EFEKTIFITAS SANKSI SOSIAL TERHADAP PENER

EFEKTIFITAS SANKSI SOSIAL TERHADAP PENERTIBAN
PELANGGARAN LALU LINTAS MELALUI CCTV LAMPU
MERAH DI KOTA BANDUNG
MAKALAH
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sosiologi Hukum
dosen pembimbing:
1. Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si.
2. Susan Fitriasari, M.Pd.
3. Dwi Imam Muthaqin, S.H, M.H

disusun oleh:
1. Lia Juliawati

NIM 1607268

2. Putri Eka Juniar

NIM 1608024

3. Rena Gita Kirana


NIM 1607494

4. Thoriq Abdul Aziz

NIM 1600600

5. Yana Maulana

NIM 1605022

PKN 2016 B

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2017

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
“Efektivitas Sanksi Sosial Terhadap Penertiban Pelanggaran Lalu Lintas
Melalui CCTV Lampu Merah Di Kota Bandung” yang diajukan untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sosiologi Hukum.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpah tanpa batas, terkucur terus
tanpa tertutup waktu dan mengalir tanpa akhir kepada junjunan kita Nabi besar
Muhammad SAW, kepada keluarga Beliau, sahabat-sahabat Beliau serta tabi’ittabi’itnya dan semoga sampai kepada kita semua selaku umatnya yang turut serta
taat kepada jejak langkahnya.
Pembuatan makalah ini tentunya tidaklah dapat terwujud tanpa adanya
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati pada kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu. Semoga semua pihak yang telah
membantu mendapatkan limpahan kasih sayang, ridho dan magfhiroh Allah SWT.
Aamiin.
Kami menyadari pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa yang akan datang.

Bandung, Oktober 2017


Penyusun

1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3
A. LATAR BELAKANG...................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................4
C. TUJUAN PENULISAN................................................................................4
D. MANFAAT PENULISAN............................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6
A. SANKSI SOSIAL.........................................................................................6
B. HAKIKAT CCTV.........................................................................................7
C. KETERTIBAN UMUM................................................................................9
D. KETERTIBAN BERLALU LINTAS.........................................................10
E. MANAGEMENT LALU LINTAS.............................................................10
F.


PELANGGARAN LALU LINTAS............................................................10

G. UPAYA PEMERINTAH DALAM MENGATASI PELANGGARAN
BERLALU LINTAS...........................................................................................15
BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................17
A. IKHTISAR HASIL PENELITIAN..............................................................17
B. STATISTIK MENGENAI PELANGGARAN LALU LINTAS DI KOTA
BANDUNG........................................................................................................17
C. EFEKTIFITAS SANKSI SOSIAL DALAM PENGAWASAN LALU
LINTAS KENDARAAN BERMOTOR DENGAN CCTV...............................18
D. EFEKTIFITAS PENGAWASAN MELALUI CCTV.................................19
E. SISTEMATIKA TILANG MELALUI CCTV............................................20
F.

APLIKASI DALAM PENILANGAN ONLINE BERBASIS ANDROID.21

2

G. SOLUSI YANG DITAWARKAN................................................................22

BAB IV SIMPULAN............................................................................................23
A. KESIMPULAN...........................................................................................23
B. SARAN.......................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................III
LAMPIRAN...........................................................................................................V

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hukum sering kali dipandang sebagai suatu gejala sosial yang
sangat rumit. Semula pandangan tersebut dilontarkan oleh
orang-orang yang memang awam akan hukum, dalam arti tidak
pernah mengalami pendidikan hukum. Namun orang-orang yang
pernah mengalami pendidikan hukum juga mengalami kesulitankesulitan untuk memahami hukum sebagi suatu gejala sosial
yang menyeluruh. Artinya, kebanyakan diantara mereka yang
pernah mempelajari hukum, tidak jarang hanya memahaminya
sebagai norma atau kaidah belaka.
Hukum merupakan suatu intersub-sistem dalam masyarakat
yang semakin luas ruang lingkupnya maupun peranannya. Oleh
karena itu, maka didalam perkembangan ilmu hukum pada

umumnya dan praktek hukum, sering kali timbul masalahmasalah

yang

menyangkut

kebenaran

kaidah

hukum

dan

efektivitas kaidah-kaidah hukum tersebut. Sehingga timbulah
pertanyaan masalah bagaimanakah mengusahakan agar hukum
semakin efektif, baik sebagai sarana pengendalian sosial, sarana
mempermudah interaksi sosial, dan sarana pembaharu.
Salah satu upaya yang biasanya dilakukan agar supaya warga
masyarakat


mematuhi

mencantumkan
mungkin

berupa

kaidah

sanksi-sanksinya.
sanksi

hukum

3

hukum

adalah


Sanksi-sanksi
dan

sanksi

dengan
tersebut

sosial,

yang

maksudnya adalah menimbulkan rangsangan agar manusia tidak
melakukan tindakan tercela atau melakukan tindakan yang
terpuji.
Masalah efektivikasi hukum merupakan masalah yang dikaji
oleh disiplin ilmu sosiologi hukum dan ilmu sosial lainnya. Pada
kesempatan kali ini kami melakukan sebuah observasi mengenai
efektivitas sanksi sosial terhadap pelanggaran lalu lintas dengan

menerapkan sarana CCTV lampu merah sebagai bentuk upaya
yang dilakukan untuk masalah efektivitas penerapan sanksisanksi sosial.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan

latar

belakang

masalah

diatas,

maka

dapat

dirumuskan


permasalahan makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimana efektifitas penerapan sanksi sosial dalam mewujudkan ketertiban
lalu lintas.
2. Bagaimana efektifitas penerapan pengawasan CCTV dalam mewujudkan
ketertiban berlalu lintas
3. Bagaimana penerapan kebijakan pemerintah dalam pengawasan,

dan

penerapan sanksi ketertiban berlalu lintas.
4. Bagaimanakah pandangan masyarakat mengenai efektifitas sanksi sosial
dalam penerapan ketertiban berlalu lintas.

C. TUJUAN PENULISAN
Adapun beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan makalah ini
adalah:
1. Mengetahui efektifitas penerapan sanksi sosial dalam mewujudkan
ketertiban lalu lintas.
2. Mengetahui efektifitas penerapan pengawasan CCTV dalam mewujudkan
ketertiban berlalu lintas

3. Mengetahui penerapan kebijakan pemerintah dalam pengawasan,

dan

penerapan sanksi ketertiban berlalu lintas.
4. Mengetahui pandangan masyarakat mengenai efektifitas sanksi sosial dalam
penerapan ketertiban berlalu lintas.

4

D. MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat dari observasi ini dapat dikalifikasi atas dua hal, baik yang
bersifat teoretis maupun praktis, yaitu:
1. Manfaat Teoretis
Hasil observasi ini dapat diharapkan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan
khususnya disiplin ilmu-ilmu sosial yang berfokus pada segi hukum.
Memberikan sumbangan yang berarti bagi kajian kritis terhadap efektivitas
sanksi-sanksi sosial yang diwujudkan dalam bentuk penerapan CCTV lampu
merah. Selain itu, hasil observasi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
mahasiswa yang sedang memperdalam ilmu sosiologi hukum, baik yang
sedang belajar mengenai materi efektivitas sanksi hukum dan sosial maupun
mereka yang ikut serta dalam melakukan penertiban berlalu lintas.
2. Manfaat Praktis
Selain manfaat teoretis, penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan
manfaat praktis untuk memecahkan masalah-masalah dalam masyarakat.
Manfaat praktis tersebut adalah:
a. Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan dorongan kepada setiap
lapisan masyarakat khususnya mahasiswa agar mereka menyadari pentingnya
tertib dan taat aturan dalam berlalu lintas.
b. Selain itu, diharapkan dengan adanya penulisan makalah ini dapat
memberikan kesadaran dalam tertib dan taat berlalu lintas dengan tujuan agar
tercapainya keselamatan dalam berkendara.
c. Setelah mempelajari makalah ini diharapkan dapat memberikan pengaruh
kepada setiap lapisan masyarakat bahwasannya mereka harus tertib dan taat
aturan dalam berlalu lintas.

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. SANKSI SOSIAL
Sanksi sosial merupakan salah satu bentuk dari pengawasan sosial. Banyak
kalangan yang menganggap pengawasan sosial sebagai pembatasan tindakan
dari pihak penguasa, pimpinan atau atasan terhadap pihak lain yang dikuasai
atau yang dipimpin untuk tidak menyimpang dari ketentuan atau peraturan yang
berlaku.
Dalam konsep sosiologi pengawasan sosial (social controle) dapat diartikan
sebagai suatu proses pembatasan tindakan yang bertujuan untuk mengajak,
memberi teladan, membimbing, atau memaksa setiap anggota masyarakatm agar
tunduk pada norma-norma sosial yang berlaku. (Abdulsyani, 1994: 61).
Dalam buku pengantar sosiologi (Rucek dan Warren, 1984), menjelaskan
bahwa pengendalian sosial mencakup semua proses dimana masyarakat dan
kelompok komponennya mempengaruhi tingkah laku seseorang anggota supaya
sesuai dengan norma kelompok.
Menurut Abu Ahmadi dalam buku berjudul sosiologi (1985), pengawasan
sosial adalah suatu proses baik yang direncanakan atau tidak direncanakan, yang
bertujuan untuk mengajak, membimbing atau bahkan memaksa warga
masyarakat, agar mematuhi nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang berlaku.
Ahmad kemudian merinci cakupan pengendalian sosial sebagai berikut:
1. Pengawasan dari individu lain,
2. Pengawasan dari individu terhadap kelompok,
3. Pengawasan dari kelompok terhadap kelompok, dan

6

4. Pengawasan dari kelompok terhadap individu
Sanksi sosial adalah sanksi yang dapat diberikan kepada seseorang yang
berbuat kesalahan (selain sanksi yang bersifat administratif seperti sanksi hukum
pidana/perdata). Sanksi sosial ini tidak berupa tulisan hitam diatas putih dan
seringkali bersifat implisit atau tidak dinyatakan secara terang-terangan. Sanksi
sosial diberikan oleh masyarakat terhadap seseorang yang melakukan suatu
penyimpangan atas nilai dan norma yang tertanam di dalam masyarakat itu
sendiri. Dimana, sanksi sosial tersebut biasanya berupa tindakan-tindakan yang
bertujuan untuk membuat si penerima sanksi jera untuk melakukan perbuatan
yang menyimpang lagi. Biasanya sanksi sosial akan berakhir ketika si pemilik
salah telah mengakui kesalahannya serta meminta maaf atas kesalahan tersebut,
maka seiring berjalannya waktu sanksi sosial itu akan berhenti dengan
sendirinya.)
Adapun pengertian sanksi sosial oleh para ahli adalah sebagai berikut:.
1. Peter L. Berger Luckmann Thomas (1990)
Sanksi sosial adalah berbagai cara yang digunakan oleh masyarakat untuk
menertibkan anggota-anggotanya yang membangkang.
2. Soetandyo Wignyosoebroto (2007)
Sanksi sosial adalah suatu bentuk penderitaan yang secara sengaja diberikan
oleh masyarakat.
Dari pernyataan-pernyaan diatas maka sanksi sosial dapat diartikan sebagai
sebuah tindakan yang sengaja diberikan oleh sekelompok orang yang telah hidup
bersama-sama (masyarakat) kepada salah satu anggotanya sebagai sebuah reaksi
atas sebuah tindakan yang dianggap telah menyimpang di dalam masyarakat itu
sendiri dengan tujuan agar si penerima sanksi tersebut dapat berperilaku sesuai
dengan norma-norma yang telah tertanam di dalam masyarakat tersebut.
B. HAKIKAT CCTV
Sebagai salah satu alat pengawasan lalu lintas, hakikat CCTV menurut para
tokoh adalah sebagai berikut.
a. Menurut Ansel Adams :
CCTV adalah sebuah media audio visual yang sangat kuat. Dan CCTV
sangat menawarkan berbagai persepsi yang menjadi sebuah interpretasi

7

dan eksekusi yang tak terbatas. CCTV menjadi bentuk dari kamera
pengamanan dan pemonitoran akan segala kejadian.
b. Menurut Elliot Erwin :
CCTV adalah sebuah alat untuk mengeksplorasi seni observasi yang akan
menemukan sebuah hal yang luar biasa pada tempat-tempat yang
memungkinkan akan segala kejadian.
c. Menurut Amir Hamzah ;
CCTV adalah sebuah bentuk alat untuk merekam dan juga memfoto akan
segala kejadian yang terjadi pada sebuah tempat.
CCTV (Closed Circuit Television) merupakan sebuah
video

digital

yang digunakan

untuk

perangkat

mengirim

sinyal

kamera

ke

layar

monitor di suatu ruang atau tempat tertentu. Hal tersebut memiliki tujuan
untuk dapat memantau situasi dan kondisi tempat tertentu.
Teknologi CCTV biasanya digunakan untuk mengawasi
dan

digunakan

digunakan,

area

public

untuk keamanan. Di awal teknologi CCTV, hanya bisa
dikontrol

dan

dimonitor

operator/petugas keamanan. Teknologi

CCTV

saat

secara langsung oleh
ini

bisa

digunakan,

dikontrol dan dimonitor melalui komputer maupun telepon pintar.
Teknologi CCTV saat ini digunakan untuk pengawasan keamanan.
Keamanan saat ini yang dibutuhkan
lengkap.

Seperti video

adalah

yang

terjadi,

yang

surveillence ,video assessment, fire

access control dan sarana komunikasi
Beberapa fungsi lainya seperti :
kehilangan

keamanan

perencanaan

penanggulangan

untuk

bersifat
detection,

mengurangi

dari kejadian, dan mendukung

perlindungan asset. Beberapa fungsi CCTV yang digunakan selain fungsi
keamanan seperti penggunaan CCTV untuk melihat kondisi kemacetan jalan
raya, ditempatkan di titik-titik persimpangan. Kegunaan lainnya
ditempatkan dalam mobil, untuk memantau

kejadian

di jalan

Manfaat dari kamera rekaman CCTV itu sendiri terdiri dari :

8

raya.

CCTV

1. Detterance / Faktor pencegahan, pelaku kriminal seringkali mengurungkan
niat apabila sasaran memiliki kamera rekaman CCTV.
2. Monitoring / Pemantauan, sistem rekaman CCTV berguna untuk memonitor
keadaan dan kegiatan di rumah/tempat usaha anda dimanapun anda berada.
3. Intensify / Peningkatan kinerja, dengan adanya sistem rekaman CCTV
terbukti meningkatkan kinerja karyawan secara signifikan.
4. Investigation / Penyelidikan, sistem rekaman CCTV berguna untuk
menunjang penyelidikan tindak kejahatan yang telah terjadi video.
5. Evidence / bukti, hasil rekaman rekaman CCTV dapat dijadikan bukti tindak
kejahatan / criminal, akan tetapi penggunaan rekaman rekaman CCTV tidak
dapat berdri sendiri dalam pembuktian, harus ditunjang dengan alat bukti
yang lain dalam pembuktian di persidangan.
C. KETERTIBAN UMUM
Asas ketertiban umum merupakan salah satu asas yang harus di perhatikan
dan sangat penting. Asas merupakan salah satu sumber hukum seperti yang
dapat dilihat dalam definisi hukum yang dirumuskan oleh Prof. Mochtar
Kusumaatmadja, Hukum adalah keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur
perilaku dalam pergaulan manusia dan juga meliputi lembaga-lembaga dan
proses-proses guna mewujudkan dalam kenyataan.
Berdasarkan pengertian tersebut selain asas, sumber hukum yang lain juga
meliputi kaidah, lembaga dan proses. Asas dan kaidah identik dengan adanya
perintah dari penguasa yang berdaulat dan akan selalu dianggap sebagai sesuatu
hukum yang mengikat masyarakat khususnya apabila dituangkan dalam hukum
positif (undang-undang).
Ketertiban umum menurut para ahli yaitu sebagai berikut:
1. Menurut Julian D.M Lew
Walaupun pada dasarnya kedua istilah sama dan merujuk pada suatu hal yang
sama, tetapi isi dan diaplikasinya berbeda. Order publik secara umum lebih luas
dan lebih memberikan kebebasan mengaplikasikan daripada public policy yang
sangat terbatas dalam menjelaskan persoalan yang dihadapi.
2. Definisi Blacks’s Law Dictionary
Ketertiban umum merupakan suatu asas standar yang dibentuk oleh badan
pembuat undang-undang atau oleh pengadilan sebagai suatu dasar atau asas yang
penting bagi suatu negara dan semua masyarakat.

9

D. KETERTIBAN BERLALU LINTAS
Peraturan Lalu Lintas diatur dalam Undang-Undang No 22 tahun
2009,didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan,
sedang yang dimaksud dengan Ruang Lalu Lintas Jalan adalah prasarana yang
diperuntukkan bagi gerak pindah kendaraan, orang atau barang berupa Jalan dan
fasilitas pendukung. Tata cara berlalu lintas dijalan diatur dengan peraturan
perundang-undangan menyangkut arah lalu lintas, prioritas menggunakan jalan,
lajur lalu lintas, dan pengendalian arus di persimpangan.
E. MANAGEMENT LALU LINTAS
Manajemen

lalu

lintas

meliputi

kegiatan

perencanaan,

pengaturan,

pengawasan, dan pengendalian lalu lintas. Manajemen lalu lintas bertujuan
untuk keselamatan, keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas, dan
dilakukan antara lain dengan:
1. Usaha peningkatan kapasitas jalan ruas, persimpangan, atau jaringan
jalan.
2. Pemberian prioritas bagi jenis kendaraan atau pemakai jalan tertentu.
3. Penyesuaian antara permintaan perjalanan dengan tingkat pelayanan
tertentu dengan mempertimbangkan keterpaduaan intra dan antar moda.
4. Penetapan sirkulasi lalu lintas, larangan atau perintah bagi pemakai jalan.
F. PELANGGARAN LALU LINTAS
Pelanggaran lalu lintas tertentu atau yang sering disebut dengan tilang
merupakan kasus dalam ruang lingkup hukum pidana yang diatur dalam UU
Nomor 14 Tahun 1992. Hukum pidana mengatur perbuatan-perbuatan yang
dilarang oleh undang-undang dan berakibat diterapkannya hukuman bagi barang
siapa yang melakukannya dan memenuhi unsur-unsur perbuatan yang disebutkan
dalam undang-undang pidana. Tujuan hukum pidana adalah untuk menakutnakuti orang agar tidak melakukan perbuatan yang tidak baik dan mendidik

10

seseorang yang pernah melakukan perbuatan yang tidak baik menjadi baik dan
dapat diterima (Irawan, 2009.).
Hukum pidana juga dikenal dua jenis perbuatan yaitu kejahatan dan
pelanggaran, kejahatan ialah perbuatan yang tidak hanya bertentangan dengan
undang-undang tetapi juga bertentangan dengan nilai moral, nilai agama dan
rasa keadilan masyarakat, contohnya mencuri, membunuh, berzina, memperkosa
dan sebagainya. Sedangkan pelanggaran ialah perbuatan yang hanya dilarang
oleh undang-undang, seperti tidak memakai helm, tidak menggunakan sabuk
pengaman dalam berkendara, dan sebagainya.
Pelanggaran terhadap aturan hukum pidana segera diambil tindakan oleh
aparat hukum tanpa ada pengaduan atau laporan dari pihak yang dirugikan,
kecuali tindak pidana yang termasuk delik aduan seperti perkosaan, kekerasan
dalam rumah tangga dan pencurian oleh keluarga. Sedangkan hukuman terdakwa
yang terbukti kesalahannya dapat dipidana mati/ dipenjara/ kurungan atau denda
bisa juga dengan pidana tambahan seperti dicabut hak-hak tertentu.
Pelanggaran lalu lintas tertentu atau tilang yang sering biasanya adalah
pelanggaran terhadap Pasal 54 mengenai kelengkapan surat kendaraan SIM dan
STNK serta Pasal 59 mengenai muatan berlebihan truk angkutan kemudian
pelanggaran Pasal 61 seperti salah memasuki jalur lintas kendaraan (Sebayang,
2009).
Namun seringkali dalam penyelesaian perkara pelanggaran lalu lintas tidak
sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Banyak kasus pelanggaran lalu
lintas yang diselesaikan di tempat oleh oknum aparat penegak hukum atau
Polantas, dengan kata lain perkara pelanggaran tersebut tidak sampai diproses
menurut hukum. Pemberian suap kepada Polantas dapat dikenakan tindak pidana
terhadap penguasa umum dengan pidana penjara paling lama 2 tahun delapan
bulan (Pasal 209 KUHP). Bahkan usaha atau percobaan untuk melakukan
kegiatan tersebut juga dapat dipidana penjara (Pasal 53 (1) (2) jo Pasal 209
KHUP). Sedangkan bagi Polantas yang menerima suap dapat dikenakan tindak
pidana dengan ancaman penjara paling lama lima tahun (Pasal 419 KUHP)
(www. transparansi. or. id, 2009).
Singkatnya, persidangan kasus lalu lintas adalah Acara Pemeriksaan Cepat,
dalam proses tersebut para terdakwa pelanggaran ditempatkan di suatu ruangan.

11

Kemudian hakim akan memanggil nama terdakwa satu persatu untuk
membacakan denda. Setelah denda dibacakan hakim akan mengetukkan palu
sebagai tanda keluarnya suatu putusan (www.transparansi. or. id, 2009).
Tilang sesuai dengan penjelasan Pasal 211 UU No 8 Tahun 1981 Tentang
KUHAP dimaksudkan sebagai bukti bahwa seseorang telah melakukan
pelanggaran lalu lintas jalan.
Bentuk-bentuk pelanggaran lalu lintas diantaranya sebagai berikut:
1. Menggunakan jalan dengan cara yang dapat merintangi
membahayakan ketertiban atau keamanan lalu lintas atau yang
mungkin menimbulkan kerusakan pada jalan.
2. Mengemudikan kendaraan bermotor yang tidak dapat memperlihatkan
surat ijin mengemudi (SIM), STNK, Surat Tanda Uji Kendaraan
(STUJ) yang sah atau tanda bukti lainnya sesuai peraturan yang
berlaku atau dapat memperlihatkan tetapi masa berlakunya sudah
kadaluwarsa.
3. Membiarkan atau memperkenankan kendaraan bermotor dikemudikan
oleh orang lain yang tidak memiliki SIM.
4. Tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan lalu lintas
jalan tentang penomoran, penerangan, peralatan, perlengkapan,
5.

pemuatan kendaraan dan syarat penggandengan dengan kendaraan lain.
Membiarkan kendaraan bermotor yang ada di jalan tanpa dilengkapi
plat tanda nomor kendaraan yang syah, sesuai dengan surat tanda

nomor kendaraan yang bersangkutan.
6. Pelanggaran terhadap perintah yang diberikan oleh petugas pengatur
lalu lintas jalan, rambu-rambu atau tanda yang yang ada di permukaan
jalan.
7. Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan tentang ukuran dan muatan
yang diijinkan, cara menaikkan dan menurunkan penumpang dan atau
cara memuat dan membongkar barang.
8. Pelanggaran terhadap ijin trayek, jenis kendaraan yang diperbolehkan
beroperasi di jalan yang ditentukan.
Tentunya dari permasalahan yang terjadi pada kondisi lalu lintas di
Indonesia telah menimbulkan berbagai masalah khususnya menyangkut
permasalahan lalu lintas. Permasalahan tersebut, seperti:

12

1. Tingginya angka kecelakaan lalu lintas baik pada persimpangan lampu
lalu lintas maupun pada jalan raya;
2. Keselamatan para pengendara dan para pejalan kaki menjadi terancam;
3. Kemacetan lalu lintas akibat dari masyarakat yang enggan untuk
berjalan kaki atau memanfaatkan sepeda ontel;
4. Kebiasaan melanggar peraturan lalu lintas yang biasa kemudian
menjadi budaya melanggar peraturan.
Hampir setiap hari di Indonesia terjadi kecelakaan akibat kesalahan
pengemudi, baik kecelakaan tunggal hingga tabrakan beruntun. Hal ini bisa
saja terjadi akibat kelalaian pengemudi kendaraan yang tidak mematuhi
peraturan lalu lintas yang sudah ada demi keamanan, kelancaran, dan
keselamatan lalu lintas. Oleh sebab itu, perlu diketahui mengapa di Indonesia
tingkat kesadaran akan mematuhi peraturan lalu lintas masih tergolong
rendah. Berikut beberapa hal yang mungkin menjawab penyebab rendahnya
kesadaran akan mematuhi peraturan lalu lintas:
1. Minimnya pengetahuan mengenai peraturan, marka dan rambu lalu
lintas
Tidak semua pengemudi kendaraan paham dan mengetahui
peraturan-peraturan lalu lintas, arti dari marka, dan rambu-rambu lalu
lintas. Penyebabnya adalah kurangnya kesadaran untuk mencari tahu
arti dari marka dan rambu-rambu lalu lintas ditambah pada saat ujian
memperoleh SIM, mereka lebih senang mendapatkan SIM dengan
instan daripada mengikuti seluruh prosedur.
2. Dari kecil sudah terbiasa melihat orang melanggar lalu lintas atau
bahkan orang tuanya sendiri
Kondisi ini sangatlah ironi bila seorang anak kelak mencontoh
orang tuanya, bila orang tuanya sering melanggar peraturan,
kemungkinan besar anak itu juga melanggar.
3. Hanya patuh ketika ada polisi yang patroli atau melewati pos polisi
Ini juga menjadi kebiasaan kebanyakan orang Indonesia. Kita
ambil contoh, seorang pengemudi tidak akan melanggar lalu lintas
ketika ada polisi yang sedang mengatur arus lalu lintas di simpang
jalan atau ada polisi yang sedang jaga di pos dekat simpang tersebut.
Namun bila tidak ada polisi, dia bisa langsung tancap gas.
4. Memutar balikkan ungkapan

13

Sering kita dengar , "peraturan dibuat untuk dilanggar." Ini sangat
menyesatkan. Akan tetapi entah bagaimana ungkapan ini sangat
melekat

di

hati

orang

Indonesia,

sehingga

sangat

ingin

menerapkannya. Semoga ungkapan ini tidak dipakai pada saat orang
menjalankan ibadah sesuai agamanya.
5. Tidak memikirkan keselamatan diri atau orang lain
Pemerintah telah mewajibkan beberapa standar keselamatan
pengemudi saat mengemudikan kendaraannya seperti wajib memasang
safety belt untuk pengemudi roda 4 dan wajib memakai helm, kaca
spion tetap terpasang, dan menyalakan lampu pada siang hari bagi roda
2. Masih banyak contoh standar keselamatan lainnya, akan tetapi
kenapa pengemudi malas menerapkannya?
6. Melanggar dengan berbagai alasan
"sebentar saja kok parkir disini (di bawah rambu larangan parkir),
ntar jalan lagi." "ah,sekali-sekali boleh dong ngelanggar, ini butuh
cepat". Masih banyak lagi berbagai alasan yang dijadikan pembelaan.
Orang Indonesia memang jago untuk hal-hal seperti ini.
7. Bisa "damai" ketika tilang
Ini hal yang paling sering terjadi. Ketika pengemudi-pengemudi
melanggar peraturan atau tidak lengkapnya kelengkapan surat-surat
saat dirazia, hal yang pertama diajukan oleh pengemudi tersebut adalah
jalan "damai". Kalu tidak bisa "damai" di jalan, pasti nanti bisa coba
"damai" lagi sebelum pengadilan demi mendapatkan kembali suratsurat yang ditahan oleh pihak kepolisian dengan segera.

G. UPAYA PEMERINTAH DALAM MENGATASI PELANGGARAN
BERLALU LINTAS
Pertama-tama seorang petugas harus bertanya pada dirinya sendiri, siapakah
pelanggar peraturan lalu lintas tersebut. Hal ini bukanlah menyangkut apa
pekerjaannya, siapa namanya, dan seterusnya. Yang pokok disini adalah bahwa
seorang yang melanggar peraturan lalu lintas, bukanlah selalu seorang penjahat

14

(walaupun kadang-kadang petugas berhadapan dengan penjahat). Seorang
pengemudi yang melanggar peraturan lalu lintas adalah seseorang yang lalai di
dalam membatasi penyalahgunaan hak-haknya.
Yang kedua adalah bahwa seorang petugas atau penegak hukum harus
menyadari bahwa dia adalah seseorang yang diberi kepercayaan oleh negara
untuk menangani masalah-masalah lalu lintas. Pakaian seragam maupun
kendaraan dinasnya merupakan lambang dari kekuasaan negara yang bertujuan
untuk memelihara kedamaian di dalam pergaulan hidup masyarakat. Seorang
petugas yang emosional dan impulsif tidak saja akan merusak seluruh korps,
walaupun dia selalu disebut oknum apabila berbuat kesalahan. Penanganan
terhadap para pelanggar, memerlukan kemampuan dan ketrampilan profesional.
Oleh karena itu, maka para penegak hukum harus mempunyai pendidikan formal
dengan taraf tertentu, serta pengetahuan dan pemahaman hukum yang cukup
besar. Pengutamaan kekuatan fisik, bukanlah sikap profesional di dalam
menangani masalah-masalah lalu lintas.
Perencanaan jalan raya dan pemasangan rambu lalu lintas yang disertai
pertimbangan, akan mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas. Pemasangan
rambu yang tepat untuk memperingati pengemudi bahwa di mukanya terdapat
tikungan yang berbahaya, misalnya, akan dapat mencegah terjadinya kecelakaan.
Pemasangan rambu yang tidak wajar akan menyebabkan terjadinya kebingungan
pada diri pengemudi. Bentuk jalan raya, besar kecilnya bentuk huruf, dan warna
rambu lalu lintas, mempunyai pengaruh terhadap pengemudi.
Pemasangan lampu lalu lintas, juga mempunyai pengaruh terhadap perilaku
pengemudi. Apabila lampu lalu lintas tersebut ditempatkan sejajar dengan garis
berhenti, maka hal itu akan menyebabkan pengemudi menghadapi masalah.
Masalahnya adalah, untuk melihat lampu dengan jelas, maka dia harus berhenti
jauh di belakang garis berhenti. Apabila hal itu dilakukan, maka dia akan
dimaki-maki oleh pengemudi-pengemudi yang berada di belakangnya. Kalau dia
berhenti tepat di garis berhenti, maka agak sukar baginya untuk melihat lampu
lalu lintas.
Pendidikan bagi pengemudi, juga merupakan salah satu cara dalam
menangani para pelanggar lalu lintas. Pada masyarakat lain di luar Indonesia,
sekolah mengemudi merupakan suatu lembaga pendidikan yang tujuan

15

utamanya adalah menghasilkan pengemudi-pengemudi yang cakap dan terampil
di dalam mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas. Sekolah-sekolah tersebut
dikelola oleh para ahli, yang tidak hanya melingkupi mereka yang biasa
menangani masalah-masalah lalu lintas, akan tetapi kadang-kadang juga ada
psikologinya maupun ahli ilmu-ilmu sosial lainnya. Di dalam sekolah
pendidikan pengemudi tersebut, yang paling pokok adalah sikap dari instruktur.
Instruktur harus mampu menciptakan suatu suasana dimana murid-muridnya
dengan konsentrasi penuh menerima pelajarannya.
Seorang instruktur harus mempunyai kemampuan

untuk

mendidik,

kemampuan untuk mengajar saja tidaklah cukup. Murid-murid harus
diperlakukan sebagai orang dewasa, berilah kesempatan yang seluas-luasnya
untuk mengambil keputusan, oleh karena di dalam mengendarai kendaraan yang
terpenting adalah dapat mengambil keputusan yang cepat dan tepat. Kalau tidak
maka kemungkinan besar akan terjadi kecelakaan yang mengakibatkan kerugian
benda atau hilangnya nyawa seseorang.

BAB III
PEMBAHASAN
A. IKHTISAR HASIL PENELITIAN
Penelitian lakukan adalah penelitian pengumpulan data secara kuantitatif
kualitatif. Menggunakan metode-metode sebagai berikut:
1. Menyebarkan kuesioner daring, yang ditujukan kepada semua orang
mengenai hakikat kesadaran berlalu lintas.

16

2. Melakukan wawancara kepada Dinas Perhubungan Kota Bandung
yang beralamat di Terminal Leuwipanjang.
3. Melakukan wawancara, dan permohonan permintaan data kepada
Satuan Lalu Lintas Kepolisian Kota Bandung.
Tujuan diadakannya penelitian melalui studi kasus wawancara kepada
lembaga atau instansi terkait dan kepada responden adalah untuk mengetahui
sejauh mana efisiensi sanksi sosial penggunaan tilang CCTV secara daring
terhadap ketertiban berlalu lintas di Kota Bandung
B. STATISTIK MENGENAI PELANGGARAN LALU LINTAS DI KOTA
BANDUNG
Ketika kami melakukan studi observasi dan wawancara kepada pihak
Satuan Lalu Lintas Polrestabes Bandung kami mendapatkan data-data
mengenai statistik pelanggaran lalu lintas per minggu ke 4 bulan Oktober
adalah sebagai berikut:
BULAN OKTOBER 2017
N
O.

JENIS GAR & BB

1.

TANGGAL

JUML
AH

2
3

2
4

2
5

2
6

2
7

2
8

2
9

GAR MARKA JALAN

4

7

1
0

0

6

8

5

40

2.

GAR TDK GUN
HELM

1

4

2

0

3

2

5

17

3.

GAR SPION

2

1

3

0

2

0

3

11

JUMLAH

7

1
2

1
5

0

1
1

1
0

1
3

68

BARANG BUKTI :
1.

SIM

5

9

9

0

4

6

5

38

2.

STNK

2

3

6

0

7

4

8

30

3.

RANMOR

0

0

0

0

0

0

0

0

JUMLAH

7

1
2

1
5

0

1
1

1
0

1
3

68

17

KE
T.

Data tersebut adalah data yang berasal dari Kapolrestabes Kota Bandung
melalui pihak satuan lalu lintas. Data berasal dari jenis-jenis pelanggaran yang
terjadi dan terpantau oleh CCTV.
C. EFEKTIFITAS SANKSI SOSIAL DALAM PENGAWASAN LALU
LINTAS KENDARAAN BERMOTOR DENGAN CCTV
Penelitian ini ditujukan kepada seluruh responden yang telah mengisi
kuesioner daring. Sebelumnya kelompok kami mengucapkan banyak terima
kasih terhadap seluruh responden yang membantu mengisi kuesioner sebagai
salah satu cara untuk menyelesaikan tugas kami.
Responden yang mengisi kuesioner kami tercatat per tanggal 20 Oktober
2017 sejumlah 33 (tiga puluh tiga) orang. Dimana 60,6 % responden adalah
berjenis kelamin laki-laki dan sisanya 29,4% responden adalah perempuan.
Rentang usia 18-24 tahun adalah rentang usia yang banyak mengisi kuesioner
daring ini tercatat ada 81,8 % (27 orang), 25 – 30 tahun 4 orang (12,1 %), dan
sisanya tidak menyebutkan rentang umurnya secara spesifik.
Dikarenakan cakupan responden mayoritas berusia 18-24 tahun, maka
rentang pekerjaan mereka kebanyakan bekerja sebagai Pelajar dan Mahasiswa,
rentang usia 25 – 30 tahun pekerjaan mereka adalah pekerja, dan ada satu orang
yang bekerja sebagai Ibu rumah tangga.
97% responden menyatakan mereka mengetahui akan adanya CCTV sebagai
sarana pengawasan ketertiban lalu lintas di kota Bandung. Efektifitas akan
adanya CCTV di Kota Bandung hampir 51% merasa efektif akan adanya
pengawasan CCTV terhadap keberadaan lalu lintas. Dimana sisanya merasa
tidak efektif dengan adanya CCTV sebagai pengawasan lalu lintas. Dan hampir
setengah dari responden menjawab bahwa sanksi sosial hasil tilang CCTV
tersebut kurang lah efektif untuk mengurasi pelanggaran lalu lintas. Tetapi fakta
dan data menunjukkan bahwa masih diperlukan adanya sanksi sosial dalam
penindakan CCTV tersebut.

18

Ketika ditanyakan mengenai perlu atau tidaknya adanya aplikasi online
mengenai CCTV. hampir 80% responden menjawab bahwa penerapan CCTV
merupakan suatu pembaharuan yang tentunya perlu diterapkan secara maksimal
sehingga perlu sekali dibuat suatu sistem aplikasi online yang dapat diakses oleh
siapa saja. Agar mereka lebih mengetahui seberapa pengaruh sarana
pembaharuan ini dapat mengatasi pelanggaran lalu lintas.
Responden dalam menjawab pertanyaan ini cukup beragam, namun dapat
kami simpulkan bahwa bentuk sanksi sosial yang perlu diterapkan agar
meningkatkan kesadaran berlalu lintas yaitu dengan cara:
1. Menyanyikan lagu Indonesia Raya secara langsung ketika mereka
melanggar
2. Menyebarluaskan foto-foto para pelanggar lalu lintas
3. dengan sistem penilangan secara langsung dan didatangi ke rumah para
pelanggar.
D. EFEKTIFITAS PENGAWASAN MELALUI CCTV
Kami melakukan wawancara kepada Bapak M. Sultoni sebagai kepala bidang
dan kepada Bapak Budi Prayogi. Beliau memaparkan bahwa secara statistik
belum ada data yang pasti perihal sebaran pelanggaran lalu lintas di Kota
Bandung. Hakikatnya CCTV sudah ada pada tahun 1997. Pada zaman dahulu
adanya CCTV hanya sebatas digunakan untuk pemantauan saja bukan sebagai
alat dan sarana untuk melakukan penyadaran kesadaran berlalu lintas. Dasar
hukum akan adanya penilangan lalu lintas sama dengan dasar hukum lalu lintas
adalah UU No. 22 Tahun 2009 tentang LLAJ. Menurut penuturan yang di
sampaikan oleh Bapak M. Sultoni menjelaskan bahwa penerapan sanksi sosial
mungkin yang akan dikenakan adalah adanya rasa malu terhadap pihak-pihak
yang melakukan tindakan pelanggaran. dan dirasa sangat efektif.
Adanya tilang melalui CCTV ini dirasa sangat efektif, namun ada beberapa
dampak negatif yang terjadi misalnya banyak pengguna kendaraan berlalu lintas
yang marah, ketika ditilang, di datangi dan dikunjungi ke tempat tinggalnya.

19

Menurut statistik yang disampaikan dari pihak dinas perhubungan
menjelaskan bahwa 60% yang terkena atau terpantau melanggar lalu lintas
adalah kendaraan roda dua , dan sisanya adalah kendaraan roda empat. Dalam
sistem kerjanya terdapat sistem penjagaan shift ada satu orang pengawas dari
kepolisian lalu lintas yang berjaga. Dan setiap hakikat penjagaan diawasi dengan
SOP yang ketat. Selain itu menurut pemaparan dari Bapak M. Sultoni setiap
harinya ada kegiatan pengawasan edukasi mengenai bagaimana hakikat dan
mewujudkan ketertiban berlalu lintas oleh Dinas Perhubungan Kota Bandung.
E. SISTEMATIKA TILANG MELALUI CCTV
Menurut pemaparan dari Bapak Ardianto sebagai salah satu staff Lalu Lintas
Polrestabes Kota Bandung, menjelaskan bahwa hakikat sistem penilangan
CCTV adalah sebagai berikut:
1. CCTV ditempatkan di perempatan jalan. Memantau kesemua sudut arah
semua data yang ada di CCTV tersebut di arahkan langsung ke ATCS
(Satuan Pengawasan Lalu Lintas) Kapolrestabes Bandung. Dan datanya
dikirimkan ke TMC lalu ke satuan URLANGGAR jika ditemukan
pelanggaran.
2. Dalam sistem penilangan dikenal dengan dua sistem yang pertama dikenal
dengan sistem penilangan langsung, yakni bukan hanya ke ATCS tetapi
data CCTV juga dikirimkan ke Pos pemantauan lalu lintas di sekitar (Pos
Polisi terdekat). Ketika ada pelanggaran maka polisi yang berjaga di pos
terdekat akan menindak pelanggar.
3. Setelah adanya penindakan di pos maka akan diberikan surat tilang.
4. Ketika tidak bisa dilakukan sistem tilang maka dilakukan dengan menzoom (memperbesar tampilan) CCTV, dan direkam plat nomornya,
5. Konfirmasi ke yang bersangkutan (pemilik kendaraan) benar tidak hari
dan tanggal tersebut melanggar, baru setelah itu penilangan.

20

6. Petugas akan datang ke rumah pelanggar yang kendaraannya terekam
CCTV
7. Proses penilangan berjalan seperti biasa, bisa menitipkan denda ke bank
atau mengikuti persidangan. Banyaknya denda juga tidak berubah sesuai
UU No. 22 Tahun 2009 tentang LLAJ.
8. Kamera itu akan dijadikan alat bukti sebagaimana Pasal 272 UU Nomor
22 Tahun 2009 tentang LLAJ.
F. APLIKASI DALAM PENILANGAN ONLINE BERBASIS ANDROID
Aplikasi E-Tilang Kendaraan Bermotor Berbasis Android menggunakan
penyimpanan database menggunakan MySql. Dalam proses pembuatan aplikasi
ini menggunakan beberapa perangkat lunak seperti Eclipse, Photoshop,dan
Adobe Dreamweaver. Dalam proses penggunaan aplikasi e-tilang petugas harus
memiliki akun data tersendiri sehingga aplikasi ini dapat digunakan, dan data
yang dihasilkan lebih akurat dikarenakan tidak hanya data tilang saja yang
dimasukan oleh petugas namun petugas dapat mengambil gambar pelanggar,
plat nomor kendaraan, dan rangka motor dalam satu gambar (foto).
Berdasarkan Uji Coba Sistem yang sudah dilakukan Aplikasi E-Tilang
Kendaraan Bermotor Berbasis Android ini dapat dijalankan dan menampilkan
interface secara optimal pada handphone dengan spesifikasi yaitu : handphone
dengan layar 4.0 inchi, handphone dengan OS minimal v4.1.2 (Jelly Bean) dan
handphone dengan RAM minimal 512 MB.
Menurut pemaparan Pak Andriyanto aplikasi tersebut hanya bisa digunakan
oleh pihak kepolisian saja, dimana masing-masing personil diberikan PIN Kode
yang unik untuk mengidentifikasi sistem tilang tersebut.

21

G. SOLUSI YANG DITAWARKAN
Sebagai salah satu media pengawasan dan pemantauan yang ada di
jalanan, CCTV dirasa sangat efektif. Awalnya sebagai pemantau apakah disana
ada terjadi kemacetan atau tidak dan sekarang di Kota Bandung sendiri, selain
digunakan sebagai sarana untuk memantau lalu lintas dan mengecek apakah
terjadi kemacetan atau tidak. Sistem sarana tilang melalui CCTV dirasakan
cukup efektif dalam memantau, atau minimalnya membangunkan kesadaran
masyarakat akan tertib berlalu lintas.
Menurut hasil wawancara dari pihak Dinas Perhubungan Kota Bandung,
adanya program sosialisasi kesadaran berlalu lintas. Dimana program yang
ditawarkan atau diselenggarakan adalah program edukasi kesadaran berlalu
lintas yang selalu di adakan setiap hari Rabu sore, dimana program edukasi
kesadaran berlalu lintas ini adalah program edukasi mengenai kesadaran lalu
lintas dan dimana dibuka stasiun pengawasan dan tujuannya ditujukan kepada
pelajar.
Selain diadakannya program edukasi kesadaran berlalu lintas ada juga
program edukasi mengenai sistem sanksi sosial lalu lintas dimana kesadaran
berlalu lintas misalkan mensosialisasikan adanya program tilang CCTV
kepada masyarakat dan masyarakat harus memahami bagaimana sistematika
tilang tersebut.
Dari kesadaran individu sendiri memegang peranan penting dalam proses
peningkatan ketertiban berlalu lintas dimana harus mulai ditumbuhkan sikap
disiplin, taat berlalu lintas dan sadar hukum dimana mulai meninggalkan
kebiasaan untuk selalu melanggar lalu lintas.

22

BAB IV
SIMPULAN
A. KESIMPULAN
Pemantauan lalu lintas melalui CCTV merupakan salah satu langkah
preventif yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung terhadap pelaksanaan
dan perwujudan ketertiban berlalu lintas di jalanan kota Bandung. Pelaksanaan
implementasi dari UU No. 22 Tahun 2009 Tentang LLAJ dilaksanakan secara
efektif di Kota Bandung.
Sanksi sosial merupakan hal yang penting dan terdapat secara fundamental
didalam sistem pengawasan melalui CCTV ini, dimana dengan adanya
pengawasan dan sistem tilang melalui CCTV online ini masyarakat di harapkan
dapat memberikan efek jera dan rasa malu.
Hasil fakta di lapangan menunjukkan hakikat bagaimana sistem pelaksanaan
CCTV itu berjalan, dimana pemaparan dari Dinas Perhubungan Kota Bandung
dan Kepolisian Kota Bandung dirasa sangat jelas dalam pelaksanaan sistem
dan bagaimana tata cara pelaksanaan penilangan melalui CCTV tersebut ada.
Dimana secara aturan hukum dan teoretis rencana pelaksaan sistem ini sudah
dirancang secara sedemikian rupa dan menjadikan sistem ini bisa berjalan
dengan baik.
Tanggapan masyarakat mengenai sistem pemantauan lalu lintas melalui
CCTV dirasa positif dimana sistem penilangan melalui CCTV bagi sebagian
besar tanggapan masyarakat yang menjadi sampel dari responden merasa
bahwa sistem ini sudah berjalan baik namun harus ada beberapa hal yang
ditingkatkan kembali dalam pengawasan dan perencanaan pengawasannya.
Namun, dalam hakikatnya bisa saja, masih saja akan ada hambatan yang
dijalani bagi setiap komponen-komponen pelaksana sanksi sosial bagi
pemantauan CCTV ini. Dimana pelaksanaan tilang melalui CCTV ini tetap saja
menemukan masih banyak adanya pelanggar lalu lintas, belum bisa
menurunkan tingkat pelanggaran secara lebih signifikan lagi, dan masih

23

membutuhkan banyak sekali sosialisasi mengenai hakikat dari pelaksanaan
sistem tilang melalui CCTV kedepannya agar sistem ini bisa menjadi semakin
lebih baik lagi kedepannya.
B. SARAN
Hukum yang dicita-citakan terkadang tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan , dimana banyak sekali hal yang menjadi kritik, pengembangan,
dan solusi untuk kedepannya. Tidak ada sebuah sistem yang sempurna, pasti
adalah kekurangan. Kekurangan dalam sistem ini bukanlah hal untuk menjadi
tidak berkembang lagi melainkan suatu sarana motivasi agar kedepannya bisa
menjadi lebih berbenah.
Dinas perhubungan Kota Bandung selalu mensosialisasikan mengenai
edukasi kesadaran berlalu lintas sebagai cara untuk mensosialisasikan
kesadaran berlalu lintas, mensosialisasikan program tilang CCTV dan
meminimalisir kejadian tilang dengan bersinergi bersama Kepolisian Kota
Bandung dalam menyukseskan program ini.

24

DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Kansil, C.S.T, Kansil, Christine (1995). Disiplin Dalam Berlalu Lintas di Jalan
Raya. Jakarta: Rinneka Ciptra.
Prakoso, Abimantoro. (2017). Sosiologi Hukum. Yogyakarta: LaksBang Presindo
Soekanto, Soerjono. (1990). Polisi dan Lalu Lintas (Analisa Menurut Sosiologi
Hukum). Bandung. Mandar Maju
JURNAL
Jurnal TELEKONTRAN, VOL. 4, NO. 1, APRIL 2016 hal. 53-58 : Desain dan
Implementasi Sistem CCTV Menggunakan Cloud Design and Implementation
CCTV on Cloud Ibnu Asror-Yahdi Siradj Teknik Informatika - Teknik Komputer
Telkom University
Jurnal APLIKASI E-TILANG KENDARAAN BERMOTOR BERBASIS
ANDROID Sandy Subavhe, Soewarto Hardhienata, Arie Qur’ania Program Studi
Ilmu Komputer FMIPA Universitas Pakuan Bogor

FORMULIR DARING
Kuesioner

data

analisis

kesadaran

berlalu

lintas

https://docs.google.com/forms/d/1FPy9NVRfouGL2XRotRniXjTPoDVKHvBv0R7JtBx3YE/edit#responses.
pada 30 Oktober 2017.

3

Tersedia.

diakses

4

LAMPIRAN

5

6

7