DAMPAK PENGGUNAAN SMARTPHONE UNTUK ANAK

DAMPAK PENGGUNAAN SMARTPHONE
UNTUK ANAK USIA SEKOLAH DASAR
TUGAS INDIVIDU

Disusun sebagai tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Pengampu: Prof. Drs. Nathan Hindarto, Ph.D

oleh
R. Gita Ardhy Nugraha (0103516101)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR (PGSD)
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016

DAMPAK PENGGUNAAN SMARTPHONE UNTUK ANAK USIA SD
R. Gita Ardhy Nugraha
Pendidikan Dasar (PGSD), Program Pasca Sarjana, Universitas Negeri Semarang
nug.ardhy@students.unnes.ac.id

Smartphone atau yang biasa kita kenal dengan ponsel pintar sudah

menjadi sesuatu yang umum di kalangan masyarakat Indonesia. Hampir tiap kota
menjual berbagai merk atau brand yang beredar di pasaran. Harganya pun
bervariasi dari yang murah sampai yang sangat mahal. Contohnya brand Samsung
yang terkenal dengan perangkat seri S dan Notenya, serta Apple yang terkenal
dengan iPhonenya. Berbagai fitur juga ditawarkan oleh berbagai brand untuk
bersaing dalam market sharenya. Semakin lengkap dan canggih fitur yang
ditawarkan semakin tinggi pula harga yang harus ditebus untuk memiliki
smartphone ini. Keberadaan smartphone di era kemajuan teknologi yang pesat
membuat masyarakat seakan terhipnotis untuk membeli dan memilikinya.
Kemudahan mendapatkan smartphone di Indonesia tentunya sebuah dampak
diperlakukannya pasar bebas dunia pada tahun 2008, dimana Indonesia menjadi
salah satu sasaran penjualan produk-produk elektronik termasuk smartphone.
Keberadaan smartphone di Indonesia bagai kacang goreng yang ada di manamana dan sangat mudah didapatkan.
Smartphone pada dasarnya dibuat untuk memudahkan komunikasi antar
sesama. Melalui smartphone, seseorang bisa berkomunikasi satu dengan lainnya
tanpa memperhatikan jarak yang ada. Fungsi smartphone yang biasa disebutkan
orang salah satunya adalah mendekatkan yang jauh. Banyak sekali fitur
kemudahan komunikasi yang ditawarkan oleh ponsel pintar yang beredar di
kalangan masyarakat. Fitur yang ada memungkinkan seseorang melalukan
panggilan video atau yang biasa disebut video call dengan sanak saudara atau

kebaratnya yang jauh di sana. Fitur multi chat atau berkomunikasi secara tertulis
dengan beberapa orang sekaligus juga membuat smartphone makin digemari
terutama oleh pelaku-pelaku organisasi.

Smartphone memberikan kemudahan pengaksesan informasi yang ada di
dunia. Melalui browser yang sudah disematkan oleh pengembangnya, seseorang
dimungkinkan untuk mendapatkan informasi yang diinginkan dengan cepat.
Hanya dengan mengetikkan beberapa kata kunci, informasi yang diinginkan sudah
terdaftar dengan rapi. Smartphone juga memberikan fungsi to entertain bagi
orang-orang yang menggunakannya. Sebagai contoh, seseorang dapat melihat
tayangan video secara langsung dari smartphone melalui layanan Youtube atau
ditransfer langsung ke dalam media penyimpanannya. Jika orang tersebut gemar
untuk mengambil gambar, ada fitur kamera yang cukup mumpuni untuk
mengambil gambar yang jernih dan mendekati objek aslinya.
Penggunaan smartphone juga dimudahkan dengan kemajuan konektivitas
internet yang sudah mencapai 4G di Indonesia. Selain itu, harga yang ditawarkan
untuk pengaksesan data internet oleh provider telekomunikasi di Indonesia juga
mendukung seseorang menggunakan smartphone ini. Paket bundling smartphone
yang dilakukan oleh penyedia layanan komunikasi di Indonesia tentunya juga
membuat seseorang ingin memiliki smartphone karena harganya cukup miring.

Alasan paling umum untuk memiliki smartphone adalah untuk
memenuhi gaya hidup. Alasan ini tentu saja mengaburkan keberadaan smartphone
sebagai urgensi kebutuhan yang harus dipenuhi.[1] Kebutuhan akan smartphone
sebagai gaya hidup tentunya juga menjamur di kalangan anak usia sekolah dasar.
Mereka dengan mudahnya mendapatkan smartphone dari orang tua atau sanak
saudara lainnya. Tidak mau kalah dengan teman-teman dan tidak mau ketinggalan
zaman adalah alasan yang paling sering dijumpai. Anak usia SD sekarang pun
lebih mahir dalam menggunakan smartphone dibandingkan dengan orang tua atau
bahkan guru mereka sendiri.
Penggunaan smartphone bagi anak usia SD tentunya akan diikuti oleh
dampak positif dan negatif. Dampak yang akan timbul dari penggunaan
smartphone oleh anak SD sebaiknya diketahui terlebih dahulu sebelum
memberikan smartphone kepada mereka.
Keberadaan smartphone membantu siswa untuk berkomunikasi dengan
orang tua terutama ketika siswa mendapatkan masalah di sekolah. Siswa dapat

dengan segera memberikan informasi terkini tentang apa yang dialaminya di
sekolah. Sebagai contoh, ketika siswa dipulangkan lebih awal karena ada sesuatu
hal di sekolah, siswa dapat segera menghubungi keluarganya untuk meminta
dijemput. Selain itu, siswa juga dapat belajar mandiri dengan smartphone karena

keberadaan buku elektronik yang bisa dipindahkan ke dalam media penyimpanan
smartphone dapat dibaca langsung oleh siswa. Berbagai format dokumen
seperti .pdf, .doc, dan .ppt dapat dengan mudah dibuka oleh aplikasi yang ada
pada smartphone. Siswa juga dapat belajar dari layanan streaming video yang ada
melalui internet. Melalui smartphone, siswa dapat belajar sambil bermain karena
aplikasi permainan edukasi sudah banyak beredar dan dapat diunduh secara gratis.
Permainan edukasi yang tersedia juga dapat didapatkan berdasakan usia anak.
Anak juga dapat terhibur dengan smartphone ketika mereka mengalami kejuhan
dari kegiatan sehari-hari. Anak dapat mendapatkan hiburan dari sosial media,
video, atau musik yang ada pada smartphone mereka. Dari sisi yang lain, siswa
dapat dikenalkan dengan kemajuan teknologi smartphone yang ada. Siswa dapat
mengikuti perkembangan teknologi smartphone melalui smartphone yang
dimilikinya. Siswa dapat mengenal apa itu teknologi touchscreen, finger print,
dan berbagai kecanggihan lainnya.
Kemajuan teknologi yang ada pada smartphone tentunya tidak hanya
berdampak positif saja, tetapi ada beberapa dampak negatif yang ditimbulkan dari
keberadaan ponsel pintar ini. Keberadaan smartphone sampai kapanpun tidak
dapat menggantikan peranan orang tua untuk berkomunikasi dengan anaknya atau
dengan kata lain, smartphone tidak dapat menggantikan perhatian orang tua secara
langsung. Penggunaan smartphone yang berlebihan oleh anak akan menimbulkan

ketergantungan kepada smartphonenya.[2] Siswa menjadi lebih asyik dengan
smartphone miliknya daripada dengan orang lain. Siswa juga menjadi lupa dengan
kondisi sekitarnya. Ketergantungan siswa dengan smartphonenya membuat siswa
merasa tidak tenang jika harus jauh dengan ponsel pintarnya. Smartphone
membuat siswa terisolasi dari dunia luarnya. Melalui fasilitas games atau
facebook pada smartphonenya, seorang anak terkadang lebih asyik berinteraksi
dengan layar smartphone dibandingkan dengan orang-orang di sekitarnya,

termasuk dengan anak seusianya. Penggunaan secara terus-menerus smartphone
akan menimbulkan efek kecanduan seperti mengkonsumsi rokok atau obat-obatan
terlarang. Kecanduan ini akan mengakibatkan tugas-tugas anak sebagai siswa
tidak terselesaikan dengan maksimal atau bahkan terbengkalai. Beberapa contoh
yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari adalah anak cenderung (kalau
bisa)

memilih

makan

sambil


memainkan

permainan

yang

ada

pada

smartphonenya daripada makan tanpa smartphone. Selain itu, ketika keluarga
berkumpul, anak justru cenderung bermain dengan smartphone mereka daripada
bermain dengan keluarganya. Dari sini, mulailah dikenal bahwa selain
smartphone mendekatkan yang jauh, smartphone juga menjauhkan yang dekat.
Kemudahan akses internet yang tanpa batas juga mempermdah siswa untuk
mencari hal-hal berbau negatif. Rasa penasaran anak akan menimbulkan dorongan
untuk mencari hal-hal berbau porno dari smartphone mereka.
Peran orang tua dan guru sangat diperlukan untuk mengatasi dampak
negatif smartphone yang ada. Boleh saja orang tua memberikan smartphone

kepada anak-anaknya, tetapi tentu saja ada batasannya. Batasan umur harus
diberikan kepada anak untuk memiliki smartphone. Dari sebuah tayangan iklan
sebuah pelayanan publik Thailand yang ada di Youtube, pemberian smartphone
ditujukan untuk anak yang sudah berumur dua belas tahun.[3] Usia di bawah itu,
anak hanya diperbolehkan memiliki ponsel biasa yang hanya bisa digunakan
untuk telepon dan mengirimkan pesan. Jika orang tua sudah terlanjur memberikan
smartphone pada anak, maka hal yang harus dilakukan oleh orang tua adalah
memberikan batasan waktu bermain anak dengan smartphonenya. Jika orang tua
khawatir anak akan mengakses hal-hal yang berbau pornografi, orang tua dapat
menggunakan kids mode yang ada di beberapa smartphone. Melalui kids mode,
orang tua dapat mengatur apa saja yang boleh diakses oleh anak.[4]
Penggunaan smartphone di sekolah juga dapat diawasi oleh guru melalui
beberapa cara. Salah satunya adalah penggunaan batas waktu pemakaian
smartphone siswa. Guru dengan siswa dapat membuat kesepakatan kapan
smartphone boleh digunakan dan kapan tidak boleh digunakan. Jika guru akan
menggunakan smartphone anak untuk mendukung kegiatan pembelajaran,

hendaknya guru membuat kesepakatan penggunaan dengan siswa. Berkaitan
dengan akses internet sekolah, sekolah dapat membuat peraturan yang mendukung
seperti kapan wi-fi sekolah diaktifkan dan pemblokiran situs-situs yang mengarah

ke hal-hal yang berbau negatif. Beberapa sekolah bahkan ada yang melarang
siswanya membawa smartphone ke sekolah walaupun menimbulkan polemik di
kalangan masyarakat.[5] Boleh saja siswa memiliki smartphone asalkan ada peran
serta orang tua, guru, dan sekolah dalam penggunaannya agar siswa dapat
menggunakan smartphonenya dengan bijak.

REFERENSI
[1]

Chuzaimah, dkk. 2010. Smartphone: Antara Kebutuhan dan E-Lifestyle.
Proceeding Seminar Nasional Informatika 2010 (semnasIF 2010) UPN
”Veteran” Yogyakarta.

[2]

Tondok, Maselius S. 2013. Penggunaan Smartphone pada Anak: Be Smart
Parent. Harian Surabaya Post hal. 6 (24 Maret 2013).

[3]


https://www.youtube.com/watch?v=sxu9G7E9K64

[4]

Asus. Kids Mode. Tersedia di: https://www.asus.com/id/support/faq/1011294/

[5]

Okezone.com. 2015. Alasan Sekolah Larang Siswa Bawa HP. Tersedia di:
http://news.okezone.com/read/2015/04/29/65/1141920/alasan-sekolah-larangsiswa-bawa-hp