PROFESI GURU DAN KEPROFESIONALISMEANNYA. pdf
PROFESI GURU DAN KEPROFESIONALISMEANNYA
Widya Fitri Maharani
NIM: 2225110117 (Kelas B)
Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Sulatan Ageng Tirtayasa
e-mail : [email protected]
ABSTRAK
Quality education can only increase when the education service users (parents) had dared to
question the professionalism of educators as well as when the education provision has been
managed by a professional teacher, the teacher who has a certain competence in accordance
with the requirements demanded by the teaching profession. Education in essence is very
important to ensure the sustainability of the development of the nation. Without adequate
education of a nation will be lagging behind other nations in all fields. Therefore national
education goals is educating the nation and developed a complete Indonesian man, the man
who is faithful and devoted to God Almighty and virtuous, have the knowledge and skills,
physical and spiritual health, stable and independent personality and social responsibilities and
nationality. The success of the educational process in order to produce quality human resources
in accordance with national education goals determined by the educational components, namely
educational purposes, educators, learners, content / educational materials, educational tools and
educational environment. These components are interrelated and mutually support each other.
One important component is the teacher or educator.
Kata Kunci: Profesi Guru, Profesional, Profesionalisme
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hal yang sangat
penting untuk menjamin perkembangan dan
kelangsungan kehidupan bangsa. Pendidikan
adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta
didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,
dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang
akan datang. Setiap warga negara Indonesia
berhak memperoleh pendidikan pada tahap
manapun dalam perjalanan hidupnya. Pendidikan
dapat diperoleh baik melalui jalur pendidikan
sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah.
Peningkatan dan pemerataan pendidikan
merupakan salah satu aspek pembangunan yang
mendapat prioritas utama dari Pemerintah
Indonesia.
Dalam upaya pembangunan pendidikan
nasional, sangat diperlukan guru (pendidik)
dalam standard mutu kompetensi dan
profesionalisme yang terjamin. Untuk mencapai
jumlah
guru
profesional
yang
dapat
menggerakan dinamika kemajuan pendidikan
nasional diperlukan suatu proses pembinaan
berkesinambungan, tepat sasaran dan efektif.
Proses menuju guru profesional ini perlu
didukung oleh semua unsur yang terkait dengan
guru. Unsur–unsur tersebut dapat dipadukan
untuk menghasilkan suatu sistem yang dapat
dengan sendirinya bekerja menuju pembentukan
guru-guru yang profesional dalam kualitas
maupun kuantitas yang mencukupi. Sejalan
dengan kebijakan pemerintah, melalui UU No.
14 Tahun 2005 pasal 7 mengamanatkan bahwa
pemberdayaan profesi guru diselenggarakan
melalui pengembangan diri yang dilakukan
secara
demokratis,
berkeadilan,
tidak
diskriminatif,
dan
berkelanjutan
dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai
keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa,
dan kode etik profesi. Disamping itu menurut
pasal
20,
dalam
melaksanakan
tugas
keprofesionalan,
guru
berkewajiban
meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi
akademik dan kompetensi secara berkelanjutan
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni.
Guru yang berkualitas adalah guru yang
memiliki sejumlah persyaratan profesional.
Dalam diri guru profesional terdapat sejumlah
kemampuan, pengetahuan, dan komitmen yang
dibutuhkan oleh sistem pembelajaran. Dengan
guru profesional akan memungkinkan terjadinya
perbaikan pelaksanaan pembelajaran, baik
desainnya, implementasinya, maupun sistem
evaluasinya. Hal ini menunjukkan bahwa guru
profesional memiliki peran penting dalam
peningkatan mutu pembelajaran yang pada
akhirnya akan mendukung pencapaian tujuan
pendidikan secara efektif dan efesien.
Widya Fitri Maharani
Untuk mewujudkan guru profesional
bukan pekerjaan yang sederhana. Upaya
mewujudkan guru profesional merupakan
pekerjaan
yang
rumit
dan
kompleks.
Mewujudkan guru profesional tidak hanya
sekedar perbaikan gaji guru, akan tetapi banyak
faktor yang perlu dipertimbangkan. Upaya
mewujudkan guru profesional ini membutuhkan
PEMBAHASAN
A. PROFESI, PROFESIONAL DAN
PROFESIONALISME
Menurut Dra. Ani M.Hasan,M.Pd, Profesi
dalam pengertian yang lebih luas yaitu kegiatan
untuk memperoleh nafkah yang dilakukan
dengan suatu keahlian tertentu. Sedangkan dalam
arti sempit profesi berarti kegiatan yang
dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan
sekaligus dituntut daripadanya pelaksanaan
norma-norma sosial dengan baik.
Profesional adalah suatu paham yang
mencitakan dilakukannya kegiatan-kegiatan
kerja tertentu dalam masyarakat, berbekalkan
keahlian yang tinggi dan berdasarkan rasa
keterpanggilan - serta ikrar (fateri/profiteri)
untuk menerima panggilan tersebut - untuk
dengan semangat pengabdian selalu siap
memberikan pertolongan kepada sesama yang
tengah dirundung kesulitan di tengah gelapnya
kehidupan (Wignjosoebroto, 1999).
Profesionalisme adalah suatu paham yang
mencitakan dilakukannya kegiatan-kegiatan
kerja tertentu dalam masyarakat, berbekalkan
keahlian yang tinggi dan berdasarkan rasa
keterpanggilan -- serta ikrar (fateri/profiteri)
untuk menerima panggilan tersebut -- untuk
dengan semangat pengabdian selalu siap
memberikan pertolongan kepada sesama yang
tengah dirundung kesulitan ditengah gelapnya
kehidupan (Wignjosoebroto, 1999). Dengan
demikian seorang profesional jelas harus
memiliki profesi tertentu yang diperoleh melalui
sebuah proses pendidikan maupun pelatihan
yang khusus, dan disamping itu pula ada unsur
semangat pengabdian (panggilan profesi)
didalam melaksanakan suatu kegiatan kerja. Hal
ini
perlu
ditekankan
benar
untuk
membedakannya dengan kerja biasa (occupation)
yang semata bertujuan untuk mencari nafkah
dan/ atau kekayaan materiil-duniawi.
Terdapat tiga watak kerja yang merupakan
persyaratan dari seorang profesional, yaitu
(a)
harus
dilandaskan
itikad
untuk
merealisasikan kebajikan demi tegaknya
kehormatan profesi yang digelutinya (dalam
perhatian dan komitmen bersama, baik
pemerintah, masyarakat, guru sendiri, maupun
pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan
pendidikan. Dengan upaya sungguh-sungguh
yang dilakukan secara bersama-sama diharapkan
guru profesioanal lebih cepat dapat diwujudkan.
artian tidak hanya mementingkan imbalan upak
materiil semata);
(b) harus dilandasi oleh kemahiran teknis yang
berkualitas tinggi yang dicapai melalui proses
pendidikan dan/atau pelatihan yang panjang,
ekslusif dan berat;
(c) diukur dengan kualitas teknis dan kualitas
moral -- harus menundukkan diri pada sebuah
mekanisme kontrol berupa kode etik yang
dikembangkan dan disepakati bersama didalam
sebuah organisasi profesi.
Membicarakan soal kedudukan guru
sebagai tenaga profesional, akan lebih tepat
kalau diawali dari pengertian profesi. Profesi
merupakan suatu pekerjaan yang memerlukan
pendidikan lanjut di dalam science dan teknologi
yang digunakan sebagai perangkat dasar untuk
diimplementasikan dalam berbagai kegiatan yang
bermanfaat.
Berkenaan
dengan
pekerjaan
profesional, ada beberapa kriteria yang harus
dipenuhi, yaitu:
1. Memiliki spesialisasi dengan latar belakang
teori yang luas;
a. memiliki pengetahuan umum yang luas
b. memiliki keahlian khusus yang mendalam
2. Merupakan karier yang dibina secara
organisatoris;
a. adanya keterikatan dalam suatu organisasi
profesi
b. memiliki otonomi jabatan
c. memiliki kode etik jabatan
d. merupakan karya bakti seumur hidup
3. Diakui masyarakat sebagai pekerjaan yang
mempunyai status profesional;
a. memperoleh dukungan masyarakat
b. mendapat pengesahan dan perlindungan
hukum
c. memiliki prasyarat kerja yang sehat
d. memiliki jaminan hidup yang layak
Bertitik tolak dari pengertian ini, maka
pengertian guru atau dosen profesional adalah
orang yang memiliki kemampuan dan keahlian
khusus dalam bidang keguruan sehingga ia
mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai
guru atau dosen dengan kemampuan maksimal,
atau dengan kata lain guru atau dosen profesional
adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan
Tugas Individu
PROFESI GURU DAN KEPROFESIONALISMEANNYA
baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di
bidangnya.
Dari gambaran guru atau dosen yang
profesional
tersebut,
maka
kewenangan
profesional guru atau dosen dituntut memiliki
seperangkat kemampuan yang beraneka ragam
termasuk persyaratan profesional. Mengingat
tugas dan tanggung jawab guru atau dosen yang
begitu kompleksnya, maka profesi ini
memerlukan persyaratan khusus antara lain
sebagai berikut :
a. Menuntut adanya keterampilan yang
berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan
yang mendalam
b. Menekankan pada suatu keahlian di bidang
tertentu sesuai dengan bidang profesinya
c. Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan
yang memadai
d. Adanya kepekaan terhadap dampak
kemasyarakatan
dari
pekerjaan
yang
dilaksanakannya.
e. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan
dinamika kehidupan.
Seorang guru profesional dapat
dibedakan dari seorang teknisi, karena disamping
menguasai sejumlah teknik serta prosedur kerja
tertentu, seorang pekerja profesional ditandai
dengan adanya informed responsiveness terhadap
implikasi kemasyarakatan dari obyek kerjanya.
Hal ini berarti bahwa seorang guru harus
memiliki persepsi filosofis dan ketanggapan
yang bijaksana yang lebih mantap dalam
menyikapi dan melaksanakan pekerjaannya.
Kompetensi seorang guru sebagai tenaga
profesional ditandai dengan
serangkaian
diagnosis, rediagnosis, dan penyesuaian yang
terus menerus. Selain kecermatan dan ketelitian
dalam menentukan langkah guru juga harus
sabar, ulet, dan telaten serta tanggap terhadap
situasi
dan
kondisi,
sehingga
diakhir
pekerjaannya akan membuahkan hasil yang
memuaskan.
Berdasarkan pengertian profesi dengan
segala persyaratannya yang telah dikemukakan,
akan membawa konsekuensi yang mendasar
terhadap program pendidikan terutama yang
berkenaan
dengan
komponen
tenaga
kependidikan.
Guru merupakan profesi/jabatan atau
pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus
sebagai guru atau dosen. Jenis pekerjaan ini tidak
dapat dilakukan oleh sembarang orang diluar
bidang kependidikan walaupun kenyataanya
masih dilakukan orang di luar pendidikan. Itulah
sebabnya jenis profesi ini paling mudah terkena
pencemaran.
Tugas guru atau dosen sebagai profesi
meliputi mendidik, mengajar dan melatih.
Mendidik berarti meneruskan mengembangkan
nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan
dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Sedangkan
melatih
berarti
mengembangkan
keterampilan-keterampilan
pada siswa.
Tugas dan peran guru tidaklah terbatas
di dalam masyarakat, bahkan guru pada
hakekatnya merupakan komponen strategis yang
memiliki peranan yang penting dalam
menentukan gerak maju kehidupan bangsa.
Bahkan keberadaan guru merupakan faktor yang
tidak mungkin digantikan oleh komponen
manapun dalam kehidupan bangsa sejak dulu,
terlebih-lebih pada era kontenporer ini.
Keberadaan guru bagi suatu bangsa
amatlah penting, apabila bagi suatu bangsa yang
sedang
membangun
terlebih-lebih
bagi
keberlangsungan hidup bangsa ditengah- tengah
lintasan perjalanan zaman dengan teknologi yang
makin canggih dan segala perubahan serta
pergeseran nilai dan seni dalam kadar dinamik
untuk dapat mengadaptasian diri.
Semakin akurat para guru melaksanakan
fungsinya, semakin terjamin terciptanya dan
terbinanya kesiapan dan keadaan seseorang
sebagai manusia pembangunan. Dengan kata
lain, potret dan wajah diri bangsa dimasa depan
tercermin dari potret diri para guru masa kini,
dan gerak maju dinamika kehidupan bangsa
berbanding lurus dengan citra para guru
ditengah-tengah masyarakat.
Perkembangan baru terhadap pandangan
belajar mengajar membawa konsekuensi kepada
guru atau dosen untuk meningkatkan peranan
dan kompetensinya karena proses belajar
mengajar dan hasil belajar siswa sebagian besar
ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru
atau dosen. Guru atau dosen yang kompeten akan
lebih mampu menciptakan lingkungan belajar
yang efektif dan akan lebih mampu mengelola
kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada
pada tingkat optimal.
B. PROFESI GURU
Menurut Sumargi profesi guru adalah
profesi khusus luhur. Mereka yang memilih
profesi ini wajib menginsafi dan menyadari
bahwa daya dorong dalam bekerja adalah
keinginan untuk mengabdi kepada sesama serta
menjalankan dan menjunjung tinggi kode etik
yang telah diikrarkannya, bukan semata-mata
segi materinya belaka. Menurut Makagiansar, M.
(1996) profesi guru adalah orang yang memiliki
latar belakang pendidikan keguruan yang
memadai, keahlian guru dalam melaksanakan
Mata Kuliah Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPTK)
Dosen Pengampu: Dr. Heni Pujiastuti
Widya Fitri Maharani
tugas-tugas kependidikan diperoleh setelah
menempuh pendidikan keguruan tertentu.
Sedangkan Nasanius, Y. (1998) mengatakan
profesi guru yaitu kemampuan yang tidak
dimiliki oleh warga masyarakat pada umumnya
yang tidak pernah mengikuti pendidikan
keguruan. Ada beberapa peran yang dapat
dilakukan guru sebagai tenaga pendidik, antara
lain:
(a) sebagai pekerja profesional dengan fungsi
mengajar, membimbing dan melatih
(b) pekerja kemanusiaan dengan fungsi dapat
merealisasikan seluruh kemampuan kemanusiaan
yang dimiliki,
(c) sebagai petugas kemashalakatkatan dengan
fungsi mengajar dan mendidik masyarakat untuk
menjadi warga negara yang baik.
Menurut Galbreath, J. (1999) frofesi gurtu
adalah orang yang Bekerja atas panggilan hati
nurani. Dalam melaksanakan tugas pengabdian
pada masyarakat hendaknya didasari atas
dorongan atau panggilan hati nurani. Sehingga
guru akan merasa senang dalam melaksanakan
tugas
berat
mencerdakan
anak
didik.
Pencanangan pekerjaan guru sebagai profesi kita
catat sebagai sebuah upaya pemerintah yang
sungguh-sungguh untuk meningkatkan kualitas
pendidikan. Bagaimanapun, peran guru sangatlah
vital dalam proses pendidikan. Guru merupakan
salah satu subjek bersama anak didik untuk
melakukan transfer ilmu pengetahuan (transfer of
knowledge) dan juga transfer nilai (transfer of
value).
Profesi guru memiliki tugas melayani
masyarakat dalam bidang pendidikan. Tuntutan
profesi ini memberikan layanan yang optimal
dalam bidang pendidikan kepada masyarakat.
Secara khusus guru dituntut untuk memberikan
layanan profesional kepada peserta didik agar
tujuan pembelajaran tercapai. Guru dikatakan
profesional jika ia memiliki kemampuan dan
keahlian khusus dalam bidang keguruan
sehingga mampu melaksanakan tugas dan
fungsinya sebagai guru dengan kemampuan
maksimal.
Guru memegang peranan yang sangat
penting terutama dalam membentuk watak
bangsa serta mengembangkan potensi peserta
didik. Kehadiran guru tidak tergantikan oleh
unsur yang lain, lebih-lebih dalam masyarakat
yang multicultural dan multidimensional, di
mana peranan teknologi untuk menggantikan
tugas-tugas guru masih sangat minim. Guru juga
memiliki peranan yang sangat penting dalam
menentukan keberhasilan pendidikan. Guru yang
profesional diharapkan menghasilkan lulusan
yang berkualitas.
Sesuai dengan UU RI No. 14 Tahun 2005
bahwa guru dituntut untuk memiliki Kompetensi,
maksudnya adalah seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,
dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
Kompetensi tersebut meliputi kompetensi
pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi
profesional dan kompetensi social. Dalam
kompetensi pedagogic, seorang guru atau dosen
harus mempunyai kemampuan mengelola
pembelajaran
peserta
didik.
Kompetensi
kepribadian yaitu kemampuan kepribadian yang
mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa
serta menjadi teladan peserta didik. Kompetensi
profesional adalah kemampuan penguasaan
materi pelajaran secara luas dan mendalam.
Kompetensi sosial yaitu kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif
dan efisien dengan peserta didik, sesama guru,
orang tua atau wali peserta didik, dan masyarakat
sekitar.
Kompetensi-kompetensi
tersebut
memegang peranan penting dalam pembentukan
seorang guru profesional dan ideal yang menjadi
tuntutan pada saat ini untuk mengimbangi
perubahan zaman yang semakin modern.
Oleh karena itu, agar proses pembelajaran
berhasil dan mutu pendidikan meningkat, maka
diperlukan guru yang memahami dan
menghayati profesinya, dan tentunya guru yang
memiliki wawasan pengetahuan dan ketrampilan
sehingga membuat proses pembelajaran aktif,
guru mampu menciptakan suasana pembejaran
aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan.
Profesi keguruan juga merupakan suatu
profesi yang menuntut dedikasi yang tinggi.
Selain
melaksanakan
tugasnya
menyelenggarakan pembelajaran di kelas,
seorang guru pun juga harus menyediakan sedikit
waktunya, bisa saja di luar kelas untuk
memberikan pendidikan-pendidikan tertentu
kepada peserta didiknya. Misalnya memberikan
gambaran-gambaran
atau
membentangkan
kehidupan nyata yang nanti akan ditemukan oleh
peserta didik nantinya di dalam masyarakat.
Memberikan pedoman atau panduan tertentu
kepada mereka agar mampu diterima dan
bertahan dalam kehidupan bermasyarakat.
Tentunya kesebaran dan keihklasan guru dalam
mengayomi peserta didik sangat lah dituntut.
Seorang guru harus menjadikan dirinya
sebagai guru profesional. Guru yang profesional
menguasai
berbagai
kompetensi
yang
disyaratkan untuk menjadi seorang guru. Suatu
profesi dilaksanakan oleh profesional dengan
memperhatikan dan mempergunakan perilaku
yang memenuhi norma-norma etika profesi.
Kode etik adalah kumpulan norma-norma yang
Tugas Individu
PROFESI GURU DAN KEPROFESIONALISMEANNYA
merupakan pedoman perilaku profesional dalam
melaksanakan profesi. Guru, sebagai salah satu
profesi juga mempunyai kode etik tertentu. Guru
yang profesional dan ideal harus selalu bersikap
dan bertindak sesuai dengan kode etik yang
mengatur profesinya. Kode etik guru merupakan
suatu norma atau aturan tata susila yang mengatu
tingkah laku guru, dan oleh karena itu haruslah
ditaati oleh guru. Tujuan dari kode etik guru
adalah:
1. Agar guru mempunyai rambu-rambu yang
dapat dijadikan pedoman dalam bertingkah
laku sehari-hari sebagai pendidik.
2. Agar guru dapat bercermin diri mengenai
tingkah lakunya, apakah sudah sesuai
dengan profesi pendidik yang disandangnya
ataukah belum.
3. Agar guru-guru dapat menjaga atau
mengambil langkah preventive, jangan
sampai tingkah lakunya dapat menurunkan
martabatnya sebagai seorang profesional
yang bertugas utama sebagai pendidik.
4. Agar guru selekasnya dapat kembali
(mengambil langkah kuratif), jika ternyata
apa yang mereka lakukan selama ini
bertentangan atau tidak sesuai dengan
norma-norma yang telah dirumuskan dan
disepakati sebagai kode etik guru.
5. Agar segala tingkah laku guru, senantiasa
selaras atau paling tidak, tidak bertentangan
dengan profesi yang disandangnya sebagai
seorang pendidik. Lebih lanjut dapat
diteladani oleh anak didiknya dan oleh
masyarakat umum.
Kode etik guru ini mengatur guru dalam
bersikap. Sebagaimana diketahui guru ideal
merupakan gambaran tentang kondisi guru
dimana ia mampu menjadi guru yang menjadi
tauladan baik bagi siswanya. Karenanya,
dibutuhkan
kepribadian-kepribadian
yang
menunjukkan sifat-sifat dan kepribadian yang
pantas untuk digugu dan ditiru oleh siswanya.
C. GURU PROFESIONAL DAN
FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
1. Kompetensi Guru Profesional
Menurut Suryadi dalam Suwarna (2004),
predikat guru profesional dapat dicapai dengan
memiliki empat karakteristik profesional, yaitu:
1) Kemampuan
profesional
(professional
capacity), yaitu kemampuan intelegensi,
sikap, nilai, dan keterampilan serta prestasi
dalam pekerjaannya. Secara sederhana, guru
harus menguasai materi yang diajarkan.
2) Kompetensi upaya profesional (professional
effort),
yaitu
kompetensi
untuk
membelajarkan siswanya.
3) Profesional dalam pengelolaan waktu (time
devotion).
4) Imbalan profesional (professional rent) yang
dapat menyejahterakan diri dan keluarganya.
Arifin
(2000)
mengemukakan
guru
Indonesia yang profesional dipersyaratkan
mempunyai:
1. Dasar
ilmu
yang
kuat
sebagai
pengejawantahan
terhadap
masyarakat
teknologi dan masyarakat ilmu pengetahuan
di abad 21;
2. Penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan
riset dan praksis pendidikan yaitu ilmu
pendidikan sebagai ilmu praksis bukan
hanya merupakan konsep-konsep belaka.
Pendidikan merupakan proses yang terjadi di
lapangan dan bersifat ilmiah, serta riset
pendidikan hendaknya diarahkan pada
praksis pendidikan masyarakat Indonesia;
3. Pengembangan kemampuan profesional
berkesinambungan.
Profesi guru merupakan profesi yang
berkembang
terus
menerus
dan
berkesinambungan antara LPTK dengan praktek
pendidikan. Kekerdilan profesi guru dan ilmu
pendidikan disebabkan terputusnya program preservice dan in-service karena pertimbangan
birokratis yang kaku atau manajemen pendidikan
yang lemah. Profesi guru menurut UndangUndang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen harus memiliki prinsip-prinsip profesional
seperti tercantum pada pasal 5 ayat 1, yaitu:
”Profesi guru dan dosen merupakan bidang
pekerjaan khusus yang memerlukan prinsipprinsip profesional sebagai berikut:
1) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan
idealisme.
2) Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar
belakang pendidikan sesuai dengan bidang
tugasnya.
3) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai
dengan bidang tugasnya.
4) Mematuhi kode etik profesi.
5) Memiliki hak dan kewajiban dalam
melaksanakan tugas.
6) Memperoleh penghasilan yang ditentukan
sesuai dengan prestasi kerjanya.
7) Memiliki
kesempatan
untuk
mengembangkan
profesinya
secara
berkelanjutan.
8) Memperoleh perlindungan hukum dalam
rnelaksanakan tugas profesionalnya.
Mata Kuliah Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPTK)
Dosen Pengampu: Dr. Heni Pujiastuti
Widya Fitri Maharani
9) Memiliki organisasi profesi yang berbadan
hukum”.
Lebih lanjut dalam PP No. 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 28
disebutkan bahwa ”pendidik harus memiliki
kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai
agen pembelajaran, sehat jasmani dan rokhani,
serta memilki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional”.
Apabila syarat-syarat profesionalisme guru
di atas itu terpenuhi maka akan mengubah peran
guru yang tadinya pasif menjadi guru yang
kreatif dan dinamis. Hal ini sejalan dengan
pendapat Semiawan (1991) bahwa pemenuhan
persyaratan guru profesional akan mengubah
peran guru yang semula sebagai orator yang
verbalistis menjadi berkekuatan dinamis dalam
menciptakan suatu suasana dan lingkungan
belajar yang invitation learning environment.
Dalam perkembangannya, guru memiliki multi
fungsi yaitu sebagai fasilitator, motivator,
informator, komunikator, transformator, change
agent, inovator, konselor, evaluator, dan
administrator.
2. Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya
Profesionalisme Guru
Menurut Ani M. Hasan (2003), faktorfaktor
yang
menyebabkan
rendahnya
profesionalisme guru antara lain:
a. Masih banyak guru yang tidak menekuni
profesinya secara utuh. Hal ini disebabkan
oleh banyak guru yang bekerja di luar jam
kerjanya untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari sehingga waktu untuk membaca
dan menulis untuk meningkatkan diri tidak
ada;
b. Kemungkinan disebabkan oleh adanya
perguruan tinggi swasta sebagai pencetak
guru yang lulusannya asal jadi tanpa
mempehitungkan outputnya kelak di
lapangan sehingga menyebabkan banyak
guru yang tidak patuh terhadap etika profesi
keguruan;
c. Kurangnya
motivasi
guru
dalam
meningkatkan kualitas diri karena guru tidak
dituntut untuk meneliti sebagaimana yang
diberlakukan pada dosen di perguruan
tinggi.
Secara lebih rinci, Akadum (1999)
mengemukakan bahwa ada lima penyebab
rendahnya profesionalisme guru:
a) Masih banyak guru yang tidak menekuni
profesinya secara total,
b) Rentan dan rendahnya kepatuhan guru
terhadap norma dan etika profesi keguruan,
c)
Pengakuan terhadap ilmu pendidikan dan
keguruan masih setengah hati dari
pengambilan kebijakan dan pihak-pihak
terlibat. Hal ini terbukti dari masih belum
mantapnya kelembagaan pencetak tenaga
keguruan dan kependidikan,
d) Masih belum smooth-nya perbedaan
pendapat tentang proporsi materi ajar yang
diberikan kepada calon guru,
e) Masih belum berfungsinya PGRI sebagai
organisasi profesi yang berupaya secara
maksimal meningkatkan profesionalisme
anggotanya.
Kecenderungan PGRI bersifat politis
memang tidak bisa disalahkan, terutama untuk
menjadi pressure group agar dapat meningkatkan
kesejahteraan anggotanya. Namun demikian di
masa mendatang PGRI sepantasnya mulai
mengupayakan profesionalisme para anggotanya.
Dengan melihat adanya faktor-faktor yang
menyebabkan rendahnya profesionalisme guru,
pemerintah berupaya untuk mencari alternatif
untuk meningkatkan profesi guru.
D. PENGEMBANGAN SIKAP
PROFESIONAL DAN INOVATIF
Pengembangan profesi guru pada dasarnya
hanya akan berhasil dengan baik apabila
dampaknya dapat menumbuhkan sikap inovatif.
Sikap inovatif ini akan semakin memperkuat
kemampuan profesional tenaga guru. Menurut
Prof Idochi diperlukan tujuh pelajaran guna
mendorong tenaga pendidik (guru) bersikap
inovatif serta dapat dan mau melakukan inovasi.
Ketujuh pelajaran itu adalah:
a. Belajar kreatif
b. Belajar seperti kupu-kupu
c. Belajar keindahan dunia dan indahnya jadi
pendidik (guru)
d. Belajar mulai dari yang sederhana dan konkrit
e. Belajar rotasi kehidupan
f. Belajar koordinasi dengan orang profesional
g. Belajar keluar dengan kesatuan pikiran
Tujuh
pelajaran
sebagaimana
dikemukakan di atas merupakan pelajaran
penting bagi tenaga pendidik dalam upaya
mengembangkan diri sendiri menjadi orang
profesional. Dalam kaitan ini, ketujuh pelajaran
tersebut membentuk suatu keterpaduan dan
saling terkait dalam membentuk guru yang
profesional dan inovatif.
Tugas Individu
PROFESI GURU DAN KEPROFESIONALISMEANNYA
E. UPAYA-UPAYA GURU
MENINGKATKAN
PROFESIONALISME
Peningkatan profesionalisme guru pada
akhirnya terpulang dan ditentukan oleh para
guru. Upaya apa sajakah yang harus dilakukan
guru untuk meningkatkan profesionalismenya?
Menurut Purwanto (2002), guru harus selalu
berusaha untuk melakukan hal-hal sebagai
berikut:
a. Memahami tuntutan standar profesi yang ada,
b. Mencapai kualifikasi dan kompetensi yang
dipersyaratkan,
c. Membangun hubungan kesejawatan yang baik
dan luas termasuk lewat organisasi profesi,
d. Mengembangkan etos kerja atau budaya kerja
yang mengutamakan pelayanan bermutu tinggi
kepada konstituen,
e. Mengadopsi inovasi atau mengembangkan
kreatifitas
dalam pemanfaatan
teknologi
komunikasi dan informasi mutakhir agar
senantiasa
tidak
ketinggalan
dalam
kemampuannya mengelola pembelajaran.
Upaya memahami tuntutan standar
profesi yang ada harus ditempatkan sebagai
prioritas utama jika guru kita ingin meningkatkan
profesionalismenya. Hal ini didasarkan kepada
beberapa alasan. Pertama, persaingan global
sekarang memungkinkan adanya mobilitas guru
secara lintas negara. Kedua, sebagai profesional
seorang guru harus mengikuti tuntutan
perkembangan profesi secara global, dan
tuntutan
masyarakat
yang
menghendaki
pelayanan yang lebih baik. Cara satu-satunya
untuk memenuhi standar profesi ini adalah
dengan belajar secara terus menerus sepanjang
hayat, dengan membuka diri yakni mau
mendengar dan melihat perkembangan baru di
bidangnya.
Kemudian
upaya
mencapai
kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan
juga tidak kalah pentingnya bagi guru. Dengan
dipenuhinya kualifikasi dan kompetensi yang
memadai maka guru memiliki posisi tawar yang
kuat dan memenuhi syarat yang dibutuhkan.
Peningkatan kualitas dan kompetensi ini dapat
ditempuh melalui in-service training dan
berbagai upaya lain untuk memperoleh
sertifikasi.
Upaya
membangun
hubungan
kesejawatan yang baik dan luas dapat dilakukan
guru dengan membina jaringan kerja atau
networking. Guru harus berusaha mengetahui
apa yang telah dilakukan oleh sejawatnya yang
sukses. Sehingga bisa belajar untuk mencapai
sukses yang sama atau bahkan bisa lebih baik
lagi. Melalui networking inilah guru memperoleh
akses terhadap inovasi-inovasi di bidang
profesinya. Jaringan kerja guru bisa dimulai
dengan skala sempit, misalnya mengadakan
pertemuan informal kekeluargaan dengan sesama
teman, sambil berolahraga, silaturahmi atau
melakukan kegiatan sosial lainnya. Pada
kesempatan
seperti
itu,
guru
bisa
membincangkan secara leluasa kisah suksesnya
atau sukses rekannya sehingga mereka dapat
mengambil pelajaran lewat obrolan yang santai.
Bisa juga dibina melalui jaringan kerja yang
lebih luas dengan menggunakan teknologi
komunikasi dan informasi, misalnya melalui
korenspondensi dan mungkin melalui intemet
untuk skala yang lebih luas. Apabila
korespondensi atau penggunaan intemet ini dapat
dilakukan secara intensif akan dapat diperoleh
kiat-kiat menjalankan profesi dari sejawat guru
di
seluruh
dunia.
Pada
dasarnya
networking/jaringan kerja ini dapat dibangun
sesuai situasi dan kondisi serta budaya setempat.
Selanjutnya upaya membangun etos
kerja atau budaya kerja yang mengutamakan
pelavanan bermutu tinggi kepada konstituen
merupakan suatu keharusan di zaman sekarang.
Semua bidang dituntut untuk memberikan
pelayanan prima. Guru pun harus memberikan
pelayanan prima kepada konstituennya yaitu
siswa, orangtua dan sekolah sebagai stakeholder.
Terlebih lagi pelayanan pendidikan adalah
termasuk pelayanan publik yang didanai,
diadakan, dikontrol oleh dan untuk kepentingan
publik. Oleh karena itu guru harus
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya
kepada publik.
Satu hal lagi yang dapat diupayakan
untuk peningkatan profesionalisme guru adalah
melalui adopsi inovasi atau pengembangan
kreatifitas
dalam pemanfaatan
teknologi
pendidikan yang mendayagunakan teknologi
komunikasi dan informasi mutakhir. Guru dapat
memanfaatkan media dan ide-ide baru bidang
teknologi pendidikan seperti media presentasi,
komputer (hard technologies) dan juga
pendekatan-pendekatan baru bidang teknologi
pendidikan (soft technologies). Upaya-upaya
guru untuk meningkatkan profesionalismenya
tersebut pada akhirnya memerlukan adanya
dukungan dari semua pihak yang terkait agar
benar-benar terwujud. Pihak-pihak yang harus
memberikan dukungannya tersebut adalah
organisasi profesi seperti PGRI, pemerintah dan
juga masyarakat
PENUTUP
Profesi guru merupakan profesi yang
sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa.
Guru merupakan unsur dominan dalam suatu
Mata Kuliah Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPTK)
Dosen Pengampu: Dr. Heni Pujiastuti
Widya Fitri Maharani
proses pendidikan, sehingga kualitas pendidikan
banyak ditentukan oleh kualitas pendidik dalam
menjalankan peran dan tugasnya di masyarakat.
Oleh karena itu, upaya-upaya untuk terus
mengembangkan profesi guru menjadi suatu
syarat mutlak bagi kemajuan suatu bangsa.
Meningkatnya kualitas pendidik akan
mendorong
pada
peningkatan
kualitas
pendidikan baik proses maupun hasilnya. Upaya
pemerintah untuk terus mengembangkan profesi
pendidik sebagai profesi yang kuat dan dihormati
sejajar dengan profesi lainnya terlihat dari
lahirnya UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen yang berusaha mengembangkan profesi
pendidik
melalui
perlindungan
hukum.
Pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan
profesionalisme guru diantaranya meningkatkan
kualifikasi dan persyaratan jenjang pendidikan
yang lebih tinggi bagi tenaga pengajar mulai
tingkat persekolahan sampai perguruan tinggi.
Program penyetaraan Diploma II bagi guru-guru
SD, Dilpoma III bagi guru-guru SLTP dan Strata
I (sarjana) bagi guru-guru SLTA. Upaya lain
yang dilakukan pemerintah adalah program
sertifikasi, dan pembentukan PKG (Pusat
Kegiatan Guru, dan KKG (Kelompok Kerja
Guru). Di samping itu adanya peningkatan
kesejahteraan dengan mengupayakan adanya
tunjangan profesi guru.
Dalam pengembangan profesi guru, hal
yang penting adalah membangun kemandirian di
kalangan guru sehingga dapat lebih mampu
untuk
mengaktualisasikan
dirinya
guna
mewujudkan pendidikan yang berkualitas.
Dalam hubungan ini tujuh pelajaran seperti yang
dikemukakan oleh Prof. Idochi dapat menjadi
dasar pengembangan tersebut, sehingga dapat
tumbuh sikap inovatif guru dalam melaksanakan
peran dan tugasnya mendidik masyarakat menuju
kehidupan yang lebih baik dan berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Asep Yudi Permana, Mdes. 2006. Seminar
Nasional PTK 2006_PROFESIONALISME
GURU SEBAGAI
TENAGA
KEPENDIDIKAN
DALAM
MEMPERSIAPKAN LULUSAN YANG
PROFESIONAL : SUDAH SIAPKAH?.
Dosen Jurusan Pendidikan. Teknik Arsitektur
FPTK UPI : Bandung
Afifah Asra. 2013. Artikel_GURU, PROFESI
DENGAN TUNTUTAN PROFESIONAL
DAN IDEAL. UNP_Padang.
Vera
Septi
Andrini.
2011.
Artikel_Profesionalisme
Guru
Dan
Paradigma Baru Dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan.
http://dharmapendidikan.blogspot.com/2011/
03/profesionalisme-guru-dan-paradigmabaru.html
Webpage Diakses Pada 26 April 2014.
Mustofa. 2007. Jurnal Ekonomi & Pendidikan,
Volume
4
Nomor
1.
UPAYA
PENGEMBANGAN PROFESIONALISME
GURU DI INDONESIA. Staf Pengajar FISE
: Universitas Negeri Yogyakarta
Tugas Individu
Widya Fitri Maharani
NIM: 2225110117 (Kelas B)
Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Sulatan Ageng Tirtayasa
e-mail : [email protected]
ABSTRAK
Quality education can only increase when the education service users (parents) had dared to
question the professionalism of educators as well as when the education provision has been
managed by a professional teacher, the teacher who has a certain competence in accordance
with the requirements demanded by the teaching profession. Education in essence is very
important to ensure the sustainability of the development of the nation. Without adequate
education of a nation will be lagging behind other nations in all fields. Therefore national
education goals is educating the nation and developed a complete Indonesian man, the man
who is faithful and devoted to God Almighty and virtuous, have the knowledge and skills,
physical and spiritual health, stable and independent personality and social responsibilities and
nationality. The success of the educational process in order to produce quality human resources
in accordance with national education goals determined by the educational components, namely
educational purposes, educators, learners, content / educational materials, educational tools and
educational environment. These components are interrelated and mutually support each other.
One important component is the teacher or educator.
Kata Kunci: Profesi Guru, Profesional, Profesionalisme
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hal yang sangat
penting untuk menjamin perkembangan dan
kelangsungan kehidupan bangsa. Pendidikan
adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta
didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,
dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang
akan datang. Setiap warga negara Indonesia
berhak memperoleh pendidikan pada tahap
manapun dalam perjalanan hidupnya. Pendidikan
dapat diperoleh baik melalui jalur pendidikan
sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah.
Peningkatan dan pemerataan pendidikan
merupakan salah satu aspek pembangunan yang
mendapat prioritas utama dari Pemerintah
Indonesia.
Dalam upaya pembangunan pendidikan
nasional, sangat diperlukan guru (pendidik)
dalam standard mutu kompetensi dan
profesionalisme yang terjamin. Untuk mencapai
jumlah
guru
profesional
yang
dapat
menggerakan dinamika kemajuan pendidikan
nasional diperlukan suatu proses pembinaan
berkesinambungan, tepat sasaran dan efektif.
Proses menuju guru profesional ini perlu
didukung oleh semua unsur yang terkait dengan
guru. Unsur–unsur tersebut dapat dipadukan
untuk menghasilkan suatu sistem yang dapat
dengan sendirinya bekerja menuju pembentukan
guru-guru yang profesional dalam kualitas
maupun kuantitas yang mencukupi. Sejalan
dengan kebijakan pemerintah, melalui UU No.
14 Tahun 2005 pasal 7 mengamanatkan bahwa
pemberdayaan profesi guru diselenggarakan
melalui pengembangan diri yang dilakukan
secara
demokratis,
berkeadilan,
tidak
diskriminatif,
dan
berkelanjutan
dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai
keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa,
dan kode etik profesi. Disamping itu menurut
pasal
20,
dalam
melaksanakan
tugas
keprofesionalan,
guru
berkewajiban
meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi
akademik dan kompetensi secara berkelanjutan
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni.
Guru yang berkualitas adalah guru yang
memiliki sejumlah persyaratan profesional.
Dalam diri guru profesional terdapat sejumlah
kemampuan, pengetahuan, dan komitmen yang
dibutuhkan oleh sistem pembelajaran. Dengan
guru profesional akan memungkinkan terjadinya
perbaikan pelaksanaan pembelajaran, baik
desainnya, implementasinya, maupun sistem
evaluasinya. Hal ini menunjukkan bahwa guru
profesional memiliki peran penting dalam
peningkatan mutu pembelajaran yang pada
akhirnya akan mendukung pencapaian tujuan
pendidikan secara efektif dan efesien.
Widya Fitri Maharani
Untuk mewujudkan guru profesional
bukan pekerjaan yang sederhana. Upaya
mewujudkan guru profesional merupakan
pekerjaan
yang
rumit
dan
kompleks.
Mewujudkan guru profesional tidak hanya
sekedar perbaikan gaji guru, akan tetapi banyak
faktor yang perlu dipertimbangkan. Upaya
mewujudkan guru profesional ini membutuhkan
PEMBAHASAN
A. PROFESI, PROFESIONAL DAN
PROFESIONALISME
Menurut Dra. Ani M.Hasan,M.Pd, Profesi
dalam pengertian yang lebih luas yaitu kegiatan
untuk memperoleh nafkah yang dilakukan
dengan suatu keahlian tertentu. Sedangkan dalam
arti sempit profesi berarti kegiatan yang
dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan
sekaligus dituntut daripadanya pelaksanaan
norma-norma sosial dengan baik.
Profesional adalah suatu paham yang
mencitakan dilakukannya kegiatan-kegiatan
kerja tertentu dalam masyarakat, berbekalkan
keahlian yang tinggi dan berdasarkan rasa
keterpanggilan - serta ikrar (fateri/profiteri)
untuk menerima panggilan tersebut - untuk
dengan semangat pengabdian selalu siap
memberikan pertolongan kepada sesama yang
tengah dirundung kesulitan di tengah gelapnya
kehidupan (Wignjosoebroto, 1999).
Profesionalisme adalah suatu paham yang
mencitakan dilakukannya kegiatan-kegiatan
kerja tertentu dalam masyarakat, berbekalkan
keahlian yang tinggi dan berdasarkan rasa
keterpanggilan -- serta ikrar (fateri/profiteri)
untuk menerima panggilan tersebut -- untuk
dengan semangat pengabdian selalu siap
memberikan pertolongan kepada sesama yang
tengah dirundung kesulitan ditengah gelapnya
kehidupan (Wignjosoebroto, 1999). Dengan
demikian seorang profesional jelas harus
memiliki profesi tertentu yang diperoleh melalui
sebuah proses pendidikan maupun pelatihan
yang khusus, dan disamping itu pula ada unsur
semangat pengabdian (panggilan profesi)
didalam melaksanakan suatu kegiatan kerja. Hal
ini
perlu
ditekankan
benar
untuk
membedakannya dengan kerja biasa (occupation)
yang semata bertujuan untuk mencari nafkah
dan/ atau kekayaan materiil-duniawi.
Terdapat tiga watak kerja yang merupakan
persyaratan dari seorang profesional, yaitu
(a)
harus
dilandaskan
itikad
untuk
merealisasikan kebajikan demi tegaknya
kehormatan profesi yang digelutinya (dalam
perhatian dan komitmen bersama, baik
pemerintah, masyarakat, guru sendiri, maupun
pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan
pendidikan. Dengan upaya sungguh-sungguh
yang dilakukan secara bersama-sama diharapkan
guru profesioanal lebih cepat dapat diwujudkan.
artian tidak hanya mementingkan imbalan upak
materiil semata);
(b) harus dilandasi oleh kemahiran teknis yang
berkualitas tinggi yang dicapai melalui proses
pendidikan dan/atau pelatihan yang panjang,
ekslusif dan berat;
(c) diukur dengan kualitas teknis dan kualitas
moral -- harus menundukkan diri pada sebuah
mekanisme kontrol berupa kode etik yang
dikembangkan dan disepakati bersama didalam
sebuah organisasi profesi.
Membicarakan soal kedudukan guru
sebagai tenaga profesional, akan lebih tepat
kalau diawali dari pengertian profesi. Profesi
merupakan suatu pekerjaan yang memerlukan
pendidikan lanjut di dalam science dan teknologi
yang digunakan sebagai perangkat dasar untuk
diimplementasikan dalam berbagai kegiatan yang
bermanfaat.
Berkenaan
dengan
pekerjaan
profesional, ada beberapa kriteria yang harus
dipenuhi, yaitu:
1. Memiliki spesialisasi dengan latar belakang
teori yang luas;
a. memiliki pengetahuan umum yang luas
b. memiliki keahlian khusus yang mendalam
2. Merupakan karier yang dibina secara
organisatoris;
a. adanya keterikatan dalam suatu organisasi
profesi
b. memiliki otonomi jabatan
c. memiliki kode etik jabatan
d. merupakan karya bakti seumur hidup
3. Diakui masyarakat sebagai pekerjaan yang
mempunyai status profesional;
a. memperoleh dukungan masyarakat
b. mendapat pengesahan dan perlindungan
hukum
c. memiliki prasyarat kerja yang sehat
d. memiliki jaminan hidup yang layak
Bertitik tolak dari pengertian ini, maka
pengertian guru atau dosen profesional adalah
orang yang memiliki kemampuan dan keahlian
khusus dalam bidang keguruan sehingga ia
mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai
guru atau dosen dengan kemampuan maksimal,
atau dengan kata lain guru atau dosen profesional
adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan
Tugas Individu
PROFESI GURU DAN KEPROFESIONALISMEANNYA
baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di
bidangnya.
Dari gambaran guru atau dosen yang
profesional
tersebut,
maka
kewenangan
profesional guru atau dosen dituntut memiliki
seperangkat kemampuan yang beraneka ragam
termasuk persyaratan profesional. Mengingat
tugas dan tanggung jawab guru atau dosen yang
begitu kompleksnya, maka profesi ini
memerlukan persyaratan khusus antara lain
sebagai berikut :
a. Menuntut adanya keterampilan yang
berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan
yang mendalam
b. Menekankan pada suatu keahlian di bidang
tertentu sesuai dengan bidang profesinya
c. Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan
yang memadai
d. Adanya kepekaan terhadap dampak
kemasyarakatan
dari
pekerjaan
yang
dilaksanakannya.
e. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan
dinamika kehidupan.
Seorang guru profesional dapat
dibedakan dari seorang teknisi, karena disamping
menguasai sejumlah teknik serta prosedur kerja
tertentu, seorang pekerja profesional ditandai
dengan adanya informed responsiveness terhadap
implikasi kemasyarakatan dari obyek kerjanya.
Hal ini berarti bahwa seorang guru harus
memiliki persepsi filosofis dan ketanggapan
yang bijaksana yang lebih mantap dalam
menyikapi dan melaksanakan pekerjaannya.
Kompetensi seorang guru sebagai tenaga
profesional ditandai dengan
serangkaian
diagnosis, rediagnosis, dan penyesuaian yang
terus menerus. Selain kecermatan dan ketelitian
dalam menentukan langkah guru juga harus
sabar, ulet, dan telaten serta tanggap terhadap
situasi
dan
kondisi,
sehingga
diakhir
pekerjaannya akan membuahkan hasil yang
memuaskan.
Berdasarkan pengertian profesi dengan
segala persyaratannya yang telah dikemukakan,
akan membawa konsekuensi yang mendasar
terhadap program pendidikan terutama yang
berkenaan
dengan
komponen
tenaga
kependidikan.
Guru merupakan profesi/jabatan atau
pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus
sebagai guru atau dosen. Jenis pekerjaan ini tidak
dapat dilakukan oleh sembarang orang diluar
bidang kependidikan walaupun kenyataanya
masih dilakukan orang di luar pendidikan. Itulah
sebabnya jenis profesi ini paling mudah terkena
pencemaran.
Tugas guru atau dosen sebagai profesi
meliputi mendidik, mengajar dan melatih.
Mendidik berarti meneruskan mengembangkan
nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan
dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Sedangkan
melatih
berarti
mengembangkan
keterampilan-keterampilan
pada siswa.
Tugas dan peran guru tidaklah terbatas
di dalam masyarakat, bahkan guru pada
hakekatnya merupakan komponen strategis yang
memiliki peranan yang penting dalam
menentukan gerak maju kehidupan bangsa.
Bahkan keberadaan guru merupakan faktor yang
tidak mungkin digantikan oleh komponen
manapun dalam kehidupan bangsa sejak dulu,
terlebih-lebih pada era kontenporer ini.
Keberadaan guru bagi suatu bangsa
amatlah penting, apabila bagi suatu bangsa yang
sedang
membangun
terlebih-lebih
bagi
keberlangsungan hidup bangsa ditengah- tengah
lintasan perjalanan zaman dengan teknologi yang
makin canggih dan segala perubahan serta
pergeseran nilai dan seni dalam kadar dinamik
untuk dapat mengadaptasian diri.
Semakin akurat para guru melaksanakan
fungsinya, semakin terjamin terciptanya dan
terbinanya kesiapan dan keadaan seseorang
sebagai manusia pembangunan. Dengan kata
lain, potret dan wajah diri bangsa dimasa depan
tercermin dari potret diri para guru masa kini,
dan gerak maju dinamika kehidupan bangsa
berbanding lurus dengan citra para guru
ditengah-tengah masyarakat.
Perkembangan baru terhadap pandangan
belajar mengajar membawa konsekuensi kepada
guru atau dosen untuk meningkatkan peranan
dan kompetensinya karena proses belajar
mengajar dan hasil belajar siswa sebagian besar
ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru
atau dosen. Guru atau dosen yang kompeten akan
lebih mampu menciptakan lingkungan belajar
yang efektif dan akan lebih mampu mengelola
kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada
pada tingkat optimal.
B. PROFESI GURU
Menurut Sumargi profesi guru adalah
profesi khusus luhur. Mereka yang memilih
profesi ini wajib menginsafi dan menyadari
bahwa daya dorong dalam bekerja adalah
keinginan untuk mengabdi kepada sesama serta
menjalankan dan menjunjung tinggi kode etik
yang telah diikrarkannya, bukan semata-mata
segi materinya belaka. Menurut Makagiansar, M.
(1996) profesi guru adalah orang yang memiliki
latar belakang pendidikan keguruan yang
memadai, keahlian guru dalam melaksanakan
Mata Kuliah Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPTK)
Dosen Pengampu: Dr. Heni Pujiastuti
Widya Fitri Maharani
tugas-tugas kependidikan diperoleh setelah
menempuh pendidikan keguruan tertentu.
Sedangkan Nasanius, Y. (1998) mengatakan
profesi guru yaitu kemampuan yang tidak
dimiliki oleh warga masyarakat pada umumnya
yang tidak pernah mengikuti pendidikan
keguruan. Ada beberapa peran yang dapat
dilakukan guru sebagai tenaga pendidik, antara
lain:
(a) sebagai pekerja profesional dengan fungsi
mengajar, membimbing dan melatih
(b) pekerja kemanusiaan dengan fungsi dapat
merealisasikan seluruh kemampuan kemanusiaan
yang dimiliki,
(c) sebagai petugas kemashalakatkatan dengan
fungsi mengajar dan mendidik masyarakat untuk
menjadi warga negara yang baik.
Menurut Galbreath, J. (1999) frofesi gurtu
adalah orang yang Bekerja atas panggilan hati
nurani. Dalam melaksanakan tugas pengabdian
pada masyarakat hendaknya didasari atas
dorongan atau panggilan hati nurani. Sehingga
guru akan merasa senang dalam melaksanakan
tugas
berat
mencerdakan
anak
didik.
Pencanangan pekerjaan guru sebagai profesi kita
catat sebagai sebuah upaya pemerintah yang
sungguh-sungguh untuk meningkatkan kualitas
pendidikan. Bagaimanapun, peran guru sangatlah
vital dalam proses pendidikan. Guru merupakan
salah satu subjek bersama anak didik untuk
melakukan transfer ilmu pengetahuan (transfer of
knowledge) dan juga transfer nilai (transfer of
value).
Profesi guru memiliki tugas melayani
masyarakat dalam bidang pendidikan. Tuntutan
profesi ini memberikan layanan yang optimal
dalam bidang pendidikan kepada masyarakat.
Secara khusus guru dituntut untuk memberikan
layanan profesional kepada peserta didik agar
tujuan pembelajaran tercapai. Guru dikatakan
profesional jika ia memiliki kemampuan dan
keahlian khusus dalam bidang keguruan
sehingga mampu melaksanakan tugas dan
fungsinya sebagai guru dengan kemampuan
maksimal.
Guru memegang peranan yang sangat
penting terutama dalam membentuk watak
bangsa serta mengembangkan potensi peserta
didik. Kehadiran guru tidak tergantikan oleh
unsur yang lain, lebih-lebih dalam masyarakat
yang multicultural dan multidimensional, di
mana peranan teknologi untuk menggantikan
tugas-tugas guru masih sangat minim. Guru juga
memiliki peranan yang sangat penting dalam
menentukan keberhasilan pendidikan. Guru yang
profesional diharapkan menghasilkan lulusan
yang berkualitas.
Sesuai dengan UU RI No. 14 Tahun 2005
bahwa guru dituntut untuk memiliki Kompetensi,
maksudnya adalah seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,
dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
Kompetensi tersebut meliputi kompetensi
pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi
profesional dan kompetensi social. Dalam
kompetensi pedagogic, seorang guru atau dosen
harus mempunyai kemampuan mengelola
pembelajaran
peserta
didik.
Kompetensi
kepribadian yaitu kemampuan kepribadian yang
mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa
serta menjadi teladan peserta didik. Kompetensi
profesional adalah kemampuan penguasaan
materi pelajaran secara luas dan mendalam.
Kompetensi sosial yaitu kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif
dan efisien dengan peserta didik, sesama guru,
orang tua atau wali peserta didik, dan masyarakat
sekitar.
Kompetensi-kompetensi
tersebut
memegang peranan penting dalam pembentukan
seorang guru profesional dan ideal yang menjadi
tuntutan pada saat ini untuk mengimbangi
perubahan zaman yang semakin modern.
Oleh karena itu, agar proses pembelajaran
berhasil dan mutu pendidikan meningkat, maka
diperlukan guru yang memahami dan
menghayati profesinya, dan tentunya guru yang
memiliki wawasan pengetahuan dan ketrampilan
sehingga membuat proses pembelajaran aktif,
guru mampu menciptakan suasana pembejaran
aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan.
Profesi keguruan juga merupakan suatu
profesi yang menuntut dedikasi yang tinggi.
Selain
melaksanakan
tugasnya
menyelenggarakan pembelajaran di kelas,
seorang guru pun juga harus menyediakan sedikit
waktunya, bisa saja di luar kelas untuk
memberikan pendidikan-pendidikan tertentu
kepada peserta didiknya. Misalnya memberikan
gambaran-gambaran
atau
membentangkan
kehidupan nyata yang nanti akan ditemukan oleh
peserta didik nantinya di dalam masyarakat.
Memberikan pedoman atau panduan tertentu
kepada mereka agar mampu diterima dan
bertahan dalam kehidupan bermasyarakat.
Tentunya kesebaran dan keihklasan guru dalam
mengayomi peserta didik sangat lah dituntut.
Seorang guru harus menjadikan dirinya
sebagai guru profesional. Guru yang profesional
menguasai
berbagai
kompetensi
yang
disyaratkan untuk menjadi seorang guru. Suatu
profesi dilaksanakan oleh profesional dengan
memperhatikan dan mempergunakan perilaku
yang memenuhi norma-norma etika profesi.
Kode etik adalah kumpulan norma-norma yang
Tugas Individu
PROFESI GURU DAN KEPROFESIONALISMEANNYA
merupakan pedoman perilaku profesional dalam
melaksanakan profesi. Guru, sebagai salah satu
profesi juga mempunyai kode etik tertentu. Guru
yang profesional dan ideal harus selalu bersikap
dan bertindak sesuai dengan kode etik yang
mengatur profesinya. Kode etik guru merupakan
suatu norma atau aturan tata susila yang mengatu
tingkah laku guru, dan oleh karena itu haruslah
ditaati oleh guru. Tujuan dari kode etik guru
adalah:
1. Agar guru mempunyai rambu-rambu yang
dapat dijadikan pedoman dalam bertingkah
laku sehari-hari sebagai pendidik.
2. Agar guru dapat bercermin diri mengenai
tingkah lakunya, apakah sudah sesuai
dengan profesi pendidik yang disandangnya
ataukah belum.
3. Agar guru-guru dapat menjaga atau
mengambil langkah preventive, jangan
sampai tingkah lakunya dapat menurunkan
martabatnya sebagai seorang profesional
yang bertugas utama sebagai pendidik.
4. Agar guru selekasnya dapat kembali
(mengambil langkah kuratif), jika ternyata
apa yang mereka lakukan selama ini
bertentangan atau tidak sesuai dengan
norma-norma yang telah dirumuskan dan
disepakati sebagai kode etik guru.
5. Agar segala tingkah laku guru, senantiasa
selaras atau paling tidak, tidak bertentangan
dengan profesi yang disandangnya sebagai
seorang pendidik. Lebih lanjut dapat
diteladani oleh anak didiknya dan oleh
masyarakat umum.
Kode etik guru ini mengatur guru dalam
bersikap. Sebagaimana diketahui guru ideal
merupakan gambaran tentang kondisi guru
dimana ia mampu menjadi guru yang menjadi
tauladan baik bagi siswanya. Karenanya,
dibutuhkan
kepribadian-kepribadian
yang
menunjukkan sifat-sifat dan kepribadian yang
pantas untuk digugu dan ditiru oleh siswanya.
C. GURU PROFESIONAL DAN
FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
1. Kompetensi Guru Profesional
Menurut Suryadi dalam Suwarna (2004),
predikat guru profesional dapat dicapai dengan
memiliki empat karakteristik profesional, yaitu:
1) Kemampuan
profesional
(professional
capacity), yaitu kemampuan intelegensi,
sikap, nilai, dan keterampilan serta prestasi
dalam pekerjaannya. Secara sederhana, guru
harus menguasai materi yang diajarkan.
2) Kompetensi upaya profesional (professional
effort),
yaitu
kompetensi
untuk
membelajarkan siswanya.
3) Profesional dalam pengelolaan waktu (time
devotion).
4) Imbalan profesional (professional rent) yang
dapat menyejahterakan diri dan keluarganya.
Arifin
(2000)
mengemukakan
guru
Indonesia yang profesional dipersyaratkan
mempunyai:
1. Dasar
ilmu
yang
kuat
sebagai
pengejawantahan
terhadap
masyarakat
teknologi dan masyarakat ilmu pengetahuan
di abad 21;
2. Penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan
riset dan praksis pendidikan yaitu ilmu
pendidikan sebagai ilmu praksis bukan
hanya merupakan konsep-konsep belaka.
Pendidikan merupakan proses yang terjadi di
lapangan dan bersifat ilmiah, serta riset
pendidikan hendaknya diarahkan pada
praksis pendidikan masyarakat Indonesia;
3. Pengembangan kemampuan profesional
berkesinambungan.
Profesi guru merupakan profesi yang
berkembang
terus
menerus
dan
berkesinambungan antara LPTK dengan praktek
pendidikan. Kekerdilan profesi guru dan ilmu
pendidikan disebabkan terputusnya program preservice dan in-service karena pertimbangan
birokratis yang kaku atau manajemen pendidikan
yang lemah. Profesi guru menurut UndangUndang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen harus memiliki prinsip-prinsip profesional
seperti tercantum pada pasal 5 ayat 1, yaitu:
”Profesi guru dan dosen merupakan bidang
pekerjaan khusus yang memerlukan prinsipprinsip profesional sebagai berikut:
1) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan
idealisme.
2) Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar
belakang pendidikan sesuai dengan bidang
tugasnya.
3) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai
dengan bidang tugasnya.
4) Mematuhi kode etik profesi.
5) Memiliki hak dan kewajiban dalam
melaksanakan tugas.
6) Memperoleh penghasilan yang ditentukan
sesuai dengan prestasi kerjanya.
7) Memiliki
kesempatan
untuk
mengembangkan
profesinya
secara
berkelanjutan.
8) Memperoleh perlindungan hukum dalam
rnelaksanakan tugas profesionalnya.
Mata Kuliah Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPTK)
Dosen Pengampu: Dr. Heni Pujiastuti
Widya Fitri Maharani
9) Memiliki organisasi profesi yang berbadan
hukum”.
Lebih lanjut dalam PP No. 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 28
disebutkan bahwa ”pendidik harus memiliki
kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai
agen pembelajaran, sehat jasmani dan rokhani,
serta memilki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional”.
Apabila syarat-syarat profesionalisme guru
di atas itu terpenuhi maka akan mengubah peran
guru yang tadinya pasif menjadi guru yang
kreatif dan dinamis. Hal ini sejalan dengan
pendapat Semiawan (1991) bahwa pemenuhan
persyaratan guru profesional akan mengubah
peran guru yang semula sebagai orator yang
verbalistis menjadi berkekuatan dinamis dalam
menciptakan suatu suasana dan lingkungan
belajar yang invitation learning environment.
Dalam perkembangannya, guru memiliki multi
fungsi yaitu sebagai fasilitator, motivator,
informator, komunikator, transformator, change
agent, inovator, konselor, evaluator, dan
administrator.
2. Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya
Profesionalisme Guru
Menurut Ani M. Hasan (2003), faktorfaktor
yang
menyebabkan
rendahnya
profesionalisme guru antara lain:
a. Masih banyak guru yang tidak menekuni
profesinya secara utuh. Hal ini disebabkan
oleh banyak guru yang bekerja di luar jam
kerjanya untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari sehingga waktu untuk membaca
dan menulis untuk meningkatkan diri tidak
ada;
b. Kemungkinan disebabkan oleh adanya
perguruan tinggi swasta sebagai pencetak
guru yang lulusannya asal jadi tanpa
mempehitungkan outputnya kelak di
lapangan sehingga menyebabkan banyak
guru yang tidak patuh terhadap etika profesi
keguruan;
c. Kurangnya
motivasi
guru
dalam
meningkatkan kualitas diri karena guru tidak
dituntut untuk meneliti sebagaimana yang
diberlakukan pada dosen di perguruan
tinggi.
Secara lebih rinci, Akadum (1999)
mengemukakan bahwa ada lima penyebab
rendahnya profesionalisme guru:
a) Masih banyak guru yang tidak menekuni
profesinya secara total,
b) Rentan dan rendahnya kepatuhan guru
terhadap norma dan etika profesi keguruan,
c)
Pengakuan terhadap ilmu pendidikan dan
keguruan masih setengah hati dari
pengambilan kebijakan dan pihak-pihak
terlibat. Hal ini terbukti dari masih belum
mantapnya kelembagaan pencetak tenaga
keguruan dan kependidikan,
d) Masih belum smooth-nya perbedaan
pendapat tentang proporsi materi ajar yang
diberikan kepada calon guru,
e) Masih belum berfungsinya PGRI sebagai
organisasi profesi yang berupaya secara
maksimal meningkatkan profesionalisme
anggotanya.
Kecenderungan PGRI bersifat politis
memang tidak bisa disalahkan, terutama untuk
menjadi pressure group agar dapat meningkatkan
kesejahteraan anggotanya. Namun demikian di
masa mendatang PGRI sepantasnya mulai
mengupayakan profesionalisme para anggotanya.
Dengan melihat adanya faktor-faktor yang
menyebabkan rendahnya profesionalisme guru,
pemerintah berupaya untuk mencari alternatif
untuk meningkatkan profesi guru.
D. PENGEMBANGAN SIKAP
PROFESIONAL DAN INOVATIF
Pengembangan profesi guru pada dasarnya
hanya akan berhasil dengan baik apabila
dampaknya dapat menumbuhkan sikap inovatif.
Sikap inovatif ini akan semakin memperkuat
kemampuan profesional tenaga guru. Menurut
Prof Idochi diperlukan tujuh pelajaran guna
mendorong tenaga pendidik (guru) bersikap
inovatif serta dapat dan mau melakukan inovasi.
Ketujuh pelajaran itu adalah:
a. Belajar kreatif
b. Belajar seperti kupu-kupu
c. Belajar keindahan dunia dan indahnya jadi
pendidik (guru)
d. Belajar mulai dari yang sederhana dan konkrit
e. Belajar rotasi kehidupan
f. Belajar koordinasi dengan orang profesional
g. Belajar keluar dengan kesatuan pikiran
Tujuh
pelajaran
sebagaimana
dikemukakan di atas merupakan pelajaran
penting bagi tenaga pendidik dalam upaya
mengembangkan diri sendiri menjadi orang
profesional. Dalam kaitan ini, ketujuh pelajaran
tersebut membentuk suatu keterpaduan dan
saling terkait dalam membentuk guru yang
profesional dan inovatif.
Tugas Individu
PROFESI GURU DAN KEPROFESIONALISMEANNYA
E. UPAYA-UPAYA GURU
MENINGKATKAN
PROFESIONALISME
Peningkatan profesionalisme guru pada
akhirnya terpulang dan ditentukan oleh para
guru. Upaya apa sajakah yang harus dilakukan
guru untuk meningkatkan profesionalismenya?
Menurut Purwanto (2002), guru harus selalu
berusaha untuk melakukan hal-hal sebagai
berikut:
a. Memahami tuntutan standar profesi yang ada,
b. Mencapai kualifikasi dan kompetensi yang
dipersyaratkan,
c. Membangun hubungan kesejawatan yang baik
dan luas termasuk lewat organisasi profesi,
d. Mengembangkan etos kerja atau budaya kerja
yang mengutamakan pelayanan bermutu tinggi
kepada konstituen,
e. Mengadopsi inovasi atau mengembangkan
kreatifitas
dalam pemanfaatan
teknologi
komunikasi dan informasi mutakhir agar
senantiasa
tidak
ketinggalan
dalam
kemampuannya mengelola pembelajaran.
Upaya memahami tuntutan standar
profesi yang ada harus ditempatkan sebagai
prioritas utama jika guru kita ingin meningkatkan
profesionalismenya. Hal ini didasarkan kepada
beberapa alasan. Pertama, persaingan global
sekarang memungkinkan adanya mobilitas guru
secara lintas negara. Kedua, sebagai profesional
seorang guru harus mengikuti tuntutan
perkembangan profesi secara global, dan
tuntutan
masyarakat
yang
menghendaki
pelayanan yang lebih baik. Cara satu-satunya
untuk memenuhi standar profesi ini adalah
dengan belajar secara terus menerus sepanjang
hayat, dengan membuka diri yakni mau
mendengar dan melihat perkembangan baru di
bidangnya.
Kemudian
upaya
mencapai
kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan
juga tidak kalah pentingnya bagi guru. Dengan
dipenuhinya kualifikasi dan kompetensi yang
memadai maka guru memiliki posisi tawar yang
kuat dan memenuhi syarat yang dibutuhkan.
Peningkatan kualitas dan kompetensi ini dapat
ditempuh melalui in-service training dan
berbagai upaya lain untuk memperoleh
sertifikasi.
Upaya
membangun
hubungan
kesejawatan yang baik dan luas dapat dilakukan
guru dengan membina jaringan kerja atau
networking. Guru harus berusaha mengetahui
apa yang telah dilakukan oleh sejawatnya yang
sukses. Sehingga bisa belajar untuk mencapai
sukses yang sama atau bahkan bisa lebih baik
lagi. Melalui networking inilah guru memperoleh
akses terhadap inovasi-inovasi di bidang
profesinya. Jaringan kerja guru bisa dimulai
dengan skala sempit, misalnya mengadakan
pertemuan informal kekeluargaan dengan sesama
teman, sambil berolahraga, silaturahmi atau
melakukan kegiatan sosial lainnya. Pada
kesempatan
seperti
itu,
guru
bisa
membincangkan secara leluasa kisah suksesnya
atau sukses rekannya sehingga mereka dapat
mengambil pelajaran lewat obrolan yang santai.
Bisa juga dibina melalui jaringan kerja yang
lebih luas dengan menggunakan teknologi
komunikasi dan informasi, misalnya melalui
korenspondensi dan mungkin melalui intemet
untuk skala yang lebih luas. Apabila
korespondensi atau penggunaan intemet ini dapat
dilakukan secara intensif akan dapat diperoleh
kiat-kiat menjalankan profesi dari sejawat guru
di
seluruh
dunia.
Pada
dasarnya
networking/jaringan kerja ini dapat dibangun
sesuai situasi dan kondisi serta budaya setempat.
Selanjutnya upaya membangun etos
kerja atau budaya kerja yang mengutamakan
pelavanan bermutu tinggi kepada konstituen
merupakan suatu keharusan di zaman sekarang.
Semua bidang dituntut untuk memberikan
pelayanan prima. Guru pun harus memberikan
pelayanan prima kepada konstituennya yaitu
siswa, orangtua dan sekolah sebagai stakeholder.
Terlebih lagi pelayanan pendidikan adalah
termasuk pelayanan publik yang didanai,
diadakan, dikontrol oleh dan untuk kepentingan
publik. Oleh karena itu guru harus
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya
kepada publik.
Satu hal lagi yang dapat diupayakan
untuk peningkatan profesionalisme guru adalah
melalui adopsi inovasi atau pengembangan
kreatifitas
dalam pemanfaatan
teknologi
pendidikan yang mendayagunakan teknologi
komunikasi dan informasi mutakhir. Guru dapat
memanfaatkan media dan ide-ide baru bidang
teknologi pendidikan seperti media presentasi,
komputer (hard technologies) dan juga
pendekatan-pendekatan baru bidang teknologi
pendidikan (soft technologies). Upaya-upaya
guru untuk meningkatkan profesionalismenya
tersebut pada akhirnya memerlukan adanya
dukungan dari semua pihak yang terkait agar
benar-benar terwujud. Pihak-pihak yang harus
memberikan dukungannya tersebut adalah
organisasi profesi seperti PGRI, pemerintah dan
juga masyarakat
PENUTUP
Profesi guru merupakan profesi yang
sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa.
Guru merupakan unsur dominan dalam suatu
Mata Kuliah Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPTK)
Dosen Pengampu: Dr. Heni Pujiastuti
Widya Fitri Maharani
proses pendidikan, sehingga kualitas pendidikan
banyak ditentukan oleh kualitas pendidik dalam
menjalankan peran dan tugasnya di masyarakat.
Oleh karena itu, upaya-upaya untuk terus
mengembangkan profesi guru menjadi suatu
syarat mutlak bagi kemajuan suatu bangsa.
Meningkatnya kualitas pendidik akan
mendorong
pada
peningkatan
kualitas
pendidikan baik proses maupun hasilnya. Upaya
pemerintah untuk terus mengembangkan profesi
pendidik sebagai profesi yang kuat dan dihormati
sejajar dengan profesi lainnya terlihat dari
lahirnya UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen yang berusaha mengembangkan profesi
pendidik
melalui
perlindungan
hukum.
Pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan
profesionalisme guru diantaranya meningkatkan
kualifikasi dan persyaratan jenjang pendidikan
yang lebih tinggi bagi tenaga pengajar mulai
tingkat persekolahan sampai perguruan tinggi.
Program penyetaraan Diploma II bagi guru-guru
SD, Dilpoma III bagi guru-guru SLTP dan Strata
I (sarjana) bagi guru-guru SLTA. Upaya lain
yang dilakukan pemerintah adalah program
sertifikasi, dan pembentukan PKG (Pusat
Kegiatan Guru, dan KKG (Kelompok Kerja
Guru). Di samping itu adanya peningkatan
kesejahteraan dengan mengupayakan adanya
tunjangan profesi guru.
Dalam pengembangan profesi guru, hal
yang penting adalah membangun kemandirian di
kalangan guru sehingga dapat lebih mampu
untuk
mengaktualisasikan
dirinya
guna
mewujudkan pendidikan yang berkualitas.
Dalam hubungan ini tujuh pelajaran seperti yang
dikemukakan oleh Prof. Idochi dapat menjadi
dasar pengembangan tersebut, sehingga dapat
tumbuh sikap inovatif guru dalam melaksanakan
peran dan tugasnya mendidik masyarakat menuju
kehidupan yang lebih baik dan berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Asep Yudi Permana, Mdes. 2006. Seminar
Nasional PTK 2006_PROFESIONALISME
GURU SEBAGAI
TENAGA
KEPENDIDIKAN
DALAM
MEMPERSIAPKAN LULUSAN YANG
PROFESIONAL : SUDAH SIAPKAH?.
Dosen Jurusan Pendidikan. Teknik Arsitektur
FPTK UPI : Bandung
Afifah Asra. 2013. Artikel_GURU, PROFESI
DENGAN TUNTUTAN PROFESIONAL
DAN IDEAL. UNP_Padang.
Vera
Septi
Andrini.
2011.
Artikel_Profesionalisme
Guru
Dan
Paradigma Baru Dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan.
http://dharmapendidikan.blogspot.com/2011/
03/profesionalisme-guru-dan-paradigmabaru.html
Webpage Diakses Pada 26 April 2014.
Mustofa. 2007. Jurnal Ekonomi & Pendidikan,
Volume
4
Nomor
1.
UPAYA
PENGEMBANGAN PROFESIONALISME
GURU DI INDONESIA. Staf Pengajar FISE
: Universitas Negeri Yogyakarta
Tugas Individu