IMPLEMENTASI TA’ZIR UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SALAT BERJAMA’AH PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL MUNTAHA SALATIGA SKRIPSI

  IMPLEMENTASI TA’ZIR UNTUK MENINGKATKAN

  KEDISIPLINAN SALAT BERJAMA ’AH PADA SANTRIWATI

PONDOK PESANTREN AL MUNTAHA SALATIGA

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh:

Azizatun Ni’ammah

  

NIM: 111-14-323

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

  

MOTTO

ا( اًرْسُي ِرْسُعْلا َعَم َّنِا نلإ رش ا : ح 6 )

  

Artinya: Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan (QS. Al Insyirah: 6)

(Kemenag, 2017: 596).

  

PERSEMBAHAN

  Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas limpahan rahmat serta karunia-Nya, Skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1.

  Orang tua tercinta, bapak Jumirin dan ibu Zulaichatu Mu‟awiyah yang senantiasa memberikan kasih sayang dan do‟anya kepada penulis.

  2. Kedua saudara penulis, mbak Arifah Puji Handayu dan dik Ayik Agil Husaini yang selalu memberikan dukungan dan do‟anya kepada penulis.

  3. Almamater tercinta Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  4. Santriwati pondok pesantren Al Muntaha Salatiga yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian di pondok pesantren.

  5. Teman-teman satu atap (mbak shofi, mbak zahro, mbak choti, mbak maria, mbak durotun, mbak isnaini, mbak tika, mbak fitri) yang selalu menemani dan memberikan dukungan kepada penulis dalam mengerjakan skripsi.

  6. Teman-teman PAI angkatan 2014.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. yang selalu melimpahkan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis, sehingga pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi

  

Ta‟zir Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Salat Berjama‟ah Pada Santriwati

  Pondok Pesantren Al Muntaha Salatiga”. Salawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad Saw, yang menjadi suri tauladan kepada seluruh umat manusia di dunia serta yang selalu dinantikan syafaatnya dihari kiamat kelak.

  Skripsi ini diajukan untuk memenuhi kewajiban dan syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

  1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M. Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

  Bapak Suwardi, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

  3. Ibu Hj. Siti Rukhayati, M. Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

  4. Bapak Mohammad Ali Zamroni, M.A., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing dengan ikhlas, memberikan saran dan arahan kepada penulis.

  5. Ibu Dra. Hj. Maryatin, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang sabar membimbing dan mengarahkan selama penyusunan skripsi.

  6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu dan pengalaman selama dibangku perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi ini.

  7. Ibu Nyai Hj. Siti Zulaecho yang senantiasa penulis nantikan barakah serta ridhonya.

  8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

  Semoga skripsi ini bermanfaat dan berguna bagi semua pihak.

  Salatiga, 27 Agustus 2018 Penulis

  ABSTRAK

  Ni‟ammah, Azizatun. 2018. Implementasi Ta‟zir Untuk Meningkatkan

  Kedisiplinan Salat Berjama‟ah Pada Santriwati Pondok Pesantren Al Muntaha Salatiga . Skripsi. IAIN Salatiga. Pembimbing: Dra. Maryatin, M.

  Pd.

  Kata Kunci: Implementasi, Ta‟zir , Kedisiplinan

  Penelitian ini membahas tentang implementasi

  ta‟zir untuk meningkatkan

  kedisiplinan salat berjama‟ah santriwati di Pondok Pesantren Al Muntaha Salatiga. Fokus penelitian ini meliputi: 1) Bagaimana bentuk

  ta‟zir yang

  diterapkan untuk meningkatkan kedisiplinan salat berjama‟ah pada santriwati Pondok Pesantren Al-Muntaha Salatiga?, 2) Bagaimana efektivitas

  ta‟zir terhadap

  kedisiplinan salat berjama‟ah pada santriwati Pondok Pesantren Al-Muntaha Salatiga?, 3) Apa sajakah faktor yang mendukung dan menghambat dalam implementasi

  ta‟zir untuk meningkatkan kedisiplinan salat berjama‟ah pada santriwati Pondok Pesantren Al-Muntaha Salatiga?.

  Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Metode pengumpulan data meliputi metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Peneliti bertindak sebagai partisipan dan informan penelitian ini adalah pengurus dan santriwati. Keabsahan data dilakukan dengan cara perpanjangan keikutsertaan dan triangulasi data. Analisis data meliputi reduksi data, display data dan menarik kesimpulan.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) bentuk penerapan

  ta‟zir, adanya

  bel, adanya absensi , santriwati yang tidak salat berjama‟ah dikenai denda dan mengaji dengan berdiri. 2) Diterapkannya

  ta‟zir dikatakan efektif dalam

  mendisiplinkan santriwati yang tidak mengikuti salat berjama‟ah disebabkan ketiduran, malas, kelelahan, kesiangan bangun, bermain hp, bercerita. 3) Faktor pendukung: kedisiplinan, keaktifan dan ketegasan pengurus seksi pendidikan dalam memberikan

  ta‟zir, kerjasama yang baik antara santriwati dengan pengurus,

  kesadaran sebagian santriwati atas kesalahannya. Faktor penghambat: kurangnya kesadaran sebagian santriwati, santriwati tidak berada di pondok, santriwati menunda-nunda

  ta‟ziran, santriwati susah membayar denda, keadaan hujan saat ta‟zir.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i HALAMAN BERLOGO .............................................................................. ii PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................. iii PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN..................................................... v MOTTO......................................................................................................... vi PERSEMBAHAN ......................................................................................... vii KATA PENGANTAR .................................................................................. viii ABSTRAK .................................................................................................... x DAFTAR ISI ................................................................................................. xi DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv BAB I PENDAHULUAN .............................................................................

  1 A.

  1 Latar Belakang Masalah ..............................................................

  B.

  4 Fokus Penelitian .......................................................................... Tujuan Penelitian ........................................................................ 5 D.

  5 Manfaat Penelitian ......................................................................

  E.

  6 Penegasan Istilah .........................................................................

  F.

  8 Sistematika Penulisan..................................................................

  BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................

  10 A.

  10 Penelitian Terdahulu ...................................................................

  B.

  13 Landasan Teori ............................................................................

  1.

  13 Ta‟zir (hukuman) ..................................................................

  a.

  13 Pengertian hukuman ........................................................

  b.

  14 Tujuan hukuman..............................................................

  c.

  17 Macam-macam hukuman ................................................

  d.

  19 Syarat-syarat hukuman ....................................................

  2.

  21 Kedisiplinan dalam pendidikan .............................................

  a.

  21 Pengertian disiplin ...........................................................

  b.

  22 Macam-macam disiplin ...................................................

  c.

  24 Faktor pembentukan disiplin ...........................................

  3.

  26 Ta‟zir sebagai bentuk kedisiplinan santriwati .......................

  BAB III METODE PENELITIAN................................................................

  31 A.

  31 Jenis Penelitian dan Pendekatan..................................................

  B.

  32 Kehadiran Peneliti .......................................................................

  C.

  32 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................

  D.

  32 Sumber Data ................................................................................

  E.

  33 Prosedur Pengumpulan Data ....................................................... Analisis Data ...............................................................................

  G.

  37 Pengecekan Keabsahan Data.......................................................

  H.

  39 Tahap-tahap Penelitian ................................................................

  BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA .............................................

  40 A.

  40 Paparan Data ...............................................................................

  1.

  40 Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian ..................

  a.

  40 Profil Pondok Pesantren Al Muntaha ...............................

  b.

  40 Letak geografis .................................................................

  c.

  41 Sejarah pondok pesantren .................................................

  d.

  42 Visi dan misi pondok pesantren ........................................

  e.

  42 Struktur organisasi ............................................................

  f.

  44 Tata tertib pondok pesantren.............................................

  g.

  51 Kegiatan santriwati ...........................................................

  h.

  55 Sarana prasarana ...............................................................

  2.

  56 Temuan Penelitian .................................................................

  B.

  62 Analisis Data ...............................................................................

  BAB V PENUTUP ........................................................................................

  68 A.

  68 Kesimpulan .................................................................................

  B.

  69 Saran ............................................................................................ DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

  70 LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................

  72

  DAFTAR TABEL 1.

Tabel 1.1 Struktur Organisasi Masa Bakti 2018-2019 ......................

  43 2.

Tabel 1.2 Sarana Prasarana ...............................................................

  55

  DAFTAR LAMPIRAN 1.

  73 Lampiran 1 Keterangan SKK ...........................................................

  2.

  79 Lampiran 2 Riwayat Hidup Penulis .................................................

  3.

  80 Lampiran 3 Surat Tugas Penunjukan Dosen Pembimbing ..............

  4.

  81 Lampiran 4 Surat Izin Penelitian ......................................................

  5.

  82 Lampiran 5 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ............

  6.

  83 Lampiran 6 Lembar Konsultasi Bimbingan Skripsi .........................

  7.

  84 Lampiran 7 Instrumen Pengumpulan Data ......................................

  8.

  85 Lampiran 8 Pedoman Observasi .......................................................

  9.

  86 Lampiran 9 Pedoman Wawancara ...................................................

  10.

  88 Lampiran 10 Transkip Hasil Wawancara .........................................

  11. Lampiran 11 pedoman dokumentasi ................................................ 100 12.

  Lampiran 12 Reduksi Data ............................................................... 101 13. Lampiran 13 Triangulasi Data ......................................................... 107 14. Lampiran 14 Dokumentasi Foto Kegiatan Penelitian ...................... 114

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang mempengaruhi

  pertumbuhan dan perkembangan kemampuan individu, yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan ini bertujuan adanya perubahan yang lebih baik pada subjek didik setelah mengalami proses pendidikan baik tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun kehidupan masyarakat dari alam sekitar dimana individu itu hidup.

  Menurut Purwanto (2007:27) pendidikan adalah pimpinan orang dewasa terhadap anak dalam perkembangan ke arah kedewasaan. Jadi tujuan pendidikan adalah membawa anak kepada kedewasaan, yang berarti bahwa ia harus dapat menentukan diri sendiri dan bertanggung jawab sendiri.

  Dalam pendidikan terdapat banyak alat-alat yang di gunakan dalam mendidik. Salah satunya yaitu hukuman. Hukuman di gunakan untuk memperbaiki kesalahan anak didik agar tidak mengulangi kesalahan yang didik.

  Pendidikan merupakan bidang yang sangat penting bagi manusia, karena dengan pendidikan mampu mengembangkan potensi yang ada di dalam diri manusia. Di Indonesia terdapat sebuah lembaga pendidikan Islam tertua yang disebut dengan pondok pesantren.

  Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam yang pada umumnya pendidikan dan pengajaran tersebut diberikan dengan cara non klasikal, tetapi dengan sistem bandongan dan sorogan. Di mana seorang kyai mengajar santri-santri berdasarkan kitab- kitab yang ditulis dalam bahasa Arab (Nasir, 2005: 81).

  Sebagai lembaga pendidikan yang sudah lama berkembang di Indonesia, pondok pesantren selain telah berhasil membina dan mengembangkan kehidupan di Indonesia, juga ikut berperan dalam menanamkan rasa kebangsaan ke dalam jiwa rakyat Indonesia, serta ikut berperan aktif dalam upaya mencerdaskan bangsa (Depag RI, 2013: 1).

  Peran pondok pesantren sangat penting dalam mengembangkan karakter dan kepribadian santri-santrinya sebagai anak bangsa, serta besarnya kontribusi pesantren dalam membangun ilmu pengetahuan agama. Oleh karena itu pondok pesantren memiliki peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh semua santri yang berada di pondok pesantren, demi terwujudnya tujuan pesantren itu sendiri.

  Setiap peraturan yang diterapkan di pondok pesantren bertujuan bertanggung jawab pada diri santri. Dengan adanya peraturan, pengawasan, serta hukuman bagi pelanggar peraturan yang diterapkan di pondok pesantren terhadap santrinya, dapat membantu mengefektifkan penerapan peraturan dan akan melahirkan generasi yang disiplin dan bertanggung jawab.

  Uraian di atas sudah jelas bahwa kedisiplinan sangatlah penting terhadap perkembangan kepribadian anak. Dalam mendisiplinkan anak tidak harus menggunakan kekerasan atas hukuman yang bersifat fisik, akan tetapi dapat menggunakan hukuman yang bersifat mendidik melalui ibadah amaliah seperti membaca Al-

  Qur‟an, menghafalkan surat-surat pilihan dan lain sebagainya. Namun memberikan hukuman fisik kepada anak juga diperbolehkan sebagai tahap akhir setelah memberi nasihat serta dengan cara lain tidak bisa. Rasulullah saw. bersabda:

  

ْمُىَو ِة َلََّصلا ِب ْمُكَد َلَْوَأ اوُرُم َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُللها ىَّلَص ِللها ُلْوُسَر َلاَق :َلاَق صاَعْلا نْب ورْمَع ِنْب ِللها َدْبَع ْنَع

  )دواد وبا هاور(

  رَ فَو ٍرْشَع ُءاَنْ بَأ ْمُىَو اَهْ يَلَع ْمُىْوُ بِرْضاَو َْيِْنِس َعْبَس ُءاَنْ بَأ ِع ِجاَضَلما ِفِ ْمُهَ نْ يَ ب اوُق

Artinya:“Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra, beliau berkata, Rasulullah

saw. Bersabda, perintahkanlah kepada anak-anakmu salat, sedang mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka kalau meninggalkannya, sedang mereka berumur sepuluh tahun. Dan pisahlah di antara mereka itu tempat tidurnya . (HR. Abu Daud) (Al Albani, 2012: 198).

  Terkait hukuman Nabi Muhammad saw. menjelaskan serta memberikan tauladan bagaimana menerapkan hukuman, seperti hadis diatas yakni Nabi memerintahkan orang tua untuk memberikan hukuman pukul bagi anak yang tidak melaksanakan salat ketika berumur 10 tahun.

  Perlu diperhatikan yaitu pukulan pada anak adalah pukulan semata-mata dalam rangka mendidik. Yang dimaksud pukulan mendidik adalah pukulan yang tidak membahayakan, tidak mencederai maupun melukai. Memberikan pukulan ini bertujuan agar anak menjadi jera atas kesalahannya dan tidak mengulanginya lagi. Bentuk penerapan

  ta‟zir atau hukuman bagi pelanggar peraturan

  yang diterapkan di Pondok Pesantren Al Muntaha Salatiga dirasa masih kurang maksimal, karena masih sering adanya santriwati yang melanggar peraturan terutama dalam masalah salat berjama‟ah. Akan tetapi banyak juga santriwati yang taat pada peraturan pondok. Strategi untuk mencapai tujuan mengembangkan pondok pesantren, antara lain melalui keteladanan pengasuh serta pengurusnya, melalui nasehat-nasehat, bimbingan dan hukuman, dan diterapkan dengan penuh disiplin.

  Berdasarkan dari masalah diatas, peneliti terdorong untuk mengangkatnya sebagai bahan untuk menyusun skripsi dengan judul “Implementasi Ta‟zir Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Salat Berjama‟ah Pada Santriwati Pondok Pesantren Al Muntaha Salatiga”.

B. Fokus Penelitian 1.

  Bagaimana bentuk ta‟zir yang diterapkan untuk meningkatkan kedisiplinan salat berjama‟ah pada santriwati Pondok Pesantren Al- Muntaha Salatiga? 2. Bagaimana efektivitas ta‟zir terhadap kedisiplinan salat berjama‟ah 3.

  Apa sajakah faktor yang mendukung dan menghambat dalam implementasi

  ta‟zir untuk meningkatkan kedisiplinan salat berjama‟ah

  pada santriwati Pondok Pesantren Al-Muntaha Salatiga?

C. Tujuan Penelitian 1.

  Mengetahui bentuk ta‟zir yang diterapkan untuk meningkatkan k edisiplinan salat berjama‟ah pada santriwati Pondok Pesantren Al- Muntaha Salatiga.

2. Mengetahui efektivitas ta‟zir terhadap kedisiplinan salat berjama‟ah pada santriwati Pondok Pesantren Al-Muntaha Salatiga.

  3. Mengetahui faktor yang mendukung dan menghambat dalam implementasi

  ta‟zir untuk meningkatkan kedisiplinan salat berjama‟ah pada santriwati Pondok Pesantren Al-Muntaha Salatiga.

D. Manfaat Penelitian

  Penulisan ini diharapkan nantinya akan memberikan manfaat bagi semua kalangan. Adapun berbagai manfaat yang diharapkan itu antara lain sebagai berikut: 1.

   Manfaat Teoretis

  Hasil Penelitian ini secara teoretis diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran ilmu dalam memperkaya wawasan dan pengetahuan baru, khususnya terkait dengan implementasi

  ta‟zir untuk

  meningkatkan kedisiplinan salat berjama‟ah pada santriwati Pondok Pesantren Al Muntaha Salatiga.

2. Manfaat Praktis a.

  Bagi IAIN Salatiga, dapat menambah perbendaharaan referensi di perpustakaan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. b.

  Bagi santriwati, dapat meningkatkan kedisiplinan salat berjamaah yang diterapkan di Pondok Pesantren Al Muntaha Salatiga.

  c.

  Bagi peneliti, dapat meningkatkan jiwa disiplin, sadar dan taat akan peraturan kaitannya dengan salat berjama‟ah.

  E.

  Penegasan Istilah 1.

   Implementasi Ta’zir

  Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan. Browne dan Widavsky didalam bukunya Nurdin (2002:70) mengemukakan bahwa implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan; pengertian lain dikemukakan oleh Schubert bahwa implementasi merupakan sistem rekayasa. Pengertian- pengertian ini memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem.

  Sedangkan ta‟zir dalam istilah Fikih Jinayat berarti pengajaran. Sedangkan pengertian

  ta‟zir berdasarkan istilah hukum Islam adalah

  hukuman yang bersifat mendidik yang tidak mengharuskan pelakunya dikenai had dan tidak pula harus membayar kaffarat atau diyat (Ali, Implementasi

  Ta‟zir berarti penerapan hukuman yang bersifat

  mendidik yang bertujuan agar pelaku jera dan tidak mengulangi kesalahan yang diperbuat yang tidak mengharuskan pelakunya dikenai

  had dan tidak pula harus membayar kaffarat atau diyat.

  2. Kedisiplinan Salat Berjama’ah

  Menurut Rachman dalam Tu‟u (2008: 32) disiplin adalah upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu atau masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam hatinya.

  Sedangkan salat menurut bahasa Arab adalah doa, tetapi yang dimaksud disini adalah ibadat yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam, dan memenuhi beberapa syarat yang ditentukan. Dan yang disebut salat berjama‟ah adalah apabila dua orang salat bersama-sama dan salah seorang diantara mereka mengikuti yang lain (Rasjid, 2014: 106).

  Kedisiplinan salat berjama‟ah dapat diartikan bahwa upaya mengendalikan diri dalam mengembangkan ketaatan terhadap peraturan wajib salat berjama‟ah yang telah ditetapkan dilingkungannya.

  3. Santriwati Pondok Pesantren umumnya menetap di Pesantren (Depag RI, 2003: 1).

  Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam yang pada umumnya pendidikan dan pengajaran tersebut diberikan dengan cara non klasikal, tetapi dengan sistem bandongan dan sorogan. Di mana seorang kyai mengajar santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab (Nasir, 2005: 81).

  Santriwati pondok pesantren yakni peserta didik yang umumnya menetap di pesantren dimana mereka menerima pendidikan agama melalui pengajian atau madrasah dari beberapa kyai.

  Berdasarkan dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian implementasi

  ta‟zir untuk meningkatkan kedisiplinan salat

  berjamaah pada santriwati pondok pesantren Al Muntaha Salatiga adalah hukuman yang diterapkan di Pondok Pesantren Al Muntaha Salatiga khususnya dalam hal salat berjama‟ah bagi santriwati yang melanggar, yang bersifat mendidik, sehingga santriwati dapat mengenali dan bertanggungjawab atas kesalahannya serta tidak mengulangi kesalahannya lagi.

F. Sistematika Penulisan

  BAB I : PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat

  BAB II : LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang penelitian terdahulu dan teori-teori yang relevan sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan. Teori ini berisi tentang hal-hal yang terkait dengan implementasi

  ta‟zir untuk meningkatkan kedisiplinan shalat berjama‟ah.

  BAB III : METODE PENELITIAN Bagian ini memuat uraian tentang metode dan langkah- langkah penelitian secara operasional yang meliputi: jenis penelitian dan pendekatan, kehadiran peneliti, lokasi dan waktu penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahap- tahap penelitian.

  BAB IV : PAPARAN DAN ANALISIS DATA Pada bab ini berisi tentang gambaran umum Pondok Pesantren Al Muntaha Salatiga, temuan penelitian dan analisis data hasil penelitian yang diperoleh peneliti dalam melakukan penelitian tentang

  ta‟zir sebagai perwujudan

  untuk meningkatkan kedisiplinan salat berjama‟ah di Pondok Pesantren Al Muntaha Salatiga.

  BAB V : PENUTUP dan saran-saran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelusuran peneliti tentang fokus penelitian yang

  akan diteliti, peneliti menemukan beberapa penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang akan diteliti. Di antaranya sebagai berikut:

  Pertama, Muhammad Alvi Wibowo (IAIN Salatiga, 2016) melakukan penelitian yang berjudul Reward dan Punishment sebagai

  Bentuk Kedisiplinan di Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah . Dalam

  penelitian ini penulis membahas tentang adanya reward dan punishment sebagai bentuk kedisiplinan dalam menaati seluruh peraturan yang diterapkan di Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah. Dalam skripsi ini menunjukkan bahwa penerapan reward dan Punishment merupakan respon para pengurus terhadap santri yang melanggar tata tertib. Penerapan

  reward di Pesantren ini tidak hanya berupa materi, bisa juga dengan

  ucapan. Sedangkan penerapan punishment selain menghafal surat-surat tidak menyakitkan, seperti berlari mengelilingi halaman, push up. Tujuan penerapan ini agar santri mempunyai sikap kedisiplinan dan rasa tanggung jawab dalam menaati peraturan yang diterapkan di pesantren.

  Kedua, Saiful Rohman (IAIN Salatiga, 2016) melakukan penelitian yang berjudul Reward dan Punishment dalam Perspektif Pendidikan

  

Islam. Dalam penelitian ini penulis mengkaji tentang reward dan

punishment dalam perspektif pendidikan Islam dan relevansinya dalam

  pendidikan saat ini. Dalam skripsi ini menunjukkan bahwa memberikan

  

reward pada anak harus ada batasannya, karena semakin sering digunakan

  maka akan berkurang efek pemberian reward tersebut. Begitu pula menghukum anak yang melakukan kesalahan juga diperbolehkan namun dengan memperhatikan tata caranya. Seperti ketika memukul anak yang melakukan kesalahan, dalam Islam diperbolehkan. Yaitu pukulan yang dimaksud adalah pukulan yang tidak menyakitkan yang memiliki tujuan memberikan efek jera kepada anak agar tidak mengulangi kesalahan atau tidak melakukan kesalahan yang lain. Namun pendidikan di Indonesia tidak memperbolehkan memukul anak, karena akan bertentangan dengan undang-undang perlindungan anak. Artinya hukuman yang diberikan tidak boleh bersinggungan dengan fisik, akan tetapi menggunakan cara untuk memotivasi anak agar berbuat baik.

  Ketiga, Amin Maryatul Qiftiyah (IAIN Salatiga, 2018) juga melakukan penelitian dengan judul

  Implementasi Ta‟zir Bagi Santri

  penelitian ini penulis membahas adanya t

  a‟zir yang diterapkan di pondok

  pesantren An-Nur. Adapun tujuan diadakannya

  ta‟zir yaitu untuk mendisiplinkan santri, melatih kesadaran serta melatih kedewasaan santri.

  Penerapan

  ta‟zir bagi santri yang melanggar di pondok pesantren An-Nur

  berupa hukuman bersifat fisik seperti membersihkan aula, membersihkan halaman pondok, dan lain-lain. Selain hukuman bersifat fisik, ada juga hukuman yang non fisik berupa menulis bait nadhom sesuai tingkatannya, menulis istighfar dan lafazd al-fatihah dan lain sebagainya.

  Persamaan dari ketiga penelitian di atas dengan penelitian ini adalah membahas mengenai implementasi

  ta‟zir dalam pendidikan. Pada

  penelitian pertama, penulis mengkaji tentang reward dan punishment sebagai bentuk kedisiplinan dalam menaati seluruh peraturan yang diterapkan di Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah. Sedangkan penelitian yang kedua, penulis mengkaji tentang reward dan punishment dalam perspektif pendidikan Islam. Pada penelitian ketiga juga membahas tentang implementasi t

  a‟zir bagi santri pondok pesantren An-Nur.

  Sedangkan pada penelitian ini membahas

  ta‟zir untuk meningkatkan

  kedisiplinan dalam menaati peraturan yang diterapakan di pesantren khususnya hanya mengenai peraturan pada salat b erjama‟ah.

  Perbedaan penelitian di atas yakni, dalam penelitian pertama dan kedua diatas membahas tentang adanya reward, sedangkan dalam penelitian ketiga dan penelitian ini tidak membahasnya. Dalam penelitian yang peneliti teliti tidak menerapkan adanya reward.

  Hasil dari penelusuran terhadap penelitian terdahulu, bahwa tidak ada satu penelitianpun yang meneliti tentang implementasi Ta‟zir Untuk

  Meningkatkan Kedisiplinan Salat Berjama‟ah Pada Santriwati Pondok

  Pesantren Al Muntaha Salatiga. Sehingga penelitian ini bisa dinilai layak untuk dikaji lebih lanjut untuk dijadikan sebagai objek penelitian.

B. Landasan Teori 1. Ta’zir (hukuman) a. Pengertian Ta’zir (hukuman)

  Secara bahasa, lafaz

  ta‟zir berasal dari kata ََرَّزَع yang

  sinonimnya َُّدّزلاَوَ ُعْىَملا (mencegah dan menolak) dan َُبْيِدْعَّتلا (mendidik).

  Ta‟zir diartikan demikian karena ia dapat mencegah

  pelaku agar tidak mengulangi perbuatannya, dan dimaksudkan untuk mendidik dan memperbaiki pelaku agar ia menyadari perbuatannya kemudian meninggalkan dan menghentikannya.

  Sedangkan menurut istilah,

  ta‟zir adalah hukuman yang

  bersifat mendidik atas suatu perbuatan yang hukumannya belum ditetapkan oleh syara‟ dan diserahkan kepada ulil amri untuk menetapkannya (Muslich, 2005: 248).

  Menurut Ibnu Taimiyah di dalam bukunya Basyir (2001: 56) mengatakan bahwa

  ta‟zir adalah hukuman yang tidak

  ditentukan macamnya dalam dalil dan syarak, dengan akibat bahwa bentuk hukuman

  ta‟zir akan berbeda-beda menurut besar kecilnya bahaya yang diakibatkan oleh perbuatan yang dilakukan.

  Pada dasarnya, hukuman merupakan akibat dari suatu perbuatan manusia sendiri, sebagaimana firman Allah dalam surat At Taubah ayat 74 yang berbunyi:

  

َاَيْوُّدلاَيِفَاًميِلَأَاًباَذَعَُ َّاللََُّمُهْبِّذَعُيَاْىَّلَىَتَيَ ْنِإَوََْۖمُهَلَاًزْيَخَُكَيَاىُبىُتَيَ ْنِإَف

َ ) 47 َ:تبىتلا( َ َ زيِصَوَ َلََوٍَّيِلَوَ ْهِم

  َِضْرَ ْلْاَيِفَْمُهَلَاَمَوََِۚةَزِخ ْلْاَو

  Artinya :

  “dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat; dan mereka sekali-kali tidaklah mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolon g di muka bumi” (At Taubah: 74) (Kemenag, 2017: 199).

  Ayat diatas menjelaskan bahwa barang siapa yang mengerjakan perbuatan dosa atau melakukan kesalahan, maka akan mendapatkan hukuman sesuai dengan tingkat kesalahan yang diperbuatnya baik didunia maupun diakhirat. Kita juga harus meyakini bahwa azab Allah lebih pedih dari perbuatan dosa yang kita kerjakan, agar kita selalu taat terhadap perintahnya dan menjauhi larangannya.

  Berdasarkan pengertian di atas, yang dimaksud

  ta‟zir

  adalah memberikan hukuman kepada anak didik yang besifat mendidik untuk memperbaiki watak dan kepribadian anak didik, meskipun hasilnya belum tentu dapat diharapkan. Adanya hukuman ini bertujuan agar anak didik menyadari kesalahannya, serta merasa jera atas perbuatannya dan meninggalkannya.

b. Tujuan Hukuman

  Setiap orang memberikan hukuman memiliki maksud yang bermacam-macam. Hal ini sangat bertalian erat dengan pendapat orang tentang teori-teori hukuman. Di antarnya yaitu:

  1) Teori Pembalasan

  Menurut teori ini, hukuman diadakan sebagai pembalasan dendam terhadap pelanggaran yang telah dilakukan seseorang.

  Teori ini adalah teori tertua yang tentunya tidak boleh dipakai dalam pendidikan. Karena dengan adanya dendam akan menimbulkan permusuhan antara pendidik dan anak didik. 2)

  Teori Ganti Kerugian Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk mengganti kerugian-kerugian yang telah diderita akibat dari kejahatan- kejahatan atau pelanggaran itu. Hukuman ini banyak dilakukan dalam masyarakat atau pemerintahan. Dalam proses pendidikan, teori ini masih belum cukup. Karena dengan hukuman semacam itu anak mungkin menjadi tidak merasa bersalah karena kesalahannya itu telah terbayar dengan hukuman.

  3) Teori Menakut-Nakuti

  Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk menimbulkan yang melanggar itu sehingga ia akan selalu takut melakukan perbuatan itu dan mau meninggalkannya. Akan tetapi teori ini juga masih belum cukup, karena kemungkinan besar anak meninggalkan perbuatannya hanya karena rasa takut, bukan keinsafan bahwa perbuatannya memang buruk. Dalam hal ini anak tidak terbentuk kata hatinya.

  4) Teori Perbaikan

  Menurut teori ini hukuman itu ialah untuk menyadarkan anak didik atas kesalahan yang telah dilakukannya dan memperbaiki dirinya agar tidak mengulangi kesalahannya lagi. Pada teori ini memiliki maksud agar anak menjadi lebih baik setelah menerima hukuman atas kesalahan yang ia perbuat.

  5) Teori Perlindungan

  Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk melindungi orang lain dari kerugian yang diakibatkan oleh perbuatan salah yang dilakukan oleh seorang anak didik (Purwanto, 2007: 187).

  Teori di atas yang lebih bersifat pedagogis adalah teori perbaikan. Karena teori ini bermaksud memperbaiki anak didik yang melanggar, baik lahir maupun batiniahnya. Dengan adanya perbaikan maka anak didik akan sadar tentang kesalahan yang ia lakukan dan tidak akan mengulangi menumbuhkan rasa tanggung jawab pada anak. Oleh karena itu, teori inilah yang baik untuk diterapkan dalam mendidik anak. Akan tetapi dari teori-teori di atas, bahwa setiap teori itu masih belum lengkap karena masing-masing hanya mencakup satu aspek saja dan saling membutuhkan kelengkapan dari teori- teori yang lain.

c. Macam-Macam Hukuman

  Memberikan hukuman menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan pada anak. Namun hukuman ini bermaksud mendidik anak ke arah yang baik serta supaya anak didik dapat memperbaiki kesalahannya.

  Ada pendapat yang membedakan hukuman itu menjadi dua macam, yaitu: 1)

  Hukuman preventif, yaitu hukuman yang dilakukan agar tidak atau jarang terjadi pelanggaran. Hukuman ini bermaksud untuk mencegah agar tidak terjadi pelanggaran, sehingga hal itu dilakukannya sebelum pelanggaran itu terjadi.

  2) Hukuman represif, yaitu hukuman yang dilakukan karena adanya pelanggaran. Jadi hukuman ini dilakukan setelah terjadi pelanggaran atau kesalahan (Purwanto, 2007: 189).

  Macam-macam hukuman di atas, hukuman represif lebih sering dilakukan setelah anak didik melakukan kesalahan. Sehingga dengan adanya kesalahan yang telah dilakukan, pendidik memberikan hukuman agar anak didik jera atas kesalahan yang diperbuat dan anak didik mengerti dan sadar bahwa yang ia lakukan adalah suatu kesalahan.

  William Stern membedakan tiga macam hukuman yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak-anak yang menerima hukuman. Di antaranya adalah:

  1) Hukuman Asosiatif

  Umumnya, orang mengasosiasikan antara hukuman dan kejahatan atau pelanggaran, antara penderitaan yang diakibatkan oleh hukuman dengan perbuatan pelanggaran yang dilakukan. Untuk menyingkirkan perasaan tidak enak (hukum) itu, biasanya orang atau anak akan menjauhi perbuatan yang tidak baik atau yang dilarang.

  2) Hukuman Logis

  Hukuman logis ini dipergunakan pada anak-anak yang telah agak besar. Karena mereka telah mengerti bahwa hukuman itu adalah akibat dari pekerjaan atau perbuatannya yang tidak baik. Misalnya seorang anak mencoret-coret dan mengotori papan tulis, kemudian anak tersebut disuruh untuk menghapus dan membersihkannya. Hukuman Moril

  Hukuman moril adalah hukuman yang bermaksud memperbaiki moral anak. Hukuman moril ini sangat erat hubungannya dengan pembentukan watak anak-anak. Dengan hukuman ini pendidik berusaha mempengaruhi kata hati anak dan menginsafkan anak terhadap perbuatannya yang salah, dan memperkuat kemauannya untuk selalu berbuat baik.

  Perlu diketahui anak, bahwa pendidik memberikan hukuman bukanlah karena marah atau merasa tersinggung, akan tetapi untuk memperbaiki, didorong oleh cinta kepada anak- anak. Apabila anak mengetahui maksud pendidik memberikan hukuman yaitu demi kebaikannya sendiri, anak akan mengerti dan dapat mengambil hikmah dari hukuman yang diberikan kepadanya.

d. Syarat-Syarat Penerapan Hukuman

  Memberikan hukuman tidak boleh dilakukan sewenang- wenang menurut kehendak seseorang, karena menghukum itu bukanlah soal perseorangan, melainkan mempunyai sifat kemasyarakatan. Dalam memberikan hukuman hanya dilakukan dalam keadaan terpaksa apabila memberikan nasihat dan teguran sudah dilakukan.

  Agar hukuman tetap bersifat pedagogis (pendidikan), perlu

1) Tiap-tiap hukuman hendaklah dapat dipertanggung jawabkan.

  Tidak boleh melakukan hukuman dengan sewenang-wenang. 2)

  Hukuman itu bersifat memperbaiki yang terdapat nilai normatif untuk memperbaiki kelakuan dan moril anak.

  3) Hukuman tidak boleh bersifat ancaman atau pembalasan dendam yang bersifat perorangan.

  4) Jangan menghukum pada waktu sedang marah. Sebab, kemungkinan besar hukuman itu menjadi tidak adil atau terlalu berat.

  5) Memberikan hukuman harus dalam keadaan sadar dan sudah dipertimbangkan terlebih dahulu.

  6) Jangan melakukan hukuman badan, sebab pada hakikatnya hukuman badan dilarang oleh negara.

  7) Hukuman tidak boleh merusakkan hubungan antara pendidik dan anak didiknya, sehingga hukuman yang diberikan itu harus dapat dimengerti dan dipahami anak.

  8) Adanya kesanggupan memberi maaf dari si pendidik sesudah menjatuhkan hukuman dan setelah anak itu menginsafi kesalahannya (Purwanto, 2007:27).

  Adapun syarat-syarat hukuman lain yang bersifat pedagogis di antaranya: Hukuman harus setimpal dengan kesalahannya (adil)

  2) Menghukum tanpa emosi

  3) Hukuman sudah disepakati sebelumnya

  4) Pengabaian sebagai bentuk hukuman teringan (Istadi, 2005: 63).

2. Kedisiplinan dalam Pendidikan a. Pengertian Disiplin

  Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (2006: 296), disiplin adalah tata tertib, ketaatan dan kepatuhan pada aturan dan tata tertib, bidang studi yang memiliki objek dan sistem tertentu.

  Kata disiplin memiliki makna menghukum, melatih, dan mengembangkan kontrol diri sang anak. Marilyn E. Gootman, Ed.

  D., seorang ahli pendidikan dari University of Georgia di Athens, Amerika, berpendapat bahwa disiplin akan membantu anak untuk mengembangkan kontrol dirinya, dan membantu anak mengenali perilaku yang salah lalu mengoreksinya (Nizar, 2009: 22).

  Sedangkan menurut Prijodarminto dalam Tu‟u (2008: 31) merumuskan bahwa disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan atau ketertiban.

  Disiplin kini telah menjadi bagian perilaku kehidupan mendidik, disiplin sangat berperan dalam mempengaruhi, mendorong serta membentuk perilaku-perilaku tertentu sesuai dengan nilai-nilai yang ditanamkan dan diajarkan. Perlu diperhatikan pula dalam mempengaruhi dan mendorong anak, perlu adanya contoh tauladan yang baik dari pendidiknya. Nabi Muhammad saw. dalam memimpin dan mendidik umatnya mengfungsikan diri beliau sebagai uswatun hasanah.

  Allah memperingatkan kita semua khususnya para pendidik dengan firman-Nya dalam Al- Qur‟an surat Ash-Shaff ayat 3 yang berbunyi:

  ) 3 َ: ّفّصلا( َ ََنْىُلَعْفَتَ َلََاَمَاْىُلْىُقَتَ ْنَأَِاللَََّدْىِعَاًتْقَمََزُبَك

  Artinya:

  “Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa- apa yang tidak kamu kerjakan” (Ash- Shaff: 3) (Kemenag, 2017: 551).

  Berkaitan dengan memberi tauladan dari pendidik kepada anak didiknya, ayat diatas menjelaskan bahwa seorang pendidik harus bisa memberikan tauladan yang baik kepada anak didiknya sesuai apa yang dinasihatkan kepada mereka. Karena pada hakikatnya, anak lebih mudah meniru apa yang mereka lihat, dibanding dengan apa yang mereka dengar.

  Berdasarkan pengertian-pengertian disiplin diatas, dapat penulis simpulkan bahwa disiplin adalah ketaatan seseorang terhadap peraturan yang ada di masyarakatnya, yang ia lakukan dengan ikhlas dan karena adanya kesadaran dirinya bahwa hal itu sangat berguna demi kebaikannya.

b. Macam-Macam Disiplin

  Macam-macam disiplin dapat dibagi menjadi tiga macam, di antaranya:

  1) Disiplin Otoritarian

  Dalam disiplin otoritarian, peraturan dibuat sangat ketat dan rinci. Disiplin otoritarian selalu berarti pengendalian tingkah laku berdasarkan tekanan, dorongan pemaksaan dari luar diri seseorang. Hukuman dan ancaman kerapkali dipakai untuk memaksa, menekan, mendorong seseorang mematuhi dan menaati peraturan.

  2) Disiplin Permisif

  Dalam disiplin ini seseorang dibiarkan bertindak menurut keinginannya. Kemudian dibebaskan untuk mengambil keputusan sendiri dan bertindak sesuai dengan keputusan yang diambilnya itu.

  3) Disiplin Demokratis

Dokumen yang terkait

NILAI-NILAI KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN EKSTRA KULIKULER TAPAK SUCI PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN MODERN MIFTAHUNNAJAH SKRIPSI

1 1 118

PENGARUH SIKAP OPTIMISME TERHADAP KEDISIPLINAN BELAJAR SANTRI PONDOK PESANTREN AL FALAH SALATIGA TAHUN 2006 - Test Repository

0 0 92

KONTRIBUSI PONDOK PESANTREN TERHADAP PEMBENTUKAN KUALITAS MAHASISWA IAIN SALATIGA (STUDI KASUS PADA PONDOK PESANTREN DI KOTA SALATIGA DAN SEKITARNYA)

0 2 278

MANAJEMEN PEMBELAJARAN PONDOK PESANTREN TAHFIDZUL QUR’AN AL MUNTAHA KELURAHAN CEBONGAN KECAMATAN ARGOMULYO KOTA SALATIGA TAHUN 2016 SKRIPSI

0 0 136

HUBUNGAN INTENSITAS SHALAT TAHAJUD DAN SIKAP TAWADHU’ DI PONDOK PESANTREN AL- MUNTAHA KEL.CEBONGAN KEC.ARGOMULYA KOTA SALATIGA TAHUN 2016 SKRIPSI

0 0 98

IMPLEMENTASI METODE AL-QOSIMI DALAM PEMBELAJARAN TAHFIZHUL QUR’AN PADA SANTRI PONDOK PESANTREN AN-NIDA KOTA SALATIGA TAHUN 2016 SKRIPSI

0 0 121

REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI BENTUK KEDISIPLINAN DI PONDOK PESANTREN AGRO NUUR EL FALAH PULUTAN SALATIGA SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 118

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA SANTRI PONDOK PESANTREN AL-FALAH SALATIGA TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 1 132

HUBUNGAN KEDISIPLINAN USTADZAH DENGAN MOTIVASI BELAJAR SANTRIWATI PONDOK PESANTREN MIFTAKHURROSYIDIN DESA CEKELAN KEC. MADURESO KAB. TEMANGGUNG TAHUN 2017 - Test Repository

0 2 129

KOMUNIKASI INTERPERSONAL USTADZ DALAM MENINGKATKAN AKHLAK SANTRI DI PONDOK PESANTREN AS’TAIN TINGKIR LOR SALATIGA SKRIPSI

0 0 110