Perbedaan ketaatan pasien rawat jalan RS Panti Rini Yogyakarta antara pasien yang diberi informasi vs informasi plus alat bantu ketaatan periode Juni-Juli 2009 (kajian terhadap penggunaan obat golongan neuromuskular) - USD Repository
PERBEDAAN KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI
YOGYAKARTA ANTARA PASIEN YANG DIBERI INFORMASI vs
INFORMASI plus ALAT BANTU KETAATAN PERIODE JUNI-JULI 2009
(Kajian terhadap Penggunaan Obat Golongan Neuromuskular)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
PERBEDAAN KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI
YOGYAKARTA ANTARA PASIEN YANG DIBERI INFORMASI vs
INFORMASI plus ALAT BANTU KETAATAN PERIODE JUNI-JULI 2009
(Kajian terhadap Penggunaan Obat Golongan Neuromuskular)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Kaesariana Esti Limasari
NIM : 068114166
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga,
tetapi nyatakanlah dalam segala hal
keinginanmu kepada Allah
dalam doa dan permohonan
dengan ucapan syukur(Filipi 4:6)
Kupersembahkan karya kecilku ini bagi:
Tuhan Yesusku, sebab tanpa kuasa tangan-Nya aku tak kan bisa
berbuat apa-apa
Ibu, Bapak, dan adikku atas doa, kasih sayang dan dukungan
mereka yang senantiasa menyertaiku
Almamaterku
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Perbedaan Ketaatan pasien Rawat Jalan Rumah Sakit Panti
Rini Yogyakarta Antara Pasien Yang Diberi Informasi vs Informasi plus
Alat Bantu Ketaatan periode Juni-Juli 2009 (Kajian terhadap Obat
Golongan Neuromuskular)” ini dengan baik. Penulisan skripsi ini dimaksudkan
untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana farmasi pada program studi Ilmu Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi dan dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan bimbingan, dukungan, saran dan masukan dalam proses penyusunan skripsi ini.
2. Maria Wisnu Donowati, M.Si.,Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan saran dalam proses penyusunan skripsi. 3. dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK. selaku dosen penguji yang telah memberikan bimbingan, dukungan dan saran dalam proses penyusunan skripsi.
4. Direktur RS. Panti Rini Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di RS. Panti Rini Yogyakarta.
5. Mbak Betty selaku apoteker RS. Panti Rini dan pembimbing lapangan yang telah memberikan bimbingan selama penulis melakukan pengambilan data.
6. Kepala dan segenap staf Instalasi Rekam Medik RS. Panti Rini Yogyakarta atas bantuan selama proses pengambilan data penelitian ini.
7. Staf Instalasi Farmasi RS Panti Rini Yogyakarta atas bantuan selama proses pengambilan data penelitian ini.
8. Ibu Ariani E.Y dan Bapak Emanuel Triatmadja tercinta untuk semua doa, kasih sayang, dukungan dan perjuangan sepanjang hidup penulis.
9. Adikku tercinta Ipram atas doa, kasih sayang dan dukungan kepada penulis.
10. Mas Donavan yang selalu memberi aku semangat, doa, kasih sayang dan kesetiaan kepada penulis selama ini.
11. Mbak Sisca, Atik, Yensi, Yemi, Lita atas kebersamaan, keceriaan dan kekompakannya selama ini.
12. Olin, Vero, Seila, Tiara, May, Dewi, Arum untuk kebersamaan, bantuan, kerja sama dan dukungan selama penelitian berlangsung hingga proses penyusunan skripsi.
13. Teman-teman kos hijau tersayang Winda, Frida, Egi, Rani, Sisca, Tya atas kebersamaan dan keceriaannya.
14. Teman-teman kelas C 2006 dan FKK 2006 atas kebersamaan dan kekompakannya selama ini.
15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini lebih baik lagi. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, Oktober 2009 penulis
INTISARI
Ketidaktaatan pasien merupakan masalah yang sering terjadi dalam proses terapi, salah satunya pada penggunaan obat golongan neuromuskular. Keberhasilan suatu terapi sangat dipengaruhi oleh ketaatan penggunaan obat. Peran farmasis dalam memberikan informasi yang tepat kepada pasien sangat menentukan ketaatan penggunaan obat oleh pasien, pemberian informasi perlu ada inovasi dan kreasi salah satunya dengan penggunaan alat bantu ketaatan.
Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui perbedaan ketaatan pasien rawat jalan RS Panti Rini Yogyakarta antara pasien yang diberi informasi vs informasi plus alat bantu ketaatan periode Juni-Juli 2009 (Kajian terhadap Penggunaan Obat Golongan Neuromuskular). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan rancangan analitik. Perbedaan ketaatan obat dianalisis menggunakan uji statistik Fisher dan secara deskriptif.
Pasien yang digunakan dalam penelitian adalah 24 pasien pada kelompok perlakuan dan 30 pasien pada kelompok kontrol. Perbedaan ketaatan untuk obat yang bisa diminum bila perlu diperoleh nilai p=0,357 yang berarti tidak ada perbedaan ketaatan antara pasien yang diberi informasi vs informasi plus alat bantu. Pada obat yang diminum teratur ketaatan pasien kelompok perlakuan 100% sedangkan kelompok kontrol 66,7%. Pasien yang diberi informasi plus alat bantu lebih taat. Kata kunci : ketaatan penggunaan obat, alat bantu ketaatan, golongan obat neuromuskular
ABSTRACT
The patients’ incompliance is the common problem on therapy process, the Neuromuscular drugs is one of them. The succeed of a therapy is really depend on the patients’ compliance on drugs. Pharmacist enrollment on giving the right information to patients is very affecting the patients’ compliance on drugs. Innovation and creativity are needed when pass on the information, one of them is using the help-device.
The aim of this research is to find out the difference of compliance on outpatients from Panti Rini Hospital, Yogyakarta among the patients who got the information only, compare to the patients who got the information plus the compliance help-device during June – July 2009 (Assessment On The Use of Neuromuscular Drugs). This is a quasi experimental research with analyze design. Compliance difference analyzed using Fisher statistical test and regular taken – drugs descriptively.
The total patients used on this research is 24 patients on the treatment group and 30 patients on the control group. Compliance difference for only needed – drug the value of p=0,387 which means no compliance difference between patients who got the information compare to information plus help- device so the device doesn’t help on elevating the compliance. On regularly – taken drugs in the treatment group the patients’ compliance reach 100%, meanwhile in the control group the patients’ compliance is 66,7%. Patient who got information plus compliance help device is more compliance. Keywords: compliance on taking medications, compliance help-device, neuromuscular drugs
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. iii HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iv HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v PRAKATA .......................................................................................................... vi HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ....................... ix PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. x
INTISARI............................................................................................................ xi
ABSTRACT
.......................................................................................................... xii DAFTAR ISI....................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL...............................................................................................xvii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xx DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xxi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
1. Permasalahan.............................................................................................. 3
2. Keaslian penelitian ..................................................................................... 3
3. Manfaat penelitian ...................................................................................... 4
B. Tujuan Penelitian............................................................................................ 4
1. Tujuan umum ............................................................................................. 4
2. Tujuan khusus............................................................................................. 5
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA..................................................................6 A. Pharmaceutical Care .....................................................................................6 B. Drug Therapy Problems .................................................................................6 C. Kepatuhan (Patient Compliance) ...................................................................8 D. Nyeri...............................................................................................................9
1. Definisi .......................................................................................................9
2. Patofisiologi................................................................................................9
3. Penatalaksanaan Terapi ..............................................................................10 a Outcome , tujuan dan sasaran terapi. ........................................................10 b. Terapi.......................................................................................................10
c. Tingkatan Nyeri .......................................................................................12
E. Gout ................................................................................................................13
1. Definisi .......................................................................................................13
2. Patofisiologi................................................................................................13
3. Penatalaksanaan Terapi ..............................................................................14 a Outcome, tujuan, dan sasaran terapi .........................................................14 b. Terapi ......................................................................................................14
F. Landasan Teori................................................................................................15
G. Hipotesis.........................................................................................................16
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................... 17
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ..................................................................... 17
B. Variabel dan Definisi Operasional ................................................................. 18
C. Subyek Penelitian ........................................................................................... 20
D. Bahan Penelitian............................................................................................. 22
E. Instrumen Penelitian ....................................................................................... 22
F. Lokasi Penelitian............................................................................................. 23
G. Tata Cara Penelitian ....................................................................................... 23
1. Analisis Situasi ........................................................................................... 23
2. Pembuatan Alat Bantu Ketaatan................................................................. 23
3. Tahap pengumpulan data............................................................................ 24
4. Wawancara ................................................................................................. 25
5. Tahap penyelesaian data............................................................................. 25
H. Tata Cara Analisis Hasil................................................................................. 26
I. Kesulitan Penelitian ......................................................................................... 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 30 A. Profil Pasien ................................................................................................... 30 B. Profil Terapi Pasien ........................................................................................ 31
1. Profil terapi secara umum........................................................................... 32
2. Profil terapi obat neuromuskular ................................................................ 35
C. Evaluasi DTP................................................................................................. 39
1. DTP interaksi obat....................................................................................... 39
2. DTP ketaatan ............................................................................................... 42
D. Evaluasi Perbedaan Ketaatan dan Dampak Terapinya................................... 44
1. Obat yang Bisa Diminum Bila Perlu dan Dampak Terapi ......................... 45
2. Obat yang diminum teratur ........................................................................ 47
E. Rangkuman Pembahasan ................................................................................ 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 51 A. Kesimpulan .................................................................................................... 51 B. Saran ............................................................................................................... 52 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 53 LAMPIRAN ........................................................................................................ 55 BIOGRAFI PENULIS…………………………………………………….........107
DAFTAR TABEL
Tabel I Penyebab-penyebab Drug Therapy Problems (DTP) ......................... 7 Tabel II Tingkat Signifikansi Interaksi Obat .................................................... 8 Tabel III Contoh Obat Analgesik Non Opioid yang Disetujui FDA ................. 11 Tabel IV Data Baseline Profil Pasien Kelompok Perlakuan dan Kelompok
Kontrol yang Menggunakan Obat Golongan Neuromuskular Pasien Rawat Jalan RS. Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009 ........ 31
Tabel V Data Baseline Profil Terapi Pasien Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol yang Menerima Obat Golongan Neuromuskular Pasien Rawat Jalan RS. Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009 ................... 32
Tabel VI Profil Jumlah Obat yang Diterima Pasien Pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol yang Menerima Obat Golongan Neuromuskular Pasien Rawat Jalan RS. Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009…. ............................................................................................... 32
Tabel VII Golongan dan Jenis Obat yang Diterima Pasien Selain Obat Golongan Neuromuskular Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol Pasien Rawat Jalan RS Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009 ......... 33
TabelVIII Golongan dan Jenis Obat Golongan Neuromuskular yang Diterima Pasien Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol ......................... 35
Tabel IX Pengelompokan berdasarkan jumlah jenis obat golongan neuromuskular yang diterima pasien kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.....37
Tabel
X Pengelompokan Berdasarkan Rute Pemberian Obat Golongan Neuromuskular yang Diterima Pasien Kelompok Perlakuan ............. 38
Tabel XI Pengelompokan Kasus DTP Interaksi Obat Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol yang Menerima obat golongan Neuromuskular Pasien Rawat Jalan RS. Panti Rini Yogyakarta periode
Juni-Juli 2009………………………………………………………..40 Tabel XII Contoh Analisis SOAP kasus DTP Interaksi Obat Pasien yang Menerima Obat Golongan Neuromuskular Pasien Rawat Jalan RS.
Panti Rini Yogyakarta periode Juni-Juli 2009 .................................... 41 Tabel XIII Pengelompokan Kasus DTP Ketaatan Pasien Kelompok Perlakuan dan kelompok kontrol yang Menerima obat golongan Neuromuskular
Pasien Rawat Jalan RS. Panti Rini Yogyakarta periode Juni-Juli 2009………….…………………………………………………….....42
Tabel XIV Contoh Analisis SOAP kasus DTP Ketaatan Pasien yang Menerima Obat Golongan Neuromuskular Pasien Rawat Jalan RS. Panti Rini Yogyakarta periode Juni-Juli 2009…………………………………... 43
Tabel XV Kasus DTP Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol Pasien Rawat Jalan yang Menerima Obat Golongan Neuromuskular RS Panti Rini Yogyakarta periode Juni-Juli 2009…………………………………... 44
Tabel XVI Pengelompokan Tingkat Ketaatan Pasien Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol yang Menerima Obat Golongan Neuromuskular Berdasarkan pada Jumlah Obat yang Digunakan ............................... 44
Tabel XVII Pengelompokan Tingkat Ketaatan Pasien Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol yang Menerima Obat Golongan Neuromuskular yang Bisa Diminum Bila Perlu...................................................... 46
Tabel XVIII Pengelompokan Tingkat Ketaatan Pasien Kelompok Perlakuan Berdasarkan Obat yang Harus Diminum Teratur .............................. 48
Tabel XIX Pengelompokan Tingkat Ketaatan Pasien Kelompok Kontrol Berdasarkan Obat yang Harus Diminum Teratur ............................... 48
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Mekanisme Kerja AINS dan Steroid .................................................. 12 Gambar 2 . WHO’s Pain Ladder ......................................................................... 13 Gambar 3 Bagan Ruang Lingkup Penelitian Kajian Terhadap Penggunaa Obat
Golongan Neuromuskular dalam Penelitian Payung………….........21 Gambar 4 Alat Bantu Ketaatan........................................................................... 22
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Informed-consent............................................................................ 56 Lampiran 2 Panduan Wawancara...................................................................... 58 Lampiran 3 Data Pasien Kelompok Perlakuan ................................................... 60 Lampiran 4 Data Pasien Kelompok Kontrol ..................................................... 72 Lampiran 5 Uji Statistik Data Baseline Pasien ................................................. 88 Lampiran 6 Uji Statistik Baseline Profil Obat ................................................... 94 Lampiran 7 Uji Statistik Ketaatan..................................................................... 101 Lampiran 8 Pengelompokan Ketaatan Pasien Kelompok Kontrol dan Kelompok
Perlakuan yang Menerima Obat Golongan Neuromuskular Berdasarkan Obat yang Diminum bila perlu……………………….................... 106
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat
ke pasien yang mengacu pada Pharmaceutical Care, dimana kegiatan yang semula hanya berorientasi kepada obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Oleh karena itu farmasis dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku agar dapat berinteraksi langsung dengan pasien (Anonim, 2004).
Salah satu masalah yang sangat sering terjadi dalam proses terapi adalah ketidaktaatan pasien minum obat. Menurut laporan WHO kepatuhan pasien terhadap penyakit kronis di negara maju hanya sebesar 50% (Anonim, 2006b), di Amerika Serikat kepatuhan hanya sekitar 33%-69% (Osterberg dan Blasche, 2005). Kepatuhan pasien sangat diperlukan untuk menentukan keberhasilan terapi dan meningkatkan kualitas hidup pasien, salah satunya pada penggunaan obat golongan neuromuskular. Ketidaktaatan minum obat oleh pasien dapat menyebabkan penggunaan suatu obat kurang optimal, dengan demikian pasien dapat kehilangan manfaat terapi.
Gangguan pada sistem neuromuskular merupakan gangguan pada saraf dan otot yang pada umumnya dapat menyebabkan terjadinya nyeri. Di Amerika jumlah penderita gangguan sendi terus mengalami peningkatan, hingga pada tahun 2005 dilaporkan bahwa 66 juta orang menderita gangguan sendi dengan 42,7 juta terdiagnosis arthritis dan 23,2 juta sisa penduduk mengalami keluhan
1 nyeri sendi kronis (Anonim,2006a). Di Yogyakarta khususnya di RS Panti Rini kasus nyeri ini tidak termasuk dalam sepuluh penyakit terbanyak, tetapi obat-obat neuromuskular yang digunakan untuk mengatasi nyeri banyak digunakan oleh pasien pada berbagai kasus.
Farmasis mempunyai peranan penting dalam upaya peningkatan ketaatan penggunaan obat oleh pasien. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan ketaatan pasien adalah dengan pemberian informasi terhadap regimen pengobatan yang benar dan jelas kepada pasien. Selain pemberian informasi secara lisan upaya peningkatan ketaatan pasien dapat dilakukan dengan pemberian alat bantu ketaatan yang berupa kotak obat dan kartu pengingat minum obat. Dengan upaya tersebut diharapkan dapat memudahkan pasien dalam minum obat sehingga dapat meningkatkan ketaatannya dan dapat tercapai terapi yang optimal.
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta karena rumah sakit ini memiliki poli rawat jalan yang cukup lengkap. Selain itu letak rumah sakitnya cukup strategis sehingga banyak dikunjungi pasien.
Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan penelitian tentang PERBEDAAN KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI YOGYAKARTA ANTARA PASIEN YANG DIBERI INFORMASI VS
INFORMASI plus ALAT BANTU KETAATAN PERIODE JUNI-JULI 2009 (Kajian terhadap Penggunaan Obat Golongan Neuromuskular) untuk mengetahui bagaimana ketaatan pasien dalam minum obat jika pasien diberi informasi vs informasi plus alat bantu.
1. Permasalahan
Permasalahan yang akan diamati pada penelitian ini adalah: a. Seperti apakah profil pasien berdasar umur, tingkat pendidikan dan jenis kelamin? b.
Seperti apakah karakteristik obat berdasar jumlah obat, golongan obat dan jenis obat? c.
Apakah ada Drug Therapy Problems yang terjadi pada pasien yang menerima obat golongan Neuromuskular pasien rawat jalan RS Panti Rini Yogyakarta 2009?
d. Apakah ada perbedaan ketaatan pasien rawat jalan RS Panti Rini Yogyakarta antara pasien yang diberi informasi vs informasi plus alat bantu ketaatan serta dampak terapinya periode Juni-Juli 2009 (Kajian terhadap Penggunaan Obat Golongan Neuromuskular)” ?
2. Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai Perbedaan Ketaatan Pasien Rawat Jalan RS Panti Rini Yogyakarta Antara Pasien yang Diberi Informasi vs Informasi plus Alat Bantu Ketaatan Periode Juni – Juli 2009 (Kajian terhadap Penggunaan Obat Golongan Neuromuskular) belum pernah dilakukan. Belum ditemukan penelitian terkait ketaatan pasien yang diberi informasi vs informasi plus alat bantu oleh peneliti lain. Penelitian terkait dengan masalah DTP dan ketaatan telah dilakukan oleh peneliti lain dengan judul sebagai berikut : a. Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication Errors Fase Administrasi dan
Drug Related Problems Pada Pasien RS Bethesda Yogyakarta Periode
Agustus 2008, Kajian Terhadap Penggunaan Obat Analgesik pada Kasus Osteomuskular oleh (Manik,2008).
b.
Ketaatan Pasien dengan Obat Penurun Asam Urat untuk Pengobatan Gout (Harrold, 2009). Penelitian ini membahas tentang penggunaan ketaatan penggunaan allopurinol hasilnya dari 97% pasien yang menerima allopurinol terdapat 56% pasien yang tidak taat.
3. Manfaat a. Manfaat teoritis
Secara teoritis sebagai sumber referensi untuk mendeskripsikan ketaatan penggunaan obat pasien rawat jalan RS Panti Rini Yogyakarta. Khususnya golongan obat neuromuskular.
b.Manfaat Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk pengambilan keputusan oleh farmasis dalam mempraktekkan pharmaceutical
care , secara khusus di RS Panti Rini dan secara umum RS di Indonesia. Pada
akhirnya akan meningkatkan kualitas pelayanan terapi obat.B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan mengamati perbedaan ketaatan penggunaan obat golongan neuromuskular pasien rawat jalan RS Panti Rini Yogjakarta antara pasien yang diberi informasi vs informasi plus alat bantu ketaatan periode Juni-Juli 2009.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: a. Mengetahui profil pasien berdasar umur, tingkat pendidikan dan jenis kelamin.
b.
Mengetahui karakteristik obat berdasar jumlah obat, golongan obat dan jenis obat.
c.
Mengetahui permasalahan yang muncul dalam pengobatan seperti Drug Therapy Problems yang terjadi pada pasien.
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Pharmaceutical Care Pharmaceutical care adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab
langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Program pharmaceutical care dapat menurunkan kejadian merugikan pada penggunaan obat, terutama obat untuk penyakit jangka panjang. Salah satu bentuk Pharmaceutical Care adalah pelayanan residensial (home
care) dalam hal ini Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan
pelayan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record) (Anonim, 2004).
B. Drug Theraphy Problems
1. Definisi
Drug therapy problems merupakan wewenang klinis dari pelaksana
pharmaceutical care. Drug Therapy Problems adalah kejadian yang tidak
diinginkan atau tidak diharapkan terjadi pada pasien selama terapi penggunaan obat, sehingga dapat mengganggu tercapainya terapi. Tujuan mengidentifikasi DTP adalah untuk membantu pasien mencapai tujuan dan outcome. Setiap praktisi tenaga kesehatan bertanggung jawab untuk membantu pasien yang memerlukan tenaga profesional dalam hal mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah yang dialami pasien (Strand, Cipole dan Morley, 2004).
6
Tabel 1. Kategori dan Keadaan yang Menyebabkan Drug Therapy Problems (Strand et.al, 2004) No Jenis DRP Contoh Penyebab DRP
- Terapi yang diperoleh bukan merupakan terapi yang tepat untuk terapi pada saat itu
- Polifarmasi yang sebaiknya terapi obat tunggal
- Terapi sebaiknya dengan terapi non farmakologi
1 Ada obat tanpa indikasi (unnecessary therapy )
- Terapi efek samping akibat suatu obat yang sebenarnya dapat digantikan dengan yang lebih aman
- Penyalahgunaan obat, penggunaan alkohol, merokok dapat
menimbulkan masalah.
- Kondisi medis memerlukan terapi obat tambahan
- Pencegahan terapi obat yang diperlukan untuk mengurangi resiko pada perkembangan kondisi yang baru.
- Kondisi medis yang memerlukan farmakoterapi tambahan untuk mencapai efek.
- Obat yang digunakan bukan yang paling efektif
- Kondisi medis yang sukar sembuh dengan produk obat tersebut
- Bentuk sediaan dari obat yang tidak tepat
- Obat bukan merupakan obat yang efektif untuk indikasi yang akan diterapi.
- Dosis terlalu rendah untuk mendapatkan respon yang diinginkan
- Interval pemberian terlalu jarang untuk mendapatkan respon yang diinginkan
- Interaksi obat mengurangi jumlah obat yang aktif
- Durasi terapi obat terlalu pendek untuk menghasilkan respon yang diharapkan
- Obat memberikan reaksi yang tidak diinginkan yang tidak tergantung dosis
- Dibutuhkan produk obat yang lebih aman untuk mengatasi faktor resiko.
- Interaksi obat menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan yang tidak tergantung dosis.
- Pengaturan dosis yang diberikan terlalu rapat.
- Produk obat menyebabkan reaksi alergi.
- Produk obat dikontraindikasikan dikarenakan beberapa faktor resiko
- Dosis terlalu tinggi.
- Frekuensi dosis terlalu pendek.
• Durasi terapi obat terlalu lama.
2 Ada indikasi tanpa obat (need for additional drug therapy )
3 Obat tidak efektif(ineffective drug
)
4 Dosis terlalu rendah (dose too low )
5 Efek obat merugikan (adverse drug reaction ) dan interaksi obat
6 Dosis terlalu tinggi (dose too high)
- Interaksi obat yang menghasilkan reaksi toksik pada produk obat.
- Dosis obat yang diberikan terlalu rapat
- Pasien tidak mengerti instruksi.
- Pasien lebih senang tidak menerima pengobatan.
- Pasien lupa minum obat
7 Ketaatan pasien (compliance)/ gagal menerima obat
- Produk obat terlalu mahal untuk pasien.
- Pasien tidak dapat menelan atau menggunakan produk obat dengan benar.
- Produk obat tidak tersedia untuk pasien 2.
Interaksi Obat
Interaksi antar obat dapat diartikan sebagai hasil pemberian obat kombinasi dan menghasilkan respon farmakologi atau klinik yang berbeda dari respon farmakologi masing-masing obat tersebut apabila diberikan secara tunggal. Hasil klinis dari interaksi antar obat dapat berefek antagonisme, sinergisme, atau idiosinkrasi (Tatro, 2006).
Dalam mengevaluasi interaksi obat, yang perlu diperhatikan adalah signifikansi interaksi. Signifikansi berhubungan dengan jenis dan besarnya efek yang menentukan kebutuhan monitoring pasien dan perlu tidaknya pengubahan terapi untuk mencegah efek yang merugikan (Tatro, 2006).
Tabel II. Tingkat Signifikansi Interaksi Obat (Tatro, 2006)
Tingkat Signifikansi Keparahan Laporan1 Berat (major) Terbukti
2 Sedang (moderate) Terbukti
3 Ringan (minor) Terbukti
4 Berat/Sedang (major/moderate) Mungkin terjadi
5 Ringan (minor) Mungkin terjadi Tidak ada Tidak mungkin terjadi
C. Kepatuhan Penggunaan Obat ( Patient Compliance )
Kepatuhan dapat didefinisikan sebagai tingkat ketepatan perilaku individu terhadap nasihat medis atau kesehatan (Siregar, 2006).
Ketidaktaatan didefinisikan sebagai ketidakmampuan atau ketidakmauan pasien untuk menggunakan regimen pengobatan yang diberikan oleh dokter.
Ketidaktaatan pasien dapat terjadi karena pasien tidak mengerti instruksi, pasien lebih senang tidak menerima obat, pasien lupa minum obat, pasien tidak dapat menggunakan obat dengan benar, obat tidak tersedia untuk pasien (Strand et.al, 2004). Situasi lain yang umum berkaitan dengan ketidakpatuhan pada terapi obat, mencakup kegagalan menebus resep, melalaikan dosis, kesalahan dosis, kesalahan dalam waktu pemberian atau konsumsi obat, dan penghentian obat sebelum waktunya (Siregar, 2006).
Ketidakpatuhan minum obat akan mengakibatkan penggunaan suatu obat kurang, dengan demikian pasien kehilangan manfaat terapi yang kemungkinan akan mengakibatkan kondisi yang diobati secara bertahap menjadi buruk. Faktor yang berkaitan dengan ketidakpatuhan antara lain faktor penyakit, regimen terapi, interaksi pasien dengan profesional kesehatan (Siregar, 2006).
Untuk meningkatkan ketaatan pasien dapat dilakukan upaya-upaya antara lain identifikasi faktor resiko, pengembangan rencana pengobatan, alat bantu kepatuhan, pemantauan terapi, komunikasi yang baik antara apoteker dengan pasien (Siregar, 2006).
D. Nyeri
1. Definisi
Nyeri adalah pengalaman atau perasaan yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan potensi kerusakan jaringan atau keadaan yang menggambarkan kerusakan tersebut. Nyeri bersifat subyektif, bagaimanapun tenaga kesehatan mendefinisikan nyeri seperti apa yang dikatakan pasien (Baumann, 2005).
2. Patofisiologi Nyeri
Patofisiologi nyeri melibatkan kesatuan jaringan saraf yang komplek yang diaktivasi oleh rangsangan dari luar tubuh. Nyeri dibagi menjadi 2 yaitu nyeri
nociceptive dan neuropathic (Baumann, 2005).
a. Nyeri nociceptive
Nyeri nociceptive adalah nyeri yang muncul karena rangsangan somatik (sumber nyeri berasal dari kulit, tulang, sendi, otot, jaringan konektif) atau secara
visceral (berasal dari organ dalam seperti usus besar atau pankreas). Pada nyeri
nociceptive ini letak nyeri dapat didefinisikan dengan jelas (Baumann, 2005).b. Nyeri neurophatic
Nyeri neurophatic adalah nyeri yang terjadi akibat proses yang tidak normal pada sistem saraf pusat atau perifer. Sindrom nyeri neurophatic ini banyak terjadi dan seringkali sangat sulit diobati, misalnya nyeri punggung bawah, neuropati diabetik, nyeri akibat kanker (Baumann, 2005).
3. Penatalaksanaan Terapi a.
Outcome, tujuan dan sasaran terapi
Outcome yang diharapkan pada terapi nyeri adalah dapat mengurangi dan menghilangkan nyeri. Tujuan terapi nyeri adalah untuk mengurangi dan menghilangkan nyeri dengan dosis analgesik terendah dan efek samping minimum. Sasaran terapi nyeri adalah mediator-mediator kimia yang memperantarai timbulnya nyeri (Baumann, 2005).
b. Terapi 1) Non Farmakologi
a) TENS yaitu terapi stimulasi yang dilakukan dengan menstimulasi saraf transkutan secara elektris digunakan untuk nyeri akut dan kronik b) Terapi Psikologi (Baumann, 2005).
2) Farmakologi
Terapi farmakologi yang digunakan pada nyeri adalah golongan analgesik non opioid (asetaminofen, asam asetilsalisilat, dan AINS), analgesik opioid (naloxon, morfin) dan anestesi (prokain, lidokain). Selain itu dapat menggunakan obat antidepresan dan antikonvulsan (Baumann, 2005).
Tabel III. Beberapa contoh obat analgesik non opioid yang disetujui FDA
untuk diberikan pada orang dewasa (Baumann, 2005).
Golongan Nama Generik Range Dosis Penggunaan (mg)
Salisilat acetylsalisilic acid 325-650 tiap 4 jam para- 325-1000 tiap 4-6 jam
acetaminophen
Aminofenol
Fenamate asam mefenamat Dosis awal 500
250 tiap 6 jam
Acetic acid diklofenak pada beberapa pasien, initial 100;
50 3x1 per hari ketoprofen 25-50 tiap 6-8 jam;
Propionic Acids 12,5-25 tiap 4-6 jam
Obat antiinflamasi nonsteroid bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat terganggu dan mediator- mediator nyeri seperi prostaglandin, prostasiklin dan tromboksan tidak terbentuk dan proses inflamasi tidak terjadi (Lacy, Amstrong, Goldman dan Lance, 2006).
Kortikosteroid bekerja dengan menghambat fosfolipase A yaitu suatu enzim
2
bertanggung jawab terhadap pelepasan asam arakhidonat dari membran lipid sehingga dapat berfungsi untuk menekan peradangan (Katzung, 1998). Contoh obat kortikosteroid antara lain metilprednisolon yang dapat digunakan untuk antiperadangan dengan dosis 2-40 mg per hari serta deksametason yang dapat digunakan dengan dosis oral sebesar 0,5-10 mg per hari (Lacy et.al, 2006).
Gambar 1. Mekanisme Kerja AINS dan Steroid (Gebhart, 2005).
c. Tingkatan Nyeri
Menurut World Health Organization (WHO), WHO’s Pain Ladder adalah tingkatan dalam menghilangkan nyeri. Terdapat 3 tingkatan langkah yang dapat dilakukan dalam menghilangkan rasa nyeri. Jika nyeri terjadi, maka segera diberikan terlebih dahulu pemberian secara oral obat golongan nonopioid (aspirin dan paracetamol); kemudian bila perlu diberikan obat golongan opioid ringan (kodein); kemudian obat golongan opioid kuat seperti morfin, sampai pasien sembuh dari nyeri. Untuk menenangkan ketakutan dan kegelisahan pada pasien, obat-obatan adjuvant dapat ditambahkan. Utuk pemeliharaan hilangnya nyeri, obat sebaiknya digunakan by the clock bisa setiap 3-6 jam daripada bila dibutuhkan (Anonim, 2008).
Gambar 2. WHO’s Pain Ladder (Anonim, 2008).
E. Gout 1. Definisi
Gout adalah serangan akut pada sendi yang berkaitan dengan adanya kristal monosodium urat yang terdapat pada leukosit yang ditemukan pada cairan sinovial, endapan kristal monosodium urat dalam jaringan, penyakit ginjal interstisial, nefrotiliasis asam urat (Hawkins dan Rahn, 2005).
2. Patofisiologi
Asam urat merupakan hasil akhir dari metabolisme purin, suatu produk sisa yang tidak mempunyai peran fisiologi. Akumulasi yang berlebih dapat disebabkan overproduksi dan penurunan ekskresi. Purin yang menghasilkan asam urat dapat berasal dari makanan, konversi asam nukleat dalam jaringan, pembentukan purin dari dalam tubuh. Ketidaknormalan dalam sistem enzim yang mengatur metabolisme purin dapat menyebabkan overproduksi asam urat (Hawkins dan Rahn, 2005).
3. Penatalaksanaan Terapi a.
Outcome, tujuan dan sasaran terapi Outcome yang diharapkan pada terapi gout adalah penurunan kadar asam
urat dan mencegah terjadinya serangan kembali. Tujuan terapi gout adalah menghentikan serangan akut, mencegah serangan kembali mencegah komplikasi yang berkaitan dengan deposit kristal asam urat di jaringan . Sasaran dari terapi gout adalah kadar asam urat (Hawkins dan Rahn, 2005). Kadar asam urat normal dewasa untuk pria 3,4 –7 mg/dl sedangkan untuk wanita adalah 2,4-6 mg/dl (Lacy et.al, 2006).
b. Terapi
1). Non Farmakologi Mengurangi konsumsi makanan yang mengandung purin, menghindari alkohol, dan menurunkan berat badan jika obesitas.
2). Farmakologi
Obat- obat yang dapat digunakan dalam terapi gout adalah:
a). Antiinflamasi Nonsteroid (AINS) Beberapa contoh obat yang termasuk dalam golongan AINS ini adalah diklofenak, indometasin, valdecoxib, piroxicam, meloxicam, ketoprofen (Hawkins dan Rahn, 2005).
b). Kortikosteroid Beberapa contoh obat yang termasuk dalam golongan kortikosteroid antara lain kortison, hidrokortison, fluokortison, metilprednisolon, triamsinolon, betametason, deksametason.
c). Obat-obat untuk mengatasi gout
Beberapa contoh obat yang termasuk golongan ini adalah kolkisin, allopurinol, probenesid, sulfinilpirazon.
Allopurinol
Allopurinol dan metabolit utamanya oksipurinol merupakan inhibitor xantin oksidase dan memepengaruhi perubahan hipoxantin menjadi xantin dan xantin menjadi asam urat (Hawkins dan Rahn, 2005). Untuk terapi gout pada tingkat ringan dapat digunakan dosis 200-300 mg per hari, pada tingkat tinggi dapat digunakan dosis 400-600 mg per hari, untuk mengurangi kemungkinan terjadinya serangan digunakan dosis 100 mg per hari (Lacy et.al, 2006).
F. Landasan Teori
Perilaku seorang pasien dalam penggunaan obat sangat berpengaruh terhadap keberhasilan terapi. Perilaku seorang pasien dalam penggunaan obat salah satunya karena mendapat informasi dari referensi tertulis maupun dari tenaga kesehatan. Ketidaktaatan pasien dalam minum obat dapat disebabkan karena pemberian informasi yang kurang tepat, untuk itu peran tenaga kesehatan sangatlah penting. Tenaga kesehatan yang bertanggung jawab memberikan informasi obat adalah seorang farmasis. Dalam pemberian informasi seorang farmasis dapat menggunakan beberapa cara, yaitu informasi verbal, demonstrasi dengan alat visual, multimedia, maupun dengan form kepatuhan.
Penggunaan alat bantu ketaatan dan form kepatuhan dapat memberikan hasil yang lebih baik daripada pemahaman hanya dengan informasi verbal karena melibatkan lebih banyak indera sehingga akan mempermudah pasien untuk mengingat waktu minum obat. Form kepatuhan akan memungkinkan seorang pasien diingatkan untuk menggunakan obat lebih teratur. Dengan demikian pemberian informasi yang disertai alat bantu akan meningkatkan ketaatan penggunaan obat. Ketaatan penggunaan obat akan mengurangi biaya terapi, memberikan hasil terapi yang lebih baik, dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
G.
Hipotesis
Ada perbedaan ketaatan penggunaan obat pada pasien yang mendapat informasi versus pasien yang mendapat informasi plus alat bantu.
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian mengenai Perbedaan Ketaatan Pasien Rawat Jalan RS Panti Rini Yogyakarta Antara Pasien yang Diberi Informasi versus Informasi plus Alat Bantu Ketaatan Periode Juni-Juli 2009 (Kajian Terhadap Penggunaan Obat Neuromuskular) merupakan jenis penelitian eksperimental semu dengan
rancangan penelitian analitik dengan pola searah. Penelitian eksperimental semu ialah bila peneliti tidak mungkin mengontrol semua variabel luar, sehingga perubahan yang terjadi pada efek tidak sepenuhnya oleh pengaruh perlakuan (Pratiknya, 1986).
Desain ini tidak mempunyai pembahasan yang ketat terhadap randomisasi, dan pada saat yang sama dapat mengontrol ancaman-ancaman validitas. Disebut eksperimen semu karena eksperimen ini belum atau tidak memiliki ciri-ciri rancangan eksperimen yang sebenarnya, karena variabel-variabel yang seharusnya dikontrol atau dimanipulasi. Oleh sebab itu validitas penelitian menjadi kurang cukup untuk disebut sebagai eksperimen yang sebenarnya (Notoatmodjo, 2005).
Berdasarkan setting tempat penelitian ini termasuk penelitian lapangan (di komunitas). Berdasarkan bidang ilmu penelitian ini merupakan penelitian klinis komunitas, mata kuliah yang terkait meliputi Farmasi Klinis, Farmasi Sosial, Farmakoterapi, serta Komunikasi dan Konseling. Metode pengumpulan data dengan pemberian perlakukan dengan alat bantu/alat peraga dibandingkan dengan
17 kontrol. Bagian survei dilakukan dengan observasi pasien berdasarkan data hasil kunjungan ke pasien (home visit) serta wawancara dengan pasien.
B.