Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga dengan Persepsi Penggunaan Alat Kontrasepsi di Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu | - | EJIP BIOL 2694 8114 1 PB
e-Jipbiol Vol. 2: 30-35, Desember 2013
ISSN : 2338-1795
Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga dengan Persepsi Penggunaan Alat
Kontrasepsi di Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu
Education Level Relationship with Housewife Perception of Use Contraception in the Tondo
Village Mantikulore District of Palu City
Yustiani.1, Abd. Hakim Laenggeng2, Ritman Ishak Paudi2
1
2
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi UNTAD
Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNTAD
Email : Yustiani_biota@yahoo.com
Abstract
This research aim to know education level relationship with housewife perception of use
contraception in the Tondo Village Mantikulore District of Palu City. This study uses descriptive
quantitative data collection techniques were interview and question. The population in this study
were all housewives who use contraception in the Tondo Village, while the sample in this study is
a housewife who has an SD level by 32 people, SMP 40, SMA 62 people and scholar 188 people.
The results showed that there is a level of education to the perception of housewives of use
contraception. This matter is proved with value of F Count = 25,171> value Ftablesl 6,81. So that can
accept H1 and refuse H0. Overall, contraception are widely used by housewives is intravena and
KB pills.
Keyword : Level of education, housewife, perception, contraception.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu rumah tangga
dengan persepsi penggunaan alat kontrasepsi yang di Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore
Kota Palu. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan teknik pengambilan
data yaitu wawancara dan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu rumah
tangga yang menggunakan alat kontrasepsi di Kelurahan Tondo, sedangkan sampel dalam
penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang memiliki tingkat pendidikan SD sebanyak 32 orang,
SMP 40 orang, SMA 62 orang dan Sarjana 188 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat hubungan tingkat pendidikan ibu rumah tangga dengan persepsi penggunaan alat
kontrasepsi. Hal ini dibuktikan dengan nilai Fhitung = 25,171> nilai Ftabel 6,81. Sehingga dapat
menerima H1 dan menolak H0. Secara keseluruhan, alat kontrasepsi yang banyak digunakan oleh
ibu rumah tangga adalah suntik dan pil KB.
Kata Kunci : Tingkat pendidikan, ibu rumah tangga, persepsi, alat kontrasepsi
PENDAHULUAN
Di Provinsi Sulawesi Tengah Kota Palu
pada tahun 2012, program KB belum maksimal
sehingga angka kelahiran meningkat, kematian
bayi terus meningkat, meski angka kematian ibu
melahirkan terjadi penurunan. Akan tetapi ratarata jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu
ikut meningkat. Akibat ketidak maksimalnya
program KB beberapa tahun sebelumnya
mengakibatkan jumlah penduduk Palu meningkat
(Malaha, 2012). Metode-metode kontrasepsi yang
saat ini tersedia adalah sterilisasi pria
(vasektomi), sterilisasi wanita (tubektomi),
spiral/Alat
Kontrasepsi
Dalam
Rahim
(AKDR)/Intra Uterine Device (IUD), kontrasepsi
oral (pil), suntikan KB, implant (susuk KB),
metode sawar (kondom, spermisida, diafragma)
dan KB alami (Pendit, 2007). Pemilihan alat
kontrasepsi bukan merupakan hal yang mudah
karena efek yang berdampak terhadap tubuh tidak
akan diketahui selama belum menggunakannya.
Selain itu tidak ada metode atau alat kontrasepsi
yang selalu cocok bagi semua orang karena
situasi dan kondisi tubuh dari setiap individu
selalu berbeda, sehingga perlunya pengetahuan
yang luas dan tepat mengenai kekurangan dan
kelebihan dari masing-masing metode atau alat
kontrasepsi yang kemudian di sesuaikan dengan
kondisi tubuh (Trisnawirawan 2007). Semakin
tinggi tingkat pendidikan ibu rumah tangga, maka
akan semakin mudah menerima informasi dengan
demikian semakin banyak pula pengetahuan yang
dimiliki. Fakry (1987) mengemukakan bahwa
kunci keberhasilan gerakan keluarga berencana
sangat didukung oleh semua pihak yang
berkepentingan. Segala usaha penurunan tingkat
kelahiran hanya dapat didukung oleh orang-orang
yang berpikiran maju serta berorientasi pada
kondisi sekarang dan masa yang akan datang.
Tingkat pendidikan masyarakat sebagai landasan
utama dalam memahami masalah keluarga
berencana dan alat kontrasepsi sangat
menentukan keberhasilan program BKKBN.
Pendidikan merupakan sarana utama dan
suksesnya
tujuan
pelaksanaan
Keluarga
Berencana.
Sehingga
pendidikan
sangat
mempengaruhi perilaku ibu rumah tangga
tersebut. Jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan
itu
membuat
manusia
dapat
mengisi
kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan
kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk
mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang
menunjang
kesehatan,
sehingga
dapat
meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup.
Namun terkadang kenyataan tidak sesuai dengan
harapan hal ini dapat dilihat dari kesadaran ibu
rumah tangga terhadap penggunaan alat
kontrasepsi. Pengetahuan pasangan suami istri
terhadap kesehatan reproduksi masih rendah.
Adapun yang menyedihkan yaitu tidak
berkorelasi secara signifikan dengan tingkat
pendidikan pada umumnya. Meskipun pendidikan
orang tersebut sudah tinggi, namun pengetahuan
kesehatan reproduksinya belum tentu lebih baik.
Karena itu, mempengaruhi pola dalam
penerimaannya terhadap pentingnya penggunaan
alat kontrasepsi.
Hasil observasi di Kelurahan Tondo
Kecamatan Mantikulore Kota Palu, pada tahun
2012 diperoleh data kependudukan bahwa jumlah
penduduk yang mendiami Kelurahan Tondo
31
sebanyak 11.736 jiwa dengan jumlah kepala
keluarga sebanyak 3.128 KK. Untuk jumlah
Pasangan Usia Subur (PUS) adalah 1.869 orang.
Dari jumlah tersebut hanya 864 orang yang
mengikuti program keluarga berencana (data
Puskesmas Pembantu Tondo, 2012). Dengan
jumlah pasangan usia subur yang cukup banyak
hanya sebagian yang mengikuti program keluarga
berencana. Hal ini menunjukkan bahwa masih
banyak ibu rumah tangga yang belum memahami
pentingnya penggunaan alat kontrasepsi untuk
suksesnya gerakan keluarga berencana.
Berdasarkan hal di atas maka peneliti
tertarik untuk meneliti hubungan tingkat
pendidikan ibu rumah tangga dengan persepsi
penggunaan alat kontrasepsi.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah metode
deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh ibu rumah tangga Kelurahan
Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu yang
menggunakan alat kontrasepsi yang berjumlah
864 orang. Untuk penarikan sampel, digunakan
teknik proportionate stratified random sampling.
Pengambilan sampel dilakukan dengan terlebih
dahulu menetapkan jumlah populasi yang terdiri
dari kelompok Sekolah Dasar (SD) sebanyak 162
orang, Sekolah Menengah Pertama (SMP)
sebanyak 202 orang, Sekolah Menengah Atas
(SMA) sebanyak 312 orang dan kelompok
Sarjana sebanyak 188 orang.
Sampel dalam penelitian ini digunakan
20%, menurut Arikunto (1995) yaitu :
SD/sederajat
:
162 = 32 orang
SMP/sederajat
:
SMA/sederajat :
202 = 40 orang
312 = 62 orang
Sarjana
:
188 = 37 orang
Sehingga total sampel adalah 171 orang.
Untuk memperoleh data digunakan
instrumen angket dan wawancara dan analisa data
dengan menggunakan Korelasi Produk Moment.
Untuk melihat apakah ada hubungan
tingkat pendidikan masyarakat terhadap persepsi
penggunaan alat kontrasepsi di Kelurahan Tondo
Kecamatan Mantikulore Kota Palu, maka
digunakan rumus :
e-Jipbiol Vol 2, Desember 2013
rxy =
∑
[
(∑
(∑
∑
dilanjutkan dengan uji regresi. Uji regresi
dilakukan dengan menggunakan program SPSS.
Ý= a +bX
Kemudian dilakukan uji F dan apabila Fhitung
> F tabel, maka menerima H1 menolak H0.
)(∑ )
) ][ ∑
(∑ )
Untuk melihat bentuk hubungan tingkat
pendidikan ibu rumah tangga (x) dan persepsi
penggunaan alat kontrasepsi (y), maka
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Uji korelasi hubungan tingkat pendidikan ibu rumah tangga dengan persepsi penggunaan alat
kontrasepsi diperoleh :
r=
r=
r=
∑
[
[
(∑
)(∑ )
( ∑ ) ][ ∑
.
,
∑
.
.
) ²][
(
=
(∑ )
.
(
)²
,
(
)(
)
=
.
√
,
√
,
=
,
= 0,89
Uji regresi dengan menggunakan program SPSS, (lihat tabel 1 dan 2).
Tabel 1 ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regresi
Sisa
Total
.707
4.750
5.457
Tabel 2 Koefisien (a)
Model
1
Df
1
169
170
B
(Konstan)
Koefisien b
Mean Square
F
.707
.028
Std. Kesalahan
3.584
.063
.035
.013
Sig.
25.171
.000(a)
T
Sig.
102.022
5.017
.000
.000
Berdasarkan tabel 1 dan 2 diperoleh nilai F hitung sebesar = 25,171 dan koefisien a= 3,584
sedangkan koefisien b=0,063. Sehingga dapat menerima H1 dan menolak H0.
35
30
25
20
15
10
5
0
32
12
4
9
SD
15
5
6
20
10
SMP
7
4
16
3
SMA
5
Implan
Suntik
12
2
Pil
Kondom
Sarjana
Gambar 1. Jenis alat kontrasepsi yang digunakan responden berdasarkan tingkat pendidikan
32
e-Jipbiol Vol 2, Desember 2013
Sesuai dengan gambar 1 di atas
menunjukkan bahwa responden yang memiliki
tingkat pendidikan SD yang menggunakan
implant sebanyak 4 orang dan yang
menggunakan IUD sebanyak 2 orang, suntik
sebanyak 12 orang, pil sebanyak 9 orang dan
kondom sebanyak 5 orang. Selanjutnya SMP
yang menggunakan implant sebanyak 6 orang,
menggunakan IUD sebanyak 2 orang, suntik
sebanyak 15 orang, pil sebanyak 10 orang dan
kondom sebanyak 7 orang. SMA yang
menggunakan implant sebanyak 4 orang dan
yang menggunakan IUD sebanyak 3 orang, suntik
sebanyak 32 orang, pil sebanyak 20 orang dan
kondom sebanyak 3 orang. Sarjana yang
menggunakan implant sebanyak 5 orang,
menggunakan IUD sebanyak 2 orang, suntik
sebanyak 16 orang, pil sebanyak 12 orang dan
kondom sebanyak 2 orang.
70
60
50
40
Count
30
20
1.00
2.00
3.00
4.00
Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga
VAR00001
Gambar 2. Uji regresi tingkat pendidikan ibu
rumah tangga dan persepsi
penggunaan alat kontrasepsi
Sesuai dengan gambar 2 di atas
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu
rumah tangga berpengaruh terhadap persepsi
penggunaan alat kontrasepsi. Tingkat pendidikan
yang paling tinggi persepsinya adalah SMA
kemudian diikuti oleh SMP, Sarjana dan terakhir
SD.
PEMBAHASAN
Menurut Notoadmodjo (2003), bahwa
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang
termasuk perilaku seseorang akan pola hidup
terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan
33
serta dalam pembangunan. Tingkat pendidikan
tidak saja mempengaruhi kerelaan menggunakan
keluarga berencana tetapi juga pemilihan suatu
metode.
Hasil
penelitian
di
lapangan
menunjukkan hal yang sama bahwa di Kelurahan
Tondo, ibu rumah tangga yang memiliki tingkat
pendidikan lebih tinggi memiliki persepsi
penggunaan alat kontrasepsi yang lebih baik dari
pada ibu rumah tangga yang lebih rendah tingkat
pendidikannya. Metode kontrasepsi yang
digunakanpun beragam sesuai dengan kebutuhan
akseptor masing-masing.
Hasil angket di Kelurahan Tondo, banyak
responden menggunakan alat kontrasepsi suntik
dan pil KB, sedangkan alat kontrasepsi implant
dan spiral kurang diminati oleh para responden.
Hal tersebut sesuai dengan data dari petugas
kesehatan yang ada di Kelurahan Tondo.
Berdasarkan hasil wawancara, banyaknya ibu
rumah tangga yang menggunakan alat kontraspsi
suntik dan pil dikarenakan mudahnya dalam
pemakaian dan manfaat yang dihasilkan oleh alat
kontrasepsi itu sendiri. Hal ini didukung oleh
teori Linda (2008) yang menyatakan bahwa
keuntungan bentuk parenteral dari kontrasepsi
hormonal adalah sekali disuntikkan dan tidak
akan
menyusahkan
bagi
penggunanya.
Sedangkan manfaat dari penggunaan pil selain
mudah dalam pemakaiannya, pil dapat mencegah
kehamilan,
penurunan
resiko
penyakit
peradangan pelvis, anemia dan kanker
endometrium atau ovarium.
Menurut Bessinger (2001) dalam
Maryatun (2009), bahwa beberapa penelitian
menyebutkan bahwa rendahnya pemakaian
kontrasepsi spiral dikarenakan ketidaktahuan
akseptor tentang kelebihan metode tersebut.
Ketidaktahuan akseptor tentang kelebihan metode
kontrasepsi spiral disebabkan informasi yang
disampaikan petugas pelayanan KB kurang
lengkap.
Hasil
pengamatan
dilapangan,
menunjukkan bahwa di Kelurahan Tondo
pemakai alat kontrasepsi spiral lebih sedikit
dibandingkan dengan suntik dan pil, hal ini
dikarenakan
spiral
lebih
sulit
dalam
pemakaiannya dan harus membutuhkan bantuan
dari petugas kesehatan dan efek samping yang
ditimbulkan yaitu perdarahan menstruasi yang
berlebihan sehingga dapat mengakibatkan
kekurangan darah (anemia). Sehingga ibu rumah
e-Jipbiol Vol 2, Desember 2013
tangga banyak yang tidak menggunakan alat
kontrasepsi ini. meskipun alat kontrasepsi ini
merupakan bentuk kontrasepsi yang nyaman
setelah pemasangannya. Hal ini didukung oleh
teori Menurut Linda (2008), bahwa banyak
dokter yang tidak menganjurkan pemasangan
IUD pada wanita yang belum pernah memiliki
anak. Karena efek samping yang ditimbulkannya
yaitu seperti perdarahan menstruasi yang
berlebihan, anemia defisiensi besi, dismenorea
dan aborsi septik jika telah terjadi kehamilan.
Menurut penelitian dari Ely (2011),
bahwa beberapa faktor penyebab rendahnya
akseptor KB implan dikarenakan kurangnya
pengetahuan responden tentang kontrasepsi
tersebut, selain itu juga kurangnya informasi dari
tenaga kesehatan. Pada saat memberikan
pelayanan KB mereka hanya diberikan informasi
lisan sehingga informasi yang didapatkan kurang
efektif. Sebagian responden juga masih takut
menggunakan implan, penyebabnya antara lain
informasi yang salah bahwa kapsul implan dapat
hilang ketika akan dicabut, dan implan dapat
menyebabkan kenaikan berat badan. Hasil
pengamatan dilapangan, menunjukkan bahwa di
Kelurahan Tondo pemakai alat kontrasepsi
implant lebih sedikit karena tidak dapat
digunakan langsung oleh akseptor sendiri selain
itu adanya rasa takut ketika akan dipasang
implant, karena pemakaiannya yang lebih rumit
dibanding piul dan suntik.
Pengguna alat kontrasepsi kondom di
Kelurahan Tondo tergolong sedikit karena selain
mudah dalam penggunaannya, kondom juga
sudah dijual bebas. Sehingga penggunanya tidak
perlu untuk datang ke petugas kesehatan atau
puskesmas. Selain itu juga angka kegagalannya
lebih besar dibandingkan dengan alat kontrasepsi
lainnya. Menurut linda (2008) angka kegagalan
penggunaan kondom sebesar 3-6%.
Kontrasepsi
dapat
memberikan
kemudahan
dan
manfaat
bagi
yang
menggunakanya, selain itu, metode kontrasepsi
juga harus sesuai dengan pemakainya. Wanita
yang berusia muda maupun tua, wanita
menyusui, wanita yang ingin mengatur jarak
kehamilan atau berencana untuk tidak
mempunyai anak lagi. Metode kontrasepsi juga
harus dapat diterima secara seksual maupun
sosial tanpa adanya pengaruh negative terhadap
kesehatan dan kesejahteraan secara umum
34
(Marge, 1996). Sehingga dengan adanya
pendidikan
diharapkan
mampu
untuk
meningkatkan persepsi serta perilaku seseorang
akan pola hidup terutama dalam memotivasi
dalam menggunakan alat kontrasepsi untuk
membantu/berperan serta dalam mewujudkan
gerakan keluarga berencana.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan terdapat hubungan antara tingkat
pendidikan ibu rumah tangga dengan persepsi
penggunaan alat kontrasepsi di Kelurahan Tondo
Kecamatan Mantikulore Kota Palu. Adapun alat
kontrasepsi yang banyak digunakan oleh ibu
rumah tangga di Kelurahan Tondo adalah pil dan
suntik KB.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (1991). Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek I. PT Rineka Cipta.
Jakarta.
Arikunto, S. (1995). Metode Penelitian. Penerbit Bina
Aksara. Bandung.
Maryatun. (2009). Analisis Faktor-Faktor pada Ibu
yang Berpengaruh terhadap Pemakaian IUD di
Kabupaten Sukoharjo. [Online]. Tersedia
http://www.google.com. [5 November 2013].
Ely. (2011). Perbedaan Pengetahuan Sebelum dan
Sesudah Penyuluhan tentang
Kontrasepsi
Implan.
[online].
http://www.googel.com/
Gambar + KB+ susuk. html. [28 Oktober 2013].
Linda. (2008). Sistem Reproduksi. Erlangga Medical
Series. Jakarta
Marge. (1996). Kesehatan Wanita Sebuah Prospektif
Global. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat
Prinsip-Prinsip Dasar. Rineka Cipta, Jakarta.
Pendit. (2007). Ragam Metode Kontrasepsi. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Sabri. (1999). Ilmu Pendidikan. CV. Pedoman Ilmu
Jaya. Jakarta.
e-Jipbiol Vol 2, Desember 2013
Santoso. (1987). Pendidikan di Indonesia dari Masa
Kemasa. CV Haji Masagung. Jakarta.
Subandinjah. (1997). Metode Penelitian Pendidikan.
Usaha Nasional. Jakarta.
Sugiono. (1997). Metode Penelitian Pendidikan. CV.
Alfabeta. Bandung.
Suwarno. (1992). Pengantar Umum Pendidikan.
Rineka Cipta. Jakarta.
Trisnawirawan. (2007). Sistem Penunjang Keputusan
Pemilihan Metode/Alat Kontrasepsi. Genetika
Jurnal.
35
e-Jipbiol Vol 2, Desember 2013
ISSN : 2338-1795
Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga dengan Persepsi Penggunaan Alat
Kontrasepsi di Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu
Education Level Relationship with Housewife Perception of Use Contraception in the Tondo
Village Mantikulore District of Palu City
Yustiani.1, Abd. Hakim Laenggeng2, Ritman Ishak Paudi2
1
2
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi UNTAD
Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNTAD
Email : Yustiani_biota@yahoo.com
Abstract
This research aim to know education level relationship with housewife perception of use
contraception in the Tondo Village Mantikulore District of Palu City. This study uses descriptive
quantitative data collection techniques were interview and question. The population in this study
were all housewives who use contraception in the Tondo Village, while the sample in this study is
a housewife who has an SD level by 32 people, SMP 40, SMA 62 people and scholar 188 people.
The results showed that there is a level of education to the perception of housewives of use
contraception. This matter is proved with value of F Count = 25,171> value Ftablesl 6,81. So that can
accept H1 and refuse H0. Overall, contraception are widely used by housewives is intravena and
KB pills.
Keyword : Level of education, housewife, perception, contraception.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu rumah tangga
dengan persepsi penggunaan alat kontrasepsi yang di Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore
Kota Palu. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan teknik pengambilan
data yaitu wawancara dan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu rumah
tangga yang menggunakan alat kontrasepsi di Kelurahan Tondo, sedangkan sampel dalam
penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang memiliki tingkat pendidikan SD sebanyak 32 orang,
SMP 40 orang, SMA 62 orang dan Sarjana 188 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat hubungan tingkat pendidikan ibu rumah tangga dengan persepsi penggunaan alat
kontrasepsi. Hal ini dibuktikan dengan nilai Fhitung = 25,171> nilai Ftabel 6,81. Sehingga dapat
menerima H1 dan menolak H0. Secara keseluruhan, alat kontrasepsi yang banyak digunakan oleh
ibu rumah tangga adalah suntik dan pil KB.
Kata Kunci : Tingkat pendidikan, ibu rumah tangga, persepsi, alat kontrasepsi
PENDAHULUAN
Di Provinsi Sulawesi Tengah Kota Palu
pada tahun 2012, program KB belum maksimal
sehingga angka kelahiran meningkat, kematian
bayi terus meningkat, meski angka kematian ibu
melahirkan terjadi penurunan. Akan tetapi ratarata jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu
ikut meningkat. Akibat ketidak maksimalnya
program KB beberapa tahun sebelumnya
mengakibatkan jumlah penduduk Palu meningkat
(Malaha, 2012). Metode-metode kontrasepsi yang
saat ini tersedia adalah sterilisasi pria
(vasektomi), sterilisasi wanita (tubektomi),
spiral/Alat
Kontrasepsi
Dalam
Rahim
(AKDR)/Intra Uterine Device (IUD), kontrasepsi
oral (pil), suntikan KB, implant (susuk KB),
metode sawar (kondom, spermisida, diafragma)
dan KB alami (Pendit, 2007). Pemilihan alat
kontrasepsi bukan merupakan hal yang mudah
karena efek yang berdampak terhadap tubuh tidak
akan diketahui selama belum menggunakannya.
Selain itu tidak ada metode atau alat kontrasepsi
yang selalu cocok bagi semua orang karena
situasi dan kondisi tubuh dari setiap individu
selalu berbeda, sehingga perlunya pengetahuan
yang luas dan tepat mengenai kekurangan dan
kelebihan dari masing-masing metode atau alat
kontrasepsi yang kemudian di sesuaikan dengan
kondisi tubuh (Trisnawirawan 2007). Semakin
tinggi tingkat pendidikan ibu rumah tangga, maka
akan semakin mudah menerima informasi dengan
demikian semakin banyak pula pengetahuan yang
dimiliki. Fakry (1987) mengemukakan bahwa
kunci keberhasilan gerakan keluarga berencana
sangat didukung oleh semua pihak yang
berkepentingan. Segala usaha penurunan tingkat
kelahiran hanya dapat didukung oleh orang-orang
yang berpikiran maju serta berorientasi pada
kondisi sekarang dan masa yang akan datang.
Tingkat pendidikan masyarakat sebagai landasan
utama dalam memahami masalah keluarga
berencana dan alat kontrasepsi sangat
menentukan keberhasilan program BKKBN.
Pendidikan merupakan sarana utama dan
suksesnya
tujuan
pelaksanaan
Keluarga
Berencana.
Sehingga
pendidikan
sangat
mempengaruhi perilaku ibu rumah tangga
tersebut. Jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan
itu
membuat
manusia
dapat
mengisi
kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan
kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk
mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang
menunjang
kesehatan,
sehingga
dapat
meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup.
Namun terkadang kenyataan tidak sesuai dengan
harapan hal ini dapat dilihat dari kesadaran ibu
rumah tangga terhadap penggunaan alat
kontrasepsi. Pengetahuan pasangan suami istri
terhadap kesehatan reproduksi masih rendah.
Adapun yang menyedihkan yaitu tidak
berkorelasi secara signifikan dengan tingkat
pendidikan pada umumnya. Meskipun pendidikan
orang tersebut sudah tinggi, namun pengetahuan
kesehatan reproduksinya belum tentu lebih baik.
Karena itu, mempengaruhi pola dalam
penerimaannya terhadap pentingnya penggunaan
alat kontrasepsi.
Hasil observasi di Kelurahan Tondo
Kecamatan Mantikulore Kota Palu, pada tahun
2012 diperoleh data kependudukan bahwa jumlah
penduduk yang mendiami Kelurahan Tondo
31
sebanyak 11.736 jiwa dengan jumlah kepala
keluarga sebanyak 3.128 KK. Untuk jumlah
Pasangan Usia Subur (PUS) adalah 1.869 orang.
Dari jumlah tersebut hanya 864 orang yang
mengikuti program keluarga berencana (data
Puskesmas Pembantu Tondo, 2012). Dengan
jumlah pasangan usia subur yang cukup banyak
hanya sebagian yang mengikuti program keluarga
berencana. Hal ini menunjukkan bahwa masih
banyak ibu rumah tangga yang belum memahami
pentingnya penggunaan alat kontrasepsi untuk
suksesnya gerakan keluarga berencana.
Berdasarkan hal di atas maka peneliti
tertarik untuk meneliti hubungan tingkat
pendidikan ibu rumah tangga dengan persepsi
penggunaan alat kontrasepsi.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah metode
deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh ibu rumah tangga Kelurahan
Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu yang
menggunakan alat kontrasepsi yang berjumlah
864 orang. Untuk penarikan sampel, digunakan
teknik proportionate stratified random sampling.
Pengambilan sampel dilakukan dengan terlebih
dahulu menetapkan jumlah populasi yang terdiri
dari kelompok Sekolah Dasar (SD) sebanyak 162
orang, Sekolah Menengah Pertama (SMP)
sebanyak 202 orang, Sekolah Menengah Atas
(SMA) sebanyak 312 orang dan kelompok
Sarjana sebanyak 188 orang.
Sampel dalam penelitian ini digunakan
20%, menurut Arikunto (1995) yaitu :
SD/sederajat
:
162 = 32 orang
SMP/sederajat
:
SMA/sederajat :
202 = 40 orang
312 = 62 orang
Sarjana
:
188 = 37 orang
Sehingga total sampel adalah 171 orang.
Untuk memperoleh data digunakan
instrumen angket dan wawancara dan analisa data
dengan menggunakan Korelasi Produk Moment.
Untuk melihat apakah ada hubungan
tingkat pendidikan masyarakat terhadap persepsi
penggunaan alat kontrasepsi di Kelurahan Tondo
Kecamatan Mantikulore Kota Palu, maka
digunakan rumus :
e-Jipbiol Vol 2, Desember 2013
rxy =
∑
[
(∑
(∑
∑
dilanjutkan dengan uji regresi. Uji regresi
dilakukan dengan menggunakan program SPSS.
Ý= a +bX
Kemudian dilakukan uji F dan apabila Fhitung
> F tabel, maka menerima H1 menolak H0.
)(∑ )
) ][ ∑
(∑ )
Untuk melihat bentuk hubungan tingkat
pendidikan ibu rumah tangga (x) dan persepsi
penggunaan alat kontrasepsi (y), maka
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Uji korelasi hubungan tingkat pendidikan ibu rumah tangga dengan persepsi penggunaan alat
kontrasepsi diperoleh :
r=
r=
r=
∑
[
[
(∑
)(∑ )
( ∑ ) ][ ∑
.
,
∑
.
.
) ²][
(
=
(∑ )
.
(
)²
,
(
)(
)
=
.
√
,
√
,
=
,
= 0,89
Uji regresi dengan menggunakan program SPSS, (lihat tabel 1 dan 2).
Tabel 1 ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regresi
Sisa
Total
.707
4.750
5.457
Tabel 2 Koefisien (a)
Model
1
Df
1
169
170
B
(Konstan)
Koefisien b
Mean Square
F
.707
.028
Std. Kesalahan
3.584
.063
.035
.013
Sig.
25.171
.000(a)
T
Sig.
102.022
5.017
.000
.000
Berdasarkan tabel 1 dan 2 diperoleh nilai F hitung sebesar = 25,171 dan koefisien a= 3,584
sedangkan koefisien b=0,063. Sehingga dapat menerima H1 dan menolak H0.
35
30
25
20
15
10
5
0
32
12
4
9
SD
15
5
6
20
10
SMP
7
4
16
3
SMA
5
Implan
Suntik
12
2
Pil
Kondom
Sarjana
Gambar 1. Jenis alat kontrasepsi yang digunakan responden berdasarkan tingkat pendidikan
32
e-Jipbiol Vol 2, Desember 2013
Sesuai dengan gambar 1 di atas
menunjukkan bahwa responden yang memiliki
tingkat pendidikan SD yang menggunakan
implant sebanyak 4 orang dan yang
menggunakan IUD sebanyak 2 orang, suntik
sebanyak 12 orang, pil sebanyak 9 orang dan
kondom sebanyak 5 orang. Selanjutnya SMP
yang menggunakan implant sebanyak 6 orang,
menggunakan IUD sebanyak 2 orang, suntik
sebanyak 15 orang, pil sebanyak 10 orang dan
kondom sebanyak 7 orang. SMA yang
menggunakan implant sebanyak 4 orang dan
yang menggunakan IUD sebanyak 3 orang, suntik
sebanyak 32 orang, pil sebanyak 20 orang dan
kondom sebanyak 3 orang. Sarjana yang
menggunakan implant sebanyak 5 orang,
menggunakan IUD sebanyak 2 orang, suntik
sebanyak 16 orang, pil sebanyak 12 orang dan
kondom sebanyak 2 orang.
70
60
50
40
Count
30
20
1.00
2.00
3.00
4.00
Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga
VAR00001
Gambar 2. Uji regresi tingkat pendidikan ibu
rumah tangga dan persepsi
penggunaan alat kontrasepsi
Sesuai dengan gambar 2 di atas
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu
rumah tangga berpengaruh terhadap persepsi
penggunaan alat kontrasepsi. Tingkat pendidikan
yang paling tinggi persepsinya adalah SMA
kemudian diikuti oleh SMP, Sarjana dan terakhir
SD.
PEMBAHASAN
Menurut Notoadmodjo (2003), bahwa
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang
termasuk perilaku seseorang akan pola hidup
terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan
33
serta dalam pembangunan. Tingkat pendidikan
tidak saja mempengaruhi kerelaan menggunakan
keluarga berencana tetapi juga pemilihan suatu
metode.
Hasil
penelitian
di
lapangan
menunjukkan hal yang sama bahwa di Kelurahan
Tondo, ibu rumah tangga yang memiliki tingkat
pendidikan lebih tinggi memiliki persepsi
penggunaan alat kontrasepsi yang lebih baik dari
pada ibu rumah tangga yang lebih rendah tingkat
pendidikannya. Metode kontrasepsi yang
digunakanpun beragam sesuai dengan kebutuhan
akseptor masing-masing.
Hasil angket di Kelurahan Tondo, banyak
responden menggunakan alat kontrasepsi suntik
dan pil KB, sedangkan alat kontrasepsi implant
dan spiral kurang diminati oleh para responden.
Hal tersebut sesuai dengan data dari petugas
kesehatan yang ada di Kelurahan Tondo.
Berdasarkan hasil wawancara, banyaknya ibu
rumah tangga yang menggunakan alat kontraspsi
suntik dan pil dikarenakan mudahnya dalam
pemakaian dan manfaat yang dihasilkan oleh alat
kontrasepsi itu sendiri. Hal ini didukung oleh
teori Linda (2008) yang menyatakan bahwa
keuntungan bentuk parenteral dari kontrasepsi
hormonal adalah sekali disuntikkan dan tidak
akan
menyusahkan
bagi
penggunanya.
Sedangkan manfaat dari penggunaan pil selain
mudah dalam pemakaiannya, pil dapat mencegah
kehamilan,
penurunan
resiko
penyakit
peradangan pelvis, anemia dan kanker
endometrium atau ovarium.
Menurut Bessinger (2001) dalam
Maryatun (2009), bahwa beberapa penelitian
menyebutkan bahwa rendahnya pemakaian
kontrasepsi spiral dikarenakan ketidaktahuan
akseptor tentang kelebihan metode tersebut.
Ketidaktahuan akseptor tentang kelebihan metode
kontrasepsi spiral disebabkan informasi yang
disampaikan petugas pelayanan KB kurang
lengkap.
Hasil
pengamatan
dilapangan,
menunjukkan bahwa di Kelurahan Tondo
pemakai alat kontrasepsi spiral lebih sedikit
dibandingkan dengan suntik dan pil, hal ini
dikarenakan
spiral
lebih
sulit
dalam
pemakaiannya dan harus membutuhkan bantuan
dari petugas kesehatan dan efek samping yang
ditimbulkan yaitu perdarahan menstruasi yang
berlebihan sehingga dapat mengakibatkan
kekurangan darah (anemia). Sehingga ibu rumah
e-Jipbiol Vol 2, Desember 2013
tangga banyak yang tidak menggunakan alat
kontrasepsi ini. meskipun alat kontrasepsi ini
merupakan bentuk kontrasepsi yang nyaman
setelah pemasangannya. Hal ini didukung oleh
teori Menurut Linda (2008), bahwa banyak
dokter yang tidak menganjurkan pemasangan
IUD pada wanita yang belum pernah memiliki
anak. Karena efek samping yang ditimbulkannya
yaitu seperti perdarahan menstruasi yang
berlebihan, anemia defisiensi besi, dismenorea
dan aborsi septik jika telah terjadi kehamilan.
Menurut penelitian dari Ely (2011),
bahwa beberapa faktor penyebab rendahnya
akseptor KB implan dikarenakan kurangnya
pengetahuan responden tentang kontrasepsi
tersebut, selain itu juga kurangnya informasi dari
tenaga kesehatan. Pada saat memberikan
pelayanan KB mereka hanya diberikan informasi
lisan sehingga informasi yang didapatkan kurang
efektif. Sebagian responden juga masih takut
menggunakan implan, penyebabnya antara lain
informasi yang salah bahwa kapsul implan dapat
hilang ketika akan dicabut, dan implan dapat
menyebabkan kenaikan berat badan. Hasil
pengamatan dilapangan, menunjukkan bahwa di
Kelurahan Tondo pemakai alat kontrasepsi
implant lebih sedikit karena tidak dapat
digunakan langsung oleh akseptor sendiri selain
itu adanya rasa takut ketika akan dipasang
implant, karena pemakaiannya yang lebih rumit
dibanding piul dan suntik.
Pengguna alat kontrasepsi kondom di
Kelurahan Tondo tergolong sedikit karena selain
mudah dalam penggunaannya, kondom juga
sudah dijual bebas. Sehingga penggunanya tidak
perlu untuk datang ke petugas kesehatan atau
puskesmas. Selain itu juga angka kegagalannya
lebih besar dibandingkan dengan alat kontrasepsi
lainnya. Menurut linda (2008) angka kegagalan
penggunaan kondom sebesar 3-6%.
Kontrasepsi
dapat
memberikan
kemudahan
dan
manfaat
bagi
yang
menggunakanya, selain itu, metode kontrasepsi
juga harus sesuai dengan pemakainya. Wanita
yang berusia muda maupun tua, wanita
menyusui, wanita yang ingin mengatur jarak
kehamilan atau berencana untuk tidak
mempunyai anak lagi. Metode kontrasepsi juga
harus dapat diterima secara seksual maupun
sosial tanpa adanya pengaruh negative terhadap
kesehatan dan kesejahteraan secara umum
34
(Marge, 1996). Sehingga dengan adanya
pendidikan
diharapkan
mampu
untuk
meningkatkan persepsi serta perilaku seseorang
akan pola hidup terutama dalam memotivasi
dalam menggunakan alat kontrasepsi untuk
membantu/berperan serta dalam mewujudkan
gerakan keluarga berencana.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan terdapat hubungan antara tingkat
pendidikan ibu rumah tangga dengan persepsi
penggunaan alat kontrasepsi di Kelurahan Tondo
Kecamatan Mantikulore Kota Palu. Adapun alat
kontrasepsi yang banyak digunakan oleh ibu
rumah tangga di Kelurahan Tondo adalah pil dan
suntik KB.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (1991). Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek I. PT Rineka Cipta.
Jakarta.
Arikunto, S. (1995). Metode Penelitian. Penerbit Bina
Aksara. Bandung.
Maryatun. (2009). Analisis Faktor-Faktor pada Ibu
yang Berpengaruh terhadap Pemakaian IUD di
Kabupaten Sukoharjo. [Online]. Tersedia
http://www.google.com. [5 November 2013].
Ely. (2011). Perbedaan Pengetahuan Sebelum dan
Sesudah Penyuluhan tentang
Kontrasepsi
Implan.
[online].
http://www.googel.com/
Gambar + KB+ susuk. html. [28 Oktober 2013].
Linda. (2008). Sistem Reproduksi. Erlangga Medical
Series. Jakarta
Marge. (1996). Kesehatan Wanita Sebuah Prospektif
Global. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat
Prinsip-Prinsip Dasar. Rineka Cipta, Jakarta.
Pendit. (2007). Ragam Metode Kontrasepsi. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Sabri. (1999). Ilmu Pendidikan. CV. Pedoman Ilmu
Jaya. Jakarta.
e-Jipbiol Vol 2, Desember 2013
Santoso. (1987). Pendidikan di Indonesia dari Masa
Kemasa. CV Haji Masagung. Jakarta.
Subandinjah. (1997). Metode Penelitian Pendidikan.
Usaha Nasional. Jakarta.
Sugiono. (1997). Metode Penelitian Pendidikan. CV.
Alfabeta. Bandung.
Suwarno. (1992). Pengantar Umum Pendidikan.
Rineka Cipta. Jakarta.
Trisnawirawan. (2007). Sistem Penunjang Keputusan
Pemilihan Metode/Alat Kontrasepsi. Genetika
Jurnal.
35
e-Jipbiol Vol 2, Desember 2013