IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MEMBENTUK IDENTITAS BANGSA MULTIKULTUR ANDREAS ANDRIE DJATMIKO

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER
DALAM MEMBENTUK IDENTITAS BANGSA MULTIKULTUR
ANDREAS ANDRIE DJATMIKO*)
*)
Dosen Program Studi PPKn STKIP PGRI Tulungagung
ABSTRAK
Di berbagai bangsa di belahan dunia manapun, persoalan identitas bangsa sedang
dilandai berbagai persoalan. Hal itu dipicu oleh adanya kemajuan teknologi
informasi yang pada akhirnya mempengaruhi berbagai sendi kehidupan manusia.
Berbagai kebijakan dilakukan oleh masing-masing negara dengan tujuan
membendung dampak negative dari penetrasi budaya asing ke berbagai budaya
lokal yang mereka miliki. Indonesia sebagai bagian dari masyarakat global dunia
juga terpengaruh oleh arus budaya negatif yang jika dibiarkan akan meniadakan
berbagai budaya lokal yang selama ini menjadi identitas budaya setempat.
Pemerintah Indonesia dengan berbagai program baik di bidang pendidikan,
kebudayaan, teknologi dll mencoba membendung atau meminimalisir pengaruh
negatif budaya asing agar tidak mempengaruhi generasi muda mendatang
menjadi generasi yang tidak memiliki akar budaya. Kurikulum pendidikan yang
berbasis pada pendidikan karakter diharapkan menjadi salah satu instrumen
yang mampu memfilter pengaruh buruk yang datang dari budaya asing. Sebagai
bangsa yang beragam budaya (multikultur) maka pengembangan kurikulum

ditekankan pada pengembangan muatan lokal yang berbasis pada budaya
setempat tanpa meninggalkan modernisasi terutama dalam teknik dan media
pembelajaran dengan menitik beratkan pada penguasaan teknologi informasi.
Perubahan gaya hidup yang melanda generasi muda di berbagai belahan negara
tidak harus dihadapi secara emosional dengan menutup segala pintu masuk ke
berbagai budaya lokal , akan tetapi disikapi dengan membentengi generasi muda
Indonesia dengan karakter yang berbasis pada jati diri manusia Indonesia yang
mengedepankan ramah tamah, murah senyum,religious,gotong royong sekaligus
memiliki integritas moral dan penguasaan .
Kata Kunci: Pendidikan karakter, identitas bangsa, multikultur

karakter mulai diperkenalkan pada akhir

A. PENDAHULUAN
Karakter atau yang sering disamakan

abad-18, oleh seorang ahli pendidikan

dengan temperamental oleh sebagian


(pedadog ) berkebangsaaan Jerman yang

orang

pembentuk

bernama F.W. Foerster. (Doni Koesoema

kepribadian. Karakter berasal dari bahasa

A, 2007 : 79). Priyo Darmanto, dkk (2007:

Yunani kharakter yang berakar dari diksi

239) mengartikan karakter dengan ciri,

“kharassein‟ yang berarti memahat atau

watak yang membedakan seseorang


mengukir, sedangkan dalam bahasa latin

dengan orang lain. Dengan demikian

karakter bermakna membedakan tanda.

meskipun terdapat anak kembar, akan

Dalam bahasa Indonesia, karakter dapat

tetapi watak atau karakter anak ter-

diartikan sebagai sifat kejiwaan/tabiat/

sebut dapat berlainan.

merupakan

salah


watak (Sri Narwanti, 2011:1).
Dalam

dunia

pendidikan,

Karakter adalah suatu hal yang unik
kata

hanya ada pada individual atau pun pada

1

suatu

kelompok,

merupakan


bangsa.

landasan

budaya,

dari

kecerdasan

merupakan

pula

Karakter
kesadaran

budaya

karakter


mempunyai

domain

moral dan nonmoral. Karakter yang
memiliki domain moral adalah

semua

budaya.

perilaku individu yang berkait dengan

Sedangkan nilai dari sebuah karakter

hubungan interpersonal atau hubungan

digali dan dikembangkan melalui budaya


antar indivisu

masyarakat itu sendiri. Terdapat empat

empati, loyal, membantu dan peduli

modal

daya

dengan orang lain (sifat-sifat feminis).

manusia, modal kultural, modal ke-

Karakter yang memiliki ranah nonmoral

lembagaan,

adalah semua perilaku individu yang


strategis

perekat

dan

bahwa

yaitu

serta

sumber

sumber

daya

ngetahuan. Keempat modal


pe-

tersebut

seperti

berkait dengan

kasih sayang,

pengembangan sifat-

penting bagi penciptaan pola pikir yang

sifat dalam diri individu atau intra

memiliki keunggulan kompetitif sebagai

personal


suatu bangsa (Narwanti, 2011:27).

tanggung jawab, pantang menyerah dan

Karakter

juga

diartikan

sebagai

seperti

rakter

pondasi

nonmoral


pengikat

terampilan-keterampilan

bagi
teknik

ke(hard

jujur,

ber-

percaya diri (sifat-sifat maskulin). Ka-

perwujudan soft skills yang menjadi
dan

disiplin,

yangberdomain moral maupun
tersebut

pada

dasarnya

memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk

skill). Karakter tersusun terutama oleh

membentuk

kompetensi-kompetensi

terhadap kepentingan sosial (prososial).

spiritual

dan

emosional. ( Daniel. M. Rosyid, 2014:35)

Pengertian

M. Ghazali Bagus Ani Putra dalam

psikologi

tulisannya

kepribadian.

“Membangun

peradaban

kepribadian

yang

peka

karakter didalam ilmu

sering

dikaitkan

Supartono

dengan

(2004:

24)

bangsa dengan pendidikan berkarakter

menyebutkan bahwa kepribadian se-

moral“, menyebutkan bahwa para ahli

seorang tersusun atas dasar vitalitas

filsafat memandang bahwa

karakter

jasmani dan rohani disamping ada faktor

biasa digunakan untuk merujuk dimensi

temperamen, karakter dan bakat. Vitalitas

moral indivisu. Filosof besar Aristoteles

jasmani

sering menggunakan istilah ēthē untuk

konstruksi tubuhnya

karakter yang secara etimologis ber-

oleh

kaitan dengan “ethics” dan “morality”.

keadaaannya dapat dikatakan tetap atau

Para

ahli

psikologi

seseorang
factor

tergantung

pada

yang terpengaruh

hereditas

sehingga

mengajukan

konstan dan merupakan daya hidup

berbagai pandangan tentang pengertian

psikis dan merupakan energy hidup yang

karakter dengan melihat dari pendekatan

belum terarah secara intens, sebagian

yang berbeda. Pendekatan yang sering

tergantung pada alam lingkungan yuang

digunakan

ikut membentuknya

adalah

pendekatan

yang

berkait dengan untuk mendefinisikan

Dari berbagai pengertian karakter

karakter adalah pendekatan dari sisi

tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan

moral dan nonmoral. Menurut M. Ghazali

bahwa karakter adalah berbagai ciri khas

Bagus Ani Putra (2015) dengan mengutip

dari individu yang menjadi tanda atau

pendapat Hasting et al. menyebutkan

2

identitas

yang bersangkutan sehingga

membedakan dengan individu yang lain.

yang

menekankan

kepada

budi

pekerti, pendidikan moral, pendidikan
watak yang bertujuan mengembangkan

B.

kemampuan

KAJIAN TEORI

siswa
sisi

untuk

dapat

Konsep Pendidikan Karakter

mengetahui

1.

Pengertian Pendidikan

perilaku, memelihara sikap dan perilaku

Berdasarkan Undang-Undang (UU)

yang

baik,

baik-buruk,

mewujudkan

suatu

berbagai

RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem

perilaku baik dalam kehidupan sehari-

Pendidikan

pendidikan

hari. Agus Wibowo (2011: 34) dengan

sadar

mengutip

diartikan

Nasional,

sebagai

usaha

dan

pendapat

T.

Ramli

me-

terencana untuk mewujudkan suasana

nyebutkan bahwa pendidikan karakter

belajar dan proses pembelajaran agar

memiliki esensi dan makna yang sama

peserta

dengan pendidikan moral dan pen-

didik

secara

aktif

me-

ngembangkan potensi dirinya untuk

didikan

memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

membentuk

pengendalian

ke-

menjadi

ke-

masyarakat, dan warga negara yang baik.

dirinya,

Adapun kriteria manusia yang baik,

diri,

cerdasan,

akhlak

terampilan

yang

kepribadian,
mulia,

serta

diperlukan

masyarakat, bangsa dan Negara.
Menurut
Indonesia

Kamus

(KBBI

Besar

Online:

akhlak.

Tujuannya

pribadi

manusia

adalah

anak,

yang

supaya

baik,

warga

warga masyarakat yang baik, dan warga
Bahasa

negara yang baik bagi suatu masyarakat

2012-2014)

atau bangsa, secara umum adalah nilai-

pendidikan adalah proses pengubahan

nilai

sikap dan tata laku seseorang atau

dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan

kelompok orang dalam usaha men-

bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari

dewasakan

upaya

pendidikan

pengajaran dan pelatihan; proses, cara,

pendidikan

perbuatan mendidik.

pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-

manusia

melalui

Berdasarkan pengertian pendidikan
tersebut

diatas

dapat

disimpulkan

bahwa pendidikan merupakan upaya

nilai

sosial

tertentu,

karakter
di

yang

banyak

dalam

konteks

Indonesia

adalah

luhur bersumber

dari

budaya

bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka
membina kepribadian generasi muda.

sadar untuk mengembangkan berbagai

Pendidikan karakter adalah suatu

potensi yang dimiliki individu untuk

sistem penanaman nilai-nilai karakter

mewujudkan peran dan fungsinya dalam

kepada siswa dengan materi meliputi

bermasyarakat,

komponen pengetahuan, kesadaran atau

bernegara

sekaligus

mewujudkan hakekat kehidupan spiritu-

kemauan,

al manusia.

laksanakan

2.

Pengertian Pendidikan Karakter

terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri

Berdasarkan pengertian pendidikan

sendiri, sesama, lingkungan, maupun

dan

tindakan

nilai-nilai

untuk

me-

tersebut,

baik

tersebut diatas dapat

kebangsaan sehingga menjadi manusia

disimpulkan bahwa pendidikan karakter

insan kamil. Dalam pendidikan karakter

adalah

di

dan karakter

pendidikan

nilai,

pendidikan

sekolah,

semua

komponen

3

(stakeholders) harus dilibatkan, termasuk

nyelesaikan tugas dengan sebaik-

komponen-komponen

baiknya.

sendiri,

yaitu

pembelajaran
hubungan,

pendidikan

itu

isi

kurikulum,

proses

dan

penilaian,

kualitas

penanganan

atau

6.

aktivitas

atau

kegiatan

ko-kurikuler,

pemberdayaan

7.

Mandiri: sikap dan perilaku yang
mudah

sarana prasarana, pembiayaan, dan etos

orang

lain

kerja seluruh warga dan lingkungan

tugas-tugas.
8.

Badan

penelitian

ngembangan,

Pusat

dan

Kurikulum

telah

merumuskan

tergantung

pada

dalammenyelesaikan

Demokratis: cara berfikir, bersikap,

pe-

dan bertindak yang menilai sama

Ke-

hak dankewajiban dirinya dan orang
lain.

menterian Pendidikan Nasional (2011;
10)

melakukan

telah dimiliki.
tidak

sekolah.

dan

atau hasil barudari sesuatu yang

ngelolaan mata pelajaran, pengelolaan
pelaksanaan

berpikir

sesuatu untuk menghasilkan cara

pe-

sekolah,

Kreatif:

materi

9.

Rasa Ingin Tahu: sikap dan tindakan

pendidikan karakter yang mencakup

yang

berbgai aspek-aspek antara lain :

mengetahui lebih mendalam dan

1.

Religius: sikap dan perilaku yang

meluas

patuh dalam melaksanakan ajaran

dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

agama

2.

yang

pelaksanaan

ibadah

bertindak, dan berwawasan yang

rukun

menempatkan kepentingan bangsa

lain,

serta

hidup

dengan pemeluk agama lain.

dan negara di atas kepentingan diri

Jujur: perilaku yang didasarkan pada

dan kelompoknya.
11. Cinta

Tanah

Air:

berpikir,

bersikap

dalam

menunjukka kesetiaan, kepedulian,

perkataan,

tindakan,

dan

dan

cara

orangyang selalu dapat dipercaya

berbuat

dan

Toleransi: sikap dan tindakan yang

terhadap bahasa, lingkungan fisik,

menghargai

sosial, budaya ekonomi, dan politik

perbedaan

agama,

dari dirinya.
Disiplin:

penghargaan

yang

yang

pekerjaan.

tindakan orang lain yang berbeda

5.

sesuatu

10. Semangat Kebangsaan: cara berpikir,

suku, etnis,pendapat, sikap, dan

4.

dari

untuk

toleran

upaya menjadikan dirinya sebagai

3.

berupaya

yangdianutnya,

terhadap
agama

selalu

tinggi

bangsanya
12. Menghargai

Prestasi:

sikap

dan

tindakan yang mendorong dirinya

suatu

tindakan

yang

untukmenghasilkan

sesuatu

yang

menunjukkan perilaku tertib dan

berguna

patuh pada berbagaiketentuan dan

mengakui, serta menghormati ke-

peraturan.

berhasilan orang lain.

Kerja Keras: tindakan yang me-

13. Bersahabat

bagi

masyarakat,

dan

dan

Komunikatif:

nunjukkan upaya sungguh-sungguh

tindakan yang memperlihatkan rasa

dalammengatasi

senang

batan

dan

berbagai

tugas,

serta

hamme-

berbicara,bergaul,

dan

bekerjasama dengan orang lain.

4

14. Cinta Damai: sikap, perkataan, dan

3.

Membangun

dan

menerapkan

tindakan yang menyebabkan orang

informasi dan pengetahuan secara

lainmerasa senang dan aman atas

logis, kritis, kreatif, dan inovatif.
4.

kehadirannya.

logis, kritis, kreatif, dan inovatif

15. Gemar Membaca: kebiasaan me-

dalam pengambilan keputusan.

nyediakan waktu untuk membaca
berbaga bacaan yang memberikan

5.

kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli

Lingkungan:

tindakan

yang

mencegah

Menunjukkan kemampuan berpikir

Menunjukkan

kemampuan

mengembangkan
sikap

selalu

dan

berupaya

kerusakan

budaya

belajar

untuk pemberdayaan diri
6.

pada

Menunjukkan sikap kompetitif dan
sportif untuk mendapatkan hasil

lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkanupaya-upaya untuk

dalam

yang terbaik.
Menunjukkan

kemampuan

memperbaiki kerusakan alam yang

menganalisis

dan

memecahkan

sudah terjadi.

masalah.
karya

kreatif,

17. Peduli Sosial: sikap dan tindakan

7.

8.

yang selalu ingin memberi bantuan
pada oranlain dan masyarakat yang

9.

untuk

10. Menghargai

melaksanakan

dankewajibannya,

lisan

dan

tulisan

masyarakat,

lingkungan

adanya

perbedaan

pendapat dan berempati terhadap

yang

seharusnya dia lakukan, terhadap diri
sendiri,

Berkomunikasi

secara efektif dan santun.

18. Tanggung Jawab: sikap dan perilaku
tugas

baik

individual maupun kelompok.

membutuhkan.
seseorang

Menghasilkan

dalam

orang lain.
C.

METODE PENELITIAN
Pengembangan

karakter

individu

(alam, sosial dan budaya), negara

memerlukan berbagai macam perangkat

dan Tuhan Yang Maha Esa.

yang

Tingkat

pendidikan

karakter peserta didik melalui pen-

karakter yang telah dilaksanakan dapat

didikan. Ratna Megawangi (2007:84)

diketahui melalui pencapaian beberapa

mengajukan metode 4 (empat) M dalam

indikator yang tercantum dalam Standar

pendidikan karakter

Kompetensi Lulusan (Permen Diknas,

Mengetahui, Mencintai, Menginginkan,

2006), yang antara lain :

danMengerjakan.

1.

Mengembangkan diri secara optimal

hasil perubahan pada

dengan

didik maka metode 4 M harus di-

diri
2.

keberhasilan

memanfaatkan

serta

kelebihan

memperbaiki

ke-

diharapkan

laksanakan

mampu

yaitu meliputi:

Agar

secara

merubah

mendapatkan
karakterpeserta

utuh

dan

ber-

kurangannya.

kesinambungan.

Menunjukkan sikap percaya diri dan

kesadaran yang utuh tersebut maka

bertanggung jawab atas perilaku,

peserta

perbuatan, dan pekerjaannya.

menginginkan

didik

Berdasarkan
harus

dari

mencintai

adanya

dan

perubahan

karakter. Pada akhirnya semua tahap
tersebut

harus

dilaksanakan

melalui

5

tindakan nyata di dalam kehidupan

dan holistik agar karakter siswa yang

sehari-hari.

diinginkan akan tercapai.

Doni A. Koesoema (2007: 2012-

3.

Penentuan

2017) mengajukan lima metode pendidikan

karakter

dalam

penerapan

Menentukan Prioritas

tentukan

agar

prioritas
tingkat

harus

di

keberhasilan

lembaga sekolah, yaitu :

pendidikan karakter dapat dievaluasi

1.

Pengajaran

dengan jelas.Tanpa prioritas, pendidikan

Pemahaman konseptual tetap di-

karakter tidak dapat terfokus karena

butuhkan sebagai bekal konsep konsep

tidak dapat dilihat berhasil atau tidak

nilai yang kemudian menajdi rujukan

berhasil. Pendidikan karakter meng-

karakter tertentu. Mengajarkan karakter

himpun nilai yang dianggap penting

berarti memberikan pemahaman pada

bagi

peserta didik tentang struktur nilai

lembaga.

tertentu, keutamaan (bila dilaksanakan)

4.

pelaksana

dan

realisasi

visi

Praksis Prioritas

dan maslahatnya (bila tidak dilaksana-

Unsur lain yang sangat penting

kan). Mengajarkan nilai memiliki 2 (dua)

setelah prioritas karakter adalah bukti

faedah yaitu memberikan pengetahuan

dilaksanakannya

konseptual baru dan menjadi pem-

tersebut. Lembaga pendidikan harus

banding atas pe-ngetahuan yang telah

mampu membuat verifikasi sejauh mana

dimiliki oleh peserta didik. Oleh Karena

prioritas yang telah ditentukan telah

itu, maka proses pembelajaran yang

dapat

dilakukan

pendidikan melalui berbagai unsur yang

harus

melibatkan

peserta

prioritas

direalisasikan

karakter

dalam

lingkup

didik secara aktif dan partisipatif .

ada dalam lembaga pendidikan itu.

2.

5.

Keteladanan
Pada

umumnya

manusia

lebih

Refleksi
Refleksi

berarti

dipantulkan

ke

banyak belajar dari apa yang mereka

dalam diri. Apa yang telah dialami masih

lihat. Keteladanan menempati posisi

tetap terpisah dengan kesadaran diri,

yang

harus

sejauh ia belum dikaitkan, dipantulkan

terlebihdahulu memiliki karakter yang

dengan isi kesadaran seseorang. Refleksi

hendak diajarkan. Guru adalah panutan

juga dapat disebut proses bercermin,

bagi peserta didik serta akan meniru

mematut-matutkan diri pada peristiwa /

apa

Ke-

konsep yang telah dialami: apakah saya

teladanan tidak hanya bersumber dari

seperti itu? Apakah ada karakter baik

seorang

seperti itu pada diri saya?.

sangat

yang

penting.

dilakukan

guru,

Guru

gurunya

melainkan

juga

dari

seluruh manusia yang ada di lembaga
pendidikan tersebut. Juga bersumber

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

dari orang tua, karib kerabat, dan

Pendidikan Karakter Dan Identitas

siapapun

Pada Bangsa Multikultur

yang

sering

berhubungan

dengan peserta didik. Pada titik ini,
pendidikan

karakter

Banyak

kalangan

merasa

resah

membutuhkan

dengan banyak berbagai perilaku dalam

lingkungan pendidikan yang kondusif

dunia pendidikan yang menyimpang

6

dari hakekat pendidikan. Sopan santun,

budaya, tetapi lebih kepada cara berpikir,

kejujuran, rasa memiliki, bahkan peng-

cara bertindak, dan berperilaku terhadap

hormatan

keberagaman budaya yang ada dalam

kepada

lambang-lambang

negara sebagai identitas nasional mulai

masyarakat.

luntur

bermakna sebagai cara berpikir, cara

Multikultural secara etimologis mulai
digunakan

pada

tahun

1950-an

di

bertindak,
dalam

Multikulturalisme
dan

berperilaku

memandang

lebih
manusia

kebudayaan

lain

Kanada. pengertian multikultural pada

yang berbeda atau beragam denga

saat

menggambarkan

kebudayaan kita adalah sebagai suatu hal

masyarakat Montreal sebagai masyarakat

yang wajar. Oleh karena itu menghargai

"multicultural dan multilingual".

dan menghormati kebudayaan lain serta

itu

untuk

Multikultural

sering

dengan

pluralisme,

beberapa

perbedaan

konsep

tersebut.

dasarnya

memiliki

diidentikkan

padahal

ada

diantara

kedua

Pluralisme

pada

beberapa

makna,

memandang kebudayaan masyarakat lain
secara sama adalah suatu keharusan.
Multikulturalisme

(Liliweri,

dengan

2005).

mengembangkan kebudayaannya.
Dalam perspektif Indonesia, konsep

lain

masyarakat multikultural bersifat inhern

doktrin

dalam masyarakat sejak dahulu kala.

konsep

Sebagai

pluralisme sering dimaknai bahwa dalam

Kemajemukan

setiap hal, tidak ada satu pun sebab

adalah

bersifat tunggal (monism) atau ganda

integrasi

(dualism)

utamanya.

bagi

terjadinya

bahwa

manusia mempunyai kebebasan untuk

yakni sebagai doktrin, sebagai model dan
keterkaitannya

memandang

perubahan

masyarakat

sebuah

realitas

Indonesia
sosial

dan

nasional

adalah

substansi

Dalam

konteks

pluralitas

masyarakat. Sementara itu, pluralisme

masyarakat Indonesia, konsep integrasi

sebagai

memungkinkan

nasional Indonesia, hendaknya diartikan

terjadinya peran individu atau kelompok

bukan sebagai benda akan tetapi harus

yang

diartikan

model,
beragam

dalam

masyarakat.

sebagai

semangat

untuk

Pluralisme merupakan suatu pandangan

melakukan penyatuan terhadap unsur-

bahwa

unsur dan potensi masyarakat Indonesia

sebab dari sebuah peristiwa

sosial, harus dapat diuji melalui interaksi
yang

beragam

dianalisis

hanya

yang beraneka-ragam.

faktor

dan

bukan

Pengembangan pendidikan karakter

dari

satu

faktor

yang diintegrasikan kedalam berbagai

sematamata, dan keberagaman faktor itu

mata

adalah

Dengan

membangun konsep masyarakat multi-

mengutip pandangan John Gray, Liliweri

kultural. Terbentuknya integrasi nasional

menegaskan

yang kokoh, banyak ditentukan oleh

faktor

kebudayaan.
bahwa

pada

dasarnya

pelajaran

diharapkan

warga

dapat

plurarisme mendorong perubahan cara

pengetahuan

berpikir dari cara berpikir monokultur ke

Indonesia terhadap kondisi sosial budaya

arah cara berpikir multikultur.

masyarakat

yang

bersifat

masyarakat
pluralistis.

Dengan demikian, multikultur bukan

Terdapat beberapa faktor yang perlu

hanya sekedar bermakna keberagaman

diperhatikan untuk mewujudkan integrasi

7

nasional

yang

mantap

serta

kokoh,

bahwa dalam pembelajaran pemecahan

antara lain:

masalah terdapat 4 (empat) langkah

1. Kemampuan dan kesadaran bangsa

yaitu: 1) understanding the problem, 2) 3)

dalam

mengelola

perbedaan

pada

isu

perbedaan-

making a plan dan 4) carrying out the

SARA

plan,

dan

lookingback.

Pada

model

ini

keanekaragaman budaya dan adat-

peserta didik harus dapat menentukan

istiadat

apa

yang

tumbuh

dan

yang

diketahuidan

apa

yang

berkembang di wilayah nusantara.

ditanyakan. Selanjutnya membuat ren-

Perbedaan-perbedaan itu bukanlah

cana atau merancang model integrasi

sebagai

masyarakat.

suatu

hal

yang

harus

Pada tahap ini peserta

dipertentangkan, akan tetapi harus

didik mencari kaitan antara

diartikan

yang ada dengan konsep integrasi

sebagai

kekayaan

dan

potensi bangsa.

masalah

nasional. Langkah berikutnya adalah

2. Kemampuan mereaksi penyebaran

menyelesaikan

masalah

ideologi asing, dominasi ekonomi

model

asing serta penyebaran globalisasi

rencanakan. Langkah terakhir adalah

dalam berbagai aspeknya

mencari solusi atau memeriksa kembali

3. Membangun sistem budaya yang
sesuai

dengan

(Pancasila)

ideologi

dan

nasional

konstitusi,

UUD

Negara Republik Indonesia 1945

integrasi

ber-dasarkan

yang

telah

di-

hasil yang telah diperoleh. Dari berbagai
langkah

yang

tersebut

sudah

diharapkan

dilakasanakan
peserta

didik

dapatmengembangkan sikap kritis, taat

4. Menyelenggarakan proyek budaya

pada aturan atau disiplin, ulet, percaya

dengan cara melakukan pemahaman

diri. Endang Listyani (2012 : 107-108)

kritis dan sosialisasi terhadap simbol-

dengan mengutip

simbol identitas nasional, seperti:

menyatakan

bahasa Indonesia, lagu Indonesia

model penemuan adalah proses belajar

Raya, bendera Merah Putih dan

untuk menemukan (learning by discoveri

Garuda Pancasila sebagai lambang

is learning to discover). Dalam model

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

penemuan peserta didik didorong untuk

Sejalan dengan adanya berbagai

menemukan prinsip umum berdasarkan

faktor yang melandasi integrasi nasional

bahanyang disediakan melalui proses

tersebut maka pengembangan pen-

mengumpulkan data, membuat dugaan,

didikan

menekankan

mencoba coba (trial and error), mencari

pada model pembelajaran yang mampu

dan menemukan keteraturan, membuat

memfasilitasi peserta didik, di antaranya

generalisasi

adalah:

proses pembelajaran tersebut peserta

karakter

Model

harus

Pemecahan

Masalah,

Bruner dan Fajar S

bahwa

atau

belajar

dengan

kesimpulan.

Dari

Model Penemuan, Model Kooperatif,

didik

dan Model Pembelajaran Kontekstual

mandiri,

dan Realistik.

menyerah atau ulet, kerja keras dan

Endang listyani dengan mengutip
pendapat

Wilson,

J.W

menyatakan

dapat

mengembangkan

percaya

diri,

tidak

sikap
mudah

bertanggungjawab.
Model

pembelajaran

kooperatif

8

merupakan pembelajaran yang meng-

sebenarnya (authentic assesment).
Dengan

gunakan strategi pengelompokan pada
peserta didik dengan

ciri sebagai

melaksanakan

7

(tujuh)

komponen utama tersebut diharapkan

berikut:

peserta didik untuk mengembangkan

1. Setiap kelompok terdiri atas anggota

karakter

kreatif,

kerja

keras,

peduli

yang heterogen (kemampuan, jenis

dengan sesame, religious , menghargai

kelamin, suku, dsb).

pendapat orang.

2. Adanya ketergantungan yang positif
di antara anggota kelompok, karena
setiap

anggota

tanggungjawab

kelompok
atas

keberhasilan

dan

perlu

di-

diintegrasikan

ke

menerus dengan menggunakan berbagai

kemampuan masing-masing.
4. Setiap anggota kelompok harussiap
hasil

kembangkan

karakter

berbagai mata pelajaran secara terus

3. Terdapat pembagian tugas sesuai

menyajikan

KESIMPULAN
Pendidikan

ber-

melaksanakan tugas kelompok.

untuk

E.

kerja

model

menekankan

pembelajaran
pada

yang

kerjasama

team

(team work), aktif, partisipatif sehingga
peserta didik mengetahui, memahami

kelompok.
Pembelajaran menggunakan model

dan akhirnya melaksanakan berbagai

kooperatif tersebut diharapkan dapat

materi

mengembangkan karakter peserta didik

hidupan

bersikap toleransi, demokratis, meng-

pendidikan karakter tersebut mampu

hargai

membawa

prestasi,

bersahabat

dan

yang diajarkan kedalam kesehari-hari.
peserta

Pada
didik

akhirnya
menjadi

komunikatif, peduli sosial dan tanggung

manusia yang dibutuhkan oleh bangsa

jawab. Model Pembelajaran Kontekstual

Indonesia yang multikultur, sehingga

dan

mampu menjadi penjaga integritas dan

Realistik

merupakan

konsep

pembelajaran yang membantu peserta
didik

menghubungkan

materi

keutuhan budaya yang ada.

yang

dipelajari dengan kehidupan sehari-hari,

F.

dan mendorong peserta didik membuat

Darmanto, P dan Wiyoto,P . Kamus Prima
Bahasa
Indonesia,
Surabaya:
Arkola, 2007
Kementerian Pendidikan Nasional, Badan
Penelitian dan Pengembangan,
PusatKurikulum.
Pengembangan
Pendidikan Budaya dan Karakter
BangsaPedoman Sekolah.Jakarta :
2011
Koesoema A. Doni. , Pendidikan Karakter;
Strategi Mendidik Anak di Zaman
Modern Jakarta: PT. Grasindo,
2007),
Liliweri, Alo .Prasangka dan Konflik,
Komunikasi
Lintas
Budaya

hubungan antara pengetahuan yang
dimiliki dengan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari. Endang Listiyani
(2012: 108) dengan mengutip Nurhadi
menyebutkan adanya
ponen utama

7 (tujuh) kom-

dalam pembelajaran

model Konstektual dan Realistik yaitu: 1)
konstuktivisme (constructivism), 2) bertanya

(questioning),

3)

menemukan

(inquiry), 4) masyarakat belajar (learning
community), 5) pemodelan (modelling),
6) refleksi (reflection), dan 7) penilaian

DAFTAR PUSTAKA

9

Masyarakat Multikultur. Yogyakarta:
LkiS, 2005
Listyani, Endang, Implementasi Model
Pembelajaran Matematika Dalam
Pembentukan Karakter Peserta
Didik, Prosiding Seminar Nasional
Matematika
dan
Pendidikan
Matematika, Yogyakarta , FMIPA
UNY, 2012
Narwanti,
Sri,.Pendidikan
Karakter
Pengintegrasian 18 Nilai Dalam
Mata
Pelajaran,
Yogyakarta:
Familia.2011
PermenDiknas.
Standar Kelulusan
Pendidikan Satuan pendidikan.
Jakarta: Diknas, 2006
Supartono,W. Ilmu Budaya Dasar, Bogor :
Ghalia Indonesia , 2009
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem
Pendidikan
Nasional..
Jakarta:PT Armas Duta Jaya.2004
Wibowo, A .Pendidikan Karakter ( Strategi
Membangun
Karakter
Bangsa
Berperadaban). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2012.

10