KAK 2017 Koordinasi amdal

[1]

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) PERENCANAAN 2017

1.

Nama Kegiatan : Koordinasi Penyusunan AMDAL

2.

Latar Belakang
a. Dasar Hukum
1. Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
2. Peturan Pemerintah RI Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan
3. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib memiliki dengan Analisa Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL), sebagai penentuan usaha wajib DOKUMEN
UKL-UPL.
4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 Tentang Pedoman
Penyusunan Dokumen Lingkungan.

5. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor 17 Tahun 2012 tentang
Keterlibatan Masyarakat Dalam Proses Analisis Dampak Lingkungan Hidup dan Izin
Lingkungan.
6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2013 tentang Tata
Laksana Penilaian dan Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup Serta Penerbitan Izin
Lingkungan.
7. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 30 Tahun 2011 Tentang Jenis Usaha/kegiatan
yang wajib UKL-UPL
8. Peraturan Bupati Kabupaten Bojonegoro No. 53 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan UKLUPL di Kabupaten Bojonegoro

b. Gambaran umum
Proses pembangunan yang dilakukan oleh

bangsa Indonesiaharus diselenggarakan

berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan sesuai
dengan amanah Pasal 33 ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Pemanfaatan sumber daya alam masih menjadi modal dasar pembangunan di
Indonesia saat ini dan masih diandalkan di masa yang akan datang. Oleh karena itu
penggunaan sumber daya alam tersebut harus dilakukan secara bijak.

Pemanfaatan sumber daya alam tersebut hendaknya dilandasi oleh tiga pilar pembangunan
berkelanjutan yaitu
 menguntungkan secara ekonomi (economically viable),
 Diterima secara social (Socially acceptable), dan
 Ramah lingkungan (environmentally sound).
Proses pembangunan yang diselenggarakan dengan cara tersebut diharapkan dapat
meningkatkan kesejahteraan dan kualitas kehidupan generasi masa kini dan yang akan
datang.

[2]

Aktivitas pembangunan yang dilakukan dalam berbagai bentuk usaha dan / atau kegiatan
pada dasarnya akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Dengan diterapkannya
prinsip

berkelanjutan

dan

berwawasan


lingkungan

dalam

proses

pelaksanaan

pembangunan, dampak terhadap lingkungan yang diakibatkan oleh berbagai aktivitas
pembangunan tersebut dianalisis sejak awal perencanaannya, sehingga langkah
pengendalian dampak negative dan pengembangan dampak positif dapat disiapkan sedini
mungkin. Perangkat atau instrument yang dapat digunakan untuk hal tersebut adalah Amdal
dan UKL-UPL.
Pasal 22 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan pengelolaan
Lingkungan Hidup menetapkan bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak
penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki Amdal. Amdal tidak hanya mencakup
kajian terhadap aspek biogeofisik dan kimia saja, tetapi juga aspek social ekonomi, social
budaya, dan kesehatan masyarakat. Sedangkan untuk setiap Usaha dan / atau kegiatan yang
tidak berdampak penting, sesuai dengan ketentuan Pasal 34 Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup diwajibkan untuk
memiliki UKL-UPL.
Amdal dan UKL-UPL juga merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan Izin
Lingkungan dan Izin Usaha. Dengan dimasukkannya Amdal dan UKL-UPL dalam proses
perencanaan Usaha dan / atau kegiatan , bupati sesuai dengan kewenangannya
mendapatkan informasi yang luas dan mendalam terkait dengan dampak lingkungan yang
mungkin terjadi dari suatu rencana usaha dan / atau kegiatan tersebut dan langkah-langkah
pengendaliannya, baik dari aspek teknologi, social, dan kelembagaan. Berdasarkan
informasi tersebut, pengambil keputusan dapat mempertimbangkan dan menetapkan apakah
suatu rencana Usaha dan / atau kegiatan tersebut layak, tidak layak, disetujui, atau ditolak
dan Izin Lingkungan dapat diterbitkan. Masyarakat juga dilibatkan dalam proses
pengambilan keputusan proses Amdal dan UKL-UPL.
Mengingat bahwa Kabupaten Bojonegoro sebagai salah satu

Kota penghasil migas

tentunya terjadi pembangunan di segala bidang, sehingga diperlukan suatu pengelolaan
lingkungan dalam setiap kegiatan / usaha/ pembangunan yang tertuang dalam dokumen
AMDAL/UKL-UPL sebagai upaya untuk pengendalian Usaha dan / atau kegiatan yang
berdampak negative pada lingkungan hidup dan sebagai acuan BLH Kabupaten

Bojonegoro dalam melaksanakan pengawasan lingkungan.
c. Data Dukung Rencana Kegiatan
-

Rapat koordinasi terkait jenis dokumen lingkungan yang wajib disusun oleh suatu
pemrakarsa terkait rencana usaha/kegiatan berdasarkan besaran kegiatan dan luas lahan
kegiatan

-

Rapat pembahasan dokumen Lingkungan (AMDAL/UKL-UPL) yang disusun
penanggung jawab kegiatan ttg dampak dan pengelolaan kegiatan

-

Bimbingan Teknis kepada pemrakarsa/ penanggung jawab kegiatan Tentang
Pelaksanaan Dokumen Pengelolaan Lingkungan

[3]


-

Peninjauan lapangan untuk mengetahui apakah pemrakarsa/penanggung jawab kegiatan
telah melaksanakan komitmen pengelolaan lingkungan sebagaimana dalam dokumen
lingkungan yang disusun (AMDAL/UKL-UPL).

3.

Masalah yang ingin dipecahkan
Lingkungan Hidup

Pembangunan

yang

dilaksanakan

di

Kabupaten


Bojonegoro

merupakan pembangunan yang berwawasan lingkungan, diharapkan
dengan kewajiban penyusunan dokumen pengelolaan lingkungan oleh
pemrakarsa (penanggung jawab kegiatan) dapat dijadikan sebagai
pedoman untuk pengawasan dan pembinaan dari BLH Kabupaten
Bojonegoro

sehingga kegiatan/usaha yang akan dilakukan di

Kabupaten Bojonegoro dapat mengurangi dampak negative yang
ditimbulkanya dan tercipta lingkungan yang bersih, nyaman , asri dan
Ekonomi

hijau.
Masyarakat dilibatkan dalam proses penyusunan AMDAL suatu
kegiatan/usaha sebagaimana Peraturan Menteri LH Nomor 17 Tahun
2012 tentang keterlibatan masyarakat dalam proses AMDAL.
Demikian juga saat pembahasan UKL-UPL suatu kegiatan/usaha,

masyarakat yang terkena dampak dapat memberikan saran-masukan
pada dokumen Lingkungan (AMDAL/UKL-UPL) sehingga dapat

Sosial

mengurangi dampak social di sekitar
Kegiatan/usaha yang ada di Kabupaten Bojonegoro diharapkan dapat

Budaya

menumbuhkan perekonomian rakyat Bojonegoro.
Kegiatan penyusunan AMDAL dapat memasukkan unsur kearifan
local sehingga dapat mempertahankan Sumber daya alam yang ada di
Bojonegoro.

4.

Harapan dan keinginan dari seluruh stakeholder dan shareholder
Dengan proses AMDAL/UKL-UPL dalam setiap usaha/ kegiatan menjadikan suatu mekanisme
dan koordinasi antar instansi dalam penyelenggaraan perizinan untuk usaha dan atau kegiatan

sehingga instansi terkait dapat memberikan saran dan masukan demi kelangsungan
penyelenggaraan usaha/kegiatan sehingga dapat mengurangi dampak negative yang
ditimbulkannya.

5.

Tujuan kegiatan


Meningkatkan pelayanan perijinan dengan memberikan rekomendasi dokumen Lingkungan
sesuai kewenangan Kabupaten Bojonegoro sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan
izin usaha.



Memberikan bimbingan teknis kepada pemrakarsa usaha/kegiatan dalam menyusun
pelaksanaan dokumen pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang telah direkomendasi
oleh BLH Kabupaten Bojonegoro

[4]




Mengetahui sejauh mana ketaatan para pelaku usaha/ kegiatan dalam menerapkan
pengelolaan lingkungan apakah sesuai dengan dokumen lingkungan hidup yang telah
disusun.



Koordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI dan BLH Provinsi
sesuai dengan kewenangan penilai komisi AMDAL atas kegiatan/ usaha di Kabupaten
Bojonegoro.

6.

Hal yang harus ada
Hal Yang Harus ada

 Dokumen Lingkungan (AMDAL/UKL-UPL)
 Rekomendasi dari Kepala BLH Kabupaten

Bojonegoro
 Rapat untuk rapat koordinasi
 Laporan pelaksanaan dokumen lingungan
 Menerapkan upaya pengelolaan lingkungan
sebagaiman komitmen dari pemrakarsa dokumen

Hal Yang Harus Tidak Boleh Ada

yang disusun.
 Dokumen lingkungan hanya sebagai legalitas
untuk mendapatkan ijin usaha tanpa melakukan
pengelolaan lingkungan
 Memberikan Izin usaha / kegiatan kepada
pengusaha

tanpa

mempunyai

dokumen

lingkungan (AMDAL/UKL-UPL/SPPL).
 Memberikan

rekomendasi

AMDAL

tanpa

dilakukan konsultasi public kepada masyarakat
 Menyusun AMDAL tanpa dilakukan konsultan
yang bersertifikat kompetensi dari Kementerian
LH.
7.

Dukungan yang diperlukan dalam pelaksanaan Kegiatan yaitu :


Anggaran Rp. 85.000.000,-



SK komisi pengarah UKL-UPL dan Lisensi Komisi AMDAL.
Bojonegoro, April 2015
Kuasa Pengguna Anggaran

PPTK

Ir. MUHAYANAH. M.Si.
NIP. 19660929 199311 2 001

ERNA ZULAIKAH, ST
NIP. 19790112 200312 2 006

[5]