PROFIL KEGIATAN PRAKTIKUM DAN TINGKAT KE

Kegiatan Praktikum dan Tingkat Keterampilan Proses Sains

KEGIATAN PRAKTIKUM DAN TINGKAT KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP
NEGERI 2 WRINGINANOM
Mu’jizatul A’iniyah
Mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan Sains, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri
Surabaya
Mujizatul.ainiyah227@gmail.com

Elok Sudibyo
Dosen Program Studi S1 Pendidikan Sains, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri
Surabaya
elok.sudibyo@gmail.com

Abstrak
Penelitian tentang kegiatan praktikum dan tingkat keterampilan proses sains ini dilakukan di SMP
Negeri 2 Wringinanom pada tanggal 24 September 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
mendeskripsikan bentuk LKS yang digunakan, kegiatan praktikum yang dilakukan, serta tingkat
keterampilan proses sains pada siswa kelas VII-B di SMP Negeri 2 Wringinanom. Jenis penelitian ini
adalah penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa
wawancara, angket, dan tes keterampilan proses sains. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar

pedoman wawancara, lembar angket, dan lembar tes. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah
data kuantitatif. Namun penelitian ini hanya diarahkan untuk mendapatkan deskripsi, maka analisis
datanya cukup dengan menggunakan statistik deskriptif sederhana. Dari penelitian yang telah dilakukan,
diperoleh hasil bahwa bentuk LKS yang digunakan siswa merupakan LKS eksperimen dan noneksperimen yang tergabung menjadi satu dalam buku siswa. Sebagian besar siswa SMP Negeri 2
Wringinanom menyukai kegiatan praktikum yaitu sebesar 71,9%. Sebanyak 78,1% siswa menyebutkan
bahwa dalam kegiatan praktikum guru membimbing untuk merumuskan masalah, membuat hipotesis, dan
menentukan variabel, begitu pula yang dikatakan guru ketika wawancara. Dari hasil tes keterampilan
proses sains yang diperoleh siswa dengan rata-rata persentase ketuntansan sebesar 37,1% yang termasuk
dalam kriteria kurang. Namun hal ini terdapat kesenjangan antara tingkat keterampilan proses siswa
dengan responden siswa dalam angket. Hal ini dikarenakan siswa masih belum mengetahui apa itu
rumusan masalah, hipotesis, dan variabel serta guru tidak menjelaskannya pada siswa tentang hal tersebut.
Ini dapat dibuktikan ketika mengerjakan soal tes keterampilan proses sains, siswa tidak bisa mengerjakan
dan kebingungan untuk mengerjakan soal tes tersebut serta ketika di cek pemahaman mereka tentang
keterampilan proses sains tersebut siswa tidak dapat menjawab dan tidak mengetahui hal tersebut.
Kata Kunci: LKS, kegiatan praktikum, keterampilan proses sains.

Abstract
Research on lab activities and levels of science process skills is done in SMP Negeri 2 Wringinanom
on September 10, 2014. Study aimed to determine and describe the form of worksheets that are used and
the practical activities undertaken in SMP Negeri 2 Wringinanom and ability level science process skills in

class VII-B in SMP Negeri 2 Wringinanom. This research is a descriptive study. Data collection techniques
used in this study in the form of interviews, questionnaires, and science process skills test. The research
instrument used is a sheet of interview, questionnaire sheets and test sheets. The data collected in this study
is quantitative data. However, this study is directed only to get a description, then sufficient data analysis
using simple descriptive statistics. From the research that has been done, the results showed that students
used worksheets that form an LKS experimental and non-experimental incorporated into the worksheets in
the student book. Most of the students of SMP Negeri 2 Wringinanom like lab activities in the amount of
71,9%. A total of 78,1% of students said that the teacher practicum guide to formulate the problem, make a
hypothesis, and determine variables, so did the teacher say when the interview. Of the science process
skills test results obtained by students with an average percentage of 37,1% completeness included in the
criteria less. However, it can be seen from the results of both the gap between the skill levels of students
with student respondents in the questionnaire. This is because the students still do not know what the
formulation of the problem, hypothesis, and variables as well as the teacher did not explain it to the
students about it. It can be proved when working on the science process skills test, students can not do the
work on the problems and confusion for these tests as well as in check their understanding of the science
process skills students can not answer and did not know about it.
Keywords: Worksheets, Lab activities, Science process skills.

1


Jurnal E-Pensa. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2014, 0 - 216

PENDAHULUAN
Dalam
proses
pembelajaran
sangat
penting melatihkan anak
melakukan “penyelidikan”
terhadap
berbagai
fenomena
alam.
Observasi,
eksplorasi,
eksperimentasi,
melakukan pengukuran,
menggunakan bilangan,
dan melakukan klasifikasi
yang merupakan kegiatan

belajar
IPA.
Untuk
memandu siswa untuk
melakukan
kegiatan
penyelidikan diperlukan
adanya LKS yang dapat
membantu siswa dalam
kegiatan pembelajaran.
Lembar Kerja Siswa
(LKS) adalah lembarlembar berisi tugas yang
harus dikerjakan oleh
peserta didik. Lembar
kerja biasanya berupa
petunjuk, langkah-langkah
untuk
menyelesaikan
suatu tugas. Tugas yang
tertuang dalam lembar

kerja
harus
jelas
kompetensi dasar yang
akan
dicapainya
(Depdiknas, 2008).
Menurut Prianto dan
Harnoko (1997), manfaat
dan tujuan LKS adalah (a)
mengaktifkan siswa dalam
proses belajar mengajar,
(b) membantu siswa dalam
mengembangkan konsep,
(c) melatih siswa untuk
menemukan
dan
mengembangkan proses
belajar mengajar, (d)
membantu guru dalam

menyusun pembelajaran,
(e) sebagai pedoman guru
dan
siswa
dalam
melaksanakan
proses
pembelajaran,
(f)
membantu
siswa

memperoleh
catatan
tentang
materi
yang
dipelajari melalui kegiatan
pembelajaran,
(g)

membantu siswa untuk
menambah
informasi
tentang
konsep
yang
dipelajari melalui kegiatan
belajar secara sistematis.
Berdasarkan
metodenya, LKS dibagi
menjadi 2 macam yaitu
LKS eksperimen dan LKS
non-eksperimen.
LKS
eksperimen yaitu LKS
yang dijadikan pedoman
untuk
melaksanakan
eksperimen dan dapat
memuat

semua
jenis
keterampilan
proses.
Sedangkan LKS noneksperimen adalah LKS
yang dijadikan pedoman
untuk memahami konsep
atau
prinsip
tanpa
melakukan
eksperimen
dan
hanya
memuat
keterampilan
proses
tertentu,
misalnya
menyimpulkan,

menjelaskan, menafsirkan,
atau menginterpretasikan.
Berdasarkan observasi
yang telah dilakukan pada
mata kuliah organisasi
laboratorium
dan
asessmen pada semester
lalu,
masih
banyak
sekolah
yang
jarang
melakukan
praktikum.
Pada hal alat dan bahan
yang digunakan praktikum
untuk SMP yang tersedia
itu sudah bagus dan cukup

lengkap apabila digunakan
untuk praktikum skala
SMP. Alat praktikum
tersebut dibiarkan berdebu
di
dalam
ruang
laboratorium dan tidak
dipergunakan
untuk
praktikum.
Hal
ini

dikarenakan guru tidak
mengetahui hasil dari
praktikum
dengan
menggunakan
alat-alat

tersebut. Oleh karena itu,
pembelajaran
dengan
kegiatan praktikum sangat
diperlukan.
Menurut Jenkins dan
Whitfield (1974) (dalam
Adisendjaja, Y. H. 2008)
apapun
metode
pengajarannya,
hal
terpenting
untuk
dipertimbangkan adalah
bahwa kegiatan praktikum
harus dilakukan oleh siswa
dan kegiatan praktikum ini
merupakan
ciri
yang
menonjol
dalam
pendidikan sains. Kegiatan
praktikum atau disebut
juga kegiatan laboratorium
yang dimaksudkan disini
adalah pengalaman belajar
yang
memungkinkan
siswa berinteraksi dengan
material sampai kepada
observasi terhadap sesuatu
hal yang ingin dibuktikan
kebenarannya.
Pengalaman belajar yang
dibuat mungkin memiliki
tingkatan struktur yang
berbeda dan ditentukan
oleh guru atau buku
pegangan
kegiatan
praktikum. Mungkin juga
pengalamannya mencakup
fase perencanaan dan
perancangan, analisis dan
interpretasi
serta
aplikasinya seperti halnya
fase saat berlangsungnya
kegiatan.
Kegiatan
laboratorium
dapat
dilakukan oleh siswa baik
secara individual atau
kelompok kecil.
Pembelajaran
IPA
tidak akan terpisahkan dari
kegiatan
praktikum.
Menurut Shulman dan

Tamir (1973) klasifikasi
tujuan pengajaran kegiatan
praktikum adalah sebagai
berikut:
(1)
membangkitkan
dan
memelihara minat, sikap,
kepuasan, keterbukaan dan
sikap ingin tahu dalam
sains; (2) mengembangkan
berfikir
kreatif
dan
kemampuan memecahkan
masalah; (3) mendorong
aspek berfikir ilmiah dan
metode
ilmiah;
(4)
mengembangkan
pemahaman
konseptual
dan
kemampuan
intelektual;
dan
(5)
mengembangkan
kemampuan
praktis.
Kegiatan praktikum yang
dilakukan juga dapat
melatih
siswa
dalam
penguasaan
kompetensi
(skills)
dalam
pembelajaran sains. Dalam
kegiatan
praktikum,
kompetensi
lebih
ditekankan pada apa yang
dapat dilakukan oleh siswa
dan bukan hanya sekedar
mengetahui.
Menurut
Arifin et al. (dalam Azhar,
2012)
mengemukakan
bahwa metode praktikum
merupakan
penunjang
kegiatan proses belajar
untuk menemukan prinsip
tertentu atau menjelaskan
tentang
prinsip-prinsip
yang dikembangkan.
Kerr, J.F. (1964) dalam
studinya
menyarankan
agar kegiatan praktikum
harus terintegrasi dengan
kegiatan teoritis dan harus
digunakan
untuk
memberikan
kontribusi
penting
dalam
menemukan
fakta-fakta
melalui
penyelidikan
sehingga sampai kepada
prinsip-prinsip
yang

berkaitan dengan faktafakta yang ditemukan.
Sedikitnya ada empat
alasan dikemukakan para
pakar pendidikan IPA
mengenai
pentingnya
kegiatan
praktikum
(Woolnough & Allsop,
1985: 5-8) yaitu pertama,
praktikum membangkitkan
motivasi belajar IPA.
Kedua,
praktikum
mengembangkan
keterampilan-keterampilan
dasar
melaksanakan
eksperimen.
Ketiga,
praktikum
menjadi
wahana
belajar
pendekatan
ilmiah.
Keempat,
praktikum
menunjang
pemahaman
materi pelajaran.
Kegiatan
praktikum
memberi
kesempatan
kepeda
siswa
untuk
memenuhi dorongan rasa
ingin tahu dan ingin bisa.
Prinsip
ini
sangat
menunjang
kegiatan
praktikum
yang
di
dalamnya
siswa
menemukan pengetahuan
melalui
eksplorasinya
terhadap alam. Selain itu,
kegiatan praktikum juga
akan memberikan makna
apabila kegiatan tersebut
direncanakan dengan baik,
memberi
kesempatan
untuk memilih prosedur
alternatif,
merancang
eksperimen,
mengumpulkan data dan
menginterpretasikan data
yang diperoleh. Untuk
dapat
melaksanakan
praktikum dengan tuntutan
tersebut
diperlukan
keterampilan berpikir atau
intelektual skill.
Berdasarkan kegiatan
praktikum
dapat
mengembangkan

keterampilan proses sains.
Dengan
penguasaan
keterampilan proses sains
ini dapat memberikan
kemudahan
untuk
mengembangkan
kemampuan memecahkan
masalah
dengan
pendekatan ilmiah dan
mengkaitkan pemahaman
mengenai
materi
pelajaran. Disamping itu,
kebiasaan kerja secara
cermat,
bersih,
dan
sistematis
dapat
berkembang
bersamaan
dengan
pencapaian
keterampilan proses sains.
Keterampilan hanya dapat
dikembangkan
melalui
latihan. Oleh karena itu,
harus
ada
kegiatan
praktikum yang lebih
menekankan
pengembangan
keterampilan
menggunakan
alat,
observasi, mengukur, dan
keterampilan
lainnya.
Akan tetapi, pengalaman
menunjukkan
bahwa
sering terjadi siswa tidak
berpikir tentang hal-hal
yang
bersifat
teoritis
manakala
mereka
berkonsentrasi
teknikalisasi
alat-alat.
Pengalaman
lainnya
menunjukkan
bahwa
dorongan besar kearah
penemuan konsep atau
pembuktian
konsep
menyebabkan siswa tidak
belajar
keterampilan
secara
baik,
serta
melupakan
unsur-unsur
kejujuran, ketelitian, dan
keselamatan kerja.
Menurut Dahar, R.W
(1996),
keterampilan
proses
sains
adalah
kemampuan siswa untuk
menerapkan
metode

ilmiah dalam memahami,
mengembangkan
dan
menemukan
ilmu
pengetahuan.
Keterampilan proses sains
ini seperti pengamatan,
perumusan
masalah,
perumusan
hipotesis,
pengklasifikasian,
pemrediksi,
pengkomunikasian,
perencanaan eksperimen,
perumusan
devinisi
operasional,
penginterpretasian
data,
penarikan kesimpulan, dan
lain sebagainya.
Keterampilan proses
sains
merupakan
keterampilan
yang
diperoleh dari latihan
kemampuan-kemampuan
mental, fisik, dan sosial
yang mendasar sebagai
penggerak
kemampuan
yang lebih tinggi. Semua
keterampilan-keterampilan
fisik dan mental telah
dimiliki anak dalam wujud
potensial atau kemampuan
yang belum terbentuk
secara jelas, kemampuan
yang
masih
sangat
sederhana,
kemampuan
yang
masih
perlu
dirangsang agar mampu
menampilkan diri. Dalam
hal ini, guru harus dapat
menunjukkan potensi itu
dari dalam diri anak dan
mengembangkan
keterampilan
tersebut
sesuai
dengan
taraf
perkembangan pemikiran
anak.
Selain
itu,
keterampilan proses sains
ini sangat penting bagi
setiap siswa sebagai bekal
untuk
menggunakan
metode ilmiah dalam
mengembangkan
sains
serta
diharapkan
memperoleh pengetahuan

baru atau mengembangkan
pengetahuan yang telah
dimiliki.
Menurut
Semiawan
(1992),
keterampilan
proses sains diperlukan
untuk menemukan dan
mengembangkan fakta dan
konsep
serta
menumbuhkan
dan
mengembangkan
sikap
dan nilai yang dituntut
melalui kerja atau metode
ilmiah.
Dengan
keterampilan proses sains
dalam
proses
pembelajaran
akan,menciptakan kondisi
cara belajar siswa aktif,
meningkatkan
pola
berfikir
siswa,
serta
mengembangkan
sikap
dan nilai. Keterampilan
proses
perlu
dikembangkan
melalui
pengalaman-pengalaman
langsung
sebagai
pengalaman pembelajaran.
Keterampilan proses
sains menekankan pada
pembentukan
keterampilan memperoleh
pengetahuan,
dan
mengkomunikasikan
perolehannya.
Keterampilan
diartikan
kemampuan menggunakan
pikiran,
nalar
dan
perbuatan secara efisien
dan
efektif
untuk
mencapai sesuatu hasil
tertentu,
termasuk
kreativitas.
Berdasarkan
dari
uraian tersebut, maka yang
menjadi masalah umum
dalam penelitian ini adalah
“Bagaimana bentuk LKS
yang digunakan di SMP
Negeri 2 Wringinanom?”,
“Bagaimana
kegiatan
praktikum yang dilakukan
di
SMP
Negeri
2

Wringinanom?”,
dan
“Bagaimana
tingkat
kemampuan keterampilan
proses sains pada kelas
VII-B di SMP Negeri 2
Wringinanom?”.
Penelitian
yang
dilakukan ini bertujuan
untuk mengetahui dan
mendeskripsikan bentuk
LKS yang digunakan dan
kegiatan praktikum yang
dilakukan di SMP Negeri
2 Wringinanom serta
tingkat
kemampuan
keterampilan proses sains
pada kelas VII-B di SMP
Negeri 2 Wringinanom.
Penelitian ini diharapkan
dapat
meningkatkan
proses pembelajaran di
SMP
Negeri
2
Wringinanom
menjadi
lebih baik, meningkatkan
kemampuan keterampilan
proses
sains,
dan
memperbaiki
kegiatan
praktikum di SMP Negeri
2 Wringinanom.
METODE
Jenis penelitian ini
adalah
penelitian
deskriptif
yaitu
mendeskripsikan
atau
menggambarkan kegiatan
praktikum dan tingkat
kemampuan keterampilan
proses sains para siswa
SMP
Negeri
2
Wringinanom.
Pada
penelitian
ini
dimaksudkan
untuk
mengetahui respon dari
kegiatan praktikum dan
tingkat
kemampuan
keterampilan proses sains
siswa kelas VII-B di SMP
Negeri 2 Wringinanom.
Penelitian
ini
dilakukan di kelas VII
SMP
Negeri
2
Wringinanom Kecamatan

Wringinanom Kabupaten
Gresik.
Waktu
pelaksanaan penelitian ini
yaitu pada tanggal 24
September 2014. Dalam
penelitian ini populasi
yang digunakan adalah
siswa kelas VII
SMP
Negeri 2 Wringinanom
yang terdiri dari 32 siswa.
Pemilihan anggota sampel
dilakukan dengan teknik
sampling acak, semua
anggota
populasi
mempunyai probabilitas
atau kesempatan untuk
menjadi sampel. Sampel
penelitian ini adalah kelas
VII-B.
Penelitian
ini
termasuk penelitian uji
terbatas hanya pada satu
kelas yaitu kelas VII-B.
Penelitian ini diawali
dengan membuat angket
penggunaan LKS di SMP
Negeri 2 Wringinanom
untuk
mengetahui
kegiatan
praktikum
berdasarkan LKS yang
telah ada di sekolah dan
membuat tes keterampilan
proses
sains
untuk
mengetahui
tingkat
kemampuan
metode
ilmiah
siswa
dalam
melakukan
praktikum.
Tahap berikutnya yaitu
telaah angket penggunaan
LKS dan tes keterampilan
proses sains kepada Dosen
pembimbing.
Setelah
dilakukan telaah, tahap
berikutnya yaitu revisi.
Tahap selanjutnya yaitu
pengambilan data dengan
memberikan angket dan
tes keterampilan proses
sains kepada siswa kelas
VII-B di SMP Negeri 2
Wringinanom.
Teknik pengumpulan
data
yang
digunakan
dalam penelitian ini yaitu

berupa
wawancara,
angket, dan tes. Teknik
wawancara ini bersifat
wawancara bebas yang
dilakukan pada Guru IPA
SMP
Negeri
2
Wringinanom
dengan
memberikan pertanyaanpertanyaan sesuai dengan
pedoman tujuan penelitian
yang
dilakukan.
Wawancara ini digunakan
untuk
memperoleh
informasi yaitu tentang
kegiatan praktikum yang
dilakukan,
proses
pembelajaran,
keterampilan proses sains
yang diajarkan, bentuk
LKS yang digunakan
untuk prakikum. Untuk
teknik pengumpulan data
berupa
angket
yang
digunakan ini adalah jenis
angket
terbuka
yaitu
angket yang disajikan
dalam bentuk sederhana
yang berisi pertanyaanpertanyaan
pokok
penelitian
sehingga
responden
dapat
memberikan
jawaban
sesuai dengan kehendak
dan
keaadaan
sesungguhnya
secara
bebas (Riduwan, 2012.).
Teknik pengumpulan data
berupa tes ini berbentuk
tes untuk mengetahui
kemampuan keterampilan
proses sains siswa SMP
Negeri 2 Wringinanom.
Sebelum
tes
ini
digunakan, terlebih dahulu
dilakukan telaah pada
Dosen
pembimbing.
Setelah dinyatakan layak
untuk di ujikan, maka tes
ini dapat digunakan untuk
mengukur
tingkat
kemampuan keterampilan
proses sains pada setiap
siswa.

Instrumen penelitian
merupakan
serangkaian
kegiatan/alat
yang
digunakan
untuk
mendapatkan
data
penelitian.
Instrumen
penelitian yang digunakan
oleh
peneliti
adalah
Lembar
pedoman
wawancara,
lembar
angket, dan lembar tes.
Lembar
pedoman
wawancara
ini
berisi
tentang uraian penelitian
yang dituangkan dalam
bentuk daftar pertanyaan
yang akan ditanyakan
kepada
responden
sehingga
proses
wawancara dapat berjalan
dengan
baik.
Untuk
lembar
angket
berisi
pertanyaan-pertanyaan
yang berkaitan dengan
respon siswa terhadap
kegiatan praktikum di
sekolah. Dan lembar tes
ini berisi pertanyaanpertanyaan
yang
mengandung komponen
keterampilan proses sains
yang digunakan untuk
mendapatkan
data
mengenai
hasil
keterampilan proses sains
yang dimiliki oleh setiap
siswa.
Data
yang
dikumpulkan
dalam
penelitian ini adalah data
kuantitatif.
Namun
penelitian
ini
hanya
diarahkan
untuk
mendapatkan
deskripsi,
maka analisis datanya
cukup
dengan
menggunakan
statistik
deskriptif sederhana yaitu
menghitung frekuensi dan
persentase yang disajikan
dalam bentuk tabel dan
grafik (Sukmadinata, Nana
Syaodih. 2010). Analisis

data dari hasil wawancara
dengan guru IPA SMP
Negeri 2 Wringinanom ini
dideskripsikan
dalam
bentuk kata-kata sesuai
dengan kenyataan yang
diperoleh
ketika
melakukan
penelitian
dilapangan.
Analisis data hasil
dari angket penggunaan
LKS yang dilakukan oleh
pengamat dapat diketahui
dari hasil observasi. Data
yang diperoleh dihitung
persentasenya
dengan
menggunakan rumus:

Berdasarkan hasil analisis
tersebut dapat diketahui
respon siswa mengenai
kegiatan praktikum yang
dilakukan di sekolah.
Analisis data dari
hasil tes keterampilan
proses
siswa
yang
diberikan ketika penelitian
oleh
pengamat.
Perhitungan
persentase
skor untuk tiap komponen
keterampilan proses dapat
menggunakan
rumus
berikut:

Persentase
hasil
perhitungan
masingmasing
keterampilan
proses
sains
yang
diperoleh digunakan untuk
mengetahui
tingkat
keterampilan proses sains
yang dimiliki oleh setiap
siswa dengan kategori
sebagai berikut:
Tabel 1. Kriteria
persentase
hasil
pengamatan
Persentase

0,01% - 20,99%

tersebut bukan merupakan
Aspek yang diamati
kegiatan
praktikum
Dalam LKS praktikum
yang seperti yang
eksperimen
digunakan, apakah dijelaskan
dibimbing oleh Jenkins
untuk
merumuskan danmasalah,
Whitfield (1974)
membuat
hipotesis,
(dalam dan
Adisendjaja, Y. H.
4
menentukan
variabel?
2008)
bahwa kegiatan
(Riduwan, 2012:
a.Ya
praktikum
merupakan
15)
b.Tidak
pengalaman belajar yang
Berdasarkan
kriteria
memungkinkan
siswa
Setujukah
Anda,
apabila
materi
persentase keterampilan
berinteraksi
dengan
dalam
LKS
pembelajaran
yang
proses sains siswa dalam
material
Anda gunakan dekat
dengansampai kepada
pembelajaran
dengan
5
observasi
terhadap sesuatu
kehidupan
sehari-hari?
menggunakan praktikum,
hal
yang
ingin
dibuktikan
a.Setuju
maka tigkat keterampilan
kebenarannya.
Sehingga
b.Tidak setuju
proses sains dikatakan
kegiatan demonstrasi atau
efektif apabila persentase
Dari
hasil
penelitian
motivasi yang dilakukan
mencapai ≥61%.
yang diperoleh tersebut
guru bukan termasuk
dapat
terlihat
bahwa
dalam
dalam kegiatan praktikum
HASIL
DAN
pembelajaran
IPA
di
SMP
karena
siswa
tidak
PEMBAHASAN
Negeri
2
Wringinanom
berinteraksi
dengan
Berdasarkan penelitian
pernah
dilakukan
material dan melakukan
yang telah dilakukan pada
praktikum
yang
observasi
untuk
tanggal 24 September
dibuktikan
dengan
respon
membuktikan
suatu
2014 dengan uji coba
siswa
sebesar
93,8%.
kebenaran.
terbatas pada 32 siswa di
Kegiatan
praktikum
Sebanyak 50% dari
kelas VII-B SMP Negeri 2
eksperimen
jarang
responden
siswa
Wringinanom, diperoleh
dilakukan
di
SMP
Negeri
beranggapan
bahwa
hasil responden terhadap
2
Wringinanom
sesuai
pelajaran
IPA
itu
sulit
dan
kegiatan praktikum sesuai
dengan
hasil
pnelitian
12,5%
dari
siswa
dengan
angket
siswa yang menjawab
berpendapat
bahwa
penggunaan LKS yaitu
lainnya
berupa
jarang
pelajaran IPA itu sangat
sebagai berikut:
melakukan
praktikum
sulit untuk dipelajari.
Tabel 2. Hasil angket
sebesar
46,9%.
Hal
ini
Tidak dapat dipungkiri
penggunaan LKS
sesuai
dengan
hasil
bahwa masih banyak
No
Aspek yang diamati
wawancara
dengan
salah
siswa yang tidak suka
.
satu
guru
IPA
yang
dengan pelajaran IPA yaitu
Dalam kegiatan pembelajaran IPA,
menyebutkan
bahwa
sebanyak 40,6%. Hal ini
apakah ada kegiatan praktikum?
1
kegiatan
praktikum
dikarenakan
selama
a.Ada
dilakukan
sesuai
dengan
pembelajaran
guru
hanya
b.Tidak
materi
yang
sedang
terfokus pada materi saja
Berapa sering Anda melakukan
dipelajarai
dan
dan tidak memberikan
kegiatan praktikum dalam satu
ketersediaan
waktu
pengalaman belajar yang
bulan?
pembelajaran
untuk
memungkinkan
siswa
a.Tidak pernah
2
praktikum.
Guru
untuk berinteraksi dengan
b.1 kali
menyebutkan
kegiatan
material sampai kepada
c.3 kali
demonstrasi atau kegiatan
observasi terhadap sesuatu
d.Jarang
motivasi yang dilakukan
hal yang ingin dibuktikan
Apakah Anda suka belajar
IPA pembelajaran
guru ketika
kebenarannya.
dengan kegiatan praktikum?
merupakan
kegiatan
Pembelajaran
dengan
3
a.Ya
praktikum juga yang
pengalaman belajar yang
b.Tidak
dilakukan dalam skala
diperoleh siswa dapat
kecil. Namun, kegiatan
memudahkan siswa untuk

21,00% - 40,99%
41,00% - 60,99%
61,00% - 80,99%
81,00% - 100,00%

No
.

memahami materi dan
menjadikan pengetahuan
yang diperoleh dapat
diingat oleh siswa dalam
jangka waktu yang lama.
Sehingga, siswa akan
menyukai pelajaran IPA
dengan
pembelajaran
berdasarkan pengalaman.
Sebagian besar siswa
SMP
Negeri
2
Wringinanom menyukai
kegiatan praktikum yaitu
sebesar 71,9%. Hal ini
sesuai
dengan
yang
dikemukakan oleh Arifin
et al. (dalam Azhar, 2012)
bahwa metode praktikum
merupakan
penunjang
kegiatan proses belajar
untuk menemukan prinsip
tertentu atau menjelaskan
tentang
prinsip-prinsip
yang
dikembangkan.
Dengan
kegiatan
praktikum juga memberi
kesempatan kepeda siswa
untuk memenuhi dorongan
rasa ingin tahu dan ingin
bisa, sehingga siswa dapat
menemukan pengetahuan
melalui
eksplorasinya
terhadap
alam.
Oleh
karena itu, bagi siswa
kegiatan praktikum itu
menyenangkan,
dapat
melakukan
percobaan
sesuai dengan panduan
praktikum sehingga dapat
langsung
mengetahui
hasilnya secara nyata, hal
ini dapat memberikan
pengalaman belajar nyata
pada
siswa.
Dengan
adanya
kegiatan
praktikum siswa lebih
mudah dalam memahami
materi, namun guru jarang
mengajak siswa untuk
melakukan
kegiatan
praktikum.
Berdasarkan
hasil
wawancara dengan guru

IPA, dalam pembelajaran
IPA
guru
masih
mengajarkan materi secara
terpisah-pisah
antara
materi fisika, biologi, dan
kimia. Sehingga siswa
tidak
mengetahui
pembelajaran IPA secara
terpadu itu seperti apa.
Selain itu, guru juga
mengalami
kesulitan
dalam mengintegrasikan
materi
antara
fisika,
biologi, dan kimia yang
akan
diajarkan
dan
membuat
pola
keterpaduannya sehingga
guru masih belum bisa
mengajarkan materi secara
terpadu.
LKS
pembelajaran IPA yang
digunakan
siswa
merupakan
kegiatan
kegiatan yang terdapat
pada buku siswa yang
dipakai
dalam
pembelajaran.
Bentuk
LKS yang digunakan oleh
siswa SMP Negeri 2
Wringinanom
ini
merupakan
LKS
eksperimen dan LKS noneksperimen. Karena dalam
LKS tersebut terdapat
beberapa
kegiatan
eksperimen dan juga berisi
soal-soal yang dijadikan
pedoman
untuk
memahami konsep atau
prinsip tanpa melakukan
eksperimen.
Sebesar
96,9%
siswa
menginginkan
materi
dalam
LKS
yang
digunakan
merupakan
materi yang dekat dengan
kehidupan
sehari-hari.
Karena siswa akan lebih
mudah dalam memahami
materi pelajaran yang
berkaitan
dengan
kehidupan
sehari-hari
mereka dan pembelajaran

akan
menjadi
lebih
Untuk
keterampilan
bermakna.
proses identifikasi variabel
Berdasarkan hasil tes
masih lebih redah jika
keterampilan proses sains
dibandingkan
dengan
yang telah dilakukan,
merumuskan masalah dan
selanjutnya
hasil
tes
hipotesis yang termasuk
tersebut
dianalisis
dalam kriteria sangat
persentase
tiap
kurang
yaitu
sebesar
komponennya
yang
20,2%.
Begitu
pula
ditunjukkan pada tabel 3
dengan
keterampilan
sebagai berikut:
proses
devinisi
Tabel 3. Hasil tes
operasional variabel juga
keterampilan proses sains
temasuk dalam kriteria
kurang
yaitu
Komponen Keterampilansangat
sebesar
9,6%.
Identifikasi
Proses Sains
variabel dan perumusan
Merumuskan Masalah
devinisi
operasional
Merumuskan Hipotesis
variabel ini sangat kurang
Identifikasi Variabel
dikarenakan siswa tidak
apa
itu
Devinisi Operasional Variabel mengetahui
variabel dan devinisi
Pengintegrasian data dari diagram
operasional
variabel.
Pengintegrasian data dari tabelSelain itu selama kegiatan
praktikum, guru tidak
Penarikan kesimpulan
mengajarkan
mengenai
Rata-rata
identifikasi variabel dan
devinisi
operasional
Dari tes keterampilan
variabel.
LKS
yang
proses sains yang telah
dimiliki
oleh
siswa
tidak
dikerjakan siswa, dalam
semua kegiatan praktikum
keterampilan
proses
dilakukan oleh siswa,
merumuskan
masalah
namun hanya beberapa
siswa yaitu sebesar 38,8%
saja
yang
dilakukan.
termasuk dalam kritaria
Dalam
mengisi
hasil
kurang.
Begitu
pula
praktikum pada LKS
dengan
dengan
terkadang siswa tidak
keterampilan merumuskan
dengan
melakukan
hipotesis juga termasuk
kegiatan praktikum, tetapi
dalam kritaria kurang
dari penjelasan guru. Oleh
dengan
persentase
karena
itu
tingkat
ketuntasan siswa sebesar
keterampilan proses siswa
39,4%.
Hal
ini
identifikasi variabel dan
dikarenakan siswa masih
perumusan
devinisi
belum memahami cara
operasional variabel ini
membuat
rumusan
sangat kurang.
masalah dan hipotesis
Dalam
keterampilan
dengan benar, selain itu
proses
pengintegrasian
dalam
LKS
yang
data berupa diagram,
digunakan tidak diajarkan
sebanyak 54,0% termasuk
kepada
siswa
untuk
dalam kriteria cukup,
membuat
rumusan
namun untuk keterampilan
masalah dan hipotesis.
proses
pengintegrasian
data berupa tabel siswa

termasuk dalam kriteria
cukup yaitu sekitar 40,7%.
untuk keterampilan proses
penarikan
kesimpulan
termasuk dalam kriteria
cukup
yaitu sebesar
56,9%.
Berdasarkan hasil tes
keterampilan proses sains
ini dapat terlihat bahwa
keterampilan proses sains
yang dimiliki oleh siswa
SMP
Negeri
2
Wringinanom mempunyai
rata-rata
persentase
ketuntasan sebesar 37,1%
yang termasuk dalam
kriteria kurang. Sedangkan
dari hasil responden dalam
angket, siswa sebanyak
78,1%
menyebutkan
bahwa dalam kegiatan
praktikum
guru
membimbing siswa untuk
merumuskan
masalah,
membuat hipotesis, dan
menentukan
variabel,
begitu pula yang dikatakan
guru ketika wawancara.
Dari kedua hasil tersebut
seharusnya ketika kegiatan
praktikum
guru
membimbing
untuk
merumuskan
masalah,
membuat hipotesis, dan
menentukan variabel itu
tinggi maka hasil tingkat
keterampilan proses siswa
juga tinggi karena adanya
bimbingan dari guru.
Namun
pada
kenyataannya
terdapat
kesenjangan antara tingkat
keterampilan proses siswa
dengan responden siswa
dalam angket. Hal ini
dikarenakan siswa masih
belum mengetahui apa itu
rumusan
masalah,
hipotesis, dan variabel
serta
guru
tidak
menjelaskannya
pada
siswa tentang hal tersebut

sehingga
siswa
tidak
mengetahuinya. Ini dapat
dibuktikan
ketika
mengerjakan soal tes
keterampilan proses sains,
siswa
tidak
dapat
mengerjakan
dan
mengalami kebingungan
untuk mengerjakan tes
tersebut serta ketika di cek
pemahaman
mereka
tentang
keterampilan
proses sains tersebut siswa
tidak dapat menjawab dan
tidak mengetahui hal
tersebut. Kemudian ketika
diselidiki lebih mendalam
lagi melalui wawancara
langsung dengan para
siswa, mereka mengatakan
guru tidak menjelaskan
keterampilan proses sains
tersebut
baik
dalam
pembelajaran
maupun
kegiatan praktikum yang
telah dilakukan. Itulah
sebabnya
tingkat
keterampilan proses sains
siswa terbilang kurang.
Selain itu, penyebab
lainnya adalah kegiatan
praktikum di SMP Negeri
2 Wringinanom ini jarang
dilakukan oleh siswa
karena beberapa hal yang
sudah
dibahas
pada
pembahasan sebelumnya.
Pada hal, berdasarkan
kegiatan praktikum yang
dilakukan
dapat
mengembangkan
keterampilan proses sains
pada
diri
siswa.
Keterampilan hanya dapat
dikembangkan
melalui
latihan. Oleh karena itu,
harus
ada
kegiatan
praktikum yang lebih
menekankan
pengembangan
keterampilan
menggunakan
alat,
observasi, mengukur, dan

keterampilan
lainnya.
Itulah sebabnya tingkat
keterampilan proses yang
dimiliki
oleh
siswa
terbilang kurang.
Dengan keterampilan
proses sains diperlukan
untuk menemukan dan
mengembangkan fakta dan
konsep
serta
menumbuhkan
dan
mengembangkan
sikap
dan nilai yang dituntut
melalui kerja atau metode
ilmiah. Oleh karena itu,
keterampilan proses perlu
dikembangkan
atau
ditingkatkan
melalui
pengalaman-pengalaman
langsung
sebagai
pengalaman pembelajaran
yaitu kegiatan praktikum.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan
penelitian yang telah
dilakukan, dapat diperoleh
kesimpulan bahwa LKS
yang digunakan oleh siswa
SMP
Negeri
2
Wringinanom merupakan
lembar kegiatan yang
terdapat
dalam
buku
siswa. Dalam LKS yang
digunakan tidak diajarkan
keterampilan
proses
merumuskan
masalah,
merumuskan
hipotesis,
identifikasi variabel, dan
definisi
operasional
variabel. Bentuk LKS
yang digunakan oleh SMP
Negeri 2 Wringinanom
merupakan
LKS
eksperimen dan juga LKS
non-eksperimen
dalam
satu buku LKS.
Hasil
dari
tes
keterampilan proses sains
menyatakan bahwa ratarata tingkat keterampilan

proses sains pada siswa
SMP
Negeri
2
Wringinanom
masih
terbilang kurang yaitu
sebesar 37,3%. Hal ini
terjadi, karena kegiatan
praktikum di SMP Negeri
2 Wringinanm ini masih
jarang
dilakukan.
Sehingga
keterampilan
proses sains tidak dapat
terlatihkan.
Saran
Dalam melakukan
penelitian sebaiknya siswa
dibimbing untuk mengisi
setiap point dari angket
penggunaan LKS sehingga
tidak
terjadi
kesalah
pahaman siswa dalam
mengartikan pertanyaan
yang ada pada lembar
angket penggunaan LKS
dalam mengisi angket.
Selain
itu,
ketika
melakukan
tes
keterampilan proses sains
sebaiknya siswa diberikan
batas
waktu
untuk
mengerjakan soal tes
tersebut sehingga siswa
dapat mengerjakan dengan
tepat
waktu.
Ketika
mengerjakan tes siswa
juga di perhatikan secara
seksama sehingga siswa
tidak dapat mencontek
jawaban temannya dan
bisa mendapatkan hasil
yang lebih akurat.
Ucapan Terima Kasih
Dengan
terselesaikannya
artikel
ilmiah ini tidak luput dari
bantuan oleh berbagai
pihak yang memberikan
semangat dan dorongan
untuk
bisa
terselesaikannya artikel ini
dengan baik. Ucapan

terima kasih ini saya
berikan kepada:
 Allah SWT yang telah
memberikan
saya
kesehatan
dan
keberanian
untuk
mengambil data di
SMP
Negeri
2
Wringinanom.
 Ke dua orang tua dan
kakak saya yang telah
memberikan semangat
dan motivasi untuk
menyelesaikan artikel
ilmiah ini.
 Bapak Elok Sudibyo,
M.Pd. selaku dosen
pembimbing yang telah
membimbing
dan
mengarahkan hal-hal
yang harus dilakukan
untuk terselesaikannya
artikel ini.
 Bapak Kepala Sekolah
SMP
Negeri
2
Wringinanom
dan
Guru IPA Kelas VII
yang telah memberikan
informasi dan ijin
untuk
melakukan
penelitian di SMP
Negeri
2
Wringinanom.
 Teman-teman
pendidikan
sains-B
2011
yang
telah
membantu
dengan
memberikan kritik dan
saran yang bersifat
membangun
demi
kebaikan penyelesaian
artikel yang saya tulis
ini.

Azhar, R.Y. 2012.
Pentingnya Kegiatan
Praktikum dalam
Pembelajaran.
[online],
(http://www.rofayuliaa
zhar.com/2012/06/pent
ingnya-kegiatanpraktikum-dalam.html)
diakses pada tanggal
13 mei 2014.

DAFTAR PUSTAKA

Sukmadinata,
Nana
Syaodih.
2010.
Metode
Penelitian
Pendidikan. Bandung:
PT
Remaja
Rosdakarya.

Adisendjaja, Y. H. 2008.
Kegiatan Praktikum
dalam
Pendidikan
Sains,
Bandung:
Jurusan
Pendidikan
Biologi FPMIPA UPI.

Dahar,
R.W.
(1996).
Teori-Teori
Belajar.
Jakarta: Erlangga.
Depdiknas.
2008.
Pedoman Penyusunan
Lembar
Kegiatan
Siswa dan Skenario
Pembelajaran
Menengah Pertama.
Jakarta:
Direktorat
Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah .
Kerr, J.F. (1964). Practical
Works
in
School
Sciences,
Leicester:
Leicester University
Press.
Prianto dan Harnoko.
1997.
Perangkat
Pembelajaran.
Depdikbud. Jakarta
Riduwan. 2012. Skala
Pengukuran VariabelVariabel
Penelitian.
Bandung: Alfabeta.
Semiawan, conny. 1992.
Pendekatan
Keterampilan Proses
Bagai
mana
Mengaktifkan Siswa
dalam
Belajar.
Jakarta: PT Grasindo.
Shulman, L.S. and Tamir,
P. (1973) Research on
teaching in the natural
sciences. In R.M.W.

Woolnough, B. E.
(1983), Exercises

investigations and
experiences, Physics
Education.