Pemahaman Media Pembelajaran Dalam Prose

Pemahaman Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar Mengajar
Oleh : Efendi Widodo
)* Kepala SDN 2 Kalisat Kecamatan Bungkal
Abstrak
Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu
yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan
atau ketrampilan pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Oleh karena
proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem,
maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu
komponen sistem pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses
pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal.
A. Pendahuluan
Banyaknya siswa yang mengalami kesulitan tetapi penyelesaiaanya bukan oleh
guru bidang studi yang bersangkutan. Kalau guru bermaksud membantu siswa, ada
kecenderungan dilayani diluar jam pelajaran. Bantuan yang diberikan oleh guru itu
cenderung mengarah pada komersialisasi karena pada akhirnya anak diarahkan untuk
mengikuti les privat pada guru sendiri.
Berdasarkan pengalaman ini, untuk membantu siswa yang mengalami
kesulitan belajar maka guru harus mengubah strategi pembelajaran dengan tidak terlalu
mendominasi kegiatan belajar mengajar. Sebaliknya guru tidak memberikan kebebasan
kepada siswa, sehingga siswa yang mengalami kesulitan tidak mencari solusi atau jalan

keluar kepada pihak lain, karena pada dasarnya diantaranya tugas guru itu adalah sebagai
pembimbing. Tugas guru sebagai pembimbing antara lain membantu siswa yang
membutuhkan bantuan khususnya terkait dengan kesulitan belajar sesuai bidang sutudi
yang diajarkan oleh guru yang bersangkutan.
Untuk mengatasi agar siswa tidak mengalami ketergantungan pada orang lain
setiap mengahadapi kesulitan atau masalah, maka guru dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar sebaiknya menggunakan multi metode.
Keberhasilan belajar seseorang siswa sangat bergantung pada usaha,
kemampuan, dan ketekunan siswa itu sendiri. Keberhasilan proses belajar di kelas
merupakan tanggung jawab bersama antara siswa dan guru. Ini mengandung maksud
bahwa keberhasilan belajar itu sangat dipengaruhi oleh keterampilan belajarnya.

Untuk itu setiap siswa hendaknya memiliki cara belajar yang efisien. Dalam
hal ini sebagaimana disampaikan : Oema Hamalik (1990), menyatakan bahwa belajar akan
berhasil apabila siswa memiliki kesadaran tentang tanggung jawab belajar, cara belajar
yang efisien dan syarat-syarat yang diperlukan.
Di samping siswa, tak kalah pentingnya adalah peran guru dalam upaya
menunjang keberhasilan belajar siswa. Guru tidak hanya ditutut menguasai meteri saja,
tetapi juga harus mempu menyajikan materi sedemikian rupa sehingga dapat dengan
mudah menangkap/memahaminya. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, maka dalam

menyajikan materi perlu strategi belajar mengajar secara variatif sehingga siswa secara
aktif ikut terlibat dalam proses pembelajaran yang lebih penting lagi siswa tidak jenuh.
Agar dapat menerapkan strategi belajar mengajar, guru ditutut memiliki
kemampuan dalam penguasaan bahan, pengelolaan proses belajar mengajar, pengelolaan
kelas, penggunaan sumber belajar, maupun kemampuan dalam memilih dan menggunakan
media pembelajaran.
Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka perangkat
yang terlibat dalam proses belajar mengajar juga mengalami kemajuan seirama dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perangkat ini, baik yang berupa perangkat
lunak (software) seperti kualitas belajar siswa dan tenaga administrasi, maupun perangkat
keras (hardware) seperti fasilitas pengajaran, parelatan kantor, alat bantu mengajar, dan
sebagainya. Perbedaan pengadaan perangkat lunak maupun perangkat keras di lembaga
pendidikan yang satu dengan lainnya, menyebabkan perbedaan kualitas lembaga
pendidikan itu. Semakin banyak tersedianya perangkat lunak dan perangkat keras, maka
adanya kecenderungan semakin baik pula kualitas pengajarannya. Begitu pula sebaliknya,
makin terbatas tersediannya perangkat lunak dan perangkat keras, maka ada
kecenderungan semakin rendah kualitas pendidikan yang ada di lembaga tersebut.
Media pembelajaran, khususnya media visual, memiliki 4 fungsi yaitu fungsi
atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris.
Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan

perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna
visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Media gambar atau animasi
yang diproyeksikan melalui LCD (Liquid Crystal Display) dapat memfokuskan dan
mengarahkan perhatian mereka kepada pelajaran yang akan mereka terima. Hal ini
berpengaruh terhadap penguasaan materi pelajaran yang lebih baik oleh siswa.

Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat keterlibatan emosi dan
sikap siswa pada saat menyimak tayangan materi pelajaran yang disertai dengan
visualisasi. Misalnya, tayangan video gambar simulasi kegiatan pengelolaan arsip, video
penggunaan mesin-mesin kantor, dan sejenisnya.
Fungsi kognitif media visual terlihat dari kajian-kajian ilmiah yang
mengemukakan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan
untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
Sedangkan fungsi kompensatoris dari media pembelajaran dapat dilihat dari hasil
penelitian bahwa media visual membantu pemahaman dan ingatan isi materi bagi siswa
yang lemah dalam membaca.
B. Pembahasan
Dalam uraian ini akan dibahas beberapa strategi belajar yakni strategi: (1) Memilih Media
Belajar (2) Pendekatan Dalam Memilih Media Belajar (3) Cara Memilih Media
Pembelajaran

1.

Memilih Media Belajar
Dalam pengunaan media belajar ini guru benar-benar diuji untuk dapat
menjalankan fungsi dan tugasnya, baik dari mulai membuat perencanaan pengajaran
sampai dengan menyajika di depan kelas. Namun adakalanya guru banyak guru yang
masih minim kemampuan dalam menggunakan media pengajaran.
Banyaknya guru yang dalam pengajaran banyak yang mengandalkan
penyajian materi melaui ceramah. Hal ini bisa jadi guru hanya meniru rekan guru
yang lain atau meniru dosennya yang mengajar juga hanya mengandalkan metode
ceramah. Dan kalau toh ada yang menggunakan media yang berupa beberan (flipover) yang dibuat dari kertas manila, itu pun dengan teknik pembuatan yang rata-rata
masih kurang memenuhi persyaratan. Dalam hal pembuatan misalnya, rata-rata guru
tidak memperhatikan apaka media yang dibuat dapat dibaca oleh siswa atau tidak
(asal buat), sedangkan dalam hal pemasangan, kebanyakan flip-over dipasang di
papan tulis sehinga fungsi papan tulis tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Padahal penggunaan media pembelajaran mempunyai peran yang sangat penting guna
membantu guru dalam menyajikan materi dan siswa akan dengan mudah dalam
menerima materi.
Sebagai pendapat yang dikemukakan Ali (2000) yang menyatakan bahwa “
agar pengajaran dapat memberikan pengalaman yang lebih berarti bagi anak, perlu

dipikirkan bentuk-bentuk media tertentu yang dapat membawa anak kepada

pengalaman yang lebih konkrit “. Oemar Hamalik (1996) dalam Arsyad (2002)
menyatakan bahwa pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan minat yang baru, membangkitkan motovasi dan rangsangan kegiatan
belajar, dan bahkan membawa pengaruh pengaruh psikologi terhadap siswa,
sedangkan Sudjana dan Rivai (1992) dalam Arsyad (2002) mengemukakan 4 (empat)
manfaat penggunaan media pengajaran dalam proses belajar siswa, yaitu : 1)
Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan
motivasi belajar ; 2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya; 3) Metode
pengajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal ; 4) Siswa
dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar.
Di samping itu penggunaan media pembelajaran menurut Harianto (2000)
dapat digunakan dalam situasi dimana bahan pengajaran yang dijelaskan guru kurang
dipahami oleh siswa, terbatasnya sumber-sumber pengajaran, guru telalu capek untuk
menjelaskan materi melalui ceramah akibat telah mengajar cukup lama, dan perhatian
siswa terhadap pengajaran sudah berkurang akibat kebosanan mendengar uraian guru.
Sebagaimana telah diuraikan sebelumya bahwa banyak macam media yang
dapat digunakan dalam mengajar, yang sudah barang tentu dapat digunakan untuk
membekali siswa dalam proses pembelajaran. Ada empat macam media pembelajaran

yang sering digunakan, yaitu : papan tulis, flip-over, LCD proyektor, dan computer.
2.

Pendekatan Dalam Memilih Media Belajar
Suatu media pembelajaran dapat dikatakan baik apabila minimal memiliki
tiga criteria, yaitu ; efektif, efisien, dan komunikatif. Efektif apabila media tersebut
dapat memberi hasil guna yang tinggi ditinjau dari segi pesannya dan kepentingan
siswa yang sedang belajar. Efisien apabila media tersebut penggunaanya mudah,
dalam waktu yang singkat dapat mencakup isi yang luas, tidak memerlukan tempat
yang luas. Komunikatif apabila media tersebut dapat menampilkan pesan yang mudah
ditangkap oleh siswa.
Media pembelajaran sebagai alat bantu mengajar merupakan bagian integral
dari metodologi pengajaran. Oleh karena itu, penggunaan media pembelajaran harus
didasarkan pada pemilihan yang tepat sehingga dapat memperbesar arti dan fungsi
dalam menunjang efektifitas dan efisien proses belajar mengajar.
Dalam memilih media pembelajaran menutur Harjanto (2000) ada dua
pendekatan yang biasa digunakan, yaitu ; 1) Memilih media dengan cara memilih
yang telah tersedia di pasaran, yaitu dengan cara membeli. Pendekatan ini sudah

barang tentu membutuhkan biaya untuk membelinya dan belum tentu cocok

digunakan untuk menyampaikan bahan pelajaran dan dengan kegiatan yang dilakukan
siswa akan tetapi pendekatan ini mempunyai kelebihan, dimana media yang sudah
dibeli barang tentu langsung dapat digunakan untuk proses pembelajaran ; dan 2)
Dengan cara memilih berdasarkan kebutuhan nyata yang telah direncanakan,
khususnya yang berkenaan dengan tujuan yang telah dirumuskan secara khusus dan
bahan pelajaran yang hendak disampaikan.
Dari kedua pendekatan tersebut, pendekatan kedua yang cenderung banyak
digunakan oleh guru, yakni dengan cara mempertimbangkan bahan pelajaran yang
akan disampaikan, serta kegiatan-kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Hal ini
disebabkan kecocokan terhadap kedua hal tersebut yang menjadi dasar pertimbangan
media pembelajaran dipilih atau tidak. Sehingga dalam memilih media berlaku prinsip
“selection by rejection”, dimana guru hanya memilih media pembelajaran yang
bermanfaat saja.
3.

Cara Memilih Media Pembelajaran
Secara garis besar media pembelajaran menurut Harjanto (2000)
dikelompokkan menjadi empat macam : 1) Media Grafis seerti foto, gambar, bagian,
diagram, poster, dan sejenisnya ; 2) Media proyeksi seperti, slide, film, OHP, LCD
projektor dan lain-lain ; 3 ) Media tiga dimensi, seperti model penampang, model

susun, diorama , dan lain-lain ; dan 4 ) Penggunaan lingkungan sebagai media
pembelajaran.
Sementara Brest dalam Ali (2000) mengelompokkan media pembelajaran
menjadi delapan kelompok yaitu :1) Media audio-motion visual, yakni media yang
mempunyai suara , ada gerakan dan bentuk obyeknya dapat dilihat, seperti TV, video,
tape, dan lain-lain ; 2) Media audio-still visual, yakni media yang mempunyai suara,
obyeknya dapat dilihatn, namun tidak dapat digerakkan, seperti fil-strip bersuara, slide
bersuara, dan lain-lain ; 3)Media audio-semi motion, yakni media yang mempunyai
suara dan gerakan, namun tidak bisa menampilkan suatu gerakan secara utu, seperti
tele-writing atau teleboard ; 4) Media motion-visual, yakni media yang mempunyai
gambar obyek bergerak, seperti film bisu (takbersuara) ; 5) Media still-visual, yakni
media yang ada obyeknya namun tidak bias bergerak, seperti gambar ; 6) Media semimotion (media semi gerak), yakni media yang menggunakan garis dan tulisan seperti
tele-autograf ;7) Media audio, yakni media yang hanya menggunakan suara seperti

radio, telepon, radio-tape ; dan 8) Media cetakan, yakni media yang hanya
menampilakn symbol-simbol tertentu seperti huruf (symbol bunyi).
Sudirman (2000) mengelompokkan media pengajaran menjadi tiga.
Pertama, alat-alat yang merupakan benda sebenarnya yang memberikan pengalaman
langsung dan nyata. Kedua, alat-alat yang merupakan benda pengganti yseringkali
dalam bentuk tiruan dari benda sebenarnya yang memberikan pengalaman buatan atau

tidak langsung. Ketiga,

bahasa baik lisan atau tertulis memberikan pengalaman

melalui bahasa. Sementara ditinjau dari segi indera, Usman (1995) mengelompokkan
media menjadi tiga, yaitu media yang dapat didengar, dilihat, dan dirasa.
Pemilihan

dan

penggunaan

media

pembelajaran

sebaiknya

tidak


mengedepankan kecanggihan dari media tersebut, tetapi lebih mementingkan pada
fungsi dan peranannya dalam meningkatkan proses pembelajaran. Oleh karena itu,
dalam pemilihan dan penggunaan media pembelajaran banyak factor yang perlu
dipertimbangkan. Adapun factor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih
dan penggunaan media pembelajaran menurut Harjanto (2000) meliputi masalah
relevensi, kelayakan, dan kemudahan dalam pengadan media. Sementara Hartono
dalam Harjanto (2000) mengemukakan empat criteria dalam pemilihan media
pembelajaran yaitu pertimbangan produksi, peserta didik, isi dan guru.
Ali (2002) mengemukakan lima factor yang dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam memilih media, yaitu : 1) Jenis media yang dipilih harus sesuai
dengan tujuan pembelajaran ; 2) Nilai kegunaan dari berbagai jenis media yang dipilih
; 3) Kemampuan guru dalam menggunakan suatu jenis media ; 4) Flelsibilitas, tahan
lama dan kenyamanan media ; dan 5) Keefektifan suatu media dibandingkan dengan
jenis media lain untuk digunakan dalam pengajaran suatu bahan pelajaran tertentu.
Namun demikian harus disadari bahwa setiap media dipilih tentu tidak
sepenuhnya sempurna mengingat bahwa setiap media memiliki keunggulan dan
keterbatasan. Oleh karena itu dalam memilih media harus pula mengetahui tentang
keunggulan dan keterbatasan dari media yang bersangkutan sehingga dapat
mengeliminir keterbatasan-keterbatasan dari media yang dipilih.
C. Simpulan

1). Penggunaan media pembelajaran sangat dibutuhkan dalam kegiatan proses belajar
mengajar agar dapat menciptakan suasana pembelajaran aktif dan kreatif. 2). Pemilihan
media pembelajaran harus sesuai dengan tujuan, nilai kegunaan juga harus diimbangi
dengan kemampuan guru dalam menggunakan suatu jenis media ; fleksibilitas, tahan

lama dan kenyamanan media ; dan keefektifan suatu media untuk digunakan dalam
pengajaran suatu bahan pelajaran tertentu. Disamping itu dalam memilih media harus
pula mengetahui tentang keunggulan dan keterbatasan dari media yang bersangkutan
sehingga dapat mengeliminir keterbatasan-keterbatasan dari media yang dipilih. 3).
Penggunaan media pengajaran hendaknya dipandang sebagai bagian integral dari suatu
sistem pengajaran dan bukan hanya sebagai alat bantu yang berfungsi sebagai tambahan
yang digunakan bila dianggap perlu dan hanya dimanfaatkan sewaktu-waktu. 4). Media
pengajaran hendaknya dipandang sebagai sumber belajar yang digunakan dalam usaha
memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar-mengajar. 5). Guru hendaknya
benar-benar menguasai teknik-teknik dari suatu media pengajaran yang digunakan. 6).
Guru seharusnya memperhitungkan untung ruginya pemanfaatan suatu media
pengajaran. 7). Penggunaan media pengajaran harus diorganisir secara sistematis bukan
sembarang mengunakannya. 8) Jika sekiranya suatu pokok bahasan memerlukan lebih
dari macam media, maka guru dapat memanfaatkan multi media yang menguntungkan
dan memperlancar proses belajar-mengajar dan juga dapat merangsang siswa dalam
belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Bobbi De Porter & Mike Hernacki. 2001. Quantum Learning, Membiasakan Belajar
Nyaman dan Menyenangkan. New York : Dell Publising.
Elizabet B. Hurlock. 1991. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta Erlangga.
Gino, et. Al. 1994. Belajar dan Pembelajaran I. Surakarta ; Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Pieter B. Mboik. 1987. Konseling II. Surakarta : Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tim MKDK. 1995. Belajar dan Pembelajaran I dan II. Surabaya : University Press IKIP
Surabaya.
Yusuf Gunawan. 1992. Pengantar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Prenhallindo.
Ali, Muhammad. 2000. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru
Algensindo.
Arsyad, Ashar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Hamalik, Oemar. 1990. Metoda Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung : Tarsito.
Harjanto. 2000. Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Sudirman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Utomo, Tjipto dan Kess Ruijter. 1991. Peningkatan dan Pengembangan Pendidikan.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Usman, Moh. User. 1995. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Http/herminegari,wordpress.com