Blog dan Tingkat Keterbukaan Diri (Studi Korelasional Tentang Penggunaan Media Sosial Terhadap Intensitas Interaksi Remaja Dengan Orangtua Di Kecamatan Medan Selayang)

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1. Kerangka Teori

Dalam setiap penelitian ilmiah, diperlukan kejelasan titik tolak ukur atau landasan berfikir dan sebagai sudut pandang peneliti untuk mendukung pemecahan masalah yang diteliti. Oleh karena itu, diperlukan adanya kerangka teori yang memuat pokok – pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana yang akan disoroti (Nawawi, 2001: 39 – 40).

2.1.1.Teori Uses and Effect

Pemikiran mengenai teori ini pertama kali dikemukakan oleh Sven Windhal (1979), merupakan sintesis antara pendekatan uses and gratification dan teori tradisional mengenai efek. Konsep use (penggunaan) merupakan bagian yang sangat penting atau pokok pemikitan ini. Karena pengetahuan mengenai penggunaan media dan penyebabnya, akan memberikan jalan bagi pemahaman dan perkiraan tentang hasil dari suatu proses komunikasi massa (Sendjaja, 2004: 41).

Jika dalam teori uses and gratifications penggunaan media pada dasarnya ditentukan oleh kebutuhan dasar individu, sedangkan dalam teori uses and effects kebutuhan hanyalah salah satu dari faktor yang menyebakan terjadinya penggunaan media. Asumsi dasar teori ini lebih menekankan bagaimana penggunaan media menghasilkan banyak efek terhadap suatu individu.

Hasil dari proses komunikasi massa dan kaitannya dengan penggunaan media akan membawa pada bagian penting berikutnya dari teori ini. Hubungan antara penggunaan dan hasilnya, dengan memperhitungkan pula isi media, memiliki beberapa bentuk yang berbeda, yaitu:

1. Pada kebanyakan teori efek tradisional, karakteristik isi media menentukan sebagian besar dari hasil. Dalam hal ini, penggunaan media hanya dianggap sebagai faktor perantara dan hasil dari proses tersebut dinamakan efek. Dalam pengertian ini pula, usees and gratification hanya akan dianggap berperan sebagai perantara yang memperkuat atau melemahkan efek dari isi media.


(2)

2. Dalam berbagai proses, hasil lebih merupakan akibat penggunaan dari pada karakteristik isi media. Penggunaan media dapat mengecualikan, mencegah atau mengurangi aktivitas lainnya, disamping dapat pula memiliki konsekuensi psikologis seperti ketergantungan pada media tertentu. Jika penggunaan merupakan penyebab utamma dari hasil maka ia disebut konsekuensi.

3. Kita dapat juga beranggapan bahwa hasil ditentukan sebagian oleh isi media (melalui perantaraan penggunaannya) dan sebagian lain oleh penggunaan media itu sendiri. Oleh karenanya ada dua proses yang bekerja secara serempak yang bersama – sama menyebabkan terjadinya suatu hasil yang kita sebut conseffects (gabungan antara konsekuensi dan efek). Proses pendidikan biasanya menyebabkan hasil yang berbentuk conseffect. Dimana sebagian dari hasil disebabkan oleh isi yang mendorong pembelajaran (efek) dan sebagian lain merupakan hasi dari suatu proses penggunaan media yang secara otomatis mengakumulasikan dan menyimpan pengetahuan.

Gambar 2.1 Teori Uses and Effect


(3)

2.1.2. Komunikasi

Komunikasi mengandung makna bersama – sama (common). Istilah Komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin, yaitu communicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis, yang bermakna umum atau bersama – sama (Wiryanto, 2004:5).. Komunikasi juga dapat diartikan sebagai bentuk interaksi manusia yang saling berpengaruh mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak disengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal saja, tetapi juga ekspresi muka, lukisan, seni dan juga teknologi (Cangara, 2006: 20).

Menurut Harold D. Lasswell, sebagaimana dikutip oleh Wiriyanto (2004: 6-7) cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan berikut: Who Says what, In which Channel To Whom Whith What Effect? (Siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan efek bagaimana?). Paradigma tersebut dapat dijelaskan sebagi berikut:

1. Who : Komunikator yaitu orang yang menyampaikan pesan 2. Says what : Pernyataan yang didukung oleh lambang – lambang 3. In which channel : Media yaitu sarana atau saluran yang mendukung

pesan yang

disampaikan

4. To whom : Komunikan yaitu orang yang menerima pesan

5. With What Effect : Efek atau dampak sebagai pengaruh pesan atau dapat juga dikatakan sebagai hasil dari proses komunikasi

Diperlukan pemahaman mengenai unsur komunikasi untuk memahami pengertian komunikasi, sehingga dapat dilaksanakan secara efektif. Adapun unsur – unsur yang mendukung terjadinya suatu komunikasi adalah sebagai berikut (Cangara, 2006: 23 – 26) :

1. Sumber, yaitu merupakan semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai ppembuat atau pengirim informasi. Sumber sering disebut pengirim (sender) atau komunikator.

2. Pesan, yaitu sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda


(4)

3. Media, yaitu alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, dimana setiap orang dapat melihat, membaca, dan mendengarnya.

4. Penerima, yaitu pihak yang menjadi sasaran yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau negara. Penerima merupakan elemen yang paling pentik dalam proses komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika pesan tidak diterima oleh penerima, maka akan menimbulkan berbagai macam masalah yang seringkali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan atau saluran.

5. Pengaruh, yaitu perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku seseorang. Karena itu, pengaruh juga bisa diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.

6. Tanggapan balik. Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Tetapi, sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima.

7. Lingkungan, yaitu faktor – faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi.

Menurut Nordenstreng dan Varis, ada empat titik penentu yang utama dalam sejarah komunikasi manusia (Bungin, 2006: 107), yaitu :

8. Ditemukannya bahasa sebagai alat interaksi tercanggih manusia

9. Berkembangnya seni tulisan dan berkembangnya kemampuan bicara manusia dengan menggunakan bahasa

10. Berkembangnya kemampuan reproduksi kata – kata tertulis (written words) dengan menggunakan alat pencetak, sehingga memungkinkan terwujudnya komunikasi massa yang sebenarnya

11. Lahirnya komunikasi elektronik, mulai dari telegraf, telepon, radio, televisi, hingga satelit.

2.1.3.Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (human communication) yang lahir bersamaan dengan mulai digunakannya alat – alat mekanik, yang mampu melipatgandakan pesan – pesan komunikasi. Komunikasi massa diadopsi dari istilah bahasa Inggris mass communication yang merupakan


(5)

kependekan dari mass media communication (komunikasi media massa). Artinya, komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi yang mass mediated (Wiriyanto, 2000: 1 - 2).

Pool mendefinisikan komunikasi massa sebagai komunikasi yang berlangsung dalam situasi interposed ketika antara sumber dan penerima tidak terjadi kontak secara langsung, pesan – pesan komunikasi mengalir kepada penerima melalui saluran – saluran media massa seperti surat kabar, majalah, radio, film atau televisi (Wiriyanto, 2000: 3). Menurut Tan dan Wright, komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dengan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu (Ardianto, 2004: 3).

Mengenai efek komunikasi massa dapat diklasifikasikan ke dalam tiga efek, yaitu efek kognitif, efek afektif dan efek behavioral (Ningrum , 2011: 31). Efek kognitif berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti, yang tadinya tidak mengerti, yang tadinya merasa bingung menjadi merasa jelas atau tahu. Efek afektif berkaitan dengan perasaan. Perasaan akibat terpaan media massa itu bisa berarti macam – macam, senang sehingga tertawa terbahak – bahak, sedih sehingga mencucurkan air mata, taku tsampai merinding dan lain – lain. Efek behavioral bersangkutan dengan niat, tekad, usaha yang cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan. Efek ini tidak langsung timbul sebagai akibat terpaan media massa, melainkan didahului oleh efek kognitif dan/atau efek afektif. Dengan kata lain, timbulnya efek behavioral muncul setelah efek kognitif dan afektif.

Fungsi komunikasi massa adalah sebagai berikut (Bungin, 2008: 79 – 81):

1. Fungsi Pengawasan

Media massa merupakan sebuah medium dimana dapat digunakan untuk pengawasan terhadap aktivitas masyarakat pada umumnya. Fungsi pengawasan ini berupa peringatan dan kontrol sosial maupun kegiatan persuasif. Pengawasan dan kontrol sosial dapat dilakukan untuk aktivitas preventif untuk mencegah terjadinya hal – hal yang tidak diinginkan.

2. Fungsi Social Learning

Fungsi utama dari komunikasi massa melalui media massa adalah melakukan guiding dan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat.


(6)

Media massa bertugas untuk memberikan pencerahan – pencerahan kepada masyarakat dimana komunikasi massa itu berlangsung. Komunikasi massa dimaksudkan agar proses pencerahan itu berlangsung efektif dan efisien dan menyebar secara bersamaan di masyarakat secara luas.

3. Fungsi Penyampaian Informasi

Komunikasi massa yang mengandalkan media massa, memiliki fungsi utama yaitu menjadi proses penyampaian informasi kepada masyarkat luas.komunikasi massa memungkinkan informasi dari institusi publik tersampaikan kepada masyarakat secara luas dalam waktu cepat sehingga fungsi informatif tercapai dalam waktu cepat dan singkat.

4. Fungsi Transformasi Budaya

Komunikasi Massa sebagaimana sifat – sifat budaya massa, maka yang terpenting adalah komunikasi massa menjadi proses transformasi budaya yang dilakukan bersama – sama oleh semua komponen komunikasi massa, terutama yang didukung oleh media massa. Fungsi ini lebih kepada tugasnya yang besar sebagai bagian dari budaya global.

5. Fungsi Hiburan

Fungsi lain dari komunikasi massa adalah hiburan. Komunikasi massa juga digunakan sebagai medium hiburan, terutama karena komunikasi massa menggunakan media massa, jadi fungsi – fungsi hiburan yang ada pada media massa juga merupakan bagian dari fungsi komunikasi massa.

Dalam komunikasi massa, media yang digunakan disebut sebagai media massa. Media massa merupakan saluran atau cara pengiriman pesan secara massa. Bentuk dari media massa sendiri yaitu surat kabar, video, CD-ROM, komputer, TV, Radio dan sebagainya (West, dan Turner 2009:41). Meskipun komunikasi massa merujuk pada media yang telah disebutkan, diskusi mengenai media massa akan melebar pada media baru (New Media), yang terdiri dari teknologi berbasis komputer. Teknologi komunikasi ini diantaranya e-mail, internet, televisi, kabel digital, teknologi video seperti DVD, pesan instan dan telepon genggam.

2.1.4.Media Baru (New Media)

Media baru atau New Media merupakan media yang menggunakan internet, media online berbasis teknologi, berkarakter fleksibel, berpotensi interaktif dan dapat berfungsi secara privat maupun secara publik (Mondry, 2008: 13).Secara umum, media baru tidak hanya menjembatani perbedaan pada beberapa media, namun juga pada perbedaan mengenai batasan kegiatan komunikasi pribadi


(7)

dengan batasan kegiatan publik. Karakternya yang berbentuk digital, memudahkan dalam berkomunikasi dan saling bertukar informasi.

Media baru dan media lama sangatlah berbeda. Perbedaan tersebut dapat dilihat melalui pendekatan interaksi sosial dan itegritas sosial media baru dan media lama. Pendekatan interaksi sosial membedakan media dengan seberapa mirip media tersebut dengan model interaksi tatap muka. Media yang lebih lama memiliki peluang interaksi yang sedikit, media yang lebih menekankan penyebaran informasi dan sedikit adanya interaksi yang diciptakan seperti halnya radio dan televisi. Media baru lebih memiliki interaksi didalamnya komunikator dengan komunikannya lebih bebas berkomunikasi dan berinteraksi (Littlejohn & Foss, 2009: 413).

Rasmussen berpendapat bahwa media baru memiliki efek kualitatif yang berbeda terhadap integrasi sosial dalam jaringan masyarakat modern yang mengambil dari teori modernisasi Gidden (1991). Kontribusi pokoknya adalah untuk menjembatani jurang lebar yang terbuka antara dunia publik dan privat, antara dunia kehidupan dan dunia sistem serta organisasi. Kontras dengan televisi, media baru dapat memainkan peranan langsung dalam proyek kehidupan individual. Mereka juga mempromosikan keragaman penggunaan dan partisipasi yang lebih besar. Singkatnya, media baru membantu merekatkan kembali individu setelah efek tercerai – berai akibat dari efek modernisasi (McQuail, 2011: 155).

. Dalam bukunya, McQuail (2011: 156) mengidentifikasikan lima kategori utama media baru yang sama – sama memiliki kesamaan saluran tertentu dan kurang lebih dibedakan berdasarkan jenis penggunaan, konten, dan konteks seperti berikut ini:

1. Media komunikasi antar pribadi (Interpersonal communication media). Meliputi telepon (yang semakin mobile) dan surat elektronik (terutama untuk pekerjaan, tetapi semakin personal).

2. Media permainan interaktif (Interactive play media). Media ini terutama berbasis komputer dan video game, ditambah peralatan realitas virtual. 3. Media pencarian informasi (information search media). Ini adalah kategori

yang luas, tetapi Internet/ WWW merupakan contoh yang paling penting, dianggap sebagai perpustakaan dan sumber data yang ukuran, aktualitas, dan aksesibilitasnya belum pernah ada sebelumnya.

4. Media partisipasi kolektif (collective participatory media). Kategorinya khususnya meliputi penggunaan Internet untuk berbagi dan bertukar


(8)

informasi, gagasan, dan pengalaman serta untuk mengembangkan hubungan pribadi aktif (yang diperantarai komputer). Situs jejaring sosial termasuk di dalam kelompok ini.

5. Subtisusi media penyiaran (substitution of broadcasting media). Acuan utamanya adalah penggunaan media untuk menerima atau mengunduh konten yang di masa lalu biasanya disiarkan atau disebarkan dengan metode lain yang serupa.

Jelas media baru (new media) memiliki kecepatan untuk melakukan sebuah interaksi, lebih efisien, lebih murah, lebih cepat untuk mendapatkan sebuah informasi terbaru dan ter-update informasinya. Kelemahannya pada jaringan koneksi internet saja, jika jaringan internet lancar dan cepat maka informasi yang disampaikan kepada pembacanya lebih cepat serta harus ada koneksi internet dimana pun berada bersama media baru. Media baru (new media) masuk dalam kategori komunikasi massa. Hal ini dikarenakan pesan yang disampaikan kepada khalayak luas melalui media online / media baru.

Perlu disadari bahwa teknologi media massa tampaknya mengundang hadirnya ancaman tertentu, sebagaimana diungkapkan oleh para kritikus. Perubahan tersebut tidak terlepas dari pengaruh perkembangan teknologi dan kemungkinan terciptanya komunikasi yang lebih luas. Media baru memiliki beberapa kekhususan yang diperkirakan oleh sebagian orang akan menimbulkan perubahan pada dunia media elektronik. Kekhususan tersebut meliputi:

1. Banyaknya penawaran informasi dan budaya yang tersedia dengan harga murah,

2. Lebih banyak pilihan nyata,

3. Kontrol terhadap penerima atau pemakai lebih sempurna, 4. Desentralisasi,

5. Kegiatan bersifat timbal balik, bukan komunikasi satu arah. (McQuail, 1996: 41).

2.1.5.Media Sosial

Teknologi – teknologi web baru memudahkan semua orang untuk membuat dan yang terpenting menyebarluaskan konten mereka sendiri. Post di Blog, tweet, atau video di YouTube dapat direproduksi dan dilihat oleh jutaan orang secara gratis.


(9)

Media sosial adalah struktur sosial yang terdiri dari elemen – elemen individu, kelompok atau organisasi yang terhubung dan terjadi interaksi satu sama lain dengan menggunakan perantara teknologi informasi (Abugaza, 2013: 16). Istilah media sosial sendiri diperkenalkan oleh Profesor J. A Barnes di tahun 1954. Pada tahun 1979, Tom Truscott dan Jim Ellis dari Duke University telah menciptakan Usenet, sebuah sistem disukusi di seluruh dunia yang mememungkinkan pengguna internet untuk mengirim pesan publik (Kaplan & Haelein, 2009: 60). Ditahun 1995, classmates.com muncul sebagai tampilan satu kesatuan yang utuh dari media sosial yang di fungsikan sebagai penghubung antar teman sekolah dan juga SixDegrees.com di tahun 1997.

Era media sosial seperti yang kita kenali hari ini mungkin telah dimulai sejak 20 tahun lalu, ketika Bruce dan Susan Abelson mendirikan situs Open Diary, sebuah situs jejaring sosial awal tempat dimana para penulis buku harian online berkumpul menjadi satu komunitas. Istilahweblogpertama kali digunakanpada saat yang sama, dandirubahmenjadi blogsetahun kemudian. Ketersediaan akses internet berkecepatan tinggi yang berkembang kian pesat menambah popularitas konsep tersebut, yang akhirnya mengarah pada penciptaan situs jejaring sosial seperti MySpace (tahun 2003) dan Facebook (tahun 2004). Hal ini pada akhirnya menciptakan istilah media sosial dan memberikan kontribusi keunggulan hingga saat ini.

Boyn dan Ellison mendefinisikan situs jejaring sosial sebagai layanan berbasis web yang memungkinkan penggunanya untuk :

1. Membangun profil umum atau semi umum dalam suatu system yang terbatas

2. Menampilkan pengguna lainnya yang berkaitan dengan mereka

3. Melihat – lihat dan mengamati daftar koneksi yang mereka miliki maupun daftar yang dibuat oleh pengguna lainnya dalam sistem tersebut (Nurdania, 2015: 25)

Kaplan dan Haelein (2009: 62 – 63) mengklasifikasikan media sosial ke dalam 6 jenis, yaitu:

1. Proyek Kolaborasi, merupakan sebuah website yang mengizinkan penggunanya untuk dapat mengubah, menambah ataupun menghapus konten – konten yang ada di website tersebut. Contohnya: wikipedia, wordpress.


(10)

2. Blog dan Microblog, melalui media ini penggunanya lebih bebas di dalam mengekspresikan apa yang dia rasakan dan pikirkan mereka. Contoh: Twitter. 3. Konten Masyarakat, merupakan wadah dimana para penggunanya dapat saring

berbagi video, ebook, maupun gambar. Contohnya: YouTube, slideshare, 4. Situs jejaring sosial, media yang mengizinkan penggunanya untuk bisa

terhubung dengan cara membuat profil pribadi sehingga dapat terhubung dengan orang lain. Contoh: Facebook,

5. Virtual game world, media dimana penggunanya bisa muncul dalam bentuk avatar – avatar yang diinginkan serta berinteraksi dengan orang lain selayaknya di dunia nyata. Contohnya: Game online

6. Virtual sosial world, hampir menyerupai virtual game world merupakan dunia virtual dimana penggunanya merasa hidup di dunia virtual untuk saling berinteraksi dengan yang lain. Media ini lebih bebas dan lebih mengarah ke kehidupan. Contohnya: Second life.

Tabel 2.1

Tabel Klasifikasi Media Sosial Dengan Kehadiran / Kekayaan Media Sosial Dan Presentasi / Pengungkapan Diri.

Keberadaan sosial/Kekayaan media

Rendah Sedang Tinggi

Presentasi diri / keterbukaan diri

Tinggi Blog dan Microblog (Contoh: Twitter)

Situs jejaring sosial (contoh: facebook)

Virtual Social World (contoh:

second life)

Rendah Projek Kolaborasi (Contoh: Wikipedia)

Konten Komunitas (contoh: YouTube)

Virtual game world (Contoh: game

online)

Sumber: Kaplan & Haelein. (2009: 62)

Sehubungan dengan keberadaan sosial dan kekayaan media, aplikasi seperti proyek kolaborasi dan blog berada didalam skor rendah. Hal ini dikarenakan aplikasi yang hanya berbasiskan pada teks dan hanya memungkinkan pertukaran informasi yang sederhana. Di tingkat berikutnya adalah Konten masyarakat dan situs jejaring sosial. Selain berlandaskan pada teks, namun juga memungkinkan untuk berbagi gambar, video dan bentuk media lainnya. Game vitual dan dunia sosial berada pada level tertinggi dengan format meniru semua dimensi tatap


(11)

muka didalam lingkungan virtual. Mengenai penyajian diri dan pengungkapan diri, blog memiliki skor lebih tinggi jika dibandingkan dengan proyek kolaborasi.

2.1.6.Pengunaan Media

Hasil riset yang dilakukan oleh Swa Mark Plus and Co (Dalam Abrar, 2003: 79 – 80 ), mengenai waktu penggunaan internet oleh para penggunanya menyebutkan terdapat tiga kelompok masyarakat berdasarkan lama waktu penggunaan internet, yaitu:

1. Pengguna Berat (Heavy User) : lebih dari 40 jam perbulan 2. Pengguna Sedang (Medium Users) 10 – 40 jam sebulan

3. Pengguna Ringan ( Light users ): tidak lebih dari 10 jam/ bulan

Flanagin dan Metzger, pernah melakukan penelitian di Amerika Serikattentang motivasi penggunaan internet. Penelitian ini menemukan bahwa motivasi penggunaanteknologi yang ditemukan pada responden adalah untuk mencari informasi, belajar, bermain, bersantai,persuasi, keterikatan sosial, menjaga hubungan, serta memecahkan masalah. Wayne Buente dan Alice Robbin (2008) lebih lanjut telah mengklasifikasi aktivitas-aktivitas penggunaan internet menjadi empat dimensi kepentingan. Dimensi-dimensi yang dimaksud adalah informasi (information utility), kesenangan (leisure/fun activities), komunikasi (communication), dan transaksi (transaction). Dimensi-dimensi tersebut pantas mendapatkan perhatian yang lebih sebab dimensi tersebut merupakan penyebab dari kebanyakan kepentingan penggunaan internet. Dimensi–dimensi kepentingan penggunaan internet yang paling populer dari usulan mereka tersebut sebagai berikut (dalam Karman, 2013: 101 ):

1. Informasi (Information Utility ), memperoleh informasi atau berita online 2. Kesenangan (Leisure / Fun Activities) Online, untuk alasan yang tidak

istimewa, hanya untuk kesenangan dan menghabiskan waktu.

3. Komunikasi (Communication), seperti mengirim atau menerima pesan, conto: e-mail

4. Transaksi (Transaction), jual – beli secara online, contoh: commerce, e-marketing, e-banking


(12)

Gwenn Schurgin O’Keeffe dan Kathleen Clarke Pearson melakukan penelitian yang hasilnya dapat diutarakan sebagai berikut. Pertama terkait dengan media sosial yang digunakan.Responden secara umum menggunakan jejaring sosial seperti Facebook, My Space, dan Twitter. Situs games online yang sering dikunjungi antara lain Club Penguin, Second Life, dan The Sims. Situs video yang sering diakses adalah Youtube. Selain itu, responden juga mengakses blog.

Kedua, Keuntungan menggunakan media sosial bagi anak dan remaja adalah mempermudah komunikasi dan sosialisasi, menambah sarana belajar, meningkatkan akses informasi mengenai kesehatan. Sementara itu, resiko menggunakan media sosial bagi anak dan remaja adalah cyberbullying dan pelecehan online, sexting(tindakan mengirim pesan maupun photo yang berbau seks khususnya melalui HP dan media online, Facebook depression (misalnya: tidak bisa bersosialisasi secara langsung).

Ketiga, yang harus dilakukan adalah memperhatikan hal – hal yang terkait dengan banyaknya informasi yang disebarkan oleh anak dan remaja selama mereka online karena banyak di antara mereka yang tidak menyadari bahwa data apa pun, baik informasi maupun gambar/photo yang mereka ”tinggalkan” saat mereka online, akan selalu ada. Sehingga mereka dapat dengan mudah dilacak. Hal ini berpotensi menyebabkan mereka dikejar oleh penjual (sales) maupun penipu.

Keempat, orang tua harus benar-benar memahami apakah media sosial yang diikuti oleh anaknya memiliki batasan umur untuk mengaksesnya. Apabila anak mereka sudah terlanjur memalsukan usianya, orang tua harus benar-benar mengawasi bahwa media sosial tersebut digunakan dengan tepat. Orang tua perlu bekerja sama dengan dokter anak yang dapat memberikan saran tentang cara berbicara dengan anak mengenai hal-hal yang mereka lakukan secara online serta dampaknya, dan memberikan saran kepada orang tua untuk lebih mempelajari teknologi agar tidak terjadi kesenjangan (gap) teknologi antara orang tua dengan anaknya. (dalam Karman, 2013: 102)


(13)

2.1.7.Interaksi Orangtua dan Anak

Menurut Galvin dan Brommel, keluarga merupakan sebuah kelompok manusia yang memiliki hubungan yang akrab yang mengembangkan rasa berumah tangga dan identitas kelompok, lengkap dengan ikatan yang kuat mengenai kesetiaan dan emosi dan mengalami sejarah dan menatap masa depan (Budyatna & Ganiem, 2012: 169). Anak dan orangtua merupakan salah satu jalinan hubungan yang ada didalam keluarga.

Dari segi keberadaan anggota keluarga, maka keluarga dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Keluarga inti (Nuclear Family), yaitu keluarga yang didalamnya hanya terdapat tiga posisi sosial, yaitu suami – ayah, istri – ibu, dan anak (Sibling).

2. Keluarga Batih (Extended Family), yaitu keluarga yang terdiri dari keluarga besar yang masih memiliki kedekatan.

Interaksi pertama manusia terjadi dalam keluarga. Biasanya, lingkungan pertama yang berhubungan dengan seorang anak adalah orangtua, saudara dan kerabat dekat yang tinggal serumah. Melalui keluargalah seorang anak mengetahui proses sosial. Peranan komunikasi yang sangat penting dalam keluarga yaitu adanya interaksi yang meliputi saling bertukar informasi antar anggota, sarana sosialisasi bagi anak dan melatih tugas – tugas yang ada didalam rumah tangga, keluarga dan sebagai dasar dalam melakukan kerja sama dengan anggota keluarga (Mardiah, 1999: 6).

Orangtua dan anak saling berinteraksi dengan erat dan saling membutuhkan. Pada hubungan tersebut, orangtua harus tetap memiliki kedudukan yang lebih kuat dari pada anaknya (Grusec, 1997: 27). Hubungan antara orangtua dan anak di cirikan dengan adanya rasa saling tergantung dan menguntungkan, karena di dalam hubungan tersebut terdapat berbagai kebutuhan dan harapan. Anak tergantung pada orangtua.

Secara garis besar, interaksi orangtua dan anak dibagi menjadi empat macam, diantaranya konflik, kerja sama, suasana kebersamaan, dan belajar melalui pengamatan (Grusec, 1997: 34 – 35).

1. Konflik

Menurut Macobby dan Martin, interaksi antara orangtua dan anak sering diwarnai dengan konflik apabila telah mengarah pada pola penegakan


(14)

disiplin orangtua untuk mengendalikan perilaku anak. Konflik antara orangtua dan anak sering terjadi pada kondisi yang bersifat ambigu. Konflik dapat terjadi apabila negosiasi dan kompromi antara orangtua dan anak tidak tercapai. Konflik dapat terjadi apabila tidak terjadi kesepahaman dalam proses komunikasi antargenerasi.

2. Kerja Sama

Proses kerja sama antara orangtua dan anak dapat terjalin apabila ada kesamaan tujuan dan terjadi penerimaan di kedua pihak. Pada proses kerja sama, anak harus bersedia mendengarkan dan melaksanakan perintah dari orangtuanya. Anak harus berusaha memenuhi harapan orangtuanya. Selain itu, orangtua juga harus mampu menunjukan perilaku kooperatif dengan tetap memperhatikan dan menerima saran dari anak.

3. Suasana Kebersamaan

Suasana kebersamaan tidak akan tercipta apabila selama proses interaksi, orangtua cenderung memaksakan kehendak dan bereaksi secara emosional kepada anak. Hubungan yang telah terjalin lama akan menghasilkan berbagai konsekuensi pada kedua pihak, berupa reaksi umpan balik terhadap perilaku yang dilakukan oleh orang lain. Oleh karena itu, orangtua harus mampu mencari strategi yang tepat untuk menjamin rasa aman pada diri anak, dengan menghindari tindakan kekerasan ketika mendisiplinkan anak.

4. Belajar Melalui Pengamatan

Selama proses sosialisasi, seorang anak tidak hanya cukup melakukan imitasi saja (melakukan pengamatan), tetapi anak tersebut juga berperan aktif dalam menyeleksi nilai dan perilaku orang lain di lingkungan sosialnya. Belajar melalui pengamatan tidak hanya berperan dalam proses pentransferan, tetapi juga berperan untuk memahami nilai dari orangtuanya. Interaksi orangtua dan anak sangat penting dalam proses internalisasi nilai, karena interaksi tersebut menyediakan konteks untuk melakukan komunikasi dan negosiasi.

Menurut Fitzpatrick dan rekan, komunikasi keluarga tidaklah bersifat acak, tetapi sangat terpola berdasarkan atas skema – skema tertentu yang menentukan bagaimana anggota keluarga berkomunikasi satu dengan lainnya. Skema – skema ini terdiri atas pengetahuan mengenai seberapa intim suatu keluarga, derajat individualitas dalam keluarga, dan faktor eksternal keluarga seperti teman, jarak geografis, pekerjaan, dan hal – hal lainnya di luar keluarga (Morissan, 2014: 291).

Untuk menciptakan hubungan yang baik dalam keluarga diperlukan adanya sikap keterbukaan dan kejujuran didalam melakukan interaksi. Menurut Rahmat


(15)

(Mardiah, 1999: 6), sikap amat besar dalam komunikasi interpersonal. Ada dua sikap dalam berkomunikasi yaitu sikap terbuka dan tertutup. Ciri – ciri sikap komunikasi terbuka yaitu menilai pesan secara objektif, berorientasi pada isi dan fleksibel. Sementara sikap tertutup yaitu menilai pesan berdasarkan motif pribadi, kaku, menolak pesan yang tidak sesuai dengan keyakinannya.

Interaksi dan waktu merupakan dua komponen mendasar bagi relasi orangtua dan anak. Menurut Hide (Lestari, 2012: 17) relasi orangtua dan anak mengandung beberapa prinsip pokok, yaitu:

1. Interaksi. Orangtua dan anak berinteraksi pada suatu waktu yang menciptakan suatu hubungan. Berbagai interaksi tersebut membentuk kenangan pada interaksi di masa lalu dan antisipasi terhadap interaksi di kemudian hari.

2. Kontribusi mutual. Orangtua dan anak sama – sama memiliki sumbangan dan peran dalam interaksi, demikian juga terhadap relasi keduanya.

3. Keunikan. Setiap relasi orangtua dan anak bersifat unik melibatkan dua pihak, dan karenanya tidak dapat ditirukan dengan orangtua atau dengan anak lain.

4. Pengharapan masa lalu. Interaksi orangtua – anak yang telah membentuk suatu cetakan pada pengharapan keduanya. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan, orangtua akan memahami bagaimana anaknya akan bertindak pada suatu situasi. Demikian pula sebaliknya anak kepada orangtuanya.

5. Antisipasi masa depan. Karena relasi orang – tua anak bersifat kekal, masing – masing membangun pengharapan yang dikembangkan dalam hubungan keduanya.

Diperlukan usaha agar tercapai komunikasi yang baik dengan cara membina dan memelihara komunikasi di dalam keluarga. Hubungan antara anggota keluarga harus dipupuk dan dipelihara dengan baik. Dalam membina hubungan baik antara suami istiri, ayah ibu, membutuhkan waktu yang cukup, diwarnai suasana yang santai sebagai kesempatan saling mengungkapkan isi hati, atau kekesalan yang berkaitan dengan pekerjaan masing – masing dan keakraban yang menyejukan. Karena biasanya kendala komunikasi antara orangtua dan remaja


(16)

berpangkal pada masalah waktu. Orangtua mengalami dan (Gunarsa & Gunarsa, 2004 : 207 )

Agar komunikasi, hubungan timbal balik bisa terpelihara dengan baik, maka hubungan timbal balik dalam keluarga menggambarkan kaitan yang kuat sebagai berikut (Gunarsa & Gunarsa, 2004: 208)

1. Hubungan suami istri berdasarkan kasih dan cinta 2. Hubungan orangtua dengan didasarkan kasih sayang

3. Hubungan orangtua dengan anak remaja berdasarkan kasih sabar 4. Hubungan antara anak didasarkan atas kasih sesama

Komunikasi keluarga yang efektif antara orangtua dan anak yaitu jelas, singkat, lengkap, mudah dimengerti, tepat dan saling memperhatikan, dapat membentuk gaya hidup dalam keluarga yang sehat. Selain itu, komunikasi yang penuh dengan kasih sayang, persahabatan, kerjasama, penghargaan, kejujuran, kepercayaan, dan keterbukaan akan memberikan dampak situasi hubungan yang sehat antara orangtua dan anak, sehingga tercipta suatu keadaan yang harmonis dan tentram didalam keluarga.

2.1.8.Remaja

Masa remaja dianggap sebagai masa topan dan badai, karena remaja biasanya memiliki keinginan secara bebas di dalam menentukan nasibnya sendiri. Remaja (adolescene) adalah masa transisi atau peralihan dari masa kanak – kanak menuju masa dewasa yang di tandai adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial (Dariyo, 2004: 14). Terdapat beberapa istilah asing yang sering digunakan untuk menunjukan masa remaja. Menurut Yulia S.D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa (1999) istilah tersebut antara lain puberteit, puberty dan adolescentia. Stancrock mendefinisikan pubertas sebagai masa pertumbuhan tulang – tulang dan kematangan seksual yang terjadi pada masa awal remaja (Santrock, 2010: 3).

Penggolongan remaja menurut Thornburg (dalam Dariyo, 2004: 14), penggolongan remaja terbagi ke dalam 3 tahap, yaitu:

1. Remaja awal, yaitu dengan rentan usia antara 13 – 14 tahun. 2. Remaja tengah, yaitu dengan rentan usia antara 15 – 17 tahun.


(17)

3. Remaja akhir, yaitu dengan rentan usia antara 18 – 21 tahun.

Persiapan untuk memasuki masa dewasa meliputi perubahan fisik, hubungan sosial dan bertambahnya kemampuan dan keterampilan, pembentukan identitas dalam jangka waktu kurang lebih 9 tahun. Pada akhir remaja diharapkan kedewasaan sudah tercapai, sudah mampu mencari nafkah sendiri dan membentuk keluarga. Bilamana diamati secara seksama, maka akan diperoleh berbagai catatan khas sebagai berikut (Gunarsa & Gunarsa, 2008: 204 – 205) :

2. Mula – mula terlihat timbulnya perubahan jasmani, perubahan fisik yang demikian pesatnya dan jelas berbeda dibandingkan dengan masa sebelumnya.

3. Perkembangan inteleknya lebih mengarah ke pemikiran tentang dirinya, refleksi diri

4. Perubahan – perubahan dalam hubungan antara anak dan orangtua, dan orang lain dalam lingkungan dekatnya

5. Timbulnya perubahan dalam perilaku, pengalaman dan kebutuhan seksual

6. Perubahan dalam harapan dan tuntutan orang terhadap remaa

7. Banyaknya perubahan dalam waktu yang singkat menumbulkan masalah dalam penyesuaian dan usaha memadukannya

Stanley Hall Mengemukakan bahwa perkembangan psikis banyak dipengaruhi oleh faktor – faktor fisiologis. Hal ini akan terlihat dimana saja, sehingga dapat disimpulkan kurang berperannya lingkungan sosial – budaya. Sebaliknya, ia juga mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa penuh gejolak emosi dan ketidak seimbangan, yang tercakup dalam storm and stress. Dengan demikian remaja mudah terkena pengaruh oleh lingkungan. Remaja diombang ambingkan oleh munculnya (Gunarsa & Gunarsa, 2008: 205) :

1. Kekecewaan dan penderitaan

2. Meningkatkan konflik, pertentangan – pertentangan dan krisis penyesuaian

3. Impian dan khayalan 4. Pacaran dan percintaan


(18)

Orangtua turut berperan dalam pembentukan nilai, terutama dengan uraian dan keterangan mengenai keyakinan dalam agama yang dianutnnya. Orangtua dapat membantu remaja dengan mengemukakan peranan agama dalam kehidupan masa dewasa, sehingga penyadaran ini dapat memberi arti yang baru pada keyakinan agama yang telah diperolehnya. Sebab biasanya, pada masa ini remaja justru sedang merenggangkan diri dari orangtuanya, sehingga pengaruh dari kelompok teman sebaya lebih besar dibandingkan dengan pengaruh orangtua dalam hal penerimaan nilai mereka. Meskipun sering mengalami penolakan, namun orangtua harus tetap sabar dalam membimbing dan memberikan uluran tangan. Komunikasi antara orangtua dan anak perlu dipelihara supaya remaja lebih terarah dalam pelaksanaan perkembangan dan siap melaksanakan tugas selanjutnya saat dewasa

2.2. Kerangka Konsep

Kerangka Konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang kritis dan bersifat memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Kerangka konsep akan menuntun penelitian dalam menuntun penelitian dalam menentuka hipotesis (Nawawi, 2001: 40). Kerangka konsep merupakan landasan berfikir yang menjelaskan makna dari teori yang dipakai atau menjelaskan kata – kata yang mungkin masih abstrak pengertiannya di dalam teori tersebut. Agar konsep tersebut dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalisasikan dengan mengubahnya menjadi variabel.

Variabel yang digunakan didalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah sejumlah gejala, faktor atau unsur yang menentukan dan mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor atau unsur lainnya (Nawawi, 2001: 56). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu penggunaan media sosial pada Remaja.

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel adalah . Variabel terikat dalam penellitian ini yaitu intensitas interaksi remaja dengan orangtua.


(19)

2.3. Variabel Penelitian

Gambar 2.2 Variabel Penelitian


(20)

2.4. Operasional Variabel

Tabel 2.2 Operasional Variabel

Variabel Teoritis Variabel Operasional Variabel Bebas (X)

Pengguna Media Sosial

1. Jumlah media sosial yang digunakan

2. Intensitas Penggunaan

- Frekuensi

- Durasi

3. Aktivitas

- Mencari Informasi

- Hiburan

- Komunikasi

- Transaksi

Variabel Terikat (Y)

Intensitas Interaksi Remaja dengan Orangtua

1. Intensitas

- Frekuensi Interaksi

- Lama waktu berinteraksi

2. Interaksi

- Konflik

- Kerja Sama

- Suasana Kebersamaan

- Belajar Melalui Pengamatan

Variabel Antara (Z) Karakteristik Responden

1. Jenis Kelamin

2. Usia

3. Uang Saku

4. Perangkat Media yang digunakan

Sumber: Peneliti

2.5. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan suatu petunjuk pelaksanaan terkait cara – cara didalam mengukur variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah


(21)

suatu informasi ilmiah yang membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 2008: 46).

Dalam penelitian ini, variabel – variabel yang dapat didefinisikan antara lain:

1. Variabel Bebas (X), yaitu penggunaan media sosial yang terdiri dari:

a. Intensitas Penggunaan yang terdiri dari:

- Frekuensi penggunaan, yaitu jumlah penggunaan media sosial dalam seminggu

- Durasi penggunaan, yaitu rentang waktu penggunaan media sosial dalam sehari.

b. Aktivitas penggunaan yang terdiri dari:

- Mencari informasi yaitu aktivitas internet untuk mencari informasi, seperti informasi seputar berita terkini atau informasi teman – teman sesama pengguna media sosial

- Hiburan yaitu aktivitas yang sifatnya untuk kesenangan atau hiburan dalam mengsi waktu luang

- Komunikasi yaitu media sosial digunakan sebagai media perantara dalam berkomunikasi dengan orang lain

- Transaksi, media sosial digunakan sebagai media untuk melakukan aktivitas jual beli

2. Variabel Terikat (Y), yaitu intensitas interaksi remaja dengan orangtua a. Intensitas dalam berinteraksi yang terdiri dari:

- Frekuensi interaksi, yaitu jumlah interaksi remaja dengan orangtua dalam seminggu.


(22)

- Lama waktu interaksi, yaitu rentang waktu interaksi remaja denggan orangtua dalam sehari.

-b. Bentuk interaksi yang terdiri dari:

- Konflik, pertentangan yang timbul dalam interaksi antara remaja dengan orangtua

- Kerja sama, penerimaan yang terjalin antara remaja dan orangtua dalam proses interaksi

- Suasana kebersamaan, suasana yang tercipta saat proses interaksi berlangsung

- Belajar melalui pengamatan, pengertian mengenai penggunaan media sosial yang diamati oleh responden melalui interaksi dengan orangtuanya.

3. Variabel Antara (Z) yaitu karakteristik responden yang terdiri dari:

a. Perangkat media yang digunakan untuk mengakses media sosial

b. Jenis kelamin responden

c. Uang saku, mencakup berapa jumlah uang saku dari responden.

2.6. Hipotesis

Hipotesis adalah sebuah kesimpulanjawaban sementara terhadap masalah yang tengah di teliti, tetapi kesimpulan tersebut masih harus diuji kebenarannya (Suyanto & Sutinah, 2005: 43). Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat pengaruh antara penggunaan media sosial dengan intensitas interaksi remaja dan orangtua.


(23)

Ha : Terdapat pengaruh antara penggunaan media sosial dengan intensitas interaksi remaja dan orangtua.


(1)

Orangtua turut berperan dalam pembentukan nilai, terutama dengan uraian dan keterangan mengenai keyakinan dalam agama yang dianutnnya. Orangtua dapat membantu remaja dengan mengemukakan peranan agama dalam kehidupan masa dewasa, sehingga penyadaran ini dapat memberi arti yang baru pada keyakinan agama yang telah diperolehnya. Sebab biasanya, pada masa ini remaja justru sedang merenggangkan diri dari orangtuanya, sehingga pengaruh dari kelompok teman sebaya lebih besar dibandingkan dengan pengaruh orangtua dalam hal penerimaan nilai mereka. Meskipun sering mengalami penolakan, namun orangtua harus tetap sabar dalam membimbing dan memberikan uluran tangan. Komunikasi antara orangtua dan anak perlu dipelihara supaya remaja lebih terarah dalam pelaksanaan perkembangan dan siap melaksanakan tugas selanjutnya saat dewasa

2.2. Kerangka Konsep

Kerangka Konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang kritis dan bersifat memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Kerangka konsep akan menuntun penelitian dalam menuntun penelitian dalam menentuka hipotesis (Nawawi, 2001: 40). Kerangka konsep merupakan landasan berfikir yang menjelaskan makna dari teori yang dipakai atau menjelaskan kata – kata yang mungkin masih abstrak pengertiannya di dalam teori tersebut. Agar konsep tersebut dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalisasikan dengan mengubahnya menjadi variabel.

Variabel yang digunakan didalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah sejumlah gejala, faktor atau unsur yang menentukan dan mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor atau unsur lainnya (Nawawi, 2001: 56). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu penggunaan media sosial pada Remaja.

2. Variabel Terikat (Y)


(2)

2.3. Variabel Penelitian

Gambar 2.2 Variabel Penelitian


(3)

2.4. Operasional Variabel

Tabel 2.2 Operasional Variabel

Variabel Teoritis Variabel Operasional

Variabel Bebas (X) Pengguna Media Sosial

1. Jumlah media sosial yang digunakan 2. Intensitas Penggunaan

- Frekuensi

- Durasi

3. Aktivitas

- Mencari Informasi

- Hiburan

- Komunikasi

- Transaksi

Variabel Terikat (Y)

Intensitas Interaksi Remaja dengan Orangtua

1. Intensitas

- Frekuensi Interaksi - Lama waktu berinteraksi 2. Interaksi

- Konflik

- Kerja Sama

- Suasana Kebersamaan

- Belajar Melalui Pengamatan Variabel Antara (Z)

Karakteristik Responden

1. Jenis Kelamin 2. Usia

3. Uang Saku

4. Perangkat Media yang digunakan Sumber: Peneliti

2.5. Definisi Operasional


(4)

suatu informasi ilmiah yang membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 2008: 46).

Dalam penelitian ini, variabel – variabel yang dapat didefinisikan antara lain:

1. Variabel Bebas (X), yaitu penggunaan media sosial yang terdiri dari: a. Intensitas Penggunaan yang terdiri dari:

- Frekuensi penggunaan, yaitu jumlah penggunaan media sosial dalam seminggu

- Durasi penggunaan, yaitu rentang waktu penggunaan media sosial dalam sehari.

b. Aktivitas penggunaan yang terdiri dari:

- Mencari informasi yaitu aktivitas internet untuk mencari informasi, seperti informasi seputar berita terkini atau informasi teman – teman sesama pengguna media sosial

- Hiburan yaitu aktivitas yang sifatnya untuk kesenangan atau hiburan dalam mengsi waktu luang

- Komunikasi yaitu media sosial digunakan sebagai media perantara dalam berkomunikasi dengan orang lain

- Transaksi, media sosial digunakan sebagai media untuk melakukan aktivitas jual beli

2. Variabel Terikat (Y), yaitu intensitas interaksi remaja dengan orangtua a. Intensitas dalam berinteraksi yang terdiri dari:

- Frekuensi interaksi, yaitu jumlah interaksi remaja dengan orangtua dalam seminggu.


(5)

- Lama waktu interaksi, yaitu rentang waktu interaksi remaja denggan orangtua dalam sehari.

-b. Bentuk interaksi yang terdiri dari:

- Konflik, pertentangan yang timbul dalam interaksi antara remaja dengan orangtua

- Kerja sama, penerimaan yang terjalin antara remaja dan orangtua dalam proses interaksi

- Suasana kebersamaan, suasana yang tercipta saat proses interaksi berlangsung

- Belajar melalui pengamatan, pengertian mengenai penggunaan media sosial yang diamati oleh responden melalui interaksi dengan orangtuanya.

3. Variabel Antara (Z) yaitu karakteristik responden yang terdiri dari: a. Perangkat media yang digunakan untuk mengakses media sosial b. Jenis kelamin responden

c. Uang saku, mencakup berapa jumlah uang saku dari responden.

2.6. Hipotesis

Hipotesis adalah sebuah kesimpulanjawaban sementara terhadap masalah yang tengah di teliti, tetapi kesimpulan tersebut masih harus diuji kebenarannya (Suyanto & Sutinah, 2005: 43). Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat pengaruh antara penggunaan media sosial dengan


(6)

Ha : Terdapat pengaruh antara penggunaan media sosial dengan intensitas


Dokumen yang terkait

Blog Dan Tingkat Keterbukaan Diri (Studi Korelasional Tentang Fasilitas Blog Di Internet Terhadap Tingkat Keterbukaan Diri Pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi 2013 Fisip Universitas Sumatera Utara)

3 78 113

Twitter Dan Tingkat Keterbukaan Diri (Studi Korelasional tentang Fasilitas Twitter di Internet Terhadap Tingkat Keterbukaan Diri pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

1 45 125

Teknologi Komunikasi Dan Interaksi Sosial (Studi Korelasional tentang Hubungan Penggunaan Smartphone terhadap Interaksi Sosial Remaja di Kalangan SMA Harapan 1 Medan)

3 31 100

Blog dan Tingkat Keterbukaan Diri (Studi Korelasional Tentang Penggunaan Media Sosial Terhadap Intensitas Interaksi Remaja Dengan Orangtua Di Kecamatan Medan Selayang)

0 0 16

Blog dan Tingkat Keterbukaan Diri (Studi Korelasional Tentang Penggunaan Media Sosial Terhadap Intensitas Interaksi Remaja Dengan Orangtua Di Kecamatan Medan Selayang)

0 0 1

Blog dan Tingkat Keterbukaan Diri (Studi Korelasional Tentang Penggunaan Media Sosial Terhadap Intensitas Interaksi Remaja Dengan Orangtua Di Kecamatan Medan Selayang)

0 0 6

Blog dan Tingkat Keterbukaan Diri (Studi Korelasional Tentang Penggunaan Media Sosial Terhadap Intensitas Interaksi Remaja Dengan Orangtua Di Kecamatan Medan Selayang)

0 0 3

Blog dan Tingkat Keterbukaan Diri (Studi Korelasional Tentang Penggunaan Media Sosial Terhadap Intensitas Interaksi Remaja Dengan Orangtua Di Kecamatan Medan Selayang)

0 0 14

Blog Dan Tingkat Keterbukaan Diri (Studi Korelasional Tentang Fasilitas Blog Di Internet Terhadap Tingkat Keterbukaan Diri Pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi 2013 Fisip Universitas Sumatera Utara)

0 0 14

Blog Dan Tingkat Keterbukaan Diri (Studi Korelasional Tentang Fasilitas Blog Di Internet Terhadap Tingkat Keterbukaan Diri Pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi 2013 Fisip Universitas Sumatera Utara)

0 0 16