NILAI-NILAI PENDIDIKAN KEPEMIMPINAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM (ANALISIS KITAB I’DHOTUN NASYIIN KARANGAN SYEIKH MUSTHAFA AL-GHALAYAINI) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KEPEMIMPINAN
DALAM PERSPEKTIF ISLAM (ANALISIS KITAB
I’DHOTUN NASYIIN KARANGAN SYEIKH
MUSTHAFA AL-GHALAYAINI)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
Khikmatul Latifah
111-12-238
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2016
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KEPEMIMPINAN
DALAM PERSPEKTIF ISLAM (ANALISIS KITAB
I’DHOTUN NASYIIN KARANGAN SYEIKH
MUSTHAFA AL-GHALAYAINI)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
Khikmatul Latifah
111-12-238
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2016
Suatu bangsa takkan hidup baik tanpa pemimpin, Dan tidak ada guna pemimpin, jika orang-orang bodoh tampil menjadi pemimpin.
MOTTO
Rumah takkan bisa berdiri tegak tanpa pilar, Dan tiada pilar yang berdiri tanpa dasar,
Jika lengkap dasar dan pilar-pilar, Maka suatu saat rakyat itu sampai pada apa yang diharap.
-SYEIKH MUSTHAFA AL-GHALAYAINI-
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil ‟alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT skripsiini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada: 1. Kedua orangtua saya, Bapak Muhklasin dan Ibu Sumtini yang senantiasa memberikan nasihat dan telah mendidik saya dari kecil sampai menikmati kuliah S1 di IAIN Salatiga ini, serta tidak lelah mendoakan tanpa henti untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari.
2. Saudara-saudaraku tersayang, Ambarwati, Zahid Fatkhurrohman, dan Uslum Mufidatul Laila yang selalu mendoakan dan memberikan semangat sehingga skripsi ini bisa penulis selesaikan.
3. Sahabat-sahabatku dan seluruh keluarga besar PP Nurul Asna tercinta yang aku banggakan.
4. Bapak Mufiq, S.Ag., M.Phil. yang selalu membimbing dan memotivasi penulis.
5. Keluarga besar PAI G, dan teman-teman PAI 2012 seperjuangan.
6. Almamaterku tercinta IAIN Salatiga.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadiran Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayahnya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan tugas dan syarat yang wajib dipenuhi guna memperoleh gelar kesarjanaan pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi muhammad SAW. yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman, sehingga dapat menjadi bekal hidup kita di dunia dan di akhirat kelak.
Suatu kebanggaan tersendiri, jika tugas dapat terselesaikan dengan sebaik- baiknya. Bagi penulis, penyusunan skripsi ini merupakan tugas yang tidak ringan.
Penulis banyak hambatan yang menghadang dalam proses penyususnan skripsi ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Kalaupun akhirnya skripsi dapat terselesaikan,tentunya karena beberapa pihak yang membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya, khususnya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
3. Ibu Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan PAI
4. Bapak Mufiq, S.Ag., M.Phil. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, arahan dan bimbingan serta keikhlasan dan kebijaksanaan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibuku tercinta yang telah mencurahkan kasih sayang, do’a dan dukungan demi keberhasilan penulis.
6. Kakak-kakak dan adik tersayang yang selalu mendukung dan mendoakan.
7. Teman seperjuangan, PAI 2012, yang selama ini telah berjuang bersama.
8. Sahabat-sahabat tercinta dan teman-teman yang tidak bisa disebut satu persatu.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Atas jasa mereka, penulis hanya dapat memohon doa semoga amal mereka mendapat balasan yang lebih baik serta mendapat kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat.
Penulisan dalam hal ini juga mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembanca pada umumnya.
Salatiga, 14 September 2016 Penulis
Khikmatul Latifah 111-12-238
ABSTRAK
Latifah, Khikmatul. 2016.“Nilai-nilai Pendidikan Kepemimpinan Perspektif Islam (Analisis Kitab I‟dhotun Nasyiin Karangan Syeikh Musthafa Al- Ghalayaini)
”. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing: Mufiq, S.Ag., M.Phil.
Kata kunci:
Nilai, Pendidikan Kepemimpinan, Kitab I’dhotun Nasyiin Pada hakikatnya, semua manusia adalah pemimpin, namun kebanyakan dari mereka melupakan atau tidak tahu menahu atas apa yang menjadi tanggung jawabnya menjadi seorang pemimpin. Wewenang dan kekuasaan yang diberikan kepada seorang pemimpin tidak ringan di mata Allah, seringkali godaan setan dengan iming-iming keuntungan dunia telah memalingkan motivasi para pemimpin dari tujuan bersama. Banyak pemimpin yang hadir dengan tanpa mencerminkan sosok pemimpin yang seharusnya, terlihat adanya pemimpin- pemimpin yang jauh dari harapan rakyat, tidak peduli dengan nasib rakyat bawah, dan hampir tidak pernah berpikir untuk melayani masyarakat. Selama ini banyak sekali pemahaman yang keliru tentang arti kepemimpinan, pada umumnya orang melihat pemimpin sebagai sebuah kedudukan atau posisi semata. Akibatnya banyak orang yang mengejar untuk menjadi seorang pemimpin dengan menghalalkan banyak cara dalam mencapai tujuan tersebut.
Sehubungan dengan itu dilakukan penelitian dalam kitab I’dhotun Nasyiin dengan rumusan masalah (1) Bagaimanakah Biografi Syeikh Musthafa Al- Ghalayaini dan sistematika kitab I’dhotun Nasyiin?, (2) Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan kepemimpinan yang diajarkan dalam kitab I’dhotun Nasyiin?, (3) Bagaimanakah relevansi nilai-nilai pendidikan kepemimpinan dalam kitab I’dhotun Nasyiin dengan konteks kepemimpinan masa kini?. Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (Library Research). Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data atau bahan-bahan yang berkaitan dengan tema pembahasan dan permasalahan, yang diambil dari sumber-sumber kepustakaan.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat kami simpulkan bahwa: (1) Syeikh Musthafa Al Ghalayaini adalah pengarang kitab I’dhotun Nasyiin, Beliau merupakan seorang sastrawan Arab, penyair, orator, politikus dan jurnalis.(2) Nilai-nilai kepemimpinan yang dapat diambil dalam kitab
I’dhotun Nasyiin antara lain: (a) pemimpin harus rendah hati dan sederhana (b) pemimpin harus mempunyai sikap suka menolong (c) pemimpin harus sabar dan menjaga kestabilan emosi (d) pemimpin harus percaya pada diri sendiri (e) pemimpin harus bersikap jujur, adil dan dapat dipercaya, (3) Nilai-nilai pendidikan kepemimpinan yang terkandung dalam kitab I’dhotun Nasyiin sangat relevan dengan konteks kepemimpinan sekarang (kekinian) dan memiliki persamaan penggunaan dengan berbagai pernyataan yang rasional baik tentang materi pendidikan, metode pendidikan, dan tujuan pendidikan.
DAFTAR ISI
SAMPUL ......................................................................................................... i LEMBAR BERLOGO ..................................................................................... ii HALAMAN JUDUL ........................................................................................ iii PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iv PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... vi MOTTO ........................................................................................................... vii PERSEMBAHAN ............................................................................................ viii KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix ABSTRAK ....................................................................................................... xi DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................. 8
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 9
D. Kegunaan Penelitian .......................................................................... 9
E. Metode Penelitian .............................................................................. 11
F. Penjelasan Istilah ............................................................................... 14
G. Sistematika Penelitian ....................................................................... 19
BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Kepemimpinan...................................................................... 21
1. Pengertian Kepemimpinan ............................................................. 21 2. ............................................................................................. Kepe mimpinan Perspektif Islam............................................................ 24 3. ............................................................................................. Sifat- sifat Pemimpin............................................................................... 28 4. ............................................................................................. Fung si Kepemimpinan........................................................................... 38
B. Pemikiran Syeikh Musthafa Al Ghalayaini tentang Nilai-Nilai Pendidikan Kepemimpinan dalam Kitab I’dhotun Nasyiin ............... 41 1. ............................................................................................. Arti
Kepe mimpinan dalam kitab I’dhotun Nasyiin .............................. 41
2. ............................................................................................. Syara t- Syarat Kepemimpinan dalam kitab I’dhotun Nasyiin................. 46 3. ............................................................................................. Tipol ogi Kepemimpinan dalam kitab I’dhotun Nasyiin ........................ 48
4. ............................................................................................. Nilai Pendidikan Kepemimpinan dalam Kitab I’dhotun Nasyin .......... 51
BAB III BIOGRAFI SYEIKH MUSTHAFA AL GHALAYAINI A. Latar Belakang Penulisan Kitab I’dhotun Nasyiin ........................... 61 B. Sistematika Penulisan Kitab I’dhotun Nasyiin .................................. 62 C. Biografi Syeikh Musthafa Al-Ghalayaini dan Sosio-Kulturnya ........ 64 D. Karya-Karyanya ................................................................................. 68 E. Corak Umum Pemikiran Syeikh Musthafa Al-Ghalayaini ................ 69 F. Sinopsis Kitab I’dhotun Nasyiin ........................................................ 73 BAB IV RELEVANSI NILAI-NILAI KEPEMIMPINAN A. Analisis Nilai-nilai Pendidikan Kepemimpinan ............................... 77 B. Relevansi Nilai-nilai Pendidikan Kepemimpinan Pada Kitab Idhotun Nasyiin dengan Konteks Kepemimpinan Masa Kini ........... 84
a) ............................................................................................. Relev ansi Materi pendidikan Kepemimpinan ........................................ 85 b) ............................................................................................. Relev ansi Metode Pendidikan Kepemimpinan ...................................... 87 c) ............................................................................................. Relev ansi Tujuan Pendidikan Kepemimpinan ....................................... 91
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................................... 94 B. Saran-saran ......................................................................................... 96 C. Kata Penutup ...................................................................................... 96 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang sempurna. Seluruh ajarannya bersumber dari
wahyu Ilahi yang tidak akan bisa berubah-ubah sampai kapanpun. Allah SWT telah memberikan aturan-aturan dengan rinci. Dengan aturan-aturan itu, seluruh problem makhluk-Nya dalam situasi dan kondisi apapun dapat diselesaikan dengan memuaskan tanpa ada satupun yang yang dirugikan. Aturan-aturan Islam senantiasa memuaskan akal dan sesuai dengan fitrah manusia, sebab Islam lahir dari Dzat yang menciptakan manusia. Dia Maha Tahu atas hakikat makhluk yang diciptakan-Nya.
Konsep Islam tentang hakikat manusia secara mendasar telah diajarkan oleh Allah SWT dalam Al- Qur’an yang dikembangkan lebih lanjut oleh Nabi Muhammad SAW dalam sunnahnya. Manusia diciptakan oleh Allah selain menjadi hamba-Nya juga menjadi penguasa (khalifah) di atas bumi. Selaku hamba dan khalifah, manusia diberi kelengkapan kemampuan jasmani (biologis) dan rohaniah (psikologis) yang dapat ditumbuhkembangkan seoptimal mungkin, sehingga menjadi alat budaya, guna dalam ikhtiar kemanusiaannya untuk melaksanakan tugas kehidupan di dunia (Arifin, 1990 : 156).
Hadirnya manusia di muka bumi ini bukan atas kehendak dan kemauan sendiri, tetapi manusia diciptakan atas kehendak dan kekuasaan yang Maha Pencipta. Menurut Joko Suharto bin Matsnawi (2007:22) Diciptakannya manusia bukan tanpa maksud, tetapi sebagaimana firman Allah SWT, bahwa “Dijadikan manusia adalah untuk menjadi khalifah atau penguasa di muka bumi”. Amanat mengemban misi suci ini disebutkan dalam surat al Ahzab ayat 72:
Artinya: “Sesungguhnya kami Telah mengemukakan amanat kepada
langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul
amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah
amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat
bodoh”. (QS. Al Ahzab:72)
Amanat tersebut telah pernah ditawarkan Tuhan kepada langit, bumi dan gunung-gunung, tapi semuanya enggan untuk memikulnya karena khawatir akan mengkhianatinya. Manusialah yang suka rela menerima untuk mengemban amanat tersebut (Musbikin, 2005:79).
Manusia yang lahir dalam keadaan tidak tahu apa-apa telah diberi kemampuan termasuk akal serta pengetahuan-pengetahuan sehingga akan mampu melaksanakan tugasnya selaku khalifah atau penguasa di muka bumi ini. Dengan indra, akal, dan segenap kemampuan yang dikaruniakan Allah SWT ini, manusia mempunyai kemampuan untuk memimpin, memelihara, dan membangun kehidupan di dunia (Musbikin, 2005:22).
Islam sebagai rahmat bagi seluruh manusia, telah meletakkan persoalan pemimpin dan kepemimpinan sebagai salah satu persoalan pokok dalam ajarannya. Beberapa pedoman atau panduan telah digariskan untuk melahirkan kepemimpinan yang diridhai Allah SWT, yang membawa kemaslahatan, menyelamatkan manusia di dunia dan di akhirat kelak.
Pemimpin yang dicintai dan dipercaya serta diikuti oleh para pengikutnya adalah pemimpin yang memiliki kemampuan untuk memecahkan persoalan mereka. Ini dapat berupa masalah personal, publik, atau masalah yang berhubungan dengan kehidupan pribadi seseorang, komunitas sosial, persoalan ekonomi dan politik.
Maju mundurnya kelompok atau organisasi itu sangat tergantung oleh pemimpinnya. Seseorang pemimpin akan dikatakan berhasil jika dalam melakukan proses kepemimpinannya itu, ia mempunyai visi dan misi yang jelas. Sehingga dalam melakukan proses kepemimpinannya itu akan sesuai dengan arah yang sudah direncanakan.
Kepemimpinan adalah unsur yang tidak bisa dihindari dalam hidup ini. Sudah merupakan fitrah manusia untuk selalu membentuk sebuah komunitas. Dan dalam sebuah komunitas selalu dibutuhkan seorang pemimpin. Pemimpin adalah orang yang dijadikan rujukan ketika komunitas tersebut. Pemimpin adalah orang yang memberikan visi dan tujuan. Dalam suatu kelompok katakanlah organisasi, bila tidak mempunyai tujuan sama saja dengan membubarkan organsasi tersebut. Hal terebut bahkan berlangsung sampai kedalam tataran Negara. Dan hanya pemimpinlah yang mampu mengatur dan mengarahkan semua itu. Dan sejarah teori kepemimpinan menjelaskan bahwa kepemimpinan yang dicontohkan Islam adalah model terbaik. Model kepemimpinan yang disebut sebagai Prophetic
leadership yang contoh nyatanya adalah orang teragung sepanjang sejarah
kemanusiaan yaitu Rasullullah SAW.Pentingnya pemimpin dan kepemimpinan ini perlu dipahami dan dihayati oleh setiap umat Islam di negeri yang mayoritas warganya beragama Islam ini. Pada prinsipnya menurut Islam setiap orang adalah pemimpin, Ini sejalan dengan fungsi dan peran manusia di muka bumi sebagai khalifatullah, yang diberi tugas untuk senantiasa mengabdi dan beribadah kepada-Nya.
Setiap manusia adalah pemimpin, namum kebanyakan dari mereka melupakan atau tidak menahu atas apa yang menjadi tanggungjawabnya sebagai seorang pemimpin, sehingga para penganutnya tidak terurusi. Manusia seperti itu telah lalai di dalam hidupnya dan kelak akan dimintai pertanggung jawaban atas segala perbuatan yang telah mereka lakukan.
Pernyataan tersebut berkaitan dengan hadits nabi yang berbunyi:
يبل ٞش٘ضٌا ٓع ظٔٛ٠ بٔشبخأ يبل الله ذبع بٔشبخأ يبل ذّسِ ٓب ششب بٕثذز
ٍٝص الله يٛعس ْأ بّٕٙع الله ٟضس شّع ٓب ٓع الله ذبع ٓب ٌُبع بٔشبخأ
عاس َبِلإاٚ ٗت١عس ٓع يٚإغِ ُىٍوٚ عاس ُىٍو: يٛم٠ ٍُع ٚ ٗ١ٍع الله
ٗت١عس ٓع يٚإغِ ٛ٘ٚ ٍٗ٘أ ٟف عاس ًخشٌاٚ ٗت١عس ٓع يٚإغِٚ
يبِ ٟف عاس َدبخٌاٚ بٙت١عس ٓع تٌٚإغِٚ بٙخٚص ت١ب ٟف ت١عاس ةأش ٌّاٚ
يبِ ٟف عاس ًخشٌاٚ يبل ذل ْأ تبغزٚ يبل . ٗت١عس ٓع يٚإغِٚ ٖذ١ع
ٖاٚس( ٗت١عس ٓع يٚإغِٚ عاس ُىٍوٚ ٗت١عس ٓع يٚإغِٚ ٗ١بأ
)ٜسبخبٌاArtinya: “Telah menceritakan kepada kami Bisyr ibn Muhammad, dia berkata : “Telah mengabarkan kepada kami „Abdullah”, dia berkata :
“Telah mengabarkan kepada kami Yunus dari Zuhriy”, dia berkata :
“Telah mengabarkan kepada kami Salim ibn „Abdillah dari Ibn Umar r.a”
Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : “Kalian adalah pemimpin, dan
akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Penguasa
adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas
kepemimpinannya. Suami adalah pemimpin keluarganya, dan akan dimintai
pertanggungjawaan atas kepemimpinannya. Istri adalah pemimpin di
rumah suaminya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas
kepemimpinannya. Pelayan adalah pemimpin dalam mengolah harta
tuannya, dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang
kepemimpinannya. Oleh karena itu kalian sebagai pemimpin akan dimintai
per tanggungjawaban atas kepemimpinannya.”HR. Bukhari (Albani, 2006:357).Di dalam konsep Islam, seorang pemimpin menempati kedudukan yang sangat fundamental. Ia menempati posisi tertinggi dalam bangunan masyarakat Islam. Dalam kehidupan berjama’ah, pemimpin ibarat kepala dari seluruh anggota tubuhnya. Ia memiliki peranan yang strategis dalam pengaturan pola (minhaj) dan gerakan (harakah). Kecakapan dalam kepemimpinan akan mengarahkan ummatnya kepada tujuan yang ingin dicapai, yaitu kejayaan dan kesejahteraan ummat dengan ridha Allah SWT seperti dalam QS. Al-Baqarah ayat 207:
“Dan diantara manusia ada orang
yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah dan Allah
Maha Penyayang kepada hamba-hamba- (Al-Baqarah:207).Nya”
Sebenarnya pemimpin yang harus diteladani adalah Rasulullah , karena semua yang beliau lakukan adalah berasal dari al- Qur’an. Beliau mendidik umatnya agar menjadi pemimpin yang berakhlak seperti apa yang beliau ajarkan kepada umatnya yaitu mengikuti al- Qur’an dan as-Sunnah.
Nabi Muhammad mempunyai semua kualitas kepemimpinan yang diperlukan untuk keberhasilannya dalam segala aspek kehidupan. Akan tetapi yang lebih penting lagi adalah beliau mampu memimpin umatnya menuju keberhasilan di segala bidang. Beliau adalah sumber yang mengalirkan semua perkembangan selanjutnya yang berhubungan dengan komando, kenegaraan, agama, perkembangan spiritual dan sebagainya di seluruh dunia muslim. Beliaulah kiblat dari semua pendidik sekaligus pemimpin bagi umat Islam di dunia ini (Gulen, 2002:290).
Fenomena kehidupan sekarang ini yang semakin bobrok saja moral dan mentalnya. Ibaratnya, semakin sulit mencari pemimpin yang baik (good
leader) . Banyak pemimpin yang hadir dengan tanpa mencerminkan sosok
pemimpin yang seharusnya, malah terlihat adanya pemimpin-pemimpin yang jauh dari harapan rakyat, tidak peduli dengan nasib rakyat bawah, dan hampir tidak pernah berpikir untuk melayani masyarakat. Karena kepemimpinan mereka lebih dilandasi pada keinginan pribadi dan lebih mengutamakan kepentingan kelompok.
Saat ini banyak sekali pemimpin-pemimpin yang muslim bahkan tidak sedikit yang menggunakan Islam sebagai identitas khasnya, tetapi malah menjadi petualang politik yang tidak berakhlak. Bahkan tidak sedikit pemimpin kita yang tampil ke tengah-tengah masyarakat dengan slogan memperjuangkan Islam dan kaum muslimin, namun nyatanya bertindak korupsi dan memalukan umat Islam sendiri di tengah-tengah publik.
Banyak pemimpin yang pada awalnya bertekad untuk selalu berbuat adil. Keadilan ditegakkan tidak pandang bulu, jika ada yang melakukan kesalahan, siapapun orang tersebut akan diproses dan diadili sesuai dengan hukum yang berlaku. Hal itu disosialisasikan misalnya pada saat masa kampanye politik. Pada awal masa pemerintahannya, boleh jadi masih terlihat ketegasan dalam menjalankan sifat keadilan. Namun, lambat laun, seiring dengan waktu, tekad itupun sirna sedikit demi sedikit, lalu tampaklah sifat otoriternya. Sikapnya sudah melampaui batas. Manusia menjadi angkuh dan semena-mena atas kekuasaan yang dipegangnya. Pantaslah jika Allah mengkritik sifat tersebut dengan firman-Nya:
Artinya: “Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, Karena dia melihat dirinya serba cukup”.(QS. Al-Alaq:6-
7)
Sudah lama umat Islam yang merupakan mayoritas penduduk di Indonesia mendambakan pemimpin Islami dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Kepemimpinan Islami di sini adalah sikap kepemimpinan yang berasaskan norma-norma Islam seperti halnya bersikap adil, amanah, tabligh dan lain sebagainya. Meskipun di Indonesia ini kaum muslimin merupakan mayoritas, namun sikap Islami dalam kepemimpinan belumlah tampak dalam kehidupan sehari-hari sehingga kita dapat dengan mudah melihat tampilannya pemimpin muslimin yang tidak amanah, bahkan terseret dalam pola politik “menghalalkan segara cara” (Zaenudin, 2002:7).
Berdasarkan fenomena di atas maka penulis terdorong mengkaji lebih lanjut tentang
“NILAI-NILAI PENDIDIKAN KEPEMIMPINAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM (ANALISIS K
ITAB I’DHOTUN NASYIIN KARANGAN SYEIKH MUSTHAFA AL- GHALAYAINI)”.
B. Rumusan Masalah
Mengacu pada uraian di atas, maka permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Biografi Syeikh Musthafa Al-Ghalayaini dan sistematika kitab I’dhotun Nasyiin?
2. Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan kepemimpinan yang diajarkan dalam kitab I’dhotun Nasyiin?
3. Bagaimanakah relevansi nilai-nilai pendidikan kepemimpinan dalam kitab I’dhotun Nasyiin dengan konteks kepemimpinan masa kini?
C. Tujuan Penelitian
Berangkat dari latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas, maka dapat ditetapkan beberapa tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Biografi Syeikh Musthafa Al-Ghalayaini dan sistematika kitab I’dhotun Nasyiin.
2. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan kepemimpinan dalam perspektif Islam yang diajarkan dalam kitab I’dhotun Nasyiin.
3. Untuk mengetahui relevansi nilai-nilai pendidikan kepemimpinan dalam kitab I’dhotun Nasyiin dengan konteks kepemimpinan masa kini.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun penelitian atau pembahasan terhadap masalah tersebut di atas mempunyai maksud agar berguna sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
a. sumbangan pemikiran ilmu tentang pendidikan Memberikan kepemimpinan, terutama mengenai nilai-nilai pendidikan kepemimpinan dalam perspektif Islam yang diajarkan dalam kitab I’dhotun Nasyiin.
b. ini memiliki relevansi dengan Ilmu Agama Islam Penelitian khususnya Program Studi Pendidikan Agama Islam, sehingga hasil pembahasannya berguna menambah literatur atau bacaan tentang nilai-nilai pendidikan kepemimpinan dalam perspektif Islam dalam kitab I’dhotun Nasyiin.
c. Penelitian ini semoga dapat memberikan kontribusi positif bagi masyarakat sebagai calon pemimpin khususnya d. penulis untuk mengetahui dan mendalami nilai-nilai pendidikan kepemimpinan dalam perspektif Islam yang diajarkan dalam kitab
I’dhotun Nasyiin. Dengan ini diharapkan dapat memperluas kepustakaan yang dapat menjadi reverensi penelitan-penelitian setelahnya.
2. Manfaat Praktis Memberikan kontribusi positif untuk dijadikan pertimbangan berfikir dan bertindak. Secara khusus penelitian ini dapat dipergunakan sebagai berikut: a. Dapat menjadi inspirasi bagi calon pemimpin dalam mensosialisasikan nilai-nilai kepemimpinan di masyarakat sesuai dengan aturan ajaran agama Islam.
b. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan acuan khususnya bagi para calon pemimpin agar dapat mengaplikasikan nilai-nilai kepemimpinan Islam dalam kehidupan sehari-hari.
c. Dengan skripsi ini, juga diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penulis sendiri.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini tergolong penelitian pustaka (library research), karena semua yang digali adalah bersumber dari pustaka. Penulis mengacu pada pendapat M. Arifin (1990:135) yang menyebutkan bahwa penelitian literatur dimaksudkan sebagai studi kepustakaan, karena penulis meneliti dan menggali datanya dari bahan-bahan tertulis. Di mana data-data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah berbagai tulisan yang temanya sama dengan judul yang diangkat.
Dengan mengumpulkan data-data yang diperlukan, baik yang primer maupun yang sekunder, dicari dari sumber-sumber kepustakaan (seperti buku, majalah, artikel dan jurnal) (Kuswaya, 2011:11).
Berkaitan dengan jenis penelitian literatur, pengumpulan data pada penulisan ini, penulis menggunakan metode studi kepustakaan dari buku-buku yang berkaitan langsung dengan pokok permasalahan dimulai dengan mengumpulkan kepustakaan, pertama-tama dicari segala buku yang ada mengenai tokoh dan topik yang bersangkutan (Bakker, 1990:63).
2. Sumber Data Adapun sumber data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah: a. Sumber data primer Sumber data primer adalah sumber data utama yang akan dikaji dalam permasalahan. Karena sifat dan penelitian literatur, maka datanya bersumber dari literature. Adapun yang menjadi sumber data primer adalah kitab I’dhotun Nasyiin dan Terjemah I’dhotun Nasyiin.
b. Sumber data sekunder Data sekunder yang diambil dalam penelitian ini yaitu data yang mengandung dan melengkapi sumber-sumber data primer.
Adapun sumber data sekunder berupa buku-buku kepemimpinan, internet, dan informasi lainnya yang berhubungan dengan judul skripsi ini.
3. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library
Research) . Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam
penelitian ini adalah dengan mencari dan mengumpulkan buku yang menjadi sumber data primer yakni kitab Idhotun Nasyiin dan data sekunder yakni terjemah Idhotun Nasyiin, buku Pemimpin dan Kepemimpinan dan buku-buku serta kitab yang relevan lainnya. Setelah data terkumpul, maka dilakukan penelaah secara sistematis dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti, sehingga diperoleh data/informasi untuk bahan penelitian.
4. Metode Analisis Data Objek penelitian ini adalah buku-buku atau literatur yang termasuk dalam kategori penelitian kepustakaan sebagai datanya. Metode penulisan data yang digunakan penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah: a. Deduktif
Metode yang digunakan untuk menjelaskan nilai pendidikan kepemimpinan adalah metode deduktif sesuai dengan yang telah dicanangkan pemerintah yaitu tentang kepemimpinan. Yang dimaksud metode deduktif adalah metode berfikir yang didasarkan pada pengetahuan umum dimana kita hendak menilai suatu kejadian yang khusus (Hadi, 1990:42).
b. Induktif Metode yang digunakan adalah metode induktif guna mengkaji data yang telah didapat yang terkait dengan nilai pendidikan kepemimpinan yang telah dipaparkan oleh Syeikh Musthafa Al- Ghalayaini dalam kitab Idhotun Nasyiin dan dikaitkan dengan relevansi kekinian. Metode induktif adalah metode berfikir yang berangkat dari fakta-fakta peristiwa khusus dan konkret, kemudian ditarik generalisasi-generalisasi yang bersifat umum (Hadi, 1990:42).
F. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan tehadap judul penelitian ini, maka penulis perlu untuk menjelaskan istilah-istilah yang terdapat dalam judul ini antara lain: 1. Nilai Pendidikan
Nilai dalam bahasa Inggris value yang berarti quality of being
useful or desirable (Hornby, 1974:950) dan dalam bahasa Latin valere
yang berarti berguna, mampu akan, berdaya, berlaku dan kuat. Nilai adalah sesuatu yang dipandang baik, disukai, dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang sehingga preferensinya tercemin dalam perilaku, sikap, dan perbuatan-perbuatan (Maslikhah, 2009:106).
Nilai- nilai berasal dari kata “nilai” dapat diartikan dengan sifat- sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan (Poerwadarminta, 2006:801). Dalam definisi lain yang di sampaikan Noor Syam. Bahwa nilai adalah suatu penetapan atau suatu kualitas yang menyangkut suatu jenis apresiasi atau minat, sehingga nilai merupakan suatu otoritas ukuran dari subjek yang menilai, dalam artian koridor keumuman dan kelaziman dalam batas-batas tertentu yang pantas bagi pandangan individu dan sekelilingnya.
Pendidikan merupakan usaha membimbing dan membina serta bertanggung jawab untuk mengembangkan intelektual pribadi anak didik ke arah kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari- hari (Armai, 2002:40). Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar untuk meyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang (Mansur, 2004:57). Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang di perlukan dirinya, bangsa dan negara (Maslikhah, 2009:130).
Me nurut pandangan Islam bahwa “Pendidikan” adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dengan tujuan memelihara dan mengembangkan fitrah insani menuju terbentuknya manusia seutuhnya
(insan kamil) .
Dalam bahasa Arab “pendidikan” itu sama dengan at-Tarbiyyah, sedangkan menurut Abdurrahman An-Nahlawi bahwa kata At-Tarbiyah berasal dari tiga bentuk. Pertama kata
“Robbaa-yarbuu” yang berarti
bertambah tumbuh. Kata kedua
“Robiya-yarba” yang berarti menjadi
besar dan yang ketiga adalah kata
“robba-yarubbu” yang berarti menuntun, menjaga dan memelihara (Abdurrahman, 1992:31).
Menurut Syeikh Mustafa al-Ghalayaini pendidikan bukanlah sekedar mengasuh, memelihara atau mendidik anak didik, namun pendidikan merupakan pengembangan pengetahuan, ketrampilan, maupun kepandaian yang melalui adanya pengajaran, latihan-latihan atau pengalaman-pengalaman. Lebih lanjut anak didik secara bertahab dengan memperhatikan usia kemampuan anak (al-Ghalayaini, t.t:189).
Dari beberapa pendapat di atas dapat dirumuskan bahwa nilai pendidikan merupakan batasan segala sesuatu yang mendidik ke arah kedewasaan, bersifat baik maupun buruk sehingga berguna bagi kehidupannya yang diperoleh melalui proses pendidikan. Proses pendidikan bukan berarti hanya dapat dilakukan dalam satu tempat dan suatu waktu. Dihubungkan dengan eksistensi dan kehidupan manusia, nilai pendidikan diarahkan pada pembentukan pribadi manusia sebagai makhluk individu, sosial, religius, dan berbudaya.
2. Kepemimpinan Kepemimpinan adalah suatu proses interaksi sosial untuk mempengaruhi. Teknisnya adalah mempengaruhi bagian-bagian dalam organisasi. Dalam hal ini berupa perilaku sengaja yang dijalankan oleh seseorang untuk mengatur aktivitas, pekerjaan dan cara-cara berhubungan di dalam sebuah kelompok/organisasi/lembaga, dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan (Karim, 2010:14).
Adapun kepemimpinan menurut Syeikh Musthafa Al-Ghalayaini “Ummat tidak mungkin memiliki sutu negara yang kokoh dan kuat, tentram dan sejahtera, kecuali kalau di kalangan mereka itu ada pemimpin, kepala, penganjur, pembimbing dan sebagainya yang semakna dengan itu. Tugas orang-orang itu ialah menggerakan ummatnya di kala ummatnya itu dalam keadaan lumpuh tidak berdaya, meluruskan mereka, baik kelakuan yang tampak atau akhlak dan tatakrama di kala menyimpang dan menyeleweng, menarik mereka di kala mereka jatuh dan menunjukkan jalan yang benar di kala mereka dalam keadaan tersesat. Empat itulah tugas pokok bagi setiap pemimpin ummat ” (Al-Ghayalayaini, 2002:145).
Dari pengertian di atas dapat ditarik, kesimpulan bahwa kepemimpinan merupakan suatu hubungan proses mempengaruhi yang terjadi dalam suatu komunitas yang diarahkan untuk tercapainya tujuan bersama. Karena kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi, maka seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan dalam bidang yang dipimpinnya, contoh kepala sekolah harus mempunyai kompetensi yang cukup dalam kependidikan agar mampu mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya dalam mewujudkan visi dan misi kepemimpinannya.
Sedangkan kepemimpinan Islam adalah konsep yang tercantum dalam al- Qur’an dan as-Sunnah, yang meliputi kehidupan manusia dari pribadi, berdua, kelompok, keluarga, bahkan sampai umat manusia.
Konsep ini mencakup baik cara-cara memimpin maupun dipimpin demi terlaksananya ajaran Islam untuk menjamin kehidupan yang lebih baik di dunia dan akhirat sebagai tujuannya.
3. Perspektif Islam Dalam kamus Bahasa Indonesia Kontemporer perspektif diartikan dengan sudut pandang atau pandangan (Depdikbud, 1995:1060).
Sedangkan Islam adalah ajaran atau petunjuk Allah. Selain dari pada itu,
Islam juga diartikan damai, tentram, atau agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw, dengan kitab suci Al-
Qur’an. Arti utama kata tersebut adalah tenang, diam, telah menunaikan kewajiban, dan memenuhi kedamaian yang sempurna. Adapun arti lainnya adalah berserah diri pada Tuhan pencipta kedamaian (Ali, 2008:157-158).
Dilihat dari segi bahasa, al-Islam memiliki akar kata yang sama dengan as-Salam, yang berarti perdamaian. Kata al-Islam dan as-Salam sama-sama berasal dari akar kata sa-li-ma, yang berarti selamat dari bahaya atau terbebas dari gangguan. Dari kata itu terbentuk aslama yang artinya menyerahkan diri atau tunduk dan patuh (Madkour, 319). Sebagaimana firman Allah SWT QS. Al- baqarah:112
demikian) bahkan barangsiapa yang Artinya:“(Tidakmenyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, Maka
baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati ”. (QS. Al-Baqarah:112).
Dari kata aslama itu terbentuk kata Islam. Pemeluknya disebut
Muslim . Orang yang memeluk Islam berarti menyerahkan diri kepada
Allah dan siap patuh kepada ajaran-Nya (Razak, 1986:56-57). Sehingga dari beberapa pendapat diatas dapat diketahui bahwasannya perspektif
Islam mempunyai arti segala sesuatu yang ditelaah melalui sudut pandang Islam.
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Untuk memberikan gambaran yang jelas dan menyeluruh sehingga pembaca nantinya dapat memahami tentang isi skripsi ini degan mudah, penulis berusaha memberikan sistematika penulisan dengan penjelasan secara garis besar. Skripsi ini terdiri dari lima bab yang masing-masing saling berkait yaitu sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, Dalam hal ini penulis menjabarkan pokok permasalahan yang mencakup Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan Skripsi.
BAB II Landasan Teori, berisi tentang Diskripsi Pemikiran Syeikh Musthafa al-Ghalayaini tentang Nilai-Nilai Pendidikan Kepemimpinan dalam perspektif Islam yang di ajarkan dalam Kitab I’dhotun Nasyiin.
BAB III Biografi Syeikh Musthafa al-Ghalayaini, Dalam hal ini memuat beberapa pembahasan yang mencakup Latar Belakang Penulisan Kitab I’dhotun Nasyiin, Sistematika Penulisan Kitab I’dhotun Nasyiin, Biografi Syeikh Musthafa al-Ghalayaini dan konteks Sosio Kulturnya, karya-karyanya, corak umum pemikiran Syeikh Musthafa al-Ghalayaini, sinopsis Kitab I’dhotun Nasyiin.
BAB
IV berisi tentang Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan Kepemimpinan dalam Perspektif Islam dalam Kitab I’dhotun Nasyiin dengan Konteks Kepemimpinan Masa Sekarang.
BAB V berisi tentang Penutup, Kesimpulan dan Saran. Bab penutup memuat kesimpulan penulis dari pembahasan skripsi ini, saran-saran dan kalimat penutup yang sekiranya dianggap penting dan daftar pustaka.
BAB II LANDASAN TEORI Kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari kepemimpinan baik
menyangkut kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial. Selama menjalani masa hidupnya pasti seorang manusia telah melewati sebuah peran sebagai orang yang dipimpin maupun menjadi seorang pemimpin. Kepemimpinan merupakan sebuah fenomena universal. Siapa pun menjalankan tugas-tugas kepemimpinan, manakala dalam tugas itu dia berinteraksi dengan orang lain.
A. Konsep Kepemimpinan 1. Pengertian Kepemimpinan
Dalam kamus lengkap bahasa Indonesia, kepemimpinan berasal dari kata “pimpin” yang berarti tuntunan, bimbingan, hasil memimpin.
Kepemimpinan yaitu tindakan atau perbuatan seseorang yang menyebabkan seseorang atau kelompok lain menjadi bergerak ke arah tujuan-tujuan tertentu. Seseorang dikatakan sebagai pemimpin apabila orang itu dapat mempengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku orang lain, baik dalam bentuk individu, maupun kelompok untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Makna kata “kepemimpinan” erat kaitannya dengan kata “memimpin”. Kata memimpin mengandung makna yaitu kemampuan untuk menggerakkan segala sumber yang ada pada suatu organisasi sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Jika pengertian secara harfiah yang tersaji di atas terkait dengan kata kerja yaitu memimpin, maka masih terdapat pengertian harfiah lainnya yang melekat pada kata atau konsep tersebut. Pemaknaan lain terkait dengan pengertian harfiah tersebut dapat dikupas dari aspek subjek atau pihak yang menjadi pelaku dalam kepemimpinan. Artinya kepemimpinan juga harus dipahami dari sisi pelaku kepemimpinan, yang disebut dengan istilah leader (pemimpin), yaitu orang yag melakukan aktivitas atau kegiatan untuk memimpin. Pemimpin merupakan orang yang menjalankan kepemimpinan atau dapat dimengerti sebagai a person who leads others a long way guidance (Utomo, 2008:10).