ANALISIS DAMPAK IMPLEMENTASI MODEL BLEND (1)

ANALISIS DAMPAK IMPLEMENTASI MODEL BLENDED LEARNING (KOMBINASI PEMBELAJARAN DI KELAS DAN E-LEARNING) PADA MATA KULIAH MEDAN ELEKTROMAGNETIK

Muhamad Ali Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

Email : [email protected]

Website : http://elektro.uny.ac.id/muhal dan http://muhal.dikti.net

Abstract

The ultimate goal of this research is to measure and analyse the effect of blended learning model in Electromagnetic Fields Course. Blended Learning Model is a combination between conventional class room learning and e-learning systems.

Research conducted by class action research (CAR) model that was developed by Kemmis and Taggart. Modification of this model was done to fulfilled the need assesment in Electromagnetic Fields Course. This research was done by doing learning in class room and e-learning in several cycle until the indicator of this research was achieved. Analyze will be done by direct observation in class room learning, analyze from the e-learning report, questionnaire to the students and test.

This result of this research shown that the blended learning model (combination class room learning and e-learning) give significant result in increasing the motivation and result study of the students. Students’s motivation was increased in Electromagnetic fields course by using blended learning that was shown by frecuency and duration of students in learning, activity student in forum discussion, respond in class room and e-learning. The result from students’s quesitonnairy was get that the average score is

3.22 in motivation and 3.24 in benefit of using blended learning model. The student’s competence was increased from 58.6 (pre test) to 73.4 (post test) in the second cycle action class.

Keyword: blended learning, class room, e-learning, electromagnetic fields

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Mata kuliah Medan Elektromagnetik merupakan salah satu mata kuliah yang sudah lama diajarkan dalam kurikulum Jurusan Teknik Elektro FT UNY. Mata kuliah Medan Elektromagnetik bersifat teori dan diberikan pada semester tiga dengan nilai kredit dua SKS. Mata kuliah Medan Elektromagnetik merupakan mata kuliah penunjang bagi mata kuliah penting di Jurusan Elektro diantaranya adalah Transformator, Motor Listrik, Sistem Transmisi dan Distribusi Tenaga Listrik, Sistem Telekomunikasi dan mata kuliah lainnya yang membutuhkan konsep kelistrikan dan kemagnetan.

Mata kuliah Medan Elektromagnetik termasuk jenis mata kuliah yang cukup sulit untuk dipelajari dan mengandung banyak muatan kompetensi yang harus dikuasai mahasiswa. Kesulitan mahasiswa terkait dengan unsur matematika yang spesifik yaitu analisis vektor, sistem koordinat baik dua maupun tiga dimensi baik koordinat kartesius, tabung maupun bola, persamaan differensial yang berkenaan pengaruh medan listrik dan magnet dan kaitannya dengan sifat-sifat gelombang, integral yang bekaitan dengan sifat- sifat perubahan dinamis. Kompleksitas mata kuliah Medan Elektromagnetik memerlukan dukungan yang kuat dari mata kuliah sebelumnya yaitu Dasar Elektro, Fisika Terapan, Matematika Terapan dan Matematika Teknik.

Metode pembelajaran yang selama ini dilakukan adalah dengan metode pembelajaran di kelas yaitu dengan ceramah, diskusi dan latihan mengerjakan soal. Pada metode ini dosen dan mahasiswa berpedoman pada buku teks dan modul kuliah yang dikembangkan oleh dosen yang bersangkutan. Ada kalanya dosen menggunakan media pembelajaran interaktif berbasis multimedia dengan program computer yang ditampilkan melalui layar LCD Viewer. Akan tetapi karena keterbatasan peralatan yang ada dan banyaknya materi yang harus disampaikan, metode pembelajaran kuliah di kelas dengan media pembelajaran sering kali tidak dapat diimplementasikan dengan baik. Pengajar lebih memfokuskan pada pencapaian materi yang dibebankan pada SAP dan silabus.

Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap proses belajar mengajar di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, ternyata proses belajar mengajar yang digunakan hanya mengandalkan pembelajaran Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap proses belajar mengajar di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, ternyata proses belajar mengajar yang digunakan hanya mengandalkan pembelajaran

Berkaitan dengan mata kuliah Medan Elektromagnetik, karena tingkat kesulitan yang cukup tinggi dan banyaknya muatan materi pada mata kuliah ini menjadikan motivasi belajar mahasiswa menjadi rendah. Mahasiswa merasa bahwa mata kuliah ini susah dipelajari dan cakupan materinya cukup banyak sehingga mereka sudah apriori yang berakibat pada menurunnya motivasi dan semangat belajar pada mata kuliah ini. Kenyataan ini diperparah oleh adanya cerita yang tidak kondusif dari mahasiswa yang perbah mengikuti kuliah ini dan mendapatkan nilai yang kurang baik. Hal ini berdampak pada hasil belajar mahasiswa yang diidikasikan dengan nilai A dan B yang masih sedikit. Kebanyakan mahasiswa memperoleh nilai B-, C dan D.

Permasalahan-permasalahan seperti yang telah dikemukan di atas memerlukan usaha penyelesaian yang tidak mudah untuk dilakukan. Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan untuk memberikan solusi dalam meningkatkan motivasi dan kompetensi mahasiswa pada mata kuliah Medan Elektromagnetik. Melalui model blended learning (kombinasi pembelajara di kelas dan e-learning), proses pembelajaran tidak hanya terbatas di kelas melainkan dapat dikembangkan di luar kelas tanpa terhalang oleh ruang dan waktu. Mahasiswa dan dosen dapat melakukan proses pembelajaran tanpa harus bertemu di kelas melainkan cukup melalui media komputer dalam jaringan.

B. PERUMUSAN MASALAH

Dari uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dipecahkan pada penelitian ini, yaitu :

1. Bagaimana penerapan model blended learning pada Mata Kuliah Medan Elektromagnetik di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNY?

2. Bagaimana motivasi mahasiswa terhadap penerapan model blended pada Mata Kuliah Medan Elektromagnetik di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNY?

3. Seberapa besar manfaat yang akan didapat dengan diimplementasikannya model blended learning bagi mahasiswa, dosen dan Jurusan ?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang dan mengembangkan pembelajaran mata kuliah Medan Elektromagnetik menggunakan sistem e-learning di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNY. Secara rinci tujuan yang akan dicapai sebagai berikut :

1. Menerapkan model blended learning pada mata kuliah Medan Elektromagnetik di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNY

2. Mengukur motivasi mahasiswa terhadap penerapan model blended pada Mata Kuliah Medan Elektromagnetik di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNY

3. Mengetahui manfaat yang akan didapat dengan diimplementasikannyasistem model blended learning bagi mahasiswa, dosen dan Jurusan

Manfaat Penelitian

Dengan implementasi Model Blended Learning pada mata kuliah Medan Elektromagentik, diharapkan proses belajar mengajar dapat ditingkatkan baik frekuensi perkuliahan maupun kontensnya. Mahasiswa dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi pembelajaran dengan memanfaatkan pembelajaran di kelas dan e-learning. Sistem e-learning hanya menjadi pelengkap pembelajaran di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNY, bukan untuk menggantikan sistem pembelajaran yang selama ini sudah berjalan.

BAB II KONSEP PENGEMBANGAN DAN TINJAUAN TEORITIK

A. Kurikulum Berbasis Kompetensi

Pemerintah telah menggariskan masalah pendidikan yang tertuang dalam Undang- undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003. Dalam Undang-undang ini pemerintah menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Salah satu misi pendidikan nasional adalah meningkatkan profesionalisme peserta didik dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional maupun global. Strategi pembangunan pendidikan meliputi : pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, proses pembelajaran yang mendidik dan dialogis serta pengembangan kecakapan hidup (UU Sidiknas, 2003).

Suderajat (2004) menjelaskan bahwa konsep pendidikan dapat dibagi menjadi beberapa bagian diantaranya yaitu pendidikan kecakapan hidup, kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan intelektual dan kecakapan vokasional untuk bekerja atau usaha mandiri. Kecakapan hidup didefinisikan sebagai suatu kecakapan mengaplikasikan kemampuan dasar keilmuan atau kemampuan dasar kejuruan dalam kehidupannya sehari-hari sehingga bermakna dan bermanfaat bagi peningkatan taraf kehidupan serta harkat dan martabatnya, dan juga memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungannya. Dalam pembelajaran terkandung dua dimensi yaitu proses dan materi yang sesuai dengan pembelajaran konstruktivistik. Lebih lanjut (Suderajat, 2004) menjelaskan bahwa konsep-konsep keilmuan tidak dapat ditransfer oleh guru kepada siswa, melainkan siswa itu sendiri yang harus membangun keilmuan dari informasi yang didapatnya. Dalam pembelajaran siswa harus mengintegrasikan ketiga domain afektif, kognitif dan psikomotorik. Dengan demikian dimensi dalam pembelajaran meliputi dimensi proses, dimensi materi dan dimensi aplikasi.

Gambar 1: Tiga dimensi tujuan pembelajaran berbasis kompetensi

Dalam rangka mencapai pembelajaran konstruktivistik diperlukan media untuk membantu peserta didik menyusun pengetahuan yang dipelajarinya. Media yang dimaksud berupa model yang sesuai dengan materi yang sedang dipelajarinya. Dosen sebagai pendidik dalam pembelajaran berfungsi sebagai motivator, dan fasilitator dalam rangka mengembangkan kompetensi mahasiswa sebagai peserta didik. Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah ditetapkan.

B. Sistem Pembelajaran

1. Sistem Pembelajaran Konvensional

Sistem pembelajaran konvensional dicirikan dengan adanya pertemuan antara pelajar dan pengajar untuk melakukan proses belajar mengajar (Farhad, 2001). Metode ini sudah berlangsung sejak dahulu dan masih dikembangkan hingga saat ini guna memenuhi tujuan utama pengajaran dan pembelajaran. Seiring dengan perkembangan kebutuhan pembelajaran dimana peserta belajar semakin banyak dan terdistribusi di berbagai daerah yang terpisah secara geografis, metode konvensional menghadapi kendala yang berkaitan dengan keterbatasan tempat, lokasi dan waktu penyelenggaraan dengan semakin meningkatnya aktifitas pelajar dan pengajar. Di sisi lain pergeseran paradigma sistem pengajaran juga muncul pada transfer ilmu pengetahuan yang pada mulanya lebih menekankan pada proses mengajar (teaching), berbasis pada isi (content base), bersifat abstrak dan hanya untuk golongan tertentu (pada proses ini pengajaran cenderung pasif), tetapi saat ini pendidikan mulai bergeser pada proses belajar (learning), berbasis pada masalah (case base), bersifat kontekstual dan tidak terbatas Sistem pembelajaran konvensional dicirikan dengan adanya pertemuan antara pelajar dan pengajar untuk melakukan proses belajar mengajar (Farhad, 2001). Metode ini sudah berlangsung sejak dahulu dan masih dikembangkan hingga saat ini guna memenuhi tujuan utama pengajaran dan pembelajaran. Seiring dengan perkembangan kebutuhan pembelajaran dimana peserta belajar semakin banyak dan terdistribusi di berbagai daerah yang terpisah secara geografis, metode konvensional menghadapi kendala yang berkaitan dengan keterbatasan tempat, lokasi dan waktu penyelenggaraan dengan semakin meningkatnya aktifitas pelajar dan pengajar. Di sisi lain pergeseran paradigma sistem pengajaran juga muncul pada transfer ilmu pengetahuan yang pada mulanya lebih menekankan pada proses mengajar (teaching), berbasis pada isi (content base), bersifat abstrak dan hanya untuk golongan tertentu (pada proses ini pengajaran cenderung pasif), tetapi saat ini pendidikan mulai bergeser pada proses belajar (learning), berbasis pada masalah (case base), bersifat kontekstual dan tidak terbatas

Perubahan paradigma pembelajaran pada mulanya diawali dengan timbulnya berbagai masalah, hambatan dan kekakuan sistem pembelajaran konvensional diantaranya; keterbatasan tempat, lokasi, waktu dan usia. Dengan adanya perubahan- perubahan tersebut, tuntutan masyarakat dan juga keinginan untuk memberikan kesempatan pendidikan atau pelatihan bagi mereka yang mempunyai keterbatasan jarak dan waktu, maka muncullah kebutuhan belajar jarak jauh.

2. Sistem Pembelajaran Jarak Jauh (Distance Learning)

Sistem pembelajaran jarak jauh merupakan suatu metode instruksional antara pengajar dan pelajar untuk memberikan kesempatan belajar tanpa dibatasi oleh kendala-kendala; waktu, ruang dan tempat serta keterbatasan sistem pendidikan tradisional (Eileen dalam Ali, 2007). Pada sistem pembelajaran jarak jauh, pelajar tidak perlu hadir dalam kelas, mendengarkan pengajar mengajar, dan seterusnya, tetapi cukup belajar di mana saja, mengerjakan soal-soal latihan seperti yang terjadi pada metode pembelajaran tradisional. Interaksi antara pengajar dan pelajar masih tetap berlangsung dengan media yang memungkinkan interaksi tersebut terjadi.

Seringkali belajar jarak jauh diartikan sama dengan pendidikan jarak jauh. Tetapi hal ini kurang tepat karena sebenarnya belajar jarak jauh merupakan hasil dari proses pendidikan jarak jauh. Belajar jarak jauh lebih menekankan kepada bagaimana seorang pelajar dapat belajar dengan baik tanpa terhalang oleh batasan jarak dan waktu. Sedangkan pendidikan jarak jauh menekankan kepada bagaimana suatu proses pengajaran yang dilakukan oleh pengajar dapat diterima oleh pelajar dengan baik tanpa terhalang oleh batasan jarak (Eileen dalam Ali, 2007).

Meskipun mempuyai definisi yang sedikit berbeda. Konsep pendidikan jarak jauh dan belajar jarak jauh mempunyai beberapa kesamaan, yang membedakannya dengan konsep pendidikan tradisional yaitu :

• Perbedaan lokasi antara pengajar dan pelajar • Pengaruh organisasi pendidikan

• Pengunaan teknologi sebagai media untuk menyatakan pengajar dan pelajar dan juga penyampaian bahan pengajaran • Ketersediaan komunikasi dua arah antara pengajar, pelajar, dan administrator.

3. Perkembangan Teknologi Pembelajaran

Media yang digunakan dalam menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh tergantung pada sistem pengantaran/penyampaian yang digunakan. Teknologi korespondensi, voice/audio, video dan yang berbasis komputer sampai kepada penggunaan intranet dan internet merupakan teknologi-teknologi yang digunakan sebagai media penyampaian materi pelajaran.

Berdasarkan waktu terjadinya proses belajar mengajar, terdapat dua jenis sistem pembelajaran jarak jauh yaitu Synchronous dan Asynchronous. Pada sistem synchronous , pelajar dan pengajar berada dalam waktu bersamaan, sedangkan dalam sistem Asynchronous pengajar dan pelajaran tidak berada dalam waktu yang bersamaan.

3.1. Sistem Korespondensi

Teknologi yang digunakan pada mulanya menggunakan korespondensi dan merupakan sistem pembelajaran jarak jauh yang paling sederhana dan umum, yaitu semacam Universitas terbuka yang berlangsung di beberapa negara termasuk di Indonesia. Sistem ini menggunakan materi-materi cetakan (printed materials) yang dikirim secara berkala. Materi yang dikirim dapat berupa diktat, studi kasus, silabus/rangkuman, dan buku kerja. Pennsylvania State University merupakan salah satu universitas pertama yang menggunakan teknologi cetakan dan layanan pos. Pada tahun 1886 yang membentuk jaringan pembelajaran jarak jauh untuk komunikasi antara pengajar dan pelajarnya yang kemudian dikenal sebagai correspondence education (Farhad, 2001).

3.2. Web Based Learning

Lahirnya sistem pembelajaran jarak jauh berbasis Web (web Distance Learning) menjadi awal berkembangnya teknologi informasi di bidang pendidikan. Web-based learning termasuk salah satu metode dan teknologi yang digunakan dalam pembelajaran jarak jauh. Pada Web-Based learning, penyampaian dan akses materi pengajaran dilakukan melalui media elektronik menggunakan Web sever untuk menyampaikan Lahirnya sistem pembelajaran jarak jauh berbasis Web (web Distance Learning) menjadi awal berkembangnya teknologi informasi di bidang pendidikan. Web-based learning termasuk salah satu metode dan teknologi yang digunakan dalam pembelajaran jarak jauh. Pada Web-Based learning, penyampaian dan akses materi pengajaran dilakukan melalui media elektronik menggunakan Web sever untuk menyampaikan

Web-based learning memungkinkan penyelenggaraan distance teaching maupun distance learning baik itu dalam mode synchronous atau asynchronous. Fasilitas- fasilitas berbasis Web yang digunakan antara lain e-mil, discussion forums, video conferencing dan live lecture.

Berdasarkan metode penyampaian tersebut maka dapat dibentuk suatu definisi tentang pembelajaran jarak jauh berbasis web yaitu menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh yang menggunakan aplikasi web.

Karakteristik Web based learning diantaranya : (Alan 2001) • Materi belajar disusun dalam bentuk text, grafik dan elemen multimedia seperti

video, audio dan animasi; • Komunikasinya secara synchronous atau asynchronous seperti video

confrerencing, chat room atau forum diskusi • Penyimpanan, perawatan dan administrasi materi ada pada Web server

• Menggunakan TCP/IP sebagai fasilitas komunikasi antara pelajar dan materi belajar dan/atau sumber lain.

3.3. Homepage kuliah

Homepage kuliah merupakan informasi singkat mengenai suatu kuliah yang bisa berdiri sendiri atau mempunyai link dengan homepage lain (Eigen, 2001). Homepage kuliah berisi; silabus, latihan-latihan soal, referensi, literature, dan riwayat pengajar, Link yang disediakan harus bermanfaat untuk pelajar, misalnya link dengan data penelitian atau untuk akses katalog perpustakaan atau dengan homepege pelajar lain. Selain itu juga dapat menghubungkan pelajar ke daftar diskusi atau listserv yang di set- up untuk komunikasi pelajar.

Elemen-lemen yang ada dalam hompage kuliah : • Informasi kuliah dan pengajar : termasuk didalamnya topik kuliah, waktu kuliah,

informasi, texbook, tujuan kuliah dan sistem kuliah. • Komunikasi kelas; menyediakan akses ke e-mail pengajaran, link ke grup diskusi yang diset-up untuk komunikasi pelajaran ke pelajaran dan menyediakan form untuk

pelajaran agar dapat digunakan untuk melaporkan permasalahan-permasalahan. • Penilaian dan test. • Materi yang digunakan kuliah; membuat catat kuliah dan handout yang disediakan

baik sebagai web page atau file yang bisa di download. • Demonstrasi, animasi, video, audio. • Referensi materi; daftar materi dalam bentuk print atau elektronik sebagai pelengkap

texbook. Link dengan perpustaan kampus atau ke kampus lain.

Hompage kuliah telah menekankan kepada pemberian dukungan proses belajar mengajar pada sistem web-based learning atau sistem belajar tradisional dengan mode komunikasinya asynchronous.

3.4. Virtual class

Virtual class pada dasarnya hanya menyelenggarakan pembelajaran untuk satu bidang khusus tertentu saja, misalnya menyelenggarakan instruksional dibidang teknik instalsi, teknik kendali, computer atau medan elektromagnetik.

LAN Connected

Student with LAN access

Instructor

Student with

Server

Internet access

Student with Internet access

Gambar 2 Virtual Classroom

Virtual class umumnya bentuk dari real time Lectures sebagai solusi Web based learning pada mode synchronous dengan cara ini memungkinkan untuk menyelenggarakan kuliah secara live dan pelajar dapat mengikutinya dimanapun dia berada dengan tersedianya akses ke internet situasinya sama seperti kelas tradisional, tetapi secara fisik tidak pernah dijumpai keberadaan kelas tersebut. Kegiatan kuliah terjadwal, komunikasi secara synchronous dan asynchronous, teknologi yang digunakan : internet, teleconfrence, videoconfrence, video, TV, CDROM. (Chu, 1998)

Beberapa contoh situs yang menyelenggarakan virtual class : • http://www.mvcr.org

• http://vu.umkc.edu • http://ull.chemistry.uakron.edu/classroom.html

3.5. Sistem Electronic Learning (E-Learning)

Sistem e-learning merupakan bentuk pendidikan jarak jauh yang menggunakan media elektronik sebagai media penyampaian materi dan komunikasi antara pengajar dengan pelajarnya (Wikipedia, 2009). Istilah e-learning merupakan istilah yang umumnya digunakan dalam bisnis. “e-learning” adalah istilah yang paling baru pada sistem pendidikan jarak jauh (distance education) dan istilah ini diperuntukkan bagi pembelajaran secara elektronik termasuk media komputer dan telekomunikasi. (Int 1996). Sampai sekarang masih belum ada standard yang baku baik dalam hal definisi maupun implementasi e-learning menjadikan banyak orang mempunyai konsep yang bermacam-macam. E-learning merupakan kependekan dari electronic learning (Sohn, 2005). Salah satu definisi umum dari e-learning diberikan oleh (Gilbert & Jones dalam

Surjono 2007), yaitu: pengiriman materi pembelajaran melalui suatu media elektronik seperti Internet, intranet/extranet, satellite broadcast, audio/video tape, interactive TV, CDROM, dan computer-based training (CBT). Definisi yang hampir sama diusulkan juga oleh the Australian National Training Authority (2003) yakni meliputi aplikasi dan proses yang menggunakan berbagai media elektronik seperti internet, audio/video tape, interactive TV and CD-ROM guna mengirimkan materi pembelajaran secara lebih fleksibel.

The ILRT of Bristol University (dalam Surjono, 2007) mendefinisikan e-learning sebagai penggunaan teknologi elektronik untuk mengirim, mendukung, dan meningkatkan pengajaran, pembelajaran dan penilaian. Udan and Weggen (dalam Suryono, 2007) The ILRT of Bristol University (dalam Surjono, 2007) mendefinisikan e-learning sebagai penggunaan teknologi elektronik untuk mengirim, mendukung, dan meningkatkan pengajaran, pembelajaran dan penilaian. Udan and Weggen (dalam Suryono, 2007)

Stasiun radio merupakan media elektronik pertama yang digunakan sebagai media penyampaian materi yaitu dengan menggunakan gelombang radio (pertama kali lisensinya diberikan kepada Latter Dya Saints, Universitas Salt City pada tahun 1921). (Farhad, 2001). Media lain yang dapat digunakan diantaranya TV kabel. Pelajaran yang mengikuti pelajaran harus berlangganan TV kabel dan mengikuti pelajaran melalui siaran televisi yang ada.

Iowa State University mendapat lisensi dari Federal Communication Commission (FCC) untuk menyelenggarakan educational television (ETV) pada tahun 1945 dan menjadi penyelenggara ETV pertama didunia dan kemudian menjadi program pendidikan melalui televisi (televising sducational program) pada tahun 1950. Sistem ini lebih interaktif namun masih memiliki berbagai kendala dan kelemahan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pada pertengahan tahun 1980, teknologi pembelajaran jarak jauh mulai bergeser ke pemakaian jaringan komputer untuk menyelenggaran pengajaran dan pembelajaran.

Kaitan antara berbagai istilah yang berkaitan dengan e-learning dan pembelajaran jarak jauh dapat diilustrasikan dalam gambar di bawah (Surjono, 2007).

Gambar 3. Klasifikasi Pembelajaran Jarak Jauh

3.5.1. Implementasi E-Learning

Implementasi sistem e-learning dewasa ini sangat bervariasi, namun semua itu didasarkan atas suatu prinsip bahwa e-learning dimaksudkan sebagai upaya pendistribusian materi pembelajaran melalui media elektronik atau Internet sehingga peserta didik dapat mengaksesnya kapan saja dari seluruh penjuru dunia. Ciri pembelajaran dengan e-leaning adalah terciptanya lingkungan belajar yang fleksibel dan terdistribusi.

Fleksibilitas menjadi kata kunci pada sistem e-learning. Peserta didik menjadi sangat fleksibel dalam memilih waktu dan tempat belajar karena mereka tidak harus datang di suatu tempat pada waktu tertentu. Dilain pihak, pengajar dapat memperbaharui materi pembelajarannya kapan saja dan dari mana saja. Dari segi isi, materi pembelajaranpun dapat dibuat sangat fleksibel mulai dari bahan kuliah yang berbasis teks sampai materi pembelajaran yang sarat dengan komponen multimedia. Namun demikian kualitas pembelajaran dengan e-learning pun juga sangat fleksibel atau variatif, yakni bisa lebih jelek atau lebih baik dari sistem pembelajaran konvensional. Untuk mendapatkan sistem e- learning yang baik diperlukan perancangan yang baik pula.

Dalam merancang sistem e-learning perlu mempertimbangkan dua hal, yakni peserta didik yang menjadi target dan hasil pembelajaran yang diharapkan. Pemahaman atas Dalam merancang sistem e-learning perlu mempertimbangkan dua hal, yakni peserta didik yang menjadi target dan hasil pembelajaran yang diharapkan. Pemahaman atas

Sistem e-learning dapat diimplementasikan dalam bentuk asynchronous, synchronous, atau kombinasi keduanya. Contoh e-learning asynchronous banyak dijumpai di Internet baik yang sederhana maupun yang terpadu melalui portal e-learning. Sedangkan dalam e-learning synchronous, pengajar dan siswa harus berada di depan komputer secara bersama-sama karena proses pembelajaran dilaksanakan secara live, baik melalui video maupun audio conference. Selanjutnya dikenal pula istilah blended learning yakni pembelajaran yang menggabungkan semua bentuk pembelajaran misalnya on-line, live, maupun tatap muka (konvensional).

3.5.2. Teknologi Sistem e-Learning

Sistem e-learning yang banyak dikembangkan dan diimplementasikan adalah sistem e-learning berbasis web. Untuk mengimplementasikan pembelajaran e-learning berbasis web dibutuhkan infra struktur jaringan komputer yang sudah terbentuk secara menyeluruh.

Gambar 4. Arsitektur jaringan sistem e-learning Gambar 4. Arsitektur jaringan sistem e-learning

• Sistem Operasi, untuk server diperlukan sistem operasi server yang menggunakan Linux. Pemilihan sistem operasi ini karena sistem operasi ini merupakan sistem open source sehingga bersifat free. Karena sifatnya yang open source menjadikan sistem operasi Linux menjadi sangat handal karena setiap ada bug selalu cepat diupdate oleh komunitas.

• Web Server, karena sistem e-learning yang akan dikembangkan berbasis web, maka diperlukan sebuah perangkat lunak web server. Software yang akan

digunakan untuk web server adalah Apache. Apache merupakan web server yang handal dengan ukuran yang kecil dan sifatnya open source. Lebih dari 50 % web server di dunia menggunakan Apache (Http//www.apache.org). • Database Server, karena materi yang akan ditampilkan dalam sistem e-learning relatif besar sehingga perlu dikelola dengan software khusus yang menangani database. MySQL Server merupakan salah satu software database server yang sangat handal dengan ukuran yang relatif kecil dan juga open source sehingga legal untuk digunakan (Http//www.mysql.org). • Web Viewer, untuk menampilkan informasi yang diminta oleh klien perlu digunakan kode tertentu sehingga dapat dimengerti oleh komputer server. Kode program yang akan digunakan adalah PHP. Program PHP merupakan program web viewer yang handal yang mampu menampilkan informasi secara dinamis. Dengan ukuran yang relatif kecil, kemampuan yang hebat dan dukungan software lainnya menjadikan PHP menjadi program web viewer yang banyak digunakan dalam aplikasi berbasis web. • Web Browser digunakan untuk mengakses halaman web di komputer klien. Software web browser yang digunakan tergantung dari komputer klient yang akan mengakses e-learning yang dapat berupa Microsoft Internet Explorer, Mozilla Firefox, Opera, Netscape Communicator dan program web browser lainnya. Sistem e-learning yang akan dikembangkan harus dapat kompatibel terhadap digunakan untuk web server adalah Apache. Apache merupakan web server yang handal dengan ukuran yang kecil dan sifatnya open source. Lebih dari 50 % web server di dunia menggunakan Apache (Http//www.apache.org). • Database Server, karena materi yang akan ditampilkan dalam sistem e-learning relatif besar sehingga perlu dikelola dengan software khusus yang menangani database. MySQL Server merupakan salah satu software database server yang sangat handal dengan ukuran yang relatif kecil dan juga open source sehingga legal untuk digunakan (Http//www.mysql.org). • Web Viewer, untuk menampilkan informasi yang diminta oleh klien perlu digunakan kode tertentu sehingga dapat dimengerti oleh komputer server. Kode program yang akan digunakan adalah PHP. Program PHP merupakan program web viewer yang handal yang mampu menampilkan informasi secara dinamis. Dengan ukuran yang relatif kecil, kemampuan yang hebat dan dukungan software lainnya menjadikan PHP menjadi program web viewer yang banyak digunakan dalam aplikasi berbasis web. • Web Browser digunakan untuk mengakses halaman web di komputer klien. Software web browser yang digunakan tergantung dari komputer klient yang akan mengakses e-learning yang dapat berupa Microsoft Internet Explorer, Mozilla Firefox, Opera, Netscape Communicator dan program web browser lainnya. Sistem e-learning yang akan dikembangkan harus dapat kompatibel terhadap

b. Hardware Perangkat keras yang digunakan dalam sistem e-learning tidak berbeda dengan sistem jaringan komputer. Adapaun hardware yang diperlukan adalah sebagai berikut :

• Komputer Server sebagai sistem yang akan melayani permintaan dari klien • Komputer database Server yang berfungsi untuk menyimpan database materi pembelajaran dan data-data yang diperlukan dalam sistem e-learning.

• Komputer klien yang digunakan untuk interface dalam mengakses ke sistem e-learning. Untuk komputer klien dapat berjumlah lebih dari satu sesuai dengan

kebutuhan. Idealnya jumlah komputer klien disesuaikan dengan perbandingan jumlah mahasiswa yang perlu mengakses sistem e-learning. • Hub/Switch yang digunakan untuk menghubungkan komputer server dengan klient.

• Kabel Jaringan yang digunakan sebagai sarana fisik untuk menghubungkan antara komputer klien ke komputer server. Penggunaan kabel jaringan dapat diganti

dengan sistem tanpa kabel menggunakan WLAN (Wireless LAN).

2. E-Learning Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNY (Elco Cyber Class)

Dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran, Jurusan Pendidikan Teknik Elektro melalui tim IT telah membangun sistem e-learning yang diberinama Elco Cyber Class. E-learning Elco Cyber Class diimplementasikan dengan paradigma pembelajaran on- line terpadu menggunakan LMS (Learning Management System) yang sangat terkenal yaitu Moodle. Sistem E-learning ini telah berfungsi sebagaimana mestinya dan dapat diakses melalui URL: http://elektro.uny.ac.id/elearning .

Dengan adanya sistem e-learning ini para dosen dapat mengelola materi perkuliahan, yakni: menyusun silabi, meng-upload materi perkuliahan, memberikan tugas kepada mahasiswa, menerima pekerjaan mahasiswa, membuat tes/quiz, memberikan nilai, memonitor keaktifan mahasiswa, mengolah nilai mahasiswa, berinteraksi dengan mahasiswa dan sesama dosen melalui forum diskusi dan chat, serta fasilitas-fasilitas lainnya. Di sisi lain, mahasiswa dapat mengakses informasi dan materi pembelajaran, Dengan adanya sistem e-learning ini para dosen dapat mengelola materi perkuliahan, yakni: menyusun silabi, meng-upload materi perkuliahan, memberikan tugas kepada mahasiswa, menerima pekerjaan mahasiswa, membuat tes/quiz, memberikan nilai, memonitor keaktifan mahasiswa, mengolah nilai mahasiswa, berinteraksi dengan mahasiswa dan sesama dosen melalui forum diskusi dan chat, serta fasilitas-fasilitas lainnya. Di sisi lain, mahasiswa dapat mengakses informasi dan materi pembelajaran,

Salah satu keuntungan bagi dosen yang membuat mata kuliah online berbasis LMS adalah kemudahan. Hal ini karena dosen tidak perlu mengetahui sedikitpun tentang pemrograman web, sehingga waktu dapat dimanfaatkan lebih banyak untuk memikirkan konten (isi) pembelajaran yang akan disampaikan. Disamping itu dengan menggunakan LMS Moodle, maka kita cenderung untuk mengikuti paradigma elearning terpadu yang memungkinkan menjalin kerjasama dalam “knowledge sharing” antar perguruan tinggi besar di Indonesia (melalui INHERENT).

Saat ini (Oktober 2007) sistem e-learning Elco Cyber Class baru mengakomidir sekitar 199 mata kuliah dengan dosen sebanyak 96 dan user sebanyak 2900. E-learning UNY akan terus disosialisasikan ke seluruh civitas akademika UNY, sehingga semakin banyak warga UNY yang memanfaatkannya dalam proses belajar mengajar.

Tampilan halaman depan dari e-learning Elco Cyber Class Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNY ( http://elektro.uny.ac.id/elearning dan http://elektro- uny.net/moodle ) dapat dilihat pada gambar di bawah.

Gambar 5. Tampilan E-Learning Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Elco Cyber Class)

3. Blended Learning (Kombinasi Pembelajaran di Kelas dan E-Learning)

Blended learning merupakan istilah yang sekarang ini banyak digunakan pada model pembelajaran dimana implementasi pembelajaran dilakukan melalui kombinasi antara pembelajaran konvensional dan pembelajaran dengan menggunakan bantuan teknologi informasi dan komunikasi (Thorne, 2003). Istilah blended learning telah digunakan untuk menjelaskan berbagai konteks pembelajaran yang mengkaitkan pembelajaran dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi baik pada sektor korparat, pembelajaran jarak jauh, pengembangan profesionalisme dan di perguruan tinggi (Purwaningsih, 2009). Lebih lanjut Purwaningsih menjelaskan bahwa kecenderungan implementasi di berbagai pendidikan tinggi adalah menggunakan kombinasi antara pembelajaran konvensional dan pembelajaran online.

Peraturan akademik yang ada di berbagai perguruan tinggi yang masih mensyaratkan pembelajaran secara konvensional menyebabkan pembelajaran e-learning tidak dapat semata-mata menggantikan pembelajaran konvensional. Berbagai riset menyatakan bahwa e-learning mampu meningkatkan motivasi belajar mahasiswa (Ali, 2007), e-learning mampu meningkatkan hasil belajar (Chandra, 2007), e-learning efektif digunakan untuk mengukur kompetensi mahasiswa (Alan, 2008). Melalui pertimbangan ini maka konsep blended learning menjadi salah satu model pembelajaran yang patut dikembangkan untuk mengatasi berbagai permasalahan dalam dunia pendidikan.

Blended learning dipandang sebagai pendekatan pedagogis yang menerapkan berbagai pendekatan pembelajaran ketimbang dilihat dari seberapa besar delivery system antara face-to-face dibandingkan dengan secara online. Blended learning mengkombinasikan secara arif, relevan dan tepat antara potensi face-to face dengan potensi teknologi informasi dan komunikasi yang demikian pesat berkembang saat ini sehingga memungkinkan:

• Terjadinya pergeseran paradigma pembelajaran dari yang dulunya lebih berpusat pada guru menuju paradigma baru yang berpusat pada siswa (student-centered

elarning). • Terjadinya peningkatan interaksi atau interaktifitas antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa, siswa/guru dengan konten, siswa/guru dengan sumber

belajar lainnya.

• Terjadinya konvergensi antar berbagai metode, media sumber belajar serta lingkungan belajar lain yang relevan.

Blended learning dapat juga dipandang sebagai suatu kontinuum antara tatap muka konvensional sampai dengan online penuh. Dengan demikian ada beberapa bentuk kontinum blended learning, diantaranya adalah sebagai berikut:

• Online penuh, dimana tidak ada face to face sama sekali. • Online penuh, tapi ada option/pilihan untuk melakukan face-toface walaupun tidak dipersyaratkan. • Kebanyakan online penuh, tapi ada beberapa hari tertentu dilakukan face-to-face baik di kelas atau di lab atau ditempat kerja langsung (jika itu on the job training). • Kebanyakan online penuh, tapi siswa tetap belajar konvensional dalam kelas atau lab setiap hari.

• Kebanyakan belajar konvensional di kelas atau lab, tapi siswa dipersyaratkan mengikuti aktifitas online tertentu sebagai pengayaan atau tambahan. • Pembelajaran konvensional penuh, walaupun ada aktifitas online walaupun tidak dipersyaratkan bagi siswa untuk mengikutinya.

• Full pembelajaran konvensional.

BAB III METODE PENGEMBANGAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan kelanjutan peneltian yang sudah dilakukan peneliti pada penelitian sebelumnya. Penelitian awal dilakukan di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT Universitas Negeri Yogyakarta yang dilaksanakan pada semester gasal tahun ajaran 2007/2008 dengan alokasi waktu 6 bulan, terhitung dari bulan Februari 2007 – Juli 2007, dengan rincian tahap-tahapnya sebagai berikut :

1. Persiapan penelitian

2. Kajian terhadap model blended learning (Kombinasi antara pembelajaran di kelas dan e-learning)

3. Kajian terhadap sistem pembelajaran di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNY (Pembelajaran di kelas dan e-learning)

4. Digitalisasi materi mata kuliah Medan Elektromagnetik untuk diimplementasikan pada sistem e-learning.

5. Pengembangan media pembelajaran mata kuliah Medan Elektromagnetik pada sistem e-learning

6. Implementasi pembelajaran di kelas dan e-learning

7. Analisis data dan evaluasi

8. Penulisan draft laporan

9. Seminar dan penulisan laporan akhir

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian penelitian tindakan kelas (Class Action Research). Metode pelaksanaan penelitian menggunakan model dasar penelitian tindakan kelas yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart (1990). Untuk meningkatkan hasil dilakukan modifikasi model ini sesuai dengan kebutuhan pembelajaran Medan Elektromagnetik di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNY.

C. Metode Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas dilakukan melalui kombinasi antara pembelajaran konvensional di kelas dan pembelajaran e-learning. Pembelajaran di kelas dilakukan Penelitian tindakan kelas dilakukan melalui kombinasi antara pembelajaran konvensional di kelas dan pembelajaran e-learning. Pembelajaran di kelas dilakukan

Gambar 7. Proses Penelitian Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini direncakan dilakukan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari

1. Perencanaan

Tahap perencanaan dimulai dari penemuan masalah dan kemudian merancang tindakan yang akan dilakukan. Secara lebih rinci langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

a. Menemukan masalah pembelajaran mata kuliah Medan Elektromagnetik berkaitan dengan motivasi dan hasil belajar. Pada fase ini dilakukan melalui observasi kelas, diskusi dengan mahasiswa dan beberapa pengajar.

b. Merencanakan langkah-langkah pembelajaran baik pada pembelajaran di kelas maupun e-learning mulai dari siklus I sampai siklus II, namun perencanaan yang dibuat masih bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan dalam pelaksanaannya.

c. Merancang instrument sebagai pedoman observasi dalam pelaksanaan pembelajaran.

2. Tindakan dan Observasi

a. Tindakan. Dalam tindakan dilaksakanan pemecahan masalah sebagaimana yang telah direncanakan. Tindakan ini dipandu oleh perencanan yang telah dibuat dalam arti perencanaan tersebut dilihat sebagai rasional dari segala tindakan itu. Namun perencanan yang dibuat tadi harus bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan dalam pelaksanaannya. Jadi tindakan bersifat tidak tetap dan dinamis yang memerlukan keputusan cepat tentang apa yang perlu dilakukan. Pelaksanan perencanaan tindakan memerlukan perjuangan materiil sosial dan politis terhadap perbaikan. Mungkin negosiasi dan kompromi diperlukan tetapi kompromi juga harus dilihat dalam konteks strateginya.

b. Observasi. Observasi atau pengamatan atau upaya mengamati pelaksanaan tindakan. Observasi terhadap proses tindakan yang sedang dilaksanakan untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan yang dilaksanakan berorientasi ke masa yang akan datang dan memberikan dasar bagi kegiatan refleksi yang lebih kritis. Proses tindakan, pengaruh tindakan yang sengaja dan tidak sengaja, situasi tempat tindakan dilakukan dan kendala tindakan semuanya dicatat dalam kegiatan observasi yang terencana secara fleksibel dan terbuka.

3. Refleksi

Refleksi merupakan bagian yang penting dalam langkah proses penelitian tindakan disebabkan dengan kegiatan refleksi akan memantapkan kegiatan atau tindakan untuk mengatasi permasalahan, dengan memodifikasi perencanaan sebelumnya sesuai dengan apa yang timbul dilapangan. Refleksi berfungsi sebagai sarana untuk menyamakan data, koreksi data, dan untuk validasi data. Pada Refleksi merupakan bagian yang penting dalam langkah proses penelitian tindakan disebabkan dengan kegiatan refleksi akan memantapkan kegiatan atau tindakan untuk mengatasi permasalahan, dengan memodifikasi perencanaan sebelumnya sesuai dengan apa yang timbul dilapangan. Refleksi berfungsi sebagai sarana untuk menyamakan data, koreksi data, dan untuk validasi data. Pada

Pada tahap penemuan dan identifikasi masalah peneliti dan pengajar membahas kesulitan-kesulitan apa dalam pembelajaran atau yang dialami dikelas dan merumuskan permasalahan tersebut secara operasional dan merumuskan solusi apa yang akan digunakan untuk perbaikan pembelajaran tersebut. Hasil refleksi awal ini dituangkan perumusan masalah yang lebih operasional.

Pada tahap merancang tindakan yaitu pembuatan disain pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ketrampilan proses dan pembelajaran kooperatif yang dituangkan dalam satuan pelajaran. Dari hasil refleksi pada tahap tindakan diikuti dengan perbaikan rancangan tindakan yang dibuat dan dapat digunakan untuk pelaksanaan tindakan selanjutnya.

Refleksi berikutnya adalah pada tahap pelaksanaan dimana peneliti, pengajar dan kolaborator mendiskusikan hasil pengamatan yang dilakukan untuk menyimpulkan data dan informasi yang berhasil dikumpulkan. Hasil yang ditemukan berupa temuan tingkat aktifitas, disain pembelajaran dengan menggunakan pendekatan proses dan pembelajaran kooperatif yang dirancang dan daftar permasalahn yang muncul dilapangan yang selanjutnya dapat dipakai sebagai dasar untuk melakukan perencanaan ulang.

Dengan langkah-langkah tersebut terjadi suatu siklus, perencanaa, tindakan pemantauan dan refleksi dan dapat merevisi atau menyusun kembali perencanaan baru untuk menyempurnakan perencanaan sebelumnya dan perencanaan baru dapat disusun sesuai dengan permasalahan yang diketemukan dilapangan. Hal itu harus dilakukan sampai dihasilkan tingkat optimalisasi yang lebih tinggi sesuai kriteria keberhasilan.

4. Evaluasi dan Revisi

a. Evaluasi

Sebelum melakukan refleksi langkah yang ditempuh peneliti adalah melakukan evaluasi tindakan. Kegiatan evaluasi merupakan suatu hal yang dapat memberikan indikasi yang jelas yang berguna untuk pengambilan keputusan tindakan. Kegiatan evaluasi merupakan proses yang sangat penting yang Sebelum melakukan refleksi langkah yang ditempuh peneliti adalah melakukan evaluasi tindakan. Kegiatan evaluasi merupakan suatu hal yang dapat memberikan indikasi yang jelas yang berguna untuk pengambilan keputusan tindakan. Kegiatan evaluasi merupakan proses yang sangat penting yang

Pada penelitian ini akan dilakukan 2 macam evaluasi, yaitu : 1) evaluasi berdasarkan standar minimal tujuan jangka pendek yang dilaksanakan setiap kali tindakan, dilakukan untuk mengetahui keberhasilan dalam suatu tindakan, 2) evaluasi berdasarkan evaluasi belajar berdasar prestasi belajar sebelum dilakukan tindakan dibandingkan dengan sesudah dilakukan tindakan untuk mengetahui hasil dari tindakan atau dibandingkan dengan kondisi sebelum dilaksanakan tindakan kelas..

Pada akhir kegiatan penelitian dilaksanakan evaluasi ke dua berdasarkan hasil tindakan kumulatif dan pendapat pengajar berkaitan dengan permasalahan yang diatasi melalui penelitian tindakan kelas ini. Kriteria dalam evaluasi kedua ini bersifat normatif sebagai acuan dalam mempertimbangkan dan memberikan makna terhadap pelaksanaa peningkatan keefektifan pembelajaran setelah proses tindakan, yaitu bahwa hasil tindakan dianalisis dengan metode alur dan dibandingkan dengan kondisi sebelum dilaksanakan tindakan. Apabila setelah dilaksanakan tindakan terjadi perubahan perilaku belajar lebih baik dari sebelumnya, maka tindakan tersebut dinyatakan berhasil, tetapi apabila perilaku belajar berbeda lebih jelek, maka tindakan dinyatakan belum berhasil.

Tahap refleksi dilakukan untuk melakukan penilaian terhadap proses yang terjadi, masalah yang muncul, segala hal ikhwal yang berkaitan dengan tindakan yang telah dilakukan. Pelaksanaan refleksi ini berupa diskusi yang dilakukan oleh peneliti dan pengajar untuk mengevaluasi hasil tindakan dan merumuskan perencanaan tindakan berikutnya. Apabila masih diperlukan proses diulangi lagi dengan merancang pemecahan masalah putaran kedua, berupa revisi rancangan pertama, kemudian menyelesaikan pemecahan kedua dan merefleksinya. Apabila dipandang masih tetap diperlukan proses perancangan, pelaksanaan, observasi dan refleksi dilakukan sampai beberapa putaran lagi.

b. Revisi

Peneliti, pengajar dan para kolaborator mendiskusikan hasil pengamatan yang dilakukan berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan tersebut, diperoleh temuan tingkat keefektifan disain pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ketrampilan proses dan pembelajaran kooperatif dan daftar permasalahan yang muncul dilapangan, selanjutnya dapat dipakai sebagai dasar melakukan perancanaan ulang, untuk penyempurnaan, merevisi rancangan yang akan dilakukan pada tindakan selanjutnya. Hal ini diharapkan akan menghasilkan tingkat optimalisasi yang lebih tinggi.

D. Indikator Kinerja

Penelitian tindakan peningkatan motivasi dan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Medan Elektromagnetik melalui penerapan model blended learning dilaksanakan dalam beberapa siklus. Banyaknya proses iterasi tindakan ditentukan oleh ketercapaian indikator kinerja penelitian yang meliputi :

1. Indikator kinerja ditinjau dari materi pembelajaran Proses pengembangan materi dan media pembelajaran mata kuliah Medan Elektromagnetik pada sistem e-learning akan dihentikan setelah 70 % ahli media dan ahli teknologi informasi menyatakan media pembelajaran ini dapat digunakan dalam mendukung proses pembelajaran.

2. Indikator kinerja ditinjau dari aspek kemanfaatan media pembejaran terhadap motivasi dan prestasi mahasiswa. Tabel 1. Indikator kinerja

AKHIR No

1 Rata-rata motivasi mahasiswa mengikuti mata kuliah Medan

Baik Elektromagnetik

Sedang

2 Rata-rata pemahaman mahasiswa terhadap materi

Baik Medan Elektromagnetik

Kurang

3 Waktu yang dibutuhkan mahasiswa untuk menguasai

3 Bulan materi Medan Elektromagnetik

6 Bulan

4 Prosentase mahasiswa yang

70 % mendapat nilai B ke atas

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data