STRATEGI KEUANGAN KELOMPOK 2 CURRENT ACC
STRATEGI KEUANGAN
KELOMPOK 2
“CURRENT ACCOUNT AND REAL EXCHANGE RATE DYNAMICS
IN INDONESIA”
Disusun Oleh :
1. Reika Happy S
(146030201111009)
2. Nadiya Lifa Ningrum
(146030201111007)
3. Danny Hendra I
(146030201111003)
PROGRAM MAGISTER ILMU ADMINISTRASI BISNIS
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
LATAR BELAKANG
Analisis penelitian ini mengacu pada peran kedua faktor permanen dan sementara dalam
mempengaruhi dinamika neraca berjalan Indonesia dan nilai tukar riil sebelum dan setelah tahun
2000. Ada perbedaan yang signifikan ketika membandingkan dinamika neraca berjalan Indonesia
saat sebelum dan setelah krisis ekonomi Asia 1997-1998. Sebelum tahun 1998, neraca berjalanan
Indonesia biasanya telah dijalankan defisit, mencapai hampir 3% dari PDB (Gambar 1). Namun
demikian, neraca berjalan negara itu bergeser menjadi surplus setelah 1998 dan mencapai rekor
2,5% dari PDB pada tahun 2004 sebelum menyusut kembali ke defisit 2,7% dari PDB pada
tahun 2012.
Gambar 1. Neraca Berjalan di Indonesia
Sejak krisis Asia telah menyebabkan Indonesia mengalami defisit terus-menerus, hal ini
dikarenakan neraca perdagangannya. Data digambarkan bahwa neraca perdagangan Indonesia
surplus lebih selama dekade terakhir terutama terkait dengan ekspor komoditas yang kuat.
Sementara itu, neraca perdagangan non-komoditas impor telah melampaui ekspor sejak tahun
2006, membuat surplus kecil berubah menjadi defisit dengan kecenderungan untuk tumbuh lebih
besar. Dua alasan utama di balik ini adalah: melemahnya kinerja ekspor terutama di sektor
manufaktur dan pertumbuhan impor yang tinggi karena permintaan domestik yang kuat.
Pendekatan lain untuk menjelaskan dinamika neraca berjalan saat ini adalah bahwa
terdapat faktor permanen atau faktor sementara dibalik perilaku neraca berjalan. Pertanyaan
muncul ketika kita menghubungkannya dengan fakta bahwa perubahan struktural telah
menggerser keadaan sosial-ekonomi Indonesia dan lanskap politik setelah krisis 1997-1998.
Sebagai ilustrasi, Bank Indonesia telah menerapkan sistem nilai tukar mengambang bebas sejak
Agustus 1997 dan mengiplementasikan target inflasi menjadi kerangka kerja kebijakan moneter
pada tahun 1999 (Ananta et al, 2011). Selanjutnya, pada kebijakan fiskal, pemerintah telah
berkomitmen untuk konsolidasi fiskal, yang ditujukan untuk anggaran yang berkelanjutan dan
pelaksanaan desentralisasi fiskal sejak tahun 1999. Secara umum, hal ini adalah wajar untuk
menunjukkan bahwa perubahan tersebut dapat mempengaruhi efek Dinamika post neraca
berjalan pada krisis 1997-1998.
Penelitian ini mencoba untuk mengungkapkan pendekatan selanjutnya dan menyelidiki
hubungan antara perubahan struktural di Indonesia dan pergeseran pola neraca berjalan pada
periode sebelum dan setelah krisis Asia. Untuk itu, kami akan mengklasifikasikan faktor
kemungkinan mempengaruhi dinamika neraca berjalan menjadi dua kelompok tertentu: faktor
permanen dan faktor sementara. Faktor permanen adalah orang-orang struktural mempengaruhi
neraca berjalan dalam jangka panjang seperti sisi penawaran, produktivitas, serta perubahan
preferensi. Clarida dan Gali (1994) melambangkan guncangan di faktor-faktor struktural seperti
guncangan yang nyata, yang akhirnya mempengaruhi sisi penawaran ekonomi seperti bencana
alam atau teknologi. Di sisi lain, faktor-faktor sementara adalah mereka yang mempengaruhi
neraca berjalan hanya dalam jangka pendek seperti variabel nominal seperti harga, jumlah uang
beredar, dan nilai tukar nominal.
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana menilai kemungkinan dampak faktor permanen dan faktor sementara dari
perubahan struktural saat ini pada dinamika nilai tukar riil sebelum dan sesudah krisis di Asia
pada tahun 1997-1998?
TUJUAN
Untuk menilai kemungkinan dampak faktor permanen dan faktor sementara
dari
perubahan struktural saat ini pada dinamika nilai tukar riil sebelum dan sesudah krisis di Asia
pada tahun 1997-1998.
MAPPING
PENELITI
JUDUL PENELITIAN
Ananta,
HASIL PENELITIAN
Aris, The Indonesia Economy : Menemukan
bahwa
perubahan
pada
Muljana Soekarni, Entering A New Era
sistem nilai tukar yang ditetapkan Bank
and Sjamsul Arifin
Indonesia dan perubahan kebijakan fiskal
(2011)
yang desentralisasi dapat mempengaruhi
efek dinamika post neraca berjalan pada
krisis 1997-1998.
Clarida,
and
Richard Sources of Real Exchange Menemukan bahwa guncangan di faktor-
Jordi
Gali Rate Fluctuations : How faktor struktural seperti guncangan yang
(1994)
Important
are
Nominal nyata, yang akhirnya mempengaruhi sisi
Shocks?
penawaran ekonomi. Di sisi lain, faktorfaktor temporer yang mempengaruhi
neraca berjalan hanya dalam jangka
pendek seperti variabel nominal seperti
harga, jumlah uang beredar, dan nilai
tukar
Chinn,
M.
D, Three
Jaewoo Lee and Balances
Robert
M.
Follette (2007)
Current
:
Account Menemukan bahwa Tiga besar dari
A
Semi- ketidakseimbangan neraca berjalan ialah
La Structuralist Interpretation
yang satu defisit (Amerika Serikat) dan
yang dua surplus (Jepang dan daerah
Euro), hal ini dikarenakan interpretasi
struktural minimalis. Ini menunjukan
bahwa interpretasi memungkinkan kita
untuk
menilai
masing-masing
berapa
banyak
dari
ketidakseimbangan
memerlukan penyesuaian nilai tukar riil .
Lee
and
(2006)
Chinn Current Account and Real Menemukan bahwa guncangan permanen
Exchange Rate Dynamics in memiliki efek jangka panjang yang besar
G7 Countries
pada nilai tukar riil, tetapi efek yang
relatif
kecil
pada
rekening
neraca
berjalan; guncangan sementara memiliki
dampak
yang
besar
pada
transaksi
berjalan dan nilai tukar berdampak dalam
jangka
pendek,
tetapi
tidak
akan
berdampak pada variabel dalam jangka
panjang.
Lee
and
Chinn The Current Account and Mereka menemukan bahwa perilaku nilai
(1998)
The Real Exchange Rate : A tukar
riil
sebagai
faktor
yang
Structural VAR Analysis of mempengaruhi neraca berjalan berubah
Major Currencies
secara signifikan setelah tahun 2000.
Pasca 2000 perilaku nilai tukar riil
terutama telah dipengaruhi oleh faktor
permanen. Dan pergeseran perilaku nilai
tukar
pasca
2000
tidak
selalu
mempengaruhi perilaku neraca berjalan.
Bahwa saat neraca berjalan surplus pasca
2000, lebih dipengaruhi oleh faktor
tingkat
harga
nominal
daripada
peningkatan produktivitas.
Shibamato
Kitano (2012)
and Structural Change in Current Menemukan bahwa perubahan struktural
Account and Real Exchange dalam dua dinamika variabel untuk
Rate Dynamics : Evidence semua
from the G7 Countries
negara
G7
pada
1990-an.
Guncangan sementara belum menjadi
sumber utama fluktuasi neraca berjalan
pemelihara
mekanisme
tahun
1990-an.
konvensional
Dan
telah
memainkan peran yang terbatas dalam
menjelaskan dinamika dua variabel.
KERANGKA KONSEPTUAL
Faktor
Permanen
Faktor
Sementara
NERACA
BERJALAN
DINAMIKA
NILAI TUKAR
Nilai Tukar
sebelum krisis
Nilai Tukar
sesudah krisis
HIPOTESIS
H : Terdapat hubungan antara faktor permanen dan faktor sementara dari perubahan struktural di
neraca berjalan terhadap dinamika nilai tukar.
METODE PENELITIAN
Variabel pada Penelitian ini adalah:
Perubahan Struktural
Neraca berjalan (current Account)
Nilai tukar riil (Real Exchange)
Uji empiris dilakukan untuk semua sampel dari 1990-2012. Setelah itu, analisis empiris
dilaksanakan dengan membagi sampel menjadi dua, bagian sampel meliputi pra 2000 (19901999) dan pasca 2000 (2000-2012).
Setelah dikonfirmasi hasil empiris ke pendekatan analitis, selanjutnya dilakukan analisis
dekomposisi varians untuk menyelidiki faktor yang mempengaruhi perilaku nilai tukar riil
dan neraca berjalan. Untuk analisis pertama, kami menyelidiki sampel penuh 1990-2012.
Data dalam penelitian ini menggunakan data kuartalan baik untuk neraca berjalan terhadap
rasio PDB dan nilai tukar riil.
HASIL
1. Impulse-Response Function Analysis
Impulse response function (IRF) menunjukkan bahwa data secara luas konsisten dengan
latar belakang teoritis. Dari gambar 2a, kita dapat mengamati bahwa untuk sampel penuh 1990-
2012, sementara akan melemahkan nilai tukar riil dalam jangka pendek dan berlangsung sampai
4 kuartal. Sementara itu, angka 2b menunjukkan bahwa ketika kekakuan harga hadir,
kemungkinan akan memperkuat nilai tukar riil hingga 4 kuartal
Analisis IRF rekening saat ini untuk sampel penuh 1990-2012 juga mengkonfirmasikan
prediksi teoritis. Gambar 3a menunjukkan dampak guncangan sementara melalui gangguan
nominal meningkat saat neraca berjalan surplus. Dalam hal ini, kenaikan surplus neraca berjalan
juga dapat dijelaskan dengan komponen guncangan permanen seperti pada gambar 3b.
Mengindikasikan bahwa peningkatan produktivitas menjelaskan surplus neraca berjalan lebih
dominan daripada kekuatan nilai tukar nyata.
Selain itu, angka 4a dan 4b menampilkan untuk Sub sampel pra dan pasca 2000. Terbukti, efek
guncangan sementara dan permanen pada kedua kelompok sampel tidak berubah dan konsisten
dengan teori. Seperti dalam kelompok sampel keseluruhan, guncangan sementara menyebabkan
kerusakan nilai tukar riil dan meningkatkan neraca berjalan pada pra dan pasca 2000 (Gambar
4a). Selain itu, IRFs pada kedua kelompok sampel terus menggambarkan bahwa memperkuat
nilai tukar riil dan meningkatan surplus neraca berjalan seperti pada gambar 4b.
Bukti empiris menunjukkan bahwa untuk periode sampel penuh, nilai tukar riil Indonesia
sangat dipengaruhi oleh variabel nominal. Fakta ini diamati dalam pentingnya guncangan
sementara dalam mempengaruhi varians dari nilai tukar riil. Perbedaan Hasil dekomposisi
menggambarkan bahwa guncangan sementara menyumbang 75% dari varians dari tingkat tukar
riil (Gambar 5).
Namun demikian, dekomposisi varians menampilkan hasil yang berbeda pada pra dan
pasca periode 2000. Sebelum 2000, guncangan sementara menyumbang 90% dari varians dalam
nilai tukar riil (Gambar 6a) sedangkan guncangan permanen mendominasi pergerakan nilai tukar
riil setelah tahun 2000 (Gambar 6b) . Ini merupakan pergeseran signifikan, dapat dijelaskan oleh
dampak penerapan rezim nilai tukar mengambang bebas serta pelaksanaan inflasi kerangka
penargetan. Dalam sistem tersebut, intervensi bank sentral dipasar nilai tukar minimal bahwa
nilai tukar dipertahankan pada tingkat yang konsisten dengan ekonomi fundamental.
Perubahan faktor dominan dinamika nilai tukar riil setelah tahun 2000 juga dikonfirmasi
oleh sejarah analisis dekomposisi. Dari angka 7a, kita dapat mengamati bahwa dampak dari
guncangan sementara mendominasi nilai tukar riil sebelum tahun 2000. Sementara itu, setelah
tahun 2000, peran guncangan permanen adalah sumber dominan dibalik pergerakan nilai tukar
riil selama hampir periode sampel keseluruhan. Sebaliknya, peran guncangan sementara hanya
muncul dalam periode tertentu.(Gambar 7b).
Hasil lain yang perlu difokuskan adalah peran utama dari guncangan sementara dalam
menjelaskan dinamika neraca berjalan. Seperti ditunjukkan pada gambar 8, Penguraian varians
untuk periode sampel penuh (1990-2012) menunjukkan bahwa guncangan sementara dicatat 60%
dari varians dari neraca berjalan selama dua kuartal pertama dan meningkat menjadi 75%
sesudahnya. Oleh karena itu, guncangan permanen hanya menyumbang 40% dari varians dalam
bentuk neraca berjalan pada periode pengamatan awal sebelum kemudian menyusut menjadi
25% .
Gambar 8. Penguraian Varians: Contoh Penuh Mata uang saat ini
Plot Penguraian varians untuk neraca berjalan saat pra dan pasca 2000 disajikan pada
Gambar 9. Khususnya dalam hal ini, alur guncangan sementara 85% dari varians dari neraca
berjalan setelah 7 periode pada pra 2000 kelompok sampel ( Gambar 9a). Selain itu , varians dari
neraca berjalan masih didominasi oleh guncangan sementara meskipun dampaknya menurun
menjadi 78% pada periode pasca 2000 (Gambar 9b). Ini bukti bahwa ukuran guncangan
permanen setelah tahun 2000 cenderung meningkat hingga 22%. Namun demikian, varian nilai
tukar saat ini menangkap dampak pertumbuhan guncangan permanen sebagai wujud dari
guncangan nyata, guncangan nominal tetap sebagai kekuatan dominan dalam menjelaskan varian
mata uang saat ini pasca 2000. Meskipun ada beberapa indikasi meningkatnya dampak
guncangan permanen dalam menjelaskan varians dari neraca berjalan pada 2009-2011.
Gambar 9. (a) Penguraian Varians: neraca berjalan, sebelum tahun 2000; (b) Penguraian Varians:
neraca berjalan, setelah tahun 2000.
Sekarang kita beralih ke hasil sejarah penguraian untuk respon mata uang saat ini
terhadap guncangan sementara. Sebelum tahun 2000, guncangan sementara memainkan peran
yang dominan selama periode sampel, sedangkan guncangan permanen memiliki dampak yang
sangat minim dalam menjelaskan neraca berjalan (Gambar 10a). Kecenderungan ini tampaknya
terus berlanjut setelah tahun 2000. Seperti terlihat pada gambar 10b, guncangan sementara masih
memainkan peran utama dalam dinamika mata uang di Indonesia setelah tahun 2000, meskipun
beberapa indikasi meningkatnya dampak guncangan permanen dalam menjelaskan varians dari
transaksi berjalan pada 2009-2011 .
Gambar 10. (a) Sejarah Dekomposisi: Mata neraca berjalan, sebelum tahun 2000; (b) Sejarah
Penguraian Varians: neraca berjalan, setelah tahun 2000.
KESIMPULAN
Makalah ini untuk menilai kemungkinan dampak perubahan struktural faktor permanen
dan faktor sementara di dinamika neraca berjalan Indonesia saat ini pada nilai tukar riil
sebelum dan sesudah krisis di Asia pada tahun 1997-1998. Hal ini sesuai
dengan
pendapat Lee dan Chinn (1998, 2006) pendekatan serta Chinn et . al (2007), jelas bahwa
guncangan permanen merupakan sebuah wujud nyata atau guncangan produktivitas
menciptakan surplus neraca berjalan, ditambah dengan perbaikan nilai tukar riil.
Sebaliknya, penurunan produktivitas akan menekan surplus neraca berjalan dan
memperburuk nilai tukar riil. Dan menemukan bahwa guncangan sementara sebagai
refleksi dari guncangan nominal di satu sisi penggerak surplus transaksi berjalan,
sementara di sisi lain memperburuk nilai tukar riil.
Penelitian ini juga menemukan bahwa guncangan sementara merupakan refleksi dari
guncangan nominal yang di satu sisi mendorong surplus neraca berjalan, sementara di sisi
lain memperburuk nilai tukar riil. Berdasarkan hubungan tersebut, diperoleh dua hasil
utama. Pertama, perilaku nilai tukar riil telah diubah sejak tahun 2000. Identifikasi
menunjukkan bahwa guncangan permanen adalah penyebab utama untuk pergerakan
nyata nilai tukar setelah tahun 2000, yang berbeda dari perilaku sebelum 2000 di mana
guncangan sementara dimainkan peran dominan. Perubahan tampak pada perilaku nilai
tukar riil adalah masuk akal dibenarkan oleh dampak daripenerapan sistem nilai tukar
mengambang bebas sejak Agustus 1997. Oleh karena itu, pergeseran perilaku nilai tukar
riil setelah tahun 2000 tidak selalu mempengaruhi arus dinamika akun.
Sebagai hasil kedua. Bukti empiris menegaskan bahwa varians dari arus posting akun
2000 terutama disebabkan oleh guncangan sementara. Sebaliknya, guncangan permanen
berpengaruh signifikan dalam menjelaskan fluktuasi dari transaksi berjalan. Dengan
demikian, bukti empiris mendukung dominasi yang lebih besar dari guncangan sementara
dalam mempengaruhi varians dari transaksi berjalan setelah tahun 2000. Dalam hal ini,
surplus neraca berjalan setelah tahun 2000 adalah disebabkan sebagian besar variabel
nominal seperti kenaikan harga, sementara peran peningkatan produktivitas masih
terbatas. Neraca berjalan Indonesia bereaksi kuat terhadap pergerakan harga sehingga
nominal negatif yang sebagian besar menjelaskan menyusutnya transaksi berjalan, seperti
yang dijelaskan dalam tren baru-baru ini.
KETERBATASAN :
Tidak disebutkan sumber untuk memperoleh data dalam penelitian ini, sehigga para
pembaca, reviewer tidak dapat mengerti sumber data primer yang digunakan oleh
peneliti.
Tidak dijelaskan dengan detail perbedaan data pra dan pasca 2000, sehingga sehigga para
pembaca, reviewer tidak dapat mengerti karakteristik data sebelum tahun 2000 dan
setelah tahun 2000.
Model penelitian pada penelitian ini tidak ditampilkan di dalam jurnal sehingga tidak
memudahkan pemahaman para pembaca, reviewer.
REFRENSI :
Affandi, Yoga dan Firman Mochtar. 2013. Current Account and Real Exchange Rate Dynamics
in Indonesia. Procedia Economics and Finance. 20-29.
Madura, Jeff ; 2000; Manajemen Keuangan Internasional; Jakarta; ERLANGGA.
Yuliati, Sri Handaru dan Handoyo Prasetyo ;2002; Dasar-dasar Manajemen Keuangan
Internasional. Yogyakarta; ANDI.
KELOMPOK 2
“CURRENT ACCOUNT AND REAL EXCHANGE RATE DYNAMICS
IN INDONESIA”
Disusun Oleh :
1. Reika Happy S
(146030201111009)
2. Nadiya Lifa Ningrum
(146030201111007)
3. Danny Hendra I
(146030201111003)
PROGRAM MAGISTER ILMU ADMINISTRASI BISNIS
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
LATAR BELAKANG
Analisis penelitian ini mengacu pada peran kedua faktor permanen dan sementara dalam
mempengaruhi dinamika neraca berjalan Indonesia dan nilai tukar riil sebelum dan setelah tahun
2000. Ada perbedaan yang signifikan ketika membandingkan dinamika neraca berjalan Indonesia
saat sebelum dan setelah krisis ekonomi Asia 1997-1998. Sebelum tahun 1998, neraca berjalanan
Indonesia biasanya telah dijalankan defisit, mencapai hampir 3% dari PDB (Gambar 1). Namun
demikian, neraca berjalan negara itu bergeser menjadi surplus setelah 1998 dan mencapai rekor
2,5% dari PDB pada tahun 2004 sebelum menyusut kembali ke defisit 2,7% dari PDB pada
tahun 2012.
Gambar 1. Neraca Berjalan di Indonesia
Sejak krisis Asia telah menyebabkan Indonesia mengalami defisit terus-menerus, hal ini
dikarenakan neraca perdagangannya. Data digambarkan bahwa neraca perdagangan Indonesia
surplus lebih selama dekade terakhir terutama terkait dengan ekspor komoditas yang kuat.
Sementara itu, neraca perdagangan non-komoditas impor telah melampaui ekspor sejak tahun
2006, membuat surplus kecil berubah menjadi defisit dengan kecenderungan untuk tumbuh lebih
besar. Dua alasan utama di balik ini adalah: melemahnya kinerja ekspor terutama di sektor
manufaktur dan pertumbuhan impor yang tinggi karena permintaan domestik yang kuat.
Pendekatan lain untuk menjelaskan dinamika neraca berjalan saat ini adalah bahwa
terdapat faktor permanen atau faktor sementara dibalik perilaku neraca berjalan. Pertanyaan
muncul ketika kita menghubungkannya dengan fakta bahwa perubahan struktural telah
menggerser keadaan sosial-ekonomi Indonesia dan lanskap politik setelah krisis 1997-1998.
Sebagai ilustrasi, Bank Indonesia telah menerapkan sistem nilai tukar mengambang bebas sejak
Agustus 1997 dan mengiplementasikan target inflasi menjadi kerangka kerja kebijakan moneter
pada tahun 1999 (Ananta et al, 2011). Selanjutnya, pada kebijakan fiskal, pemerintah telah
berkomitmen untuk konsolidasi fiskal, yang ditujukan untuk anggaran yang berkelanjutan dan
pelaksanaan desentralisasi fiskal sejak tahun 1999. Secara umum, hal ini adalah wajar untuk
menunjukkan bahwa perubahan tersebut dapat mempengaruhi efek Dinamika post neraca
berjalan pada krisis 1997-1998.
Penelitian ini mencoba untuk mengungkapkan pendekatan selanjutnya dan menyelidiki
hubungan antara perubahan struktural di Indonesia dan pergeseran pola neraca berjalan pada
periode sebelum dan setelah krisis Asia. Untuk itu, kami akan mengklasifikasikan faktor
kemungkinan mempengaruhi dinamika neraca berjalan menjadi dua kelompok tertentu: faktor
permanen dan faktor sementara. Faktor permanen adalah orang-orang struktural mempengaruhi
neraca berjalan dalam jangka panjang seperti sisi penawaran, produktivitas, serta perubahan
preferensi. Clarida dan Gali (1994) melambangkan guncangan di faktor-faktor struktural seperti
guncangan yang nyata, yang akhirnya mempengaruhi sisi penawaran ekonomi seperti bencana
alam atau teknologi. Di sisi lain, faktor-faktor sementara adalah mereka yang mempengaruhi
neraca berjalan hanya dalam jangka pendek seperti variabel nominal seperti harga, jumlah uang
beredar, dan nilai tukar nominal.
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana menilai kemungkinan dampak faktor permanen dan faktor sementara dari
perubahan struktural saat ini pada dinamika nilai tukar riil sebelum dan sesudah krisis di Asia
pada tahun 1997-1998?
TUJUAN
Untuk menilai kemungkinan dampak faktor permanen dan faktor sementara
dari
perubahan struktural saat ini pada dinamika nilai tukar riil sebelum dan sesudah krisis di Asia
pada tahun 1997-1998.
MAPPING
PENELITI
JUDUL PENELITIAN
Ananta,
HASIL PENELITIAN
Aris, The Indonesia Economy : Menemukan
bahwa
perubahan
pada
Muljana Soekarni, Entering A New Era
sistem nilai tukar yang ditetapkan Bank
and Sjamsul Arifin
Indonesia dan perubahan kebijakan fiskal
(2011)
yang desentralisasi dapat mempengaruhi
efek dinamika post neraca berjalan pada
krisis 1997-1998.
Clarida,
and
Richard Sources of Real Exchange Menemukan bahwa guncangan di faktor-
Jordi
Gali Rate Fluctuations : How faktor struktural seperti guncangan yang
(1994)
Important
are
Nominal nyata, yang akhirnya mempengaruhi sisi
Shocks?
penawaran ekonomi. Di sisi lain, faktorfaktor temporer yang mempengaruhi
neraca berjalan hanya dalam jangka
pendek seperti variabel nominal seperti
harga, jumlah uang beredar, dan nilai
tukar
Chinn,
M.
D, Three
Jaewoo Lee and Balances
Robert
M.
Follette (2007)
Current
:
Account Menemukan bahwa Tiga besar dari
A
Semi- ketidakseimbangan neraca berjalan ialah
La Structuralist Interpretation
yang satu defisit (Amerika Serikat) dan
yang dua surplus (Jepang dan daerah
Euro), hal ini dikarenakan interpretasi
struktural minimalis. Ini menunjukan
bahwa interpretasi memungkinkan kita
untuk
menilai
masing-masing
berapa
banyak
dari
ketidakseimbangan
memerlukan penyesuaian nilai tukar riil .
Lee
and
(2006)
Chinn Current Account and Real Menemukan bahwa guncangan permanen
Exchange Rate Dynamics in memiliki efek jangka panjang yang besar
G7 Countries
pada nilai tukar riil, tetapi efek yang
relatif
kecil
pada
rekening
neraca
berjalan; guncangan sementara memiliki
dampak
yang
besar
pada
transaksi
berjalan dan nilai tukar berdampak dalam
jangka
pendek,
tetapi
tidak
akan
berdampak pada variabel dalam jangka
panjang.
Lee
and
Chinn The Current Account and Mereka menemukan bahwa perilaku nilai
(1998)
The Real Exchange Rate : A tukar
riil
sebagai
faktor
yang
Structural VAR Analysis of mempengaruhi neraca berjalan berubah
Major Currencies
secara signifikan setelah tahun 2000.
Pasca 2000 perilaku nilai tukar riil
terutama telah dipengaruhi oleh faktor
permanen. Dan pergeseran perilaku nilai
tukar
pasca
2000
tidak
selalu
mempengaruhi perilaku neraca berjalan.
Bahwa saat neraca berjalan surplus pasca
2000, lebih dipengaruhi oleh faktor
tingkat
harga
nominal
daripada
peningkatan produktivitas.
Shibamato
Kitano (2012)
and Structural Change in Current Menemukan bahwa perubahan struktural
Account and Real Exchange dalam dua dinamika variabel untuk
Rate Dynamics : Evidence semua
from the G7 Countries
negara
G7
pada
1990-an.
Guncangan sementara belum menjadi
sumber utama fluktuasi neraca berjalan
pemelihara
mekanisme
tahun
1990-an.
konvensional
Dan
telah
memainkan peran yang terbatas dalam
menjelaskan dinamika dua variabel.
KERANGKA KONSEPTUAL
Faktor
Permanen
Faktor
Sementara
NERACA
BERJALAN
DINAMIKA
NILAI TUKAR
Nilai Tukar
sebelum krisis
Nilai Tukar
sesudah krisis
HIPOTESIS
H : Terdapat hubungan antara faktor permanen dan faktor sementara dari perubahan struktural di
neraca berjalan terhadap dinamika nilai tukar.
METODE PENELITIAN
Variabel pada Penelitian ini adalah:
Perubahan Struktural
Neraca berjalan (current Account)
Nilai tukar riil (Real Exchange)
Uji empiris dilakukan untuk semua sampel dari 1990-2012. Setelah itu, analisis empiris
dilaksanakan dengan membagi sampel menjadi dua, bagian sampel meliputi pra 2000 (19901999) dan pasca 2000 (2000-2012).
Setelah dikonfirmasi hasil empiris ke pendekatan analitis, selanjutnya dilakukan analisis
dekomposisi varians untuk menyelidiki faktor yang mempengaruhi perilaku nilai tukar riil
dan neraca berjalan. Untuk analisis pertama, kami menyelidiki sampel penuh 1990-2012.
Data dalam penelitian ini menggunakan data kuartalan baik untuk neraca berjalan terhadap
rasio PDB dan nilai tukar riil.
HASIL
1. Impulse-Response Function Analysis
Impulse response function (IRF) menunjukkan bahwa data secara luas konsisten dengan
latar belakang teoritis. Dari gambar 2a, kita dapat mengamati bahwa untuk sampel penuh 1990-
2012, sementara akan melemahkan nilai tukar riil dalam jangka pendek dan berlangsung sampai
4 kuartal. Sementara itu, angka 2b menunjukkan bahwa ketika kekakuan harga hadir,
kemungkinan akan memperkuat nilai tukar riil hingga 4 kuartal
Analisis IRF rekening saat ini untuk sampel penuh 1990-2012 juga mengkonfirmasikan
prediksi teoritis. Gambar 3a menunjukkan dampak guncangan sementara melalui gangguan
nominal meningkat saat neraca berjalan surplus. Dalam hal ini, kenaikan surplus neraca berjalan
juga dapat dijelaskan dengan komponen guncangan permanen seperti pada gambar 3b.
Mengindikasikan bahwa peningkatan produktivitas menjelaskan surplus neraca berjalan lebih
dominan daripada kekuatan nilai tukar nyata.
Selain itu, angka 4a dan 4b menampilkan untuk Sub sampel pra dan pasca 2000. Terbukti, efek
guncangan sementara dan permanen pada kedua kelompok sampel tidak berubah dan konsisten
dengan teori. Seperti dalam kelompok sampel keseluruhan, guncangan sementara menyebabkan
kerusakan nilai tukar riil dan meningkatkan neraca berjalan pada pra dan pasca 2000 (Gambar
4a). Selain itu, IRFs pada kedua kelompok sampel terus menggambarkan bahwa memperkuat
nilai tukar riil dan meningkatan surplus neraca berjalan seperti pada gambar 4b.
Bukti empiris menunjukkan bahwa untuk periode sampel penuh, nilai tukar riil Indonesia
sangat dipengaruhi oleh variabel nominal. Fakta ini diamati dalam pentingnya guncangan
sementara dalam mempengaruhi varians dari nilai tukar riil. Perbedaan Hasil dekomposisi
menggambarkan bahwa guncangan sementara menyumbang 75% dari varians dari tingkat tukar
riil (Gambar 5).
Namun demikian, dekomposisi varians menampilkan hasil yang berbeda pada pra dan
pasca periode 2000. Sebelum 2000, guncangan sementara menyumbang 90% dari varians dalam
nilai tukar riil (Gambar 6a) sedangkan guncangan permanen mendominasi pergerakan nilai tukar
riil setelah tahun 2000 (Gambar 6b) . Ini merupakan pergeseran signifikan, dapat dijelaskan oleh
dampak penerapan rezim nilai tukar mengambang bebas serta pelaksanaan inflasi kerangka
penargetan. Dalam sistem tersebut, intervensi bank sentral dipasar nilai tukar minimal bahwa
nilai tukar dipertahankan pada tingkat yang konsisten dengan ekonomi fundamental.
Perubahan faktor dominan dinamika nilai tukar riil setelah tahun 2000 juga dikonfirmasi
oleh sejarah analisis dekomposisi. Dari angka 7a, kita dapat mengamati bahwa dampak dari
guncangan sementara mendominasi nilai tukar riil sebelum tahun 2000. Sementara itu, setelah
tahun 2000, peran guncangan permanen adalah sumber dominan dibalik pergerakan nilai tukar
riil selama hampir periode sampel keseluruhan. Sebaliknya, peran guncangan sementara hanya
muncul dalam periode tertentu.(Gambar 7b).
Hasil lain yang perlu difokuskan adalah peran utama dari guncangan sementara dalam
menjelaskan dinamika neraca berjalan. Seperti ditunjukkan pada gambar 8, Penguraian varians
untuk periode sampel penuh (1990-2012) menunjukkan bahwa guncangan sementara dicatat 60%
dari varians dari neraca berjalan selama dua kuartal pertama dan meningkat menjadi 75%
sesudahnya. Oleh karena itu, guncangan permanen hanya menyumbang 40% dari varians dalam
bentuk neraca berjalan pada periode pengamatan awal sebelum kemudian menyusut menjadi
25% .
Gambar 8. Penguraian Varians: Contoh Penuh Mata uang saat ini
Plot Penguraian varians untuk neraca berjalan saat pra dan pasca 2000 disajikan pada
Gambar 9. Khususnya dalam hal ini, alur guncangan sementara 85% dari varians dari neraca
berjalan setelah 7 periode pada pra 2000 kelompok sampel ( Gambar 9a). Selain itu , varians dari
neraca berjalan masih didominasi oleh guncangan sementara meskipun dampaknya menurun
menjadi 78% pada periode pasca 2000 (Gambar 9b). Ini bukti bahwa ukuran guncangan
permanen setelah tahun 2000 cenderung meningkat hingga 22%. Namun demikian, varian nilai
tukar saat ini menangkap dampak pertumbuhan guncangan permanen sebagai wujud dari
guncangan nyata, guncangan nominal tetap sebagai kekuatan dominan dalam menjelaskan varian
mata uang saat ini pasca 2000. Meskipun ada beberapa indikasi meningkatnya dampak
guncangan permanen dalam menjelaskan varians dari neraca berjalan pada 2009-2011.
Gambar 9. (a) Penguraian Varians: neraca berjalan, sebelum tahun 2000; (b) Penguraian Varians:
neraca berjalan, setelah tahun 2000.
Sekarang kita beralih ke hasil sejarah penguraian untuk respon mata uang saat ini
terhadap guncangan sementara. Sebelum tahun 2000, guncangan sementara memainkan peran
yang dominan selama periode sampel, sedangkan guncangan permanen memiliki dampak yang
sangat minim dalam menjelaskan neraca berjalan (Gambar 10a). Kecenderungan ini tampaknya
terus berlanjut setelah tahun 2000. Seperti terlihat pada gambar 10b, guncangan sementara masih
memainkan peran utama dalam dinamika mata uang di Indonesia setelah tahun 2000, meskipun
beberapa indikasi meningkatnya dampak guncangan permanen dalam menjelaskan varians dari
transaksi berjalan pada 2009-2011 .
Gambar 10. (a) Sejarah Dekomposisi: Mata neraca berjalan, sebelum tahun 2000; (b) Sejarah
Penguraian Varians: neraca berjalan, setelah tahun 2000.
KESIMPULAN
Makalah ini untuk menilai kemungkinan dampak perubahan struktural faktor permanen
dan faktor sementara di dinamika neraca berjalan Indonesia saat ini pada nilai tukar riil
sebelum dan sesudah krisis di Asia pada tahun 1997-1998. Hal ini sesuai
dengan
pendapat Lee dan Chinn (1998, 2006) pendekatan serta Chinn et . al (2007), jelas bahwa
guncangan permanen merupakan sebuah wujud nyata atau guncangan produktivitas
menciptakan surplus neraca berjalan, ditambah dengan perbaikan nilai tukar riil.
Sebaliknya, penurunan produktivitas akan menekan surplus neraca berjalan dan
memperburuk nilai tukar riil. Dan menemukan bahwa guncangan sementara sebagai
refleksi dari guncangan nominal di satu sisi penggerak surplus transaksi berjalan,
sementara di sisi lain memperburuk nilai tukar riil.
Penelitian ini juga menemukan bahwa guncangan sementara merupakan refleksi dari
guncangan nominal yang di satu sisi mendorong surplus neraca berjalan, sementara di sisi
lain memperburuk nilai tukar riil. Berdasarkan hubungan tersebut, diperoleh dua hasil
utama. Pertama, perilaku nilai tukar riil telah diubah sejak tahun 2000. Identifikasi
menunjukkan bahwa guncangan permanen adalah penyebab utama untuk pergerakan
nyata nilai tukar setelah tahun 2000, yang berbeda dari perilaku sebelum 2000 di mana
guncangan sementara dimainkan peran dominan. Perubahan tampak pada perilaku nilai
tukar riil adalah masuk akal dibenarkan oleh dampak daripenerapan sistem nilai tukar
mengambang bebas sejak Agustus 1997. Oleh karena itu, pergeseran perilaku nilai tukar
riil setelah tahun 2000 tidak selalu mempengaruhi arus dinamika akun.
Sebagai hasil kedua. Bukti empiris menegaskan bahwa varians dari arus posting akun
2000 terutama disebabkan oleh guncangan sementara. Sebaliknya, guncangan permanen
berpengaruh signifikan dalam menjelaskan fluktuasi dari transaksi berjalan. Dengan
demikian, bukti empiris mendukung dominasi yang lebih besar dari guncangan sementara
dalam mempengaruhi varians dari transaksi berjalan setelah tahun 2000. Dalam hal ini,
surplus neraca berjalan setelah tahun 2000 adalah disebabkan sebagian besar variabel
nominal seperti kenaikan harga, sementara peran peningkatan produktivitas masih
terbatas. Neraca berjalan Indonesia bereaksi kuat terhadap pergerakan harga sehingga
nominal negatif yang sebagian besar menjelaskan menyusutnya transaksi berjalan, seperti
yang dijelaskan dalam tren baru-baru ini.
KETERBATASAN :
Tidak disebutkan sumber untuk memperoleh data dalam penelitian ini, sehigga para
pembaca, reviewer tidak dapat mengerti sumber data primer yang digunakan oleh
peneliti.
Tidak dijelaskan dengan detail perbedaan data pra dan pasca 2000, sehingga sehigga para
pembaca, reviewer tidak dapat mengerti karakteristik data sebelum tahun 2000 dan
setelah tahun 2000.
Model penelitian pada penelitian ini tidak ditampilkan di dalam jurnal sehingga tidak
memudahkan pemahaman para pembaca, reviewer.
REFRENSI :
Affandi, Yoga dan Firman Mochtar. 2013. Current Account and Real Exchange Rate Dynamics
in Indonesia. Procedia Economics and Finance. 20-29.
Madura, Jeff ; 2000; Manajemen Keuangan Internasional; Jakarta; ERLANGGA.
Yuliati, Sri Handaru dan Handoyo Prasetyo ;2002; Dasar-dasar Manajemen Keuangan
Internasional. Yogyakarta; ANDI.