yang terjadi didalam masyarakat sehingga siswa berpikir belajar fisika tidak ada gunanya dan membosankan, metode yang digunakan kurang menarik bagi siswa sehingga fisika bersifat abstrak dan kurang aplikasi dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu model pembelajaran kontekstual yang dapat dikembangkan untuk mengatasi masalah tersebut adalah model pembelajaran sains teknologi masyarakat. Model pembelajaran STM adalah teori belajar konstruktivisme, dengan menerapkan teori konstruktivisme, siswa dapat menggunakan konsep dan keterampilannya di dalam dan di luar kelas serta di lingkungan kehidupan sehari- hari baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara secara cerdas, kreatif dan bertanggung jawab (Fajar, 2004). Menurut Poedjiadi (2005), Sains Teknologi Masyarakat sebagai pendekatan dapat menjangkau siswa yang tergolong pada kelompok berkemampuan rendah dalam kelas karena dirasakan oleh siswa lebih menarik, nyata dan aplikatif.

Salah satu pokok pembelajaran Fisika pada SMA/MA kelas X adalah Listrik Dinamis. Dalam pokok bahasan ini siswa dituntut untuk menerapkan konsep dan prinsip kelistrikan seperti hukum Ohm, hukum I Kirchoff, rangkaian hambatan seri dan rangkaian hambatan paralel. Oleh karena itu perlulah kiranya melatih siswa untuk memahami dan mengaplikasikan konsep kelistrikan serta menerapkan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk beberapa rangkaian listrik.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka di MA. As-Syafi’i Blaban kelas

X menunjukkan bahwa dengan kurangnya keterampilan proses sains (fisika) yang menyebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Oleh karena itu dilakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran

Sains Teknologi Masyarakat (STM) Untuk Menuntaskan Prestasi Belajar dan Keterampilan Proses Sains Siswa pada Sub Pokok Bahasan Rangkaian Listrik Kelas X Di MA. As-Syafi’i Blaban”.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas maka pokok masalah yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah ketuntasan keterampilan proses sains siswa setelah penerapan model pembelajaran sains teknologi masyarakat pada sub pokok bahasan rangkaian listrik kelas x di MA. As-Syafi’i Blaban. Batu Marmar Pamekasan?

2. Bagaimana ketuntasan Prestasi Belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran sains teknologi masyarakat (STM) pada sub pokok bahasan rangkaian listrik kelas x di MA. As-Syafi,i Blaban Batu Marmar Pamekasan?

3. Bagaimana Aktivitas Belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran sains teknologi masyarakat (STM) pada sub pokok bahasan rangkaian listrik kelas x di MA. As-Syafi,i Blaban Batu Marmar Pamekasan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi ketuntasan keterampilan proses sains siswa setelah penerapan model pembelajaran STM pada sub pokok bahasan rangkaian listrik kelas X di MA. As-Syafi’i Blaban Batu Marmar Pamekasan”.

2. Mengidentifikasi ketuntasan Prestasi Belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran STM pada sub pokok bahasan rangkaian listrik kelas x di MA. As-Syafi’i Blaban Batu Marmar Pamekasan.

3. Mengidentifikasi aktivitas siswa setelah penerapan model pembelajaran STM pada sub pokok bahasan rangkaian listrik kelas x di MA. As-Syafi’i Blaban Batu Marmar Pamekasan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi siswa: Dapat membantu meningkatkan penguasaan materi terhadap peserta didik/ siswa.

2. Bagi guru: Dapat membantu proses belajar mengajar secara aktif dengan adanya model pembelajaran STM dan keterampilan proses sains.

3. Bagi sekolah: Sebagai pandangan untuk dijadikan model pembelajaran.

1.6 Definisi Operasional

1. Sains Teknologi Masyarakat : merupakan perekat yang mengaikatkan sains, teknologi, dan masyarakat secara terintegrasi

2. Keterampilan Proses Sains : seluruh keterampilan ilmiah yang digunakan dalam menentukan variabel, merumuskan hipotesis dan menyimpulkan

3. Prestasi Belajar Siswa : siswa dalam penelitian ini adalah penguasaan konsep siswa yang diperoleh dari tes formatif setiap siklus.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Hakikat Fisika

Fisika merupakan salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains. Hakikat sains adalah ilmu pengetahuan yang objek pengamatannya adalah alam dengan segala isinya termasuk bumi, tumbuhan, hewan, serta manusia. Sains adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode berdasarkan observasi. Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Depdiknas: 2003). Carin: 1993 dalam M. Toyib (2004) menjelaskan bahwa sains adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, yang dalam penggunaan secara umum terbatas pada gejala- gejala alam. Sebagai metode, sains relatif stabil dan berlaku universal, sementara sebagai kumpulan pengetahuan, sains mengalami perubahan secara terus menerus.

Menurut Sumadji (1998) dalam Indrawati (2010) fungsi mata pelajaran IPA (sains) adalah sebagai berikut.

1. Memberi bekal pengetahuan dasar, baik untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi maupun diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Mengembangkan keterampilan dalam memperoleh, mengembangkan, dan menerapkan konsep-konsep fisika.

3. Menanamkan sikap ilmiah dan melatih siswa dalam menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

4. Menyadarkan siswa akan keteraturan alam dan segala keindahannya, sehingga siswa terdorong untuk mencintai dan mengagungkan Penciptanya.

5. Memupuk daya kreatif dan inovatif siswa.

6. Membantu siswa memahami gagasan atau informasi baru dalam IPTEK.

7. Memupuk serta mengembangkan minat siswa terhadap fisika. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fisika merupakan bagian dari sains yang memungkinkan manusia memperoleh kebenaran ilmiah dari fenomena- fenomena alam sehingga memudahkan menggambarkan dan mengatur alam.

Selain itu, mata pelajaran fisika merupakan mata pelajaran yang berfungsi mengembangkan semua aspek belajar yang dimiliki peserta didik (afektif, kognitif, dan psikomotor) sehingga mempunyai sikap percaya diri untuk bekal hidup dimasyarakat.

2.1 Pembelajaran dengan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM).

2.1.1 Pengertian Sain Teknologi Masyarakat (STM)

Sebelum melangkah kepada STM terlebih dahulu harus mengetahui apa pengertian dari teknologi itu sendiri. Teknologi adalah penerapan sistematik dari ilmu atau pengetahuan terorganisasi lainnya pada tugas-tugas praktis. (M. Toyib: 2004).

Horsley, at.al (1990) dalam Indrawati (2010) mengemukakan bahwa pembelajaran sains dan teknologi diperlukan agar konsisten dengan cara-cara para ahli sains dalam melakukan penyelidikan yang bersifat ilmiah dan teknologi. Model pembelajaran sains dan teknologi melibatkan peserta didik dalam kegiatan- kegiatan penyelidikan, mengkonstruksi makna yang mereka temukan, mengajukan penjelasan dan solusi yang masih tentatif, menelusuri kembali konsep-konsep, dan menilai konsep-konsep yang di jadikan rujukan.

Oleh karena itu sains teknologi masyarakat sebagai suatu pendekatan merupakan cara pandang untuk memecahkan permasalahan dalam pendidikan sains. Sains Teknologi Masyarakat berusaha untuk menjembatani materi yang dibahas di dalam kelas dengan situasi dunia nyata di luar kelas yang menyangkut perkembangan teknologi dan situasi sosial masyarakat. Hal ini menggambarkan bahwa STM dijalankan untuk mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi masa depannya.

(Yager: 1992 dalam Indrawati: 2010) mendefinisikan STM sebagai pembelajaran dan mengajar mengenai sains/teknologi dalam konteks pengalaman manusia (kontek dunia nyata). Yager juga mengutip NSTA ( National Scince Teacher Assosiation ) ada beberapa ciri khas tentang pembelajaran dengan pendekatan STM.

1. Peserta didik mengidentifikasi masalah-masalah yang ada di daerahnya dan dampaknya,

2. menggunakan sumber-sumber setempat (nara sumber dan bahan-bahan) untuk memperoleh informasi ynag dapat diterapkan untuk memecahkan masalah,

3. menekankan pada proses sains, agar dapat digunakan oleh peserta didik dalam mencari solusi terhadap masalahnya,

4. peserta didik terlibat aktif dalam mencari informasi yang dapat diterapkan untuk memecahkan masalahnya, dan

5. sebagai perwujudan otonomi setiap individu dalam proses belajar. Dalam Arni Fajar (2004) Yager selain mengutip juga mengetahui hasil penelitian dari NSTA pada tahun 1985-1986 di Iowa Amerika terhadap pelaksanaan program-program STM ditemukannya perbedaan antara peserta didik (siswa) yang mengikuti program STM dan yang tidak, antara lain seperti di bawah ini:

Tabel 2.1 Perbedaan Program cara Biasa dan Program STM

CARA BIASA STM

Kaitan dan Aplikasi Bahan Pelajaran  Peserta didik tidak melihat nilai dan  Peserta didik dapat menghubungkan manfaat yang mereka pelajari.

yang mereka pelajari dengan kehidupan sehari-hari.

 Peserta didik

didik memperhatikan menghubungkan sains yang di pelajari

tidak

dapat  Peserta

teknologi dan dengan teknologi masa kini.

perkembangan

melalui fakta tersebut melihat manfaat dan relevansi konsep sains dangan teknologi.

Kreativitas

 Peserta didik kurang memiliki  Peserta didik lebih banyak bertanya, kemampuan bertanya.

dan sering kali memberikan pertanyaan yang di luar dugaan guru

 peserta didik tidak efektif dalam  Peserta didik terampil dalam mengidentifikasikan sebab akibat dari

mengidentifikasi kemungkinan situasi tertentu.

penyebab dan efek hasil observasi dan kegiatan tertentu.

Sikap

 Peserta didik hanya memiliki sedikit  Peserta didik terus menerus ide-ide.

memiliki ide-ide.  Minat peserta didik terhadap sains  Minat peserta didik bertambah dari menurun dengan menaikkan tingkat.

tingkat ke tingkat.  Sains menurunkan rasa ingin tahu.

 Peserta didik ingin tahu tentang  Guru dianggap sebagai pemberi

dunia fisik.

informasi.  Guru dianggap sebagai fasilitator.  Peserta didik melihat sains untuk di  Peserta didik melihat sains sebagai pelajari.

alat untuk menyelesaikan masalah.

Proses

 Peserta didik melihat proses sains  Peserta didik melihat proses sains sebagai keterampilan yang dimiliki

sebagai keterampilan yang dapat ilmuwan.

mereka gunakan.  Peserta didik melihat proses sains  Peserta didik melihat proses sains sebagai sesuatu utuk dipraktekkan

sebagai keterampilan yang harus di karena merupakan syarat.

kembangkan untuk kebutuhan mereka sendiri.

Pengetahuan/ Konsep

 Pengetahuan diperlukan untuk  Peserta didik melihat pengetahuan melakukan tes.

sains sebagai sesuatu yang

diperlukan.

 Pengetahuan hanya dipandang sebagai  Pengetahuan dipandang sebagai hasil belajar.

bekal untuk menyelesaikan masalah  Peserta didik lebih lama melupakan  Retensi berlangsung singkat.

informasi yang diperoleh dan dapat melaksanakan transfer belajar dengan baik.

Poedjiadi et.al, (1994) dalam Indrawati (2010) menyatakan bahwa STM menitikberatkan pada penyelesaian masalah dan proses berfikir yang melibatkan transfer jarak jauh, artinya menerapkan konsep yang diperoleh di sekolah pada situasi di luar sekolah, yaitu yang ada di masyarakat. Selanjutnya Poedjiadi menjelaskan bahwa ciri utama pendekatan pembelajaran STM adalah dengan memunculkan isu pelajaran diawal pengajaran. Maksudnya sebelum guru mengajar sudah memiliki isu yang sesuai dengan konsep yang akan diajarkan.

STM juga dapat dipandang sebagai model pembelajaran. Suatu model pembelajaran memperlihatkan karakteristik tertentu. Bruce dan Weil (1980) dalam Indrawati (2010) mengidentifikasikan karakteristik model pembelajaran ke dalam aspek-aspek berikut:

a. Sintaks Suatu model pembelajaran mempunyai sintaks atau urutan atau tahap- tahap kegiatan belajar yang diistilahkan dengan fase yang menggambarkan bagaimana model tersebut dalam prakteknya, misalnya bagaimana memulai pelajaran.

b. Sistem Sosial Sistem sosial menggambarkan bentuk kerja sama antara guru dengan peserta didik dalam pembelajaran atau peran-peran guru dan peserta didik dan hubungannya satu sama lain dan jenis-jenis aturan yang harus diterapkan.

c. Prinsip Reaksi Prinsip reaksi menunjukkan kepada guru bagaimana cara menghargai atau menilai peserta didik dan bagaimana menanggapi apa yang dilakukan oleh peserta didik.

d. Sistem Pendukung Sistem pendukung menggambarkan kondisi-kondisi yang diperlukan untuk mendukung keterlaksanaan model pembelajaran, termasuk sarana dan prasarana, misalnya alat dan bahan, kesiapan guru, kesiapan peserta didik.

e. Dampak pembelajaran langsung dan iringan dampak membelajaran langsung merupakan hasil belajar yang dicapai dengan mengarahkan para peserta didik pada tujuan yang diharapkan, sedangkan dampak iringan adalah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses pembelajaran sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami langsung oleh pelajar.

Sedangkan Poedjiadi (2005) mengemukakan lima tahap pembelajaran dalam model STM yaitu meliputi: tahap apersepsi, inisiasi, invitasi atau eksplorasi; tahap pembentukan konsep; tahap aplikasi konsep untuk penyelesaian masalah; tahap pemantapan konsep; dan tahap evaluasi.

PENDAHULUAN :

ISU

TAHAP 1 ATAU EKSPLORASI THD SISWA MASALAH

INISIASI /INVITASI/PERSEPSI/

TAHAP 2 KONSEP

KONSEP

APLIKASI KONSEP DALAM KEHIDUPAN :

TAHAP 3 PEMANTAPAN

PENYELESAIAN MASALAH ATAU

KONSEP

ANALISIS ISU PEMANTAPAN TAHAP 4

Gambar 2.1 Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat

2.1.2 Prinsip penggunaan pendekatan STM Beberapa prinsip yang harus dimunculkan dalam penggunaan pendekatan STM adalah sebagai berikut: 2.1.2 Prinsip penggunaan pendekatan STM Beberapa prinsip yang harus dimunculkan dalam penggunaan pendekatan STM adalah sebagai berikut:

b. Menggunakan sumber daya lokal untuk mencari informasi yang dapat digunakan untuk penyelesaian persoalan yang telah berhasil diindetifikasi.

c. Memfokuskan pembelajaran pada akibat yang ditimbulkan oleh sainss dan teknologi bagi peserta didik.

d. Pandangan bahwa pemahaman terhadap konten sains lebih berharga dari pada sekedar mampu mengerjakan soal.

e. Adanya penekanan kepada keterampilan proses yang dapat digunakan peserta didik untuk menyelesaikan persoalannya sendiri.

f. Adanya penekanan pada kesadaran berkarir, terutama karir yang berhubungan dengan sains teknologi.

g. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memperoleh pengalaman tentang aturan hidup bermasyarakat yang dapat digunakan untuk penyelesaian persoalan yang telah diindetifikasi (Indrawati: 2010).

2.1.3 Hubungan Antara Sains-Teknologi-Masyarakat

Hubungan sains dengan teknologi bisa dikatakan saling memiliki keterkaitan. Jika perkembangan teknologi sedang pesat, maka sudah pasti perkembangan sains saat itu sedang berkembang dengan pesat pula. Jadi, bisa mengambil kesimpulan bahwa hubungan sains sangat berpengaruh pada teknologi dan juga pada masyarakatnya. Oleh karena itu hubungan sains teknologi masyarakat sudah terlihat jelas, karena sains dan teknologi lahir oleh adanya kebutuhan masyarakat.

TEKNOLOGI

STUDI SOSIAL

SAINS

MASYARAKAT

Gambar 2.2 Hubungan antara Sains dan Teknologi Masyarakat

2.1.4 Tujuan Pendekatan STM

Tujuan pendekatann STM secara umum agar peserta didik memiliki kemampuan (1) menghubungkan realitas sosial dengan topik pembelajaran di dalam kelas; (2) menggunakan berbagai jalan/perspektif untuk menyikapi berbagai isu/situasi yang berkembang dimasyarakat berdasarkan pandangan ilmiah; dan (3) menjadikan dirinya sebagai warga mayarakat yang memiliki tanggung jawab sosial (Indrawati: 2010).

2.2 Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses sains adalah seluruh keterampilan ilmiah yang digunakan untuk menemukan konsep atau prinsip serta teori dalam rangka mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya. Keterampilan proses sains merupakan keterampilan intelektual yang khas, yang digunakan oleh semua ilmuwan. Keterampilan juga dapat digunakan untuk memahami fenomena apa saja yang telah terjadi. Keterampilan proses ini diperlukan untuk memperoleh, pengembangkan, dan menerapkan konsep-konsep, prinsip hukum dan teori-teori sains. Melalui keterampilan proses sains, seseorang dapat melakukan proses seperti yang dialami dan pernah dilakukan oleh para ilmuan ketika mereka berusaha memecahkan misteri-misteri alam. Keterampilan proses dapat menjadi penggerak

dan konsep, serta menumbuhkembangkan sikap, wawasan dan nilai (Uus Toharudin dkk: 2011). Seperti SAPA ( Science A Process Approach ) pendekatan keterampilan proses sains (KPS) merupakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada proses IPA. Namun dalam tujuan dan pelaksanaannya terdapat perbedaan. SAPA tidak mementingkan konsep apa yang akan dicapai, sedangkan pendekatan KPS justru menggunakan keterampilan proses untuk memahami konsep atau mempelajari konsep. Selain itu SAPA menuntut pengembangan pendekatan proses secara utuh yaitu metode ilmiah dalam setiap pelaksanaannya, sedangkan jenis-jenis keterampilan proses dalam pendekatan KPS dapat dikembangkan secara terpisah-pisah, bergantung metode yang digunakan. Umpamanya dalam metode demonstrasi dapat dikembangkan keterampilan proses tertentu (observasi, interpretasi, komunikasi, aplikasi konsep).

penemuan,

mengembangan

fakta

Dalam Uus Toharudin dkk: (2011) Menurut Funk, terkait dengan keterampilan proses, yaitu keterampilan proses dasar. Keterampilan proses dasar merupakan bagian yang membentuk landasan metode-metode ilmiah. Ada enam keterampilan proses dasar, sebagai berikut:

1. Pengamatan ( observation ) Kemampuan mengamati merupakan keterampilan paling baik dalam proses dan memperoleh ilmu. Keterampilan proses juga hal terpenting untuk dapat mengembangkan dan melakukan keterampilan berikutnya.

2. Pengomunikasian ( communication ) Ketika manusia mulai belajar pada awal-awal kehidupannya, dan menggunakan media komunikasi sebagai alat untuk memahami sesuatu.

3. Pengklasifikasian ( classification ) Sejumlah besar objek, peristiwa, dan segala yang ada dalam kehidupan di sekitar kita lebih mudah dipelajari apabila dilakukan dengan lebih dulu menentukan berbagai jenis golongan.

4. Pengukuran ( measurement ) Mengukur diartikan sebagai cara membandingkan sesuatu yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Keterampilan menggunakan alat untuk memperoleh sebuah data disebut pengukuran.

5. Penyimpulan ( inference ) Inferensi adalah penyimpulkan yaitu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep dan prinsip yang diketahui.

6. Peramalan ( prediction ) Prediksi merupakan keterampilan meramal tentang sesuatu atau fenomena yang akan terjadi berdasarkan gejala yang ada.

3.4 Prestasi Belajar Siswa Prestasi belajar adalah hasil dari serangkaian akademik yang telah

dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok dan bisanya diberikan oleh guru. Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Hasil dari aktivitas belajar terjadi perubahan dalam diri setiap individu. Dengan demikian dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok dan bisanya diberikan oleh guru. Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Hasil dari aktivitas belajar terjadi perubahan dalam diri setiap individu. Dengan demikian

Berdasarkan pengertian istilah dalam kamus bahasa Indonesia, prestasi adalah hasil yang dicapai dari kegiatan yang telah dikerjakan (Tim Penyusun,2001:895).

3.5 Kerangka Berfikir

Perkembangan keterampilan proses merupakan aspek dasar yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar. Perkembangan keterampilan proses sangat dipengaruhi oleh kualitas belajar mengajar, aktivitas guru sangatlah mempengaruhi terhadap prestasi siswa yang akan dicapai.

Dalam pembelajaran fisika keterampilan proses sains sangat dibutuhkan karena untuk pelajaran fisika tidak sekedar sebuah teori saja akan tetapi memerlukan keterampilan untuk menemukan konsep atau rumus-rumus yang harus dipecahkan.

Berdasarkan beberapa hasil yang telah dipaparkan di atas bisa dikatakan berhasil apabila dalam pembelajaran tersebut mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu dalam hal untuk meningkatkan prestasi siswa. Kemampuan atau potensi yang dimiliki oleh siswa dapat dikatakan berkembang apabila dalam diri siswa bisa menerapkan kemampuan atau potensi yang dimilikinya.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mempunyai prediksi bahwa: “Pada pembelajaran STM berpusat pada siswa sehingga siswa cenderung aktif dalam proses belajar mengajar”

Dari paparan di atas, maka peneliti mempunyai inisiatif untuk meneliti dengan judul: “penerapan model pembelajaran sains teknologi masyarakat

(STM) untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada sub pokok bahasan rangkaian listrik kelas X di MA As-Syafi’I Blaban Batu Marmar

Pamekasan’’ sehingga dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuannya dalam memecahkan masalah.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desaian Penelitian

Penelitian yang berjudul Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Sub Pokok Bahasan

Rangkaian Listrik ini merupakan penelitian tindakan kelas. Menurut Suharsimi (dalam Iskandar: 2012) menyatakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan pembelajaran berupa sebuah

tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Honkins (1993) dalam Wiratmadja (2007) mengartikan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah kajian yang sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dalam melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.

Kunandar, (2008) Penelitian Tindakan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh Guru atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) yang bertujuan untuk memperbaiki/meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya. Berbagai pengertian dari pakar, dapat penulis ringkaskan bahwa, penelitian tindakan kelas adalah suatu kegiatan penelitian ilmiah yang dilakukan secara rasional, sistematis dan empiris reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru (tenaga pendidik), kolaborasi yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata dalam kelas yang berupa kegiatan belajar-mengajar, untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi pembelajaran yang dilakukan. Adapun prosedur atau langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), seperti yang digambarkan di bawah ini:

Pelaks anaan

SIKLUS I

Pengamatan/

evaluasi

Permasalahan Baru Hasil

Refleksi

Perbaikan Perencanaan

Rekleksi

SIKLUS II

Permasalahan Baru

Hasil Refreksi

Perbaikan Perencanaan

Rekleksi

SIKLUS III

Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Adapun rincian prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang akan dilakukan dirinci dari perencanaan, pelaksanaan siklus berulang-ulang, minimal 2 atau 3 siklus, yang dalam setiap putaran akan berisi satu sub pokok bahasan yang Adapun rincian prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang akan dilakukan dirinci dari perencanaan, pelaksanaan siklus berulang-ulang, minimal 2 atau 3 siklus, yang dalam setiap putaran akan berisi satu sub pokok bahasan yang

Tabel 3.1 Siklus Penelitian Kelas

Siklus I Perencanaan

a) Merencanakan pembelajaran yang akan

diterapkan dalam PBM.

b) Menentukan pokok bahasan yaitu sub pokok bahasan Hukum Ohm dan Hukum I Kirchoff.

c) Menyusun perangkat pembelajaran, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Kerja Siswa, silabus dan Lembar Evaluai.

d) Menyiapkan sumber balajar seperti lembar observasi pengelolahan pengajaran model pembelajaran STM dan penilaian aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

e) Membuat lembar hasil evaluasi selama proses belajar mengajar untuk mengetahui sejauh mana siswa mengerap materi yang telah dipelajari.

Pelaksanaan a) Melakukan kegiatan belajar mengajar pada sub pokok bahasan Hukum Ohm dan Hukum I Kirchoff

dengan

menggunakan model

pembelajaran STM.

b) Memberikan Lembar Kerja Siswa tentang Hukum I Kirchoff kepada siswa

Pengamatan a) Melakukan penilaian terhadap guru dan siswa Siklus I

dengan mengamati keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran dan aktvitas siswa dalam Kegiatan Belajar Mengajar.

Pengamatan b) Memberikan lembar evaluasi kepada siswa dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa mengetahui materi yang diterimanya.

Refleksi Melakukan refleksi terhadap hasil observasi yang dilakukan oleh pengamat dengan mengalisis dan mendiskusikannya dengan observer sehingga dapat diketahui kekurangan dan kelebihan yang dilakukan oleh guru dan siswa.

Revisi Merupakan proses perbaikan dari apa yang telah direfleksi pada siklus I agar tidak terjadi kesalahan kedua kali atau mengulangi kesalahan yang sama.

Siklus II Perencanaan a) Menentukan sub pokok bahasan yang akan diteliti dalam penelitian ini, yaitu Rangkaian Hambatan Seri Siklus II Perencanaan a) Menentukan sub pokok bahasan yang akan diteliti dalam penelitian ini, yaitu Rangkaian Hambatan Seri

c) Mempersiapkan lembar observasi pengelolaan pengajaran dengan model pembelajaran STM dan penilaian

aktivitas siswa dalam mengerjakan lembar kerja siswa.

d) Membuat rencana tindakan yang berisikan alternatif pemecahan masalah berdasarkan revisi siklus satu dan juga meningkatkan keterampilan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

Pelaksanaan

a) Melakukan kegiatan belajar mengajar pada sub pokok bahasan Rangkaian Hambatan Seri dengan menggunakan model pembelajaran STM.

b) Memberikan Lembar Kerja Siswa tentang Rangkaiang Hambatan Seri.

Pengamatan

a) Melakukan penilaian terhadap guru dan siswa dengan mengamati keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran dan aktivitas siswa dalam melakukan percobaan, mempresentasikan

Pengamatan

hasil percobaan.

b) Memberikan lembar evaluasi kepada siswa dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai materi yang diterimanya

Refleksi Melakukan refleksi dengan pemantapan melalui lembar observasi mengenai aktivitas siswa dan

ketrampilan guru dalam proses belajar mengajar Siklus II

yang telah disi oleh observer. Dari data tersebut diperoleh keterangan mengenai kelebihan dan

kekurangan pada siklus dua. Revisi

Merupakan proses perbaikan dari apa yang telah di refleksi pada siklus dua agar tidak terjadi

kesalahan kedua kali/ yang sama. Siklus III Perencanaan

a) Menentukan sub pokok bahasan yang akan diteliti dalam penelitian ini, yaitu Rangkaian Hambatan Paralel.

b) Mengusun perangkat pembelajaran, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Kerja Siswa, lembar evaluasi dan silabus.

c) Mempersiapkan lembar observasi pengelolaan pembelajaran model STM dan penilaian aktivitas siswa dalam mengerjakan lembar kerja siswa.

d) Membuat rencana tindakan yang akan dilaksanakan untuk memperbaiki kekurangan pada siklus II

Pelaksanaan a) Melakukan kegiatan belajar mengajar sub pada pokok bahasan Rangkaian Hambatan Paralel dengan menggunakan model pembelajaran STM.

b) Memberikan Lembar Kerja Siswa tentang Rangkaian Hambatan Paralel kepada siswa.

Pengamatan a) Melakukan penilaian seperti pada siklus II dengan mengamati aktivitas siswa dalam melakukan percobaan, mempresentasikan hasil percobaan.

b) Memberikan lembar evaluasi kepada siswa dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai materi yang diterimanya.

Refleksi Melakukan refleksi dengan memantapan dengan melalui lembar observasi mengenai aktivitas siswa dan keterampilan guru dalam proses belajar mengajar yang telah diisi oleh observer dan juga hasil tes pada siklus II. Dari data dapat diketahui sejauh mana tujuan pembelajaran dan bagaimana perkembangan hasil belajar siswa.

Revisi Merupakan proses perbaikan dari apa yang telah direfleksi dari siklus III agar tidak terjadi

kesalahan kedua kali pada penelitian selanjutnya.

Data penelitian ini merupakan data kualitatif dan data kuantitatif. Sedangkan metode pengolahan data menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif artinya data berdasarkan hasil nilai tes siswa sedangkan data kualitatif merupakan data yang diperoleh berdasarkan pengamatan melalui lembar observasi oleh beberapa pengamat yang dideskripsikan dalam skor tertentu.

3.2 Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas X MA As-Syafi’i Blaban yang jumlah siswanya 20 siswa.

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah sebagai alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah (Suharsimi: 2005). Oleh karena itu instrumen yang digunakan selama penelitian terdiri atas Rencana Pembelajaran (RP), lembar observasi, buku siswa, silabus dan soal tes.

3.4 Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data (Suharsimi: 2005). Dalam penelitian ini data diperoleh melalui beberapa cara diantara yaitu: metode obsevasi dan metode tes.

3.5 Teknik Analisi Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriftif, yaitu mendeskripsikan kegiatan siswa dan guru selama proses pembelajaran dan ketuntasan tujuan yang dicapai siswa.

3.5.1 Analisis Hasil Pengamatan Kegiatan Belajar Mengajar

Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung diadakan proses pengamatan tentang aktivitas guru dan siswa, dan pengelolaan pembelajaran dengan berdasarkan sains dan teknologi

3.5.1.1 Analisis Pengelolaan Pembelajaran

Untuk menganalis hasil penilaian yang diberikan oleh pengamat terhadap kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran langsung dengan menggunakan pendekatan sains dan teknologi digunakan ketentuan sebagai berikut.

Tidak baik (1) jika ketercapaian tujuan berkisar antara 0 – 25 %

Kurang baik (2) jika ketercapaian tujuan berkisar antara 26 – 50 % Cukup baik (3) jika ketercapaian tujuan berkisar antara 51 – 75 % Baik

(4) jika ketercapaian tujuan berkisar antara 76 – 100 % Reliabilitas instrumant pengamatan dapat dihitung dengan teknik observer yaitu dilakukan dengan meminta dua orang melakukan pengamatan menggunakan lembar pengamatan tersebut, kemudian reliabilitas dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

A :Frekuensi aspek tingkah laku yang teramati oleh pengamat yang memberikan frekuensi tinggi

B :Frekuensi aspek tingkah laku yang teramati oleh pengamat yang memberikan frekuesi rendah (M. Toyib: 2004)

3.5.1.3 Analisis Data Aktivitas Siswa

Setiap siswa akan memperoleh nilai dari banyaknya aktivitas yang dilakukan pada masing-masing aspek yang akan diamati. Sedangkan aspek-aspek yang dinilai dapat dilihat pada tabel 3.2 sebagai berikut.

Tabel 3.2Aktivifitas Siswa

No Aspek yang diamati

Indikator Penilaian

Skor

1 Memperhatikan a. Memperhatikan dengan serius

b. Memperhatikan tapi kurang serius

c. Tidak memperhatikan

2 Bertanya

a. Bertanya sesuai dengan materi

b. Bertanya tidak sesuai dengan materi

c. Tidak bertanya

3 Menanggapi

a. Menanggapi dengan serius

b. Menanggapi tapi kurang serius

c. Tidak menanggapi

4 Mencatat

a. Mencatat materi dengan lengkap

b. Mencatat materi tapi kurang lengkap

1 Hasil data siswa atau individu dapat dihitung dengan rumus sebagai

c. Tidak mencatat

Keterangan: x = skor perolehan aktivitas belajar siswa k = skor maksimal dari aktivitas belajar siswa

(Erlina: 2013)

3.6 Analisis Tes Hasil Belajar Siswa

Untuk menentukan kualitas butir soal difokuskan pada validitas isi dan sensitivitas, serta pemahaman dan keterbacaan buku siswa.

3.6.1 Ketuntasan Siswa

Ketuntasan siswa digunakan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dalam menyerap materi yang diajarkan selama proses pembelajaran. Ketuntasan siswa dapat dihitung dengan menggunakan:

Daya serap = � x 100% .........(3.5)

Siswa individual dianggap tuntas jika daya serap siswa mencapai 65%. (Depdikbud: 1994, dalam M. Toyib: 2004).

3.6.2 Ketuntasan Kelas

Ketuntasan kelas digunakan untuk mengetahui daya serap siswa dalam satu kelas terhadap materi yang diajarkan dengan menggunakan pendekatan sains dan teknologi. Ketuntasan kelas dapat diketahui dengan persamaan:

Ketuntasan siswa = e x 100% .......(3.6)

Siswa secara berkelompok dianggap tuntas belajar bila ketuntasan kelas mencapai 85% dari jumlah siswa yang mencapai daya serap 65%. (Depdikbud: 1994, dalam M.Toyib: 2004).

Tabel 3.3 Skor Perkembangan Individual

Skor

Poin Kemajuan

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal

10 Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal

10 – 1 poin di bawah skor awal

20 Lebih dari 10 poin di atas skor awal

30 (Nur, M. 2008)

3.7 Jadwal Pelaksanaan

Urutan kegiatan beserta waktu pelaksanaannya, mulai dari kegiatan penyusunan proposal,pelaksanaan, dan pelaporan hasil penelitian, dengan jadwal kegiatan pelaksanaan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Rincian Umum Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Penelitian

Bulan

No Kegiatan

September Oktober

Nopember Desember 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1

2 3 4 1 Penyusunan proposal 2 Pelaksanaan 3 Pengolahan dan analisis data 4 Penyusunan Laporan 5 Penyerahan laporan

3.8 Anggaran Kegiatan

Total dana yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar Rp.5.000.000,- (Lima Juta Rupiah).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti sesuai dengan data yang diperoleh. Adapun data yang diperoleh dari penelitian terdiri dari beberapa Siklus yang diantaranya Siklus I, II dan Siklus III yang dijabarkan pada setiap tahapan Siklus tindakan yaitu merencanakan ( Planning ), melakukan tindakan ( action ), mengamati ( observation ), evaluasi dan merefleksi ( reflection ) dengan menggunakan siklus belajar untuk mengamati secara langsung.

4.1.1 Hasil Analisis Pretes dan Keterampilan Proses Sains Siswa

4.1.1.1 Analisis hasil pretes siswa

Berdasarkan pretes yang diberikan sebelum proses pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dimulai, diperoleh daftar nilai sebagai berikut:

Tabel 4.1 Data Hasil Pretes

Ketuntasan No

Nilai

Nama Siswa

Pretes

Ya Tidak

1 AA

2 Ah

3 AhF

4 AhZL

5 AM

6 Iy

7 IBM

8 JM

9 Jul

10 Khus

11 MN

12 Mfd

13 MA

14 MJA

15 Muy

16 Rah

17 Ras

18 Rof

19 Say

20 ZA

Dari tabel 4.1 terlihat bahwa daftar nilai siswa sebelum diberikan perlakuan semua siswa dinyatakan tidak tuntas dengan rata-rata 31. Hal ini disebabkan siswa masih belum menerima pelajaran tentang Rangkain Listrik .

4.1.1.2 Analisis Hasil Pretes Keterampilan Proses Sains Siswa.

Berdasarkan KPS yang diberikan sebelum proses pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dimulai, diperoleh daftar nilai sebagai berikut:

Tabel 4.2 Data Hasil Keterampilan Proses Sains

Ketuntasan No

Nilai KPS

Nama Siswa

Siswa

Ya Tidak

Dari tabel 4.2 terlihat bahwa daftar nilai siswa sebelum diberikan perlakuan semua siswa dinyatakan tidak tuntas dengan rata-rata 4,75. Hal ini disebabkan siswa masih belum menerima pelajaran tentang Rangkaian Listrik serta belum terbiasa untuk menganalisis soal.

4.2 Hasil dan Analisis Kegiatan Belajar Mengajar

4.2.1 Siklus I

Pada Siklus I terdiri dari beberapa tahapan tindakan yang dilakukan. Tahapan-tahapan tersebut terdiri dari:

4.2.1.1 Rencana Tindakan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan semua perlengkapan yang diperlukan selama KBM dengan menggunakan model pembelajaran STM perlengkapan tersebut terdiri dari:

1. Perangkat Pembelajaran seperti: Silabus, Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku Siswa dan Lembar Kerja Siswa (LKS).

2. Alat-alat yang akan digunakan untuk percobaan.

3. Instrumen Penelitian seperti: Lembar Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran, Lembar Penilaian Proses atau Psikomotor dan Lembar Evaluasi. Adapun sub Indikator yang harus dicapai adalah sebagai berikut:

a. Kognitif

 Menjelaskan pengertian Hukum Ohm dan Hukum I Kirchoff  Menganalisis tentang hukum Ohm dan hukum I Kirchoff  Menentukan kuat arus pada suatu rangkaian (loop)

b. Proses

 Menyimpulkan hasil pratikum sementara tentang Hukum Ohm dan Hukum I Kirchoff.

4.2.1.2 Pelaksanaan Tindakan Pendahuluan

1. Kegiatan ini dilakukan untuk memotivasi siswa dengan cara menunjukkan sebuah gambar, kemudian guru bertanya “bagaimana cara menghitung kuat arus dan hambatan pada rangkaian tersebut?”. Jawaban siswa bermacam- macam. Selanjutkan guru menyampaikan tujuan pembelajaran sesuai yang ada di RPP.

Kegiatan Inti

1. Guru memberikan penjelasan rangkaian listrik tentang hukum Ohm dan hukum

I Kirchoof dengan cara mendemontrasikan menggunakan dua buah lampu dan menanyakan kepada siswa bagaimana konsep dari hukum I Krichoof?.

2. Guru membagi siswa dalam empat kelompok belajar dengan jumlah anggota masing-masing lima orang.

3. Kemudian guru memberikan buku siswa dan lembar kerja siswa dan meminta siswa untuk melakukan percobaan sesuai dengan alat yang tersedia serta sesuai dengan lembar kerja siswa yang diberikan.

4. Guru membimbing siswa dalam melakukan percobaan dan pengamatan.

5. Kegiatan belajar mengajar dilanjutkan dengan presentasi perwakilan dari masing-masing kelompok untuk memaparkan hasil percobaannya, guru bertindak sebagai motivator jalannya diskusi.

Penutup

1. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah diterimanya.

2. Guru memberikan evaluasi untuk mengetahui pemahaman siswa.

3. Menyimpulkan materi ynag telah disampaikan.

4.2.1.3 Pengamatan dan Evaluasi

Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dilakukan pengamatan pengelolaan pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM). Pengamatan ini dilakukan oleh observer yang sudah berpengalaman. Hasil penilaian lembar pengelolaan pembelajaran pada putaran pertama dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3 Data Pengamatan Pembelajaran STM Siklus I

RP-1

Nama P Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

P1 3 2 4 3 3 10 3 2 3 3 2 38 Hanifah P2

Berdasarkan tabel di atas bahwa reabilitas instrument keterlaksanaan RPP pada pertemuan ini adalah 95,6%.

Tabel 4.4 Data Hasil Tes Evaluasi Siklus I

Ketuntasan No

Nilai

Nama Siswa

Evaluasi

Ya Tidak

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 20 siswa terdapat 10 siswa yang tuntas atau mendapat nilai ≥ 65. Dengan dihitung persentasenya (ketuntasan kelas) sebagai berikut:

Ketuntasan kelas = X 100 % = 50 % Karena terdapat 50 % siswa yang mendapat nilai ≥ 65 dan nilai rata-rata

kelas 62,5, maka dapat dikatakan bahwa pada siklus I ini siswa belum terbiasa dengan pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat.

Tabel 4.5 Data Hasil Tes Keterampilan Proses dan Psikomotor Siklus I

Ketuntasan No

Ya Tidak

1 Abdul Aziz

3 Ahmad Fauzi

4 Ahmad Zaini Lutfi

5 Ali Makki

6 Ilyas

7 Imam Bukhori Muslim

8 Jamal Ma’ruf

10 Khusnul Yaqin

11 M. Napik

13 Moh. Anwar

14 Moh. John Arifin

20 Zainal Arifin

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 20 siswa terdapat 4 siswa yang tuntas atau mendapat nilai ≥ 65. Dengan dihitung persentasenya (ketuntasan kelas) sebagai berikut:

4 Ketuntasan kelas =

X 100 % = 20 %

Karena terdapat 20 % siswa yang mendapat nilai ≥ 65 dan nilai rata-rata kelas 41,75, maka dapat dikatakan bahwa pada Siklus I ini siswa belum terbiasa dengan pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat.

Tabel 4.6 Data Hasil Aktivitas Siswa Siklus I

Aspek yang dinilai

P Memperhatikan Bertanya Menanggapi Mencatat

40 28 20 34 Skor Maks

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari aktivitas siswa yang paling menonjol adalah memperhatikan dengan nilai sebesar 66,7%, bertanya sebesar 46,7%, mencatat sebesar 56% sedangkan nilai yang paling rendah adalah menanggapi 33,3%. Hal ini disebabkan kebiasaan siswa yang masih belum terbiasa menanggapi suatu masalah yang ada.

4.2.1.4 Refleksi

Setelah selesai tahap dan pengamatan dilakukan, diperoleh gambaran tentang kekurangan yang terjadi pada putaran pertama yaitu sebagai berikut:

1. Dalam tahap pendahuluan guru kurang maksimal dalam memberikan motivasi kepada siswa sehingga siswa kurang antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.

2. Guru kurang maksimal dalam mengelola waktu sehingga siswa tidak dapat mengutarakan pendapatnya kepada teman maupun guru.

3. Guru kurang menguasai kelas sehingga proses belajar mengajar kurang efektif.

4. Guru kurang dalam memeriksa memahaman siswa akibatnya masih ada siswa yang belum mengerti terhadap pelajaran yang disampaikan.

4.2.1.5 Revisi

Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada Siklus I di atas akan dijadikan masukan untuk memperbaiki/ merevisi pada Siklus II.

Dokumen yang terkait

HASIL PENELITIAN KETERKAITAN ASUPAN KALORI DENGAN PENURUNAN STATUS GIZI PADA PASIEN RAWAT INAP DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSU DR SAIFUL ANWAR MALANG PERIODE NOVEMBER 2010

7 171 21

KADAR TOTAL NITROGEN TERLARUT HASIL HIDROLISIS DAGING UDANG MENGGUNAKAN CRUDE EKSTRAK ENZIM PROTEASE DARI LAMBUNG IKAN TUNA YELLOWFIN (Thunnus albacares)

5 114 11

KAJIAN MUTU FISIK TEPUNG WORTEL (Daucus carota L.) HASIL PENGERINGAN MENGGUNAKAN OVEN

17 218 83

KARAKTERISASI DAN PENENTUAN KOMPOSISI ASAM LEMAK DARI HASIL PEMURNIAN LIMBAH PENGALENGAN IKAN DENGAN VARIASI ALKALI PADA ROSES NETRALISASI

9 139 85

Penerapan strategi produk dalam upaya meningkatkan penjualan pada CV.Suka Setia Putra Jaya Rancaekek

9 56 47

Penerapan Data Mining Untuk Memprediksi Fluktuasi Harga Saham Menggunakan Metode Classification Dengan Teknik Decision Tree

20 110 145

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENGARUH PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DAN MINAT BACA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 WAY

18 108 89

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62