Terpaan “Reportase Investigasi” Dan Tingkat Kecemasan Ibu Rumah Tangga(StudiKorelasional Tentang Terpaan “Reportase Investigasi” Trans Tv Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Rumah Tangga Di Lingkungan Iv Kelurahan Besar Kecamatan Medan Labuhan)

(1)

TERPAAN TAYANGAN “REPORTASE INVESTIGASI” DAN TINGKAT KECEMASAN IBU RUMAH TANGGA

(StudiKorelasionaltentang Terpaan Tayangan “Reportase Investigasi” Trans TV Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Rumah Tangga di Lingkungan IV Kelurahan

Besar Kecamatan Medan Labuhan)

SKRIPSI

Oleh :

PRATIWI EKA SETIA 100904132

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama : Pratiwi Eka Setia

NIM : 100904132 Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Terpaan “Reportase Investigasi” Dan Tingkat Kecemasan Ibu Rumah Tangga(StudiKorelasional Tentang Terpaan “Reportase Investigasi” Trans Tv Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Rumah Tangga Di Lingkungan Iv Kelurahan Besar Kecamatan Medan Labuhan)

Medan, 2014

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Yovita Sabarina Sitepu, S.sos, M.Si Dra. Fatma WardyLubis.M.ANIP. 198011072006042002 NIP.196208281986012001

Dekan FISIP USU

NIP. 196805251992031002 Prof. Dr. Badaruddin, M.Si


(3)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika dikemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat), maka

saya bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : Pratiwi Eka Setia

NIM : 100904132

Tanda Tangan :


(4)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :Pratiwi Eka Setia

NIM : 100904132

Departemen : Ilmu Komunikasi

Universitas : Universitas Sumatera Utara Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Ekslusif (Non-ekslusive Royalty- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

TERPAAN “REPORTASE INVESTIGASI” DAN TINGKAT KECEMASAN IBU RUMAH TANGGA (StudiKorelasional tentang Terpaan “Reportase Investigasi” Trans TV Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Rumah Tangga di Lingkungan IV Kelurahan Besar Kecamatan Medan Labuhan) Beserta perangkat yang ada. Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Medan, Desember 2014


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Terpaan Tayangan “Reportase Investigasi” dan Tingkat Kecemasan Ibu Rumah Tangga. Sebuah studi korelasional yang bertujuan untuk mengetahui sejauhmana hubungan terpaan tayangan “Reportase Investigasi” Trans TV terhadap tingkat kecemasan ibu rumah tangga di Lingkungan IV Kelurahan Besar Kecamatan Medan Labuhan. Adapun kerangka teori yang digunakan adalah Komunikasi Massa, Media Massa, Terpaan Media, Teori Kultivasi dan Kecemasan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yakni untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Kemudian apabila ada, seberapa erat hubungannya, dan berarti atau tidak hubungan tersebut. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 890 orang. Penarikan sampel menggunakan rumus Arikunto sebanyak 10% dari populasi, sehingga diperoleh sampel sebesar 89 orang. Sedangkan teknik penarikan sampel yang digunakan adalahAccidental Sampling dan Purposive Sampling. Pengumpulan data menggunakan penelitian lapangan (Field Research)melalui kuisioner dan penelitian kepustakaan (Library Research) melalui literatur dan sumber bacaan. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, analisa tabel silang, dan uji hipotesis. Perhitungan menggunakan piranti lunak SPSS versi 21.0, dan menggunakan skala Guilford untuk melihat kuat lemahnya hubungan kedua variabel tersebut. Hasil uji Hipotesa didapat angka sebesar 0,527. Ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima yaitu terdapat hubungan antara terpaan tayangan “Reportase Investigasi” Trans TV terhadap tingkat kecemasan ibu rumah tangga di Lingkungan IV Kelurahan Besar Kecamatan Medan Labuhan. Hasil 0,527 berada pada skala 0,41 – 0,70 yang menunjukkan hubungan rendah tapi cukup berarti. Pengujian tingkat signifikansi hubungan menggunakan rumus Kp =(��)2 x 100%, dimana rs = 0,527 sehingga besarnya faktor hubungan antara terpaan tayangan “Reportase Investigasi” Trans TV terhadap tingkat kecemasan ibu rumah tangga di Lingkungan IV Kelurahan Besar Kecamatan Medan Labuhan sebesar 27,8%, dan sisanya ditentukan oleh faktor-faktor lain.


(6)

ABSTRACT

This research titledExposure Impressions “Reportase Invetigasi” and The Level of Housewife Anxiety, aCorrelationalstudyaimedtodetermine the extent ofrelationsof Exposure Impressions “Reportase Invetigasi” and The Level of Housewife Anxiety in Lingkungan IV Kelurahan Besar Kecamatan Medan Labuhan. The theory inthis researchis Mass CommunicationTheory, Mass Media, Media Exposure, Cultivation Theoryand Anxiety. Methods used in this research is correlational method, which is to find the relations beetwen X and Y variables. Then if any, how closely related, and means or not the relations. The populationin this research is890people. Sampling using Arikunto formula as much as 10% of the population,in order to obtain a sample of 89 people. While the sampling technique is Accidental Sampling dan Purposive Sampling. The research data were obtained from Field Research with questionenaires and Library Research with literature and reading sources. Data analysis techniques used in this research is Single-table Analysis, Cross-table Analysis, and Hypothesis testing. Calculations using SPSS version 21.0 software and Guildford scale to see the strengh of the relations beetwen that two variables. Hypothesis test results obtained figure of 0,527. It means Ho is rejected and Ha is accepted that there is a relations between exposure impressions “Reportase Invetigasi” and the level of housewife anxiety in Lingkungan IV Kelurahan Besar Kecamatan Medan Labuhan. 0,527 results are on a scale of 0,41 - 0,70 which shows a low but significant relations. Testing significance level of relations using the formula Kp=(��)2 x 100%, and rs = 0,527 so that the magnitude of the relations factors between exposure impressions “Reportase Invetigasi” and the level of housewife anxiety in Lingkungan IV Kelurahan Besar Kecamatan Medan Labuhan is 27,8%, and the rest is determined by other factors.


(7)

KATA PENGANTAR

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya karena hanya izin-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beriring salam juga peneliti haturkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Penulisan skripsi yang berjudul Terpaan “Reportase Investigasi” Dan Tingkat Kecemasan Ibu Rumah Tangga ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat yang harus dilengkapi dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini kiranya tidak tercipta begitu saja, melainkan hasil dari proses pembelajaran yang peneliti terima selama berada di bangku perkuliahan di Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Selain itu juga dari data-data yang diperoleh dari buku, internet, dan literatur lainnya.

Selama penyelasaian skripsi ini peneliti banyak mengalami hambatan dan rintangan baik dalam mencari data maupun dalam penyelasaian penelitian. Kemudian, dalam penelitian dan penulisan skripsi ini peneliti juga memperoleh bimbingan, saran, arahan dan bantuan dari berbagai pihak, baik yang bersifat moril maupun materil serta dorongan dan semangat dari berbagai pihak yang sangat bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini.

Untuk itu peneliti sangat berterimakasih kepada banyak pihak yang terlibat dan membantu baik secara langsung maupun tidak langsung. Ucapan terimakasih yang teristimewa peneliti ucapkan kepada Ayahanda Idwar dan Ibunda Silfia Neti tercinta dengan segala ketulusan dan kesabaran telah mengasuh dan membesarkan peneliti serta memberikan dukungan, perhatian, doa yang tiada henti dan dorongan baik materil maupun spiritual kepada penulis.

Pada kesempatan ini peneliti juga ingin menyampaikan rasa terimakasih setulus-tulusnya atas segala dukungan, bantuan, bimbingan, dan arahan dari semua pihak yang telah berperan dalam proses penyelesaian skripsi ini. Adapun rasa terimakasih tersebut penulis tujukan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin. M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(8)

2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

3. Ibu Dra. Dayana Manurung, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

4. KakYovita Sabarina Sitepu, M.Si selaku Dosen Pembimbing dan Dosen Pembimbing Akademik peneliti yang telah banyak membantu, membimbing peneliti sejak awal perkuliahan hingga peneliti menyelesaikan skripsi dan perkuliahan ini. Mulai dari waktu yang telah diluangkan untuk berdiskusi serta masukan yang sangat berharga.

5. Seluruh dosen dan staf pengajar yang telah memberikan pendidikan dan pengajaran pada peneliti dari awal semester hingga akhir semester.

6. Staf Administrasi Departemen Ilmu Komunikasi, Kak Maya dan Pak Tangkas yang telah banyak membantu selama peneliti mengikuti perkuliahan di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

7. Seluruh keluarga peneliti terutama kedua adik peneliti, Irwa Dende dan Malik Abdu Razzaq yang selalu memberikan semangat bagi peneliti. 8. Teman-teman tersayang, Ria Yunita Melati, Bernadetha Putri, Ellanda

Amdarini, Citra Tri Oktaviani, dan Soraya Aziza yang selalu memberikan bantuan, dukungan, saran, dan semangat bagi peneliti.

9. Semua teman-teman mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2010 di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara serta seluruh sahabat yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu-pesatu.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya atas segala bantuan dan dukungan baik moril dan materil yang telah diberikan. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih belum sempurna dan memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati untuk kesempurnaan skripsi ini peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.


(9)

Akhir kata, peneliti berharap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.

Medan, Desember 2014


(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Pembatasan Masalah ... 8

1.4 Tujuan Penelitian ... 9

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori ... 10

2.1.1 Komunikasi ... 10

2.1.2 Komunikasi Massa ... 13

2.1.3 Media Massa ... 15

2.1.4 Televisi ... 17

2.1.5 Berita ... 20

2.1.6 Terpaan Media ... 22

2.1.7 Teori Kultivasi ... 24

2.1.8 Kecemasan ... 28

2.2 Kerangka Konsep ... 31

2.3 Variabel Penelitian ... 31

2.4 Defenisi Operasional ... 33


(11)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 35

3.1.1 Data Empirik ... 35

3.1.2 Pertumbuhan Penduduk ... 37

3.1.3 Lingkungan IV ... 39

3.2 Metode Penelitian ... 39

3.3 Populasi ... 40

3.4 Sampel ... 40

3.5 Teknik Penarikan Sampel ... 41

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 41

3.7 Teknik Analisis Data ... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tahapan Pelaksanaan Penelitian ... 44

4.1.1 Tahap Awal ... 44

4.1.2 Proses Pengumpulan Data ...45

4.1.3 Proses Pengolahan Data ... 45

4.2 Analisis Tabel Tunggal ... 46

4.3 Analisis Tabel Silang ... 77

4.4 Uji Hipotesa ... 82

4.5 Pembahasan ... 84

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 87

5.2 Saran ... 88 DAFTAR REFERENSI


(12)

DAFTAR TABEL Tabel 3.1 JumlahPenduduk Menurut Jenis Kelamin Tabel 3.2 JumlahPenduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Menurut Agama

Tabel 4.1 Usia Responden Tabel 4.2 Agama Responden Tabel 4.3 Pendidikan Responden Tabel 4.4 Pekerjaan Responden Tabel 4.5 Penghasilan Responden

Tabel 4.6 Jadwal Menonton Tayangan “Reportase Investigasi” Tabel 4.7 Tayangan “Reportase Investigasi” yang Pernah Disaksikan Tabel 4.8 Frekuensi Menonton Tayangan “Reportase Investigasi” Tabel 4.9 Frekuensi Menonton Tayangan “Reportase Investigasi”dalam

Sebulan

Tabel 4.10 Lamanya Menonton Tayangan “Reportase Investigasi” Tabel 4.11 Lamanya Mengikuti Tayangan “Reportase Investigasi” Tabel 4.12 Kemasan Informasi “Reportase Investigasi”

Tabel 4.13a Tayangan “Reportase Investigasi” Tentang Makanan yang Mengandung Boraks adalah Masalah yang Serius

Tabel 4.13b Tayangan “Reportase Investigasi” Tentang Makanan yang Mengandung Formalin adalah Masalah yang Serius Tabel 4.13c Tayangan “Reportase Investigasi” Tentang Makanan yang

Mengandung Daging Tidak Layak adalah Masalah yang Serius Tabel 4.14a Serius Menyaksikan Tayangan “Reportase Investigasi” Tentang

Makanan yang Mengandung Boraks

Tabel 4.14b Serius Menyaksikan Tayangan “Reportase Investigasi” Tentang Makanan yang Mengandung Formalin

Tabel 4.14c Serius Menyaksikan Tayangan “Reportase Investigasi” Tentang Makanan yang Mengandung Daging Tidak Layak

Tabel 4.15a Mengetahui Tentang Proses Pembuatan Makanan yang Mengandung Boraks Secara Lengkap


(13)

Tabel 4.15b Mengetahui Tentang Proses Pembuatan Makanan yang Mengandung Formalin Secara Lengkap

Tabel 4.15c Mengetahui Tentang Proses Pembuatan Makanan yang Mengandung Daging Tidak Layak Secara Lengkap

Tabel 4.16a Mengetahui Tentang Solusi Dalam Memilih Makanan yang Baik Atau Yang Mengandung Boraks

Tabel 4.16b Mengetahui Tentang Solusi Dalam Memilih Makanan yang Baik Atau Yang Mengandung Formalin

Tabel 4.16c Mengetahui Tentang Solusi Dalam Memilih Makanan yang Baik Atau Yang Mengandung Daging Tidak Layak

Tabel 4.17a Percaya Terhadap Isi Tayangan “Reportase Investigasi” Tentang Makanan yang Mengandung Boraks

Tabel 4.17b Percaya Terhadap Isi Tayangan “Reportase Investigasi” Tentang Makanan yang Mengandung Formalin

Tabel 4.17c Percaya Terhadap Isi Tayangan “Reportase Investigasi” Tentang Makanan yang Mengandung Daging Tidak Layak

Tabel 4.18 Materi Berita yang Disajikan “Reportase Investigasi” Bersifat Objektif

Tabel 4.19 Tayangan “Reportase Investigasi” Memberikan Manfaat

Tabel 4.20a Kemampuan Membedakan Makanan yang Mengandung Boraks Dengan yang Tidak Mengandung Boraks

Tabel 4.20b Kemampuan Membedakan Makanan yang Mengandung Boraks Dengan yang Tidak Mengandung Formalin

Tabel 4.20c Kemampuan Membedakan Makanan yang Mengandung Boraks Dengan yang Tidak Mengandung Daging Tidak Layak

Tabel 4.21a Kegelisahan Bahwa Lingkungan Tempat Tinggal Terdapat Pedagang yang Menjual Makanan yang Mengandung Boraks Tabel 4.21b Kegelisahan Bahwa Lingkungan Tempat Tinggal Terdapat

Pedagang yang Menjual Makanan yang Mengandung Formalin Tabel 4.21c Kegelisahan Bahwa Lingkungan Tempat Tinggal Terdapat

Pedagang yang Menjual Makanan yang Mengandung Daging Tidak Layak

Tabel 4.22a Kecurigaan Terhadap Setiap Pedagang, KemungkinanMenjual Makanan yang Mengandung Boraks


(14)

Tabel 4.22b Kecurigaan Terhadap Setiap Pedagang, Kemungkinan Menjual Makanan yang Mengandung Formalin

Tabel 4.22c Kecurigaan Terhadap Setiap Pedagang, Kemungkinan Menjual Makanan yang Mengandung Daging Tidak Layak

Tabel 4.23a Kekhawatiran Terhadap Efek dari Makanan yang Mengandung Boraks

Tabel 4.23b Kekhawatiran Terhadap Efek dari Makanan yang Mengandung Formalin

Tabel 4.23c Kekhawatiran Terhadap Efek dari Makanan yang Mengandung Daging Tidak Layak

Tabel 4.24a Kekhawatiran Menjadi Korban dari Pedagang yang Menjual Makanan Mengandung Boraks

Tabel 4.24b Kekhawatiran Menjadi Korban dari Pedagang yang Menjual Makanan Mengandung Formalin

Tabel 4.24c Kekhawatiran Menjadi Korban dari Pedagang yang Menjual Makanan Mengandung Daging Tidak Layak

Tabel 4.25a Khawatir jika Keluarga juga Menjadi Korban dari Pedagang yang Makanan Mengandung Boraks

Tabel 4.25b Khawatir jika Keluarga juga Menjadi Korban dari Pedagang yang Makanan Mengandung Boraks

Tabel 4.25c Khawatir jika Keluarga juga Menjadi Korban dari Pedagang yang Makanan Mengandung Boraks

Tabel 4.26 Takut Membeli Makanan Sembarangan Tabel 4.27 Selektif dalam Membeli Makanan

Tabel 4.28 Uji Silang Antara Frekuensi Menonton dengan Kegelisahan bahwa Lingkungan Tempat Tinggal terdapat Pedagang yang Menjual Makanan yang Mengandung Boraks

Tabel 4.29 Uji Silang Antara Durasi Menonton dengan Kekhawatiran Terhadap Efek dari Makanan yang Mengandung Formalin

Tabel 4.30 Uji Silang Antara Kepercayaan terhadap Isi Tayangan “Reportase Investigasi” Tentang Makanan yang Mengandung Daging Tidak Layak dengan Takut Membeli Makanan Sembarangan


(15)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Terpaan Tayangan “Reportase Investigasi” dan Tingkat Kecemasan Ibu Rumah Tangga. Sebuah studi korelasional yang bertujuan untuk mengetahui sejauhmana hubungan terpaan tayangan “Reportase Investigasi” Trans TV terhadap tingkat kecemasan ibu rumah tangga di Lingkungan IV Kelurahan Besar Kecamatan Medan Labuhan. Adapun kerangka teori yang digunakan adalah Komunikasi Massa, Media Massa, Terpaan Media, Teori Kultivasi dan Kecemasan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yakni untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Kemudian apabila ada, seberapa erat hubungannya, dan berarti atau tidak hubungan tersebut. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 890 orang. Penarikan sampel menggunakan rumus Arikunto sebanyak 10% dari populasi, sehingga diperoleh sampel sebesar 89 orang. Sedangkan teknik penarikan sampel yang digunakan adalahAccidental Sampling dan Purposive Sampling. Pengumpulan data menggunakan penelitian lapangan (Field Research)melalui kuisioner dan penelitian kepustakaan (Library Research) melalui literatur dan sumber bacaan. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, analisa tabel silang, dan uji hipotesis. Perhitungan menggunakan piranti lunak SPSS versi 21.0, dan menggunakan skala Guilford untuk melihat kuat lemahnya hubungan kedua variabel tersebut. Hasil uji Hipotesa didapat angka sebesar 0,527. Ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima yaitu terdapat hubungan antara terpaan tayangan “Reportase Investigasi” Trans TV terhadap tingkat kecemasan ibu rumah tangga di Lingkungan IV Kelurahan Besar Kecamatan Medan Labuhan. Hasil 0,527 berada pada skala 0,41 – 0,70 yang menunjukkan hubungan rendah tapi cukup berarti. Pengujian tingkat signifikansi hubungan menggunakan rumus Kp =(��)2 x 100%, dimana rs = 0,527 sehingga besarnya faktor hubungan antara terpaan tayangan “Reportase Investigasi” Trans TV terhadap tingkat kecemasan ibu rumah tangga di Lingkungan IV Kelurahan Besar Kecamatan Medan Labuhan sebesar 27,8%, dan sisanya ditentukan oleh faktor-faktor lain.


(16)

ABSTRACT

This research titledExposure Impressions “Reportase Invetigasi” and The Level of Housewife Anxiety, aCorrelationalstudyaimedtodetermine the extent ofrelationsof Exposure Impressions “Reportase Invetigasi” and The Level of Housewife Anxiety in Lingkungan IV Kelurahan Besar Kecamatan Medan Labuhan. The theory inthis researchis Mass CommunicationTheory, Mass Media, Media Exposure, Cultivation Theoryand Anxiety. Methods used in this research is correlational method, which is to find the relations beetwen X and Y variables. Then if any, how closely related, and means or not the relations. The populationin this research is890people. Sampling using Arikunto formula as much as 10% of the population,in order to obtain a sample of 89 people. While the sampling technique is Accidental Sampling dan Purposive Sampling. The research data were obtained from Field Research with questionenaires and Library Research with literature and reading sources. Data analysis techniques used in this research is Single-table Analysis, Cross-table Analysis, and Hypothesis testing. Calculations using SPSS version 21.0 software and Guildford scale to see the strengh of the relations beetwen that two variables. Hypothesis test results obtained figure of 0,527. It means Ho is rejected and Ha is accepted that there is a relations between exposure impressions “Reportase Invetigasi” and the level of housewife anxiety in Lingkungan IV Kelurahan Besar Kecamatan Medan Labuhan. 0,527 results are on a scale of 0,41 - 0,70 which shows a low but significant relations. Testing significance level of relations using the formula Kp=(��)2 x 100%, and rs = 0,527 so that the magnitude of the relations factors between exposure impressions “Reportase Invetigasi” and the level of housewife anxiety in Lingkungan IV Kelurahan Besar Kecamatan Medan Labuhan is 27,8%, and the rest is determined by other factors.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan suatu kebutuhan yang memegang peranan penting terutama dalam proses penyampaian informasi dari satu pihak kepada pihak lain. Komunikasi berkembang seiring dengan peradaban manusia, dan turut mendorong perkembangan dunia sampai saat ini. Salah satu bentuk komunikasi yang sangat berpengaruh dalam proses perkembangan dunia adalah komunikasi massa.Komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran media dalam menghubungkan komunikator dengan komunikan secara massal yang berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar) dan sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu (Ardianto, 2004:3).

Penyampaian informasi yang berupa peristiwa, pesan, pendapat, berita, ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya kepada khalayak yang bersifat massal memerlukan sebuah media. Media yang dapat mengakomodir semua itu adalah media massa.Media massa adalah sarana untuk menyalurkan pesan oleh seseorang atau sekelompok orang kepada sejumlah orang banyak yang terpencar-pencar dan heterogen. Media massa dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori, yakni: media cetak (surat kabar, majalah), media elektronik (televisi, radio), dan media Online (internet) (Mondry, 2008:12).

Televisi sebagai salah satu media elektronik, memiliki kelebihan dalam menyampaikan pesan dibanding dengan media massa lainnya, yaitu bersifat audio visual sehingga membuat informasi yang disampaikan lebih menarik, menyenangkan dan komunikan lebih mudah dalam menerima suatu pesan.Televisi menyajikan pesan yang beraneka ragam dan mempunyai beberapa fungsi yaitusebagai pengawasan situasi masyarakat dan dunia, menghubungkan satu


(18)

dengan yang lain, menyalurkan kebudayaan, hiburan atau entertainment, pengerahan masyarakat untuk bertindak secara darurat (Hofmann, 1999:54).

Salah satu program informasi yang banyak disajikan media khususnya televisi adalah program berita kriminalitas. Hal ini disebabkan program berita kriminal menyangkut keselamatan manusia. Program berita kriminal yang ditayangkan televisi bertujuan untuk memberikan peringatan, mengungkap modus kejahatan, sekaligus mencerdaskan pemirsanya agar dapat berhati-hati dalam mengambil keputusan(Muda, 2003:36).Program berita kriminal ini disajikan kepada pemirsa di rumah dengan kemasan dan penyampaian yang berbeda-beda sesuai dengan ciri khasnya masing-masing. Berita kriminal awalnya hanya menjadi salah satu kemasan berita yang diselipkan dalam sebuah rangkaian program berita. Namun seiring perkembangannya, beberapa stasiun televisi merasa perlu untuk menyediakan porsi tersendiri untuk menayangkan berita-berita kriminal yang disebut dengan Investigative Reports (laporan penyidikan).

Harian Indonesia Raya (1949-1958 dan 1968-1974) merupakan tipikal awal penerbitan pers yang mengarahkan beritanya dalam bentuk investigatif. Sebuah peliputan investigatif yang fenomenal dilakukan oleh harian ini mengenai skandal korupsi yang terjadi di Pertamina dan Badan Logistik (1969-1972) (Santana, 2003: 9)

Pada awalnya laporan investigasi memaparkan data dengan diperkuat bukti berupa foto lalu dianalisis oleh seorang jurnalis secara mendalam dalam sebuah surat kabar atau majalah. Namun, kemunculan media-media baru dalam pemberitaan membuat jurnalis memodifikasi laporan investigasi yang ada. Penonton saat ini dapat menyaksikan sebuah laporan investigasi lengkap beserta gambar bergerak dan suara (video dan audio). Hal tersebut tentunya memenuhi rasa ingin tahu penonton secara detail sebuah kejadian. Bukti-bukti video dan audio tersebut membuat penonton lebih percaya sekalipun sebenarnya masih bisa direkayasa.


(19)

Menurut Mencher (dalam Santana, 2003:100-101) dorongan jurnalis untuk melakukan liputan muncul dari adanya motivasi moral: the desire to correctan injustice, to right a wrong, dan persuade the public alter the situation. Liputan selalu berawal dari temuan-temuan jurnalis mengenai situasi yang buruk, salah, dan memerlukan perubahan. Artinya liputan investigasi selalu didorong oleh motivasi moral untuk mengoreksi adanya pelanggaran keadilan di masyarakat dan memengaruhi masyarakat dengan menunjukkan dimana letak kesalahannya.

Bill Kovach dan Tom Rosenstiel (2006: 38) merumuskan sembilan elemen jurnalisme yang banyak dianut oleh jurnalisme di dunia. Kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran. Kebenaran adalah keutamaan bagi seorang jurnalis, karena penonton membutuhkan keakuratan informasi dan data. Rasa ingin tahu yang besar dari penonton membuat jurnalis harus melakukan penggalian informasi yang mendalam untuk mengungkap sebuah kasus demi memuaskan rasa ingin tahu tersebut. Liputan investigasi adalah aktivitas jurnalistik. Oleh sebab itu, kewajiban memenuhi kepentingan publik yang menjadi kewajiban dasar jurnalistik juga harus dipenuhi.

Prinsip utama yang digunakan sebagai metode mencari kebenaran jurnalistik dalam praktik jurnalisme adalah verifikasi. Verifikasi merupakan metode untuk memisahkan mana yang fakta dan mana yang fiksi. Cara untuk membedakan mana yang fakta dan mana yang gosip, rumor, desas-desus, maupun opini. Bedakan. Elemen ini juga menjadi dasar bagi setiap wartawan yang baik, terlebih lagi bagi wartawan yang melakukan investigasi (Bintang, 2010:53).

Secara umum, tahap verifikasi dalam jurnalisme investigasi dibagi dua tahapan besar. Pertama adalah pencarian bukti-bukti fisik (material trail). Contoh penjejakan materi, misal gambar foto, video, citra satelit internet, rekaman suara, maupun hasil uji laboratorium (DNA, senyawa kimia berbahaya, sidik jari, dan sebagainya). Bisa juga dalam bentuk dokumen atau arsip, seperti surat keputusan, Berita Acara Pemeriksaan (BAP), notulen rapat, hasil visum, nota kontrak, bukti transfer, laporan keuangan, dan sebagainya.Kedua adalah tahap mencari kesaksian


(20)

atau testimoni. Selain kelengkapan bukti-bukti fisik berupa materi dan dokumen-dokumen, wartawan investigasi mesti melengkapi penelusurannya dengan wawancara sumber-sumber kunci, orang-orang terlibat atau dianggap mengetahui detil dan kronologi kasus yang tengah ditelusuri. Misal, pelaku, saksi dan pemangku kepentingan (stakeholder) (Bintang, 2010:53-54).

Dandhy Dwi Laksono (2010) menyebut ada empat sumber yang biasa ditemui dan diwawancara dalam jurnalisme investigasi. Pertama adalah sumber petunjuk atau penuntun, yaitu bisa seorang pembuka fakta (whistleblower), atau orang dalam (insider) mengetahui kasus kejahatan. Kedua adalah sumber utama (primary source), yaitu pelaku, saksi korban, saksi kejadian atau peristiwa. Ketiga adalah sumber sekunder (secondary source), yaitu informan, pemberi informasi background, sumber-sumber resmi, seperti dari pejabat humas, dan keempat adalah sumber ahli atau pakar. Sumber ahli atau pakar ialah sumber yang mampu dan membantu menjelaskan atau memberi pemahaman teknis untuk bidang tertentu dalam sebuah kasus, seperti dokter spesialis, peneliti, pakar hukum, akademisis, dan sebagainya (Bintang, 2010:60).

Reportase investigasi adalah pelaporan yang bermula dengan kecurigaan. Kecurigaan atau sikap skeptis ini bukan tanpa dasar, melainkan semacam professional scepticism yang diikuti dengan verifikasi. Dikikuti upaya penelusuran dan pembuktian atas kecurigaan itu dengan tujuan meluruskan persoalan. Sedang ujung dari reportase investigasi ini adalah tudingan. Bisa tudingan terhadap seseorang, sekelompok individu sebagai aktor yang paling bertanggung jawab atas pelanggaran dan kejahatan yang melawan hukum. Sehinga persoalan bisa diluruskan, dan hukum mesti ditegakkan. Singkat kata, liputan investigasi merupakan reportase yang menekankan unsur Whatdan Who. Menelusuri apa kejahatan atau pelanggaran hukumnya. Membeber apa saja bukti-bukti pelanggarannya. Dan, mengungkap siapa saja akator atau pelaku utamanya (Bintang, 2010:12).


(21)

“Reportase Investigasi” TRANS TV adalah salah satu programberita kriminalitas yang berusaha menggambarkan karakter liputan investigasi.Reportase Investigasi mengungkap suatu kasus penyimpangan, dari pelakunya langsung. Topik yang dipilih adalah yang menjadi kepentingan masyarakat. Misalnya. Tentang bakso yang mengandung boraks, kosmetika yang mengandung zat berbahaya bagi kesehatan (www.transtv.co.id/index.php/programs/view/300). “Reportase Investigasi”mengangkat topik yang dekat dengan masyarakat seperti tindakan penipuan terhadap konsumen, penggunaan bahan berbahaya, hingga praktek kecurangan di masyarakat. Hal ini tentunya menarik perhatian tersendiri bagi penontonnya.

Berdasarkan dari pengamatan peneliti, topik yang sering ditayangkan oleh “Reportase Investigasi” adalah kasus penipuan dan manipulasi terhadap makanan. Contohnya pada tayangan “Reportase Investigasi” episode “Otak-Otak Ikan Busuk”. Tim “Reportase Investigasi” melihat adanya gerak-gerik oknum pedagang otak-otak ikan yang memanfaatkan moment ramadhan untuk meraup keuntungan. Dalam penelusurannya, tim “Reportase Investigasi” menemukan adanya praktik penggunaan bahan pengawet seperti boraksdalam proses pembuatan otak-otak ikan. Boraks adalah suatu senyawa yang berbentuk kristal, warna putih, tidak berbau, larut dalam air dan stabil pada suhu dan tekanan normal. Efeknya pada tubuh manusia bila dikonsumsi adalah dapat menyebabkan mual, muntah darah, gangguan pada ginjal dan lambung. Dalam praktiknya di lapangan, pelaku menggunakan ikan tidak segar dan bahkan sudah busuk untuk menurunkan biaya produksi. Sedangkan untuk menyamarkan bau dan rasanya maka oknum tersebut menggunakan zat berbahaya yaitu boraks.

Tim “Reportase Investigasi” lalu berusaha melanjutkan penelusurannya, dengan mengikuti aktivitas dan berinteraksi langsung dengan oknum penjual otak-otak ikan tersebut. Dengan menyamarkan sosok dan suara oknum, tim berusaha menguak bagaimana proses produksi berjalan. Lalu setelah mendapatkan hasilnya, tim “Reportase Investigasi” menampilkan solusi dengan menampilkan seorang


(22)

chef restoran yang akan menjelaskan bagaimana memilih antara otak-otak ikan yang baik dan otak-otak ikan yang mengandung bahan pengawet berbahaya.

“Reportase Investigasi” hadir sebagai sebuah produk jurnalisme investigasi yang mengandalkan penelusuran langsung mulai dari pra produksi sampai pasca produksi yang dilakukan oleh oknum yang mengaku pedagang. Oknum inilah sebagai narasumber utamanya. Senjata andalan “Reportase Investigasi” yang cukup dikenal masyarakat adalah investigasi langsung dan hasil uji laboratorium. Senjata andalan ini yang seringkali mendapat tanggapan positif dari masyarakat.

Namun, permasalahan dari narasumber“Reportase Investigasi” adalah tidak tersedianya cukup informasi yang bisa membuat penonton yakin, bahwa narasumber dalam liputan itu benar-benar kredibel. Nama, wajah dan suara narasumber utama “Reportase Investigasi” selalu disamarkan sehingga kredibilitasnya tidak bisa diverifikasi.Verifikasi adalah satu-satunya cara untuk membuktikan apakah hipotesis yang sudah dibangun seorang wartawan investigasi benar atau salah (Bintang, 2010:53).

Peneliti memilih program acara “Reportase Investigasi” di Trans TV karena program tersebut pertama kali di Indonesia yang mengangkat topik penipuan dan manipulasi terhadap makanan secara mendalam. Program ini juga pernah masuk nominasi dalam penghargaan KPI awards 2010 (Gautama, 2011). “Reportase Investigasi” awalnya merupakan salah satu segmen dalam tayangan berita Reportase (Trans TV). Namun seiring dengan perkembangan minat penontonnya, maka segmen kemudian dikembangkan menjadi program mandiri yang ditayangkan dua kali seminggu setiap Sabtu dan Minggu pukul 16.00 WIB selama 30 menit.

Berdasarkan dari tayangan “Reportase Investigasi” Trans TV, banyak oknum yang rela menipu orang lain demi mendapatkan keuntungan. Biasanya target sasaran para pelaku tersebut adalah ibu rumah tangga yang umumnya menjadi pengatur kelangsungan hidup bagi keluarganya.Ibu rumah tangga juga


(23)

umumnya banyak menghabiskan waktunya di rumah dan biasanya waktu senggang mereka dihabiskan dengan menyaksikan acara televisi sebagai sarana hiburan di rumah. Oleh sebab itu, ibu rumah tangga akan lebih perduli dengan isi pesan dalam tayangan “Reportase Investigasi”. Rasa kepedulian yang tinggi dan kerentanan terhadap kejahatan dan penipuan dapat mempengaruhi sikap. Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif (Azwar, 2000:23).

Menurut data Nielsen Newsletter (2011:2) dari sisi konsumsi televisi, perempuan yang menonton televisi lebih banyak daripada laki-laki. Secara umum, para perempuan menonton televisi selama rata-rata 3 jam per hari. Setengah dari populasi perempuan menghabiskan rata-rata 3 sampai 6 jam per hari untuk menonton televisi di hari kerja dan hampir 30% menonton televisi lebih lama, yaitu lebih dari 6 jam per hari di hari minggu. Sebagai penonton televisi terbanyak, ibu rumah tangga menonton televisi paling lama yaitu rata-rata 3 jam 47 menit per hari, disusul kemudian oleh perempuan bekerja dan remaja yaitu hampir 3 jam per hari.

James (1968) mengatakan bahwa perempuan lebih mudah dipengaruhi oleh tekanan-tekanan lingkungan daripada laki-laki. Perempuan juga lebih cemas, kurang sabar, dan mudah mengeluarkan air mata. Lebih jauh lagi, dalam berbagai studi kecemasan secara umum, menyatakan bahwa perempuan lebih cemas daripada laki-laki. Morris (1983) menyatakan bahwa perempuan memiliki skor yang lebih tinggi pada pengukuran ketakutan dalam situasi sosial dibanding laki-laki (Trismiati, 2004:6).Kecemasan merupakan respon subyektif individu terhadap situasi, ancaman, atau stimulus eksternal.Jadi kecemasan merupakan bagian dari sikap afektif (Azwar, 2000:24).

Kemudian menurut Azwar (2000:5), institusi/lembaga pendidikan dan agama berfungsi meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman baik dan buruk, salah atau benar, menentukan sistem kepercayaan seseorang sehingga ikut berperan dalam menentukan sikap seseorang. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Kelurahan BesarKecamatan


(24)

Medan Labuhan karena berdasarkan data bahwa sebagian besar masyarakatnya berpendidikan rendah sehingga memiliki tingkat pengetahuan dan pemahaman yang kurang baik.Dengan demikian, peneliti memilih Ibu rumah tangga di Lingkungan IV Kelurahan Besar Kecamatan Medan Labuhan sebagai populasi penelitian. Alasan peneliti memilih Lingkungan IV adalah karena masyarakat di lingkungan ini merupakan lingkungan dengan jumlah Kepala Keluarga terbanyak di Kelurahan Besar Kecamatan Medan Labuhan.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti sejauhmanaterpaan “Reportase Investigasi”Trans TV terhadap tingkat kecemasan Ibu rumah tangga di Lingkungan IV Kelurahan Besar Kecamatan Medan Labuhan.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diuraikan diatas, peneliti merumuskan bahwa rumusan masalah yang akan diteliti adalah: “Sejauhmanahubungan terpaan tayangan “Reportase Investigasi” Trans TV terhadap tingkat kecemasan ibu rumah tangga di Lingkungan IV Kelurahan Besar Kecamatan Medan Labuhan.”

1.3Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan agar penelitian lebih fokus terhadap permasalahan yang sedang diteliti, maka perlu dibuat pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini terbatas pada tayanganmakanan berbahaya yang mengandung boraks, formalin, dan daging tidak layak.

2. Penelitian ini dilakukan di Lingkungan IV Kelurahan Besar Kecamatan Medan Labuhan.

3. Objek penelitian ini adalah Ibu rumah tangga yang pernah menyaksikan tayangan Reportase Investigasi di Trans TV minimal 3 kali.


(25)

1.4Tujuan Penelitian

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuiterpaantayangan“Reportase Investigasi” Trans TV padaibu rumah tangga di Lingkungan IV Kelurahan Besar Kecamatan Medan Labuhan.

2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecemasan ibu rumah tangga di Lingkungan IV Kelurahan Besar Kecamatan Medan Labuhan setelah menonton tayangan “Reportase Investigasi” di Trans TV.

3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara terpaan tayangan “Reportase Investigasi” Trans TV terhadap tingkat kecemasan ibu rumah tangga di Lingkungan IV Kelurahan Besar Kecamatan Medan Labuhan.

1.5Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis, untuk menerapkan ilmu yang peneliti peroleh selama menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU, serta memperkaya pengetahuan dan wawasan penelitian.

2. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan memperkaya bahan referensi penelitian di bidang Ilmu Komunikasi dan memberikan sumbangan pemikiran bagi pembacanya.

3. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan pengetahuan bagi ibu rumah tangga bahwa kritis dalam membeli produk makanan diperlukan unutk menghindari produk yang tidak aman.


(26)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Kerangka Teori

Kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub variabel atau pokok masalah yang ada dalam penelitiannya (Arikunto, 1998:93).

Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

2.1.1 Komunikasi

Komunikasi merupakan sebuah kata yang sering kita dengar sehari-hari. Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin “communis” yang berarti “sama”, communico, communicato, atau communicare, yang berarti ”membuat sama” (to make common). Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh si pengirim pesan (komunikator) kepada si penerima pesan (komunikan) (Effendy, 2005:3).

Menurut Harold Lasswell, cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan berikut: ”Who Says What InWhich Channel To Whom With What Effect?” (Siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan pengaruh bagaimana?) (Fajar, 2009:32).

Berdasarkan definisi diatas, dapat diturunkan lima unsur komunikasi yang saling bergantung satu dengan yang lain, yaitu : (Mulyana, 2007:141).

1. Sumber (source), sering disebut sebagai pengirim (sender), penyandi (encoder), komunikator (communicator), pembicara (speaker) atau originator. Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi, boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan atau bahkan suatu negara.

2. Pesan,yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan/atau nonverbal yang mewakili nilai, gagasan, atau maksud sumber tadi. Pesan mempunyai tiga


(27)

komponen: makna, simbol, bentuk. Simbol terpenting adalah kata-kata (bahasa), yang dapat merepresentasikan objek (benda), gagasan dan perasaan, baik ucapan maupun tulisan.

3. Saluran atau media, yakni alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Pada dasarnya saluran komunikasi manusia adalah dua saluran, yakni cahaya dan suara. Saluran juga merujuk pada cara penyajian pesan ; apakah langsung (tatap-muka) atau lewat media cetak atau media elektronik (radio, televisi).

4. Penerima (Reciever), sering juga disebut sasaran/ tujuan (destination), komunikate (communicatee), penyandi-balik (decoder) atau khalayak (audience), pendengar (listener), penafsir (interpreter), yakni orang yang menerima pesan dari sumber. Berdasarkan pengalaman masa lalu, rujukan nilai, pengetahuan, persepsi, pola pikir dan perasaan, penerima pesan ini menerjemahkan atau menafsirkan seperangkat simbol verbal dan/atau nonverbal yang diterima menjadi gagasan yang dapat dipahami. Proses ini disebut dengan penyandian balik (decoding).

5. Efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut,misalnya penambahan pengetahuan (dari yang tidak tahu menjadi tahu), terhibur, perubahan sikap (dari yang tidak setuju menjadi setuju), perubahankeyakinan, perubahan perilaku (dari yang tidak bersedia membeli menjadi bersedia).

Mulyana mengatakan “komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama”. Namun, sampai sekarang belum ada definisi benar atau salah menyangkut definisi komunikasi. Komunikasi bisa diartikan secara luas yaitu interaksi antar dua makhluk hidup atau lebih, maupun definisi yang terlalu sempit yaitu komunikasi adalah penyampaian pesan melalui media elektronik. Sedangkan kata yang mirip dengan komunikasi adalah komunitas (community). Komunitas adalah sekelompok orang yang berkumpul atau hidup bersama untuk mencapai tujuan tertentu, dan mereka berbagi makna dan sikap. Tanpa komunikasi tidak akan ada komunitas (Mulyana, 2007 : 237).


(28)

Arti yang lain menyebutkan komunikasi didefinisikan sebagai apa yang terjadi bila makna yang diberikan kepada suatu perilaku. Sedangkan makna adalah relatif bagi kita masing-masing, oleh karena kita masing-masing adalah seorang manusia yang unik dengan suatu latar belakang dan pengalaman-pengalaman yang unik pula (Rakhmat, 2000 : 13).

Everett M. Rogersseorang pakar Sosiologi Pedesaan Amerika yang telah banyak memberi perhatian pada studi riset komunikasi, khususnya dalam hal penyebaran inovasi membuat defenisi bahwa: Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Rogers mencoba menspesifikasikan hakikat suatu hubungan dengan adanya perubahan sikap dan tingkah laku serta kebersamaan dalam menciptakan saling pengertian dari orang-orang yang ikut serta dalam suatu proses komunikasi (Cangara, 2006:19).

Para pakar Psikologi melihat komunikasi dalam pengertian fenomena stimuli-respons, sebagaimana dikemukakan oleh Dance(1970). Komunikasi adalah pengungkapan respons malalui simbol-simbol verbal. Sedangkan Edwin Neiman (1984) mendefenisikan komunikasi sebagai suatu proses ketika sejumlah orang diubah menjadi kelompok yang berfungsi (Arifin, 2003:26).

Jika kita berada dalam situasi komunikasi, maka kita memiliki beberapa kesamaan dengan orang lain, seperti kesamaan bahasa atau kesamaan arti dari simbol-simbol yang digunakan dalam berkomunikasi apa yang dinamakan Wilbur Schramm ”Frame of Rreference“ atau dalam bahasa Indonesianya kerangka acuan, yaitu paduan pengalaman dan pengertian (Collection of Experiences and Meanings). Schramm menyatakan bahwa Field of Experience atau bidang pengalaman merupakan faktor yang amat penting untuk terjadinya komunikasi. Apabila bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya jikalau pengalaman komunikan tidak sama dengan pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain; dengan kata lain situasi menjadi tidak komunikatif (Effendi, 2005 : 30-31).


(29)

2.1.2 Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan jenis komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu. (Rakhmat, 2005 : 189).

Adapun ciri-ciri komunikasi massa menurut Nurrudin dalam buku “Komunikasi Massa”(Nurrudin, 2004 :16-28) antara lain:

1. Komunikasi massa berlangsung satu arah, ini berarti bahwa tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada komunikator.

2. Komunikator pada komunikasi massa melembaga, artinya media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu institusi atau organisasi.

3. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum, pesan yang disebarkan melalui media massa bersifat umum (public) karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum.

4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan, kemampuan media massa untuk menimbulkan keserempakan pada pihak khalayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan.

5. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen, komunikasi atau khalayak yang merupakan kumpulan anggota masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran yang dituju komunikator bersifat heterogen.

Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner, yakni komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Sedangkan menurut Meletzke, komunikasi massa didefenisikan sebagai setiap bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar. Istilah tersebar disini menunjukkan bahwa komunikan sebagai pihak penerima pesan tidak berada di satu tempat, tetapi tersebar di berbagai tempat. Ditambahkan menurut Joseph A.


(30)

Devito merumuskan defenisi komunikasi massa yang pada intinya merupakan penjelasan tentang pengertian massa, serta tentang media yang digunakannya. Yakni, “pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan / atau visual (Ardianto, 2004:3-6).

Berdasarkan definisi mengenai komunikasi massa diatas dapat disimpulkan bahwa inti dari komunikasi massa adalah proses penyampaian ide atau pesan dari komunikator kepada komunikan melalui media massa sehingga pesan dapat diterima secara serempak. Media massa baik media cetak maupun elektronik efektif menjangkau dan menyebarkan informasi, ide, nilai-nilai kepada komunikan yang beraneka ragam serta terpisah secara geografis.Setiap proses komunikasi mempunyai hasil akhir yang disebut dengan efek. Efek muncul dari seseorang yang menerima pesan komunikasi baik secara disengaja maupun tidak disengaja. Dalam penelitian efek komunikasi massa, media massa dipandang sangat berpengaruh, tetapi ada saat lain ketika dianggap sedikit bahkan hampir tidak berpengaruh sama sekali. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan pandangan dalam memandang efek dari media massa tersebut.

Secara umum terdapat tiga efek dari komunikasi massa, (Nurrudin, 2004:192-199) yaitu:

1. Efek kognitif

Pesan komunikasi massa akan menimbulkan perubahan dalam hal pengetahuan, pandangan dan pendapat terhadap sesuatu yang diperoleh khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan atau informasi.

2. Efek afektif

Pesan komunikasi massa mengakibatkan berubahnya perasaan tertentu dari khalayak. Orang dapat menjadi lebih marah atau berkurang rasa tidak senangnya terhadap sesuatu akibat membaca surat kabar, mendengarkan radio, atau menonton televisi. Efek ini berhubungan dengan emosi, sikap, atau nilai.


(31)

3. Efek behavioral

Pesan komunikasi massa yang merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Adegan kekerasan dalam televisi atau film akan menyebabkan orang menjadi beringas. Siaran kesejahteraan keluarga yang banyak disiarkan dalam televisi menyebabkan para ibu rumah tangga memiliki keterampilan baru. Pernyataan – pernyataan ini mencoba mengungkapkan tentang efek komunikasi massa pada perilaku, tindakan dan gerakan khalayak yang tampak dalam kehidupan mereka sehari-hari.

2.1.3 Media Massa

Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, televisi, dan internet (Cangara, 2006:122). Media massa merupakan istilah yang digunakan untuk mempertegas kehadiran suatu kelas, seksei media yang dirancang sedemikian rupa agar dapat mencapai audiens yang sangat besar dan luas (yang dimaksudkan dengan besar dan luas adalah seluruh penduduk dari suatu bangsa/negara). Secara tak sengaja memang media massa yang menerpa audiens sekaligus membuat masyarakat membentuk masyarakat massa (mass society) dengan karakteristik budaya tertentu yakni budaya massa (mass culture, popular culture).

Media massa merupakan media informasi yang terkait dengan masyarakat, digunakan berhubungan dengan khalayak (masyarakat) secara umum, dikelola secara profesional dan bertujuan mencari keuntungan. Dengan demikian, tidak semua media informasi atau komunikasi dapat disebut media massa. Telepon, meskipun dengannya kita bisa berhubungan, bukanlah merupakan media massa karena hubungannya individu. Buletin intern suatu lembaga juga bukan media massa karena informasinya terkait dengan kepentingan lembaga yang kadang tidak dikelola secara profesional, bahkan tidak bertujuan demi keuntungan (Monry, 2008:12).


(32)

Media massa berperan sebagai agent of change yaitu sebagai pelopor perubahan (Bungin, 2006:85). Ini adalah paradigma utama media massa. Dalam menjalankan paradigmanya media massa berperan:

1. Media edukasi yaitu media massa menjadi media yang setiap saat mendidik masyarakat menjadi cerdas, pikiran terbuka dan menjadi masyarakat yang maju.

2. Media informasi yaitu media yang selalu menyampaikan informasi yang terbuka dan jujur kepada masyarakat, menjadikan masyarakat kaya akan informasi dan terbuka dengan informasi.

3. Media hiburan juga menjadi media massa yang institusi terhadap budaya, dimana mendorong agar perkembangan budaya itu bermanfaat bagi masyarakat yang bermoral dan juga mencegah agar perkembangan budaya itu tidak merusak peradaban masyarakat.

Media massa pada masyarakat luas saat ini dapat dibedakan atas tiga kelompok, meliputi media cetak, media elektronik, dan media online (Monry, 2008:12).

1. Media cetak merupakan media tertua yang ada di muka bumi. Media cetak berawal dari media yang disebut dengan Acta Diurna dan Acta Senatus di kerajaan Romawi, kemudian berkembang pesat setelah Johannes Guttenberg menemukan mesin cetak, hingga kini sudah beragam bentuknya, seperti surat kabar (koran), tabloid, dan majalah.

2. Media elektronik muncul karena perkembangan teknologi modern yang berhasil memadukan konsep media cetak, berupa penulisan naskah dengan suara (radio), bahkan kemudian dengan gambar, melalui layar televisi. Maka kemudian, yang disebut dengan media massa elektronik adalah radio dan televisi.

3. Media onlinemerupakan media yang menggunakan internet. Sepintas lalu orang akan menilai media online merupakan media elektronik, tetapi pakar memisahkannya dalam kelompok tersendiri. Alasannya, media online menggabungkan gabungan proses media cetak dengan menulis informasi


(33)

yang disalurkan melalui sarana elektronik, tetapi juga berhubungan dengan komunikasi personal yang terkesan perorangan.

2.1.4 Televisi

Menurut Effendy (1994:21) yang dimaksud dengan televisi adalah siaran yang merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menmbulkan keserampakan, dan komunikasinya bersifat heterogen. Televisi adalah sistem telekomunikasi untuk penyiaran dan penerimaan gambar dan suara dari jauh atau media komunikasi yang mentransmisikan gambar (visual) dan suara (audio).

Menurut Defleur and Dennis :

“Television 's sound is basically FM Radio. Sounds are picked up from amicrophone, turntable, or tape recorder. They are them mixed in an audioboard and sent to the transmitter, where the waves we described earlier inthe chapter are generated, modulated, and sent out the antenna to hereceived in the home. Off course, since not all television is live, the sounds(ard the pictures) may be stored on video tape and broadcast orrebroadcast”.

Artinya ialah suara televisi pada dasarnya adalah radio FM. Suara yang diambil dan mikrophone, atau tape perekam. Semua ini kemudiandikombinasikan di papan audio dan dikirim ke transmitter, dimana gelombang diterjemahkan pada awal bagian dan digeneralisasikan, dimodulasi dan dikirimkeluar ke antena dan diterima di rumah. Tentu saja, karena tidak sama siarantelevisi disiarkan langsung, suara (dan gambar) bisa dikirim di tape video dandisiarkan atau disiarkan ulang kemudian. Jadi dapat disimpulkan bahwa definisi televisi adalah gabungan danbentuk gambar dan suara atau visual dan audio visual meliputi segala sesuatuyang dapat kita lihat seperti gambar hidup, tulisan, logo televisi, jam penayangan,dan lain-lain.

Perkembangan teknologi pertelevisian sampai saat ini sudah berkembang sedemikian pesat sehingga dampak siarannya menyebabkan seolah-olah tidak adalagi batasan antara satu negara dengan negara yang lainnya” (Muda, 2003:4). Televisi, disamping sebagai media yang amat menghibur, juga menjadi saluran komunikasi dua arah yang efektif. Penggunaan televisi sekarang tidak hanya


(34)

dimiliki oleh masyarakat diperkotaan saja namun juga bisa dinikmati oleh masyarakat di pedesaan. Kelebihan yang dimiliki oleh televisi adalah mampu mentransformasikan gambar, suara, dan warna-warna yang sesuai dengan aslinya sehingga apabila ada acara yang ditayangkan di televisi dengan mengambil setting tempat tertentu maka pemirsa sudah dapat mengetahui tempat itu tanpa harus pergi ke sana. “Nilai-nilai lebih dari televisi tersebut membuat daya rangsang seseorang terhadap media televisi cukup tinggi” (Kuswandi, 1996:20).

Menurut Effendy (2005:27-30) dalam kaitannya dengan komunikasi massa, televisi menjadi media massa yang paling banyak dimiliki oleh masyarakat dibanding dengan media massa lainnya. Siaran televisi menjadi lebih komunikatif dalam menyampaikan pesan, dengan audio visual yang dimilikinya. Maka dari itu televisi sangat berguna dalam upaya pembentukan sikap, perilaku, dan perubahan pola pikir. Seperti halnya media massa lain, televisi pada pokoknya mempunyai tiga fungsi pokok yakni sebagai berikut:

1. Fungsi Penerangan (The Information Function)

Televisi mendapat perhatian yang besar dikalangan masyarakat karena dianggap sebagai media yang mampu menyiarkan informasi yang sangat memuakan. Hali ini didukung oleh 2 (dua) faktor, yaitu:

a. Immediacy (Kesegaran). Pengertian ini mencakup langsung dan peristiwa yang disiarkan oleh stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh pemirsa pada saat peristiwa itu berlangsung.

b. Realism (Kenyataan). Ini berarti televisi menyiarkan informasinya secara audio dan visual dengan perantara mikrofon dan kamera sesuai dengan kenyataan.

2. Fungsi Pendidikan (The Educational Function)

Sebagai media massa, televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu banyak secara simultan dengan makna pendidikan, yaitu meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat. Siaran televisi menyiarkan acara-acara tersebut secara teratur, misalnya pelajaran bahasa, matematika, ekonomi , politik, dan sebagainya.


(35)

3. Fungsi Hiburan (The Entertainment Function)

Sebagai media yang melayani kepentingan masyarakat luas, fungsi hiburan yang melekat pada televisi tampaknya lebih dominan dari fungsi lainnnya. Sebagian besar dari alikasi waktu siaran televisi diisi oleh acara-acara hiburan, seperti lagu-lagu, film cerita, olahraga, dan sebagainya. Fungsi hiburan ini amat penting, karena ia menjadi salah satu kebutuhan manusia untuk mengisi waktu mereka dari aktivitas di luar rumah. Bersamaan dengan jalannya proses penyampaian isi pesanmedia televisi kepada pemirsa, maka isi pesan itu juga akan diinterpretasikan secara berbeda-beda menurut visi pemirsa serta efek yang ditimbulkan juga beraneka ragam. Hal ini terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap isi pesan acara televisi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi dan kondisi pemirsa saat menonton televisi (Kuswandi, 1996:99).

Tayangan televisi dapat diartikan sebagai adanya suatu pertunjukan acara yang ditampilkan atau disiarkan melalui media massa televisi. Tayangan tersebut bisa bermanfaat hiburan, informasi, ataupun edukasi seperti tayangan mengenai pendidikan. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering memperoleh berbagai pengalaman. Hal ini dikarenakan terintegrasinya kelima indera yang kita miliki, tetapi dengan menonton audiovisual, akan mendapatkan 100% dari informasi yang diperoleh sebelumnya. Ini sebagai akibat timbulnya pengalaman tiruan (stimulated experience) dari media audiovisual tadi (Darwanto, 2007:119).

Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam menyampaikan pesan melalui televisi, diantaranya adalah (Darwanto, 2007:119) :

1. Pemirsa

Dalam setiap bentuk komunikasi dengan menggunakan media apapun, seorang komunikator akan menyesuaikan pesan dengan latar belakang komunikannya. Tetapi dalam komunikasi melalui televisi, faktor pemirsa menjadi perhatian lebih, disebabkan komunikator harus memahami kebiasaan dan minat pemirsa baik dalam kategori anak-anak, remaja, dewasa.


(36)

2. Waktu

Faktor waktu menjadi bahan pertimbangan agar setiap acara yang ditayangkan dapat secara proporsional dan dapat diterima oleh sasaran khalayak.

3. Durasi

Durasi berkaitan dengan waktu, yakni jumlah menit dalam setiap penayangan acara.

4. Metode penyajian

Fungsi utama televisi pada umumnya menurut khalayak adalah untuk menghibur dan mendapatkan informasi. Bukan berarti fungsi mendidik dan membujuk diabaikan, fungsi non hiburan dan non informasi harus tetap ada karena sama pentingnya bagi komunikator dan komunikan.

2.1.5 Berita

Menurut Dr. Willard G. Bleyer mendefinisikan berita adalah segala sesuatu yang hangat dan menarik perhatian sejumlah pembaca, dan berita yang terbaik ialah berita yang paling menarik perhatian bagi jumlah pembaca yang paling besar.

Berita (news) itu tiada lain adalah laporan atau pemberitahuan tentang segala peristiwa aktual yang menarik perhatian orang banyak (Suhandang, 2004 : 103). Sedangkan Dean M. Lyle Spencer mendefenisikan berita adalah suatu kenyataan atau ide yang benar yang dapat menarik perhatian sebagian besar dari pembaca.

Arifin S. Harahap dalam bukunya yang berjudul “Jurnalistik Televisi Teknik Memburu dan Menulis Berita” menyatakan bahwa berita adalah laporan tentang fakta peristiwa atau pendapat yang aktual, menarik, berguna dan dipublikasikan melalui media massa periodik, seperti surat kabar, majalah, radio dan TV. Lebih lanjut Arifin S. Harahap mengatakan mengenai definisi berita TV adalah laporan tentang fakta peristiwa atau pendapat manusia atau kedua-keduanya yang disertai gambar (visual) aktual, menarik, berguna dan disiarkan melalui media massa televisi secara periodik (Harahap: 2007:4).


(37)

Sedangkan menurut Deddy Iskandar Muda (2003:22), dalam bukunya “Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional”, pengertian berita adalah suatu fakta atau ide atau opini aktual yang menarik dan akurat serta dianggap penting bagi sejumlah besar pembaca, pendengar maupun penonton.

Berdasarkan definisi-definisi di atas mengenai berita dapat disimpulkan bahwa salah satu syarat berita yaitu berita harus menarik dan dianggap penting bagi sebagian besar penonton atau pembaca. Salah satu berita yang pasti akan mendapatkan tempat bagi pemirsa atau penonton adalah berita mengenai bencana (disaster) dan kriminal (crimes). Dua topik ini menjadi sangat penting karena menyangkut tentang keselamatan manusia. Dalam pendekatan psikologi, keselamatan adalah menempati urutan pertama bagi kebutuhan dasar manusia (basic needs), sehingga tak heran apabila berita tersebut memiliki daya rangsang tinggi bagi pemirsanya (Muda, 2003:36).

Berita pada umumnya dikategorikan menjadi tiga bagian, yaitu hard news (berita berat), soft news (berita ringan) dan investigative reports (laporanpenyidikan) (Muda, 2003:40) :

1. Hard News (berita berat) yaitu berita tentang peristiwa yang dianggap penting bagi masyarakat baik sebagai individu, kelompok maupun organisasi. Berita kriminal sendiri termasuk dalam kategori hard news. Contohnya: “1998-2007 Bersama PKS Melayani Bangsa”.

2. Soft News (berita ringan) sering kali juga disebut sebagai features yaitu berita yang tidak terikat dengan aktualitas umum namun memiliki daya tarik bagi pemirsanya. Berita soft news juga dapat menimbulkan kekhawatiran bahkan ketakutan atau mungkin juga menimbulkan simpati. Contohnya: “Posko Banjir PKS petogokan, Dua Kali Tenggelam, Empat Kali Pindah Tempat”.

3. Investigative Reports (laporan penyidikan) adalah jenis berita yang eksklusif. Datanya tidak dapat diperoleh di permukaan, tetapi harus dilakukan berdasarkan penyelidikan. Contohnya: “ Pondok Bambu Rasa Istana”


(38)

Investigative Reports(laporan penyidikan) adalah reportase dengan pertanyaan-pertanyaan yang lebih tajam. Lebih terarah. Penggalian lebih dalam terhadap informasi atau pernyataan sepihak pejabat publik, politisi, juru bicara aparat hukum atau humas perusahaan. Sebab, reportase investigasi bertujuan untuk membongkar informasi-informasi yang sengaja disembunyikan dengan rapat dan sistematik. Reportase investigasi adalah reportase dengan misi utama untuk mengungkap kejahatan, pelanggaran hukum yang terencana dan terorganisasi, berdampak luas, dan yang paling penting, merugikan kepentingan publik (Bintang, 2010:2).

Tayangan-tayangan kriminal dan kekerasan yang dikemas dalam investigative reports tentu saja mempunyai dampak terhadap khalayak. Peneliti tertarik untuk meneliti dampak tayangan tersebut yaitu kecemasan yang timbul dalam diri khalayak setelah menonton tayangan “Reportase Investigasi”. Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas, peneliti menggunakan teori mengenai berita untuk menjelaskan bahwa program acara “Reportase Investigasi” yang digunakan dalam penelitian ini termasuk ke dalam golongan berita televisi.

2.1.6 Terpaan Media (Media Exposure)

Rosengren mengemukakan bahwa terpaan tayangan diartikan sebagai penggunaan media oleh khalayak yang meliputi jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media, jenis media, jenis isi media, media yang dikonsumsi dan berbagai hubungan antara khalayak dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan (Rakhmat, 2004:66).

Terpaan media berusaha mencari data khalayak tentang penggunaan media baik jenis media, frekuensi penggunaan maupun durasi penggunaan atau longevity. Frekuensi penggunaan media mengumpulkan data khalayak tentang berapa kali sehari seorang menggunakan media dalam satu minggu (untuk meneliti program harian), berapa kali seminggu seseorang menggunakan media dalam satu bulan (untuk program mingguan) serta berapa kali sebulan seseorang menggunakan media dalam satu tahun (untuk program bulanan), dalam penelitian ini program yang diteliti merupakan program mingguan. Untuk pengukuran


(39)

variabel durasi penggunaan media menghitung berapa lama khalayak bergabung dengan suatu media (berapa jam sehari) atau berapa lama (menit) khalayak mengikuti suatu program (Ardianto, 2004 : 164).

Sedangkan hubungan antara khalayak dengan isi media meliputi attention atau perhatian. Kenneth E. Andersen mendefinisikan perhatian sebagai proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol atau kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Apa yang kita perhatikan ditentukan oleh faktor-faktor situasional dan personal. Faktor situasional terkadang disebut sebagai determinan perhatian yang bersifat eksternal atau penarik perhatian . Stimuli diperhatikan karena mempunyai sifat - sifat menonjol, antara lain (Rakhmat, 2005 : 52-53) :

1. Gerakan

Seperti organisme yang lain, manusia secara visual tertarik pada obyek-obyek yang bergerak.

2. Intensitas stimuli

Setiap individu akan memperhatikan stimuli yang lebih menonjol dari stimuli yang lain. Misalnya warna merah pada latar belakang putih, tubuh yang tinggi diantara tubh yang pendek.

3. Kebaruan (novelty)

Hal-hal yang baru, yang luar biasa, yang berbeda, akan menarik perhatian. Beberapa eksperimen juga membuktikan stimuli yang luar biasa lebih mudah dipelajari atau diingat. Tanpa hal-hal yang baru, stimuli menjadi monoton, membosankan dan lepas dari perhatian.

4. Perulangan

Hal-hal yang disajikan berkali-kali, bila disertai dengan sedikit variasi, akan menarik perhatian. Disini unsur familiarty (yang kita kenal) berpadu dengan unsur novelty (yang baru kita kenal). Perulangan juga mengandung unsur sugesti : mempengaruhi unsur bawah sadar kita. Bukan hanya pemasang iklan, yang mempopulerkan produk dengan mengulang-ulang jingles atau slogan-slogan, tetapi juga kaum politis memanfaatkan prinsip perulangan.


(40)

Berdasarkan pengertian terpaan media yang telah dijelaskan oleh Rosengren dalam Rakhmat (2005 : 66), maka cara mengukur terpaan Reportase Investigasi yaitu dengan melihat frekuensi, durasi dan atensi menonton/ menyaksikan seseorang terhadap tayangan “Reportase Investigasi” Trans TV.Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa terpaan media dapat diukur melalui frekuensi, durasi, dan atensi.

2.1.7 Teori Kultivasi (Cultivation Theory)

Teori kultivasi (cultivation theory) pertama kali dikenalkan olehProfessor George Gerbner, Dekan emiritus dari Annenberg School forCommunication di Universitas Pensylvania.Riset pertamanya pada awal tahun1960‐an tentang Proyek Indikator Budaya (Cultural Indicators Project) untukmempelajari pengaruh menonton televisi. Dimana Gerbner dan koleganya diAnnenberg School for Communication ingin mengetahui dunia nyata seperti apayang dibayangkan penonton televisi. Tradisi pengaruhmedia dalam jangka waktu panjang dan efek yang tidak langsung menjadikajiannya. Argumentasi awalnya adalah, “televisi telah menjadi anggotakeluarga yang penting, anggota yang bercerita paling banyak dan palingsering” (Hadi, 2007:8)

Hadirnya media televisi memberidampak komersial bagi pasar dan khalayak. Dampak medium televisi melalui program acara berita kriminal,jenis film action, shooting dan pembunuhan mampu memengaruhi agresivitas khalayak terhadap dunia atas kumulatif efekmelalui tayangan televisi. Dampak ‘kekerasan media’ ini oleh GeorgeGerbner kemudian disebutnya sebagai “mean world syndrome”, dalam teoriCultivation Analysis(1970-1980)(Hadi, 2007:8).

Menurut teori kultivasi ini, televisi menjadi media atau alatutama dimana para pemirsa televisi itu belajar tentang masyarakat dan kulturlingkungannya. Dengan kata lain untuk mengetahui dunia nyata macam apayang dibayangkan oleh pemirsa televisidan bagaimanamedia televisi mempengaruhi pemirsa atas dunia nyata. Asumsimendasar dalam teori ini adalah terpaan media yang terus menerus akanmemberikan gambaran dan pengaruh pada pemirsanya. Artinya,


(41)

selama pemirsa kontak dengan televisi, mereka akan belajar tentang dunia, belajar bersikap dan nilai‐nilai orang (Hadi, 2007:9)

Gerbner meyakini bahwa kekuatan televisi berasal dari isi simbolik dari drama kenyataan hidup sehari-hari yang ditayangkan jam lepas jam dan minggu lepas minggu (Griffin, 1991). “Rata-rata pemirsa menonton televisi empat jam sehari” (Severin dan Tankard, 2001). “George Gerbner menggolongkan audience televisi menjadi 2 golongan, yaituheavy viewer dan light viewer. Heavy viewer atau pecandu berat televisi adalah orang yang menonton televisi lebih dari 4 jam per hari. Sebaliknya, light viewer atau pecandu ringan adalah orang yang menonton kurang dari 4 jam per hari” (Hadi, 2007:3).

Berdasarkan golongan audience inilah Gerbner melakukan penelitian terhadap heavy viewer dan light viewer. Dua golongan ini memiliki jawaban yang berbeda ketika menjawab pertanyaan. Misalnya, ketika ditanya seputar populasi yang berada di Amerika, heavy viewer akan menjawab kurang lebih 20 persen populasi di dunia berada di Amerika. Sedangkan light viewer akan memberikan jawaban yang mendekati angka aslinya yaitu 6 persen. Contoh lainnya, heavy viewer menganggap kemungkinan seseorang untuk menjadi korban kejahatan adalah 1 berbanding 10. Dalam kenyataannya angkanya adalah 1 berbanding 50. Heavy viewer cenderung memberikan jawaban yang mendekati dunia yang digambarkan oleh televisi (Ardiyanto, 2004:64).

Fokus utama riset kultivasi pada tayangan kriminal dan kekerasan dengan membandingkan kepada prevalensi (frekuensi) kriminal dalam masyarakat. Bagi pemirsapecandu berat televisi (heavy viewers) dalam jangka waktu lama ternyata halini memberi keyakinan bahwa tak seorang pun bisa dipercaya atas apa yangmuncul dalam dunia kekerasan. Temuan ini mengindikasikan bahwapecandu berat televisi cenderung melihat dunia ini sebagai kegelapan/mengerikan serta tidak mempercayai orang. Apa yang terjadi di televisiitulah dunia nyata. Televisi menjadi potret sesungguhnya dunia nyata (Hadi, 2007:9).

Gerbner mengklaim bahwa pecandu berat televisi (heavy viewer) mengembangkan kepercayaan yang berlebihan tentang dunia yang kotor dan mengerikan. Misalnya karena seringnya menonton televisi membuat orang


(42)

beranggapan bahwa dunia ini tempat yang tidak aman. Kekerasan yang mereka lihat di televisi dapat menanamkan ketakutan sosial yang menjawab dugaan tentang orang yang dapat dipercaya atau keamanan keadaan sekitarnya (Hadi, 2007:10).

Gerbner dan koleganya berpendapat bahwa televisimenanamkan sikap dan nilai tertentu. Media pun kemudian memelihara danmenyebarkan sikap dan nilai itu antar anggota masyarakat yang kemudianmengikatnya bersama‐sama pula. Media mempengaruhi penonton danmasing‐masing penonton itu meyakininya. Sehingga para pecandu berattelevisi itu akan mempunyai kecenderungan sikap yang sama satu sama lain(Nurudin, 2003 :159).

Tim Gerbner juga menyatakan bahwa salah satu dampak kultivasi yang utama, dan terjadi secara meluas, yang diakibatkan televisi adalah munculnya persepsi “dunia yang kejam” yang berasal dari para pecandu berat televisi. Peneliti kultivasi juga menemukan beberapa variabel penting yang juga turut mempengaruhi perbedaan yang terjadi antara pecandu berat dan ringan televisi. Variabel-variabel tersebut antara lain, usia, pendidikan, jenis kelamin, status ekonomi, dan berita yang dikonsumsi (Ardiyanto, 2004:68).

Para peneliti kultivasi berusaha untuk mengontrol variabel-variabel yang turut mempengaruhi dampak, selain televisi. Kritik ini juga diutarakan oleh Paul Hirsch pada tahun 1980-an. Dari kritikan yang diajukan oleh Hirsch ini kemudian Gerbner beserta rekan-rekannya menambahkan 2 konsep tambahan sebagai revisi dari teori kultivasi. Dua konsep tersebut adalah mainstreaming(pelaziman) dan resonance (resonansi). Mainstreaming dikatakan apabila sering menyaksikan televisi menyebabkan pemusatan pandangan seluruh kelompok. Misalnya, baik pemirsa “berat” dalam kategori penghasilan rendah maupun dalam penghasilan tinggi mempunyai pendapat yang sama bahwa ketakutan akan kejahatan adalah masalah pribadi yang sangat serius. Tetapi, pemirsa “ringan” televisi yang berpenghasilan rendah cenderung untuk mempunyai pendapat yang sama dengan pemirsa “berat” dalam dua kategori tadi bahwa ketakutan akan kejahatan adalah sebuah masalah, sedangkan pemirsa ringan yang berpenghasilan tinggi cenderung


(43)

untuk tidak mempunyai pendapat yang sama bahwa ketakutan akan kejahatan adalah sebuah masalah (Sianturi, 2010:45)

Resonance (resonansi) terjadi ketika dampak kultivasi ditingkatkan untuk sekelompok tertentu dalam populasi. Misalnya, pemirsa ‘berat’ diantara laki-laki dan perempuan mempunyai kemungkinan lebih besar daripada pemirsa “ringan” untuk setuju bahwa ketakutan akan kejahatan adalah sebuah masalah serius. Tetapi kelompok yang setuju paling kuat adalah perempuan yang menjadi penonton “berat”, karena kerentanan khusus mereka pada kejahatan konon “mirip” dengan potret dunia kejahatan yang tinggi yang dilukiskan dalam televisi. Dengan adanya tambahan yang substansial pada teori kultivasi, maka teori kultivasi ini tidak lagi menyatakan keseragaman, dampak televisi untuk semua anggota pemirsa “berat”. Kemudian yang terjadi adalah apabila orang mengontrol variabel –variabel lain sekaligus, sisa dampak yang diakibatkan oleh televisi menjadi agak kecil. Namun karena adanya dampak kumulatif dari televisi yang dialami sebagian besar orang (paling tidak di Amerika), maka dampak tersebut tidak dapat diabaikan (Sianturi, 2010:45).

Pada tahun 1988, Rubin, Perse, dan Taylor meragukan bahwa kultivasi adalah sebagai efek umum dari terlalu sering menonton televisi. Mereka menemui adanya dampak dari menonton televisi pada persepsi realitas sosial, namun dampak tersebut hanya pada program tertentu saja. Dalam penelitian mereka, dapat dibuktikan bahwa pemirsa secara aktif dan secara berbeda mengevaluasi isi televisi, atau dengan kata lain, bahwa audience televisi adalah pemirsa yang aktif. Beberapa perbaikkan pada teori kultivasi akhir – akhir ini, membagi dampak dampak menjadi dua variabel. Variabel – variabel tersebut adalah kepercayaan tingkat pertama (first-order belief) dan kepercayaan tingkat kedua (second-order belief). Kepercayaan tingkat pertama mangacu pada keyakinan yang berkenaan dengan beragam kenyataan dunia nyata, seperti persentase orang yang menjadi korban kejahatan brutal selama satu tahun. Dan kepercayaan tingkat kedua mengacu pada ekstrapolasi dari kenyataan-kenyataan pada harapan umum atau orientasi, seperti kepercayaan bahwa dunia adalah tempat aman atau bahaya (Sianturi, 2010:46).


(44)

Beberapa teori mutakhir menekankan bahwa penonton sebenarnya aktif di dalam usaha menekankan kekuatan pengaruh televisi tidak seperti yang diasumsikan teori kultivasi. Teori kultivasi menganggap bahwa penonton itu pasif. Teori kultivasi lebih memfokuskan pada kuantitas menonton televisi atau “terpaan” dan tidak menyediakan perbedaan yang muncul ketika penonton menginterpretasikan siaran-siaran televisi. Penonton tidak perlu secara pasif menerima apa yang mereka lihat di televisi sebagai kenyataan (Nurudin, 2007:173-174).

Efek kultivasi melalui tayangan kekerasan memberi penjelasanbahwa televisi mempunyai pengaruh yang kuat pada diri individu. Bahkandalam hal yang ekstrim pemirsa menganggap bahwa lingkungan sekitarsama persis seperti yang tergambar dalam televisi. Disisi lain, tayangan kejahatan dalam dunia tontonan menjadi formula yang bisa menarik secarakomersil. Film atau televisi sebenarnya hanyalah tontonan. Sebagai tontonania hanyalah realitas media, yang tentu saja bahkan sebagai “realitas” buatanyaitu fiksi, yang perlu dibedakan dari realitas media berupa informasifaktual. Tetapi karena dipanggungkan dalam kaidah dramatisasi, “realitas”ini menjadi lebih menonjol.Menurut Perse “efek dominan kultivasi kekerasan televisi pada individu adalah pada kognitif (meyakini tentang realitas sosial) dan afektif (takut akan kejahatan)” (Hadi, 2007 : 10).

Penelitian ini menggunakan Cultivation Theory sebagai landasan teori. Seperti yang diungkapkan oleh Perse, mengenai efek afektif yang ditimbulkan oleh berita kasus pemalsuan produk makanan yang ditayangkan di televisi, peneliti ingin mengetahui seberapa besar tingkat kecemasan, yang merupakan salah satu efek afektif pada pemirsa televisi.

2.1.8 Kecemasan

Salah satu efek dari penerimaan pesan (informasi) adalah perasaan cemas yang berkaitan dengan efek afektif. Kecemasan merupakan respon subyektif individu terhadap situasi, ancaman, atau stimulus eksternal.Jadi kecemasan merupakan bagian dari sikap afektif. Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif merupakan representasi apa yang


(45)

dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional, dan komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang (Azwar, 2000:24).

Mar’at (1981) dalam bukunya sikap manusia perubahan serta pengukurannya juga sependapat dengan Azwar, bahwa sikap mempunyai tiga komponen antara lain yaitu (Sianturi, 2010:49) :

1. Komponen Kognisi

Komponen sikap hubungannya dengan beliefs, ide, dan konsep. Komponen kognisi melukiskan obyek tersebut, dan sekaligus dikaitkan dengan obyek-obyek lain disekitarnya. Hal ini berarti adanya penalaran pada seseorang terhadap obyek mengenai karakteristiknya. Manusia mengamati suatu obyek psikologi dengan kacamatanya sendiri yang diwarnai oleh nilaidari kepribadiannya. Faktor pengalaman, proses belajar atau sosialisasi memberikan bentuk dan struktur terhadap apa yang dilihat. Sedangkan pengetahuannya dan cakrawalanya memberikan arti terhadap obyek psikologi tersebut. Melalui komponen kognisi ini akan timbul ide, kemudian konsep mengenai apa yang dilihat. Berdasarkan nilai dan norma yang dimiliki pribadi seseorang akan terjadi keyakinan (belief) terhadap obyek tersebut.

2. Komponen Afektif / Afeksi

Komponen sikap yang menyangkut kehidupan emosional seseorang. Komponen afeksi yang memiliki sistem evaluasi emosional yang mengakibatkan timbulnya perasaan senang/tidak senang, takut/tidak takut atau setuju/tidaksetuju. Dengan sendirinya pada proses evaluasi ini terdapat suatu valensi positif atau negatif. Komponen afeksi menjawab pertanyaan tentang apa yang dirasakan(setuju/tidak setuju).

3. Komponen Konasi (Perilaku)

Komponen sikap yang merupakan kecenderungan bertingkah laku. Komponen konasi akan menjawab pertanyaan bagaimana kesediaan /kesiapan untuk bertindak terhadap obyek. Komponen konasi yang menentukan kesediaan/ kesiapan jawaban berupa tindakan terhadap obyek. Atas dasar tindakan ini maka situasi yang semula kurang/tidak seimbang kembali. Jika


(46)

situasi ini tidak tercapai, maka individu menolak dan reaksi yang timbul adalah sikap apatis, acuh tak acuh atau menentang sampai ekstrim.

Tinggi rendahnya kecemasan dipengaruhi oleh sejumlah faktor, antara lain (Sianturi, 2010:50) :

1. Tingkat konsumsi media (terpaan media)

Tingkat konsumsi media (terpaan media) berkaitan dengan seberapa seringmengkonsumsi media dan intensitas konsumsi.

2. Pengalaman individu

Individu yang pernah menjadi korban ataupun saksi akan mengalami tingkat kecemasan yang berbeda dengan yang hanya memperoleh informasi.

3. Interaksi individu

Interaksi individu dengan keluarga, teman, dan tetangga mempengaruhi tinggi rendahnya kecemasan

Atkinson dan Hilgrad (1993) mendefinisikan kecemasan sebagai suatu keadaan emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai oleh perasaan takut, tercekam, khawatir, dan bingung. Kecemasan dibedakan dalam dua arti yaitu ; kecemasan sebagai suatu respon dan kecemasan sebagai intervening variabel(Sianturi, 2010:52) :

1. Kecemasan sebagai suatu respon.

Merupakan suatu reaksi terhadap pengalaman tertentu, keadaan seseorang tentang apa yang dikatakan, bagaimana ia bertindak dan perubahan fisiologis. Kecemasan sebagai respon merupakan suatu perasaan yang tidak menyenangkan seperti kebingungan, gelisah, khawatir, dan takut. Perasaan ini berhubungan dengan aspek subyektif dari emosi seseorang. Kecemasan ini meliputi dua bentuk :

a. State Anxiety. Gejala ini timbul bila individu dihadapkan pada situasi tertentu. Biasanya lebih disebabkan oleh kondisi stimulus


(47)

yang khusus, seperti penolakan sosial, kritik, kegagalan dalam ujian, dan ancaman rasa sakit.

b. Trait Anxiety. Kecemasan dipandang sebagai sesuatu yang sudah tetap pada diri individu. Artinya, kecemasan itu sendiri mempunyai hubungan dengan kepribadian. Bentuk kecemasan ini merupakan perspektif yang berbeda dari karakteristik disposisional dari individu yang akan bereaksi dalam situasi yang berbeda.

2. Kecemasan sebagai Intervening Variable.

Merupakan suatu kondisi yang mempengaruhi hubungan stimulus respon. Artinya, kecemasan tidak dapat diketahui secara langsung melalui observasi, tetapi hanya dapat diketahui secara tidak langsung dari akibat-akibat yang ditimbulkan.

Pada penelitian ini, kecemasan yang diteliti adalah kecemasan sebagai suatu respon yang termasuk dalam jenis state anxietydengan gejala seperti kebingungan, gelisah, khawatir, dan takut.Masyarakat diperlihatkan tayangan kriminalitas yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat.

2.2 Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesa (Nawawi, 1995 : 40).

Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan Definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu, yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995 : 57)

Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.


(1)

penghasilan yang rendah. Kemudian diperoleh juga data-data responden terhadap tayangan “Reportase Investigasi”, yaitu frekuensi responden menontontayangan “Reportase Investigasi”sebanyak 2-3 sebulan. Durasi responden menonton menontontayangan “Reportase Investigasi”lebih dari 20 menit atau keseluruhan dari tayangan. Mereka juga telah mengikuti tayangan “Reportase Investigasi” selama lebih dari 6 bulan.

Seringnya responden dalam penelitian ini menonton tayangan “Reportase Investigasi”, maka muncul adanya perasaan curiga terhadap setiap pedagang dan perasaan gelisah bahwa lingkungan tempat tinggalnya terdapat pedagang yang menjual makanan yang mengandung bahan berbahaya. Temuan ini mengindikasikan bahwapecandu berat televisi cenderung melihat dunia ini sebagai kegelapan/mengerikan serta tidak mempercayai orang. Apa yang terjadi di televisiitulah dunia nyata. Televisi menjadi potret sesungguhnya dunia nyata.

Heavy viewer cenderung memberikan jawaban yang mendekati dunia yang digambarkan oleh televisi sehingga responden dalam penelitian ini percaya terhadap isi tayangan “Reportase Investigasi” tentang makanan yang mengandung bahan berbahaya seperti boraks, formalin, dan daging tidak layak. Mereka juga meyakini bahwa materi yang disajikan “Reportase Investigasi” bersifat objektif (tidak mengada-ada). Responden sudah merasa puas dengan informasi-informasi yang diberikan oleh tayangan “Reportase Investigasi”. Berdasarkan dari hasil pengamatan, peneliti menemukan bahwa responden yang memiliki tingkat pendidikan atau tingkat penghasilan yang rendah bahkan yang tinggi sekalipun mengatakan bahwa materi berita yang disampaikan oleh “Reportase Investigasi” besifat objektif.

Keterangan di atas membuktikan salah satu konsep tambahan dari teori kultivasi yaitu mainstreaming(pelaziman). Mainstreaming dikatakan apabila sering menyaksikan televisi menyebabkan pemusatan pandangan seluruh kelompok. Pemirsa berat(heavy viewer) pada penelitian ini baik dalam kategori


(2)

penghasilan rendah maupun dalam penghasilan tinggi mempunyai pendapat yang sama bahwa ketakutan akan kejahatan adalah masalah pribadi yang sangat serius.

Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan, sikap dari ibu rumah tangga setelah menonton tayangan ini dapat memberikan penilaian bahwa “Reportase Investigasi” merupakan tayangan yang baik dan dapat memberikan informasi, serta dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai fenomena sosial yang terjadi di masyarakat, baik fenomena sosial yang aktual maupun yang faktual.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikemukakan bagian-bagian penting yang merupakan kesimpulan dari penelitian sebagai berikut:

1. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti, para responden memberikan penilaian bahwa mereka menyukai tayangan “Reportase Investigasi” Trans TV. Hal ini terlihat dari banyaknya responden yang sering menonton tayangan ini adalah sebanyak 44 orang (49,4%) dan 45 orang (50,6%) selalu meyaksikan tayangan ini sampai selesai. Mereka juga menyatakan tayangan “Reportase Investigasi” telah menambah wawasan dan pengetahuan mereka.

2. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti,tayangan “Reportase Investigasi” dapat membentuk sikap berupa kecemasan. Hal ini terlihat dari banyaknya responden yang gelisah jika lingkungan tempat tinggalnya terdapat pedagang yang menjual makanan yang mengadung bahan berbahaya sebanyak 65 orang (73%), 58 orang (65,2%) mencurigai setiap pedagang yang menjual makanan, dan responden yang takut untuk membeli makanan sembarangan sebanyak 57 orang (64%).

3. Berdasarkan uji hipotesis yang telah dilakukan peneliti, terdapat hubungan yang rendah namun cukup berarti antara terpaan “Reportase Investigasi” terhadap tingkat kecemasan Ibu rumah tangga dan kekuatan hubungannya sebesar 27,8%. Sedangkan uji signifikansi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara terpaan “Reportase Investigasi” Trans TV terhadap tingkat kecemasan Ibu rumah tangga di Lingkungan IV Kelurahan Besar Kecamatan Medan Labuhan.


(4)

5.2 Saran

Adapun beberapa saran yang diajukan untuk penelitian ini, adalah sebagai berikut: 1. Saran Responden Penelitian

Pada pihak Trans TV, sebaiknya tayangan berita kriminal Reportase Investigasi yang sudah pernah ditayangkan sebelumnya tidak ditayang ulang lagi pada minggu berikutnya. Karena kurang kreatif dalam pemberian informasi. Dan agar lebih menarik, sebaiknya tayangan berita kriminal Reportase Investigasi tidak menyuguhkan berita kriminal yang lainnya, seperti pembunuhan. Hanya secara khusus menyajikan berita tentang pemalsuan produk yang lebih mendalam. 2. Saran Dalam Kaitan Akademis

Peneliti berharap para pembaca khususnya mahasiswa FISIP USU yang tertarik untuk meneliti lebih lanjut, agar kiranya dapat melanjutkan penelitian ini dengan menggunakan gejala yang berbeda dan responden penelitian juga dalam skala yang lebih besar lagi. 3. Saran Dalam Kaitan Praktis

Peneliti berharap agar para Ibu Rumah tangga menjadi pemirsa yang kritis dan cerdas dalam menonton televisi. Adanya pemahaman dalam keterampilan mengakses, memilah dan memilih konten media, mengkritisi, atau menonton dengan sadar. Hal ini bertujuan untuk menangkal dampak negatif televisi.


(5)

DAFTAR REFERENSI

Ardiyanto, Elvinaro & Erdiana, Lukiati Komala. 2004. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung : Sembiosa Rekatma Media

Arifin, Anwar. 2003. Komunikasi Politik. Jakarta: Balai Pustaka

Arikunto, Suharini. 1998. Prosedur Penelitian:Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta

Azwar. Saifuddin. 2000. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Bulaeng, Andi. 2004. Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer. Yogyakarta: Andi Yogyakarta

Bintang, Samiaji. 2010. Modul Pengajaran Mata Kuliah Jurnalisme Investigasi. Jakarta: LSPP

Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Cangara, Hafied. 2003. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada

Effendy, Onong Uchjana. 2005. Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek. Bandung: PT. Rineka Cipta

Fajar, Marhaeni. 2009. Ilmu Komunikasi:Teori dan Praktek Edisi Pertama, Cetakan Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu

Hadi, Ido Priyana. 2007. Cultivation Theory: Sebuah Perspektif Teoritik dalam Analisis Televisi, Jurnal Ilmiah SCRIPTURA.

Harahap, Arifin.S. 2005. Jurnalistik Televisi : Teknik Memburu dan Menulis Berita. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia

Hofmann, Roedi. 1999. Dasar-dasar Apresiasi Program Televisi. Jakarta: Rajawali Pers

Kovach, Bill & Rosenstiel, Tom. 2006. Sembilan Elemen Jurnalisme; Apa yang Seharusnya Diketahui Wartawan dan Diharapkan Publik. Jakarta: Yayasan Pantau


(6)

Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Media TelevisiI. Jakarta: Rhineka Cipta

Mondry. 2008. Pemahaman Teori Dan Praktek Jurnalistik. Bogor: Ghalia Indonesia

Muda, Deddy Iskandar. 2003. Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Nawawi, Hadari. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada Press Rosdakarya

Nurudin. 2004. Komunikasi Massa. Malang: CESPUR

Rakhmat, Jalaluddin. 2001. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Santana K, Septiawan. 2003. Jurnalisme Investigasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Sianturi, Robert. 2010. Terpaan Media dan Kecemasan Masyarakat. Medan: FISIP Universitas Sumatera Utara

Singarimbun, Masri. 2008. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3S Suhandang, Kustadi. 2004. Pengantar Jurnalistik. Bandung: Nuansa

Trismiati. 2004. Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Pria dan Wanita Akseptor Kontrasepsi Mantap. Palembang: Fakultas Psikologi Universitas Bina Dharma.

Sumber Lain:

jam 12.12 tanggal 2 Maret 2014


Dokumen yang terkait

Tayangan Kriminal “Reportase Investigasi” Terhadap Tingkat Kewaspadaan Masyarakat (Studi Korelasional antara Tayangan Kriminal “Reportase Investigasi”di Trans TV terhadap Tingkat Kewaspadaan Masyarakat di Perumnas Mandala Kelurahan Kenangan Baru Meda

6 47 116

Pengaruh Terpaan Tayangan Reportase Investigasi di Trans TV Terhadap Perilaku Pemilihan Produk Makanan (Studi Pada Ibu-Ibu Rumah Tangga RW 05 Kelurahan Purwantoro Kecamatan Blimbing kota Malang

0 8 2

PENGARUH TERPAAN TAYANGAN “REPORTASE INVESTIGASI” TRANS TV TERHADAP KECEMASAN PENGARUH TERPAAN TAYANGAN “REPORTASE INVESTIGASI” TRANS TV TERHADAP KECEMASAN MASYARAKAT SLEMAN DI YOGYAKARTA (Studi Eksplanatif Pengaruh Terpaan Tayangan Reportase Investigasi

0 4 17

PENDAHULUAN PENGARUH TERPAAN TAYANGAN “REPORTASE INVESTIGASI” TRANS TV TERHADAP KECEMASAN MASYARAKAT SLEMAN DI YOGYAKARTA (Studi Eksplanatif Pengaruh Terpaan Tayangan Reportase Investigasi Trans TV Episode “Abon Ayam Limbah dan Ayam Tiren Rekondisi” terh

0 6 39

PENUTUP PENGARUH TERPAAN TAYANGAN “REPORTASE INVESTIGASI” TRANS TV TERHADAP KECEMASAN MASYARAKAT SLEMAN DI YOGYAKARTA (Studi Eksplanatif Pengaruh Terpaan Tayangan Reportase Investigasi Trans TV Episode “Abon Ayam Limbah dan Ayam Tiren Rekondisi” terhadap

0 6 28

PENGARUH TERPAAN TAYANGAN REPORTASE INVESTIGASI TERHADAP PERSEPSI IBU RUMAH TANGGA PENGARUH TERPAAN TAYANGAN REPORTASE INVESTIGASI TERHADAP PERSEPSI IBU RUMAH TANGGA TENTANG MAKANAN DAN JAJANAN YANG TIDAK SEHAT (Studi Kuantitatif pada Ibu Rumah Tangga

0 6 19

Hubungan Antara Terpaan Tayangan Reportase Investigasi TRANS TV Dengan Persepsi Ibu Ibu Rumah Tangga Pada Tindak Kejahatan Dan Penipuan.

0 1 5

Terpaan “Reportase Investigasi” Dan Tingkat Kecemasan Ibu Rumah Tangga(StudiKorelasional Tentang Terpaan “Reportase Investigasi” Trans Tv Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Rumah Tangga Di Lingkungan Iv Kelurahan Besar Kecamatan Medan Labuhan)

0 0 25

Terpaan “Reportase Investigasi” Dan Tingkat Kecemasan Ibu Rumah Tangga(StudiKorelasional Tentang Terpaan “Reportase Investigasi” Trans Tv Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Rumah Tangga Di Lingkungan Iv Kelurahan Besar Kecamatan Medan Labuhan)

0 0 9

Terpaan “Reportase Investigasi” Dan Tingkat Kecemasan Ibu Rumah Tangga(StudiKorelasional Tentang Terpaan “Reportase Investigasi” Trans Tv Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Rumah Tangga Di Lingkungan Iv Kelurahan Besar Kecamatan Medan Labuhan)

0 0 14