Analisis Pengaruh Auditor Industry Specialization, Audit Tenure, Ukuran Perusahaan, dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LANDASAN TEORI

2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory)

Dalam jurnal Mirna dan Indria (2011), Jensen dan Meckling (1976) menggambarkan hubungan agensi sebagai suatu kontrak di bawah satu atau lebih prinsipal yang melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Shareholders atau prinsipal mendelegasikan pembuatan keputusan mengenai perusahaan kepada manajer atau agen.

Hubungan keagenan itu hubungan yang timbul apabila principal memberikan mandat kepada agen untuk melaksanakan pekerjaan dan principal memberikan wewenang di dalam pengambilan keputusan kepada agen tersebut.

Dalam kenyataannya, manajer tidak selalu bertindak sesuai dengan keinginan shareholders. Salah satu penyebabnya adalah moral hazard. Menurut Indria (2011) “Moral hazard adalah tindakan yang dilakukan manajer tidak sepenuhnya diketahui oleh pemegang saham”. Manajer bisa melakukan tindakan melanggar kontrak antara manajemen dengan pemegang saham.Manajer melakukan moral hazard karena adanya kondisi asymmetry information antara manajeman dengan pemegang saham, yang lebih menguntungkan pemegang saham. Dalam konteks keagenan,


(2)

dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator antara principal dan agen. Pihak ketiga ini berfungsi memonitori perilaku manajer sebagai agen dan memastikan bahwa agen bertindak sesuai dengan kepentingan principal. Auditor adalah pihak yang dianggap mampu menjembatani kepentingan pihak principal (shareholders) dengan pihak manajer sebagi bentuk pertanggungjawabannya pada pemegang saham. Tugas auditor adalah memberikan opini atas kewajaran laporang keuangan berdasarkan standar akuntansi yang berlaku umum, disamping pertimbangan professional auditor akan kelangsungan hidup perusahaan di masa yang akan datang.

Penggunaan auditor eksternal yang independen untuk meverifikasi data-data akuntansi yang dilaporkan oleh manajemen merupakan mekanisme yang didorong oleh pasar dengan tujuan untuk mengurangi agency cost. Manajemen perusahaan selalu berupaya memberikan kepuasan kepada keinginan investor dengan memlih auditor yang dapat merefleksikan citra manajer yang baik dimata investor. Hal ini berarti kualitas pelayanan jasa auditor yang diberikan terhadap klien menjadi dasar pertimbangan utama di dalam menyeleksi auditor.

Auditor dituntut untuk menjaga independensi dan memiliki kepentingan untuk mempertahankan atau meningkatkan jasa auditnya dengan memenuhi keinginan klien audit, terutama klien jangka panjang , sehingga hal ini dapat menjamin kelanjutan perikatan audit.


(3)

Ketergantungan ekonomi dapat menjadi factor utama penyebab adanya insentif untuk bekerja sama dengan manajemen yang curang. Ditinjau dari sudut ini , maka perikatan audit jangka panjang akan terjalin hubungan kedekatan dan loyalitas antara auditor dank lien. Apabila penugasan auditor yang sekarang diperthankan dalam jangka waktu yang lama di masa depan, maka memungkinkan auditor tersebut menjadi merasa nyaman, sehingga obyektivitas audit akan terganggu.

2.1.2 Kualitas Audit

Menurut I Gusti (2008;29), “secara sederhana, audit (auditing) adalah kegiatan membandingkan suatu kriteria (apa yang seharusnya) dengan kondisi (apa yang sebenarnya terjadi)”.

Audit berkaitan erat dengan akuntabilitas dan atesti. Akuntabilitas berkaitan dengan kewajiban pihak dalam organisasi untuk melaporkan pertanggungjawabannya kepada pihak eksternal atau pihak lain dengan kewenangan yang lebih tinggi. Untuk menjamin keandalan informasi dalam laporan akuntabilitas tersebut, dibutuhkan pihak yang independen untuk memberikan atestasi atas informasi tersebut denga cara melakukan audit.

Unsur-unsur penting yang terdapat di dalam auditing menurut Mulyadi (2002:9) yaitu:

1. Suatu proses sistematik.


(4)

4. Menetapkan tingkat kesesuaian, kriteria yang telah ditetapkan, penyampaian hasil, dan pemakai yang berkepentingan.

Menurut I Gusti (2008;31) Audit dikelompokkan menjadi tiga yaitu: 1. Audit laporan keuangan

Audit keuangan yaitu audit atas laporan keuangan yang bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance), apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

2. Audit Kinerja

Audit kinerja adalah audit yang dilakukan secara objektif dan sistematis terhadap berbagai macam bukti untuk menilai kinerja entitas yang diaudit dalam hal ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja dan entitas yang diaudit dan meningkatkan akuntabilitas publik.

3. Audit dengan Tujuan Tertentu

Audit dengan tujuan tertentu adalah audit khusus, diluar audit keuangan dan audit kinerja yang bertujuan untuk memberikan simpulan atas hal yang diaudit.

Sedangkan kualitas audit itu sendiri menurut (DeAngelo, 1981) dalam (Ni Made & I Made, 2014) “merupakan adanya kecenderungan auditor akan mendeteksi adanya fraud yang terdapat dalam laporan keuangan klien”.

2.1.3 Auditor Industry Specialization

Auditor yang memiliki spsialisasi di bidang tertentu dalam melakukan audit laporan keuanan kliennya memiliki pemahaman dan pegetahuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan auditor yang tidak memiliki spesialisasi. Auditor dapat dikatakan sebagai auditor yang


(5)

memiliki spesialisasi di suatu industry apabila auditor tersebut telah mengikuti pelatihan-pelatihan yang berfokus pada suatu industry tertentu.

GAO (Government Accountability Officer ) menyimpulkan bahwa auditor spesialisasi industri ikut bertanggung jawab atas tingginya tingkat konsentrasi auditor di banyak industri.

Ketatnya persaingan dan kompetisi dalam profesi akuntan publik serta adanya peraturan akuntansi yang baru dalam industri tertentu, setiap Kantor Akuntan Publik (KAP) mencari cara untuk membedakan diri mereka dengan kompetitor yang lain. Salah satunya adalah dengan menyusun divisi audit mereka sesuai dengan jenis industri. Menurut Kirana (2013) “auditor spesialisasi industry cenderung melakukan investasi yang lebih besar dalam rekrutmen pegawai, pelatihan, teknologi informasi dan teknologi audit daripada auditor non spesialisasi industry”.

Auditor spesialisasi industri memberikan beberapa keuntungan terhadap Kantor Akuntan Publik (KAP), diantaranya dapat meningkatkan pangsa pasar dan keuntungan sebagai return dari investasi dalam spesialisasi serta menjaga pangsa pasar dalam lingkungan yang bersaing. Auditor spesialisasi industri dapat melakukan pekerjaaan mereka dengan kualitas yang lebih tinggi karena kemampuan mereka untuk mengenali dan mengekspos masalah-masalh khusus dalam industri tertentu.


(6)

2.1.4 Audit Tenure

Menurut (Nurul,Nur, azlina, 2012) “audit tenure adalah jangka waktu perikatan yang terjalin antara KAP dengan auditee yang sama”

Auditor mempunyai kepentingan untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan opini dari jasa auditnya dengan memenuhi keinginan klien, terutama klien jangka panjang untuk menjamin kelanjutan dari audit tenure. Audit tenure jangka panjang akan membuat kedekatan dan loyalitas antara auditor dan klien karena auditor akan merasa nyaman dengan klien tersebut. Hal ini dapat menurunkan obyektifitas audit dan independensi auditor sehingga akan berdampak pada hasil dan kualitas audit.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa, ada dua faktor utama yang memicu timbulnya hubungan yang negatif antara auditor-klien dan kualitas audit yaitu pengikisan independensi yang mungkin muncul seiring dengan berkembangnya hubungan pribadi antara auditor dan klien mereka serta berkurangnya kapasitas auditor untuk memberikan penilaian kritikal. Sedangkan Dao et all (2008) dalam Sinaga (2012) menyatakan “hubungan yang lama antara perusahaan dengan kantor akuntan dapat mengarahkan pada kedekatan antara kantor akuntan dengan manajemen perusahaan sehingga membuat sikap independen menjadi sulit untuk diterapkan oleh kantor akuntan”.


(7)

2.1.5 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan gambaran besar atau kecilnya suatu perusahaan yang ditentukan dengan batas-batas tertentu yang sudah ditentukan. Ukuran perusahaan dapat diukur dengan berbagai cara, antara lain total aset, nilai pasar, dan penjualan perusahaan. Pengukuran dengan menggunakan total aset digunakan sebagai proksi ukuran perusahaan dengan mempertimbangkan bahwa nilai aset relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai pasar dan penjualan.

Menurut Sugiarto (2009:), “semakin besar perusahaan semakin baik aksesnya ke pasar modal, namun juga memiliki biaya meminjam lebih rendah”. Perusahaan yang berukuran besar memiliki basis pemegang kepentingan yang lebih luas, sehingga berbagai kebijakan perusahaan besar akan berdampak lebih besar terhadap kepentingan publik dibandingkan dengan perusahaan kecil. Oleh karena itu, perusahaan yang berukuran besar lebih dikenal oleh masyarakat dan melibatkan lebih banyak pihak dalam kegiatan operasi perusahaan.

Selain itu, perusahaan yang memiliki total aset yang besar menunjukkan bahwa perusahaan telah mencapai tahap kedewasaan, dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih


(8)

mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total aset yang kecil.

2.1.6 Independensi Auditor

Menurut Siti dan Ely (2010:13) auditor independen ialah orang yang bertanggung jawab atas audit laporan keuangan historis auditee-nya. Independen dimaksudkan sebagai sikap mental auditor yang memiliki integritas tinggi, obyektif pada permasalahan yang timbul dan tidak memihak pada kepentingan manapun.

Sedangkan Independensi menurut Mulyadi (2002:26-27) “dapat diartikan sebagai sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain”. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.

Dalam kenyataannya auditor seringkali menemui kesulitan dalam mempertahankan sikap mental independen. Keadaan yang seringkali mengganggu sikap mental independen auditor adalah sebagai berikut (Mulyadi, 2002:27) :

1. Sebagai seorang yang melaksanakan audit secara independen, auditor dibayar oleh kliennya atas jasanya tersebut.

2. Sebagai penjual jasa seringkali auditor mempunyai kecenderungan untuk memuaskan keinginan kliennya.

3. Mempertahankan sikap mental independen seringkali dapat menyebabkan lepasnya klien.


(9)

Standar umum audit yang kedua menyatakan bahwa “dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor”.(SA Seksi 220). Standar ini mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Sikap mental independen tersebut harus meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun dalam penampilan (in appearance).

2.2 PENELITIAN TERDAHULU

Penelitian yang dilakukan Ni Made dan I Made (2014) tidak menemukan adanya pengaruh signifikan masa perikatan audit terhadap kualitas audit yang dihasilkan, hal tersebut berarti masa perikatan yang panjang belum tentu menghasilkan hasil audit yang lebih baik disbanding masa perikatan yang lebih singkat. Namun dalam penelitian Yugotian (2011) menemukan pengaruh positif dan signifikan masa perikatan audit terhadap kualitas audit yang dihasilkan.

Pada penelitian Dinda Ayu Kartikasari (2012) yang menggunakan beberapa pengukuran menemukan adanya hubungan kuadratik antara tenure AP dan kualitas audit pada model Kaznik periode sebelum regulasi, tenure AP berhungan linier positif dengan kualitas audit pada model Modified Jones dan Dechow periode sebelum regulasi, sedangkan tenure KAP berhubungan linier negative dengan kualitas audit pada model Kaznik. Pada penelitian skripsi lain


(10)

yang dilakukan oleh Daud M.T Sinaga (2012) menyatakan bahwa audit tenure tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Dalam hal auditor spesialis industri yang dikutip dari Indria (2011) penelitian yang dilakukan oleh Ohwoso (2002) “menjelaskan bahwa manajer dan senior audit spesialis akan lebih baik dalam mendeteksi terjadinya kesalahan jika mereka diberikan tugas audit sesuai dengan spesialisasi mereka”. Dan dari penelitian Almutairi et al (2009) “diperoleh kesimpulan bahwa terjadi penurunan peluang terjadinya private information yang terdapat pada perusahaan yang diaudit oleh auditor spesialis, yang dikarenakan peningkatan disclosure dan kualitas audit”.

Penelitian tentang pengaruh ukuran perusahaan terhadap kualitas audit juga dilakukan Daud (2012) yang menghasilkan adanya pengaruh signifikan ukuran perusahaan terhadap kualitas audit. Penelitian Ni Made dan I Made (2014) menyatakan adanya pengaruh positif ukuran perusahaan terhadap kualitas audit..

Adapun perbedaan penelitian ini dari penelitian sebelumnya yaitu tahun penelitian yang dilakukan, penelitian ini dilakukan antara tahun 2011-2013 pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perbedaan lain yakni cara pengukuran variabel dependennya, Daud M.T Sinaga menggunakan proksi Opini Going Concern sebagai pengukuran kualitas audit, sedangkan


(11)

penelitian ini menggunakan proksi ukuran KAP Big Four dan Non Big Four sebagai pengukuran kualitas audit.

Adapun persamaan penelitian ini dengan beberapa penelitian terdahulu yakni dengan menggunakan kualitas audit sebagai variabel dependen (terikat), audit tenure dan auditor spesialis industry sebagai variabel independennya (bebas).

2.3PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.3.1 Auditor Industry Specialization

Ada beberapa alasan suatu perusahaan memberikan informasi ke pasar modal. Salah satunya adalah untuk mengurangi asimetri informasi. Semakin rendah asimetri informasi maka semakin tinggi likuiditas pasar dari perusahaan tersebut. Untuk mendukung hal tersebut maka disini dibutuhkan peran auditor untuk mengaudit laporan keuangan yang digunakan sebagai media penyampaian informasi agar informasi yang disajikan baik. Semakin baik informasi menunjukkan kualitas audit yang baik juga.

Menurut Andreas (2010) auditor memiliki fungsi sebagai pihak yang memberikan kepastian terhadap integritas angka-angka akuntansi yang dihasilkan di dalam laporan keuangan. Pengetahuan yang harus dimiliki oleh auditor tidak hanya pengetahuan mengenai pengauditan dan akuntansi, melainkan juga industry klien.


(12)

Auditor dengan spesialisasi industri dipandang sebagai auditor yang memberikan audit dengan kualitas tinggi karena memiliki pengetahuan tentang industri tertentu dan juga dapat mengaudit lebih efisien melalui spesialisasinya. Auditor spesialisasi industri memberikan kontribusi positif terhadap kredibilitas auditor. Seorang auditor akan lebih baik dalam mendeteksi kesalahan jika mereka diberikan tugas audit sesuai dengan spesialis mereka sehingga dapat meminimalisasi terjadinya asimetri informasi.

Penelitian sebelumnya menemukan adanya hubungan positif antara auditor spesialis dengan kualitas audit. Owhoso (2002) yang dikutip dalam jurnal Indria (2011) menjelaskan “bahwa manajer dan senior audit spesialis akan lebih baik dalam mendeteksi terjadinya kesalahan jika mereka diberikan tugas audit sesuai dengan spesialisasi mereka”.

Atas dasar paparan diatas, maka hipotesis pertama dalam penelitian ini dapat dinyatakan sebagai berikut :

H1 : Auditor Industry Specialization berpengaruh terhadap kualitas audit.

2.3.2 Audit Tenure

Manajer (agent) sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan


(13)

datang dibandingkan pemilik (principals). Ketimpangan informasi ini biasa disebut sebagai asymetri information. Baik pemilik maupun agen diasumsikan mempunyai rasionalisasi ekonomi dan semata-mata mementingkan kepentingannya sendiri. Agen mungkin takut mengungkapkan informasi yang tidak diharapkan oleh pemilik, sehingga terdapat kecenderungan untuk memanipulasi laporan keuangan tersebut. Berdasarkan asumsi tersebut, maka dibutuhkan pihak ketiga yang independen untuk menjembataninya, dalam hal ini adalah akuntan publik (auditor).

Hal utama yang mendukung adanya hubungan negative antara lamanya penugasan audit dengan kualitas audit yaitu erosi independensi yang mungkin mucul akibat tumbuhnya hubungan pribadi antara auditor dengan kliennya dan semakin lamanya penugasan audit, kapabilitas auditor untuk bersikap kritis akan berkurang karena auditor sudah terlalu familiar. Auditor harus menyadari berbagai tekanan yang bermaksud mempengaruhi perilakunya dan sedikit demi sedikit akan mengurangi independensinya. Hubungan pribadi yang semakin panjang akan memunculkan ikatan loyalitas atau emosi yang akan mempengaruhi independensi dan objektivitas auditor. Kondisi yang paling ekstrem yaitu timbulnya familiaritas berlebihan yang akan mendorong terjadinya kolusi antara auditor dengan klien.


(14)

Terlepas dari hubungan negatif lamanya penugasan audit juga dapat memberikan hubungan positif. Fitriany (2011) dalam jurnal Indria (2011) “menyatakan bahwa kualitas audit akan meningkat seiring dengan bertambahnya tahun perikatan (tenure) audit. Hal ini dikarenakan auditor akan mendapatkan pengalaman lebih banyak dan menjadi lebih familiar dengan bisnis operasi kliennya serta isu-isu terkait”.Lamanya penugasan audit dapat meningkatkan kualitas audit dengan berbagai alasan dan pengetahuan tentang klien dan industri yang diperoleh setelah audit selama berulang-ulang akan meningkat, sehingga dapat meningkatkan kualitas audit.

Atas dasar paparan diatas, maka hipotesis kedua dalam penelitian ini dapat dinyatakan sebagai berikut :

H2 : Audit Tenure berpengaruh terhadap kualitas audit.

2.3.3 Ukuran Perusahaan

Selain oleh efek ukuran KAP, kualitas audit juga dapat dipengaruhi oleh ukuran perusahaan Klien. Auditee yang lebih besar, karena kompleksitas operasi mereka dan peningkatan pemisahan antara manajemen dan kepemilikan, sangat memerlukan KAP yang dapat mengurangi agency cost dan ancaman kepentingan pribadi auditor.


(15)

Selain itu, menurut (Palmrose, 1984) dalam Sinaga (2012) “seiring dengan ukuran perusahaan mengalami peningkatan, kemungkinan bahwa jumlah konflik agensi juga meningkat dan ini mungkin akan meningkatkan permintaan untuk membedakan kualitas auditor”. Berdasarakan argumen tersebut, perusahaan besar pastinya akan lebih memilih menggunakan jasa auditor besar yang independen dan profesional untuk menciptakan audit yang berkualitas sehingga timbul hubungan yang positif.

Perusahaan besar memiliki sistem pengendalian internal yang lebih baik dibandingkan perusahaan kecil. Dari sudut pandang Perceived Quality, ketika baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil memperoleh tingkat kepercayaan yang sama dari pengguna laporan keuangan bahwa laporan keuangan mereka telah bebas dari salah saji material, bagi perusahaan kecil tingkat kepercayaan ini menjadi lebih efektif. Outcome yang diperoleh perusahaan kecil ketika output (kepercayaan pengguna laporan keuangan) telah dicapai lebih besar dibandingkan perusahaan besar. Bagi perusahaan kecil, kepercayaan pengguna laporan keuangan bukan hanya mampu mempromosikan investasi mereka, namun tentu saja membuat perusahaan mereka lebih diperhatikan publik dan investor. Sedangkan, bagi perusahaan besar yang sudah menjadi perhatian dan sorotan publik, tingkat kepercayaan ini hanya


(16)

Perceived Quality, jasa audit pada perusahaan kecil lebih berkualitas dibandingkan dengan perusahaan besar dan tercipta hubungan negatif.

Berdasarkan pemaparan dan perbedaan perspektif diatas, maka hipotesis ketiga dapat dinyatakan sebagai berikut :

H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kualitas audit

2.3.4 Independensi Auditor

Standar Umum kedua dalam SA seksi 220 menyatakan “Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor”. Standar ini mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan perkerjaannya untuk kepentingan umum.

Tidak hanya soal kompetensi, auditor dituntut untuk senantiasa mempertahankan sikap mental independen di dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan. Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, dan tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.


(17)

Menurut Mulyadi (2002:62) “sikap mental independen tersebut harus meliputi independen dalam fakta (in fact) dan independen dalam penampilan (in appearance)”. Independence in fact menuntut auditor agar membentuk opini dalam laporan audit seolah-olah auditor itu pengamat profesional, tidak berat sebelah. Independence in appearance menuntut auditor untuk menghindari situasi yang dapat membuat orang lain mengira bahwa dia tidak mempertahankan pola pikiran yang adil.

Selain harus mampu mempertahankan sikap mental independen, auditor juga diharapkan sebisa mungkin menghindari keadaan-keadaan yang dapat mengakibatkan masyarakat meragukan independensinya. Dengan demikian, disamping auditor harus benar-benar independen, ia masih juga harus menimbulkan persepsi di kalangan masyarakat bahwa ia benar-benar independen. (Mulyadi, 2002:27).

Terlepas dari banyaknya ancaman dan fenomena yang dapat mempengaruhi independensinya, seorang auditor harus mampu bersikap profesional sehingga terjaminnya independensi dengan sendirinya juga menciptakan kualitas audit yang lebih baik.

Namun dalam jurnal penelitian yang dilakukan oleh Lauw Tjun Tjun dkk yang dilakukan di KAP Jakarta menghasilkan bahwa tidak adanya pengaruh signifikan independensi auditor dengan kualitas audit yang dihasilkan. Di sisi lain, penelitian tersebut bertentangan dengan pendapat De Angelo bahwa kemungkinan dimana auditor akan melaporkan salah saji tergantung pada indenpendensi auditor.


(18)

Berdasarkan pemaparan dan perbedaan perspektif diatas, maka hipotesis ketiga dapat dinyatakan sebagi berikut:

H4 : Independensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. H5 : Auditor industry specialization, audit tenure, ukuran perusahaan,


(19)

2.4 KERANGKA PEMIKIRAN

Berdasarkan penjelasan diatas, maka kerangka pemikiran teoritis dapat digambarkan sebagai berikut :

H1

H2

H3

H4

H5

Gambar 2.1 : Kerangka Pemikiran Penelitian Audit Tenure (X2)

Ukuran Perusahaan (X3)

Independensi Auditor (X4)

Auditor Industry Specialization (X1)

Kualitas

Audit


(1)

Terlepas dari hubungan negatif lamanya penugasan audit juga dapat memberikan hubungan positif. Fitriany (2011) dalam jurnal Indria (2011) “menyatakan bahwa kualitas audit akan meningkat seiring dengan bertambahnya tahun perikatan (tenure) audit. Hal ini dikarenakan auditor akan mendapatkan pengalaman lebih banyak dan menjadi lebih familiar dengan bisnis operasi kliennya serta isu-isu terkait”. Lamanya penugasan audit dapat meningkatkan kualitas audit dengan berbagai alasan dan pengetahuan tentang klien dan industri yang diperoleh setelah audit selama berulang-ulang akan meningkat, sehingga dapat meningkatkan kualitas audit.

Atas dasar paparan diatas, maka hipotesis kedua dalam penelitian ini dapat dinyatakan sebagai berikut :

H2 : Audit Tenure berpengaruh terhadap kualitas audit.

2.3.3 Ukuran Perusahaan

Selain oleh efek ukuran KAP, kualitas audit juga dapat dipengaruhi oleh ukuran perusahaan Klien. Auditee yang lebih besar, karena kompleksitas operasi mereka dan peningkatan pemisahan antara manajemen dan kepemilikan, sangat memerlukan KAP yang dapat mengurangi agency cost dan ancaman kepentingan pribadi auditor.


(2)

Selain itu, menurut (Palmrose, 1984) dalam Sinaga (2012) “seiring dengan ukuran perusahaan mengalami peningkatan, kemungkinan bahwa jumlah konflik agensi juga meningkat dan ini mungkin akan meningkatkan permintaan untuk membedakan kualitas auditor”. Berdasarakan argumen tersebut, perusahaan besar pastinya akan lebih memilih menggunakan jasa auditor besar yang independen dan profesional untuk menciptakan audit yang berkualitas sehingga timbul hubungan yang positif.

Perusahaan besar memiliki sistem pengendalian internal yang lebih baik dibandingkan perusahaan kecil. Dari sudut pandang Perceived Quality, ketika baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil memperoleh tingkat kepercayaan yang sama dari pengguna laporan keuangan bahwa laporan keuangan mereka telah bebas dari salah saji material, bagi perusahaan kecil tingkat kepercayaan ini menjadi lebih efektif. Outcome yang diperoleh perusahaan kecil ketika output (kepercayaan pengguna laporan keuangan) telah dicapai lebih besar dibandingkan perusahaan besar. Bagi perusahaan kecil, kepercayaan pengguna laporan keuangan bukan hanya mampu mempromosikan investasi mereka, namun tentu saja membuat perusahaan mereka lebih diperhatikan publik dan investor. Sedangkan, bagi perusahaan besar yang sudah menjadi perhatian dan sorotan publik, tingkat kepercayaan ini hanya membantu dalam mempromosikan investasi. Sehingga dari sudut pandang


(3)

Perceived Quality, jasa audit pada perusahaan kecil lebih berkualitas dibandingkan dengan perusahaan besar dan tercipta hubungan negatif.

Berdasarkan pemaparan dan perbedaan perspektif diatas, maka hipotesis ketiga dapat dinyatakan sebagai berikut :

H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kualitas audit

2.3.4 Independensi Auditor

Standar Umum kedua dalam SA seksi 220 menyatakan “Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor”. Standar ini mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan perkerjaannya untuk kepentingan umum.

Tidak hanya soal kompetensi, auditor dituntut untuk senantiasa mempertahankan sikap mental independen di dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan. Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, dan tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.


(4)

Menurut Mulyadi (2002:62) “sikap mental independen tersebut harus meliputi independen dalam fakta (in fact) dan independen dalam penampilan (in appearance)”. Independence in fact menuntut auditor agar membentuk opini dalam laporan audit seolah-olah auditor itu pengamat profesional, tidak berat sebelah. Independence in appearance menuntut auditor untuk menghindari situasi yang dapat membuat orang lain mengira bahwa dia tidak mempertahankan pola pikiran yang adil.

Selain harus mampu mempertahankan sikap mental independen, auditor juga diharapkan sebisa mungkin menghindari keadaan-keadaan yang dapat mengakibatkan masyarakat meragukan independensinya. Dengan demikian, disamping auditor harus benar-benar independen, ia masih juga harus menimbulkan persepsi di kalangan masyarakat bahwa ia benar-benar independen. (Mulyadi, 2002:27).

Terlepas dari banyaknya ancaman dan fenomena yang dapat mempengaruhi independensinya, seorang auditor harus mampu bersikap profesional sehingga terjaminnya independensi dengan sendirinya juga menciptakan kualitas audit yang lebih baik.

Namun dalam jurnal penelitian yang dilakukan oleh Lauw Tjun Tjun dkk yang dilakukan di KAP Jakarta menghasilkan bahwa tidak adanya pengaruh signifikan independensi auditor dengan kualitas audit yang dihasilkan. Di sisi lain, penelitian tersebut bertentangan dengan pendapat De Angelo bahwa kemungkinan dimana auditor akan melaporkan salah saji tergantung pada indenpendensi auditor.


(5)

Berdasarkan pemaparan dan perbedaan perspektif diatas, maka hipotesis ketiga dapat dinyatakan sebagi berikut:

H4 : Independensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. H5 : Auditor industry specialization, audit tenure, ukuran perusahaan,


(6)

2.4 KERANGKA PEMIKIRAN

Berdasarkan penjelasan diatas, maka kerangka pemikiran teoritis dapat digambarkan sebagai berikut :

H1

H2

H3

H4

H5

Gambar 2.1 : Kerangka Pemikiran Penelitian Audit Tenure (X2)

Ukuran Perusahaan (X3)

Independensi Auditor (X4)

Auditor Industry Specialization (X1)

Kualitas

Audit


Dokumen yang terkait

Audit Tenure, Ukuran Kap, Ukuran Perusahaan Klien, dan Spesialisasi Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei

8 76 77

Analisis Pengaruh Auditor Industry Specialization, Audit Tenure, Ukuran Perusahaan, dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

1 41 94

Analisis Pengaruh Auditor Industry Specialization, Audit Tenure, Ukuran Perusahaan, dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

0 0 14

Analisis Pengaruh Auditor Industry Specialization, Audit Tenure, Ukuran Perusahaan, dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

0 0 2

Analisis Pengaruh Auditor Industry Specialization, Audit Tenure, Ukuran Perusahaan, dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

0 0 10

Analisis Pengaruh Auditor Industry Specialization, Audit Tenure, Ukuran Perusahaan, dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

0 1 2

Analisis Pengaruh Auditor Industry Specialization, Audit Tenure, Ukuran Perusahaan, dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

0 0 9

PENGARUH AUDITOR TENURE DAN AUDITOR INDUSTRY

0 1 65

PENGARUH TENURE AUDIT, SPESIALISASI AUDITOR, DAN UKURAN KAP TERHADAP KUALITAS AUDIT PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2012–2014

0 0 16

PENGARUH KUALITAS AUDIT, UKURAN PERUSAHAAN DAN OPINI AUDITOR TERHADAP LAMANYA AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI

0 1 11