Rekoleksi untuk melengkapi pembinaan katekumen di Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta - USD Repository

  

REKOLEKSI UNTUK MELENGKAPI PEMBINAAN KATEKUMEN

DI PAROKI KRISTUS RAJA BACIRO YOGYAKARTA

S K R I P S I

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Disusun oleh:

  M. Indah Puspitarini NIM: 031124025

  PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  

REKOLEKSI UNTUK MELENGKAPI PEMBINAAN KATEKUMEN

DI PAROKI KRISTUS RAJA BACIRO YOGYAKARTA

S K R I P S I

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Disusun oleh:

  M. Indah Puspitarini NIM: 031124025

  PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini kupersembahkan kepada: Gereja, secara khusus Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta yang telah memberiku tempat untuk belajar

  Bapak, Ibu, Mas, Mbak, Ponakan, dan Sahabatku yang selalu memberi semangat dan menguatkanku dalam berbagai keadaan Para pemb imbing dan almamaterku tercinta yang memberiku kepercayaan untuk bertindak secara bijaksana

  Seluruh umat dan pihak-pihak yang mendukungku dalam karya dan hidup.

  

MOTTO

  ”Kunyah dengan lembut, nikmati, siap menerima rasa lain, dan tetap berharap untuk rasa manis yang akan diberikan-Nya”

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : M. Indah Puspitarini Nomor Mahasiswa : 031124025

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

REKOLEKSI UNTUK MELENGKAPI PEMBINAAN KATEKUMEN DI PAROKI KRISTUS RAJA BACIRO YOGYAKARTA

  beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupaun memberikan royalty kepada saya selamA tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyatan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 31 Maret 2008 Yang menyatakan (M. Indah Puspitarini)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 27 Februari 2008 Penulis,

  M. Indah Puspitarini

  

ABSTRAK

  Skripsi ini berjudul REKOLEKSI UNTUK MELENGKAPI PEMBINAAN

KATEKUMEN DI PAROKI KRISTUS RAJA BACIRO YOGYAKARTA.

Penyusunan skripsi berawal dari pengalaman penulis yang melihat dan merasakan berbagai hal yang “aneh” pada Gereja, secara khusus umat yang banyak dijumpai. Penulis merasakan keanehan itu dan timbul pertanyaan ketika menyadari diri sebagai orang Katolik dan mendengar cerita orang Katolik lainnya yang mengalami berbagai tantangan dikarenakan agama nya Katolik. Kejadian seperti ini banyak terjadi, baik dalam dunia kerja maupun relasi antar pribadi di masyarakat, tetapi cukup mengherankan bahwa masih ada orang-orang yang ingin menjadi Katolik. Selain rasa heran terhadap keinginan orang menjadi Katolik, penulis juga melihat keadaan umat Katolik sendiri yang memprihatinkan, berkaitan dengan kurang terlibatnya mereka dalam kegiatan gerejawi.

  Menjadi Katolik bukanlah sekedar menerima Sakramen Baptis dan dinyatakan resmi sebagai anggota Gereja, melainkan juga menerima dan menjalankan konsekuensinya. Umat Katolik juga harus menjalani hidup menggereja sesuai dengan yang diteladankan oleh para murid Kristus. Hidup menggereja merupakan hidup yang menampakkan karya Allah, baik di lingkungan Gereja maupun masyarakat. Dengan demikian, baik umat Katolik yang dibaptis saat bayi maupun setelahnya harus menjalankannya. Banyak orang Katolik menginginkan yang enak saja, semaunya sendiri dan mengabaikan orang lain bahkan menjadi kebiasaannya melakukan hal semacam itu. Hal semacam inilah yang ternyata sering menghambat keterlibatan umat Katolik lain dalam berbagai kegiatan. Kegiatan yang sebenarnya bermanfaat dan berdampak positif bagi kehidupan jasmani dan rohani umat Katolik, sekilas dilihat tidak menarik, sering dihindari bahkan ditolak. Hal semacam ini membuat umat Katolik yang bersangkutan semakin jarang berkegiatan bersama dan akibat buruk yang bisa terjadi, semakin lemahnya iman dan perasaan sendiri, ketika mengalami masalah yang pelik dalam hidup.

  Penulis ingin menge tahui lebih banyak, bagaimana keterlibatan baptisan baru dewasa dalam berkegiatan gerejawi, maka penulis mengadakan penelitian dan dari sana beberapa hal sebagai hasil dari penelitian ini akhirnya ditindaklanjuti oleh penulis. Sejumlah baptisan baru dewasa yang ditemui penulis mengakui ketidakaktifan mereka dalam kegiatan gerejawi dikarenakan beberapa hal dan penulis menggelompokkannya menjadi tiga. Berdasarkan tiga golongan permasalahan tersebut, penulis mengupayakan antisipasinya yang disusun dalam suatu pembinaan dengan model rekoleksi. Pembinaan dengan model rekoleksi ini diberikan kepada orang-orang yang ingin menjadi Katolik dan sedang dalam masa pembinaan. Pembinaan ini memang tidak dilakukan kepada baptisan baru karena mereka sudah kurang terlibat dan akan amat sulit untuk mengumpulkan mereka dalam sua tu kegiatan bersama. Maka, untuk mengantisipasi agar baptisan baru yang akan datang tidak seperti baptisan baru yang dijumpai oleh penulis, dilakukanlah rekoleksi sebagai pelengkap pembinaan katekumen yang sudah rutin dilaksanakan.

  

ABSTRACT

  This thesis is titled THE RECOLLECTION FOR THE COMPLETION

  

OF CATECHUMEN’S FORMATION IN CHRIST THE KING PARISH OF

BACIRO, YOGYAKARTA. The writing started from the experience of the

  author when she saw and felt sorts of things in the Church that seem strange, especially among the people of God. She felt the strange and questioned since being realized as a Catholic and knowing other Catholic’s experiences of being challenged because of their being, as a catholic. The fact of being challenged happen many times, in work and in daily interpersonal relationship in the society, but it’s such a surprise that there are many people want to be a Catholic. Further, I saw the anxious condition within the church herself regarding to less of involving among Catholics in the church’ ministries.

  Being a catholic is not merely accepting the Baptism and being declared formally to be a member of the church, but a catholic also accepts the consequences of being a catholic. Catholics must live out the church’ life as the Christ’ disciples did. Living out the Church’ Life is a life shows God’s work to the church and to the society. Thus, a catholic, whenever he or she was baptized, must live out the life. Many Catholics want a pleasant, egoist life, and therefore neglect other people. It often obstructs catholic to involve in varied activities, actually. The activity that is actually useful and positive for body and soul of a catholic is seen as an unattractive one and (is) avoided, even refused. This kind of fact makes catholic rarely involves in any activity, bad effect possibly happened, such as the weakness of faith when catholic faces problems in life.

  The author wants to know further, how the participation of an adult new baptized. Therefore, she made an observation. She worked with the data from the observation and fo llowed-up the data at the end. Some adult new baptized, whom she met, admired that their inactiveness in the church’ ministries because of some things, which she divides into three groups. Based on the three groups of the problem, she try to anticipate the problem in the form of a formation with the recollection as the model. The formation with the recollection as the model is given to people who want to be a catholic and are in the formation itself. This formation is not for the new baptized because they have not been involved anymore and it would not be easy to gather them again in an activity. Therefore, to anticipate the next new baptized is not going to be like some new baptized she met, the recollection as a completion for the catechumen’s fo rmation must be done.

KATA PENGANTAR

  Penulis mengucapkan syukur dan pujian kepada Allah Bapa, Putera, dan Roh Kudus atas kasih melimpah yang boleh diterima. Secara khusus, kasih-Nya dirasakan penulis selama penyusunan skripsi ini, hingga ada akhirnya penulis berhasil menyelesaikannya. Penulis merasakan bimbingan-Nya dalam setiap langkah, ucapan, karya tangan, dan tindakan lainnya. Tanpa kesetiaan-Nya, penulis tidak dapat melakukan hal-hal yang berarti, positif, dan berguna baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.

  Skripsi ini disusun karena keprihatinan penulis terhadap ketidakaktivan banyak umat Katolik dalam kegiatan gerejawi. Banyak orang Katolik yang tidak menjalankan tugasnya sebagai orang Katolik. Setelah menemukan fakta hasil dari penelitian, akhirnya penulis berbuat sesuatu untuk mengatasinya. Tindakan itu berupa usulan kegiatan pembinaan dengan model rekoleksi yang diberikan kepada katekumen sebagai penyempurnaan atas pembinaan yang biasanya dilaksanakan, agar mereka lebih terlibat dalam kegiatan gerejawi daripada baptisan baru yang dijumpai penulis.

  Penulis kembali bersyukur mengingat selesainya penyusunan skripsi ini dan ditemukannya usaha untuk menanggapi permasalahan di atas. Penulis menyadari segala keterbatasannya. Tanpa bantuan banyak pihak, kiranya penulis akan merasakan lebih banyak kesulitan. Maka, pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Pastor dan umat Paroki Kristus Raja Baciro yang terbuka atas kehadiran penulis dan bersedia memberikan informasi yang diperlukan, secara khusus baptisan baru yang menyediakan waktunya dan hati dalam membagikan pengalamannya sehingga semakin memperkaya dan meneguhkan penulis akan imannya 2. Romo Drs. H.J. Suhardiyanto, SJ yang senantiasa membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini, dengan segala kerelaan memberikan perhatian, waktu, motivasi, sumbangan pemikiran, dan hal- hal baru yang positif sehingga penulis semakin ”kaya ” dan dapat menyelesaikan skripsi ini dengan semangat

  3. Bapak Y.H. Bintang Nusantara, SFK yang senantiasa membimbing dan memotivasi secara tidak langsung sehingga penulis semakin terpacu untuk menyelesaikan skripsi 4. Ibu Dra. J. Sri Murtini, M.Si selaku dosen penguji dan yang masih menyediakan diri untuk mendampingi dalam penelitian

  5. Romo Kaprodi, seluruh staf dosen-karyawan, dan almamater IPPAK-USD yang memberi semangat bagi penulis untuk segera menyelesaikan tugas akhir, penyusunan skripsi ini 6. Bapak, Ibu, Mas-mas, Mbak-mbak, ponakan-ponakan, dan sahabat yang selalu mendukung dan memberi semangat, terutama saat penulis hampir putus asa sehingga penulis kembali memiliki semangat untuk melanjutkan karya tulis ini yang menjadi tanggung jawab penulis

  7. Teman-teman angkatan 2003 yang sebagian, ketika penulis dalam proses penyelesaian skripsi, telah meninggalkan kota Yogyakarta. Meskipun jauh secara fisik, tetapi penulis yakin bahwa persaudaraan sejati yang tetap tertanam dalam hati mereka selalu memberi dorongan untuk tetap semangat dan segera menyelesaikan tugas akhir ini.

  Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung dengan penuh kasih, yang pada kesempatan ini tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga hati banyak orang senantiasa terbuka menerima dan membagikan kasih Allah yang diberikan kepada umat-Nya. Penulis juga mengharap saran dan kritik dari siapa pun juga yang membaca skripsi ini, karena penulis menyadari keterbatasannya. Semoga dengan saran dan kritikan tersebut, penulis semakin berkembang dan lebih baik dalam menyelesaikan karya-karya lainnya.

  Yogyakarta, 27 Februari 2008 Penulis,

  M. Indah Puspitarini

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv HALAMAN MOTTO ...................................................................................... v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................... vi ABSTRAK ....................................................................................................... vii ABSTRACT..................................................................................................... viii KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix DAFTAR ISI.................................................................................................... xii DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xv

  BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1 A. Latar Belakang............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah........................................................................ 4 C. Tujuan Penulisan.......................................................................... 4 D. Manfaat Penulisan........................................................................ 5 E. Metode Penulisan......................................................................... 6 F. Sistematika Penulisan.................................................................. 6 BAB II. SAKRAMEN BAPTIS DALAM GEREJA KATOLIK .................... 8 A. Sakramen Secara Umum.............................................................. 8 1. Pengertian Sakramen............................................................ 8 2. Sakramen-Sakramen Dalam Gereja..................................... 10 3. Unsur-Unsur Sakramen........................................................ 14 B. Sakramen Baptis .......................................................................... 19 1. Sakramen Inisiasi................................................................. 19 2. Pengertian dan Makna Sakramen Baptis ............................. 20 3. Perutusan Umat yang Telah Dibaptis .................................. 24

  C.

  Persiapan Umum Menerima Baptis ............................................. 27 1.

  Bagi Katekumen................................................................... 27 2. Katekumenat ........................................................................ 29 D. Hidup Menggereja........................................................................ 30 1.

  Tugas Umat Beriman Kristiani ............................................ 30 2. Keterlibatan Dalam Hidup Menggereja ............................... 31 3. Lingkup Menggereja............................................................ 32

  BAB III. PEMBINAAN KATEKUMEN DI PAROKI KRISTUS RAJA BACIRO ........................................................................................... 33 A. Persiapan Penelitian..................................................................... 33 1. Persiapan Penelitian Tentang Gambaran Umum Paroki Kristus Raja Baciro................................................... 34 2. Persiapan Penelitian Tentang Pembinaan Katekumen......... 36 B. Laporan Hasil Penelitian.............................................................. 44 1. Gambaran Umum Paroki Kristus Raja Baciro..................... 44 2. Pembinaan Katekumen di Paroki Kristus Raja Baciro ........ 56 C. Pembahasan Hasil Penelitian....................................................... 63 1. Pengelompokkan Inti Jawaban Responden.......................... 64 2. Penilaian Terhadap Jawaban Responden............................. 68 3. Prosentase Jawaban Responden........................................... 69 D. Kesimpulan Hasil Penelitian........................................................ 70 BAB IV. REKOLEKSI SEBAGAI USULAN PENYEMPURNAAN PEMBINAAN KATEKUMEN ....................................................... 74 A. Latar Belakang Penyempurnaan Pembinaan Katekumen............ 74 B. Rekoleksi Sebagai Pilihan Penyempurnaan Pembinaan Katekumen................................................................................... 76 C. Tema dan Tujuan Rekoleksi ........................................................ 80 1. Diri Sendiri........................................................................... 82 2. Sakit Hati Karena Umat Lainnya......................................... 84 3. Harus Beraktivitas Lain ....................................................... 86

  D.

  Penempatan Materi Dalam Rekoleksi.......................................... 88 E. Usulan Rekoleksi......................................................................... 90 1.

  Rekoleksi Pertama................................................................ 91 2. Rekoleksi Kedua .................................................................. 121 3. Rekoleksi Ketiga.................................................................. 147

  BAB V. PENUTUP ......................................................................................... 191 A. Kesimpulan.................................................................................. 191 B. Saran............................................................................................. 193 C. Refleksi ........................................................................................ 195 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 197 LAMPIRAN ..................................................................................................... 199 Lampiran 1: Jawaban Responden ........................................................ (1) Lampiran 2: Foto-Foto ......................................................................... (16) Lampiran 3: Materi Cara Berdoa ......................................................... (19) Lampiran 4: Lagu-lagu......................................................................... (21) Lampiran 5: Teks Kitab Suci ............................................................... (28) Lampiran 6: Sarana Permainan............................................................ (34)

DAFTAR SINGKATAN A.

   Singkatan Kitab Suci

  Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dengan pengantar dan catatan singkat yang diterbitkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia. (2003). Teks Alkitab Perjanjian

  Lama dan Perjanjian Baru dalam Bahasa Indonesia 1974.

  Ende: Arnoldus.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

  IM : Inter Mirifica, Dekrit Tentang Upaya-Upaya Komunikasi Sosial LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Tentang Gereja C.

   Singkatan Lain

  APP : Aksi Puasa Pembangunan ay. : Ayat CIC : Convention International Catechetic Depdikbud : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Drs. : Doctorandus / Sarjana Strata 1 GK : Gondo Kusuman GKS : Gedung Karya Sosial hal. : Halaman

  IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik J : Jawaban Jl. : Jalan KE : Kidung Ekaristi KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia

  P : Pertanyaan Pkl. : Pukul Prodi : Program Studi Pr. : Projo R : Responden Rm. : Romo SJ : Societatis Jesu / Serikat Yesus St. : Santa/Santo TK : Taman Kanak-kanak USD : Universitas Sanata Dharma WIB : Waktu Indonesia Barat % : Persen

BAB I PENDAHULUAN Bab satu dengan judul ”pendahuluan” merupakan pengantar sebelum

  memasuki bab-bab selanjutnya yang lebih mendalam dalam skripsi ini. Bab satu akan membahas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Selanjutnya, bahasan tersebut akan diuraikan satu per satu.

A. Latar Belakang

  Gereja Katolik adalah Gereja yang terbuka dan seharusnya memang demikian, tetapi kenyataannya cukup menimbulkan pertanyaan manakala di sisi lainnya pada zaman sekarang yang serba “sulit” dan membuat orang Katolik kurang mendapat peran di bidang-bidang yang strategis di dalam negara ini, tetapi masih menarik perhatian orang-orang non Katolik untuk menjadi Katolik. Apa sebenarnya yang ingin mereka temukan dalam Gereja Katolik? Mengingat di lain pihak, anggota Gereja yang juga disebut Kaum Beriman Kristiani atau Umat Allah memiliki banyak tanggung jawab dalam negara ini dan mengharuskan mereka untuk tidak boleh hanya berdiam diri dan tenang-tenang menjalani kehidupannya. Diawali dengan pembaptisan, baptisan baru harus berani mengakui imannya akan Yesus Kristus dan siap melakukan tugas perutusannya sebagai murid Kristus dan kalau perlu juga mempertahankan imannya.

  Sakramen Baptis merupakan sakramen yang pertama kali diterimakan kepada orang yang percaya kepada Yesus Kristus sebelum sakramen lainnya. Dengan pembaptisan, umat beriman Kristiani secara resmi menjadi anggota Gereja dan berhak mengikuti kegiatan gerejawi, salah satu yang penting yakni menghadiri perayaan Ekaristi. Dengan ikut serta merayakan Ekaristi, seorang umat beriman Kristiani mengalami persatuan dengan umat lainnya, mengenang peristiwa penyelamatan Yesus dan bersatu dalam penderitaan Yesus Kristus. Kehadiran umat dalam Ekaristi merupakan keinginan untuk semakin dekat dengan Tuhan Yesus Kristus, tetapi pada kenyataannya tidak semua umat Allah memiliki keinginan ini, mungkin karena kesibukannya atau perasaan tidak perlu. Ada lagi umat yang dalam meluangkan waktu untuk bersama-sama memuliakan Tuhan melalui perayaan Ekaristi hanya pada waktu tertentu, seperti hari raya Natal dan Paskah. Ini semua memberi kesan kurangnya kesadaran akan pentingnya kebersamaan dalam menyambut Hari Tuhan lewat perayaan Ekaristi. Selain itu, keterlibatan umat dalam menanggapi tahapan-tahapan dalam perayaan Ekaristi juga kurang, hal ini tampak dengan sedikitnya suara umat yang menanggapi dialog Pastor pemimpin Ekaristi.

  Umat beriman Kristiani senantiasa diberi tawaran oleh Gereja untuk dapat memperdalam imannya dalam setiap kegiatan dan diberi ajakan untuk mewujudnyatakan iman dalam kehidupan sehari- hari, tetapi kenyataannya sebagian besar umat memberi kesan bahwa mereka kurang menanggapinya dengan positif. Banyak umat yang dalam porsi sedikit memberikan waktu untuk sebagai umat beriman Kristiani. Gereja berusaha untuk semakin mempersatukan umat dalam kegiatan bersama, tetapi ada kesan, kesadaran umat untuk menggunakan kesempatan tersebut masih kurang. Gereja tetap mengusahakan agar umat beriman Kristiani mengalami keselamatan. Untuk itu, umat diberi pembinaan seperti ketika akan menerima Sakramen Ekaristi atau akan menerima Sakramen Baptis.

  Umat beriman Kristiani, khususnya yang mengalami baptis dewasa, seharusnya siap menerima konsekuensinya, salah satunya harus mau menjalankan tugas-tugas sebagai anggota Gereja, seperti melakukan ibadat bersama. Melihat sekilas keadaan umat yang ternyata tidak banyak yang terlibat dalam kegiatan gerejawi, menimbulkan pertanyaan “Mengapa mereka kurang melaksanakan tanggung jawabnya sebagai orang Katolik? Apakah hal itu disebabkan kekurangan para pembimbing atau kekurangan cara pembinaannya, atau kekurangan pada materi pembinaan sehingga baptisan baru menjadi demikia n?” Keprihatinan ini menggugah penulis untuk mengangkatnya dalam skripsi. Lebih jauh, penulis ingin memberikan usulan pembinaan, menjawab permasalahan ya ng mungkin ditemukan selama penyusunan skripsi. Dengan latar belakang dan hasil yang ditemukan, skripsi ini diberi disusun dengan judul “REKOLEKSI UNTUK

  

MELENGKAPI PEMBINAAN KATEKUMEN DI PAROKI KRISTUS

RAJA BACIRO YOGYAKARTA”.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut:

1. Bagaimana keterlibatan hidup menggereja para baptisan baru Paroki Kristus

  Raja Baciro Yogyakarta? 2. Bagaimana pemahaman baptisan baru Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta atas makna Sakramen Baptis dalam Gereja Katolik?

  3. Bagaimana pembinaan katekumen akan hidup menggereja yang sudah dilaksanakan di Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta?

  4. Bagaimana usaha untuk mengembangkan kesadaran katekumen akan hidup menggereja di Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta?

C. Tujuan Penulisan

  Dari rumusan permasalahan dan latar belakang, dapat dirumuskan tujuan yang ingin dicapai melalui skripsi ini, yaitu:

  1. Mengungkapkan keterlibatan hidup menggereja para baptisan baru Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta 2. Menguraikan pemahaman baptisan baru Paroki Kristus Raja Baciro

  Yogyakarta atas makna Sakramen Baptis dalam Gereja Katolik 3. Menjelaskan pembinaan katekumen, berkaitan dengan hidup menggereja, yang sudah dilaksanakan di Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta

  4. Memaparkan usaha yang dirasa baik dalam mengembangkan kesadaran

5. Memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Strata 1 (S1) Pendidikan,

  Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Ilmu Pendidikan, Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma.

D. Manfaat Penulisan

  Manfaat yang diperoleh dengan menyusun skripsi ini ialah: 1. Bagi Umat Katolik a. Supaya lebih memahami tugasnya sebagai umat beriman Kristiani b. Supaya semakin terlibat hidup menggereja 2.

  Bagi Katekis a. Semakin terbantu dalam merefleksikan diri sehubungan dengan perannya sebagai fasilitator dalam pengembangan iman umat b.

  Semakin kreatif dalam membina katekumen, seperti rencana dan program pembinaan, metode pembinaan, media yang digunakan, dan sebagainya.

3. Bagi Paroki Kristus Raja Baciro a.

  Mengetahui manfaat pembinaan katekumenat b.

  Memperoleh masukan demi pembinaan katekumenat yang lebih menghasilkan

4. Bagi Penulis a.

  Semakin mengenal umat, khususnya belajar dari baptisan baru untuk semakin memperdalam iman akan Yesus Kristus b.

  Mendapatkan masukan yang membuat semakin yakin akan perannya sebagai seorang calon katekis c.

  Semakin banyak pengalaman, baik yang berhubungan dengan skripsi maupun pengalaman lainnya yang mendukung untuk hidup yang lebih baik.

  E. Metode Penulisan

  Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode Deskriptif Analitis, yaitu metode yang menggambarkan dan menganalisa data-data yang diperoleh melalui studi pustaka dan penelitian lapangan. Selain dari itu, penulis juga memanfaatkan hasil refleksi pengalaman sebagai anggota Gereja, khususnya sebagai calon katekis yang harus berperan memfasilitasi pengembangan iman umat.

  F. Sistematika Penulisan

  Skripsi ini terdiri atas lima bab, yaitu:

  Bab I dengan judul “Pendahuluan” menghantar pada isi skripsi, menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

  Bab II dengan judul “Sakramen Baptis Dalam Gereja Katolik” berisi uraian katekumen, terdiri dari: sakramen secara umum, sakramen baptis, persiapan sebelum menerima sakramen baptis, dan hidup menggereja.

  Bab III dengan judul “Pembinaan Katekumen di Paroki Kristus Raja Baciro” merupakan bab yang secara khusus melaporakan penelitian mulai dari persiapan sampai kesimpulan hasil penelitian. Hal-hal yang diuraikan dalam bab ini, yaitu: persiapan penelitian, laporan hasil penelitian, pembahasan hasil penelitan, dan kesimpulan hasil penelitian.

  Bab IV dengan judul “Rekoleksi Sebagai Usulan Penyemp urnaan Pembinaan Katekumen” menguraikan usaha untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan melalui penelitian. Penulis mengajukan usulan pembinaan dalam bentuk “rekoleksi”. Adapun isi dari bab IV ialah: latar belakang penyempurnaan pembinaan katekumen, rekoleksi sebagai pilihan penyempurnaan pembinaan katekumen, tema dan tujuan rekoleksi, penempatan materi dalam rekoleksi, dan usulan rekoleksi.

  Bab V merupakan “penutup” berisi kesimpulan, saran, dan refleksi dari penulis.

BAB II SAKRAMEN BAPTIS DALAM GEREJA KATOLIK Bab II menampilkan teori dan pemahaman yang diperoleh dari buku-buku

  yang bersangkutan. Dengan adanya kepustakaan, dapat semakin memperkuat proses dan kesimpulan skripsi, karena dalam penyusunannya menjadi memiliki dasar dan landasan. Teori yang diambil penulis pun diungkapkan oleh para ahli dalam bidang yang sama dengan beberapa hal yang diangkat dan disusun oleh penulis.

A. Sakramen Secara Umum 1.

  Pengertian Sakramen Sakramen dimengerti sebagai tanda dan sarana rahmat atau keselamatan.

  Pengertian tersebut tidak ada begitu saja, melainkan ada sejarahnya sehingga terciptalah pemahaman tersebut. Definisi sakramen yang telah disebutkan di atas tidaklah salah, tetapi masih sangat luas sehingga akan menyulitkan umat dalam memahami, khususnya umat yang tidak mempelajari secara khusus tentang sakramen dan ajaran Gereja. Mereka pasti akan bingung dalam memahami sakramen dan maknanya.

  Dilihat dari asal katanya, istilah sakramen berasal dari Bahasa Latin

  

“sacramentum” , berakar pada kata sacr atau sacer yang berarti “kudus, suci,

  lingkungan orang kudus atau hidup yang suci”. Dengan demikian, sacramentum

  Romawi Kuno, sacramentum juga digunakan untuk 2 hal, yakni menunjuk pada “sumpah (setia) prajurit dalam dunia militer” dan “uang jaminan”. Pemahaman tentang sakramen juga terdapat dalam buku Sakramen-Sakramen Gereja:

  Pertama, kata sacramentum yang menunjuk “sumpah prajurit” digunakan untuk menyatakan kesediaan diri seseorang untuk mengabdikan diri kepada dewata dan negara. Kedua, kata sacramentum yang menunjuk pada uang jaminan atau denda yang ditaruh dalam kuil dewa oleh orang-orang atau pihak-pihak ya ng berperkara dalam pengadilan. (Martasudjita, Pr, 2003: 61- 62) Kedua hal tersebut berkaitan dengan hal yang kudus karena pelaksanaannya dalam peristiwa keagamaan. Karena itulah, sakramen dipahami sebagai hal yang berhubungan dengan yang kudus. Kata ini tidak terdapat dalam Kitab Suci terjemahan Bahasa Indonesia. Meskipun demikia n, terdapat istilah lain yang berhubungan dengan “sakramen”, yakni kata dari Bahasa Yunani “mysterion” yang Bahasa Inggrisnya “mysteri” diterjemahkan dengan “rahasia” sebab kata tersebut menunjukkan sesuatu yang tersembunyi (Banawiratma, SJ, 1989: 12). Kerahasiaan tersebut berhubungan dengan Yang Ilahi dan janji-Nya akan akhir zaman. Martasudjita, Pr dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Liturgi” (1999: 160) mengatakan: “Dalam Perjanjian Lama “mysterion” menunjuk Allah sendiri yang mewahyukan diri baik dalam sejarah masa kini maupun masa yang akan datang (eskatologis)”.

  Rencana Allah tersebut tidak diketahui oleh manusia kecuali orang-orang tertentu yang memang dikehendaki-Nya untuk mengetahui “Dalam Kitab Suci istilah itu dipakai pertama-tama oleh aliran apokaliptis, yang menantikan akhir berarti rencana Allah mengenai akhir zaman, khususnya cara dan saat hari akhirat, yang tersembunyi bagi manusia, tetapi diberitahukan oleh Allah kepada orang- orang tertentu” (Banawiratma, SJ, 1989: 12-13).

  Adanya Gereja juga tidak terlepas dari kebiasaan orang-orang pada zaman dulu, secara khusus hidup Gereja Perdana di mana terdapat ritus-ritus yang mereka miliki, seperti ritus pembaptisan dan pemecahan roti dan ternyata isi ritus tersebut bersifat khas Kristiani. Pada akhirnya disusunlah rangkaian tindakan yang menjadi bagian dari ritus Gereja, salah satunya ialah adanya sakramen. Sakramen diberikan dengan tahapan-tahapan yang telah disepakati bersama. “Apa yang dimaksudkan ialah upacara-upacara simbolik yang menyertai pemasukan orang ke dalam kelompok orang yang bersatu dalam kepercayaannya kepada Yesus Kristus sebagai penyataan definitif Allah sebagai Juruselamat umat manusia” (Groenen, OFM, 1992: 19).

  Dalam sakramen itu terdapat kasih Allah yang diberikan kepada manusia secara pribadi, yang dapat pula dikatakan sebagai “yang rahasia” karena apa yang dilakukan Allah kepada manusia, tidak dapat diperkirakan dan diketahui oleh manusia. Manusia hanya bisa mengusahakan untuk mendapatkan rahmat dari Allah sendiri, tetapi tidak dapat memaksakan hal tersebut. Manusia dapat secara bebas menanggapi kasih Allah, dan itulah yang disebut iman.

2. Sakramen-Sakramen Dalam Gereja

  Kehadiran Yesus Kristus ke dunia mendatangkan keselamatan dari Allah yang dalam Yesus sendiri sebagai seorang manusia. “Dalam diri manusia Yesus, Allah sendiri melawati umat-Nya” (Martasudjita, Pr, 1999: 163). Yesus menjadi simbol kasih Allah dan mengingatkan manusia bahwa tidak ada hal yang dapat diselesaikan tanpa bantuan Allah. Demikianlah tampak adanya kuasa Allah dengan segala kemisterian-Nya. “Perjanjian Baru menyampaikan pewahyuan bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya mysterion atau sakramen. Dalam diri Yesus Kristus terlaksanalah karya keselamatan Allah secara historis dan bahkan personal” (Martasudjita, Pr, 1999: 163).

  Kedatangan Yesus ke dunia menghadirkan diri Allah dan dengan demikian, “Yesus Kris tus itulah Sakramen Hidup Allah” (Martasudjita, Pr, 2003: 111).

  Yesus yang datang ke dunia tidak hanya berkata-kata kesana-kemari, tetapi juga dengan melakukan tindakan nyata yang membawa manusia kepada keselamatan bagi manusia sendiri. “Yesus mempergunakan tindakan simbolis, tindakan sakramental. Bahkan Ia sendiri adalah pernyataan-perwujudan-kehadiran Allah yang menyelamatkan” (Banawiratma, SJ, 1989: 34).

  Ketika Yesus yang datang sebagai manusia secara fisik meninggalkan dunia, Dia tidak begitu saja meninggalkan manusia. Yesus Kristus tetap hadir dan menyertai manusia yang telah terhimpun menjadi umat-Nya dan Gerejalah tanda kehadiran Allah yang paling nyata. Di dalam Gereja, misteri dan karya penyelamatan Yesus dihadirkan dan dirayakan. “Secara khusus, Yesus dapat dijumpai dalam Gereja melalui liturgi sakramen” (Martasudjita, Pr, 1999: 162).

  Gereja menjadi wujud kehadiran Yesus Kristus, dan melalui Gerejalah karya dalam arti tertentu sehubungan dengan tokoh-tokoh yang bersangkutan, bahkan pernah terjadi masa- masa dimana Gereja tidak cukup mencerminkan Kerajaan Allah, hal ini dikarenakan sikap tokoh-tokoh Gereja yang tidak baik. Meskipun demikian, Gereja tetap dapat bangkit dan me mperbaiki segala keburukannya.

  Peran Gereja tidak akan terasa oleh umat apabila Gereja menjalankan karyanya hanya untuk memperbesar gedung gereja atau memperkaya pihak-pihak tertentu sehingga karya Yesus yang seharusnya diperjuangkan, tidak lagi mereka perjuangkan dan umat tidak merasakan manfaat dari Gereja.

  Penetapan jumlah “tujuh” sakramen memerlukan waktu yang lama. Sebagian sakramen ditetapkan berdasarkan nas dalam Kitab Suci, baik sabda Yesus dalam Kitab Suci Perjanjian Baru maupun ajaran para nabi dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, tetapi tidak menjadi satu-satunya alasan terciptanya tujuh sakramen. Gereja meyakini bahwa sakramen diadakan oleh Yesus Kristus selama di dunia dan dilanjutkan oleh para murid, misalnya dalam manandai diterimanya seseorang menjadi anggota Gereja dengan pencurahan air yang pada akhirnya akan menjadi Sakramen Baptis dan pemecahan roti yang pada akhirnya akan menjadi Sakramen Ekaristi. Terdapat pula praktek mendoakan orang sakit seperti yang terdapat dalam Yakobus 5: 14-15 “Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni.” Yesus juga mengampuni orang berdosa dan hal itu diajarkan kepada rasul-Nya. Praktek ini kemudian menjadi Sakraman Pengurapan Orang Sakit.

  Memang tidak semua sakramen berasal dari sabda Yesus. Para ahli mengalami kesulitan untuk menentukan mana- mana yang diajarkan Yesus dan sabda Yesus yang tidak dimasukkan ke dalam ketujuh sakramen beserta alasannya. “Nyata di dalam sejarah Gereja bahwa tidak semua sakramen mempunyai dasar sabda yang asli dari Yesus sendiri, dan bahwa sakramen-sakramen Gereja tumbuh dalam proses yang panjang sampai akhirnya diyakini berjumlah tujuh dan berasal dari Yesus Kristus ” (Martasudjita, Pr, 2003: 155-156). Kenyataannya memang Gereja mengakui adanya ketujuh sakramen yang terdiri dari Sakramen Baptis, Sakramen Krisma, Sakramen Ekaristi, Sakramen Tobat, Sakramen Imamat, Sakramen Perkawinan, dan Sakramen Pengurapan Orang Sakit.

  Apabila dijelaskan arti dari setiap sakramen secara runtut yakni, sebagai berikut: melalui “Sakramen Baptis ”, manusia lahir kembali secara rohani dan bersama umat lainnya berjuang mewujudkan cita-cita surgawi; setelah beberapa waktu menjadi seorang yang mengimani Yesus Kristus, maka umat Allah tersebut dianggap sudah dewasa dan pantas mendapat tugas yang lebih berat lagi dalam rangka menyebarluaskan kasih Allah pada sesama manusia dan Allah pun senantiasa menaungi dengan Roh Kudus-Nya sehingga umat tidak merasa sendiri dan memiliki iman yang semakin mendalam, saat inilah umat Allah dapat menerima “Sakramen Penguatan”; umat dipersatukan dan bersama-sama memakan makanan rohani dalam “Ekaristi”; setiap manusia pernah melakukan membersihkan segala dosa manusia, namun diperlukan penyesalan dan niat untuk memperbaiki hidupnya dari pihak manusia maka melalui perantaraan imam, umat Allah dapat kembali hidup damai karena dosanya terampuni melalui “Sakramen Tobat”; “Sakramen Imamat” membuat Gereja memiliki banyak pemimpin secara rohani dan semakin banyak orang yang membantu umat secara umum untuk lebih mendalami imannya; melalui “Sakramen Perkawinan” dua orang manusia yang ingin bersatu akhirnya dapat disatukan dalam kasih dan nama Tuhan Yesus, selain itu secara tidak langsung membantu dalam mena mbah Gereja karena salah satu tujuan perkawinan ialah melanjutkan karya Allah dalam penciptaan manusia baru; “Sakramen Pengurapan Orang Sakit” menjadi pilihan seorang beriman Kristiani ketika dia ingin disembuhkan secara rohani (dan dapat juga jasmani) ataupun yang rela meninggalkan dunia secara fisik.

3. Unsur-Unsur Sakramen

  Selain dari arti dan makna sakramen secara umum, ketujuh sakramen juga memiliki unsur yang sangat penting untuk dipelajari lebih dalam. Sama halnya dengan pembuktian ketujuh sakramen yang dikehendaki Yesus, demikian pula simbol yang digunakan untuk dapat menjadikan suatu sakramen, khususnya dalam perayaan liturginya, mengalami pembicaraan yang panjang dan lama. Dilihat dari perayaan liturginya, sakramen secara tradisional memiliki tiga unsur yang menjadi dekrit ajaran dari Konsili Firenze yakni, materia sacramenti, forma sacramenti, dan pelayan sakramen. Materia sacramenti merupakan bahan atau tindakan yang dinamakan materia remota seperti air, minyak, dan lain- lain. Sedangkan tindakan dalam menggunakan unsur- unsur itu seperti mencurahkan air, mengolesi minyak, dan lain- lain dinamakan materia proxima. Forma sacramenti merupakan kata- kata yang diucapkan oleh pelaya n sakramen yang menjelaskan materia, sehingga materia mempunyai arti sakramental. Misalnya, dalam Sakramen Baptis ketika pelayan sakramen menuangkan (materia proxima) air (materia remota), mengatakan: “Aku membaptis engkau dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus” sebagai formanya. Pelayan sakramen ialah orang yang melaksanakan penerimaan sakramen seperti Uskup, Imam, dan Diakon. Tidak boleh seseorang menerimakan sakramen untuk dirinya sendiri, kecuali Imam pada Perayaan Ekaristi dan kedua mempelai dalam Sakramen Perkawinan. Pelayan sakramen menentukan keabsahan materi dan forma sakramen. Dari segi Kristologi, pelayan sakramen dilihat sebagai in persona Christi (dalam pribadi Kristus), sebagai pelayan Kristus. Maka yang sebenarnya, Kristuslah yang berperanan. “Keabsahan penerimaan sakramen ditentukan oleh pelayan sakramen dan ketetapan yang menjadi materia dan forma sakramennya ” (Martasudjita, 2003: 168).

  Unsur sakramen dari segi arti dibedakan menjadi dua hal, yaitu arti biasa manusiawi dan arti rohani. Arti biasa manusiawi dinilai dari unsur yang kelihatan dan terbentuk menurut budaya tertentu, seperti air sebagai materia remota Sakramen Baptis mengingatkan akan pembebasan Israel atau yang paling ringan memiliki simbol pembersih. Sedangkan arti rohani menunjukkan bahwa terdapat karya penyelamatan yang diterima oleh di penerima sakramem, seperti baptisan nampak jelas dalam materia Sakramen Baptis. Dalam hidup, air mempunyai arti pembersih, mengingatkan pembebasan Israel, sedangkan arti rohani menunjuk karya penyelamatan yang diterima oleh orang yang dibaptis. (Purwatma, Pr, 2006:5).

  Sakramen menghasilkan beberapa hal, dengan kata lain terdapat tujuan dan akibat dengan diadakannya sakramen. Pertama, Sacramentum tantum (signum), yakni upacara yang kelihatan dimana didalamnya menggunakan unsur-unsur yang ada seperti tindakan dan forma sehingga manusia merasakan rahmat Allah.

  “Signum atau sacramentum menunjuk tanda lahiriah yang kelihatan” (E. Martasudjita, 2003: 193). Kedua, Res tantum yakni, sakramen yang menandakan rahmat sakramental tersebut. Misalnya, Sakramen Baptis mempersatukan manusia dengan Allah “Res menunjuk isi rahmat atau apa yang dirayakan dan dianugerahkan dalam sakramen” (E. Martasudjita, 2003: 193). Ketiga, yang berarti akibat dari sakramen yang diterima dan si

  Sacramentum et res

  penerima memiliki status baru. Misalnya, dengan baptisan seseorang menjadi warga Gereja. “Dengan istilah res et sacramentum ini menunjuk semacam “akibat/hasil/buah” (Martasudjita, 2003: 193).

  Sakramen Baptis, penguatan, dan imamat merupakan sakramen yang memiliki sebutan khusus, yaitu meterai (charakter indebilis) yang berarti untuk selamanya dan tidak dapat hilang, serta tidak dapat diulang untuk kedua kalinya.

  Meterai atau charakter indebilis, yang secara harfiah berarti sifat atau ciri yang tak terhapuskan, merupakan status baru sebagai hasil atau akibat penerimaan sakramen dan yang dibedakan dari isi rahmat yang sebenarnya. Charakter indebilis ini hanya terdapat dalam ketiga sakramen: baptisan, dinyatakan bahwa sakramen-sakramen tersebut hanya diterimakan sekali dan tidak dapat diulangi lagi (Martasudjita, 2003: 195). Sakramen yang diterima memang mengakibatkan perubahan, baik yang kedudukannya dalam umat seperti menjadi saudara dalam nama Tuhan maupun hubungannya dengan Allah dimana didalamnya terdapat ikatan roh. Normalnya kedua akibat itu terjadi bersama-sama tetapi ada kemungkinan kekecualian.

  Seseorang bisa saja memenuhi syarat-syarat yuridis dan mengalami perubahan status, tetapi tidak memiliki sikap jiwa yang semestinya sehingga tidak membawa akibat dalam hubungan dengan Allah. Misalnya, seseorang ingin dibaptis agar bisa masuk sekolah Katolik atau seseorang bersedia menjadi imam hanya untuk memiliki kedudukan yang tinggi dan hidup yang enak

  Dari segi persyaratan, ada yang dinamakan syarat “demi syahnya ” (ad yakni hal yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan upacara sakramen

  validitatem)

  agar sakramen menjadi sah. Bidang yang berpengaruh meliputi: tanda

  

sakramental sendiri misalnya, dalam baptisan harus ada pencurahan air; pelayan

  misalnya saat upacara ekaristi harus dipimpin oleh imam dan dengan keinginan kuat mau menjalankan, apabila imam itu gadungan, sakramen tidak terjadi; , menunjukan peran si penerima sakramen sendiri. Misalnya, pada saat

  penerima

  hendak menerima Sakramen Tobat, si penerima harus sungguh-sungguh menyesali dosanya.

  Syarat lainnya ialah “demi layaknya ” (ad liceitatem) menunjukkan bahwa terdapat hal-hal yang harus dilakukan agar sakramen boleh diterimakan dan hal ini menyangkut akibat yuridis. Menjadi berbahaya apabila berhenti pada “demi memperhatikan hubungan personal dengan Allah. Misalnya, dua orang katolik yang acuh terhadap kegiatan Gerejawi telah memenuhi persyaratan dan layak menerima Sakramen Pernikahan. Secara yuridis kedua orang ini dapat menerima Sakramen Pernikahan tetapi sikap acuhnya terhadap Gereja itu tidak dapat diterima walaupun tidak mempengaruhi persyaratannya. “Yang diharapkan ialah supaya sakramen membawa baik akibat yuridis maupun persatuan dengan Allah” (Banawiratma, SJ, 1989: 32).

Dokumen yang terkait

Deskripsi pendidikan iman anak dalam keluarga bagi perkembangan iman anak di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana, Paroki Kristus Raja Cigugur, Keuskupan Bandung.

1 20 153

Peran wali baptis terhadap perkembangan iman anak baptis usia remaja di Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta.

17 145 222

Menggali pesan perumpamaan orang Samaria yang baik hati (Lukas 10:25-37) melalui katekese kaum muda sebagai usaha pembinaan kaum muda di Stasi Kristus Raja Ngrambe, Paroki Santo Yoseph Ngawi, Jawa Timur.

7 80 382

Hubungan Sikap Ibu Terhadap Pengembangan Kreativitas Anak Dengan Performansi Kreatif Anak Prasekolah Di TPK Santo Bernardus Paroki Kristus Raja Surabaya. - Ubaya Repository

0 0 1

Peran film video untuk memperlancar proses pembinaan iman kaum muda di wilayah ST. Paulus Sambeng, Paroki St. Petrus dan Paulus Kelor, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta - USD Repository

0 0 183

Belajar dari kesetiaan iman Maria guna meningkatkan kualitas hidup beriman umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Jetis - Yogyakarta - USD Repository

0 1 144

A set of task-based instructional materials to teach english at SD Kanisius Baciro Yogyakarta - USD Repository

0 3 238

Usulan pengembangan pendampingan calon penerima krisma remaja di Paroki Santo Petrus dan Pulus Minomartani Yogyakarta - USD Repository

0 1 235

Upaya inovasi pelaksanaan liturgi perayaan ekaristi di Paroki ST. Fransiskus Xaverius Kidul Loji Yogyakarta demi keterlibatan kaum muda - USD Repository

0 0 123

Hubungan antara kreativitas dengan frekuensi bermain game elektronik pada anak-anak SD Kanisius Baciro Yogyakarta - USD Repository

0 1 121