MAKALAH PERAN WARGA SEKOLAH DAN PERAN PE

TUGAS MATA KULIAH
KESEHATAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN

PERAN SERTA WARGA SEKOLAH DAN UPAYA PEMERINTAH
DALAM PROGRAM ADIWIYATA
SEKOLAH BERWAWASAN LINGKUNGAN
Oleh:
NURMAINES ADHYKA
1620322014

PRODI PASCA SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2016

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah kami tepat
waktu.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada bapak Nizwardi Azkha, SKM, MPPM, MSi selaku
dosen pengampu dan pembimbing mata kuliah Kesehatan dan pengelolaan lingkungan serta
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, Desember 2016
Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Dalam UU Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup pada point ke empat dari pasal 65 menyebutkan bahwa setiap orang berhak dan
mempunyai peran masing-masing dalam pegelolaan lingkungan hidup. Ini berarti bahwa
siapapun dia baik pemerintah maupun masyarakat mempunyai kewajiban untuk ikut dalam
upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan.
Pendidikan merupakan bagian penting dalam mewujudkan salah satu cita-cita luhur
bangsa Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Melalui pendidikan kualitas sumber
daya manusia Indonesia dapat ditingkatkan, sehingga akan memberikan dukungan terhadap
pelaksanaan pembangunan di Indonesia. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional
sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun
2003 yaitu, mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan juga sangat mempengaruhi perkembangan fisik, daya jiwa (akal, rasa dan
kehendak), sosial dan moralitas manusia serta merupakan alat terpenting untuk menjaga diri
dan memelihara nilai-nilai positif. Pengaruh yang ditimbulkan pendidikan ini memberikan
dampak pada bertambahnya pengetahuan dan keterampilan serta akan menolong dalam
pembentukan sikap yang positif.
Pendidikan juga memberikan peluang kepada masyarakat untuk melakukan suatu
tindakan atau pengalaman yang mempengaruhi pertumbuhan atau perkembangan jiwa, watak,

atau kemampuan fisik mereka melalui lembaga-lembaga pendidikan yang dengan sengaja
mentransformasikan warisan budayanya, yaitu pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilanketerampilan dari generasi ke generasi.
Sekolah merupakan komunitas masyarakat yang terdiri dari siswa, guru, kepala sekolah,
dan tata usaha dan karyawan yang di dalamnya merupakan salah satu medium efektif bagi
pembelajaran dan penyadaran warga sekolah. Agar individu-individu, mulai dari guru, murid,
dan pekerja terlibat dalam upaya menghentikan laju kerusakan lingkungan yang disebabkan
tangan manusia.
1

Sekolah sebagai Institusi pendidikan dan juga merupakan wadah pendidikan bagi manusia
merupakan target utama untuk dilibatkan dalam upaya pengelolaan lingungan hidup lewat
implementasi dalam setiap mata pelajaran yang ada dalam dunia pendidikan ini. Sebagaimana
tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yang
menyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, bagi kemakmuran
masyarakat, bangsa, dan Negara.
Sekolah merupakan salah satu komponen utama dalam kehidupan seorang anak selain
keluarga dan lingkungan sekitar mereka. Secara umum sekolah merupakan tempat dimana

seorang anak distimulasi untuk belajar di bawah pengawasan guru. Sekolah juga tempat yang
signifikan bagi siswa dalam tahap perkembangannya dan merupakan sebuah lingkungan sosial
yang berpengaruh bagi kehidupan mereka. Sehubungan dengan hal tersebut, penanaman
kepedulian terhadap kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan dilingkungan sekolah perlu
dilakukan sejak dini agar terbentuk rasa menghargai, memiliki dan memelihara sumberdaya
alam pada diri siswa-siswi.
Pendidikan lingkungan hidup di sekolah merupakan salah satu dari penerapan pendidikan
karakter. Pendidikan karakter dan pendidikan lingkungan hidup menanamkan nilai-nilai karakter
kepada warga sekolah yang meliputi pengetahuan (kognitif), kesadaran atau kemauan (afektif),
dan tindakan (psikomotor) untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.
Secara formal pendidikan lingkungan hidup menjadi salah satu alternatif yang rasional
untuk memasukkan pendidikan lingkungan ke dalam kurikulum. Pendidikan lingkungan hidup
merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan dalam pengelolaan lingkungan hidup
dan juga menjadi sarana yang sangat penting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang
dapat melaksanakan prinsip pembangunan berkelanjutan.
Melalui proses belajar mengajar yang bermuatan pendidikan lingkungan hidup,
penyediaan lingkungan sekolah yang asri dan ditunjang dengan fasilitas sekolah yang
memungkinkan atau menunjang kearah menyadarkan, mengarahkan dan membimbing siswa
menuju terbentuknya etika lingkungan.
Melalui pendidikan lingkungan diharapkan masyarakat dapat turut serta melaksanakan

upaya penyelamatan dan pelestarian lingkungan hidup dengan mengembangkan sikap, bentukbentuk perilaku, kemampuan sosial dan kemampuan individu yang mencintai lingkungan.
Pemahaman akan pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan sehingga tetap
terjaga keberlangsungannya dan menjadi seimbang dalam kehidupan di bumi ini perlu dipahami
2

oleh manusia dan hal ini harus ditanamkan pemahamannya kepada generasi ke generasi. Dasar
pemahaman akan pentingnya lingkungan hidup ini harus dipahami oleh manusia yang
merupakan salah satu makhluk hidup yang ada dalam sistem ini mempunyai kemampuan
berpikir serta mempunyai nurani untuk menangkap informasi, budaya dan teknologi
(Soerjani,2007:2). Kesadaran akan pentingnya lingkungan hidup perlu di tanamkan kepada
manusia dan perlu dilakukan sejak dini sehingga tertanam nilai-nilai kecintaan akan lingkungan.
Diharapkan dengan tertanamnya nilai-nilai kecintaan terhadap lingkungan ini akan terus
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman akan pentingnya lingkungan sehinggga
menumbuhkan kesadaran mereka untuk ikut terlibat dalam menjaga dan melestarikan
lingkungan.
Pengetahuan dan pemahaman akan pentingnya lingkungan hidup selain dapat diperoleh
melalui pendidikan formal yakni lewat bangku pendidikan namun juga dapat di peroleh lewat
pendidikan nonformal. Pendidikan formal yaitu pendidikan yang terstruktur dan terjenjang yang
terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan
nonformal yaitu jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara

terstruktur dan terjenjang; sedangkan pendidikan informal berupa pendidikan yang diperoleh
melalui keluarga dan lingkungan.
Pendidikan formal yang dimaksud adalah dunia pendidikan merupakan wahana yang
resmi untuk menyampaikan pemahaman dan pengetahuan akan lingkungan hidup. Ini berarti
bahwa lembaga pendidikan atau sekolah merupakan wahana yang penting untuk mendidik dan
membina manusia untuk mengerti dan memahami suatu ilmu. Pemahaman dan pengertian
Lingkungan Hidup tidak cukup disampaikan dalam bentuk pesan-pesan lingkungan begitu saja
namun perlu di implementasikan lebih jauh lagi sebagai suatu ilmu pengetahuan dalam mata
pelajaran baik itu secara monolitik maupun terintegrasi. Hal ini di maksudkan agar siswa lebih di
tuntut untuk memahami pentingnya lingkungan hidup.
Dengan keterlibatan pihak sekolah dalam upaya ini maka peran pemerintah sangat
penting untuk menjadi pengontrol bagi jalannya program implementasi pemahaman dan
pengetahuan akan lingkungan hidup di sekolah. Pemahaman akan lingkungan hidup telah
dimasukan dalam salah satu mata pelajaran berdasarkan kesepakatan antara Menteri Negara
Lingkungan Hidup dengan Menteri Pendidikan Nasional dalam Keputusan nomor: Kep
07/MENLH/06/2005 – Nomor : 05/VI/KB/2005 tentang Pembinaan dan Pengembangan.
Pendidikan Lingkungan Hidup yang ditandatangani tanggal 5 Juni 2005. Surat keputusan
ini menjadi surat resmi dan menjadi dasar untuk pembinaan dan pengembangan pendidikan
lingkungan hidup, dengan penekanan bahwa pendidikan lingkungan hidup dilakukan secara
integrasi dengan mata pelajaran yang sudah ada. Untuk menyikapi masalah tersebut dan untuk

meningkatkan pengetahuan dan pemahaman lingkungan hidup kepada peserta didik dan
3

masyarakat, maka tanggal 3 Juni 2005 ditandatangani Kesepakatan Bersama antara Menteri
Negara Lingkungan Hidup dengan Menteri Pendidikan Nasional. Berdasarkan kesepakatan
tersebut, maka pendidikan lingkungan harus berdasarkan konsep dasar makna lingkungan
hidup. Untuk merealisasikan kesepakatan ini maka tanggal 21 Februari 2006 dicanangkan
program Adiwiyata. Program Adiwiyata ini adalah sebagai salah satu strategi pemberian
pendidikan lingkungan yang dilakukan pemerintah dengan maksud agar tercipta sekolah yang
peduli dan berbudaya lingkungan.
Tujuan utama dari kesepakatan ini adalah agar Pendidikan Lingkungan Hidup dapat
terintegrasi dalam kurikulum pendidikan nasional sehingga dapat mewujudkan perubahan
perilaku peserta didik menjadi ramah lingkungan. Pendidikan Lingkungan Hidup yang
diintegrasikan dalam kurikulum pendidikan nasional tentunya mempengaruhi perkembangan
siswa baik bidang akademis, sosial maupun pribadi. Oleh karena itu siswa diharapkan mampu
menyesuaikan diri dengan perkembangan pendidikan yang sedang berlangsung.
Pemerintah dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup terus memainkan peranannya
dengan mendorong pendidikan lingkungan hidup untuk dimasukan dalam kurikulum sekolah.
Secara formal pendidikan lingkungan hidup menjadi salah satu alternatif yang rasional untuk
memasukan pendidikan lingkungan hidup ke dalam kurikulum yang dilakukan secara monolitik.

Selain mata pelajaran PLH sebagai bagian yang diintegrasikan dengan mata pelajaran
yang ada di sekolah, Kementrian Lingkungan Hidup bekerja sama dengan Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan mendorong sekolah-sekolah untuk menciptakan suasana sekolah
yang berbudaya lingkungan dengan mengadakan kompetisi Sekolah Berbudaya Lingkungan atau
dikenal dengan program Adiwiyata. Program ini dicanangkan pada tahun 2006 sebagai tindak
lanjut MoU tanggal 3 Juni 2003 antara Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Menteri
Pendidikan Nasional. Program Adiwiyata ini baru di mulai tahun 2006 dan dikhususkan untuk
pulau Jawa karena masih pada tahap mencari model untuk kriterianya. Namun sejak tahun 2007
program ini kemudian dilaksanakan menyeluruh ke tiap propinsi yang ada di Indonesia (KLH,
2010).
Berdasarkan Pedoman Adiwiyata tahun 2010 (KLH, 2010), Program Adiwiyata adalah
program untuk menciptakan sekolah yang berbudaya dan peduli lingkungan.
Indikator penting dari konsep sekolah Adiwiyata adalah :
1.
2.
3.
4.

Pengembangan Kebijakan Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan
Pengembangan Kurikulum Berbasis Lingkungan

Pengembangan Kegiatan Berbasis Partisipatif
Pengembangan dan Pengelolaan Sarana Pendukung sekolah.

4

Sekolah yang telah mendapatkan predikat adiwiyata dianggap telah berhasil membentuk
karakter peduli terhadap lingkungan. Hal ini diketahui dari beberapa penelitian, diantaranya
yang dilakukan Andar Abdi Saragih yang mengemukakan bahwa ada pengaruh yang positif dari
program adiwiyata terhadap kognitif, afektif, dan psikomotorik lingkungan siswa (Saragih, 2012).
Serta Yupiter L. Manurung (2011) yang menyatakan bahwa Program Adiwiyata yang
diimplementasikan di SDN Panggang 04 Jepara telah menumbuh kembangkan karakter peduli
lingkungan dari warga sekolah SDN Panggang 04 Jepara hal ini dapat dilihat melalui kegiatan
seperti menanam dan merawat tanaman, memilah dan membuang sampah, menghemat
pemakaian air, listrik dan kertas. Dan juga penelitian Rahmat Mulyana (2009) dengan Judul
Penanaman Etika Lingkungan Melalui Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan, yang
diterbitkan melalui Jurnal Tabularasa PPs Unimed Vol. 6 No. 2 Desember 2009, ia menemukan
bahwa pendidikan lingkungan hidup yang dilakukan di sekolah peduli dan berbudaya lingkungan
dinilai efektif dalam menanamkan kepedulian terhadap kelestarian sumberdaya alam dan
lingkungan.
Dari penelitian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa program Adiwiyata mampu

mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian
lingkungan hidup. Dalam program ini diharapkan setiap warga sekolah dapat ikut terlibat dalam
kegiatan sekolah menuju lingkungan yang sehat dan menghindarkan dampak lingkungan yang
negatif. Selain itu program Adiwiyata ini bertujuan untuk menciptakan kondisi yang baik bagi
sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah (guru, murid dan
pekerja lainnya), sehingga di kemudian hari warga sekolah tersebut dapat turut bertanggung
jawab dalam upaya-upaya penyelamatan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Upaya
mendorong kesadaran dari komunitas sekolah dalam upaya penyelamatan lingkungan dan
pembangunan berkelanjutan ini merupakan tanggung jawab bersama baik komunitas sekolah,
pemerintah, masyarakat dan swasta.
Pendidikan Lingkungan diharapkan mampu menjembatani dan mendidik manusia agar
berperilaku bijak. Masa anak-anak merupakan perjalanan yang kritis sebagai generasi bangsa di
masa mendatang. Oleh sebab itu diperlukan penanaman pengetahuan yang benar, sehingga
akan dapat dijadikan bekal pengetahuan, pembentukan perilaku serta sikap positif yang
tertanam dalam dirinya hingga kelak mengijak ke masa remaja dan dewasa.
Generasi muda, sebagai aset pelaku pembangunan di masa mendatang, perlu
mendapatkan prioritas utama dalam menerima Pendidikan Lingkungan, agar sejak dini mereka
paham akan hubungannya dengan lingkungan hidupnya. Pendidikan Lingkungan akan menjamin
terjadinya suasana yang harmonis antara manusia dengan alamnya, sehingga di alam tidak akan
muncul kekhawatiran terhadap bencana yang akan melanda. Sangatlah strategis pembekalan

pengetahuan dasar tentang lingkungan hidup dilakukan sejak dini melalui anak-anak sekolah
5

secara terprogram dan berkelanjutan, hingga pada saatnya akan tercipta insan-insan pribadi
bangsa yang utuh, yang memiliki kepribadian menghargai dan melestarikan alam.

1.2

TUJUAN

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui peran serta warga
sekolah dan peran serta pemerintah dalam program Adiwiyata.

1.3 MANFAAT
Manfaat dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Memberikan gambaran peran serta yang dapat dilakukan oleh warga sekolah dalam
menyukseskan program Adiwiyata di daerahnya masing-masing.
2. Memberikan gambaran perta serta yang dapat diberikan oleh pemerintah dalam
mendukung program Adiwiyata di wilayah kerjanya.

6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Pengertian Sekolah Adiwiyata

Pengertian ADIWIYATA itu sendiri berasal dari bahasa Sansekerta, yang terdiri dari dua
kata yaitu “Adi” dan “Wiyata”. Adi bermakna besar, agung, baik, ideal atau sempurna. Wiyata,
berarti tempat seseorang untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, norma, etika dalam
kehidupan sosial. Adiwiyata merupakan tempat yang baik dan ideal untuk memperoleh ilmu
pengetahuan, norma, dan etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya
kesejahteraan hidup menuju cita–cita pembangunan yang berkelanjutan (Anonim, 2007).
Sekolah Adiwiyata adalah sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan dimana
program Adiwiyata adalah program untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya
lingkungan yang diselenggarkan oleh menteri lingkungan hidup dan menteri pendidikan
(Permen No.05 Tahun 2013).
Tujuan program Adiwiyata ini adalah untuk menciptakan kondisi yang ideal bagi sekolah
sebagai tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah (guru, siswa dan karyawan)
sehingga nantinya sekolah tersebut dapat bertanggung jawab dalam upaya penyelamatan
lingkungan hidup dan pembangunan yang berkelanjutan. Di samping itu, program ini juga
mengembangkan norma dasar, antara lain: Kebersamaan, Keterbukaan, Kesetaraan, Kejujuran,
Keadilan, dan Kelestarian Lingkungan Hidup. Sehubungan dengan itu prinsip utama dari
program Adiwiyata adalah: (1) Partisipatif, artinya setiap kegiatan harus melibatkan seluruh
warga sekolah mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi sesuai tugas dan tanggung
jawab masing–masing; dan (2) Berkelanjutan, artinya seluruh kegiatan harus dilakukan secara
terencana dan terus menerus.
Program Adiwiyata ini dijalankan berdasarkan prinsip edukatif, partisipatif dan
berkelanjutan. Program ini diikuti oleh Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP)
dan Sekolah Menengah Atas (SMA) maupun madrasah yang berstatus negeri maupun swasta.
Adiwiyata merupakan salah satu program Kementrian Lingkungan Hidup dalam upaya rangka
mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian
lingkungan hidup. Dalam program ini diharapkan setiap warga sekolah dapat ikut terlibat dalam
kegiatan sekolah menuju lingkungan yang sehat dan menghindarkan dampak lingkungan yang
negatif.
Tujuan Program Adiwiyata adalah menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah agar
menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah (guru, murid dan pekerja
lainnya), sehingga dikemudian hari warga sekolah tersebut dapat turut bertanggung jawab
7

dalam upaya-upaya penyelamatan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Program
Adiwiyata dikembangkan berdasarkan norma-norma dalam berperikehidupan yang antara lain
meliputi: kebersamaan, keterbukaan, kesetaraan, kejujuran, keadilan, dan kelestarian fungsi
lingkungan hidup dan sumber daya alam.
Empat aspek yang harus menjadi perhatian sekolah untuk dikelola dengan cermat dan
benar apabila mengembangkan Program Adiwiyata yakni; Kebijakan, Kurikulum, Kegiatan, dan
Sarana Prasarana. Sehingga secara terencana Pengelolaan aspek-aspek tersebut harus diarahkan
pada indikator yang telah ditetapkan dalam program Adiwiyata.
1. Kebijakan Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan,
2. Kurikulum Berbasis Lingkungan,
3. Kegiatan Berbasis Parisipatif dan
4. Sarana dan Prasarana Pendukung Ramah Lingkungan.
1. Pengembangan Kebijakan Sekolah.
Untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan maka diperlukan
model pengelolaan sekolah yang mendukung dilaksanakannya pendidikan lingkungan
hidup oleh semua warga sekolah sesuai dengan prinsip-prinsip dasar Program Adiwiyata
yakni Partisipatif dan Berkelanjutan. Pengembangan Kebijakan Sekolah yang diperlukan
untuk mewujudkan Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan tersebut antara lain ;
a. Visi dan Misi Sekolah yang Peduli dan Berbudaya Lingkungan.
b. Kebijakan Sekolah dalam mengembangkan Pendidikan Lingkungan Hidup.
c. Kebijakan Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) baik Pendidikan maupun tenaga
Kependidikan dibidang Pendidikan Lingkungan Hidup.
d. Kebijakan Sekolah dalam hal penghematan Sumber Daya Alam
e. Kebijakan Sekolah yang mendukung terciptanya Lingkungan Sekolah yang Bersih dan
Sehat.
f. Kebijakan Sekolah untuk pengalokasian dan penggunaan dana bagi kegiatan yang
terkait dengan lingkungan hidup.
2. Pengembangan Kurikulum Berbasis Lingkungan
Penyampaian materi lingkungan hidup kepada para peserta didik dapat dilakukan
melalui kurikulum belajar yang bervariasi, dilakukan untuk memberikan pemahaman
kepada siswa tentang lingkungan hidup yang dikaitkan dengan persoalan lingkungan
sehari-hari. Pengembangan kurikulum berbasisi lingkungan hidup mewujudkan Sekolah
Peduli dan Berbudaya Lingkungan dapat dicapai dengan melakukan hal-hal berikut ini :
a. Pengembangan model pembelajaran lintas mata pelajaran,
b. Penggalian dan pengembangan materi dan persoalan lingkungan hidup yang ada di
masyarakat sekitar,
8

c. Pengembangan metode belajar berbasis lingkungan dan budaya,
d. Pengembangan kegiatan kurikuler untuk peningkatan pengetahuan dan kesadaran
siswa tentang lingkungan hidup.
3. Pengembangan Kegiatan Berbasis Parsitipatif
Untuk mewujudkan Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan, warga sekolah perlu
dilibatkan dalam berbagai aktivitas pembelajaran lingkungan hidup. Selain itu sekolah
juga diharapkan melibatkan masyarakat di sekitarnya dalam melakukan berbagai
kegiatan yang memberikan manfaat baik bagi warga sekolah, masyarakat maupun
lingkungannya. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan oleh warga sekolah dalam
pengembangan kegiatan berbasis partisipatif antara lain :
a. Menciptakan kegiatan ekstrakurikuler/kurikuler di bidang lingkungan hidup berbasis
partisipatif di sekolah,
b. Mengikuti kegiatan aksi lingkungan hidup yang dilakukan oleh pihak luar,
c. Membangun kegiatan kemitraan atau memprakarsai pengembangan pendidikan
lingkungan hidup di sekolah.
4. Pengelolaan dan atau pengembangan Sarana Pendukung Sekolah
Dalam mewujudkan Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan sarana prasarana yang
mencerminkan upaya pengelolaan lingkungan hidup. Pengelolaan dan pengembangan
sarana tersebut antara lain :
a. Pengembangan fungsi sarana pendukung sekolah yang ada untuk pendidikan
lingkungan hidup,
b. Peningkatan kualitas pengelolaan lingkungan di dalam dan di luar kawasan sekolah,
c. Penghematan sumberdaya alam (listrik, air dan ATK),
d. Peningkatan kualitas pelayanan makanan sehat,
e. Pengembangan sistem pengelolaan sampah
Ada beberapa penghargaan dalam program Adiwiyata. Penghargaan Adiwiyata terbagi
dalam 3 kategori yaitu Sekolah Adiwiyata Mandiri, Sekolah Adiwiyata, dan Sekolah Calon
Adiwiyata. Adiwiyata Mandiri diberikan kepada sekolah-sekolah yang mampu mempertahankan
program-program lingkungan hidup mereka selama tiga tahun berturut-turut. Meski demikian
pada dasarnya program Adiwiyata tidak ditujukan sebagai suatu kompetisi atau lomba.
Penghargaan Adiwiyata diberikan sebagai apresiasi kepada sekolah yang mampu melaksanakan
upaya peningkatan pendidikan lingkungan hidup secara benar, sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan. Sebagaimana disebutkan diatas, penghargaan adiwiyata tahapan pemberdayaan
(selama kurun waktu kurang dari 3 tahun) dan tahap kemandirian (selama kurun waktu lebih
dari 3 tahun).
9

Pada tahap awal, penghargaan Adiwiyata dibedakan atas dua kategori, yaitu :
 Sekolah Adiwiyata adalah sekolah yang dinilai telah berhasildalam melaksanakan
Pendidikan Lingkungan Hidup.
 Calon sekolah Adiwiyata adalah sekolah yang dinilai telah berhasil dalam pengembangan
lingkungan hidup.
Keberadaan program sekolah peduli dan berbudaya lingkungan akan dapat memberikan
keuntungan bagi sekolah berupa:
1. Peningkatan efisiensi dalam penggunaan sumber dana dan daya;
2. Peningkatan suasana belajar lebih nyaman dan lebih kondusif;
3. Peningkatan kebersamaan semua warga sekolah (siswa, guru dan karyawan),
menumbuhsuburkan nilai-nilai pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan hidup;
4. Terhindarnya dari dampak negatif dari lingkungan; dan
5. Mendapatkan penghargaan Adiwiyata dari Menteri Lingkungan Hidup.
Capaian akhir program adiwiyata adalah diharapkan terbentuk sekolah berwawasan
lingkungan. Sekolah berwawasan lingkungan hidup adalah sekolah yang menerapkan nilai-nilai
cinta dan peduli lingkungan pada sekolahnya. Pengajaran yang berbasis lingkungan dan
kesadaran warga sekolah akan pentingnya lingkungan merupakan bagian terpenting dari sekolah
berwawasan lingkungan hidup.

2.2

Pendidikan Lingkungan Hidup

Pendidikan merupakan salah satu cara merubah sikap dan perilaku masyarakat. Hal ini
dimungkinkan karena pendidikan sangat mempengaruhi perkembangan fisik, daya jiwa (akal,
rasa dan kehendak), sosial dan moralitas manusia serta merupakan alat terpenting untuk
menjaga diri dan memelihara nilai-nilai positif. Pengaruh yang ditimbulkan pendidikan
memberikan dampak pada bertambahnya pengetahuan dan keterampilan serta akan menolong
dalam pembentukan sikap yang positif.
Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) merupakan upaya mengubah perilaku dan sikap
yang dilakukan oleh berbagai pihak atau elemen masyarakat yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran masyarakat tentang nilai-nilai
lingkungan dan isu permasalahan lingkungan yang pada akhirnya dapat menggerakan
masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya pelestarian dan keselamatan lingkungan untuk
kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang. Pendidikan lingkungan hidup
mempelajari permasalahan lingkungan khususnya masalah dan pengelolaan pencemaran,
kerusakan lingkungan serta sumber daya dan konservasi.
10

Menurut Widaningsih (2010) secara formal pendidikan lingkungan hidup menjadi salah
satu alternatif yang rasional untuk memasukkan pendidikan lingkungan ke dalam kurikulum.
Pendidikan lingkungan hidup merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan dalam
pengelolaan lingkungan hidup dan juga menjadi sarana yang sangat penting dalam
menghasilkan sumber daya manusia yang dapat melaksanakan prinsip pembangunan
berkelanjutan.
Menurut Nurjhani dan Widodo (2009) pendidikan lingkungan dibutuhkan dan harus
diberikan kepada anak sejak dini agar mereka mengerti dan tidak merusak lingkungan. Hal ini
dipengaruhi beberapa aspek antara lain:
a. Aspek kognitif, pendidikan lingkungan hidup mempunyai fungsi untuk meningkatkan
pemahaman terhadap permasalahan lingkungan, juga mampu meningkatkan daya
ingat, penerapan, analisis, dan evaluasi.
b. Aspek afektif, pendidikan lingkungan hidup berfungsi meningkatkan penerimaan,
penilaian, pengorganisasian dan karakteristik kepribadian dalam menata kehidupan
dalam keselarasan dengan alam.
c. Aspek psikomotorik, pendidikan lingkungan hidup berperan dalam meniru,
memanipulasi dalam berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya dalam upaya
meningkatkan budaya mencintai lingkungan.
d. Aspek minat, pendidikan lingkungan hidup berfungsi meningkatkan minat dalam diri
anak.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan
bahwa pendidikan adalah sebuah usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan memberikan peluang kepada peserta didik
untuk mengembangkan potensinya. Tentu saja potensi yang dikembangkan dalam pendidikan
berkembang ke arah yang positif dan bermanfaat bagi peserta didik maupun lingkungan di
sekitarnya.
Pendidikan Lingkungan perlu diarahkan kepada makna ruang di alam raya yang terdiri
atas segenap benda di alam semesta yang berjumlah jutaan. Ilmu pengetahuan tentang
lingkungan perlu dimulai pelurusannya sebagai Kosmologi yang perlu diselaraskan dengan
pengertian ilmu pengetahuan tentang lingkungan makro atau lingkungan alam semesta.
Manusia dan lingkungan hidup merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan.
Lingkungan hidup mempengaruhi pengetahuan, keterampilan dan kesejahteraan manusia
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya maupun dalam melakukan aktivitas hubungan sosial.
Seperti yang disebutkan dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Proteksi dan
11

Pengelolaan Lingkungan (Mohamad Soerjani, 2009: 76) bahwa lingkungan hidup merupakan: “...
sistem kehidupan yang terdiri atas ruang, pengada ragawi (benda, abiota, nirhidup) dan
pengada insani (biota, makhluk hidup) termasuk manusia dan perilakunya, keadaan atau
tatanan alam (gempa, gunung api meletus, petir, badai dsb), daya (peluang, tantangan dan
kesempatan) yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan serta kesejahteraan manusia
dan makhluk hidup lainnya.”
Dari uraian mengenai lingkungan hidup dapat diambil suatu pengertian bahwa
lingkungan hidup merupakan suatu sistem kehidupan yang sangat luas. Sebuah sistem
kehidupan yang mempengaruhi manusia dan makhluk hidup lainnya. Sistem ini meliputi bendabenda mati, benda hidup seperti biota dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya,
keadaan alam serta daya. Pengertian mengenai pendidikan dan lingkungan hidup jika disatukan
menjadi sebuah pengertian mengenai pendidikan lingkungan hidup, yaitu suatu bentuk usaha
yang dilakukan secara sadar, terencana dan berlangsung seumur hidup melalui lembagalembaga pendidikan maupun lembaga-lembaga lain untuk mentransformasikan pengetahuan,
nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan mengenai sistem kehidupan yang mempengaruhi
kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga diperoleh
pengalaman yang mempengaruhi pertumbuhan atau perkembangan jiwa (mind), watak
(character), atau kemampuan fisik (physical ability).
Pengelolaan lingkungan dilaksanakan melalui pendidikan lingkungan yang misinya adalah
kearifan sikap, moral maupun spiritual dalam realitas perilaku kehidupan saat ini dan masa
depan bagi keselamatan dan kesejahteraan ekosistem dimana kita berada (Mohamad Soerjani,
2009: 63)
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan lingkungan hidup adalah penanaman budaya
melestarikan lingkungan yang dapat diajarkan melalui lingkungan pendidikan ataupun melalui
melalui organisasi sosial yang memiliki misi kearifan sikap, moral, maupun spiritual dalam
realitas perilaku kehidupan untuk kesejahteraan ekosistem tempat kita tinggal.
Pendidikan Lingkungan hidup menurut Kementerian Negara Lingkungan Hidup (2006)
mempunyai visi misi, tujuan, sasaran dan ruang lingkup, yaitu:
a. Visi
Visi pendidikan lingkungan hidup yaitu: terwujudnya manusia Indonesia yang memiliki
pengetahuan, kesadaran dan keterampilan untuk berperan aktif dalam melestarikan dan
meningkatkan kualitas hidup.
b. Misi
Untuk dapat mewujudkan visi tersebut, maka ditetapkan misi yang harus dilaksanakan
yaitu:
 Mengembangkan kebijakan pendidikan nasional yang berparadigma lingkungan
hidup.
12





Mengembangkan kapasitas kelembagaan pendidikan lingkungan hidup di pusat
dan daerah.
Meningkatkan akses informasi pendidikan lingkungan hidup secara merata.
Meningkatkan sinergi antarpelaku pendidikan lingkungan hidup.

c. Tujuan
Tujuan pendidikan lingkungan hidup antara lain mendorong dan memberikan
kesempatan pada masyarakat memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
pada akhirnya dapat menumbuhkan kepedulian, komitmen untuk melindungi,
memperbaiki serta memanfaatkan lingkungan hidup secara bijaksana,turut menciptakan
pola perilaku baru yang bersahabat dengan lingkungan hidup, mengembangkan etika
lingkungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup.
d. Sasaran
Sasaran kebijakan pendidikan lingkungan hidup adalah:
 Terlaksananya pendidikan lingkungan hidup di lapangan sehingga dapat tercipta
kepedulian dan komitmen masyarakat dalam turut melindungi, melestarikan dan
meningkatkan kualitas lingkungan hidup.
 Diarahkan untuk seluruh kelompok masyarakat, baik di pedesaan dan perkotaan,
tua muda, laki-laki dan perempuan di seluruh wilayah Indonesia sehingga tujuan
pendidikan lingkungan hidup bagi seluruh rakyat Indonesia dapat terwujud
dengan baik.
e. Ruang lingkup
Ruang lingkup dalam kebijakan Pendidikan Lingkungan Hidup meliputi:
 Pendidikan lingkungan hidup yang melalui jalur formal, non formal dan jalur
informal dilaksanakan oleh seluruh stakeholder.
 Diarahkan kepada beberapa halyang meliputi aspek: kelembagaan,sumber daya
manusia (SDM) yang terkait dalam pelaku/pelaksana maupun objek pendidikan
lingkungan hidup, sarana dan prasarana, pendanaan, materi, komunikasi, dan
informasi, peran serta masyarakat, dan metode pelaksanaan.
f.

Dasar Hukum Pendidikan Lingkungan Hidup
Kebijakan pendidikan lingkungan hidup (MENLH: 2006), disusun berdasarkan:
 UU No. 23 ayat 2 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
 UU No. 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional.
 UU No. 20 Tahun 2010 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

13



Piagam Kerjasama Menteri Negara Lingkungan Hidup/ Kepala Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan dengan Menteri Dalam Negeri Nomor
05/MENLH/8/1998 dan Nomor 119/1922/Sj tentang Kegiatan Akademik dan Non
Akademik di Bidang Lingkungan Hidup.

Direktorat Jendral Pendidikan dasar dan Menengah (Dikdasmen) Dekdikbud juga terus
mendorong dalam pengembangan dan pemantapan pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup
di sekolah-sekolah antara lain melalui penataran guru, penggalakan bulan bakti lingkungan,
penyiapan Buku Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup untuk
Guru SD, SMP, SMA, dan SMK, program sekolah asri dan lain lain.
Sementara itu, LSM maupun perguruan tinggi dalam mengembangkan pendidikan
lingkungan hidup melalui seminar, lokakarya, penataran guru, pengembangan sarana
pendidikan seperti penyusunan modul-modul intergrasi, buku-buku bacaan, dan lain-lain seperti
diungkapkan Ade Fadli (2005).
g. Karakteristik Kurikulum
Menurut Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia (KNLH: 2010) karakteristik
kurikulum dari muatan lokal Pendidikan Lingkungan Hidup adalah sebagai berikut:
 Muatan lokal kurikulum
Pendidikan lingkungan hidup dapat dibentuk melalui mata pelajaran khusus yang
berdiri sendiri. Sebut saja mata pelajaran tersebut dengan istilah Pendidikan
Lingkungan Hidup. Hal ini dapat dimungkinkan sebab dalam kurikulum KTSP
disebutkan sekolah dapat menambah jam pelajaran atau jenis mata pelajaran
dalam struktur kurikulum nasional maksimal 4 jam pelajaran.
 Intergrasi dengan seluruh pembelajaran
Jika sekolah tidak mampu membentuk kurikulum lingkungan hidup dalam satu
mata pelajaran khusus, alternatiflainnya adalah dengan memasukan materi
lingkungan hidup pada seluruh mata pelajaran. Adapun contoh mata pelajaran
yang dapat disisipi muatan pendidikan lingkungan hidup antara lain misalnya,
Biologi, Fisika, Geografi, Seni budaya, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan lainlain.
 Tidak bersifat teoritis tapi aplikati
Pendidikan lingkungan hidup yang diterapkan dalam dunia pendidikan sebaiknya
lebih bersifat aplikatif, sehingga tidak hanya melalui teori saja. Karena teori hanya
akan bersifat hafalan saja apabila tidak ditunjang dengan kegiatan yang bersifat
aplikatif. Dengan demikian siswa akan mudah menerapkannya dalam kehidupan
nyata.
 Dikemas rekreatif dan menyenangkan
14



2.3

Masa remaja merupakan masa yang menyenangkan, sehingga masa remaja akan
lebih identik dengan kegembiraan. Begitu pula dengan pendidikan lingkungan
hidup yang sebaiknya dikemas dalam kegiatan yang menyenangkan. Sehingga,
siswa tidak merasa terbebani dan lebih menikmati suasana pembelajaran.
Bentuk kegiatan misalnya diintegrasikan dengan kegiatan kepramukaan, pecinta
alam, dan lain sebagainya.
Dimulai dari hal-hal sederhana dan dekat dengan siswa
Kegiatan siswa yang berkaitan dengan pendidikan lingkungan hidup di sekolah
dapat dimulai dari hal terkecil dan sederhana, misalnya mengelola sampah
dengan cara memisahkan jenis-jenis sampahnya, membuang sampah pada
tempatnya dan lain-lain.

Sekolah Berawasan Lingkungan

Sekolah berwawasan lingkungan adalah sebutan bagi sekolah yang menjadikan
pendidikan lingkungan sebagai salah satu misi dalam mencapai tujuan sekolah. Program
pendidikan ini memberikan atmosfir di sekolah sehingga setiap saat ketika siswa berada dalam
lingkungan sekolah siswa selalu bersentuhan dengan program ini. Dengan demikian pendidikan
lingkungan hidup sudah terintegrasi ke dalam program sekolah.
Siswa selalu bersentuhan dengan pendidikan lingkungan hidup ketika di kelas, pada
kegiatan ekstrakurikuler dan pada saat istirahat. Diharapkan dengan terintegrasinya pendidikan
lingkungan hidup ini kedalam program sekolah menjadi proses pembiasaan sehingga diharapkan
adanya pengembangan perilaku, sikap dari siswa untuk menghargai, mencintai dan memelihara
lingkungan hidup yang di bawa sikap tersebut menjadi kebiasaan sehari-hari. Ketika program
pendidikan lingkungan hidup di sekolah akan dimulai maka perlu dikembangkan suatu sistem
yang dapat mengatur program ini. Sistem yang di kembangkan diharapkan dapat
mengembangkan tingkat kepedulian siswa terhadap lingkungan, oleh karena itu sistem yang
dibangun harus dapat melibatkan berbagai unsur sehingga program ini dirasakan menjadi milik
seluruh warga sekolah.
Ada 6 tahapan yang dapat dilakukan dalam membuat program sekolah berwawasan
lingkungan :
a. Tahap pertama: Pembentukan komite lingkungan sekolah
Salah satu tujuan dari sekolah berwawasan lingkungan adalah meningkatkan
kepedulian warga sekolah terhadap lingkungan. Dalam rangka melibatkan partisipasi
aktif dari seluruh warga dan menimbulkan rasa memiliki programpendidikan
lingkungan maka untuk mengakomadasi hal tersebut sebagai langkah pertama
adalah pembentukan komite sekolah.
15

Komite lingkungan sekolah mempunyai peranan sebagai:
 Penjamin semua warga sekolah (termasuk murid) merasa terwakili untuk
mebuat keputusan dalam proses implementasi program;
 Untuk mendorong semua warga sekolah peduli terhadap eksistensi program;
 Menjamin bahwa program di dukung oleh manajemen sekolah;
 Sebagai media untuk berhubungan atau melibatkan komunitas di luar
sekolah dalam menjalan program ini.
Komite lingkungan sekolah merupakan suatu badan yang mewakili seluruh warga
sekolah, oleh karena itu anggota komite lingkungan sekolah yang ideal terdiri dari:
Yayasan/dewan sekolah, kepala sekolah, guru, Siswa,Staf bukan guru, dan orang tua.
Bentuk komite lingkungan sekolah sangat fleksibel tergantung kondisi sekolah.
Komite lingkungan dapat dibagi menjadi beberapa sub komiteyang bertanggung
jawab terhadap program tertentu.
Keterwakilan siswa dalam komite lingkungan merupakan salah satu faktor penting
berhasilnya program pendidikan lingkungan tersebut. Keterwakilan siswa dalam
komite lingkungan dapat dilakukan dalam beberapa cara antara memilih perwakilan
dari setiap kelas untuk menjadi anggota komite. Pemilhan wakil setiap kelas lebih
baik dilakukan dengan cara pemilihan dimana siswa yang bersedia duduk mewakili
kelasnya harus memberikan pidato/presentasi mengenai apa yang akandilakukan
sebagai wakil kelas dalam komite lingkungan.
b. Tahap kedua: membuat misi lingkungan sekolah.
Misi lingkungan sekolah adalah suatu pernyataan yang jelas tentang harapan atau
komitmen sekolah untuk meningkatkan kualitas lingkungan sekolah dan terciptanya
budaya peduli terhadap lingkungan. Misi lingkunganbisa dibuat berupa
kalimat/pernyataan atau bisa juga dibuat seperti bait-bait syair sajak.
Dalam pembuatan misi lingkungan sekolah keterwakilan siswa sangat penting karena
dengan melibatkan siswa dalam pembuatan misi lingkungan akan meningkatkan
motivasi dan rasa bertanggung jawab untuk mewujudkan apa yang terdapat dalam
misi lingkungan sekolah. Misi lingkungan sekolah harus memiliki syarat-syarat sebagai
berikut:
 Harus realistis
 Merupakan kesepakatan semua komponen komite lingkungan sekolah
 Dilandasi berdasarkan kondisi lingkungan awal sekolah, isu lingkungan terkini
dan cita-cita
 Jelas
 Dapat dielaborasi menjadi operasional
16

c. Tahap ketiga : membuat action Plan
Action plan merupakan inti dari program pendidikan lingkungan. Action plan harus
dibuat mengacu kepada review kondisi lingkungan awal sekolah. Dari hasil review
lingkungan awal sekolah kita mendapatkan aspek-aspek apa saja yang perlu
ditingkatkan dan kemudian dibuat target apa saja yang harus di capai. Penentuan
target harus realistic, berarti target tersebut bisa di capai karena
denganmenargetkan yang sulit atau terlalu ambisius sehingga tidak tercapai dapat
mengakibatkan demotivasi siswa dalam melaksanakan program tersebut. Didalam
action plan perlu juga ditetapkan targetkan untuk jangka pendek, medium dan
panjang.
Program pendidikan lingkungan hidup di sekolah merupakan bagian dari program
sekolah sehingga dalam pembuatan action plan pendidikan lingkungan merupakan
satu kesatuan dengan pengembangan sekolah. Adapun tahapan diatas adalah
sebagai berikut:
1) Penentuan visi dan misi sekolah
Visi sekolah adalah kondisi ideal sekolah yang dicita citakan, sedangkan misi
sekolah adalah penerjemahan visi yang sifatnya lebih operasional dan lebih
rinci. Salah satu misi tersebut adalah misi lingkungan sekolah yang telah
dirumuskan oleh komite lingkungan sekolah.
2) Tujuan Sekolah
Tujuan sekolah adalah harapan yang ingin dicapai dalam waktu 1 (satu) tahun
yang merupakan elaborasi dari misi yang telah dibuat. Tujuan sekolah relative
lebih operasional dibandingkan dengan misi.
3) Tantangan nyata
Tantangan nyata adalah selisih antara tujuan yang ingin dicapai dengan
kondisi awal sekolah. Action plan program pendidikan lingkungan adalah
yang menjembatani kondisi lingkungan awal dan kondisi yang dicita-citakan
dalam tujuan.
4) Sasaran
Dari hasil pemetaan kesenjangan kondisi awal lingkungan dengan apa yang
dicita-citakan (tantangan nyata) maka untuk mencapai kondisi tersebut perlu
ditetapkan sasaran yang perlu dicapai.
5) Identifikasi fungsi
Setelah sasaran di tentukan,maka perlu di identifikasi sumber daya yang di
perlukan untuk pencapaian tersebut apa bila sumber daya tersebut ada
merupakan dampak positif akan tetapi apa bila belum ada /belum terpenuhi
maka perlu di cari bagaimana cara memenuhinya. Sumber daya yang
17

dimaksud adalah semua komponen (manusia, sarana prasarana, dll) yang
mendukung pencapaian sasaran.
6) Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah suatu analisis untuk melihat kekuatan, kelemahan,
kesempatan dan ancaman (Strengh, Weakness, Opportunity, and Threat)
untuk pencapaian sasaran yang telah di tetapkan. Dengan analisis ini dapat
diidentifikasi ke empat komponen tadi.
7) Alternatif Pemecahan masalah
Dari hasil analisis SWOT didapatkan hasil identifikasi kempat komponen yaitu
kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman. Dari hasil identifikasi
tersebut maka dibuat alternatif pemecahan masalah untuk setiap sasaran.
8) Rencana program dan anggaran
Daftar alternatif setiap sasaran yang dihasilkan pada tahap 7 (tujuh)
merupakan bahan untuk pembuatan rencana program/action plan
programpendidikan lingkungan. Dari daftar alternatif tersebut dicari alternatif
pemecahan masalah yang mana yang paling optimum untuk dilakukan.
Alternatif pemecahan yang paling optimumlah yang digunakan sebagai
action plan program pendidikan lingkungan. Setelah mendapatkan programprogram pendidikan lingkungan kemudian diterjemahkan lagi secara detail
menjadi rencana program. Rencana program adalah langkah-langkah
pelaksanaan program. Langkah pelaksanaan program kemudian digunakan
untuk membuat anggaran pelaksanaan action plan.
d. Tahap ke empat: Monitoring program dan evaluasi kemajuan.
Untuk mengetahui apakah program yang dilaksanakan sudah berhasil atau sudah
mencapai target yang telah ditetapkan dalam action plan, maka harus dilakukan
monitoring program dan evaluasi kemajuan. Kegiatan monitoring dan evaluasi selain
untuk melihat kemajuan juga dapat untuk mendeteksi perlu tidaknya perubahan
pelaksanaan. Kegiatan monitoring yang berkelanjutanakan memasikan program
berjalan dengan baik. Metode monitoring yang digunakan tergantung dari area yang
akan dilihat dan kemampuan siswa untuk melaksanakan monitoring. Sebagai contoh
memeriksa meteran air atau listrik, menghitung tagihan air atau listrik, dll. Metode
yang lebih komplek misalnya dengan membuat kuesioner, wawancara, dll.
Dalam kegiatan monitoring sangat penting siswa diberikan peranan. Dengan
memberikan peranan kepada siswa diharapkan mereka berlatih bertanggung jawab
dan secara tindak langsung dapat meningkatkan rasa memiliki terhadap program
yang sedang dilaksanakan.

18

e. Tahap kelima: Integrasi program kedalam kurikulum
Integrasi pendidikan kedalam kurikulum dapat meningkatkan pencapaian tujuan
pendidikan lingkungan hidup di sekolah. Pengintegrasian pendidikan lingkungan hidup
kedalam kurikulum sifatnya fleksibel. Pengintegrasian bukan bersifat menyeluruh akan
tetapi bisa dilakukan secara parsial atau dijadikan topik saja tanpa mengurangi makna
dari tujuan proses pembelajaran setiap mata pelajaran.
f.

2.4

Tahap ke enam : kemitraan dengan komunitas luar
Salah satu tujuan dari pendidikan lingkungan hidup adalah meningkatankan
kepedulian terhadap lingkungan, termasuk tidak hanya komunitas sekolah juga
komunitas di luar sekolah yang berhubungan langsung dengan sekolah. Kegiatan
dalam rangka melibatkan komunitas lain adalah bisa dengan cara mengadakan aksi
hari lingkungan yang diselenggarakan di sekolah atau diluar sekolah dengan
melibatkan komunitas sekolah dan diluar sekolah yang ada hubungan langsung
misalnya orang tua, dinas pendidikan setempat, pengamat lingkungan, kalangan
industri, dll. Pada kegiatan tersebut dapat dijadikan ajang sosialisasi program sekolah
berwawasan lingkungan dan membuat kemitraan dengan komunitas di luar sekolah.

Program Pendidikan Lingkungan disekolah.

Misi dari pendidikan lingkungan yaitu meningkatan rasa kepedulian, memberikan
prespektif baru, nilai, pengetahuan, keterampilan dan proses yang dapat mengakibatkan
perubahan perilaku dan kebiasaan yang mendukung pelestarian lingkungan hidup. Sesuai
dengan misi diatas maka pelaksanaan program pendidikan lingkungan hidup di sekolah harus
memberikan atmosfir kepada siswa, sehingga ketika siswa berada di sekolah siswa selalu
bersentuhan dengan pendidikan lingkungan hidup.
Untuk mencapai kondisi seperti diatas maka pendidikan lingkungan harus berada atau
bersama-sama dengan progam-program yang diikuti oleh siswa. Bila kita lihat kegiatan siswa
disekolah, maka kegiatan siswa terdiri dari kegiatan di kelas, Kegiatan istirahat dan kegiatan
ekstrakurikuler. Oleh karenaitu pendidikan lingkungan pun harus berada dalam programprogram pada tiga kegiatan siswa.
a. Pendidikan lingkungan terintegrasi pada kegiatan intrakurikuler
Kegiatan intrakurikuler adalah kegiatan belajar siswa di kelas yang mengacu
kepada kurikulum. Sebagai strategi mengembangkan atmosfir lingkungan hidup
maka perlu mengintegrasikan pendidikan lingkungan hidup dalam kegiatan intra
kurikuler. Integrasi pendidikan lingkungan hidup pada kegiatanintra kurikuler adalah
integrasi pendidikan lingkungan kepada kurikulum. Mekanismenya telah dijelaskan
pada bagian tahapan integrasi pendidikan lingkungan kedalam kurikulum.
19

Integrasi pendidikan lingkungan hidup kepada kurikulum merupakan penyisipan
area, topik atau isu yang dibahas dalam mata pelajaran. Selain diintegrasikan pada
mata pelajaran yang sudah ada bisa saja pendidikan lingkungan hidup ini dijadikan
salah satu mata pelajaran muatan lokal( adapun materinya bisa dikembangkan atau
mengacu pada domain pendidikan lingkungan hidup pada lampiran).
b. Pendidikan lingkungan terintergasi pada program sekolah
Program sekolah disini adalah program, kegiatan atau aturan yang dibuat sekolah
selain kegiatan intra dan ekstra kurikuler. Misalnya peraturan kelas bersih, kegiatan
operasi semut setiap hari jumat, Penghematan air dan listrik, Penghijauan sekolah
dll. Program sekolah ini dibuat untuk memelihara lingkungan sekolah dan sekaligus
sebagai pendidikan praktis bagi anak untuk meningkatakan kepedualian terhadap
lingkungan.
Diharapkan dengan pelaksanaan program secara konsisten ada proses
pembiasaan bagi siswa dan diharapkan bersamaan dengan proses tesebut dapat
meningkatkan dan terjadi akselerasi peruba han sikap kepedulian siswa terhadap
lingkungan.
c. Pendidikan lingkungan sebagai kegiatan ekstrakurikuler
Pendidikan lingkungan hidup dapat juga dikemas dalam kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan-kegiatan tersebut bisa berupa Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), Pencinta
Alam (PA), Pramuka, atau kegiatan ekstrakurikuler yang khusus seperti out bound,
Pelatihan penelitian lapangan dll.

2.5

Posisi Pemerintah Daerah Dalam Penerapan Program Adiwiyata di Sekolah

Dalam PermenLH 05 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Adiwiyata dijelaskan
bahwa pemerintahan terkait di berbagai level di daerah mulai dari bupati/walikota, gubernur,
maupun kementrian terkait memiliki kewenangan melakukan pembinaan, penilaian dan
pemberian penghargaan yang dibentuk dalam:
1. Dewan pertimbangan adiwiyata;
Unsur Dewan Pertimbangan adiwiyata berasal dari:
a. Instansi lingkungan hidup Pusat;
b. Instansi Pusat yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pendidikan;
c. Instansi Pusat yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
agama;
20

d. Instansi Pusat yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang dalam
negeri;
e. Perguruan tinggi;
f. Organisasi lingkungan hidup;
g. Media massa;
h. Pemerhati lingkungan hidup;
i. Pemerhati pendidikan; dan
j. Budayawan.
Tugas Dewan Pertimbangan Adiwiyata:
a. Memberikan arahan dan pertimbangan dalam pengem-bangan konsep dan
pelaksanaan Program Adiwiyata;
b. Mengusulkan dan memberikan pertimbangan kepada Menteri terhadap
calon penerima penghargaan Sekolah
c. Adiwiyata mandiri dan Sekolah Adiwiyata nasional.
2. Tim teknis adiwiyata;
Unsur Tim teknis adiwiyata berasal dari:
a. Instansi lingkungan hidup Pusat;
b. Instansi Pusat yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pendidikan;
c. Instansi Pusat yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
agama;
d. Instansi Pusat yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang dalam
negeri;
e. Perguruan tinggi;
f. Organisasi lingkungan hidup;
g. Dunia usaha; dan
h. Media massa.
Tim teknis bertugas mengembangkan kriteria, indikator, dan mekanisme
pelaksanaan Program Adiwiyata.

3. Tim pembina adiwiyata;
Pembinaan yang dilakukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 meliputi:
- Sosialisasi;
- Bimbingan teknis;
21

-

Pembentukan sekolah model